Anda di halaman 1dari 50

Bagian I

BUDIDAYA TANAMAN
I.

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Mata kuliah Dasar-dasar Agronomi adalah mata kuliah yang berisikan
prinsip-prinsip dasar pengusahaan tanaman, pengenalan faktor-faktor produksi
dan

pengaruhnya

terhadap

pertumbuhan

tanaman.

Kegiatan

praktikum

diselenggarakan sebagai sarana untuk melengkapi dan mendukung pemahaman


teori yang diberikan dalam perkuliahan. Pemahaman meteri praktikum diharapkan
dapat dicapai melalui kegiatan di lapangan dan penelaahan bahan bacaan yang
materinya disusun sesuai dengan materi pokok perkuliahan
Praktikum lapangan Dasar-dasar Agronomi merupakan serangkaian
kegiatan di lapangan (kebun percobaan) yang berisikan materi identifikasi dan
praktik kegiatan budidaya tanaman. Melalui praktikum ini mahasiswa akan
memperoleh pengalaman empiris melakukan kegiatan mulai dari pengenalan
tanaman, prinsip-prinsip penggunaan sarana produksi (benih, pupuk, pestisida),
penanaman benih, pembibitan tanaman, pemeliharaan tanaman yang meliputi
penyulaman, penyiraman, pemupukan, pengendalian hama penyakit dan
pengendalian gulma serta pemanenan.
Selain melakukan kegiatan di lapangan, mahasiswa juga menghitung dan
menganalisis penggunaan sarana produksi, mengamati morfologi, perkembangan
dan pertumbuhan tanaman, serta mengamati dan menghitung hasil panen,
komponen hasil dan produktivitas tanaman. Dengan demikian mahasiswa
diharapkan selain memahami prinsip-prinsip dasar kegiatan budidaya tanaman
juga memperoleh wawasan kegiatan budidaya sebagai salah satu subsistem dari
sistem agribisnis.

Laporan Dasar-Dasar
Agronomi

43

I.2 Tujuan
Setelah melakukan kegiatan praktikum budidaya tanaman ini diharapkan :
1. Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip dasar dalam budidaya tanaman.
2. Mahasiswa dapat menentukan tahapan kerja dalam sistem produksi.
3. Mahasiswa dapat menentukan dan menghitung kebutuhan sarana produksi
seperti pupuk, benih, pestisida, dan alat-alat atau mesin pertanian.
4. Mahasiswa mendapatkan pengalaman empirik melakukan tindakan budidaya
mulai dari penanaman, pemeliharaan tanaman, hingga panen.
5. Mahasiswa dapat menjelaskan fase-fase pertumbuhan dan perkembangan
tanaman, serta peranan faktor produksi dan tindakan budidaya terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman

Laporan Dasar-Dasar
Agronomi

43

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Sejarah
Orang Cina merupakan pengguna kacang kedelai sebagai makanan yang
pertama. Pada sekitar tahun 1100 BC, kacang kedelai telah ditanam di bagian
selatan Cina dan dalam waktu singkat menjadi makanan pokok diet Cina. Kacang
kedelai telah diperkenalkan di Jepang sekitar tahun 100 AD dan meluas ke seluruh
negara-negara Asia secara pesat. Kacang kedelai dikenal di Eropa sekitar tahun
1500 AD. Pada awal abad ke 18, kacang kedelai telah ditanam secara komersial di
Amerika Serikat.
Pada tahun 1970, tahu menjadi terkenal sebagai makanan alternatif dari
daging yang ramah lingkungan. Orang-orang menganggap tahu sebagai pilihan
makanan yang lebih murah dan sumber protein yang lebih efisien dibandingkan
produk hewani. Produk yang berkaitan dengan kacang kedelai merupakan
makanan tambahan yang terjangkau. Manfaat kacang kedelai diantaranya : (1)
sumber protein nabati yang terbaik, (2) meningkatkan metabolisme tubuh, (3)
menguatkan sistem imun tubuh, (4) menstabilkan kadar gula darah, (5)
melindungi jantung (pencegah jantung koroner), (6) menambah daya ingat, (7)
membentuk tulang yang kuat, dll.
Nama botani dari kedelai yaitu Glycine max yang diambil dari bahasa
Yunani. Kedelai yang dibudidayakan sebenarnya terdiri dari paling tidak dua
spesies: Glycine max (disebut kedelai putih, yang bijinya bisa berwarna kuning,
agak putih, atau hijau) dan Glycine soja (kedelai hitam, berbiji hitam). G. max
merupakan tanaman asli daerah Asia subtropik seperti RRC dan Jepang selatan,
sementara G. soja merupakan tanaman asli Asia tropis di Asia Tenggara. Tanaman
ini telah menyebar ke Jepang, Korea, Asia Tenggara dan Indonesia.
Karakteristik
Biji kedelai berkeping dua, terbungkus kulit biji dan tidak mengandung
jaringan endosperma. Embrio terletak diantara keping biji. Warna kulit biji
kuning, hitam, hijau, coklat. Bentuk biji kedelai umumnya bulat lonjong tetapai
ada pula yang bundar atau bulat agak pipih. Kecambah kedelai tergolong epigeal,
yaitu keping biji muncul diatas tanah. Kedelai yang berhipokotil ungu berbunga
ungu, sedang yang berhipokotil hijau berbunga putih.

Laporan Dasar-Dasar
Agronomi

43

Tanaman kedelai mempunyai akar tunggang yang merupakan tempat


terbentuknya bintil-bintil akar. Bintil akar tersebut berupa koloni dari bakteri
pengikat nitrogen Bradyrhizobium japonicum yang bersimbiosis secara mutualis
dengan kedelai. Tipe pertumbuhan batang dapat dibedakan menjadi terbatas
(determinate), tidak terbatas (indeterminate), dan setengah terbatas (semiindeterminate). Bunga kedelai termasuk bunga sempurna yaitu setiap bunga
mempunyai alat jantan dan alat betina.
Pengandalian Hama dan Penyakit
Aphis glycine. Kutu ini dapat dapat menularkan virus SMV (Soyabean Mosaik
Virus). Menyerang pada awal pertumbuhan dan masa pertumbuhan bunga dan
polong. Gejala: layu, pertumbuhannya terhambat. Pengendalian: (1) Jangan tanam
tanaman inang seperti: terung-terungan, kapas-kapasan atau kacang-kacangan; (2)
buang bagian tanaman terserang dan bakar, (3) gunakan musuh alami (predator
maupun parasit);
Kumbang daun tembukur (Phaedonia inclusa). Bertubuh kecil, hitam bergaris
kuning. Bertelur pada permukaan daun. Gejala: larva dan kumbang memakan
daun, bunga, pucuk, polong muda, bahkan seluruh tanaman. Pengendalian:
penyemprotan PESTONA
Ulat polong (Ettiela zinchenella). Gejala: pada buah terdapat lubang kecil. Waktu
buah masih hijau, polong bagian luar berubah warna, di dalam polong terdapat
ulat gemuk hijau dan kotorannya. Pengendalian : (1) tanam tepat waktu.
Kepik polong (Riptortis lincearis).Gejala: polong bercak-bercak hitam dan
menjadi hampa.
Kepik hijau (Nezara viridula). Pagi hari berada di atas daun, saat matahari
bersinar turun ke polong, memakan polong dan bertelur. Umur kepik dari telur
hingga dewasa antara 1 sampai 6 bulan. Gejala: polong dan biji mengempis serta
kering. Biji bagian dalam atau kulit polong berbintik coklat.
Ulat grayak (Spodoptera litura). Gejala : kerusakan pada daun, ulat hidup
bergerombol, memakan daun, dan berpencar mencari rumpun lain. Pengendalian :
(1) dengan cara sanitasi; (2) disemprotkan pada sore/malam hari (saat ulat
menyerang tanaman) beberapa Natural VITURA.

Laporan Dasar-Dasar
Agronomi

43

Penyakit Layu Bakteri (Pseudomonas sp.). Gejala : layu mendadak bila


kelembaban terlalu tinggi dan jarak tanam rapat. Pengendalian : Varietas tahan
layu, sanitasi kebun, dan pergiliran tanaman. Pengendalian : Pemberian Natural
GLIO
Penyakit layu (Jamur tanah : Sclerotium Rolfsii). Menyerang tanaman umur 2-3
minggu, saat udara lembab, dan tanaman berjarak tanam pendek. Gejala : daun
sedikit demi sedikit layu, menguning. Penularan melalui tanah dan irigasi.
Pengendalian; tanam varietas tahan.
Penyakit karat (Cendawan Phakospora phachyrizi). Gejala: daun tampak bercak
dan bintik coklat. Pengendalian: (1) cara menanam kedelai yang tahan terhadap
penyakit; (2) semprotkan Natural GLIO + gula pasir
Busuk batang (Cendawan Phytium Sp). Gejala : batang menguning kecoklatcoklatan dan basah, kemudian membusuk dan mati. Pengendalian : (1)
memperbaiki drainase lahan; (2) Tebarkan Natural GLIO di awal.
Penggunaan pupuk nitrogen dosis rendah mampu meningkatkan tinggi
tanaman, jumlah polong per tanaman, hasil biji per tanaman, berat tanaman segar
dan hasil biji per petak. Jarak tanam rapat menurunkan berat per tanaman kedelai,
namun mampu meningkatkan berat tanaman segar per petak dan hasil biji per
petak dibanding jarak tanam renggang. Kondisi tersebut terjadi karena pemberian
urea dosis rendah mampu memacu pertumbuhan awal kedelai melalui mekanisme
konvensional seperti tanaman lain. Urea dosis tinggi akan menghambat kerja
Rhizobium dalam bersimbiosis dengan kedelai sehingga justru menurunkan
pertumbuhan dan hasilnya.

Laporan Dasar-Dasar
Agronomi

43

III.
III.1

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu


Praktikum Dasar-Dasar Agronomi ini berlangsung selama 3 bulan

yaitu dimulai tanggal 9 Oktober - 18 Desember 2009, setiap hari Jumat pada
pukul 07.00 10.00 WIB. Praktikum dilaksanakan di dua tempat, yaitu di
kebun percobaan Leuwikopo dan di kebun koleksi Cikabayan. Di kebun
Leuwikopo dilakukan praktikum budidaya tanaman, sedangkan di kebun
Cikabayan dilakukan praktikum teknik pembibitan tanaman dan identifikasi
tanaman perkebunan.
III.2

Bahan dan Alat

Bahan :

Benih Kedelai

Insektisida butiran (Furadan)

(varietas Lumajang Brewok)

Insektisida cair (Matador 25 CS)

Pupuk Urea (45% N)

Fungisida (Dithane M-45)

Pupuk SP-18 (36% P2O5)

Air

Pupuk KCl (60% K2O)


Alat :

2 buah Cangkul

Ember

2 buah kored

Papan nama percobaan

Tali rafia

Ajir

Tugal

Sprayer

Meteran

III.3

Cara Pelaksanaan

Penanaman
Siapkan lahan yang telah diolah dan siap untuk ditanam.
Buat Barisan tanaman dengan tali rafia dengan baris pertama dimulai setengah
jarak tanam antar barisan dari pinggir petakan. Rentangkan dua tali berjarak 40
cm pada sisi barat dan timur, sebagai acuan baris tanaman atau gunakan ajir
sebagai acuan.

Laporan Dasar-Dasar
Agronomi

43

Rafia yang telah diberi tanda 10 cm yang diikat pada dua ajir, digunakan
sebagai acuan lubang tanam, digerakkan sesuai jarak antar baris (arah timurbarat).
Buat alur tanam sedalam 4-5 cm di samping tali.
Buat alur pupuk pada jarak 7 cm dari tali, kedalaman alur sekitar 7 cm.
Campurkan seluruh dosis pupuk urea dengan SP-18 dan KCl secara merata.
Setelah dicampur merata, bagilah menjadi beberapa bagian yang sama sesuai
dengan jumlah barisan tanaman.
Taburlah pupuk ke dalam alur secara merata dari ujung ke ujung.
Benih ditanam pada alur tanam, 1 butir perlubang sesuai jarak tanam dalam
baris.
Taburkan insektisida sistemik (furadan) kira-kira 5-6 butir ke dalam lubang
benih (atau dosis 20 kg/ha)
Setelah semua lubang ditanami benih dan furadan, tutuplah alur pupuk dan
lubang benih dengan baik. Usahakan lubang benih ditutup dengan tanah yang
lembut dan gembur.
Pasang papan nama percobaan di tiap petak sesuai perlakuan.
Siramkan air secukupnya, hingga lembab, pada barisan lubang benih yang
telah ditanam (apabila pada saat tanam tidak ada hujan atau tanah kering).
Petak percobaan tanaman kedelai

Gambar 1.1 Pembagian petak lahan percobaan kelompok 2 (Kedelai)

Laporan Dasar-Dasar
Agronomi

43

Perlakuan
Pada praktikum ini dilakukan 4 perlakuan terhadap dua varietas kedelai
yang berbeda, yaitu kedelai varietas Lumajang Brewok (K1) dan Vanderman (K2)
dengan dosis pemupukan (N1= 45kg N ha -1 dan N0 = tanpa pupuk N) dengan
kombinasi perlakuan :
1. K1N1 = Varietas Lumajang Brewok dengan dosis 45 kg N/ha
2. K1N0 = Varietas Lumajang Brewok tanpa pupuk N
3. K2N0 = Varietas Vanderman dengan dosis tanpa pupuk N
4. K2N1 = Varietas Vanderman dengan dosis 45 kg N/ha
Pemeliharaan
Penyulaman.
Penyulaman benih yang tidak tumbuh dilakukan pada umur 1 MST.
Lubang tanam diperiksa, benih yang tidak tumbuh dibuang, diganti dengan
benih yang baru.
Penyiangan dan penggemburan tanah.
Lakukan penyiangan pada gulma yang tumbuh dekat barisan tanaman dan
di antara barisan tanaman sekaligus untuk menggemburkan tanah, secara
manual dengan cangkul atau kored. Usahakan gulma tercabut sampai ke
perakarannya.
Pengendalian hama penyakit.
Lakukan penyemprotan insektisida dan fungisida apabila diperlukan,
sesuai dosis dan volume semprot anjuran yang tertera pada label.
Pengaturan irigasi dan drainase.
Bila tanah terlalu kering bagi tanaman, alirkan air masuk ke dalam
petakan, sebaliknya, apabila curah hujan tinggi perbaiki saluran air sekeliling
petakan agar pembuangan air lancar karena kedelai menghendaki tanah
lembab, bukan tanah basah atau tergenang.

Laporan Dasar-Dasar
Agronomi

43

Pengamatan
Selama pertumbuhan sampai panen kedelai, dilakukan pengamatan
perubah pertumbuhan dan komponen hasil. Perubah pertumbuhan yang diamati
adalah:
Daya tumbuh benih.
Pada saat kedelai berumur 1 MST hitunglah jumlah benih yang tumbuh
dari seluruh lubang tanam, kemudian prosentasekan terhadap seluruh jumlah
benih yang ditanam. Amati pula tipe perkecambahannya.
Tanaman contoh.
Pada saat kedelai berumur 2 MST, ambil 10 tanaman contoh secara acak
yang mewakili seluruh petakan (jangan dari barisan pinggir dan bukan tanaman
pinggir). Amati tanaman contoh tersebut untuk peubah di bawah ini setiap
minggu berikutnya sampai satu minggu sebelum panen. Cara pengamatan
sebagai berikut:
(i) Tinggi tanaman (cm) ; diukur dari permukaan tanah sampai dengan titik
tumbuh tanaman.
(ii) Jumlah daun trifoliate (helai) ; hitunglah jumlah helaian daun yang telah
membuka sempurna, daun di bagian atas yang masih mengulung tidak
dihitung.
(iii)

Jumlah cabang (buah) ; hitunglah jumlah cabang yang muncul.

(iv)Luas daun per tanaman; pada 6 MST tentukan luas daun dari 1 tanaman
contoh kemudian hitungah indeks luas daun. Luas daun ditentukan dengan
metode gravimetri, yaitu menggambarkan semua daun pada kertas (koran)
kemudian digunting dan ditimbang, timbang juga jenis kertas yang sama
seluas 10x10 cm sebagai acuan bobot per satuan luas.
Pada 3 MST dan 6 MST cabut satu tanaman pinggir, lalu amati apakah ada
bintil akar atau tidak. Kemudian amati keaktifan bintil akar dengan
membelahnya, jika berwarna merah muda berarti bintil akar tersebut aktif
memfiksasi nitrogen, jika berwarna hijau belum aktif, dan jika berwarna coklat
kehitaman sudah tidak aktif.
Hitung umur tanaman (hari) pada saat keluar bunga 75 % populasi.

Laporan Dasar-Dasar
Agronomi

43

Amati keragaman morfologi tanaman yang tampak seperti : bentuk dan warna
daun, sudut tangkai daun, warna mahkota bunga dan keserempakan berbunga.
Tentukan apakah tipe pembungaannya determinate, indeterminate atau semideterminate.
Amati dan tentukan jenis penyakit dan hama yang menyerang tanaman.
Panen
Pada 10 tanaman contoh, dilakukan pengukuran komponen produksi sebagai
berikut:
(a) Bobot brangkasan tanaman contoh; cabut tanaman contoh, bersihkan akar
dari tanah yang melekat , lalu potong menjadi bagian akar dan bagian
tajuk. Selanjutnya, timbang masing-masing bagian tersebut dan hitung
rasio batang/akar.
(b) Buang seluruh daun dan cabang tinggalkan polong kemudian ditimbang.
Bagian ini merupakan bagian marketable unutk kedelai panen rebus/sisil.
Tentukan rendemen bagian marketable dari total bobot tanaman.
(c) Ambil semua polong dari batang tanaman contoh, kemudian ditimbang.
Tentukan indeks panen (bobot polong dibagi bobot total tanaman)
(d) Hitung jumlah polong rata-rata per tanaman. Hitung pula polong yang
bernas dan hampa.
(e) Lihat umumnya berapa biji perpolong.
Bobot per petak. Panen seluruh tanaman di petak bersih selain tanaman pinggir
dan baris pinggir. Kemudian timbanglah sekaligus. Bobot ini di tambah dengan
bobot 10 tanaman contoh merupakan bobot hasil panen perpetak bersih,
kemudian konversikan keluasan ha.

Laporan Dasar-Dasar
Agronomi

43

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.
4.1 Hasil

1. Benih
100 benih = 10 gram
luas lahan (x) : 9,75 x 7, 45 m
Jarak tanam 40 x 10 cm
jumlah yang ditanam (x) : 1656
Kebutuhan benih/ha = 1 ha/luas lahan x 1benih
= 10000 m2/(40 x 10 cm2) x 1 benih
= 250000
Jumlah benih yang dibutuhkan (gr)
benih (gr)= (250000/100) x 10 gram
= 25000 gram
= 25 kg
populasi = luas lahan/ luas areal yang ditempati satu individu
= (9,75 x 7, 45 m2)/( 40 x 10 cm)
= 1815,938
= 1815
2. Kebutuhan pupuk per luas lahan
45 kg N/ha, SP-18 dosis 200 kg/ha, dan KCl 150 kg/ha
Urea
: (100/45) x 45 kg N/ha = 100 kg/ha Urea
P2O5
: (18/100) x 200 kg/ha SP-18 = 36 kg/ha P2O5
K2O
: (60/100) x 150 kg/ha KCl = 75 kg/ha K2O
Untuk luas lahan 9,75 x 7,45 m pupuk yang dibutuhkan adalah
Urea
: (9,75 x 7,45 m)/10000 m x 100 kg = 0,726 kg Urea
(9,75 x 7,45 m)/10000 m x 45 kg N = 0,326 kg N
SP-18
: (9,75 x 7,45 m)/10000 m x 200 kg = 1,452 kg SP-18
(9,75 x 7,45 m)/10000 m x 36 kg P2O5 = 0,261 kg P2O5
KCl
: (9,75 x 7,45 m)/10000 m x 150 kg = 1,089 kg KCl
: (9,75 x 7,45 m)/10000 m x 75 kg K2O = 0,544 kg K2O

3. Presentase Daya Tumbuh Perkecambahan


Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa presentase daya tumbuh kecambah yang
paling tinggi adalah pada K1N1. Rata-rata daya tumbuh perkecambahan adalah >
80 %. Namun dari data juga dapat dilihat daya tumbuh perkecambahan lebih tinggi
pada tanaman yang diberi pupuk yaitu pada K1N1 dan K2N1.
Tabel 1. Daya Tumbuh Perkecambahan

Laporan Dasar-Dasar
Agronomi

43

Perlakuan

Jumlah Benih
Tanam

Jumlah Benih
Tumbuh

Daya Tumbuh

K1N1

1656

1503

90.76%

K1N0

1512

1271

84.06%

K2N0

1628

1419

87.16%

K2N1

1449

1282

88.47%

Lebih jelas juga dapat diamati pada grafik dibawah ini.

4.

Tinggi Tanaman n Minggu Setelah Tanam


Dari tabel 2 dapat dilihat tinggi rata-rata tanaman pada n MST pada varietas

Lumajang Brewok yang diberi tambahan pupuk saat penanaman awal pertumbuhan
rata-rata tinggi tanaman lebih tinggi. Begitu pula pada varietas Panderman yang
diberi tambahan pupuk waktu penanaman awal pertumbuhan rata-rata tinggi
tanaman juga lebih tinggi.
Tabel 2. Tinggi Rata-rata Tanaman Kedelai
Umur Tanaman (MST)
Perlakuan

K1N1

13.92

18.91

26.88

45.01

64.02

K1N0

10.96

14.62

21.89

33.29

K2N0

10.11

15.3

23.52

35.38

4
5
6
7
Rata-rata Tinggi Tanaman (cm)

73.22

80

81.11

43.33

46.44

55.17

56.78

52.5

60.28

63.33

67.44

K2N1
9.54
13.75 22.8
39.7
56.9
Keterangan : Perlakuan = Kombinasi Varietas Kedelai

73.4

73

74.2

Klpk 2.1 muncul bintil akar pada 3 MST dan 6 MST


Data lebih jelas dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

Laporan Dasar-Dasar
Agronomi

43

Dari grafik terlihat bahwa tinggi tanaman kedelai pada K1N1 lebih tinggi
dibandingkan pada K2N1.
5. Jumlah Daun n Minggu Setelah Tanam
Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa jumlah daun pada varietas Lumajang
Brewok dan Panderman tiap minggunya bertambah banyak meskipun ada
beberapa yang berkurang karena gugur dan telah menguning. Namun
pertambahan atau pengurangannya tidak signifikan.
Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Daun Tanaman Kedelai
Umur Tanaman (MST)
Perlakuan

K1N1

11

K1N0

K2N0

10

4
5
6
7
Rata-rata Jumlah Daun (helai)

19

14

15

13

17

16

13

13

15

17

17

K2N1
3
5
7
10
10
14
18
Keterangan : Perlakuan = kombinasi varietas kedelai
Rata-rata jumlah daun dibulatkan ke bawah
Selain dilihat pada tabel juga dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

15

Laporan Dasar-Dasar
Agronomi

43

6. Cabang Tanaman n Minggu Setelah Tanam


Pada 4 MST sebenarnya sudah ada cabang namun masih pada beberapa
tanaman sehingga rata-rata tidak dituliskan. Pada 5, 6, 7, 8, dan 9 MST cabang
yang muncul hanya dibeberapa tanaman namun cabang lebih dari satu sehingga
jumlah cabang adalah rata-ratanya. Dari data, modus dari cabang yang tumbuh
pada varietas Lumajang Brewok dan Panderman jumlah cabang pada beberapa
tanaman yang menjadi sampel mencapai 4, namun ada juga pada beberapa
tanaman tidak ada. Ada kesalahan data minggu 7 dan 8 pada perlakuan K2N0
yaitu lebih dari 10 cabang
Jumlah cabang pada tanaman kedelai tiap minggu dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 4. Jumlah Cabang Rata-rata Tanaman Kedelai
Umur Tanaman (MST)
Perlakuan

K1N1

K1N0

K2N0

K2N1

7.

4
5
6
Rata-rata Jumlah Cabang
(buah)

11

12

Indeks Luas Daun dan Populasi

Laporan Dasar-Dasar
Agronomi

43

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa massa daun pada varietas Lumajang Brewok
lebih ringan dibandingkan pada varietas Panderman. Pada perlakuan K1N1 lebih
ringan dibandingkan perlakuan yang lain. Sedangkan pada K2N1 lebih berat
dibandingkan pada K2N0.
Tabel 5. Indeks Luas Daun dan Populasi
Perlakuan

Massa

Massa

Daun

Kertas

(gr)
2,292

(gr)
0,378

Luas Daun

ILD

Indeks

(cm2)

Tanaman

Populasi

1,516

1,38

2,738

2,57

3,149
3,967

2,74

K1N1
606,35
6,1708
0,5634
1095,27
K1N0
K2N0
6,134
0,487
1259,77
K2N1
13,342
0,841
1586,99
Keterangan : K1N1 diambil tanaman pinggir

3,41

8. Hasil Panen
Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa pada K1N1 berat tajuk, akar,
polong+batang, jumlah polong polong marketable lebih berat dibandingkan pada
K1N0. Sedangkan pada K2N1 berat tajuk, akar, polong+batang, jumlah polong
polong marketable lebih ringan dibandingkan pada K2N0. Jumlah polong tersebut
belum termasuk polong hampa.
Tabel 6. Hasil Panen Bobot Rata-Rata Tanaman Kedelai
Perlakuan
K1N1
K1N0
K2N0
K2N1

Tajuk

Akar

Polong+Batang

(gr)

(gr)

(gr)

78
55,33
85,6
64

3,1
2,78
3,78
3,4

48,22
36,78
56,2
37,7

Polong
marketable
(gr)
36,1
27,33
42
31,6

Jumlah
polong
37
30
37
33

Keterangan : Jumlah polong dibulatkan ke bawah


Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa bobot total pada varietas Lumajang
Brewok perlakuan K1N1 lebih berat dibandingakan pada K1N0, rasio tajuk/ akar
juga lebih tinggi pada K1N1, namun rendeman bagian Marketable lebih besar
pada K1N0 dan indeks panen K1N1 lebih rendah dari K1N0.
Pada varietas Panderman perlakuan K2N1 bobot total lebih berat
dibandingkan pada K2N0, rasio tajuk/akar lebih tinggi pada K2N0, namun
randeman bagian Marketable dan indeks panen lebih besar pada K2N1.

Laporan Dasar-Dasar
Agronomi

43

Tabel 7. Komponen Produksi Tanaman Kedelai


Komponen Produksi
Rasio Tajuk/akar
Rendemen Marketable (%)
Indeks Panen
Jumlah biji per polong
Bobot Panen (kg)

K1N1
78/3,1
44,51%
0,45
3
110,7

Perlakuan
K1N0
K2N0
55,33/2,78
78/3,78
47,03%
0,47
3
88,92

46,99%
0,47
3
103,005

K2N1
64/3,4
45,99%
0,46
3
109,35

Keterangan :
- Bobot totalnya dihitung dari pengurangan bobot seluruhnya dikurangi 10%
bobot seluruhnya.
Data juga dapat dilihat pada grafik di bawan ini :

Berat total pada varietas Lumajang Brewok dan Panderman yang diberi
pupuk menunjukkan angka lebih tinggi.
Bobot panen K1N1 dikonversikan ke luas ha:
Bobot panen (ha)

= 1 ha / luas petakan x bobot panen petakan


= 10 4 m2 / (9,75 x 7, 45 m2 ) x 110,7 kg
= 15240,06 kg
= 15,24 ton

4.2 Pembahasan
Pada percobaan kedelai jumlah benih yang dibutuhkan pada area dengan
luas 9,75 x 7,45 m adalah 1656 benih dan untuk 1 ha membutuhkan sekitar 25 kg.
Pupuk yang dibutuhkan dengan luas area tersebut adalah 0,326 kg N dari Urea

Laporan Dasar-Dasar
Agronomi

43

atau 0,726 kg Urea, 0,261 kg P2O5 dari SP-18 atau 1,452 kg SP-18, dan 0,544 kg
K2O dari KCl atau 1,089 kg KCl.
Pemberian pupuk tersebut mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada
tanaman kedelai. Dalam perlakuan ini pupuk yang ditekankan adalah pupuk N.
Nitrogen diperlukan sebagai pembangun protoplasma, sintesa protein dan
perkembangan

sel

tanaman.

Dalam

perlakuan tersebut memberikan pengaruh


pada daya tumbuh perkembangan, tinggi
tanaman, jumlah daun, dan bobot panen
yang

umumnya

lebih

tinggi

dibandingkan yang tidak diberi pupuk.


Perlakuan tersebut tampak pada dua
varietas
berbeda,
Lumajang Gambar 1.2 Kedelai dengan perlakuan K1N1
brewok

dan

Panderman

yang

diberi tambahan pupuk sesuai dosis rekomendasi pada awal penanaman atau biasa
disebut sebagai pupuk dasar. Pada varietas Lumajang Brewok (K1N1)

daya

perkecambahan lebih tinggi daripada varietas Panderman (K2N1). Hal itu


menunjukkan bahwa varietas Lumajang Brewok akan lebih banyak yang tumbuh
saat ditanam. Selain itu, pada varietas Lumajang Brewok (K1N1) tinggi tanaman
peningkatannya linear, begitu pula dengan varietas Panderman (K2N1)
peningkatan tinggi tanaman adalah linear. Namun varietas Lumajang Brewok
(K1N1) lebih tinggi dibandingkan varietas Panderman (K2N1). Sedangkan data
jumlah daun dan jumlah cabang yang peningkatannya cenderung fluktuatif.
Peningkatan tinggi tanaman yang linear dan jumlah daun dan cabang yang
fluktuatif juga terjadi pada varietas Lumajang Brewok dan Panderman yang tidak
diberi pupuk. Untuk bobot panen, varietas Lumajang Brewok (K1N1) juga lebih
tinggi daripada varietas Panderman (K2N1).
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman
kedelai tidak hanya pupuk. Faktor lainnya seperti faktor internal seperti
varietasnya karena pada pengamatan dua varietas yang diberi pupuk dengam
rekomendasi sama per ha menunjukkan juga perbedaan pada pertumbuhan dan
perkembangannya meskipun tidak terlalu
signifikan.

Faktor

eksternal

juga

Laporan Dasar-Dasar
Agronomi

43

berpengaruh seperti faktor lingkungan, tanah, hama penyakit, dan gangguan lain.
Misalnya cabang dipengaruhi oleh oleh jenis varietas (faktor internal)

dan

lingkungan (faktor eksternal). Karena tanaman kedelai tidak terserang hama dan
penyakit yang signifikan, dalam percobaan ini tidak dilakukan penyemprotan
pestisida.
Dalam percobaan K1N1 selain pertumbuhan dan perkembangan tanaman
seperti tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, dan bobot panen yang
diamati, juga diamati bintil akar dan indeks luas daun. Bintil akar pada K1N1
mulai ada pada 3 MST dan 6 MST. Pada 3 MST bintil akar belum aktif terlihat
pada bintil yang berwarna hijau. Indeks luas daun pada semua perlakuan adalah
lebih besar dari 1. Namun pada varietas Panderman lebih besar dibandingkan
varietas Lumajang Brewok. Nilai ILD > 1 menunjukkan bahwa daun pada
tanaman dengan perlakuan yang berbeda adalah lebat. Jadi pada daun pada
varietas Panderman lebih lebat dibandingkan Gambar 1.3 Bintil Akar
pada varietas Lumajang Brewok.
Pengamatan tidak hanya dengan pengukuran kuantitatif, tetapi juga
pengamatan secara kualitatif. Pengamatan awal kualitatif juga dilakukan yaitu
pengamatan biji sebelum ditanam. Warna biji dan bentuk biji yang digunakan
pada perlakuan K1N1 adalah kuning kecoklatan dan bulat telur . Bentuk biji
kedelai tergantung varietas, dapat berbentuk bulat, agak gepeng, atau bulat telur,
namun sebagian varietas bijinya berbentuk bulat telur. Termasuk bobot biji juga
dipengaruhi oleh varietas. Pengamatan daun yaitu daun yang pertama muncul
adalah tipe unifoliate dan daun berikutnya adalah tipe trifoleate.
Pada pertengahan mengamati bunga. Umur tanaman saat bunga muncul 75%
adalah 6 MST. Bunga pada perlakuan K1N1
adalah

ungu.

termasuk

Tipe

determinate,

pertumbuhan

tanaman

pembungaannya
yaitu

tipe

yang

batang

utamanya diakhiri dengan bunga. Pada


akhir pengamatan, diamati polong kedelai.
Ada

perbedaan pada morfologi pada

varietas Lumajang Brewok dan Panderman.

Gambar 1.4 Warna Bunga

Lumajang Brewok berbulu sedikit dan berwarna putih sedangkan Panderman

Laporan Dasar-Dasar
Agronomi

43

berwarna berbulu banyak dan berwarna coklat. Selain data seperti pada tabel 6
dan tabel 7 juga diamati jumlah polong. Pada varietas Lumajang Brewok
perlakuan K1N1 jumlah biji per polong adalah 1-3 dan dominan jumlah biji per
polong 2. Jumlah polong hampa tiap tanaman berbeda. Beberapa tanaman tidak
ada polong hampa, namun ada juga yang berpolong hampa berjumlah 1-2.
Pada perlakuan lain juga ada kesalahan pada pengambilan data. Data
perlakuan K2N0 pada 7 dan 8 MST menyimpang karena pengukur yang
melakukan pengukuran berbeda. Data hasil pengamatan juga memungkinkan
adanya kesalahan pada tiap perlakuan karena standar perhitungan seseorang
berbeda dan juga dapat karena alat yang dipakai tiap MST berbeda.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh faktor internal
dan faktor eksternal, termasuk tanaman kedelai. Faktor internal seperti varietas
yaitu varietas Lumajang Brewok dan Panderman. Varietas mempengaruhi
pertumbuhan tanaman seperti cabang. Sedangkan faktor eksternal seperti
pemupukan, lingkungan, tanah, hama, penyakit, dan gangguan lain. Pemupukan
dilakukan dengan menambahkan pupuk Urea, SP-18, dan KCL. Dalam hal ini
yang diamati adalah pengaruh pupuk Urea yang membawa unsur N. Pemberian
pupuk tersebut merupakan salah satu kalatisator dalam penyerapan unsur N dari
tanah karena tanaman kedelai adalah tanaman yang dapat bersimbiosis dengan
bakteri Rhizobium. Dari pemupukan tersebut harus diperhatikan dosis yang
diperlukan oleh tanaman kedelai.
Varietas Lumajang Brewok menunjukkan hasil bobot panen yang lebih
besar daripada varietas Panderman.
5.2 Saran

Laporan Dasar-Dasar
Agronomi

43

DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, el al. 2000. Pemberian pupuk N dan metanol pada daun kedelai.
Penelitian dan pengembangan produksi kedelai di Indonesia. No 24:167-172.
Adisarwanto, T. 2005. Kedelai. Jakarta: Penebar Swadaya
Arsyad, Darman M, Mahyuddin Syam. 1998. Kedelai Sumber Pertumbuhan
Produksi dan Budidaya. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan
[Tim Dosen]. 2009. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Agronomi Tahun
Akademik 2009/2010.Bogor
Sudjaji, M., dan I.M. Widjik S. Penuntun Analisa Tanaman. Pusat Penelitin Tanah
Bogor. Bul. Tek. Penel. No. 1:16-27.
http://www.ilmupedia.com/akademik/29/616-budidaya-kedelai.html
http://www.mamud.com/Docs/budi_daya_kedelai.pdf
http://www.wikipedia.org/wiki/Kedelai

Laporan Dasar-Dasar
Agronomi

43

Bagian 2
IDENTIFIKASI TANAMAN PERKEBUNAN
I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Produk perkebunan merupakan salah satu komoditas andalan Indonesia
sebagai salah satu sektor yang menyumbangkan devisa terbesar. Terutama
komoditas sawit yang saat ini Indonesia sebagai negara pengekspor nomor
satu di dunia.
Hal ini tentu sangat membanggakan unutk kita, namun keberlanjutan
akan kesuksesan ini harus diperhatikan. Perlu diberikan pengetahuan
mengenai

karakteristik-karakteristik dan juga pentingnya

komoditas-

komoditas perkebunan ini, terutama kepada para generasi muda, yang akan
melanjutkan kesusksesan ini.
Oleh karena itu, pada praktikum ini diadakan suatu pengenalan dan
identifikasi mengenai sejumlah tanaman perkebunan, yaitu sawit, kopi,
kelapa, kako, karet, dan teh.
1.2 Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui karakteristik dan sifat tanaman perkebunan

II.

PELAKSAAAN DAN METODE PENGAMATAN

II.1 Tempat dan Waktu


Praktikum ini dilakukan di areal kebun percobaan Cikabayan pada tanggal
11 Desember 2009

Laporan Dasar-Dasar
Agronomi

43

2.1 Metode Pengamatan


Metode dari praktikum ini adalah dengan mengamati dan mengidentifikasi
karakteristik sejumlah tanaman perkebunan.

III.

HASIL

3.1 Kelapa Sawit (Elais guineensis)


Asal tanaman kelapa sawit (Elaeis
guineensis)

secara

pasti

belum

dapat

diketahui. Namun ada dugaan kuat bahwa


tanaman ini berasal dari dua tempat yaitu
Amerika Selatan dan Afrika. Spesies Elaeis
melanococca atau Elaeis gineensis berasal
dari Afrika. Sampai saat ini, kedua spesies di Gambar 2.1 Pohon Sawit
atas sudah menyebar ke seluruh negara
beriklim tropis, termasuk di Indonesia.
Kelapa sawit merupakan keluarga palmae. Tanaman yang sifatnya
monocious (bunga jantan dan betina dalamsatu tanaman).Varietas yang sering
digunakan adalah varietas tenerayang merupakan hasil persilangan dari varietas
dura dan sivera. Produksinya 25-30 ton/ha/tahun. Jarak tanamnya 9x9x9 m bentuk
segitiga sama sisi. Alat untuk memanen sawit yaitu:

Egrek: alat untuk memanen sawit TM6-20, lebih panjang dari dodos.

Dodos : alat untuk memanen sawit TM 1-5

Kedua alat tersebut digunakan untuk pelepasan pelepah dan pemanenan.


Kriteria pemanenan kelapa sawit adalah dilihat dari warna buah (warna
hitam:muda, merah:tua,).terdapat derondolan (buah sawit yang rontok/jatuh),
dilihat dari fraksinya, fraksi 2-3 sudah muali matang. Bobotnya mencapai 25-30
kg.

Laporan Dasar-Dasar
Agronomi

43

Kelapa

sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat

diandalkan karena minyak yang dihasilkan memiliki berbagai keunggulan


dibandingkan dengan minyak yang dihasilkan tanaman lain . Keunggulan tersebut
diantaranya memiliki kadar kolesterol yang rendah bahkan tanpa kolesterol.
Minyak nabati merupakan produk utama yang bisa dihasilkan dari kelapa
sawit. Potensi produksinya per hektar mencapai 6 ton per per tahun, bahkan lebih.
Jika dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak lainnya (4,5 ton per hektar),
tingkat poduksi ini termasuk tinggi.
Minyak nabati yang dihasilkan dari pengolahan buah kelapa sawit berupa
minyak sawit mentah (CPO atau crude palm oil) yang berwarna kuning dan
minyak inti sawit(PKO atau palm kernel oil ) yang tidak berwarna. CPO atau
PKO banyak digunakan sebagai bahan industri pangan (minyak goreng dan
margarin), industri sabun dll. Adapun jenis dari kelapa sawit itu sendiri antara
lain dura, tenera, dan pisifera.
Gulma di perkebunan kelapa sawit harus dikendalikan supaya secara
ekonomi tidak berpengaruh secara nyata terhadap hasil produksi. Adanya gulma
di perkebunan kelapa sawit tentu saja akan merugikan. Alasannya, gulma akan
menghambat jalan pekerja dan juga akan menjadi pesaing tanaman kelapa sawit
itu sendiri dalam hal menyerap unsur hara dan air, serta juga berkemungkinan
gulma menjadi tanaman inang yang bagi hama atau penyakit yang menyerang
tanaman kelapa sawit. Biasanya pemberantasan hama atau tanaman gulma
menggunakan herbisida, selain itu juga dapat dilakukan secara manual memakai
cangkul atau garpu.
3.2 Kopi (Coffea spp.)
Ada hampir 40 jenis varietas kopi yang terbagi
menjadi dua jenis utama kopi, yaitu: Kopi
Arabika, hampir 70% produksi kopi di dunia
merupakan

kopi

jenis

ini

(Indonesia

menyumbang 10% dari jumlah tersebut). Kopi


robusta diproduksi sekitar 30% produksi dunia.
Tanaman kopi termasuk apa yang dinamakan Gambar 2.2 Pohon Kopi

Laporan Dasar-Dasar
Agronomi

43

"tanaman hari pendek" (short day plant), yaitu tanaman yang membentuk bakal
bunga dalam periode hari pendek. Yang dimaksud dengan hari pendek adalah
siang hari yang panjangnya kurang dari 12 jam. Disebelah selatan garis
katulistiwa, hari pendek berlangsung antara tgl 21 Maret hingga tgl 23 September,
sedang di sebelah utara katulistiwa antara tgl 23 September hingga tgl 23 Maret
tahun berikutnya. Sebagian besar tanaman kopi di Indonesia terletak di sebelah
selatan katulistiwa, seperti di Sumatera bagian selatan, Jawa, Sulawesi bagian
selatan,

Bali,

Nusa

Tenggara,

dan

Timor

Timur.

Di daerah-daerah ini tanaman membentuk bunga dalam periode antara akhir


Maret hingga akhir September. Dan oleh karena bunga tersebut memerlukan
waktu hampir 1 tahun untuk menjadi buah masak, maka masa panen di daerah
tersebut juga jatuh dalam periode yang sama tahun berikutnya, dengan puncak
panen pada bulan Juli - Agustus. Sebaliknya di sebelah utara katulistiwa, yaitu di
Sumatera Utara dan Aceh, bakal bunga terbentuk dalam periode antara akhir
September hingga akhir Maret tahun berikutnya, sehingga masa panennya juga
jatuh dalam periode tersebut, dengan puncak panen pada bulan Desember Januari.
Jenis-jenis kopi yang biasa di budidayakan adalah Kopi Arabica,
Canephora/Robusta, dan kopi Liberika. Untuk spesifikasi pada masing-masing
jenis kopi ini akan diuraikan dibawah ini:
1. Kopi Arabika
Daerah asal kopi Arabika ini adalah pegunungan Ethiopia (Afrika). Di negara
asalnya kopi tersebut dapat tumbuh dengan baik secara alami di hutan-hutan
pada ketinggian sekitar 1500-2000 meter dpl. Ciri-ciri untuk tanaman ini
adalah:
Berdaun kecil, halus mengkilat, panjang daun 12-15 cm x 6 cm, dan
panjang buah sekitar 1,5 cm.
Biji buah lebih besar, berbau harum dan rasanya lebih enak.
Bila batang tak dipangkas, tinggi tanaman bisa mencapai lebih dari 5 m
dengan bentuk pohon yang ramping.
Jenis ini tidak menghendaki suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Menghendaki angin yang tenang.
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi

43

2. Kopi Canephora
Kopi ini sering disebut juga sebagai kopi robusta. Nama robusta ini sendiri
dipergunakan sebagai tujuan perdagangan, sedangkan Canephora adalah nama
botani. Sedangkan ciri-ciri untuk kopi robusta ini adalah:
Bau dan rasanya tidak seenak kopi arabika, maka harganya lebih rendah.
Pemeliharaannya lebih murah dan lebih mudah.
Daun lebih kecil, dengan permukaannya agak berombak, dan dari
batangnya tumbuh cabng-cabang.
3. Kopi Liberika
Jenis ini berasal dari dataran rendah Monrovia di daerah Liberika. Kopi
Liberika penyebarannya sangatlah cepat dan telah diperkirakan bahwa jenis ini
hanya tinggal satu persen saja dari selurh jenis kopi yang ada. Jenis kopi
Liberika ini mempunyai sifat-sifat:
Tanaman yang tidak dipangkas, bisa mencapai ketinggian lebih dari 10
meter.
Cabang primer dapat bertahan lebih lama dan tiap-tiap buku dapat
berbunga atau berbuah beberapa kali.
Besar kecilnya buah tidak merata.
Tanaman dapat tumbuh di dataran rendah dan beriklim panas maupun
basah.
Perbanyakan tanaman kopi dapat dilakukan secara generatif ataupun
vegetatif. Untuk perbanyakan secara generatif hal yang pernting yang harus
dilakukan adalah memilih biji untuk ditanam kembali dan untuk menghasilkan
individu yang baru. Biasanya biji yang dipilih adalah biji yang berasal dari buah
ynag telah masak dan tidak cacat sedikitpun. Biji-biji baru ini akan tumbuh 90100% sedang untuk biji ynag disimpan dalam jangka waktu sekitar 6 bulan maka
daya tumbuhnya akan berkurang menjadi 60 -70%.
Pembiakan tanaman secara vegetatif pada kopi yang pernah dan sering
dijalankan adalah dengan cara menyambung dan menyetek, dari kedua
kemunkinan tersebut, yang sering dilakukan adalah dengan cara menyambung.
Sedang menyetek belum begitu meluas, karena kemungkinan hidup sangat kecil
dan tidak semua jenis dapat distek.
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi

43

Untuk musim berbunga tanaman kopi terjadi beberapa kali yaitu sampai
3-4 kali dalm satu tahun, bahkan ada yang berbunga sepanjang tahun. Hal ini
bergantung pada jenisnya. Sedangkan untuk masa panen itu sendiri bisa
berjalan sekitar 8-12 bulan setelah tanaman kopi ini berbunga. Masaknya buah
kopi ada yang cepat ada pula yang lambat, hal ini tergantung pada jenis dan
iklimnya

3.3 Kelapa (Cocos nucifera)


Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan
komoditas strategis yang memiliki peran sosial,
budaya,

dan

ekonomi

dalam

kehidupan

masyarakat Indonesia. Manfaat tanaman kelapa


tidak saja terletak pada daging buahnya yang
dapat diolah menjadi santan, kopra, dan minyak
kelapa, tetapi seluruh bagian tanaman kelapa Gambar 1.4 Pohon Kelapa
mempunyai manfaat yang besar. Demikian besar manfaat tanaman kelapa
sehingga ada yang menamakannya sebagai "pohon kehidupan" (the tree of life)
atau "pohon yang amat menyenangkan" (a heaven tree) (Asnawi dan Darwis
1985). Kelapa selain dijuluki sebagai "pohon kehidupan", juga menamakannya
sebagai "pohon surga". Kelapa merupakan tanaman tropis yang telah lama dikenal
masyarakat Indonesia.
Kelapa merupakan tanaman tropis yang telah lama dikenal masyarakat
Indonesia. Hal ini terlihat dari penyebaran tanaman kelapa di hampir seluruh
wilayah Nusantara, yaitu di Sumatera dengan areal 1,20 juta ha (32,90%), Jawa
0,903 juta ha (24,30%), Sulawesi 0,716 juta ha (19,30%), Bali, NTB, dan NTT
0,305 juta ha (8,20%), Maluku dan Papua 0,289 juta ha (7,80%), dan Kalimantan
0,277 juta ha (7,50%). Kelapa diusahakan petani baik di kebun maupun
pekarangan (Nogoseno, 2003 dalam Supadi dan Nurmanaf, 2006).

Laporan Dasar-Dasar
Agronomi

43

Supadi dan Nurmanaf (2006) menjelaskan bahwa kelapa merupakan tanaman


perkebunan dengan areal terluas di Indonesia, lebih luas dibanding karet dan
kelapa sawit, dan menempati urutan teratas untuk tanaman budi daya setelah padi.
Pada dasarnya seluruh bagian buah kelapa dapat diolah menjadi berbagai
produk untuk berbagai keperluan. Teknologi pengolahan, standar mutu dan sistem
sertifikasinya juga sudah dikuasai oleh tenaga ahli Indonesia. Namun berbagai
kelemahan masih melekat di Industri pengolahan kelapa kita seperti suplai bahan
baku, karena industri tidak memiliki kebun kelapa dan investasi yang relatif besar
sehingga kurang menarik investor (FOKPI, 2006).
Allorerung dan Lay (1998) menyatakan bahwa kelapa sebagian besar
diolah menjadi kopra yang selanjutnya diolah menjadi minyak goreng. Namun
usaha ini semakin lemah baik dalam perdagangan domestik maupun luar negeri
karena tersaingi oleh minyak kelapa sawit. Selain diolah menjadi minyak, kini
telah berkembang diversifikasi produk kelapa seperti dessicated coconut, gula
kelapa, nata de coco, berbagai produk daging kelapa, kelapa parut kering, arang
tempurung, serat sabut kelapa, mebel kayu kelapa dan akhir-akhir ini berkembang
santan siap saji dengan berbagai kemasan.
Industri pengolahan kelapa pada saat ini masih didominasi oleh produk
setengah jadi berupa kopra dan coconut crude oil (CCO). Produk olahan lainnya
yang sudah mulai berkembang adalah CC, nata decoco (ND), DC, AC, CF, dan
brown sugar (BS). Perkembangan CCO dalam 10 tahun terakhir menunjukkan
laju yang menurun (-0,2%). Di sisi lain laju perkembangan produk hilir cenderung
meningkat. Sebagai contoh, laju perkembangan DC mencapai 7,8%, di mana
tahun 2002 total produksinya mencapai 194,2 juta butir; laju perkembangan
produksi AC sebesar 9%; laju perkembangan produksi serat sabut menurun
10,2%, walaupun permintaan CF di luar negeri meningkat. Kecenderungan
penurunan laju tersebut terkait dengan dampak tidak terpenuhinya standar ekspor
produk serat sabut asal Indonesia. Situasi ini mengindikasikan terjadinya
pergeseran orientasi produksi dari bahan setengah jadi menjadi produk akhir
(Allorerung et al. 2005).

Laporan Dasar-Dasar
Agronomi

43

Tanaman ini termasuk dalam keluarga palmae yang banyak dikembangkan


di Indonesia bagian timur, budidaya kelapa sama dengan kelapa sawit. Ada tiga
jenis kelapa yaitu:
- Kelapa genjah, tinggi tanaman 10-15 m, buah kecil dan berwarna kuning,
batang kecil, buah kecil, menyerbuk sendiri (self-pollination), mulai
berbuah pada umur 3-4 tahun, membentuk populasi yang cukup stabil,
umur tanaman singkat jika dibandingkan dengan kelapa dalam (60-80
tahun), umur ekonomisnya 30-40 tahun
-

Kelapa dalam, tinggi tanaman 18-30 m (tall variety), buah besar dan
berwarna hijau. Kelapa yang tumbuh tinggi dan melakukan penyerbukan
silang, biasanya ditanam untuk menghasilkan kopra.

3.4 Kakao (Theobroma cacao)


Kakao berasal dari Benua Amerika
yang memiliki iklim tropis. Sangat sulit
untuk mengetahui dimana negara bagian
benua yang merupakan asal tanaman kakao
tersebut secara pasti karena tanaman ini
telah

tersebar

penduduk

secara

daerah

itu

luas

semenjak

masih

hidup

Gambar 2.4 Pohon Kakao

mengembara.
Tanaman kakao diklasifikasikan ke dalam family Sterculiceae dan
subkelas Dicotyledoneae. Jenis kakao antara lain yaitu: Criollo, Forastero, dan
trinitario. Criollo adalah tipe kakao yang bermutu (mulia, choloed kakao, edel
kakao), buahnya berwarna merah. Buahnya kecil, aromanya bagus, dan
kualitasnya tinggi. Yang kedua adalah Forastero merupakan tipe bermutu rendah
(kakao lindak, bulk kakao) dan buahnya berwarna hijau. Biji-bijinya besar,
berbuah amat cepat, tapi aromanya kurang. Sedangkan Trinitario adalah jenis
hibrida dari keduanya, sekarang banyak ditanam dan buahnya kadang hijau
kadang merah. Bentuk buahnya agak bulat dan ada juga yang agak panjang, besarbesar dan aromanya kurang.

Laporan Dasar-Dasar
Agronomi

43

Tanaman kakao dapat diperbanyak melalui dua cara yaitu: generatif dan
vegetatif. Perbanyakan secara generatif kurang banyak diminati, karena dengan
cara ini akan dihasilkan tanaman yang tidak seragan sebab terjadi segregasi
genetis. Sebaliknya, dengan perbanyakan vegetatif akan dihasilkan keturunan
yang mempunyai sifat-sifat genetis yang sama dengan pohon induknya.
Tanaman kakao/coklat ini yang diambil adalah bijinya. Panen kakao
dimulai bila buah-buah kakao tersebut sudah masak yang ditandai dengan
berubahnya warna buah. Buah yang semula hijau, jika masak akan berwarna
kuning dan yang semula berwarna merah akan menjadi orange. Waktu yang
dibutuhkan untuk membentuk buah hingga masak 6 bulan. Buah coklat yang
sudah besar dapat dipanen dengan panjang 1,5 cm.
Istilah pada kakao antara lain:

serel wild: buah yang kecil dan berwarna hitam

serel: buah yang masih berwarna hijau.


Tanaman kakao yang dipelihara serta dirawat secara baik akan

memberikan hasil yang optimal yang nantinya akan berdampak pada nilai
ekonomis yang tinggi. Tanaman kakao ini merupakan tanaman yang manja,
artinya memerlukan banyak perhatian. Pengabaian masalah pemeliharaan ini
selama satu tahun akan berakibat dua tahun kakao tersebut tidak akan
berproduksi selama dua tahun. Pemeliharaan ini mencakup :

1. Pemeliharaan prasarana fisik

2. Mengolah tanah dan mengawetkan kesuburan tanah.

3. Sisipan/sulaman

4. Pemuliaan tanaman

5. Pemangkasan

6. Pemupukan

7. Pengendalian Gulma

Laporan Dasar-Dasar
Agronomi

43

Perkembangan tanaman khususnya perkembangan buah memerlukan


waktu 4-6 bulan dari pemupukan semenjak tanaman berbunga sampai buah kakao
tersebut masak. Adanya variasi waktu kematangan buah kakao ini menunjukan
bahwa jangka waktu masak buah kakao tersebut akan berhubungan dengan suhu
udara rata-rata. Buah kakao tersebut akan masak secara perlahan-lahan pada
bulan-bulan dingin.
Buah kakao yang masak ditandai dengan perubahan warna: dari hijau
menjadi merah kekuningan dan dari merah menjadi orange terutama pada alur
buahnya. Sesudah buah kakao itu terkumpul, proses selanjutnya adalah dipecah
dan diambil biji cokelatnya yang kemudian akan di proses selanjutnya sehingga
menjadi cokelat yang siap untuk dikonsumsi. Tanaman kakao ini dipanen setelah
3 tahun penanaman

3.5 Karet (Hevea braziliensis)


Tanaman karet merupakan keluarga tanamah
getah-getahan

dimana

yang

diambil

adalah

getahnya. Karet berkembang di Sumsel, Jambi, dan


Bengkulu. Budidaya awalnya dari benih, namun
sekarang lebih banyak dengan okulasi. Jarak
tanamnya 2,5 x 8 cm, 3x7 cm, dan 4x6 cm.
Kulit kayu karet berwarna coklat keputihGambar 2.5 pohon Karet
putihan. Pada kulit ini, terdapat pembuluh tapis
yang fungsinya sebagai jalan untuk mendistribusikan hasil fotosintesis dari daun
ke bagian lain dari tumbuhan. Pada kulit juga akan dijumpai jaringan parenkim
yang juga berfungsi sebagai tempat cadangan makanan. Jaringan ini pada pohon
karet terdiri dari rentetan-rentetan sel-sel yang berbentuk pipa-pipa memanjang.
Di dalam pipa-pipa memanjang tersebut terdapat lateks yakni getah karet cair
yang berwarna putih susu. Saluran-saluran pipa ini bila ditoreh akan mengucurkan
darah putih yang dikumpulkan orang untuk kemudian diperjual beliakan sebagai
karet yang berbentuk lembaran (rubber sheet).

Laporan Dasar-Dasar
Agronomi

43

Daun karet dalam setangkai ada tiga daun. Bagian atasnya licin dan bagian
bawahnya kasar oleh tulang daun. Daun karet juga pipih hijau karena
mengandung zat hijau daun ( klorofil). Ibu tulang daun memanjang dari tangkai
sampai ujung akhir daun. Ibu tulang daun tersebut bercabang ke kiri dan ke kanan
membentuk jariangan tulang-tulang daun. Tangkai daun berbentuk silinder
memanjang, di antara tangkai dan cabang pohon terdapat sel pemisah yang terdiri
dari sel-sel gabus. Sel-sel gabus ini pada waktu muda tipis dan renggang sehingga
makanan dapat menerobos masuk dan keluar dari daun.
Tumbuhan karet bunganya berumah satu (monoecus) maksudnya pada
suatu tanaman terdapat bunga jantan dan bunga betina secara terpisah.
Penyerbukan dapat dilakukan sendiri (autogami) atau dapat dilakukan dengan
penyerbukan tetangga (geitogami), penyerbukan silang (alogami) dan bastar.
Penyerbukan akan menghasilakan buah.
Buah karet berwarna hijau dan bergetah pada waktu muda dan tuanya
berwarna kehitaman. Warna hitam tersebut adalah warna kulit buah karet,
sedangkan warna buahnya putih keras dengan ruang-ruang berjumlah tiga yang
berisi biji karet. Biji karet berwarna putih pada waktu muda dan memiliki warna
hitam kecoklatan diselingi bercak putih setelah tua. Bagian dalam biji berwarna
putih dan juga berbelah dua (biji belah). Biji karet tersebutlah yang akan tumbuh
menjadi lembaga bagi pembiakan generatif karet. Pohon karet berbunga, dimulai
dari meluruhnya seluruh daun karet, kemudian bersemi kembali diikuti dengan
berseminya bunga karet.
Karet dapat berkembang biak secara generatif maupun secara vegetatif.
Secara generatif dengan menggunakan biji sebagai alat perkembang biakan
sedangkan secara vegetatif dengan stek atau dengan okulasi (penempelan). Karet
akan tumbuh dengan baik pada daerah dengan curah hujan yang tak boleh kurang
dari 200 mm. Pertumbuhan dengan subur pada daerah dengan derajad lintang 6 o
LU sampai dengan 6o LS. Di luar daerah tersebut pertumbuhan karet akan
terhambat.
Dalam satu hektar, berisi tanaman karet sekitar 500 pohon, akan tetapi
pohon-pohon tersebut harus terus diseleksi untuk mendapatkan pohon karet yang
baik. Pengurangan terus menerus sampai jumlah pohon karet yang tinggal sekitar

Laporan Dasar-Dasar
Agronomi

43

200 pohon dalam satu hektar akibat pembuangan pohon-pohon yang tak sehat.
Jarak masing-masing pohon terhadap pohon lainnya adalah 3-7 m. Karet mulai
menghasilkan getah bila telah berumur 5-6 tahun.
Tanaman karet tak memilih tanah, pohon ini dapat tumbuh di tanah
vulkanis tua, vulkanis muda, maupun tanah alluvial. Namun, demikian kesuburan
tanah tentu saja sangat mempengaruhi tumbuhnya karet, demikian juga dengan air
tanah. Air tanah yang dangkal dan tak mengalir akan membuat akar karet
membusuk. Karena itu harus dibuat pola pengeringan (drainase pattern), pada
perkebunan karet tersebut.
Penyadapan karet dilakukan bila karet telah mencapai usia 5 sampai 6 tahun.
Namun matang sadap karet tidak bergantung dari umur, melainkan ditentukan
oleh faktor lain, yaitu:

Batang pada ketinggian 130 cm dari tanah dengan lingkar batang 45 cm

60% areal sudah mencapai syarat pertama


Pada kondisi normal, mulai disadap pada umur 5-6 tahun. Cara sadap

biasanya kulit asli dibagi menjadi 2 (A dan B). kulit yang disadap adalah sisi B,
setelah sisi B habis, kemudian sisi A telah mengalami regenerasi.
Notasi sadap spiral D/3 9M, artinya dilakukan secara setengah spiral,
disadap 3 hari sekali selama 9 bulan. Masa ekonomis karet adalah 25-30 tahun.
Hal-hal yang harus diperhatikan adalah bahwa karet sangat rentan terhadap
kekeringan serta harus cukup akan hara dan air.
3.6 Teh (Camelia sinensis)
Tanaman teh termasuk genus
Camellia yang memiliki sekitar 82
species, terutama tersebar di kawasan
Asia Tenggara pada garis lintang 30
sebelah

utara

maupun

selatan

khatulistiwa.
Selain tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O.

Gambar 2.6 Teh

Kuntze) yang dikonsumsi sebagai minuman penyegar, genus Cammelia ini juga

Laporan Dasar-Dasar
Agronomi

43

mencakup banyak jenis tanaman hias. Kebiasaan minum teh diduga berasal dari
China yang kemudian berkembang ke Jepang dan juga Eropa.
Tanaman teh berasal dari wilayah perbatasan negara-negara China selatan
(Yunan), Laos Barat Laut, Muangthai Utara, Burma Timur dan India Timur Laut,
yang merupakan vegetasi hutan daerah peralihan tropis dan subtropis. Tanaman
teh pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1684, berupa biji teh dari jepang yang
dibawa oleh seorang Jerman bernama Andreas Cleyer, dan ditanam sebagai
tanaman hias di Jakarta. Pada tahun 1694, seorang pendeta bernama F. Valentijn
melaporkan melihat perdu teh muda berasal dari China tumbuh di Taman Istana
Gubernur Jendral Champhuys di Jakarta. Pada tahun 1826 tanaman teh berhasil
ditanam melengkapi Kebun Raya Bogor, dan pada tahun 1827 di Kebun
Percobaan Cisurupan, Garut, Jawa Barat.
Berhasilnya penanaman percobaan skala besar di Wanayasa (Purwakarta)
dan di Raung (Banyuwangi) membuka jalan bagi Jacobus Isidorus Loudewijk
Levian Jacobson, seorang ahli teh, menaruh landasan bagi usaha perkebunan teh
di Jawa. Teh dari Jawa tercatat pertama kali diterima di Amsterdam tahun 1835.
Teh jeis Assam mulai masuk ke Indonesia (Jawa) dari Sri Lanka (Ceylon) pada
tahun 1877, dan ditanam oleh R.E. Kerkhoven di kebun Gambung, Jawa Barat.
Dengan masuknya teh Assam tersebut ke Indonesia, secara berangsur tanaman teh
China diganti dengan teh Assam, dan sejak itu pula perkebunan teh di Indonesia
berkembang semakin luas. Pada tahun 1910 mulai dibangun perkebunan teh di
daerah Simalungun, Sumatera Utara.
Berdasarkan penanganan pasca panen, teh dibagi menjadi 3 macam yaitu :
1. Teh Hijau
Teh hijau diperoleh tanpa proses fermentasi; daun teh diperlakukan dengan panas
sehingga terjadi inaktivasi enzim. Pemanasan ini dilakukan dengan dua cara yaitu
dengan udara kering dan pemanasan basah dengan uap panas (steam). Pada
pemanasan dengan suhu 85C selama 3 menit, aktivitas enzim polifenol oksidase
tinggal 5,49%. Pemanggangan (pan firing) secara tradisional dilakukan pada suhu
100-200 C sedangkan pemanggangan dengan mesin suhunya sekitar 220-300

Laporan Dasar-Dasar
Agronomi

43

C. Pemanggangan daun teh akan memberikan aroma dan flavor yang lebih kuat
dibandingkan dengan pemberian uap panas.euntungan dengan cara pemberian uap
panas, adalah warna teh dan seduhannya akan lebih hijau terang.
2. Teh hitam
Teh hitam diperoleh melalui proses fermentasi. Dalam hal ini fermentasi tidak
menggunakan mikrobia sebagai sumber Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004.
enzim, melainkan dilakukan oleh enzim polifenol oksidase yang terdapat di dalam
daun teh itu sendiri. Pada proses ini, katekin (flavanol) mengalami oksidasi dan
akan menghasilkan thearubigin. Caranya adalah sebagai berikut : daun teh segar
dilayukan terlebih dahulu pada palung pelayu, kemudian digiling sehingga sel-sel
daun rusak. Selanjutnya dilakukan fermentasi pada suhu sekitar 22-28C dengan
kelembaban sekitar 90%. Lamanya fermentasi sangat menentukan kualitas hasil
akhir; biasanya dilakukan selama 2-4 jam. Apabila proses fermentasi telah selesai,
dilakukan pengeringan sampai kadar air teh kering mencapai 4-6%.
3. Teh oolong
Teh oolong diproses secara semi fermentasi dan dibuat

dengan bahan baku

khusus, yaitu varietas tertentu yang memberikan aroma khusus. Daun teh
dilayukan lebih dahulu, kemudian dipanaskan pada suhu 160-240
C selama 3-7 menit untuk inaktivasi enzim, selanjutnya digulung dan
dikeringkan.
Untuk teh yang dipanen adalah daun muda. Pada mulanya, budidaya teh
adalah dari benih, namun sekarang dengan stek daun dengan jarak tanam 1,2-0,6
m. Tanaman teh harus dipangkas setiap 4 tahun agar tetap pada vase vegetati.
Macam-macam pemetikan pada teh:

peko; petikan halus (pucuk)

P+1; petikan dibawah peko ada 1 daun yang ikut dipetik

P+3; petikan medium untuk produksi

P+0; pucuk emas

Petikan Pucuk burung (pucuk dorman/ tidak tumbuh)

Teh dapat tumbuh di ketinggian 700-1200 m.

Laporan Dasar-Dasar
Agronomi

43

IV.

DAFTAR PUSTAKA

Laporan Dasar-Dasar
Agronomi

43

Bagian 3

PEMBIBITAN TANAMAN DALAM WADAH


I.

PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang


Wadah tanam memiliki dua fungsi umum yaitu : 1) penanaman sampai
tanaman dewasa dan berproduksi, 2) untuk pembesaran bibit sebelum dipindahkan
ke lapangan. Bila ditinjau dari cara penanamannya wadah tanam dapat dibedakan
menjadi wadah tanam untuk tanaman berkelompok dan wadah untuk penanaman
individu. Wadah tanaman dapat dibuat dari berbagai macam bahan seperti logam,
kayu, gerabah, porselen maupun plastik. Wadah tanam dari bahan plastik dapat
berupa pot atau cukup berupa kantung.
Penanaman dalam wadah mengakibatkan sulit terjadi infiltrasi air tanah,
sehingga air merupakan faktor utama yang harus dikelola. Dengan demikian air
harus diberi secara teratur sehingga tanaman tidak mengalami kekurangan. Air

Laporan Dasar-Dasar
Agronomi

43

yang diberikan dapat dicampur dengan zat hara dapat pula diberikan langsung
dengan cara dicampurkan pada waktu pengisian media tanam maupun diberikan
secara berkala ke dalam media.
1.3 Tujuan
1.

Mahasiswa dapat melakukan budidaya dalam wadah.

2.

Mahasiswa dapat menentukan sarana produksi yang dibutuhkan, seperti


ukuran dan jenis wadah, kondisi bahan tanaman, jenis dan komposisi bahan.

II. PELAKSANAAN, BAHAN DAN METODE


2.1 Tempat dan Waktu
Praktikum teknik pembibitan tanaman ini dilakukan di kebun percobaan
Cikabayan pada tanggal 4 Desember 2009
2.2 Alat dan Bahan
Alat :

Ember pengaduk komposisi media,

Cangkul,

Polybag 15 cm x 20 cm

Bahan :

Kotoran ayam

Tanah gembur

Sekam padi

Laporan Dasar-Dasar
Agronomi

43

Biji mahoni

Biji jambu

Biji albasia

Biji sirsak.

2.2 Cara Kerja


1. Setiap kelompok menanam empat jenis benih, yaitu sirsak, jambu biji,
albasia, dan mahoni masing-masing sepuluh benih.
2. Ambil tanah, kotoran ayam dan sekam padi dengan perbandingan 1:1
sebagai media tanam.
3. Aduk hingga semua bahan tersebut tercampur.
4. Isi polybag dengan campuran media. Usahakan agar polybag berdiri tegak
dan tidak mudah roboh dengan memampatkan media yang diisi. Pengisian
media hingga sekitar 3 cm dibawah ujung atasnya.
5. Media disiram hingga cukup basah dan benih ditanam tepat ditangah.
6. Letakkan polybag dibawah naungan dan disusun secara teratur sehingga
mudah dihitung.

II.

HASIL

2.1 Mahoni
Mahoni

merupakan

tanaman

kehutanan selain Jati yang cukup terkenal


di masyarakat. Mahoni (Swietenia spp),
dengan nama perdagangan lokal Mahoni
berasal dari Amerika tengah dan Selatan.
Pertama kali masuk ke Indonesia tahun
1872 dari India. Mulai dikembangkan
dalam skala luas di Jawa pada tahun 1897.

Gambar 3.1 Pohon Mahoni

Pohon ini termasuk keluarga Meliaceae dan di Indonesia terdapat dua jenis
yaitu Swietenia macrophyllia King (Mahoni daun besar) dan Swietenia mahagoni
Jaq. (Mahoni daun kecil). Mahoni daun lebar memiliki pertumbuhan relatif lebih
cepat dibandingkan mahoni daun kecil. Pohon dengan tajuk rindang, berbentuk

Laporan Dasar-Dasar
Agronomi

43

kubah dan menggugurkan daun sebagian pada musim kemarau. Banyak terdapat
pada derah iklim tropis basah sampai daerah beriklim musim
Untuk memperoleh produktivitas kayu dan mutu tegakan yang tinggi perlu
diupayakan pemakaian bibit yang baik. Bibit yang baik diperoleh dari tegakan
benih yang telah berumur lebih dari 20 tahun. Pengunduhan dilakukan apabila
buah sudah masak yang berwarna coklat tua. Untuk setiap satu kilogram biji yang
berkualitas baik berisi 2.300 butir/kg. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pengadaan biji :
1.

Diambil dari pohon yang pertumbuhannya baik dan jelas asal usulnya

2.

Bermutu baik, sehat dan tidak terserang hama penyakit


Cara penaburan biji dapat dilakukan ke kontainer atau kantong plastik

yang sudah diberi lobang-lobang kecil. Media yang digunakan beragam, yang
penting media tersebut berareasi baik dan cukup mengandung hara mineral, antara
lain dapat berupa campuran tanah humus dan pasir atau tanah mineral, kompos
dan pasir. Media yang digunakan adalah kotoran ayam, tanah gembur dan sekam
padi. Pada cara ini tidak diperlukan penyapihan bibit, tetapi diperlukan
penyulaman pada kantong plastik yang bijinya tidak tumbuh. Perlakuan
selayaknya sama seperti bibit yang disapih. Biji ditanam tanpa sayap dengan
bagian biji yang tebal sebelah bawah. Bedeng tabur diberi naungan. Untuk
menjaga kelembaban pada bedeng tabur, harus dilakukan penyiraman secara hatihati.
a.

Penyiraman dan pemupukan


Untuk memperoleh bibit yang berkualitas baik dalam jumlah yang

memadai, perlu dilakukan pemeliharaan setelah kegiatan penyapihan. Kegiatan ini


berupa penyiraman, penyiangan dan pemupukan. Penyiraman dilakukan setiap
hari pada pagi dan sore hari. Penyiraman dilakukan secara hati-hati, menggunakan
sprayer gendong dengan butiran air halus (kabut). Penyiangan terhadap gulma
yang tumbuh pada kantong plastik dilakukan setiap hari. Pemupukan pertama
dengan NPK dilakukan sewaktu mencampur media tumbuh dengan dosis 1 gram
(1 sendok teh) setiap kantong. Pemupukan kedua dan selanjutnya dilakukan setiap
bulan dengan dosis yang sama.
b. Penanaman

Laporan Dasar-Dasar
Agronomi

43

Sebelum bibit diangkut ke lapangan terlebih dahulu dilakukan seleksi bibit


untuk memilih bibit yang baik. Bibit yang akan ditanam sebaiknya dibiarkan
selama 2 3 hari di tempat penampungan, dengan maksud memberi waktu bagi
bibit untuk menyesuaikan diri dengan keadaan tempat tumbuh yang baru.
Terhadap bibit ini perlu dilakukan perawatan seperti di persemaian, sehingga
kondisi bibit tetap sehat dan segar. Dalam pengangkutan bibit agar diupayakan
dalam pengangkutan bibit ke lapangan seaman mungkin.
Penanaman dilakukan pada awal musim hujan, yaitu setelah curah hujan cukup
merata. Pada saat bibit ditanam, kantong plastikl dilepas secara hati-hati supaya
media tumbuh tetap utuh. Kemudian bibit dimasukkan kedalam lubang yang telah
disiapkan, ditutup kembali dengan tanah serta dipadatkan. Jarak tanam yang
dipakai seperti yang dianjurkan dalam rencana. Sistem penanaman yang
digunakan dapat secara tumpangsari atau tanpa tumpangsari. Pada sistem
tumpangsari sudah lazim dilakukan di Pulau Jawa, yaitu pesertanya diberi hak
untuk menanam tanaman polowijo diantara tanaman pokok dan tanaman sela.
Jenis tanaman sela yang umum digunakan adalah kemlandingan (Leucaena glauca
Benth), yang ditanam di antara larikan tanaman pokok, dalam larikan selebar 20
cm dan tidak terputus.
Penanaman palawija dilakukan sebelum penanaman tanaman pokok.
c. Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan dengan maksud agar tanaman muda ini mampu
tumbuh menjadi tegakan akhir dengan kerapatan dan tingkat pertumbuhan yang
diharapkan.
Pemeliharaan tanaman meliputi pekerjaan :
1.

Penyulaman
Dilakukan 1 2 bulan sesudah penanaman, yaitu sewaktu curah hujan
masih banyak. Penyulaman berikutnya setelah tanaman di lapangan
berumur 1 2 tahun serta dilakukan pada musim penghujan.

2.

Penyiangan dan pendangiran


Penyiangan dan pendangiran dilakukan minimal 3 kali setahun. Pada
tahun pertama dan kedua sebaikanya dilakukan penyiangan total.
Sedangkan pendangiran disekitar tanaman pokok dengan jari-jari 0,5

Laporan Dasar-Dasar
Agronomi

43

meter. Penyiangan ditujukan untuk membebaskan tanaman dari


tumbuhan

pengganggu.Sedangkan

pengairan

dimaksudkan

untuk

memperbaiki erosi dengan jalan menggemburkan tanah di sekeliling


tanaman.
3.

Pemupukan
Pada areal yang kurang unsur hara, pemupukan sangat menolong
pertumbuhan tanaman. Melalui analisa tanah, jenis dan dosis pupuk yang
tepat dapat ditentukan.

4.

Pengendalian Hama dan Penyakit


Dilakukan dengan cara fisik yaitu membuang bagian tanaman yang
terserang hama atau penyakit atau cara kimia yaitu menggunakan bahanbahan kimia.

2.2 Jambu Biji


Jambu biji adalah salah satu tanaman
buah jenis perdu, dalam bahasa Inggris disebut
Lambo guava. Tanaman ini berasal dari Brazilia
Amerika

Tengah,

menyebar

ke

Thailand

kemudian ke negara Asia lainnya seperti


Indonesia. Jambu biji sering disebut juga jambu
klutuk, jambu siki, atau jambu batu. Jambu Gambar 3.2 Jambu Biji
tersebut kemudian dilakukan persilangan melalui stek atau okulasi dengan jenis
yang lain, sehingga akhirnya mendapatkan hasil yang lebih besar dengan keadaan
biji yang lebih sedikit bahkan tidak berbiji yang diberi nama jambu Bangkok
karena proses terjadinya dari Bangkok. Beberapa varietas jambu biji yang
digemari orang dan dibudidayakan dengan memilih nilai ekonomisnya yang
relatif lebih tinggi

diantaranya:

1. Jambu sukun

2. Jambu bangkok
Laporan Dasar-Dasar

Agronomi

43

3. Jambu merah

4. Jambu sari

Jambu biji merupakan tanaman daerah tropis dan dapat tumbuh di daerah
sub-tropis dengan intensitas curah hujan yang diperlukan berkisar antara 10002000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun, dengan suhu optimal sekitar 23-28
C di siang hari.
Tanaman jambu biji sebenarnya dapat tumbuh pada semua jenis tanah.
Jambu biji dapat tumbuh baik pada lahan yang subur dan gembur serta banyak
mengandung unsur nitrogen, bahan organik atau pada tanah yang keadaan liat dan
sedikit pasir. Derajat keasaman tanah (pH) tidak terlalu jauh berbeda dengan
tanaman lainnya, yaitu antara 4,5-8,2.
a. Pembibitan
Pembibitan pohon jambu biji dilakukan melalui sistem pencangkokan dan
okulasi, walaupun dapat juga dilakukan dengan cara menanam biji dengan secara
langsung.
1) Persyaratn benih
Benih yang diambil biasanya yang banyak diminati konsumen. Antara lain :

Buahnya sudah cukup tua.

Buahnya yang tidak jatuh hingga.

Pengadaan bibit lebih dari satu jenis untuk menjamin kemungkinan


adanya persarian bersilang.

2) Penyiapan benih
Setelah buah dikupas dan diambil bijinya, lalu disemaikan dengan jalan
fermentasi biasa (ditahan selama 1-2 hari) sesudah itu di angin-anginkan selama
24 jam (sehari semalam). Biji tersebut direndam dengan larutan asam dengan
perbandingan 1:2 dari air dan larutan asam yang terdiri dari asam chlorida (HCl)
25% Asam Sulfat (H2S04) BJ : 1.84, caranya direndam selama 15 menit
kemudian dicuci dengan air tawar yang bersih sebanyak 3 kali berulang/dengan
air yang mengalir selama 10 menit, kemudian dianginkan selama 24 jam. Untuk
menghidari jamur, biji dapat dibalur dengan larutan Dithane 45, Attracol 70 WP
atau fungisida lainnya.
3) Penyemaian benih

Laporan Dasar-Dasar
Agronomi

43

Cara penyemaian adalah sebagai berikut: tanah dicangkul sedalam 20-30 cm


sambil dibersihkan dari rumput-rumput, batu-batu dan sisa pepohonan dan benda
keras lainnya, kemudian tanah dihaluskan sehingga menjadi gembur dan dibuat
bedengan yang berukuran lebar 3-4 m dan tinggi sekitar 30 cm, untuk menambah
kesuburan dapat diberi pupuk hijau, kompos/pupuk kandang sebanyak 40 kg
dengan keadaan sudah matang dan benih siap disemaikan. Selain melalui proses
pengecambahan biji juga dapat langsung ditunggalkan pada bedeng-bedang yang
sudah disiapkan, untuk menyiapkan pohon pangkal lebih baik melalui proses
pengecambahan, biji-biji tersebut ditanam pada bedeng-bedeng yang berjarak 2030 cm setelah berkecambah sekitar umur 1-2 bulan, sudah tumbuh daun sekitar 23 helai maka bibit dapat dipindahkan dari bedeng persemaian ke bedeng
penanaman. Setelah mencapai keinggian 5-6 m, kurang lebih telah berumur 6-9
bulan pencangkokan atau okulasi dapat dimulai. Akar akan tumbuh dengan cepat,
sekitar 2-3 bulan. Setelah itu pohon pangkal dipotong, bibit hasil okulasi dapat
dipindah pada pot-pot atau kantong plastik, kemudian dilakukan pemotongan pada
akar tunggang sedikit supaya akar akan lebih cepat berkebang. Setelah itu baru
dilakukan penanaman dalam lobang-lobang bedengan yang telah dipersiapkan.
4) Pemeliharaan pembibitan/penyemaian
Pemberian pupuk kandang sebelum disemaikan akan lebih mendorong
pertumbuhan benih secara cepat dan merata, setelah bibit mulai berkecambah
sekitar umur 1-1,5 bulan dilakukan penyiraman dengan menggunakan larutan
Atoik 0,05-0,1% atau Gandasil D 0,2%, untuk merangsang secara langsung pada
daun dan akar, sehingga memberikan kekuatan vital untuk kegiatan pertumbuhan
sel. Setelah itu dilakukan penyiraman pagi-sore secara rutin, hingga kecambah
dipindah ke bedeng pembibitan, penyiraman dilakukan cukup 1 kali tiap pagi hari
sampai menjelang mata hari terbit, alat yang digunakan "gembor" supaya
penyiraman dapat merata dan tidak merusak bedengan, diusahakan supaya air
dapat menembus sedalam 3-4 cm dari permukaan. Selanjutnya dilakukan
pendangiran bedengan supaya tetap gembur, dilakukan setiap 2-3 minggu sekali,
rumput yang tumbuh disekitarnya supaya disiangi, hindarkan dari serangan hama
dan penyakit, sampai umur kurang lebih 1 tahun, baru setelah itu dapat dilakukan
pengokulasian dengan sistem Fokert yang sudah disempurnakan, sebelum

Laporan Dasar-Dasar
Agronomi

43

dilakukan okulasi daun-daun pohon induk yang telah dipilih mata kulitnya
dirontokkan, kemudian setelah penempelan mata kulit dilakukan, ditunggu sampai
mata kulit itu tumbuh tunas, setelah itu batang diatas tunas baru pada pohon induk
di pangkas, kemudian rawat dengan penyiraman 2 kali sehari dan mendangir serta
membersihkan rumput-rumput yang ada disekitarnya. pemberian pupuk daun
dengan Gundosil atau Atonik diberikan setiap 2 minggu sekali selama 4 bulan
dengan cara disemprotkan melalui daun, tiap tanaman disemprot 50 cc larutan.
5) Pemindahan bibit
Cara pemindahan bibit yang telah berkecambah atau telah di cangkok maupun
diokulasi dapat dengan mencungkil atau membuka plastik yang melekat pada
media penanaman dengan cara hati-hati jangan sampai akar menjadi rusak, dan
pencungkilan dilakukan dengan kedalaman 5 cm, agar tumbuh akar lebih banyak
maka dalam penanaman kembali akar tunggangnya dipotong sedikit untuk
menjaga terjadinya penguapan yang berlebihan, kemudian lebar daun dipotong
separuh. Ditanam pada bedeng pembibitan dengan jarak 6-7 m dan ditutupi
dengan atap yang dipasang miring lebih tinggi di timur, dengan harapan dapat
lebih banyak kena sinar mata hari pagi. Dan dilakukan penyiraman secara rutin
tiap hari 2 kali, kecuali ditanam pada musim penghujan.
2.3 Albasia
Pada umumnya tanaman albasia diperbanyak dengan bijinya. Biji albasia
yang dijadikan benih harus terjamin mutunya. Benih yang baik adalah benih yang
berasal dari induk tanaman albasia yang memiliki sifat-sifat genetik yang baik,
bentuk fisiknya tegak lurus dan tegar, tidak menjadi inang dari hama ataupun
penyakit. Ciri-ciri penampakan benih albasia yang baik sebagai berikut :

Kulit berwarna coklat tua

Ukuran benih maksimum

Tenggelam dalam air ketika direndam

Bentuk benih masih utuh.


Selain penampakan visual tersebut, juga perlu diperhatikan daya tumbuh

dan daya hidupnya, dengan memeriksa kondisi lembaga dan cadangan


makanannya dengan mengupas benih tersebut. Jika lembaganya masih utuh dan
cukup besar, maka daya tumbuhnya tinggi.
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi

43

a. Perlakuan benih
Sehubungan dengan biji albasia memiliki kulit yang liat dan tebal serta segera
berkecambah apabila dalam keadaan lembab, maka sebelum benih disemaikan ,
sebaiknya dilakukan treatment guna membangun perkecambahan benih tersebut,
yaitu : Benih direndam dalam air panas mendidih (80 C) selama 15 30 menit.
Setelah itu, benih direndam kembali dalam air dingin sekitar 24 jam, lalu
ditiriskan. untuk selanjutnya benih siap untuk disemaikan.
b. Penyemaian benih
Kegiatan penaburan dilakukan dengan maksud untuk memperoleh prosentase
kecambah yang maksimal dan menghasilkan kecambah yang sehat. Kualitas
kecambah ini akan mendukung terhadap pertumbuhan bibit tanaman, kecambah
yang baik akan menghasilkan bibit yang baik pula dan hal ini akan dapat
membentuk tegakan yang berkualitas.
c. Penyapihan bibit
Langkah-langkah kegiatan penyapihan bibit antara lain adalah : Siapkan
kantong plastik ukuran 10 x 20 cm, dan dilubangi kecil-kecil sekitar 2 4 lubang
pada bagian sisi-sisinya.Masukkan media tanam yang berupa campuran tanah
subur, kotoran ayam, dan sekam padi (1:1:1). Setelah media tanam tercampur
merata, kemudian dimasukkan ke dalam kantong plasitk setinggi bagian,
barulah kecambah albasia ditanam, setiap kantong diberi satu batang
kecambah.Kantong plastik yang telah berisi anakan, diletakkan dibawah para-para
yang diberi atap jerami atau daun kelapa, agar tidak langsung tersengat terik
matahari.Pada masa pertumbuhan anakan semai sampai pada saat kondisi bibit
layak untuk ditanam di lapangan perlu dilakukan pemeliharaan secara intensif.
d. Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan terhadap bibit dipersemaian adalah sebagai
berikut
1) Penyiraman
Penyiraman yang optimum akan memberikan pertumbuhan yang optimum
pada semai / bibit. Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari maupun siang
hari dengan menggunakan nozle. Selanjutnya pada kondisi tertentu, penyiraman

Laporan Dasar-Dasar
Agronomi

43

dapat dilakukan lebih banyak dari keadaan normal, yaitu pada saat bibit baru
dipindah dari naungan ke areal terbuka dan hari yang panas.
2) Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan menggunakan larutan "gir". Dosis pemupukan
sebanyak 2 sendok makan per 2 minggu, pada umur 6 bulan, ketika tingginya 70
125 cm, bibit siap dipindahkan ke kebun.
3) Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila bibit ada yang mati dan perlu dilakukan
dengan segera agar bibit sulaman tidak tertinggal jauh dengan bibit lainnya.
4) Penyiangan
Penyiangan terhadap gulma, dilakukan dengan mencabut satu per satu dan
bila perlu dibantu dengan alat pencungkil, namun dilakukan hati hati agar jangan
sampai akar bibit terganggu.
5) Pengendalian Hama dan Penyakit
Beberapa hama yang biasa menyerang bibit adalah semut, tikus rayap, dan
cacing, sedangkan yang tergolong penyakit ialah kerusakan bibit yang disebabkan
oleh cendawan.

e. Seleksi bibit
Kegiatan seleksi bibit merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum bibit
dimutasikan kelapangan, maksudnya yaitu mengelompokan bibit yang baik dari
bibit yang kurang baik pertumbuhannya. Bibit yang baik merupakan prioritas
pertama yang bisa dimutasikan kelapangan untuk ditanam sedangkan bibit yang
kurang baik pertumbuhannya dilakukan pemeliharaan yang lebih intensip guna
memacu pertumbuhan bibit sehingga diharapkan pada saat waktu tanam tiba
kondisi bibit mempunyai kualitas yang merata.
f. Penyiapan lahan
Penyiapan lahan pada prinsipnya membebaskan lahan dari tumbuhan
pengganggu atau komponen lain dengan maksud untuk memberikan ruang
tumbuh kepada tanaman yang akan dibudidayakan. Cara pelaksanaan penyipan
lahan digolongkan menjadi 3 cara, yaitu cara mekanik, semi mekanik dan manual.

Laporan Dasar-Dasar
Agronomi

43

Jenis kegiatannya terbagi menjadi dua tahap ; Pembersihan lahan, yaitu berupa
kegiatan penebasan terhadap semak belukar dan padang rumput. Selanjutnya
ditumpuk pada tempat tertentu agar tidak mengganggu ruang tumbuh tanaman.
Pengolahan tanah, dimaksudkan untuk memperbaiki struktur tanah dengan cara
mencanggkul atau membajak (sesuai dengan kebutuhan).
g. Penanaman
Ajir dapa dibuat dari bahan bambu atau kayu dengan ukuran, panjang 0,5
1 m, lebar 1 1,5 cm. Pemasangangan ajir dimaksudkan untuk memberikan
tanda dimana bibit harus ditanam, dengan demikian pemasangan ajir tersebut
harus sesuai dengan jarak tanam yang digunakanPembuatan lobang tanam, lobang
tanam dibuat dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm tepat pada ajir yang sudah
terpasang.Pengangkutan bibit, ada dua macam pengangkutan bibit yaitu
pengankuatan bibit dari lokasi persemaian ketempat penampungan bibit sementara
di lapangan (lokasi penanaman), dan pengangkutan bibit dari tempat
penampungan sementara ke tempat penanaman.Penanaman bibit, pelaksanaan
kegiatan penanaman harus dilakukan secara hati hati agar bibit tidak rusak dan
penempatan bibit pada lobang tanam harus tepat ditengah-tengah serta akar bibit
tidak terlipat, hal ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit selanjutnya.
2.4 Sirsak
Kandungan Buah sirsak tersusun atas 67%
daging buah yang dapat dimakan, 20% kulit, 8,5%
biji, dan 4%.poros tengah buah, dari berat
keseluruhan buah. Kandungan gulanya sekitar
68% dari seluruh bagian padat daging buah. Sirsak
merupakan sumber vitamin B yang lumayan
jumlahnya (0,07 mg/100 g daging buah) dan vitamin Gambar 3.4 Sirsak
C (20 mg/ 100 g daging buah), dan sedikit sampai sedang kandungan kalsium dan
fosfornya. Sifat yang paling disenangi orang dari sirsak ini ialah harumnya dan
aromanya yang sangat menggiurkan. Daging buahnya mirip dengan cherimoya,
warna putihnya yang murni itu sangat stabil.

Laporan Dasar-Dasar
Agronomi

43

Sirsak merupakan jenis yang paling tidak bandel tumbuhnya di antara


jenis-jenis Annona lainnya dan memerlukan iklim tropik yang hangat dan lembab.
Tanaman ini dapat tumbuh pada ketinggian sampai 1000 m dpl. dan meluas
sampai ke 25 LS pada lahan yang ternaung. Pertumbuhan dan pembungaannya
sangat terhambat oleh turunnya udara dingin, serta hujan salju yang ringan saja
sudah dapat membunuh pohon sirsak. Musim kering dapat mendorong luruhnya
daun dan menyelaraskan pertumbuhan memanjang d an pembungaan dalam batasbatas tertentu. Hasil panen dapat lebih tinggi pada cuaca demikian, asalkan
kelembapan yang tinggi berlangsung selama periode pembentukan buah; ada
indikasi bahwa untuk Annona spp. lainnya, baik kelembapan yang sangat tinggi
maupun sangat rendah, dapat merusak pembentukan buah. Jika kelembapan
cenderung rendah, dianjurkan untuk memberikan naungan agar transpirasi dapat
dikurangi juga karena pohon sirsak dangkal perakarannya. Sebagian besar tipe
tanah cocok untuk tanaman ini, tetapi drainasenya harus baik, sebab pohon sirsak
tidak tahan terhadap genangan air.
Umumnya sirsak ditumbuhkan dari benih. Semai dapat dipakai, sebab
populasi yang tumbuh cukup seragam dan benih dari kultivar manis, misalnya,
pada umumnya sifatnya sama dengan induknya, serta karena fase yuananya hanya
berlangsung 2-4 tahun. Benih dapat ditanam langsung di ladang atau disemaikan
dahulu di persemaian. Setelah 2030 hari, 85-90% dapat berkecambah dan semai
itu dapat dipindahkan ke lapangan setelah 6-8 bulan. Pemotongan separuh daun
dan kadang-kadang perompesan daun diperlukan untuk memindahtanamkan semai
yang sebelumnya tidak ditumbuhkan dahulu dalam wadah. Jarak tanam di kebun
buah sebaiknya antara 3 m x 4 m dan 4 m x 6 m. Berkat kecilnya ukuran pohon
dan cepatnya berbuah, sirsak dapat ditanam sebagai tanaman sela di antara pohon
buah-buahan yang lebih besar, seperti mangga, avokad, dan kecapi. Jika tanaman
utamanya membutuhkan ruangan, pohon sirsak dapat ditebang.
Lahan di sekitar pangkal pohon sirsak sebaiknya terbebas dari gulma atau
ditutup oleh mulsa untuk menghindari dehidrasi dari perakarannya yang dangkal
itu pada musim kemarau. Sirsak toleran terhadap keadaan tanah yang kering,
tetapi pohonnya akan meluruhkan terlalu banyak daun jika mengalami kekeringan
yang berkepanjangan; dalam situasi demikian pohon sirsak akan tertolong oleh

Laporan Dasar-Dasar
Agronomi

43

pengairan tambahan. Pemupukan dengan pupuk kandang atau NPK dalam dosis
kecil beberapa kali dalam setahun dapat mendorong pertumbuhan dan
pembuahan, tetapi tidak diperoleh data kuantitatif mengenai kebutuhan pupuk
atau banyaknya pupuk daun yang dianjurkan. Pohon sirsak biasanya dapat
mencapai bentuk yang memuaskan, tetapi dalam beberapa kasus diperlukan usaha
sedini mungkin membatasi pohon itu hanya berbatang tunggal, yaitu dengan cara
memotong cabang-cabang yang akan menyainginya. Tunas air (water sprout),
cabang-cabang yang tumpang-tindih dan bergerombol juga harus dibuang. Kurang
baiknya penyerbukan kiranya merupakan faktor pembatas utama dalam jumlah
hasil, dan untuk menghilangkan kendala ini dianjurkan untuk penyerbukan dengan
tangan. Akan tetapi, hal ini jarang dilakukan dan hanya dapat berlangsung jika ada
masa pembungaan yang jelas.

DAFTAR PUSTAKA
[Anonim].(http://www.iptek.net.id) [2 Januari 2010]
[Anonim].(http://infopekalongan.com/content/view/65/1/) [2 Januari 2010]
[Anonim].2008.(http://software-komputer.blogspot.com/2008/10/cara-teknisbudidaya-tanaman-sengon.html) [2 Januari 2010]
[Anonim].2009.(http://ayobertani.wordpress.com/2009/04/23/budidaya-sirsak/) [2
Januari 2010]
[Anonim].2009.(http://bpprejotangan.blogspot.com/2009/04/teknik-pembuatantanaman-mahoni.html) [2 Januari 2010]
Departemen

Kehutanan

Direktorat

Jenderal

Reboisasi

dan

Rehabilitasi

Lahan.1990.Teknik Pembuatan Tanaman Swietenia macrophylla King


(Mahoni).Jakarta. Direktorat Hutan Tanaman Industri.

Laporan Dasar-Dasar
Agronomi

43

Pusat Informasi Pertanian.1993. Trubus Kumpulan Kliping Jambu Biji: Jenis dan
Manfaat Budidaya Panen dan Pasca Panen. Jakarta.Pusat Informasi
Pertanian.

Laporan Dasar-Dasar
Agronomi

43

Anda mungkin juga menyukai