Pendahuluan
peningkatan kemakmuran suatu populasi, maka dengan demikiandapat dimengerti bila suatu saat
atau lebih tepat lagi dalam kurun waktu 1 atau 2 dekade yangakan datang kekerapan diabetes di
Indonesia akan meningkat drastis (Sudoyo, Aru W,2006)
Ini sesuai dengan perkiraan yang dikemukakan WHO bahwa indonesia akan menempati
peringkat nomor 5 sedunia dengan pengidap diabetes sebanyak 12,4 juta orang pada tahun 2025,
naik 2 tingkat dibanding tahun 1995(Sudoyo, Aru W,2006).
Melihat kemungkinan tersebut dan besarnya kemungkinan peningkatan jumlah pengidap
diabetes di dunia dan khususnya di Indonesia, maka langkah-langkah dalam mengantisipasi
ledakan kenaikan jumlah tersebut harus dilakukan sedini mungkin.
BAB II
PENATALAKSANAAN DIABETES MELITUS DAN
KOMPLIKASINYA
2.1 DEFINISI
Menurut WHO 1980 dikatakan bahwa diabetes melitus merupakan sesuatu yangtidak
dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tapi secara umumdapat dikatakan
sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi yangmerupakan akibat dari sejumlah
faktor di mana didapat defisiensi insulin absolut ataurelatif dan gangguan fungsi insulin
(PERKENI 2006).
Diabetes Melitus (DM) sering juga dikenal dengan nama kencing manis atau penyakit
gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebihmerupakan kumpulan gejala
yang timbul pada diri seseorang yang disebabkan olehadanya peningkatan glukosa darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupunrelatif (Suyono, 2005).
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengankarakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulinatau keduaduanya(Sudoyo,Aru W,2006).
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit kronik yang ditandai dengan peningkatankadar
glukosa didalam darah. Penyakit ini dapat menyerang segala lapisan umur dansosial
ekonomi(Shahab,Alwi, 2006).
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, Diabetes mellitus merupakan suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (PERKENI, 2006)
2.2 KLASIFIKASI
Diabetes melitus diklasifikasikan menurut etiologinya seperti yang tertera pada tabel 2.
Tabel 2. Klasifikasi diabetes menurut etiologi
PENATAnya. Sumber : PERKENI, 2006
Klasifikasi lainnya membagi diabetes melitus atas empat kelompok yaitu diabetesmelitus
tipe-1, diabetes melitus tipe-2, diabetes melitus bentuk khusus, dan diabetesmelitus gestasional
(Adam, John MF, 2000).
American Diabetes Association (ADA) dalam standards of Medical Care inDiabetes
(2009) memberikan klasifikasi diabetes melitus menjadi 4 tipe yangdisajikan dalam (Dewi,
Debhryta Ayu, 2009):
1. Diabetes melitus tipe 1, yaitu diabetes melitus yang dikarenakan oleh adanyadestruksi sel
pankreas yang secara absolut menyebabkan defisiensi insulin.
2. Diabetes melitus tipe 2, yaitu diabetes yang dikarenakan oleh adanya kelainansekresi insulin
yang progresif dan adanya resistensi insulin.
3. Diabetes melitus tipe lain, yaitu diabetes yang disebabkan oleh beberapa faktor lain seperti
kelainan genetik pada fungsi sel pankreas, kelainan genetik padaaktivitas insulin, penyakit
eksokrin pankreas (cystic fibrosis), dan akibat penggunaan obat atau bahan kimia lainnya (terapi
pada penderita AIDS danterapi setelah transplantasi organ).
4.Diabetes melitus gestasional, yaitu tipe diabetes yang terdiagnosa atau dialamiselama masa
kehamilan.
2.3 DIAGNOSIS
Diagnosis diabetes melitus harus berdasarkan atas pemeriksaan kadar glukosadarah.
Dalam menentukan diagnosis diabetes melitus harus diperhatikan asal bahandarah yang diambil
dan cara pemeriksaan yang dipakai. Untuk diagnosis, pemeriksaanyang dianjurkan adalah
pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan bahandarah plasma vena. Untuk memastikan
diagnosis diabetes melitus, pemeriksaanglukosa darah sebaiknya dilakukan di laboratorium
klinik yang terpercaya. Walaupundemikian sesuai dengan kondisi setempat dapat juga dipakai
bahan darah utuh, venamaupun kapiler dengan memperhatikan angka-angka kriteria diagnostik
yang
berbedasesuai
pembakuan
WHO.
Untuk
pemantauan
hasil
pengobatan
dapat
pemastian lebih lanjut denganmendapat sekali lagi angka abnormal, baik kadar glukosa darah
puasa 126 mg/dl,kadar glukosa sewaktu 200 mg/dl pada hari yang lain, atau dari hasil tes
toleransi glukosa oral (TTGO) didapatkan kadar glukosa darah pasca pembebanan 200
mg/dl(Sudoyo,Aru W, 2006).
Tabel 3 Kriteria diagnosis diabetes
melitus. Sumber : PERKENI, 2006
penyaring.
Uji
diagnostik diabetes melitus dilakukan pada mereka yang menunjukkangejala atau tanda diabetes
melitus, sedangkan pemeriksaan penyaring bertujuan untuk mengidentifikasikan mereka yang
tidak bergejala, yang mempunyai resiko diabetesmelitus. Serangkaian uji diagnostik akan
dilakukan kemudian pada mereka yang hasil pemeriksaan penyaringnya positif, untuk
memastikan diagnosis definitif (Sudoyo,AruW, 2006).
Pemeriksaan penyaring bertujuan untuk menemukan pasien dengan Dibetesmelitus,
toleransi glukosa terganggu (TGT) maupun glukosa darah puasa terganggu(GDPT), sehingga
dapat ditangani lebih dini secara tepat. Pasien dengan TGT danGDPT juga disebut sebagai
intoleransi glukosa, merupakan tahapan sementaramenuju diabetes melitus. Kedua keadaan
tersebut merupakan faktor risiko untuk terjadinya diabetes melitus dan penyakit kardiovaskular
di kemudian hari (PERKENI,2006).
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar glukosadarah
sewaktu atau kadar glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan testoleransi glukosa oral
(TTGO) standar (Sudoyo,Ari W, 2006).
Tabel 4 Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai standar penyaring dandiagnosis diabetes
melitus. Sumber : PERKENI, 2006
6
2.4 PENATALAKSANAAN
Kasus diabetes yang terbanyak dijumpai adalah diabetes melitus tipe 2, yangumumnya
mempunyai latar belakang kelainan yang diawali dengan terjadinyaresistensi insulin. Awalnya
resistensi insulin masih belum menyebabkan diabetessecara klinis. Pada saat tersebut sel beta
pankreas masih dapat mengkompensasikeadaan ini dan terjadi suatu hiperinsulinemia dan
glukosa darah masih normal atau baru sedikit meningkat. Kemudian setelah terjadi
ketidaksanggupan sel beta pankreas, baru akan terjadi diabetes melitus secara klinis, yang
ditandai dengan terjadinya peningkatan kadar glukosa darah yang memenuhi kriteria diagnosis
diabetes melitus(Sudoyo, Aru W, 2006).
Tujuan penatalaksanaan diabetes melitus secara umum adalah meningkatnya kualitas
hidup penyandang diabetes (PERKENI, 2006).
Tujuan penatalaksanaan diabetes melitus dibagi menjadi dua yaitu (PERKENI, 2006):
1.Jangka pendek, hilangnya keluhan dan tanda diabetes melitus, mempertahankanrasa nyaman
dan tercapainya target pengendalian glukosa darah.
2.Jangka
panjang,
tercegah
dan
terhambatnya
progresifitas
penyulit
Gambar 2. Sarana farmakologis dan titik kerja obat untuk pengendalian kadar glukosa darah.
Sumber Sudoyo, Aru W,2006
Beberapa manfaat yang telah terbukti dari terapi gizi medis ini antara lain (Sudoyo, Aru
w, 2006):
1.Menurunkan berat badan
2.Menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik
3.Menurunkan kadar glukosa darah
4.Memperbaiki profil lipid
5.Meningkatkan sensitifitas reseptor insulin
6.Memperbaiki sistem koagulasi darah
Adapun tujuan dari terapi medis ini adalah untuk mencapai danmempertahankan
(Sudoyo, Aru w, 2006) :
1.Kadar glukosa darah mendekati normal
Glukosa puasa berkisar 90-130 mg/dl
Glukosa darah 2jam setelah makan <180 mg/dl
Kadar A1c < 7%
2.Tekanan darah < 130/80 mmhg
3.Profil lipid yang berkisar normal
Kolesterol LDL < 100 mg/dl
Kolesterol HDL > 40 mg/dl
Trigliserida < 150 mg/dl
4.Berat badan senormal mungkin
10
Komposisi bahan makanan terdiri dari makronutrien yang meliputi kerbohidrat, protein
dan lemak, serta mikronutrien yang meliputi vitamin dan mineral, harus diatur sedemikian rupa
sehingga dapat memenuhi kebutuhan diabetisi secara tepat (Sudoyo,Aru w, 2006).
Adapun komposisi bahan makanan yang direkomendasikan untuk diabetisimenurut
konsensus penatalaksanaan diebetes melitus di Indonesia menurut PERKENItahun 2006 adalah
sebagai berikut :
1.
Karbohidrat, sebagai sumber energi, diberikan pada diabetisi tidak boleh lebihdari 55-
65% dari total kebutuhan energi dalam sehari, atau tidak boleh lebih dari70%jika dikombinasi
dengan pemberian asam lemak tidak jenuh rantai tunggal (MUFA =monounsaturated fatty acids).
Pada setiap gram karbohidrat terdapatkandungan energi sebesar 4 kilokalori.
Rekomendasi pemberian karbohidrat (Sudoyo, Aru w, 2006) :
1.Kandungan total kalori pada makanan yang mengandung karbohidrat, lebihditentukan oleh
jumlahnya dibandingkan dengan jenis karbohidrat itu sendiri.
2.Dari total kebutuhan kalori per hari, 60-70% diantaranya bersumber darikarbohidrat
3.Jika ditambah MUFA sebagai sumber energi, maka jumlah karbohidratmaksimal 70% dari total
kalori perhari
4.Jumlah serat 25-50 gram per hari
5.Jumlah sukrose sebagai sumber energi tidak perlu dibatasi, namun jangansampai lebih dari
total kebutuhan kalori per hari
6.Sebagai pemanis dapat digunakan pemanis non kalori seperti aspartame,acesulfam dan
sucralosa
7.Penggunaan alkohol harus dibatasi tidak boleh lebih dari 10 gram per hari
8.Fruktosa tidakk boleh lebih dari 60 gram per hari
2.
Protein, jumlah kebutuhan protein yang direkomendasikan sekitar 10-15% daritotal kalori
per hari. Pada penderita dengan kelainan ginjal dimana diperlukan pembatasan asupan protein
11
sampai 40 gram perhari, maka perlu ditambahkansuplementasi asam amino esensial. Protein
mengandung energi sebesar 4kilokalori/gram (Sudoyo, Aru w, 2006).
Rekomendasi pemberian protein sebagai berikut (Sudoyo, Aru w, 2006):
1.Kebutuhan protein 15-25 % dari total kebutuhan energi per har
i2.Pada keadaan kadar glukosa darah yang terkontrol, asupan protein tidak akanmempengaruhi
kadar gula darah
3.Pada keadaan kadar gula darah tidak terkontrol, pemberian protein sekitar 0,8-1 mg/kgbb/hari
4.Pada gangguan fungsi ginjal, jumlah asupan protein diturunkan sampai 0,85gram/kgbb/hari
dan tidak kurang dari 40 gram
5.Jika terdapat komplikasi kardiovaskular, maka sumber protein nabati lebihdianjurkan daripada
hewani.
3.
ini sangat penting untuk membawa vitamin yang larut dalam lemak seperti vitamin A, D, E, dan
K. Berdasarkan ikatan rantai karbonnya, lemak dibedakan menjadi lemak jenuh dan lemak tidak
jenuh. Pembatasan asupan lemak jenuh dan kolesterol disarankan bagi diabetisi karena terbukti
dapat memperbaiki profil lipid tidak normal yang sering tidak normal dijumpai pada diabetes.
Asamlemak tidak jenuh rantai tunggal (monounsaturated fatty acid = MUFA), merupakan salah
satu asam lemak yang dapat memperbaiki kadar glukosa darahdan profil lipid. Pemberian MUFA
pada diet diabetisi dapat menurunkantrigliserida, kolesterol total, kolesterol VLDL dan
meningkatkan
kolesterol
HDL.Sedangkan
asam
lemak
tidak
jenuh
rantai
panjang
( polyunsaturated fatty acid =PUFA) dapat melindungi jantung, menurunkan kadar trigliserida,
memperbaikiagregasi
trombosit.
PUFA
mengandung
asam
lemak
omega
yang
12
cukup serat dari kacang-kacangan, buah dan sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi serat,
karena mengandung vitamin, mineral, serat dan bahan lain yang baik untuk kesehatan. Anjuran
konsumsi serat adalah 25g/1000 kkal/hari (PERKENI, 2006).
5.
Kebutuhan kalori, Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan
Perhitungan berat badan ideal menurut Indeks Massa Tubuh. Indeks massatubuh dapat
dihitung dengan rumus: IMT = BB(kg)/TB(m2)
Klasifikasi IMT adalah sebagai berikut menurut WHO WPR/IASO/IOTF dalam The Asia
Pacific Perspective Redefning Obesity and its Treatment
.
1. BB Kurang <18,5
2.BB Normal 18,5-22,9
3.BB Lebih >23,0
a)Dengan risiko 23,0-24,9
b)Obes I 25,0-29,9
c)Obes II 30
C.Latihan jasmani.
Pengelolaan diabetes yang meliputi empat pilar, aktivitas fisik merpakan salahsatu dari
keempat pilar tersebut. Aktivitas minimal otot skeletal lebih dari sekedar yang diperlukan untuk
ventilasi basal paru, dibutuhkan untuk semua orangtermasuk diabetisi sebagai kegiatan seharihari (Sudoyo, Aru w, 2006)
.Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan
dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendaliglukosa darah. Latihan
jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang
bersepeda santai, jogging, dan berenang.Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur
14
dan status kesegaran jasmani. Untuk mereka yang relatif sehat, intensitas latihan jasmani
bisaditingkatkan, sementara yang sudah mendapat komplikasi DM dapat dikurangi.Hindarkan
kebiasaan hidup yang kurang gerak atau bermalasmalasan (PERKENI,2006).
D.Intervensi Farmakologis
Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah belumtercapai dengan
pengaturan makan dan latihan jasmani (PERKENI, 2006).
Dalam melakukan pemilihan intervensi farmakologis perlu diperhatikan titik kerja obat
sesuai dengan macam-macam penyebab terjadinya hiperglikemia(Sudoyo, Aru W, 2006).
Obat hipoglikemik oral (OHO)
Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 4 golongan (PERKENI, 2006) :
1. pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue): sulfonilurea dan glinid
Sulfonilurea, obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresiinsulin oleh sel
beta pankreas, dan merupakan pilihan utama untuk pasiendengan berat badan normal dan kurang,
namun masih boleh diberikan kepada pasien dengan berat badan lebih. Untuk menghindari
hipoglikemia berkepanjangan pada berbagai keadaaan seperti orang tua, gangguan faalginjal dan
hati, kurang nutrisi serta penyakit kardiovaskular, tidak dianjurkan penggunaan sulfonilurea kerja
panjang.
Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea, dengan penekanan pada
meningkatkan sekresi insulin fase pertama. Golongan initerdiri dari 2 macam obat yaitu:
Repaglinid (derivat asam benzoat) dan Nateglinid (derivat fenilalanin). Obat ini diabsorpsi
dengan cepatsetelah pemberian secara oral dan diekskresi secara cepat melalui hati.
ini
mempunyai
efek
utama
mengurangi
produksi
glukosahati
5. Insulin
Insulin merupakan hormon yang terdiri dari rangkaian asam amino, dihasilkanoleh sel beta
pankreas. Dalam keadaan normal, bila ada rangsangan pada sel beta,insulin disintesis dan
kemudian disekresikan kedalam darah sesuai kebutuhantubuh untik keperluan regulasi glukosa
darah (Sudoyo, Aru W, 2006).
Insulin diperlukan pada keadaan (PERKENI, 2006) :
1.Penurunan berat badan yang cepat
2.Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
3.Ketoasidosis diabetik
4.Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
5.Hiperglikemia dengan asidosis laktat
6.Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal
7.Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
8.Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional
9.yang tidak terkendali dengan perencanaan makan
10.Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
11.Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
Berdasar lama kerja, insulin terbagi menjadi empat jenis, yakni (PERKENI,2006) :
1.insulin kerja cepat (rapid acting insulin)
2.insulin kerja pendek (short acting insulin)
3.insulin kerja menengah (intermediate acting insulin)
17
2.6Komplikasi
2.6.1Komplikasi akut
Ketoasidosis diabetik
Ketoasidosis diabetik adalah keadaan dekompensasi-kekacauan metabolik yang ditandai dengan
trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama disebabkanoleh defisiensi insulin absolut atau
relatif. KAD dan hipoglikemia merupakankomplikasi akut diabetes melitus yang serius dan
membutuhkan pengelolaan gawatdarurat. Akibat diuresis osmotik, KAD biasanya mengalami
dehidrasi berat bahkansampai menyebabkan syok (Sudoyo, Aru W, 2006).
KAD adalah suatu keadaan dimana terdapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan
peningkatan hormon kontra regulator (glukagon, katekolamin, dan hormon pertumbuhan),
keadaan tersebut menyebabkan produksi glukosa hati meningkat danutilisasi glukosa oleh sel
19
tubuh menurun, dengan hasil akhir hiperglikemia. Keadaanhiperglikemia sangat bervariasi dan
tidak menentukan berat ringannya KAD. Adapungejala dan tanda klinis KAD dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu (Sudoyo,Aru W, 2006) :
1.Akibat hiperglikemia
2.Akibat ketosis
koma
hiperosmolar
hiperosmolar
tanpa
hiperglikemik
non
disertai adanya
ketotik
(HHNK)
ditandai
utama
intravaskular atau penyakit ginjal yangtelah ada sebelumnya akan menurunkan laju filtrasi
glomerular, menyebabkan kadar glukosa meningkat. Hilangnya air yang lebih banyak dibanding
natrium menyebabkankadar hiperosmolar. Insulin yang ada tidak cukup untuk menurunkan kadar
glukosadarah, terutama jika terdapat resistensi insulin (Sudoyo, Aru W, 2006).Penatalaksanaan
HHNK, meliputi lima pendekatan (Sudoyo, Aru W, 2006):
1.Rehidrasi intravena agresif cairan hipotonis.
2.Penggantian elektrolit
3.Pemberian insulin intravena
4.Diagnosis dan manajemen faktor pencetus dan penyakit penyerta
5.Pencegahan.
Hipoglikemia
Hipoglikemia ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah <60 mg/dL.Bila terdapat
penurunan kesadaran pada penyandang diabetes harus selalu dipikirkankemungkinan terjadinya
hipoglikemia. Hipoglikemia paling sering disebabkan oleh penggunaan sulfonilurea dan insulin.
Hipoglikemia akibat sulfonilurea dapat berlangsung lama, sehingga harus diawasi sampai
seluruh obat diekskresi dan waktukerja obat telah habis. Terkadang diperlukan waktu yang cukup
lama untuk
ginjalkronik).
pengawasannya (24-72 jam atau lebih, terutama pada pasien dengan gagal
Hipoglikemia
pada
usia
lanjut
merupakan
suatu
hal
yang
harus
dihindari,mengingat dampaknya yang fatal atau terjadinya kemunduran mental bermakna pada
pasien. Perbaikan kesadaran pada DM usia lanjut sering lebih lamban danmemerlukan
pengawasan yang lebih lama (PERKENI, 2006).
Gejala hipoglikemia terdiri dari gejala adrenergik (berdebar, banyak keringat,gemetar,
rasa lapar) dan gejala neuro-glikopenik (pusing, gelisah, kesadaran menurunsampai koma)
(PERKENI, 2006).
Hipoglikemia harus segera mendapatkan pengelolaan yang memadai.Diberikan makanan
yang mengandung karbohidrat atau minuman yang mengandunggula berkalori atau glukosa 1520 g melalui intra vena. Perlu dilakukan pemeriksaanulang glukosa darah 15 menit setelah
22
pemberian glukosa. Glukagon diberikan pada pasien dengan hipoglikemia berat (PERKENI,
2006).
Untuk penyandang diabetes yang tidak sadar, sementara dapat diberikanglukosa 40%
intravena terlebih dahulu sebagai tindakan darurat, sebelum dapatdipastikan penyebab
menurunnya kesadaran (PERKENI, 2006).
2.6.2 Komplikasi kronik
Nefropati diabetika
Diabetes mellitus tipe 2, merupaka penyebab nefropati paling banyak, sebagai penyebab
terjadinya gagal ginjal terminal. Kerusakan ginjal yang spesifik pada DMmengaikibatkan
perubahan fungsi penyaring, sehingga molekul-molekul besar seperti protein dapat lolos ke
dalam kemih (mis. Albuminuria). Akibat nefropati diabetikadapat timbul kegagalan ginjal yang
progresif. Nefropati diabetic ditandai denganadanya proteinuri persisten ( > 0.5 gr/24 jam),
terdapat retinopati dan hipertensi.Dengan demikian upaya preventif pada nefropati adalah
kontrol metabolisme dankontrol tekanan darah.
2. Komplikasi Makrovaskular
Timbul akibat aterosklerosis dan pembuluh-pembuluh darah besar, khususnyaarteri akibat
timbunan plak ateroma. Makroangioati tidak spesifik pada diabetes,namun pada DM timbul lebih
cepat, lebih seing terjadi dan lebih serius. Berbagaistudi epidemiologis menunjukkan bahwa
angka kematian akibat penyakit,kardiovaskular dan penderita diabetes meningkat 4-5 kali
dibandingkan orangnormal.
Komplikasi makroangiopati umumnya tidak ada hubungannya dengan kontrolkadar gula
darah yang balk. Tetapi telah terbukti secara epidemiologi bahwahiperinsulinemia merupakan
suatu faktor resiko mortalitas kardiovaskular, dimana peninggian kadar insulin menyebabkan
risiko kardiovaskular semakin tinggi pula.kadar insulin puasa > 15 mU/mL akan meningkatkan
risiko mortalitas koroner sebesar 5 kali lipat. Hiperinsulinemia kini dikenal sebagai faktor
aterogenik dan diduga berperan penting dalam timbulnya komplikasi makrovaskular.
Penyakit Jantung Koroner
Berdasarkan studi epidemiologis, maka diabetes merupakan suatu faktor risikokoroner.
Ateroskierosis koroner ditemukan pada 50-70% penderita diabetes. Akibatgangguan pada
koroner timbul insufisiensi koroner atau angina pektoris (nyeri dada paroksismal serti tertindih
benda berat dirasakan didaerah rahang bawah, bahu, lenganhingga pergelangan tangan) yang
timbul saat beraktifitas atau emosi dan akan meredasetelah beristirahat atau mendapat nitrat
sublingual.
24
Akibat yang paling serius adalah infark miokardium, di mana nyeri menetapdan lebih
hebat dan tidak mereda dengan pembenian nitrat. Namun gejala-gejala inidapat tidak timbul pada
pendenita diabetes sehigga perlu perhatian yang lebih teliti.
Stroke
Aterosklerosis serebri merupakan penyebab mortalitas kedua tersering pada penderita
diabetes. Kira-kira sepertiga penderita stroke juga menderita diabetes.Stroke lebih sering timbul
dan dengan prognosis yang lebih serius untuk penderitadiabetes. Akibat berkurangnya aliran
atrteri karotis interna dan arteri vertebralistimbul gangguan neurologis akibat iskemia, berupa:Pusing, sinkop- Hemiplegia: parsial atau total- Afasia sensorik dan motorik - Keadaan pseudodementia
Penyakit pembuluh darah
Proses awal terjadinya kelainan vaskuler adalah adanya aterosklerosis, yangdapat terjadi
pada seluruh pembuluh darah. Apabila terjadi pada pembuluh darahkoronaria, maka akan
meningkatkan risiko terjadi infark miokar, dan pada akhirnyaterjadi payah jantung. Kematian
dapat terjadi 2-5 kali lebih besar pada diabetesdisbanding pada orang normal. Risiko ini akan
meningkat lagi apabila terdapatkeadaan keadaan seperti dislipidemia, obes, hipertensi atau
merokok.
Penyakit pembuluh darah pada diabetes lebih sering dan lebih awal terjadi pada penderita
diabetes dan biasanya mengenai arteri distal (di bawah lutut). Padadiabetes, penyakit pembuluh
darah perifer biasanya terlambat didiagnosis yaitu bilasudah mencapai fase IV. Faktor factor
neuropati, makroangiopati dan mikroangiopatiyang disertai infeksi merupakan factor utama
terjadinya proses gangrene diabetik.Pada penderita dengan gangrene dapat mengalami amputasi,
sepsis, atau sebagaifactor pencetus koma, ataupun kematian.
3. Neuropati
Umumnya berupa polineuropati diabetika, kompikasi yang sering terjadi pada penderita
DM, lebih 50 % diderita oleh penderita DM. MAnifestasi klinis dapat berupa gangguan sensoris,
motorik, dan otonom. Proses kejadian neuropati biasanya progresif di mana terjadi degenerasi
25
serabut-serabut saraf dengan gejala-gejala nyeriatau bahkan baal. Yang terserang biasanya adalah
serabut saraf tungkai atau lengan.
Neuropati disebabkan adanya kerusakan dan disfungsi pada struktur syaraf akibat adanya
peningkatan jalur polyol, penurunan pembentukan myonositol, penurunan Na/K ATP ase,
sehingga menimbulkan kerusakan struktur syaraf,demyelinisasi segmental, atau atrofi axonal.
26