Anda di halaman 1dari 18

Sintesisi

Learning issue
1. Inkontinensia urin
Inkontinensia Urin
Definisi Inkontinensia Urin. Inkontinensia urin adalah pengeluaran urin tanpa disadarai dalam
jumlah dan frekuensi yang cukup sehingga menyebabkan masalah gangguan kesehatan dan
atau social. Inkontinensia urin merupakan salah satu manifestasi penyakit yang sering
ditemukan pada pasien geriatri.
Diperkirakan prevalensi inkontinensia urin berkisar antara 1530% usia lanjut di masyarakat
dan 20-30% pasien geriatri yang dirawat di rumah sakit mengalami inkontinensia urin, dan
kemungkinan bertambah berat inkontinensia urinnya 25-30% saat berumur 65-74 tahun.
Masalah inkontinensia urin ini angka kejadiannya meningkat dua kali lebih tinggi pada
wanita dibandingkan pria.
Klasifikasi Inkontinensia Urin
Inkontinensia Urin Akut Reversibel
Pasien delirium mungkin tidak sadar saat mengompol atau tak dapat pergi ke toilet sehingga
berkemih tidak pada tempatnya. Bila delirium teratasi maka inkontinensia urin umumnya
juga akan teratasi. Setiap kondisi yang menghambat mobilisasi pasien dapat memicu
timbulnya inkontinensia urin fungsional atau memburuknya inkontinensia persisten, seperti
fraktur tulang pinggul, stroke, arthritis dan sebagainya..
Berbagai kondisi yang menyebabkan poliuria dapat memicu terjadinya inkontinensia urin,
seperti glukosuria atau kalsiuria. Gagal jantung dan insufisiensi vena dapat menyebabkan
edema dan nokturia yang kemudian mencetuskan terjadinya inkontinensia urin nokturnal.
Berbagai macam obat juga dapat mencetuskan terjadinya inkontinensia urin seperti Calcium
Channel Blocker, agonist adrenergic alfa, analgesic narcotic, psikotropik, antikolinergik dan
diuretic.
Untuk mempermudah mengingat penyebab inkontinensia urin akut reversible dapat dilihat
akronim di bawah ini :
D : delirium
R : restriksi mobilitas, retensi urin
I : Infeksi, inflamasi, Impaksi
P :Poliuria, pharmasi
inkontinensia persisten

Manifestasi klinis Inkontinensia Urin meliputi :


Inkontinensia urin stress :

Tak terkendalinya aliran urin akibat meningkatnya tekanan intraabdominal, seperti pada saat
batuk, bersin atau berolah raga. Umumnya disebabkan oleh melemahnya otot dasar panggul,
merupakan penyebab tersering inkontinensia urin pada lansia di bawah 75 tahun. Lebih
sering terjadi pada wanita tetapi mungkin terjadi pada laki-laki akibat kerusakan pada sfingter
urethra setelah pembedahan transurethral dan radiasi. Pasien mengeluh mengeluarkan urin
pada saat tertawa, batuk, atau berdiri. Jumlah urin yang keluar dapat sedikit atau banyak
Inkontinensia urin urgensi :
Keluarnya urin secara tak terkendali dikaitkan dengan sensasi keinginan berkemih.
Inkontinensia urin jenis ini umumnya dikaitkan dengan kontraksi detrusor tak terkendali
(detrusor overactivity). Masalah-masalah neurologis sering dikaitkan dengan inkontinensia
urin urgensi ini, meliputi stroke, penyakit Parkinson, demensia dan cedera medula spinalis.
Pasien mengeluh tak cukup waktu untuk sampai di toilet setelah timbul keinginan untuk
berkemih sehingga timbul peristiwa inkontinensia urin. Inkontinensia tipe urgensi ini
merupakan penyebab tersering inkontinensia pada lansia di atas 75 tahun. Satu variasi
inkontinensia urgensi adalah hiperaktifitas detrusor dengan kontraktilitas yang terganggu.
Pasien mengalami kontraksi involunter tetapi tidak dapat mengosongkan kandung kemih
sama sekali. Mereka memiliki gejala seperti inkontinensia urin stress, overflow dan obstruksi.
Oleh karena itu perlu untuk mengenali kondisi tersebut karena dapat menyerupai ikontinensia
urin tipe lain sehingga penanganannya tidak tepat
Inkontinensia urin overflow :
Tidak terkendalinya pengeluaran urin dikaitkan dengan distensi kandung kemih yang
berlebihan. Hal ini disebabkan oleh obstruksi anatomis, seperti pembesaran prostat, faktor
neurogenik pada diabetes melitus atau sclerosis multiple, yang menyebabkan berkurang atau
tidak berkontraksinya kandung kemih, dan faktor-faktor obat-obatan. Pasien umumnya
mengeluh keluarnya sedikit urin tanpa adanya sensasi bahwa kandung kemih sudah penuh.
Inkontinensia urin fungsional :
Memerlukan identifikasi semua komponen tidak terkendalinya pengeluaran urin akibat
faktor-faktor di luar saluran kemih. Penyebab tersering adalah demensia berat, masalah
muskuloskeletal berat, faktor lingkungan yang menyebabkan kesulitan unutk pergi ke kamar
mandi, dan faktor psikologis. Seringkali inkontinensia urin pada lansia muncul dengan
berbagai gejala dan gambaran urodinamik lebih dari satu tipe inkontinensia urin.
Penatalaksanaan yang tepat memerlukan identifikasi semua komponen.
Walaupun begitu, bebrapa perubahan perubahanberkaitan dengan bertambahnya usia, dan
faktor faktor yang sekarang timbul sebagai akibat seorang menjadi lanjut usia dapat
mendukung terjadinya inkintinensia (kane,dkk). Faktor faktor yang berkaitan dengan
bertambahnya usia antara lain :
a. Mobilitas yang lebih terbatas karena menurunnya panca indra dan kemunduran system
lokomosi
b. Kondisi kondisi medic yang patologik dan berhubungan dengan pengaturan urin,
misalnya pada penyakit DM, gagal jantung kongestif.
Penyebab Inkontinensia Urin / Etiologi Inkontinensia Urin
Kelainan urologi, misalnya radang, batu, tumor,divertikel
Kelainan neurologic, misalnya struk, trauma pada medulla spinalis, demensia,dll.

Yang lainnya misalnya hambatan mobilitas, situasi tempat berkemih yang tidak memadai.
Pemeriksaan Penunjang Inkontinensia Urin
Uji urodinamik sederhana dapat dilakukan tanpa menggunakan alat-alat mahal. Sisa-sisa urin
pasca berkemih perlu diperkirakan pada pemeriksaan fisis. Pengukuran yang spesifik dapat
dilakukan dengan ultrasound atau kateterisasi urin. Merembesnya urin pada saat dilakukan
penekanan dapat juga dilakukan. Evaluasi tersebut juga harus dikerjakan ketika kandung
kemih penuh dan ada desakan keinginan untuk berkemih. Diminta untuk batuk ketika sedang
diperiksa dalam posisi litotomi atau berdiri. Merembesnya urin seringkali dapat dilihat.
Informasi yang dapat diperoleh antara lain saat pertama ada keinginan berkemih, ada atau
tidak adanya kontraksi kandung kemih tak terkendali, dan kapasitas kandung kemih.
Laboratorium Inkontinensia Urin
Elektrolit, ureum, creatinin, glukosa, dan kalsium serum dikaji untuk menentukan fungsi
ginjal dan kondisi yang menyebabkan poliuria.

Penatalaksanaan Inkontinensia Urin


Penatalaksanaan inkontinensia urin menurut Muller adalah mengurangi faktor resiko,
mempertahankan homeostasis, mengontrol inkontinensia urin, modifikasi lingkungan,
medikasi, latihan otot pelvis dan pembedahan.
Terapi non farmakologi Inkontinensia Urin
Dilakukan dengan mengoreksi penyebab yang mendasari timbulnya inkontinensia urin,
seperti hiperplasia prostat, infeksi saluran kemih, diuretik, gula darah tinggi.
Penatalaksanaan Inkontinensia Urin
Obat-obat yang dapat diberikan pada inkontinensia urgen adalah antikolinergik seperti
Oxybutinin, Propantteine, Dicylomine, flavoxate, Imipramine. Pada inkontinensia stress
diberikan alfa adrenergic agonis, yaitu pseudoephedrine untuk meningkatkan retensi urethra.
Pada sfingter relax diberikan kolinergik agonis seperti Bethanechol atau alfakolinergik
antagonis seperti prazosin untuk stimulasi kontraksi, dan terapi diberikan secara singkat.
Terapi Pembedahan Inkontinensia Urin
Terapi ini dapat dipertimbangkan pada inkontinensia tipe stress dan urgensi, bila terapi non
farmakologis dan farmakologis tidak berhasil. Inkontinensia tipe overflow umumnya
memerlukan tindakan pembedahan untuk menghilangkan retensi urin. Terapi ini dilakukan
terhadap tumor, batu, divertikulum, hiperplasia prostat, dan prolaps pelvic (pada wanita).
Modalitas lain
Sambil melakukan terapi dan mengobati masalah medik yang menyebabkan inkontinensia
urin, dapat pula digunakan beberapa alat bantu bagi lansia yang mengalami inkontinensia
urin, diantaranya adalah pampers, kateter, dan alat bantu toilet seperti urinal, komod dan
bedpan.

2. Proses penuaan bella suci vihe uly dimas

Proses penuaan meupakan proses yang dialami setiap makhluk hidup. Hal
ini dapat berlangsung secara fisiologis maupun patologis. Umur manusia
telah ditentukan, namun banyak faktor yang dapat mempengaruhinya.
Pertumbuhan manusia normal dapat digambarkan seperti gunung. Tahap
pertama meningkat, mencapai puncak (saat manusia berumur 20-an),
tiba tahap kedua menurun. Dengan sendirinya , jika proses penuaan dapat
dihentikan saat manusia berada di puncak, kemudaannya akan
bertambah.Banyak teori yang menjelaskan mengenai proses penuaan sel
antara lain teori Telomere, Teori wear-and tear, Teori Mutasi Somatik,
Teori akumulasi kesalahan ,Teori akumulasi sampah, Teori autoimun,
teori Aging-Clock, Teori Cross-Linkage, Teori radikal bebas
,Mitohormesis.Dan sekarang yang paling sering dianut adalah teori
Telomer. Namun demikian proses penuaan sel adalah multifaktorial baik
secara intrinsik maupun ekstrinsik.Dengan mengetahui proses penuaan
ini, banyak orang yang berusaha untuk menghindari dari proses penuaan
tersebut dengan munculnya produk- produk Anti Aging. Dimana produk
yang paling sering digunakan adalah produk yang memakai teori FreeRadical.

PROSES PENUAAN

Proses penuaan merupakan proses yang berhubungan dengan umur


seseorang. Manusia mengalami perubahan sesuai dengan bertambahnya
umur seseorang tersebut. Semakin bertambah umur semakin berkurang
fungsi-fungsi organ tubuh. Hal ini dapat kita lihat dari perbandingan
struktur dan fungsi organantara manusia yang berumur 70 tahun dengan
mereka yang berumur 30 tahun yaitu :- berat otak 56%- Aliran darah ke
otak 80%- CardiacOutput 70 %- Jumlah glomerulus 56%- Glomerular
filtration rate 69%- Vital capacity 56%- Asupan O2 selama olahraga 40%Jumlah dari axon pada saraf spinal 63%- Kecepatan pengantar inpuls
saraf 90%- Berat badan 88%Banyak faktor yang mempengaruhi proses
penuaan tersebut sehingga muncullah teori-teori yang menjelaskan
mengenai faktor penyebab proses penuaan ini.Diantara teori yang
terkenal adalah teori Telomere dan teori radikal bebas.Adapun faktor yang
mempengaruhi proses penuaan tersebut dapat dibagi atas dua bagian
yaitu :Faktor genetik, yang melibatkan :- jam gen - Perbaikan
DNA- Respon terhadap stress- Pertahanan terhadap antioksidanFaktor
lingkungan,
yang
melibatkan:- pemasukan
kalori- penyakitpenyakit- Stress dari luar (misalnya : radiasi, bahan-bahan kimia)Kedua
faktor tersebut akan mempengarui aktifitas metabolisme sel yang akan
menyebabkan terjadinya stress oksidasi sehinga terjadi kerusakan pada
sel yang menyebabkan terjadinya proses penuaan.TEORI TELOMERE

Pada ujung setiap kromosom, terdapat sekuen pendek DNA nontranskripsi


yang dapat diulang berkali-kali (TTAGGG), yang dikenal sebagai telomere.
Sekuen telomere ini tidak seluruhnya terkopi sepanjang sintesis DNA
menuju ke mitosis. Sebagai hasilnya, ekor untaian tunggal DNA ditinggal
di ujung setiap kromosom; ini akan dibuang dan, pada setiap pembelahan
sel, telomere menjadi pendeksel . Pada saat sel somatikbereplikasi, satu
potongan kecil tiap susunan telomere tidak berduplikasi, dan telomere
memendek secara progresif. Akhirnya , setelah pembelahan sel yang
multiple, telomere yang terpotong parah diperkirakan mensinyal proses
penuaan sel. Namun demikian, pada sel germ dan sel stem panjang
telomere diperbaiki setelah pembelahan tiap sel oleh enzim khusus yang
disebut telomerase.Pemendekan telomere dapat menjelaskan batas
replikasi (Hayflick) sel. Hal ini didukung oleh penemuaan bahwa panjang
telomer berkurang sesuai umur individu darimana kromosom didapat. Dari
pengamatan jangka panjang bahwa fibroblast manusia dewasa normal
pada kultur sel, memiliki rentang masa hidup tertentu; fibroblast berhenti
membelah dan menjadi menua setelah kira-kira 50 kali penggandaan.
Fibroblast neonatus mengalami sekitar 65 kali penggandaan sebelum
berhenti
membelah,
sementara
itu
fibroblast
pada
pasien
dengan progeria, yang berusia premature, hanya memperlihatkan 35 kali
penggandaan atau lebih. Menuanya fibroblas manusia dalam biakan dapat
dihindari secara parsial dengan melumpuhkan gen RB dan TP 53. Namun
sel ini akhirnya juga mengalami suatu krisis, yang ditandai dengan
kematiaan sel masif.TEORI WEAR AND TEAR

Teori Wear and Tear disebut juga teori Pakai dan Lepas. Teori ini
memberi kesan bahwa hilangnya sel secara normal akibat dari perubahan
dalam kehidupan sehari-hari dan penumpukan rangsang subletal dalam
sel yang berakhir dengan kegagalan sistem yang cukup besar sehingga
keseluruhan organisme akan mati.Teori ini memberikan penjelasan yang
baik mengapa kegagalan jantung dan system saraf sentral merupakan
penyebab yang sering pada kematian; sel-sel yang mempunyai fungsi
penting pada jaringan ini tidak mempunyai kemampuaan regenerasi.Teori
ini sama sekali tergantung pada pandangan statistik penuaan. Pada teori
ini kita mempunyai harapan hidup yang sama bagi setiap individu, namun
perubahan panjang umur setiap individu diakibatkan oleh perubahan pola
hidup dari individu itu sendiriBerbagai mekanisme seluler dan subseluler
yang diperkirakan sebagai penyebab kesalahan penumpukan yang
menyebabkan
terjadinya
penuaan
sel
adalah:- ikatan
silang
protein- ikatan silang DNA- mutasi dalam DNA yang membuat gen yang
penting
tidak
tersedia
atau
berubah
fungsinya- kerusakan
mitokondria- cacat lain dalam penggunaan oksigen dan nutrisi

TEORI RADIKAL BEBAS

Berdasarkan penelitian Gomberg dan ilmuwan lainnya, istilah radikal


bebas diartikan sebagai molekul yang relatif tidak stabil, mempunyai satu
atau lebih elektron yang tidak berpasangan diorbit luarnya. Molekul
tersebut bersifat reaktif dalam mencari pasangan elektronnya. Jika sudah
terbentuk dalam tubuh maka akan terjadi reaksi berantai dan
menghasilkan radikal bebas baru yang akhirnya jumlahnya terus
bertambah.Oksigen yang kita hirup akan diubah oleh sel tubuh secara
konstan menjadi senyawa yang sangat reaktif , dikenal sebagai senyawa
reaktif oksigen yang diterjemahkan dari reactive oxygen species
(ROS), satu bentuk radikal bebas. Peristiwa ini berlangsung saat proses
sintesa energi oleh mitokondria atau proses detoksifikasi yang melibatkan
enzim sitokrom P-450 di hati. Produksi ROS secara fisiologis ini merupakan
konsekuensi logis dalam kehidupan aerobik.Sebagian ROS berasal dari
proses fisiologis tersebut (ROS endogen) dan lainnya adalah ROS eksogen,
seperti berbagai polutan lingkungan (emisi kendaraan bermotor dan
industri, asbes, asap rokok dan lain-lain), radiasi ionisasi, infeksi bakteri,
jamur dan virus, serta paparan zat kimia ( termasuk obat) yang bersifat
mengoksidasi. Ada berbagai jenis ROS, contohnya adalah superoksida
anion, hidroksil, peroksil, hydrogen peroksida, singlet oksigen, dan lain
sebagainya.Didalam tubuh manusia sendiri juga dilengkapi oleh system
defensive terhadap radikal bebas tersebut berupa perangkat antioksidan
enzimatis (gluthatione, ubiquinol, catalase, superoxide dismutase,
hydroperoksidase dan lain sebagainya). Antioksidan enzimatis endogen ini
pertama kali dikemukakan oleh J.M. Mc Cord dan I.Fridovich yang
menemukan enzim antioksidan alami dalam tubuh manusia dengan
nama superoksida dismutase (SOD). Hanya dalam waktu singkat setelah
teori tersebut disampaikan, selanjutkan ditemukan enzim-enzim
antioksidan endogen lainnya seperti glutation peroksidase dan katalase
yang
mengubah
hydrogen
peroksidase
menjadi
air
dan
oksigen.Sebenarnya radikal bebas, termasuk ROS, penting artinya bagi
kesehatan dan fungsi tubuh yang normal dalam memerangi peradangan,
membunuh bakteri, dan mengendalikan tonus otot polos pembuluh darah
dan organ-organ dalam tubuh kita. Namun bila dihasilkan melebihi batas
kemampuan proteksi antioksidan seluler, maka dia akan menyerang sel
itu sendiri. Struktur sel yang berubah turut merubah fungsinya, yang akan
mengarah pada proses munculnya penyakit.Stress oksidatif (oksidative
stress) adalah ketidak seimbangan antara radikal bebas (prooksidan) dan
antioksidan
yang
dipicu
oleh
dua
kondisi
umum:- kurangnya
antioksidan- Kelebihan produksi radikal bebasKeadaan stress oksidatif
membawa pada kerusakan oksidatif mulai dari tingkat sel, jaringan hingga
ke organ tubuh, menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan dan
munculnya penyakit.Teori penuaan dan radikal bebas pertama kali
digulirkan oleh Denham Harman dari University of Nebraska Medical
Center di Omaha, AS pada 1956 yang menyatakan bahwa tubuh
mengalami penuaan karena serangan oksidasi dari zat-zat perusak.

TEORI GENETIKA

Proses penuaan kelihatannya mempunyai komponen genetik. Hal ini dapat


dilihat dari pengamatan bahwa anggota keluarga yang sama cenderung
hidup pada umur yang sama dan umurnya mempunyai umur yang ratarata sama, tanpa mengikut sertakan meninggal akibat kecelakaan dan
penyakit. Mekanisme penuaan yang jelas secara genetik belumlah jelas,
tetapi penting jadi catatan bahwa lamanya hidup kelihatannya diturunkan
melalui garis wanita dan seluruh mitokondria mamalia berasal dari telur
dan tidak ada satupun dipindahkan melalui spermatozoa. Pengalaman
kultur sel sugestif bahwa beberapa gen yang mempengaruhi penuaan
terdapat pada kromosom 1, tetapi bagaimana cara mereka
mempengaruhi penuaan masih belum jelas. Disamping itu terdapat juga
eksperimen alami yang baik dimana beberapa manusia dengan kondisi
genetik yang jarang (progerias) seperti sindroma Werner menunjukkan
penuaan yang premature dan meninggal akibat penyakit usia lanjut
seperti ateroma derajat berat pada usianya yang masih belasan tahun
atau permulaan remaja.Serupa dengan itu, penderita sindroma Down
pada umumnya proses penuaannya lebih cepat dibandingkan dengan
populasi lain. Disamping itu fibroblasnya mampu membelah dalam jumlah
lebih sedikit di dalam kultur dibandingkan dengan control yang umurnya
sama. Tetapi ini masih sangat jauh dari bukti akhir bahwa penuaan
merupakan kondisi genetik; hal ini hanya menunjukkan kepada kita bahwa
beberapa bentuk penuaan dipengaruhi oleh mekanisme genetik.

TEORI PEROSES PENUAAN YANG LAIN

Ada beberapa teori proses penuaan yang lain yaitu :Teori mutasi somatik

Teori ini mengemukakan bahwa proses penuaan diakibatkan oleh


kerusakan pada integritas genetik sel-sel tubuh itu.Teori akumulasi
kesalahan

Teori ini mengemukakan bahwa proses penuaan diakibatkan adanya


kesalahan pada kode genetic yang berangsur-angsur rusak yang
kemudian menumpuk dan menyebabkan rusaknya kode genetic
tersebut.Teori akumulasi sampah

Menurut teori ini proses penuaan disebabkan karena menumpuknya sisasisa pembuangan (sampah metabolisme) yang akhirnya menyebabkan
kerusakan pada sistem metabolisme.Teori Autoimune

Penuaan yang terjadi disebabkan karena terbentuknya autoantibodi yang


menyerang jaringan tubuh itu sendiri. Hal ini dapat terlihat pada radang
lambung atropi, Hashimoto tiroiditis.Teori Aging ClockTeori ini
mengemukakan bahwa proses penuaan disebabkan karena suatu urutan
yang telah terprogram, seperti halnya jam, dimana telah diatur oleh saraf
atau sistem endokrin kita.Sel-sel membelah dan terjadi pemendekan dari
telomer ini seperti jam yang telah diatur waktunya.Teori cross-linkage

Penuaan terjadi karena akumulasi dari cross-linkage yang mana akan


menghalangi fungsi sel normalMitohormesis

Sejak tahun 1930 diketahui bahwa membatasi asupan kalori mencegah


timbulnya proses penuaan. Baru-baru ini, Michael Ristow menunjukkan
bahwa penundaan proses penuaan dapat dilakukan dengan meningkatkan
antioksidan yang menghambat pembentukan radikal bebas dalam
mitokondria.

SINDROMA PROSES PENUAAN YANG PREMATUR

Ada beberapa penyakit genetik yang menunjukan adanya proses penuaan


yang prematur. Tanda-tanda dari penyakit ini adalah dijumpainya rambut
yang beruban, mengkerutnya kulit, dan pendeknya masa hidup dari
penderita tersebut. Pada beberapa kasus hal ini dapat terjadi karena
mutasi dari gen. Adapun proses penuaan yang premature tersebut dapat
kita lihat pada:- Werners syndrome

Pada penderita ini kelihatan pada rambut mereka telah beruban pada usia
20 tahun dan penderita umumnya meninggal pada usia 40 tahun. Tandatanda proses penuaan seperti osteoporosis, katarak, dan arterosklerosis
dapat terlihat pada penderita. Meskipun pada waktu mudanya, sel-sel
juga mengalami replikasi penuaan namun hanya sebanyak 20 kali,
sedangkan yangnormal mencapai 70 kali atau lebih. Hal ini disebabkan
oleh mutasi di WRN, dimana WRN ini diperlukan untuk perbaikan dan
pemeliharaan DNA yang terdapat di telomere.- Cockayne syndrome
(CS)Terjadi karena mutasi pada gen-gen yang berfungsi pada perbaikan
DNA yaitupada saat terjadi transkripsi DNA. Pada penderita ini hanya

menunjukkanbeberapa tanda proses penuaan, namun proses kematian


sangatlah cepat padapenderita ini.- Ataxia telangiectasia (AT)

Penderita menunjukkan proses penuaan yang premature hal ini


disebabkan karena kerusakan pada fungsi gen yang mendeteksi
kerusakan DNA (ATM) sehingga gen gagal memulai untuk proses
perbaikan selnya.- Hutchinson Gilford progeria syndrome.

Anak-anak yang menderita sindroma ini akan menunjukkan tanda-tanda


proses penuaan premature yang parah sejak mereka dilahirkan dan
penderita akan meninggal setelah mereka berumur belasan tahun.
Disebabkan oleh mutasi gen (LMNA) untuk lamin yang berfungsi
menstabilkan membrane dalam dari pembungkus inti sel. Sebagaimana
telah diketahui bahwa replikasi, transkripsi, dan perbaikan dari DNA
berlangsung di bagian dalam dari inti sel, sedangkan pada penderita
sindroma ini terjadi peningkatan kerusakan pada DNA dan kerusakan pada
ekspresi gen.Dari sindrom penuaan yang premature ini terlihat bahwa
terjadinya mutasi bukan seluruhnya pada sel, tetapi terjadi mutasi pada
gen-gen yang bertanggung jawab pada proses replikasi, perbaikan, dan
transkripsi dari dari seluruh gen.

ANTI AGING

Pada penderita proses penuaan yang premature terapi yang maksimal


belumlah dijumpai, namun dengan diketahuinya bahwa adanya enzim
telomerase yang menghambat pemendekan telomere ini,maka para
ilmuwan masih berusaha untuk membentuk suatu substrat yang bekerja
seperti enzim telomerase tersebut.Namun penghambatan proses penuaan
pada sel-sel yang normal telah banyak ditemukan dengan munculnya
produk-produk anti aging.Dugaan bahwa radikal bebas tersebar dimanamana, pada setiap kejadian pembakaran seperti merokok, memasak,
pembakaran bahan baker pada mesin dan kendaraan bermotor. Paparan
sinar ultraviolet yang terus-menerus, pestisida dan pencemaran lain di
dalam makanan kita, bahkan karena olahraga yang berlebihan,
menyebabkan tidak ada pilihan selain tubuh harus melakukan tindakan
protektif. Langkah yang tepat untuk menghadapi banyaknya radikal bebas
tersebut adalah dengan mengurangi paparannya atau mengoptimalkan
pertahanan tubuh melalui aktivitas antioksidan.Selain jenis antioksidan
enzimatis seperti yang disebut di awal, dikenal pula jenis antioksidan
nonenzimatis. Jenis ini dapat berupa golongan vitamin, seperti vitamin C,
vitamin E serta golongan senyawa fitokimia seperti senyawa fenolik.
Senyawa fenolik ini banyak dijumpai pada sayuran, buah-buahan, rempah-

rempah dan sebagainya yang merupakan konsumsi makanan kita seharihari.Suplemen vitamin banyak beredar di pasaran dalam berbagai dosis.
Namun perlu diketahui, hingga saat ini para ahli masih sulit memastikan
berapa komposisi yang seimbang antara radikal bebas dan antioksidan di
dalam tubuh.Beberapa antioksidan dalam dosis tertentu bisa berubah
sifat menjadi prooksidan.

3. Geriatric assesmenthanifa sifa amel herdwin beca


Assesment geriatri merupakan kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan bagi
pasien lansia (Geriatri) yang berusia lebih dari 60 tahun. Kegiatan ini dilaksanakan
oleh sebuah tim yang disebut dengan TIMAssesment Geriatri.
Tim Assesment geriatri
1)

Dokter spesialis penyakit dalam (Internist).

2)

Dokter spesialis syaraf (Neurologist).

3)

Dokter spesialis penyakit jiwa (Psychiatrist).

4)

Psikolog (Psycologist).

5)

Dokter gigi (Dentist).

6)

Apoteker (Pharmacist).

7)

Ahli Gizi (Dietician).

8)

Ahli fisioterapi (Physioterapist).

9)

Pekerja sosial (Social Worker).


Pelayanan kesehatan bagi pasien geriatri ini berupa pemeriksaan kesehatan general
check

up

plus yang

berarti

selain

pemeriksaan general

check

up,

pasien

juga

mendapatkan assesment(pemeriksaan lain) yang meliputi penilaian aspek medik, psikososial,


dan ekonomi yang terdiri dari riwayat medis, evalulasi fisik, neurologi, mulut/gigi, nutrisi,
sosial, pemeriksaan mental ringkas, aktivitas sehari-hari, penggunaan/efek samping obatobatan, pemeriksaan laboratorium, dan data penunjang lainnya.
Pasien yang diberikan assesment dapat berasal dari :
1)

Dokter

praktek

swasta

yang

merekomendasikan

kepada

tim

geriatri

dilaksanakanassesment.
2)

Pasien Poli Geriatri yang disarankan oleh dokter yang memeriksa untuk assesment.

3)

Pasien rawat inap yang menginginkan assesment.

4)

Kemauan pasien sendiri/keluarga pasien.

untuk

Tujuan Assesment geriatri adalah sebagai berikut :


1)

Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanan kesehatan di rumah sakit.

2)

Menjamin kemanjuran, keamanan, dan efisiensi penggunaan obat.

3)

Meningkatkan kerjasama antar profesi kesehatan lain (dokter, apoteker, ahli gizi, dokter
gigi, dll).

4)

Membantu kebijakan obat di rumah sakit dalam rangka meningkatkan penggunaan obat
secara rasional.
Bagi pasien geriatri pemeriksaan ini bermanfaat untuk menyusun pengobatan dan
pemeliharaan kesehatan yang rasional mengingat kompleksnya masalah kesehatan pada usia
lanjut sehingga perlu proses terapi dan pengobatan yang memerlukan perhatian dan
penanganan khusus.
Tahapan pelaksanaan assessment geriatri :

1)

Pengambilan data
Data yang diperlukan oleh apoteker dalam tahap assesment (pemeriksaan) pasien adalah
sebagai berikut :

a)

Identifikasi pasien antara lain nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin,
dan alamat.

b)

Obat yang dipakai saat ini, baik resep dari dokter, tanpa resep dokter, maupun obat
tradisional; jenis obat; jumlah; dosis; manfaat; dll.

c)

Sejarah pemakaian obat; baik resep dari dokter, tanpa resep dokter, maupun obat
tradisional; jenis; jumlah; dosis; manfaat; dll.

d)

Efek samping obat, alergi.

e)

Data penunjang, baik dari teori, hasil pemeriksaan fisik, laboratorium, dan radiologik.

2)

Penelusuran pustaka, meliputi patofisiologi, penatalaksanaan pengobatan, mekanisme kerja


obat-obat yang dikonsumsi, farmakokinetika, ESO, interaksi. Penelusuran pustaka bertujuan
untuk mengkaji dan mencari informasi selengkapnya dan menyiapkan usulan kepada tim
geriatri antara lain, seperti penggantian obat, pengurangan dosis, atau penghentian obat.

3)

Konferensi/diskusi
Dihadiri oleh semua tim Assesment geriatri. Diskusi ini membahas tentang kasus pasien dari
hasil pemeriksaan dan pustaka/informasi yang dikumpulkan. Dalam diskusi dibahas dan
disimpulkan tentang penyakit, antara lain :

a)

Diagnosis penyakit yang diderita pasien.

b)

Impairment dan Handicaps,

yaitu

untuk

menilai

berbagai

tingkat

kemunduran,

keterbatasan, dan kecacatan yang dialami oleh pasien.


c)

Rekomendasi untuk pelaksanaan terapi, baik terapi dengan obat, diit makanan, cara
memelihara kesehatan baik fisik maupun mental serta rehabilitasi.

4)

Rekomendasi
Hasil/kesimpulan dari konferensi diinformasikan kepada pasien oleh masing-masing disiplin
ilmu kesehatan yang terdapat dalam tim geriatri. Laporan pemeriksaan apoteker yang
diberikan kepada penderita adalah tentang obat-obatan yang dipakai (saat ini dan yang lalu,
ditambah atau dikurangi, diganti atau sama sekali tidak diberikan), cara dan lamanya
pemakaian obat, dosis, manfaat, ESO, dan alergi.

5)

Monitoring/pemantauan
Monitoring bertujuan untuk mengetahui secara berkesinambungan kondisi pasien.

Peran apoteker pada kegiatan assessment geriatri antara lain:


a.

Mengidentifikasi masalah penting yang terkait dengan obat

b.

Melakukan penilaian efek samping obat yang pernah atau sedang dikonsumsi oleh pasien

c.

Memberikan usulan terapi yang tepat pada dokter

d.

Memberikan informasi obat

e.

Memantau tanggapan pasien terhadap terapi obat

f.

Mengupayakan pendidikan dan meningkatkan kepatuhan pasien dalam penggunaan obat.


Untuk mewujudkan tujuan tersebut, Apoteker dituntut untuk memiliki kemampuan
untuk mengaplikasikan pengetahuan terapeutik, mengkorelasi antara kondisi pasien dengan
pemilihan obat, menginterprestasikan data laboratorium, mengidentifikasi kontraindikasi
obat, mengidentifikasi kemungkinan munculnya efek samping obat yang tidak dikehendaki,
membuat keputusan yang terkait dengan formulasi dan stabilitas, merekomendasikan
pengaturan dosis, dan berkomunikasi efektif secara verbal dengan pasien ataupun profesi
kesehatan lainnya.
Dalam mengikuti kegiatan ini mahasiswa dapat mencermati peran seorang apoteker
dalam pelaksanaan kegiatan assessment geriatri. Dalam suatu tim assessment geriatri, seorang
apoteker dapat tampil secara profesional, menerapkan dan mengembangkan ilmu farmasi
yang dimilikinya, melaksanakan kewajiban moralnya dan berkomunikasi dengan pasien serta

membina hubungan profesional dengan tenaga kesehatan lain yang bekerja sama dalam satu
tim.
Dalam menunjang pelayanan farmasi klinik yang berorientasi pada pasien terutama
pasien geriatri

menyelenggarakan kegiatan assesment geriatri yang bertujuan untuk

memberikan pelayanan informasi mengenai segala aspek yang berkaitan dengan tim geriatri
yang tidak bias, obyektif, patient oriented, dan aktual kepada pasien. Assesment geriatri
didukung oleh tim khusus yang dinamakan timAssesment Geriatri yang masing-masing
anggotanya mempunyai keahlian khusus (dari berbagai disiplin ilmu kesehatan).
Kegiatan Assesment geriatri yang dilakukan oleh apoteker dimulai dari wawancara
dengan pasien untuk mengidentifikasi dan mengetahui riwayat penyakit serta riwayat
pengobatan yang sudah atau sedang dilakukan oleh pasien, kemudian data yang diperoleh
dikaji dengan penelusuran pustaka. Peran utama apoteker pada kegiatan assesment geriatri
adalah melakukan penilaian penggunaan/efek samping obat yang pernah atau sedang
digunakan oleh pasien dan juga dapat mengusulkan rekomendasi pengobatan yang akan
dibahas pada saat konferensi dengan tim geriatri lainnya.
Hasil yang didapat pada tahap konferensi diinformasikan kepada pasien oleh ketua
timAssesment Geriatri. Pasien akan menerima penjelasan tentang penyakit yang diderita, obat
yang digunakan, cara pakai, kemungkinan diet yang harus pasien lakukan.
Salah satu cara untuk memastikan bahwa terapi yang diberikan oleh tim geriatri
berhasil atau tidak adalah dengan melihat perkembangan pasien. Atas pertimbangan itulah
maka dilakukan monitoring pada pasien assessment geriatri. Monitoring yang baik tidak
hanya sebatas kondisi kesehatan pasien tetapi juga mengenai kepatuhan pasien untuk minum
obat dan menjalani dietnya. Untuk pasien yang datang secara rutin kegiatan monitoring dapat
berjalan namun untuk pasien yang hanya datang satu kali kunjungan monitoring tidak akan
bisa dilakukan. Untuk itu ada baiknya bila kegiatan ini juga melibatkan pihak keluarga atau
teman dekat pasien yang bisa ikut memonitoring kondisi pasien dan kepatuhannya terhadap
obat dan dietnya.
Kegiatan assessment geriatri memberikan banyak keuntungan baik dari pihak pasien
maupun pihak Rumah Sakit. Melalui kegiatan tersebut, pasien mendapatkan pelayanan
kesehatan yang lengkap dari berbagai tenaga kesehatan yang tergabung dalam
tim assessment geriatri, sehingga mengurangi kemungkinan terlewatinya penyakit atau
gangguan yang diderita pasien. Manfaat lain untuk pasien, dengan ditanganinya pemeriksaan

oleh tim assessment geriatri adalah mendapat banyak masukan saran yang dapat membantu
meningkatkan

kualitas

kesehatan

dirinya.

Bagi

Rumah

Sakit

sendiri,

kegiatanassessment geriatri yang dikelola dengan cara yang professional akan memberikan
keuntungan dari segi finansial, selain itu dengan diselenggarakannya kegiatan ini juga akan
meningkatkan komunikasi dan kerjasama yang baik antar tenaga kesehatan yang bekerja
sama dalam rumah sakit.

4.

Permasalahan pada lansia


Penilaian geriatri bersifat multidimensi, yang dirancang untuk mengevaluasi
kemampuan fungsional, kesehatan fisik, kognisi dan kesehatan mental, dan keadaan
socioenvironmental. Elemen tertentu dari kesehatan fisik yang dievaluasi meliputi
gizi, penglihatan, pendengaran, kontinensia tinja dan urin, dan keseimbangan.
Penilaian geriatrik berbeda dari evaluasi medis standar dengan memasukkan domain
nonmedis, dengan menekankan kapasitas fungsional dan kualitas hidup. Karena
tuntutan dari praktek klinis, penilaian geriatri cenderung kurang komprehensif dan
lebih diarahkan oleh masalah.
1. Kemampuan Fungsional
Status fungsional mengacu pada kemampuan seseorang untuk melakukan tugas-tugas
yang diperlukan untuk hidup. Penilaian geriatri dimulai dengan review dari dua divisi
utama kemampuan fungsional: aktivitas sehari-hari (ADL) dan kegiatan instrumental
hidup sehari-hari (IADL). ADL adalah kegiatan perawatan diri yang dilakukan setiap
hari (misalnya, makan, berpakaian, mandi,berpindah antara tempat tidur dan kursi,
menggunakan toilet, mengendalikan fungsi kandung kemih dan usus). IADL adalah
kegiatan yang diperlukan untuk hidup mandiri (misalnya, melakukan pekerjaan rumah
tangga, menyiapkan makanan, minum obat dengan benar, mengelola keuangan,
menggunakan telepon). Dokter dapat memperoleh informasi fungsional yang berguna
dengan hanya mengamati pasien dalam menyelesaikan tugas-tugas sederhana, seperti
membuka kancing dan mengancingkan kemeja, mengambil pena dan menulis kalimat,
memakai sepatu, dan naik dan turun dari meja pemeriksaan. Gangguan pada ADL dan
IADL menunjukkan perlunya evaluasi lebih mendalam keadaan socioenvironmental
pasien dan perlunya bantuan tambahan.
2. Kesehatan Fisik
Penilaian geriatri menggabungkan semua aspek dari riwayat medis konvensional,

termasuk masalah utama, penyakit saat ini, masalah medis masa lalu dan saat ini,
riwayat keluarga dan sosial, data demografi, dan peninjauan kembali dari sistem.
Pendekatan pemeriksaan anamnesis dan fisik, namun, harus spesifik untuk geriatri.
Secara khusus, topik seperti nutrisi, penglihatan, pendengaran, pengendalian
pengeluaran tinja dan urin, keseimbangan dan pencegahan jatuh, osteoporosis, dan
polifarmasi harus dimasukkan dalam evaluasi.
A. PEMERIKSAAN PENYAKIT
Dalam proses penuaan normal, sering kali ada penurunan fungsi fisiologis yang
biasanya tidak berhubungan dengan penyakit. Namun, pengobatan diabetes mellitus,
hipertensi, dan glaukoma dapat mencegah morbiditas di masa depan secara signifikan.
Skrining untuk keganasan memungkinkan untuk deteksi dini, dan beberapa dapat
disembuhkan jika diobati dini.
B. NUTRISI
Sebuah penilaian gizi penting karena asupan mikronutrien yang tidak memadai umum
pada geriatri. Beberapa kondisi medis yang berkaitan dengan usia dapat
mempengaruhi pasien untuk kekurangan vitamin dan mineral. Penelitian telah
menunjukkan bahwa vitamin A, C, D, dan B12, kalsium, zat besi, seng, dan mineral
lainnya sering kurang dalam populasi yang lebih tua, bahkan tanpa adanya kondisi
seperti anemia pernisiosa atau malabsorption. Ada empat komponen khusus untuk
penilaian gizi geriatri: (1) riwayat nutrisi dilakukan dengan checklist kesehatan gizi,
(2) catatan asupan makanan biasa pasien berdasarkan recall makanan 24 jam, (3)
pemeriksaan fisik dengan perhatian khusus pada tanda-tanda yang berhubungan
dengan nutrisi yang tidak memadai atau berlebihan, dan (4) memilih tes laboratorium,
jika diperlukan.
C. PENGLIHATAN
Penyebab paling umum dari gangguan penglihatan pada orang tua termasuk
presbiopia, glaukoma, retinopati diabetes, katarak, dan age-related macular
degeneration. Pemeriksaan Kesehatan Berkala disarankan untuk dokter perawatan
primer menggunakan grafik Snellen untuk memeriksa ketajaman visual, dan terutama
pada pasien tua yang telah menderita diabetes selama setidaknya lima tahun
memerlukan penilaian oleh dokter mata. Selain itu, disarankan bahwa pasien dengan
risiko tinggi glaukoma, yaitu yang memiliki riwayat keluarga glaukoma, diabetes,
atau miopia berat, menjalani penilaian periodik oleh ophthalmologist.

D. PENDENGARAN
Presbycusis adalah kondisi kronis yang paling umum ketiga di Amerika pada geriatri,
setelah hipertensi dan arthritis. Direkomendasikan skrining pasien tua untuk gangguan
pendengaran secara berkala dengan pemeriksaan Audioscope, pemeriksaan otoscopic,
dan uji suara berbisik. Uji suara berbisik dilakukan dengan berdiri sekitar 3 kaki
belakang pasien dan berbisik serangkaian huruf dan angka. Kegagalan untuk
mengulang sebagian besar huruf dan angka menunjukkan gangguan pendengaran.
Selain itu, obat pasien harus diperiksa untuk obat yang berpotensi ototoxic. Pasien
dengan otitis media yang kronis atau kehilangan pendengaran mendadak, atau yang
gagal setiap tes skrining harus dirujuk ke otolaryngologist. Alat bantu dengar adalah
pilihan perawatan untuk orang tua dengan gangguan pendengaran, karena dapat
meminimalkan gangguan pendengaran dan meningkatkan fungsi sehari-hari.
E. Kontinensia kemih
Inkontinensia urin memiliki dampak medis yang penting dan berhubungan dengan
ulkus dekubitus, sepsis, gagal ginjal, infeksi saluran kemih, dan peningkatan
mortalitas. Implikasi psikososial inkontinensia termasuk kehilangan harga diri,
pembatasan kegiatan sosial dan seksual, dan depresi. Selain itu, inkontinensia sering
merupakan faktor penentu utama bagi penempatan di panti jompo. Sebuah penilaian
untuk inkontinensia urin harus mencakup evaluasi asupan cairan, obat-obatan, fungsi
kognitif, mobilitas, dan operasi urologi.
F. KESEIMBANGAN
Gangguan keseimbangan pada orang tua sering bermanifestasi sebagai jatuh dan
cedera terkait. Untuk menilai resiko jatuh dapat dilakukan tes dengan mengamati
pasien bangkit dari kursi tanpa menggunakan bantuan lengannya, berjalan 10 langkah,
berbalik,ber jalan kembali, dan kembali ke posisi duduk. Seluruh proses ini harus
memakan waktu kurang dari 16 detik. Pasien yang mengalami kesulitan melakukan
tes ini memiliki peningkatan risiko jatuh dan perlu evaluasi lebih lanjut.
Orang tua dapat mengurangi risiko jatuh mereka dengan latihan, terapi fisik, penilaian
bahaya di rumah, dan mengurangi obat-obatan psikotropika.
G. OSTEOPOROSIS

Osteoporosis dapat menyebabkan patah tulang low-impact atau spontan, yang dapat
menyebabkan jatuh. Osteoporosis dapat didiagnosis secara klinis atau radiografis. Hal
ini paling sering didiagnosis oleh dual-energi x-ray absorptiometry dari total pinggul,
kolum femoralis, atau tulang belakang lumbal, dengan T-score -2,5 atau kurang.
Disarankan skrining secara rutin pada perempuan 65 tahun dan lebih tua untuk
osteoporosis dengan dual-energi x-ray absorptiometry.
H. Polifarmasi
Polifarmasi, yang merupakan penggunaan beberapa obat atau pemberian obat lebih
dari klinis yang ditunjukkan, adalah umum pada orang tua. Di antara orang dewasa,
30 persen dari admisi rumah sakit dan banyak masalah yang dapat dicegah, seperti
jatuh dan kebingungan, diyakini berhubungan dengan efek obat yang merugikan.
3. Kognisi dan Kesehatan Mental
A. DEPRESI
Direkomendasikan skrining untuk depresi terutama bagi geriatric yang berada di
tempat perawatan. Pertanyaan sederhana sebagai alat skrining adalah "Selama sebulan
terakhir, apakah Anda pernah terganggu oleh perasaan sedih, depresi, atau
keputusasaan?" dan "Apakah Anda sering terganggu oleh kurangnya minat atau
kesenangan dalam melakukan sesuatu?". Apabila salah satu atau kedua pertanyaan ini
adalah positif, pasien membutuhkan evaluasi lebih lanjut untuk depresi.
B. DEMENSIA
Diagnosis dini demensia memungkinkan akses terhadap obat-obatan yang tepat dan
membantu keluarga untuk membuat persiapan untuk masa depan. Hal ini juga dapat
membantu dalam pengelolaan gejala lain yang sering menyertai tahap awal demensia,
seperti depresi dan mudah tersinggung. Ada beberapa tes skrining yang tersedia untuk
menilai disfungsi kognitif, namun Mini Mental State Examination adalah tes yang
lebih disukai karena kecepatan, kenyamanan, dan ketepatan.
4. Keadaan Socioenvironmental
Menurut Biro Sensus Amerika Serikat, sekitar 70 persen orang dewasa 65 tahun atau
lebih tua hidup dengan pasangan atau keluarga mereka, dan 30 persen tinggal sendiri.
Menentukan pengaturan hidup yang paling cocok untuk pasien yang lebih tua

merupakan fungsi penting dari penilaian geriatri. Meskipun pilihan untuk perumahan
bagi orang tua sangat bervariasi, ada tiga tipe dasar: rumah-rumah pribadi di
masyarakat, tinggal bersama orang lain yang dapat membantu aktivitas harian, dan
fasilitas keperawatan terampil (misalnya, rumah sakit rehabilitasi, panti jompo).
Faktor yang mempengaruhi keadaan socioenvironmental pasien termasuk interaksi
sosial, sumber daya pendukung yang tersedia, kebutuhan khusus, dan keamanan
lingkungan.
Sebagai data penilaian yang diperoleh, Daftar Masalah harus dicatat untuk
memungkinkan semua anggota tim kesehatan untuk dengan mudah mengakses
informasi. Dokter keluarga dapat menghasilkan daftar masalah yang mencakup
kondisi atau peristiwa yang membutuhkan perawatan baru atau yang sedang
berlangsung, yang meliputi implikasi gizi, fungsional, dan medis sosial, dan intervensi
yang diusulkan. Tipe penilaian ini memungkinkan pasien yang lebih tua untuk
mendapatkan keuntungan dari tim interdisipliner yang menilai secara efektif dan
secara aktif mengelola perawatan kesehatan mereka.

Anda mungkin juga menyukai