Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pertumbuhan remaja
Remaja atau adolescence berasal dari bahasa Latin
(adolescer) yang artinya tumbuh. Pada masa ini terjadi proses
kehidupan menuju kematangan fisik dan perkembangan
emosional antara anak-anak dan sebelum dewasa. Kategori
periode usia remaja dari berbagai referensi berbeda-beda,
namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara
10-19 tahun . Pembebagian kelompok remaja tersebut adalah
remaja awal (early adolescent) usia 10-14 tahun atau 13-15
tahun, remaja menegah (middle adolescent) usia 14/15-17
tahun, dan remaja akhir (late adolescent) usia 17-21 tahun.
Terdapat istilah lain, yaitu youth untuk usia 15-24 tahun, atau
young

people

untuk

usia

10-24

tahun.

Beberapa

permasalahan yang terkait dengan anemia akan terjadi pada


periode transisi kehidupan remaja ini. Selama masa remaja,
seseakan mengalami pertumbuhan fisik yang sangat pesat.
Dibandingkan periode lain setelah kelahiran, masa
remaja mengalami pertumbuhan terpesat kedua setelah
tahun pertama kehidupan. Lebih dari 20% total pertumbuhan
tinggi badan dan sampai 50% massa tulang tubuh telah
dicapai pada periode ini. Kebutuhan zat gizi meningkatkan
melebihi kebutuhan pada masa kanak-kanak .

Pada
growth

remaja

velocity)

wanita,

terjadi

puncak

sekitar

pertumbuhan

12-18

bulan

(peak

sebelum

mengalami menstruasi pertama, atau sekitar usia 10-14


tahun. Pertumbuhan tinggi badan terus berkembang hingga 7
tahun setelah terjadi menstruasi. Maksimal tinggi badan
wanita diperoleh paling awal pada usia 16 tahun, atau paling
akhir 23 tahun (terjadi pada populasi yang kekuranag gizi).
Beberapa tahun setelah selesai pertumbuhan tinggi badan (23 tahun), tulang pinggul masih tumbuh, sedangkan puncak
masa tulang akan tercapai hingga usia 25 tahun. Proses
optimalisasi pertumbuhan inin penting untuk mengurai risiko
gangguan ketika proses melahirkan.
Proses biologis pada masa pubertas ditandai oleh
cepatnya

pertumbuhan

tinggi,

berat

badan,

perubahan

komposisi jaringan, dan terdapat perubahan karakter seksual


primer dan sekunder. Di antara wanita terdapat variasi antara
waktu, intensitas, dan lamanya pertumbuhan yang pesat
(growth spurt). Rata-rata masa puber tersebut terjadi 4 tahun,
dengan rentang 1,5-8 tahun. Kebutuhan gizi paralel dengan
laju pertumbuhan. Kerena terdapat v ariasi antaram individu
dalam

kematangan

berkorelasi

dengan

dan

pertumbuhan,

perkembangan

kebutuhan

fisiologis

pada

gizi
usia

kronologis. Misalnya, seseorang anak perempuan usia 12


tahun yang telah puber, kebutuhan gizinya akan berbeda
dibandingkan teman seusianya yang belum puber. Tahapan
perkembangan pubertas remaja dapat diukur dengan sexsual

maturation rate (SMR) berdasarkan krakter seksual sekunder.


Skala tanner paling sering digunakan dalam perkembangan
pubertas; untuk remaja wanita indikator yang digunakan
berdasakan perkembangan payudara dan rabut kelamin. Dan
pada

remaja

pria

berdasarkan

rambut

kelamin

serta

pembesaran penis/testis.
Pada tahap 1 SMR masa prapubertas belum terdapat
perubahan tanda seksual sekunder, dan pada tahap 5 SMR
ditandai perubahan payudara dan rembut kelamin seperti
pada orang dewasa.
Secara biologis,

sosial,

perubahan yang terjadi

saat remaja dapat mempengaruhi

psikologis,

dan

kognitif,

status gizi dan nkesehatan,. Pertumbuhan fisik yang cepat


memperlukan energi

gizi yang tinggi. Sedangkan prilaku

hidup, seperti kemandirian, makan di luar rumah, penampilan


dan ukuran tubuh, penerimaan kelompok, dan gaya hidup
akan mempengaruhi kesehatan. Gizi yang baik selama remaja
tidak hanya berpengaruh pada optimalisasi pertumbuhan saat
remaja, terapi juga pencegahan penyakit kronis setelah
dewasa. Pada periode remaja ini juga perlu diperhatikan
pentingnya masalah gizi prakonsepsi untuk meningkatkan
kualitas

kehamilan.

Wanita

yang

berstatus

gizi

baik

mempunyai kecepatan tumbuh yang tinggi dan akan cepet


mengalami mentruasi.

Sedangkan wanita yang gizi buruk

pertumbuhannya pelan dan lama, serta menstruasinya lebih


lambat. Di India, puncak pertumbuhan berat dan tinggi badan

terlambat 18 bulan pada anak-anak yang mempunyai riwayat


tubuh pendek (stunting). Pada siklus kehidupan manusia,
masa

remaja

adalah

periode

kritisw

kedua

untuk

pertumbuhan fisiknya setelah bayi. Tinggi badan orang


dewasa hampir 25% diperoleh pada saat remaja.
Anemia adalah keadaan berkurangnya massa sel
darah

merah

yang

signifikan

dan

bersesuaian

dengan

keadaan ini, disertai oleh penurunan kapasitas darah untuk


membawa oksigen. Anemia diperlihatkan paling jelas lewat
estimasi volume packed red cells (PCV) kendati dapat pula
dicerminkan lewat konstentrasi hemoglobin dan jumlah sel
darah merah di dalam darah. (Kumar, 2013).
POLA TIDUR
Tudur merupaka salah satu kebutuhan dasar yag
berhubungan

degan

pemeliharaan

dan

pemulihan

yag

memugkikan tubuh da pikiran tetep berfungsi optimal. Selama


periode tidur otak akan mengolah memori jangk panjang,
megintegrasika informasi yang baru serta berperan dalam
proses biokimia (Natioal Instuti of Neurogical Disorder, 2009 ).
Gangguan tidur yag dialami pasien dapat terjadi pada
berbagai

situasi

baik

fisik,

psiologis

maupulingkungan,

Gangguan tidur merupakan masalah terjadi yang megalami


suatu penyakit seperti anemia.
Pola tidur melakukan pengkajian tentang pola tidur
pasien dengan menanyakan tentang jam berapa biasanya
pasien beragkat tidur, dan apa penyebabnya serta apa saja
yang dilakukan, jam berapa biasanya bangun tidur, berapa

lama biasanya tetap berbaring diatas tempat tidur sebelum


turun dari tempat tidur serta menayakan tentang berapa jam
rata-rata tidurnya srehari-hari. Hasil pengkajian tentang pola
tidur dapat dibandingkan dengan pasien lain dengan umur
yang sama untuk menentukan apakah terdapat masalah
dengan pola tidur pasien.
Aktivitas fisik yang dilakukan sebelum tidur
Megkaji aktivitas fisik yag biasa yag dilakukan pasien
sebelum tidur untuk megatahui apakah aktivitas tersebut
bermanfaat bagi pasien atau justru dapat mempengaruhi
tidurya. Ada sebagian pasien yang terbiasa melakukan latihan
2

jam

sebelum

tidur

da

sebaliknya

beberapa

pasien

memperlukan waktu beberapa jam untuk rileks sebelum tidur


( Potter & Perry, 2007 ).
2. Anemia
a. Pengertian
Anemia adalah keadaan tubuh yang kekurangan
hemoglobin. Kadar Hb normal adalah 12-16% dari sel
darah merah, jumlah sel darah merah normal adalah 5
juta /mm (Soebroto, 2009 )
Anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah
protein pembawa oksigen (hemoglobin ) yang terdapat
dalam sel darah merah berkurang atau dibawah normal.
Ketika terjadi kekurangan hemoglobin ini maka oksegin
yang dipakai keseluruh tubuh mengalami kerkurangan
dan tidak sesuai dengan keperluan tubuh. Oksigen ini
diangkut dari paru-paru. Tanda-tanda bila mengalami

penyakit ini adalah sering merasa lelah dalam bekerja


sering pusing. Hal yang perlu diwaspadai adalah apabila
terjadi kekurangan hemoglobin dan terus bekerja, Maka
akan menyebabkan strok bahkan bisa gagal jantung
kerena terjadi pemaksaan dalam pengakuan oksegin
dalam tubuh. Gejala lain adalah sering berdebar-debar.
(Caroline, 2011)
Anemia adalah keadan berkurangnya sel darah
merah atau konsentrasi hemoglobin (hb) dibawah nilai
normal sesuai usia dan jenis kelamin. Poplack dan Varat
menyatakan, bahwa animea ditegakkan bila konsentrasi
Hb di bawah persintil tiga sesuai usia dan jenis kelamin
berdasarkan populasi normal. Dignosa animea ditegakkan
berdasarkan temuan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
laboratorium yang dapat mendukung sehubungan dengan
gejala klinis yangn tidak khas. (WHO, 2006)
Anemia adalah suatu kondisi dimana

terjadi

penurunan kadar hemoglobin (Hb) atau sel darah merah


(eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas
sel darah merah dalam membawa oksigen (badan POM,
2011)
Anemia

adalah

penyakit

kurang

darah,

yang

ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah


merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal. Jika
kadar hemoglobin kurang dari 14g/dl dan eritrosit kurang
dari 41% pada pria, maka pria tersebut dikatakan anemia.
Demikian

pula

pada

wanita,

wanita

memiliki

kadar

hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari


37%, maka wanita itu dikatakan anemia.
Anemia merupakan keadaan di mana masa eritrosit
dan atau masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi
fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan
tubuh.
Secara

labaratoris,

anemia

dijabarkan

sebagai

penurunan kadar hemoglobin serta hitung eritrosit dan


hematokrit dibawah norma.

(Wiwik Handayani & Andi

Sulistyo Haribowo, 2008)


Anemia Merupakan masalah gizi yang banyak
terdapat di seluruh dunia, yang tidak hanya terdapat di
negara berkembang tetapi juga negara maju. Pernderita
anemia diperkirakan dua m ilyar, dengan prevalensi
terbayak diwilayah Asia dan afrika (UN-SCN, 2004).
Bahkan WHO menyebutkan bahwa anemia merupakan 10
masalah

kesehatan

terbesar

di

abad

modern

ini.

Kelompok yang berisiko tinggi menderita anemia adalah


wanita subur (WUS), ibu hamil, anak usia sekolah, dan
remaja.Meskipun

denikian

kelompok

pria

terlepas daro risiko menderita anemia.


Kejadian anemia menyebar hampir

juga

tidak

merata

di

berbagai wilayah di dunia. Berdasarkan wilayah regional,


WHO melaporkan prevalensi anemia pada anak-anak (usia
6-69 bulan), prevalensi tertinggi terdapat di Asia Tenggara
(65%), Mediteran Timur dan Afrika (45%), Pasifik Timur ,
Amerika Latin dan Keribia (20%). Negara atau wilayah

dengan prevalensi > 10% pada satu atau lebih kelompok


rawan ( ibu hamil, balita, anak usia sekolah, dan remaja),
dipertimbangkan

sebagai

wilayah

yang

mempunyai

masalah kesehatan masyarakat (MOST, 2005).


Sedangkan di Indonesia dari total penduduk tahun
2005, sebanyak 218. Juta , proporsi kelompok usia remaja
usia 10-19 tahun sebesar 41 juta, dan 20,5 juta di
antaranya perempuan.
Masa remaja merupakan periode pertumbuahan
anak-anak menuju proses kematangan manusia dewasa.
Pada periode ini terjadi perubahan fisik, biologis, dan
psikologis yang sangat unik dan berkelanjutan. Perubahan
fisik terjadi akan mempengaruhi status kesehatan dan
nutrisinya.
Dari hasil studi secara acak di berbaagai Wilayah di
Indonesia, prevalensi anemia cukup beragam. Prevalensi
anemia di SMU jakarta Timur 17,2%, di SMP dan SMU iawa
tengah 57,4%, dan Jawa Timur 26 %, dan di SDN
Tengerang 26,7% (Kurniawan & Muslimatun, 2005). Studi
yang dilakukan di bogor pada kalangan mahasiswa
menemukan prevalensi anemia sebesar 25% dan pada
siswi SMA sebesar 35%. Prevalensi defisiensi zat besi
tinggi dibandinggakan anemia, yaitu berturut-turut 42%
dan 45% (Briawan et al., 2008; Briawan, 2009)
Kejadian anemia merupakan masalah yang paling
banyak ditemukan pada remaja. Hal tersebut berekibat
pada gangguan fungsi kognitif, kemampuan akademik

rendah, dan menurunnya kapasitas


yang

sedang

bekerja,

anemia

fisik. Pada remaja


akan

menurunkan

produktivitas kerja, sedangkan pada remaja yang masih


sekolah akan menurunkan kemampuan akademis. Khusus
remaja wanita, masalah anemia akan terus berlanjut
setelah remaja, kerena akan mengalami menstruasi.
b. Kriteria Anemia
Untuk memenuhi definisi anemia, maka perlu
ditetepkan

batas

hemoglobin

atau

hematokrit

yang

dianggap sudah terjadi anemia. Batas tersebut sangat


dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, dan ketinggian
tempat tinggal dari permukaan laut.
Batas yang umum digunakan adalah kriteria WHO.
Dinyatakan sebegai anemia bila terdapat nilai dengan
kriteria sebagai berikut.
Tabel Kriteria penilaian anemia
Laki-laki dewasa
Perampuan dewasa tidak
hamil
Perampuan hamil
Anak usia tahun 6-14
tahun
Anak usia 6 bulan -6
tahun

Hb<13gr/dl
Hb<12gr/dl
Hb<11gr/dl
Hb<12gr/dl
Hb<11gr/dl

Untuk kriteria anemia diklinik, rumah sakt, atau


praktik klinik pada umumnya dinyatakan anemia apabila
terdapat nilai sebegai berfikut.
Hb <10gr/dl
Hematokrit <30%

Eritrosit <2,8 juta/mm


Dedarat anemia deitentukan oleh kadar Hb. Klasifikasi
derajat anemia yang umum dipakai sebegai berikut.
Ringan sekali Hb <10 gr/dl-13gr/dl
Ringan Hb <8 gr/dl-9,9 gr/dl
Sedang Hb <6 gr/dl-7,9 gr/dl
Berat Hb < 6 gr/dl
Klasifikasi Anemia
Klasifikasi Anemia terbagi sebagai berikut :
1. Anemia Aplastik
Anemia aplastik merupakan anemia normokronik
normositer yang disebabkan oleh disfungsi sumsum
tulang, sedemikian sehingga sel darah yang mati tidak
diganti.
Anemia aplastik adalah anemia yang disertai dengan
pansitopenia darah tepi yang disebabkan oleh kelainan
primer pada sumsum tulang dalam bentuk aplasia
hipoplasia

tanpa

adanya

infiltrasi,

supresai,

atau

pendesakan sumsum tulang.


2. Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul
akibat kosongnya cadangan besi tubuh, sehingga
penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang yang
pada akhirnya pembentukan hemoglobin berkurang.
3. Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik adalah anemia yang khas
ditandai oleh adanya sel megaloblast dalam sumsum
tulang. Sel megaloblast adalah sel prekursor eritrosit
dengan bentuk sel yang besar disertai dengan adanya
kes, di mana maturasi sitoplasma normal tetapi inti
besar dengan susunan kromoson yang longgar.
4. Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh


proses hemolisis, yaitu pemecahan eritrosit dalam
pembuluh darah sebelum waktunya.
5. Anemia Sel Sabit
6. Anemia sel sabit merupakan suatu gangguan resesif
otosom yang disebabkan oleh pewarisan dua salinan
gen hemoglobin defektif, satu buah dari masingmasing orang tuan. Hemoglobin yang cacat itu disebut
Hemoglobin S (Hbs), menjadi kaku dan membentuk
konfigurasi sabit apabila terpajan oksigen bderkadar
rendah. Anemia Megaloblastik

Patofisiologi
Timbulnya anemia

mencerminkan

adanya

kegagalan

sumsum tulang atau kehilanga sel darah merah berlebihan atau


keduanya. Kegagalan sumsum tulang dapat terjadi kekurangan
nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau akibat penyakit yang
tidak

diketahui.

Sel

darah

merah

dapat

hilang

melalui

perdarahan atau hemolisis. Lisis sel darah merah terjadi dalam


sel fagositik atau dalam sistem retikulo endotelial, bilirubin yang
terbentuk dalam fagosit akan memasuki aliran darah. Apabila sel
darah merah mengalami penghamcuran dalam sirkulas, maka
hemoglobin akan muncul dalam plasma. Apabila konsentrasi
plasma melebihi kapisitas hemoglobin plasma, hemoglobin akan
berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urine.
1. Anemia organ berat kerena berkurangnya jumlah
oksigen yang dapat dibawa oleh darah ke jaringan.

2. Mekanisme kompensasi tubuh terhadap manusia.


Gejala Umum Anemia
Gejala umum anemia disebut juga sebagai sindrom
anemia atau anemic syndrome. Gejala Umum anemia
atau sindrom adalah gejala yang timbul pada semua
jenis anemia pada kadar hemoglobin yang sudah
menurun sedemikian rupa dibawah titik tertentu.
Gejala ini timbul kerena anoksia organ target dan
mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan
hemoglobin.

Gejala-gejala

tersebut

apabila

diklasifikasikan menurut organ yang terkena.


1. Sistem kardiovaskuler : lesu, cepat lelah, palpitasi,
takikardi, sesak nafas saat beraktivitas, angina
pektoris, dan gagal jantung.
2. Sistem saraf: Sakit kepala,

pusing,

telinga

mendenging, mata berkunang-kunang, kelamahan


otot, iritabilitas, lesu, serta perasaan dingin pada
ekstremitas.
3. Sistem urogenital:
menurun.
4. Epitel: warna

gangguan

pucat

pada

haid

kulit

dan

dan

libido

mukosa,

elastisitas kulit menurun, serta rambut tipis dan


halus.

Anda mungkin juga menyukai