Fasgashbadb
Fasgashbadb
Disusun oleh :
Tresna Wahyuningsih G1A212094
Nahiyah Isnanda
G4A013101
Rhani Shabrina
G4A014025
PRESENTASI KASUS
CONGESTIVE HEART FAILURE
Disusun oleh :
Tresna Wahyuningsih G1A212094
Nahiyah Isnanda
G4A013101
Rhani Shabrina
G4A014025
2014
Dokter Pembimbing :
BAB 1
PENDAHULUAN
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung mengalami
kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrient
dan oksigen secara adekuat (Udjianti, 2011). Gagal jantung merupakan salah satu
penyebab morbiditas & mortalitas. Akhir- akhir ini insiden gagal jantung mengalami
peningkatan. Gagal jantung merupakan tahap akhir dari seluruh penyakit jantung dan
merupakan masalah kesehatan dunia. Di Asia, terjadi perkembangan ekonomi secara
cepat, kemajuan industri, urbanisasi dan perubahan gaya hidup, peningkatan konsumsi
kalori, lemak dan garam, peningkatan konsumsi rokok, dan penurunan aktivitas.
Akibatnya terjadi peningkatan insiden obesitas, hipertensi, diabetes mellitus, dan
penyakit vaskular yang berujung pada peningkatan insiden gagal jantung (Muttaqin Arif,
2012).
Diperkirakan hampir lima persen dari pasien yang dirawat di rumah sakit, 4,7%
wanita dan 5,1% laki-laki. Insiden gagal jantung dalam setahun diperkirakan 2,3 3,7
perseribu penderita pertahun. Kejadian gagal jantung akan semakin meningkat di masa
depan karena semakin bertambahnya usia harapan hidup dan berkembangnya terapi
penanganan infark miokard mengakibatkan perbaikan harapan hidup penderita dengan
penurunan fungsi jantung. Gagal jantung susah dikenali secara klinis, karena beragamnya
keadaan klinis serta tidak spesifik serta hanya sedikit tanda tanda klinis pada tahap awal
penyakit. Perkembangan terkini memungkinkan untuk mengenali gagal jantung secara
dini serta perkembangan pengobatan yang memeperbaiki gejala klinis, kualitas hidup,
penurunan angka perawatan, memperlambat progresifitas penyakit dan meningkatkan
kelangsungan hidup.
BAB II
STATUS PENDERITA
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Agama
Status
Pekerjaan
Tanggal masuk
Tanggal pemeriksaan
No CM
B. ANAMNESIS
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Ny. R
67 tahun
Perempuan
Banjaraharja Rt 03 Rw 12, Karangpucung
Islam
Menikah
Ibu Rumah Tangga
12 September 2014
12 September 2014
00902740
: diakui
: diakui
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
C. PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan di bangsal Dahlia kamar 7 RSMS, 13 September 2014
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran
3. Vital sign
Tekanan Darah
Nadi
Respiration Rate
Suhu
: Compos Mentis
: 120/80 mmHg
: 86 x/menit
: 18 x/menit
: 36,5 0C
4. Status generalis
a. Pemeriksaan kepala
1) Bentuk kepala
Mesocephal, simetris, venektasi temporalis (+/+)
2) Rambut
Warna rambut hitam, tidak mudah dicabut dan terdistribusi merata
3) Mata
Simetris, konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
4) Telinga
Discharge (-), deformitas (-)
5) Hidung
Discharge (-), deformitas (-) dan napas cuping hidung (-)
6) Mulut
Bibir sianosis (+), lidah sianosis (+)
b. Pemeriksaan leher
Deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
Palpasi : JVP 5+3 cm
c. Pemeriksaan thoraks
Paru
Inspeksi
: Dinding dada tampak simetris, tidak tampak
Ketinggalan gerak (-)
Palpasi
: Vokal fremitus lobus superior kanan = kiri
Vokal fremitus lobus inferior kanan = kiri
Perkusi
: Sonor
Batas paru-hepar SIC V LMCD
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Ekstremitas
superior
Dextra Sinistra
+
+
-
Edema
Sianosis
Akral dingin
Reflek fisiologis
Reflek patologis
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium darah tanggal 17 Juni 2014
Darah lengkap :
Hemoglobin
: 13,9 g/dl
Leukosit
: 8850 /Ul
Hematokrit
: 40%
Eritrosit
: 5,9 10e6/uL
Trombosit
: 264000 /Ul
Ekstremitas inferior
Dextra
+
+
-
Sinistra
+
+
-
SGOT
: 27 U/L
SGPT
: 15 U/L
Ureum
: 30 mg/dl
Kreatinin
: 0,70 mg/dl
Glukosa sewaktu
: 98 mg/dL
Natrium
: 131 mmol/L
Kalium
: 3,1 mmol/L
Klorida
: 90 mmol/L
E. RESUME
1. Anamnesis
a. Paroxysmal Nocturnal Dyspnea
b. Dyspnea deffort
c. Orthopnea
d. Mudah lelah
e. Batuk berdahak
f. Mual dan muntah
2. Pemeriksaan fisik
a. KU/Kes
b. Tekanan darah
RR
c. Kepala
d. Leher
e. Paru
Perkusi
Auskultasi
f. Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
g. Abdomen
h. Ekstremitas
: sedang/CM
: 120/80 mmHg
: 18 x/menit
: venektasi temporal +/+
: JVP 5+3 cm
: sonor
: sd vesikuler +/+
: Ictus Cordis tampak di SIC VI 2 jari lateral LMCS
Pul epigastrium (+) Pul parasternal (+)
: Ictus Cordis teraba pada SIC VI 2 jari lateral LMCS
dan kuat angkat (+)
: Batas atas kanan
: SIC II LPSD
Batas atas kiri
: SIC II LPSS
Batas bawah kanan : SIC IV LPSD
Batas bawah kiri
: SIC VI 2 jari lateral LMCS
: datar, BU (+) normal, timpani, NT (-)
: edema inferior +/+
F. DIAGNOSIS KERJA
-
CHF
G. TERAPI
Farmakologis:
- O2 4 lpm (NK)
- IVFD RL 16 tpm
- Inj. Ceftriaxon 2x1 gr
- Inj. Ranitidin 2x1 ampul
- Inj. Furosemid 3x1 ampul
- Inj. Ondansentron (k/p)
- PO Amlodipin 1x10 mg
- PO digoxin 1x tab
- PO valsartam 1x160 mg
- PO ISDN 3x5 mg
b. Non farmakologis:
- Tirah baring
- Posisi tidur setengah duduk
- Diet rendah garam
- Diet rendah serat
H. PROGNOSIS
Ad vitam
: dubia ad malam
Ad sanationam
: dubia ad malam
Ad functionam
: dubia ad malam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
jantung.
Kontraktilitas mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi
pada tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut
Pada gagal jantung, jika salah satu atau lebih faktor ini terganggu, maka curah
jantung berkurang (Smeltzer, 2002).
Mekanisme fisiologi yang menyebabkan gagal jantung mencakup
keadaan-keadaan yang :
1. Meningkatkan preload : regurgitasi aorta, cacat septum ventrikel.
2. Meningkatkan afterload : stenosis aorta, hipertensi sistemik.
3. Menurunkan kontraktilitas ventrikel : IMA, kardiomiopati.
4. Gangguan pengisian ventrikel : stenosis katup atrioventrikuler, perikarditif
konstriktif, tamponade jantung.
5. Gangguan sirkulasi : aritmia melalui perubahan rangsangan listrik yang
memulai respon mekanis.
6. Infeksi sistemik/ infeksi paru : respon tubuh terhadap infeksi akan memaksa
jantung untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan metabolisme yang meningkat.
7. Emboli paru, yang secara mendadak akan meningkatkan resistensi terhadap
ejeksi ventrikel kanan.
a
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9) Pernafasan Cheyne-Stokes
10) Batuk (hemoptoe)
11) Ronkhi basah bagian basal paru
12) Terdengar BJ3 dan BJ4 / irama
Gallops
13) Oliguria atau anuria
14) Pulsus Alternans
Penegakan Diagnosis
a Manifestasi klinis (Joewono, 2002)
1 Paroksismal nokturnal dispnea
- Serangan sesak napas berat dan batuk pada malam hari, biasanya
-
membangunkan pasien
Batuk dan mengi sering bertahan bahkan dengan duduk tegak.
Asma kardiale, dispnea nokturnal, mengi, dan batuk karena
bronkospasme
Respirasi Cheyne-Stokes
- Respirasi respirasi periodik atau siklik
- Umum di gagal jantung maju dan biasanya berhubungan dengan
Kriteria mayor
Paroxysmal nocturnal dyspnea
Kriteria minor
Edema malleolus bilateral
Efusi pleura
Penurunan dalam kapasitas vital
dalam 1/3 dari maksimal
hari
sebagai
respon
terhadap pengobatan
Diagnosis gagal jantung kongestif mensyaratkan minimal 2 kriteria mayor
atau satu kriteria mayor disertai 2 kriteria minor. Kriteria minor tersebut dapat
diterima jika kriteria minor tersebut tidak berhubungan dengan penyakit
seperti hipertensi pulmonal, ppok, sirosis hati atau sindroma nefrotik.Secara
klinis pada penderita gagal jantung dapat ditemukan gejala dan tanda seperti
sesak nafas saat aktivitas, edema paru, peningkatan JVP, hepatomegali, edema
tungkai (Doenges, 2002).
c. Pemeriksaan Penunjang
1.
2.
3.
4.
5.
hepar
yang
mengalami
kongesti.
Kecepatan
sedimentasi
Patofisiologi
Gagal jantung merupakan kelainan multisitem dimana terjadi gangguan
pada jantung, otot skelet dan fungsi ginjal, stimulasi sistem saraf simpatis serta
kontraktilitas
serta
vasokons-triksi
perifer
(peningkatan
terjadi peningkatan laju tekanan darah pada atrium kanan. Peningkatan ini
sebaliknya memantau aliran darah dari vena kava yang diketahui dengan
peningkatan vena jugularis, dengan kata lain apabila terjadi dekompensasi
venterikel kanan maka kondisi pasien dapat ditandai adanya edema tungkai kaki
dan distensi vena jugularis pada leher.
Edema merupakan terkumpulnya cairan di dalam jaringan interstisial lebih
dari jumlah yang biasa atau di dalam berbagai rongga tubuh mengakibatkan
gangguan sirkulasi pertukaran cairan elektrolit antara plasma dan jaringan
interstisial. Jika edema mengumpul di dalam rongga maka dinamakan efusi,
misalnya efusi pleura dan pericardium. Penimbunan cairan di dalam rongga
peritoneal dinamakan asites. Pada jantung terjadinya edema yang disebabkan
terjadinya dekompensasi jantung (pada kasus payah jantung), bendungan bersifat
menyeluruh. Hal ini disebabkan oleh kegagalan venterikel jantung untuk
memopakan darah dengan baik sehingga darah terkumpul di daerah vena atau
kapiler, dan jaringan akan melepaskan cairan ke intestisial.
Edema pada tungkai kaki terjadi karena kegagalan jantung kanan dalam
mengosongkan darah dengan adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasi
semua darah yang secara normal kembali dari sirkulasi vena. Edema ini di mulai
pada kaki dan tumit (edema dependen) dan secara bertahap bertambah keatas
tungkai dan paha dan akhirnya ke genitalia eksterna dan tubuh bagian bawah.
Edema sakral jarang terjadi pada pasien yang berbaring lama, karena daerah
sakral menjadi daerah yang dependen. Bila terjadinya edema maka kita harus
melihat kedalaman edema dengan pitting edemaPitting edema adalah edema yang
akan tetap cekung bahkan setelah penekanan ringan pada ujung jari , baru jelas
terlihat setelah terjadinya retensi cairan paling tidak sebanyak 4,5 kg dari berat
badan normal selama mengalami edema.
5
Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan pasien dan gagal jantung adalah (Smeltzer, 2002):
a Mengurangi beban kerja jantung.
b Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraksi jantung dengan bahanc
bahan farmakologis.
Menghilangkan penimbunan cairan tubuh berlebihan dengan terapi
diuretic, diet dan istirahat.
compliance paru.
Diet rendah garam, bertujuan untuk mengurangi preload dan mengurangi
kelemahan umum.
Terapi Vasodilator
Obat-obatan vasoaktif merupakan pengobatan utama pada penatalaksanaan
gagal jantung. Natrium nitraprosida secara intravena melalui infuse yang
dipantau tepat dosisnya harus dibatasi agar tekanan systole arteriole tetap
paru.
Pemenuhan
aksigen
akan
mengurangi
kebutuhan
DAFTAR PUSTAKA