Anda di halaman 1dari 4

PEB (PREEKLAMSI BERAT)

Definisi :
Preeklamsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan
proteinuria.
Preeklamia berat adalah preeklamsia dengan tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan
darah diastolic 110 mmHg disertai proteinuria > 5 g/24 jam.
Factor resiko
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Primigravida, primipaternitas
Hiperplasentosis
Umur yang ekstrim
Riwayat keluarga pernah preeklamsia/eklamsia
Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
Obesitas

Epidemiologi :
Preeklamsia dan eklamsia merupakan penyebab kematian terbesar pada ibu hamil. Pada tahun
2005 angka kematian di Rumah Sakit seluruh Indonesia akibat preeklamsia dan eklamsia sebesar
4,91%.
Gejala Klinis :

Tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan darah diastolic 110 mmHg
Proteinuria > 5 g/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif
Oliguria yaitu produksi urin < 500 cc/24 jam
Gangguan visus dan cerebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma dan

pandangan kabur
Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat teregangnya

kapsula Glisson)
Edema paru-paru dan sianosis

Patofisiologi:
Teori kelainan vaskularisasi plasenta menjelaskan bahwa pada preeklamsia tidak terjadi
invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan
otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dank eras sehingga lumen arteri spiralis tidak
memungkinkan mengalami dintensi dan vasodilatasi. Akibatnya arteri spiralis relative
mengalami vasokonstriksi dan terjadi kegagalan remodeling arteri spiralis sehingga aliran darah
utero plasenta menurun dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta.
Plasenta mengalami iskemia akibat tidak terjadinya invasi trofoblas secara benar akan
menghasilkan radikal bebas. Salah satu radikal bebas penting yang dihasilkan plasenta iskemia
adalah radikal hidroksil. Radikal hidroksil akan mengubah asam lemak tidak jenuh menjadi
peroksida lemak. Kemuadian, peroksida lemak akan merusak membrane sel endotel pembuluh
darah. Kerusakan membrane sel endotel mengakibatkan terganggunya fungsi endotel, bahkan
rusaknya seluruh struktur sel endotel. Keadaan ini disebut sebagai disfungsi endotel.
Pada waktu terjadi kerusakan sel endotel yang mengakibatkan disfu ngsi sel endotel,
maka akan terjadi gangguan metabolism prostaglandin karena salah satu fungsi sel endotel
adalah memproduksi prostasiklin (PGE2) yang merupakan suatu vasodilator kuat. Kemudian
terjadi agregasi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami kerusakan. Agregasi
trombosit memproduksi tromboksan yang merupakan suatu vasokonstriktor kuat. Peningkatan
produksi bahan-bahan vasopressor (endotelin) dan penurunan kadar NO (vasodilator),serta
peningkatan factor koagulasi juga terjadi.
Diagnosis:.
Preeklamsia digolongkan berat apabila ditemukan satu atau lebih gejala sebagai berikut:

Tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan darah diastolic 110 mmHg. Tekanan
darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di RS dan sudah menjalani

tirah baring
Proteinuria > 5 g/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif
Oliguria yaitu produksi urin < 500 cc/24 jam
Kenaikan kadar kreatinin plasma

Gangguan visus dan cerebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma dan

pandangan kabur
Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat teregangnya

kapsula Glisson)
Edema paru-paru dan sianosis
Hemolisis mikroangiopatik
Trombositopenia berat : < 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan cepat
Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoselular) : peningkatan kadar alanin dan

aspartate aminotransferase
Pertumbuhan janin intrauterine yang terhambat
Sindrom HELLP

Penatalaksanaan :
Manajemen umum perawatan preeklamsia berat sama halnya dengan preeklamsia ringan, dibagi
mejadi dua unsure:
A. Sikap terhadap penyakitnya,yaitu dengan pemberian obat-obatan
1. Pasien harus segera MRS untuk rawat inap dan dianjurkan tirah baring miring ke
salah satu sisi (kiri)
2. Pemberian obat antikejang dengan MgSO4 cara pemberian dengan loading dose 4
gram MgSO4 IV (40% dala 10 cc) selama 15 menit, selanjutnya maintenance dose
dengan infuse 6 gram dalam larutan Ringer/6 jam, atau diberikan 4 atau 5 gram IM.
Selanjutnya diberikan 4 gram IM tiap 4-6 jam.
3. Pemberian antihipertensi. Belfort menusulkan cut off yang dipakai adalah 160/110
mmHg dan MAP 126 mmHg. Sedangkan di RSU Dr.Soetomo batasan tekanan
darah pemberian antihipertensi ialah apabila tekanan sitolik 180 mmHg dan/atau
tekanan diastolic 110 mmHg. Tekanan darah diturunkan secara bertahap, yaitu
penurunan awal 25% dari tekanan sistolik dan tekanan darah diturunkan mencapai <
160/105 atau MAP <125. Obat yang digunakan adalah nifedipin dosis 10-20 mg per
oral, diulangi setelah 30 menit, maksimum 120 mg dalam 24 jam,

B. Sikap terhadap kehamilannya


1. Aktif (aggressive management): berarti kehamilan segera diakhiri/diterminasi
bersamaan dengan pemberian pengobatan.

2. Konservatif (ekspektatif) : berarti kehamilan tetap dipertahankan bersamaan dengan


pemberian pengobatan.
Komplikasi:

Eklamsia
Sindroma HELLP
Kematian ibu dan janin

Prognosis:
Bila penderita tidak terlambat dalam pemberian pengobatan, maka gejala perbaikan akan tampak
jelas setelah kehamilannya diakhiri.

Anda mungkin juga menyukai