BUDIDAYA TANAMAN
I.
PENDAHULUAN
pengaruhnya
terhadap
pertumbuhan
tanaman.
Kegiatan
praktikum
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi
43
I.2 Tujuan
Setelah melakukan kegiatan praktikum budidaya tanaman ini diharapkan :
1. Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip dasar dalam budidaya tanaman.
2. Mahasiswa dapat menentukan tahapan kerja dalam sistem produksi.
3. Mahasiswa dapat menentukan dan menghitung kebutuhan sarana produksi
seperti pupuk, benih, pestisida, dan alat-alat atau mesin pertanian.
4. Mahasiswa mendapatkan pengalaman empirik melakukan tindakan budidaya
mulai dari penanaman, pemeliharaan tanaman, hingga panen.
5. Mahasiswa dapat menjelaskan fase-fase pertumbuhan dan perkembangan
tanaman, serta peranan faktor produksi dan tindakan budidaya terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi
43
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah
Orang Cina merupakan pengguna kacang kedelai sebagai makanan yang
pertama. Pada sekitar tahun 1100 BC, kacang kedelai telah ditanam di bagian
selatan Cina dan dalam waktu singkat menjadi makanan pokok diet Cina. Kacang
kedelai telah diperkenalkan di Jepang sekitar tahun 100 AD dan meluas ke seluruh
negara-negara Asia secara pesat. Kacang kedelai dikenal di Eropa sekitar tahun
1500 AD. Pada awal abad ke 18, kacang kedelai telah ditanam secara komersial di
Amerika Serikat.
Pada tahun 1970, tahu menjadi terkenal sebagai makanan alternatif dari
daging yang ramah lingkungan. Orang-orang menganggap tahu sebagai pilihan
makanan yang lebih murah dan sumber protein yang lebih efisien dibandingkan
produk hewani. Produk yang berkaitan dengan kacang kedelai merupakan
makanan tambahan yang terjangkau. Manfaat kacang kedelai diantaranya : (1)
sumber protein nabati yang terbaik, (2) meningkatkan metabolisme tubuh, (3)
menguatkan sistem imun tubuh, (4) menstabilkan kadar gula darah, (5)
melindungi jantung (pencegah jantung koroner), (6) menambah daya ingat, (7)
membentuk tulang yang kuat, dll.
Nama botani dari kedelai yaitu Glycine max yang diambil dari bahasa
Yunani. Kedelai yang dibudidayakan sebenarnya terdiri dari paling tidak dua
spesies: Glycine max (disebut kedelai putih, yang bijinya bisa berwarna kuning,
agak putih, atau hijau) dan Glycine soja (kedelai hitam, berbiji hitam). G. max
merupakan tanaman asli daerah Asia subtropik seperti RRC dan Jepang selatan,
sementara G. soja merupakan tanaman asli Asia tropis di Asia Tenggara. Tanaman
ini telah menyebar ke Jepang, Korea, Asia Tenggara dan Indonesia.
Karakteristik
Biji kedelai berkeping dua, terbungkus kulit biji dan tidak mengandung
jaringan endosperma. Embrio terletak diantara keping biji. Warna kulit biji
kuning, hitam, hijau, coklat. Bentuk biji kedelai umumnya bulat lonjong tetapai
ada pula yang bundar atau bulat agak pipih. Kecambah kedelai tergolong epigeal,
yaitu keping biji muncul diatas tanah. Kedelai yang berhipokotil ungu berbunga
ungu, sedang yang berhipokotil hijau berbunga putih.
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi
43
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi
43
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi
43
III.
III.1
yaitu dimulai tanggal 9 Oktober - 18 Desember 2009, setiap hari Jumat pada
pukul 07.00 10.00 WIB. Praktikum dilaksanakan di dua tempat, yaitu di
kebun percobaan Leuwikopo dan di kebun koleksi Cikabayan. Di kebun
Leuwikopo dilakukan praktikum budidaya tanaman, sedangkan di kebun
Cikabayan dilakukan praktikum teknik pembibitan tanaman dan identifikasi
tanaman perkebunan.
III.2
Bahan :
Benih Kedelai
Air
2 buah Cangkul
Ember
2 buah kored
Tali rafia
Ajir
Tugal
Sprayer
Meteran
III.3
Cara Pelaksanaan
Penanaman
Siapkan lahan yang telah diolah dan siap untuk ditanam.
Buat Barisan tanaman dengan tali rafia dengan baris pertama dimulai setengah
jarak tanam antar barisan dari pinggir petakan. Rentangkan dua tali berjarak 40
cm pada sisi barat dan timur, sebagai acuan baris tanaman atau gunakan ajir
sebagai acuan.
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi
43
Rafia yang telah diberi tanda 10 cm yang diikat pada dua ajir, digunakan
sebagai acuan lubang tanam, digerakkan sesuai jarak antar baris (arah timurbarat).
Buat alur tanam sedalam 4-5 cm di samping tali.
Buat alur pupuk pada jarak 7 cm dari tali, kedalaman alur sekitar 7 cm.
Campurkan seluruh dosis pupuk urea dengan SP-18 dan KCl secara merata.
Setelah dicampur merata, bagilah menjadi beberapa bagian yang sama sesuai
dengan jumlah barisan tanaman.
Taburlah pupuk ke dalam alur secara merata dari ujung ke ujung.
Benih ditanam pada alur tanam, 1 butir perlubang sesuai jarak tanam dalam
baris.
Taburkan insektisida sistemik (furadan) kira-kira 5-6 butir ke dalam lubang
benih (atau dosis 20 kg/ha)
Setelah semua lubang ditanami benih dan furadan, tutuplah alur pupuk dan
lubang benih dengan baik. Usahakan lubang benih ditutup dengan tanah yang
lembut dan gembur.
Pasang papan nama percobaan di tiap petak sesuai perlakuan.
Siramkan air secukupnya, hingga lembab, pada barisan lubang benih yang
telah ditanam (apabila pada saat tanam tidak ada hujan atau tanah kering).
Petak percobaan tanaman kedelai
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi
43
Perlakuan
Pada praktikum ini dilakukan 4 perlakuan terhadap dua varietas kedelai
yang berbeda, yaitu kedelai varietas Lumajang Brewok (K1) dan Vanderman (K2)
dengan dosis pemupukan (N1= 45kg N ha -1 dan N0 = tanpa pupuk N) dengan
kombinasi perlakuan :
1. K1N1 = Varietas Lumajang Brewok dengan dosis 45 kg N/ha
2. K1N0 = Varietas Lumajang Brewok tanpa pupuk N
3. K2N0 = Varietas Vanderman dengan dosis tanpa pupuk N
4. K2N1 = Varietas Vanderman dengan dosis 45 kg N/ha
Pemeliharaan
Penyulaman.
Penyulaman benih yang tidak tumbuh dilakukan pada umur 1 MST.
Lubang tanam diperiksa, benih yang tidak tumbuh dibuang, diganti dengan
benih yang baru.
Penyiangan dan penggemburan tanah.
Lakukan penyiangan pada gulma yang tumbuh dekat barisan tanaman dan
di antara barisan tanaman sekaligus untuk menggemburkan tanah, secara
manual dengan cangkul atau kored. Usahakan gulma tercabut sampai ke
perakarannya.
Pengendalian hama penyakit.
Lakukan penyemprotan insektisida dan fungisida apabila diperlukan,
sesuai dosis dan volume semprot anjuran yang tertera pada label.
Pengaturan irigasi dan drainase.
Bila tanah terlalu kering bagi tanaman, alirkan air masuk ke dalam
petakan, sebaliknya, apabila curah hujan tinggi perbaiki saluran air sekeliling
petakan agar pembuangan air lancar karena kedelai menghendaki tanah
lembab, bukan tanah basah atau tergenang.
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi
43
Pengamatan
Selama pertumbuhan sampai panen kedelai, dilakukan pengamatan
perubah pertumbuhan dan komponen hasil. Perubah pertumbuhan yang diamati
adalah:
Daya tumbuh benih.
Pada saat kedelai berumur 1 MST hitunglah jumlah benih yang tumbuh
dari seluruh lubang tanam, kemudian prosentasekan terhadap seluruh jumlah
benih yang ditanam. Amati pula tipe perkecambahannya.
Tanaman contoh.
Pada saat kedelai berumur 2 MST, ambil 10 tanaman contoh secara acak
yang mewakili seluruh petakan (jangan dari barisan pinggir dan bukan tanaman
pinggir). Amati tanaman contoh tersebut untuk peubah di bawah ini setiap
minggu berikutnya sampai satu minggu sebelum panen. Cara pengamatan
sebagai berikut:
(i) Tinggi tanaman (cm) ; diukur dari permukaan tanah sampai dengan titik
tumbuh tanaman.
(ii) Jumlah daun trifoliate (helai) ; hitunglah jumlah helaian daun yang telah
membuka sempurna, daun di bagian atas yang masih mengulung tidak
dihitung.
(iii)
(iv)Luas daun per tanaman; pada 6 MST tentukan luas daun dari 1 tanaman
contoh kemudian hitungah indeks luas daun. Luas daun ditentukan dengan
metode gravimetri, yaitu menggambarkan semua daun pada kertas (koran)
kemudian digunting dan ditimbang, timbang juga jenis kertas yang sama
seluas 10x10 cm sebagai acuan bobot per satuan luas.
Pada 3 MST dan 6 MST cabut satu tanaman pinggir, lalu amati apakah ada
bintil akar atau tidak. Kemudian amati keaktifan bintil akar dengan
membelahnya, jika berwarna merah muda berarti bintil akar tersebut aktif
memfiksasi nitrogen, jika berwarna hijau belum aktif, dan jika berwarna coklat
kehitaman sudah tidak aktif.
Hitung umur tanaman (hari) pada saat keluar bunga 75 % populasi.
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi
43
Amati keragaman morfologi tanaman yang tampak seperti : bentuk dan warna
daun, sudut tangkai daun, warna mahkota bunga dan keserempakan berbunga.
Tentukan apakah tipe pembungaannya determinate, indeterminate atau semideterminate.
Amati dan tentukan jenis penyakit dan hama yang menyerang tanaman.
Panen
Pada 10 tanaman contoh, dilakukan pengukuran komponen produksi sebagai
berikut:
(a) Bobot brangkasan tanaman contoh; cabut tanaman contoh, bersihkan akar
dari tanah yang melekat , lalu potong menjadi bagian akar dan bagian
tajuk. Selanjutnya, timbang masing-masing bagian tersebut dan hitung
rasio batang/akar.
(b) Buang seluruh daun dan cabang tinggalkan polong kemudian ditimbang.
Bagian ini merupakan bagian marketable unutk kedelai panen rebus/sisil.
Tentukan rendemen bagian marketable dari total bobot tanaman.
(c) Ambil semua polong dari batang tanaman contoh, kemudian ditimbang.
Tentukan indeks panen (bobot polong dibagi bobot total tanaman)
(d) Hitung jumlah polong rata-rata per tanaman. Hitung pula polong yang
bernas dan hampa.
(e) Lihat umumnya berapa biji perpolong.
Bobot per petak. Panen seluruh tanaman di petak bersih selain tanaman pinggir
dan baris pinggir. Kemudian timbanglah sekaligus. Bobot ini di tambah dengan
bobot 10 tanaman contoh merupakan bobot hasil panen perpetak bersih,
kemudian konversikan keluasan ha.
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi
43
IV.
4.1 Hasil
1. Benih
100 benih = 10 gram
luas lahan (x) : 9,75 x 7, 45 m
Jarak tanam 40 x 10 cm
jumlah yang ditanam (x) : 1656
Kebutuhan benih/ha = 1 ha/luas lahan x 1benih
= 10000 m2/(40 x 10 cm2) x 1 benih
= 250000
Jumlah benih yang dibutuhkan (gr)
benih (gr)= (250000/100) x 10 gram
= 25000 gram
= 25 kg
populasi = luas lahan/ luas areal yang ditempati satu individu
= (9,75 x 7, 45 m2)/( 40 x 10 cm)
= 1815,938
= 1815
2. Kebutuhan pupuk per luas lahan
45 kg N/ha, SP-18 dosis 200 kg/ha, dan KCl 150 kg/ha
Urea
: (100/45) x 45 kg N/ha = 100 kg/ha Urea
P2O5
: (18/100) x 200 kg/ha SP-18 = 36 kg/ha P2O5
K2O
: (60/100) x 150 kg/ha KCl = 75 kg/ha K2O
Untuk luas lahan 9,75 x 7,45 m pupuk yang dibutuhkan adalah
Urea
: (9,75 x 7,45 m)/10000 m x 100 kg = 0,726 kg Urea
(9,75 x 7,45 m)/10000 m x 45 kg N = 0,326 kg N
SP-18
: (9,75 x 7,45 m)/10000 m x 200 kg = 1,452 kg SP-18
(9,75 x 7,45 m)/10000 m x 36 kg P2O5 = 0,261 kg P2O5
KCl
: (9,75 x 7,45 m)/10000 m x 150 kg = 1,089 kg KCl
: (9,75 x 7,45 m)/10000 m x 75 kg K2O = 0,544 kg K2O
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi
43
Perlakuan
Jumlah Benih
Tanam
Jumlah Benih
Tumbuh
Daya Tumbuh
K1N1
1656
1503
90.76%
K1N0
1512
1271
84.06%
K2N0
1628
1419
87.16%
K2N1
1449
1282
88.47%
4.
Lumajang Brewok yang diberi tambahan pupuk saat penanaman awal pertumbuhan
rata-rata tinggi tanaman lebih tinggi. Begitu pula pada varietas Panderman yang
diberi tambahan pupuk waktu penanaman awal pertumbuhan rata-rata tinggi
tanaman juga lebih tinggi.
Tabel 2. Tinggi Rata-rata Tanaman Kedelai
Umur Tanaman (MST)
Perlakuan
K1N1
13.92
18.91
26.88
45.01
64.02
K1N0
10.96
14.62
21.89
33.29
K2N0
10.11
15.3
23.52
35.38
4
5
6
7
Rata-rata Tinggi Tanaman (cm)
73.22
80
81.11
43.33
46.44
55.17
56.78
52.5
60.28
63.33
67.44
K2N1
9.54
13.75 22.8
39.7
56.9
Keterangan : Perlakuan = Kombinasi Varietas Kedelai
73.4
73
74.2
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi
43
Dari grafik terlihat bahwa tinggi tanaman kedelai pada K1N1 lebih tinggi
dibandingkan pada K2N1.
5. Jumlah Daun n Minggu Setelah Tanam
Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa jumlah daun pada varietas Lumajang
Brewok dan Panderman tiap minggunya bertambah banyak meskipun ada
beberapa yang berkurang karena gugur dan telah menguning. Namun
pertambahan atau pengurangannya tidak signifikan.
Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Daun Tanaman Kedelai
Umur Tanaman (MST)
Perlakuan
K1N1
11
K1N0
K2N0
10
4
5
6
7
Rata-rata Jumlah Daun (helai)
19
14
15
13
17
16
13
13
15
17
17
K2N1
3
5
7
10
10
14
18
Keterangan : Perlakuan = kombinasi varietas kedelai
Rata-rata jumlah daun dibulatkan ke bawah
Selain dilihat pada tabel juga dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
15
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi
43
K1N1
K1N0
K2N0
K2N1
7.
4
5
6
Rata-rata Jumlah Cabang
(buah)
11
12
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi
43
Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa massa daun pada varietas Lumajang Brewok
lebih ringan dibandingkan pada varietas Panderman. Pada perlakuan K1N1 lebih
ringan dibandingkan perlakuan yang lain. Sedangkan pada K2N1 lebih berat
dibandingkan pada K2N0.
Tabel 5. Indeks Luas Daun dan Populasi
Perlakuan
Massa
Massa
Daun
Kertas
(gr)
2,292
(gr)
0,378
Luas Daun
ILD
Indeks
(cm2)
Tanaman
Populasi
1,516
1,38
2,738
2,57
3,149
3,967
2,74
K1N1
606,35
6,1708
0,5634
1095,27
K1N0
K2N0
6,134
0,487
1259,77
K2N1
13,342
0,841
1586,99
Keterangan : K1N1 diambil tanaman pinggir
3,41
8. Hasil Panen
Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa pada K1N1 berat tajuk, akar,
polong+batang, jumlah polong polong marketable lebih berat dibandingkan pada
K1N0. Sedangkan pada K2N1 berat tajuk, akar, polong+batang, jumlah polong
polong marketable lebih ringan dibandingkan pada K2N0. Jumlah polong tersebut
belum termasuk polong hampa.
Tabel 6. Hasil Panen Bobot Rata-Rata Tanaman Kedelai
Perlakuan
K1N1
K1N0
K2N0
K2N1
Tajuk
Akar
Polong+Batang
(gr)
(gr)
(gr)
78
55,33
85,6
64
3,1
2,78
3,78
3,4
48,22
36,78
56,2
37,7
Polong
marketable
(gr)
36,1
27,33
42
31,6
Jumlah
polong
37
30
37
33
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi
43
K1N1
78/3,1
44,51%
0,45
3
110,7
Perlakuan
K1N0
K2N0
55,33/2,78
78/3,78
47,03%
0,47
3
88,92
46,99%
0,47
3
103,005
K2N1
64/3,4
45,99%
0,46
3
109,35
Keterangan :
- Bobot totalnya dihitung dari pengurangan bobot seluruhnya dikurangi 10%
bobot seluruhnya.
Data juga dapat dilihat pada grafik di bawan ini :
Berat total pada varietas Lumajang Brewok dan Panderman yang diberi
pupuk menunjukkan angka lebih tinggi.
Bobot panen K1N1 dikonversikan ke luas ha:
Bobot panen (ha)
4.2 Pembahasan
Pada percobaan kedelai jumlah benih yang dibutuhkan pada area dengan
luas 9,75 x 7,45 m adalah 1656 benih dan untuk 1 ha membutuhkan sekitar 25 kg.
Pupuk yang dibutuhkan dengan luas area tersebut adalah 0,326 kg N dari Urea
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi
43
atau 0,726 kg Urea, 0,261 kg P2O5 dari SP-18 atau 1,452 kg SP-18, dan 0,544 kg
K2O dari KCl atau 1,089 kg KCl.
Pemberian pupuk tersebut mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada
tanaman kedelai. Dalam perlakuan ini pupuk yang ditekankan adalah pupuk N.
Nitrogen diperlukan sebagai pembangun protoplasma, sintesa protein dan
perkembangan
sel
tanaman.
Dalam
umumnya
lebih
tinggi
dan
Panderman
yang
diberi tambahan pupuk sesuai dosis rekomendasi pada awal penanaman atau biasa
disebut sebagai pupuk dasar. Pada varietas Lumajang Brewok (K1N1)
daya
Faktor
eksternal
juga
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi
43
berpengaruh seperti faktor lingkungan, tanah, hama penyakit, dan gangguan lain.
Misalnya cabang dipengaruhi oleh oleh jenis varietas (faktor internal)
dan
lingkungan (faktor eksternal). Karena tanaman kedelai tidak terserang hama dan
penyakit yang signifikan, dalam percobaan ini tidak dilakukan penyemprotan
pestisida.
Dalam percobaan K1N1 selain pertumbuhan dan perkembangan tanaman
seperti tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, dan bobot panen yang
diamati, juga diamati bintil akar dan indeks luas daun. Bintil akar pada K1N1
mulai ada pada 3 MST dan 6 MST. Pada 3 MST bintil akar belum aktif terlihat
pada bintil yang berwarna hijau. Indeks luas daun pada semua perlakuan adalah
lebih besar dari 1. Namun pada varietas Panderman lebih besar dibandingkan
varietas Lumajang Brewok. Nilai ILD > 1 menunjukkan bahwa daun pada
tanaman dengan perlakuan yang berbeda adalah lebat. Jadi pada daun pada
varietas Panderman lebih lebat dibandingkan Gambar 1.3 Bintil Akar
pada varietas Lumajang Brewok.
Pengamatan tidak hanya dengan pengukuran kuantitatif, tetapi juga
pengamatan secara kualitatif. Pengamatan awal kualitatif juga dilakukan yaitu
pengamatan biji sebelum ditanam. Warna biji dan bentuk biji yang digunakan
pada perlakuan K1N1 adalah kuning kecoklatan dan bulat telur . Bentuk biji
kedelai tergantung varietas, dapat berbentuk bulat, agak gepeng, atau bulat telur,
namun sebagian varietas bijinya berbentuk bulat telur. Termasuk bobot biji juga
dipengaruhi oleh varietas. Pengamatan daun yaitu daun yang pertama muncul
adalah tipe unifoliate dan daun berikutnya adalah tipe trifoleate.
Pada pertengahan mengamati bunga. Umur tanaman saat bunga muncul 75%
adalah 6 MST. Bunga pada perlakuan K1N1
adalah
ungu.
termasuk
Tipe
determinate,
pertumbuhan
tanaman
pembungaannya
yaitu
tipe
yang
batang
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi
43
berwarna berbulu banyak dan berwarna coklat. Selain data seperti pada tabel 6
dan tabel 7 juga diamati jumlah polong. Pada varietas Lumajang Brewok
perlakuan K1N1 jumlah biji per polong adalah 1-3 dan dominan jumlah biji per
polong 2. Jumlah polong hampa tiap tanaman berbeda. Beberapa tanaman tidak
ada polong hampa, namun ada juga yang berpolong hampa berjumlah 1-2.
Pada perlakuan lain juga ada kesalahan pada pengambilan data. Data
perlakuan K2N0 pada 7 dan 8 MST menyimpang karena pengukur yang
melakukan pengukuran berbeda. Data hasil pengamatan juga memungkinkan
adanya kesalahan pada tiap perlakuan karena standar perhitungan seseorang
berbeda dan juga dapat karena alat yang dipakai tiap MST berbeda.
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi
43
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, el al. 2000. Pemberian pupuk N dan metanol pada daun kedelai.
Penelitian dan pengembangan produksi kedelai di Indonesia. No 24:167-172.
Adisarwanto, T. 2005. Kedelai. Jakarta: Penebar Swadaya
Arsyad, Darman M, Mahyuddin Syam. 1998. Kedelai Sumber Pertumbuhan
Produksi dan Budidaya. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan
[Tim Dosen]. 2009. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Agronomi Tahun
Akademik 2009/2010.Bogor
Sudjaji, M., dan I.M. Widjik S. Penuntun Analisa Tanaman. Pusat Penelitin Tanah
Bogor. Bul. Tek. Penel. No. 1:16-27.
http://www.ilmupedia.com/akademik/29/616-budidaya-kedelai.html
http://www.mamud.com/Docs/budi_daya_kedelai.pdf
http://www.wikipedia.org/wiki/Kedelai
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi
43
Bagian 2
IDENTIFIKASI TANAMAN PERKEBUNAN
I.
PENDAHULUAN
komoditas-
komoditas perkebunan ini, terutama kepada para generasi muda, yang akan
melanjutkan kesusksesan ini.
Oleh karena itu, pada praktikum ini diadakan suatu pengenalan dan
identifikasi mengenai sejumlah tanaman perkebunan, yaitu sawit, kopi,
kelapa, kako, karet, dan teh.
1.2 Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui karakteristik dan sifat tanaman perkebunan
II.
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi
43
III.
HASIL
secara
pasti
belum
dapat
Egrek: alat untuk memanen sawit TM6-20, lebih panjang dari dodos.
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi
43
Kelapa
kopi
jenis
ini
(Indonesia
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi
43
"tanaman hari pendek" (short day plant), yaitu tanaman yang membentuk bakal
bunga dalam periode hari pendek. Yang dimaksud dengan hari pendek adalah
siang hari yang panjangnya kurang dari 12 jam. Disebelah selatan garis
katulistiwa, hari pendek berlangsung antara tgl 21 Maret hingga tgl 23 September,
sedang di sebelah utara katulistiwa antara tgl 23 September hingga tgl 23 Maret
tahun berikutnya. Sebagian besar tanaman kopi di Indonesia terletak di sebelah
selatan katulistiwa, seperti di Sumatera bagian selatan, Jawa, Sulawesi bagian
selatan,
Bali,
Nusa
Tenggara,
dan
Timor
Timur.
43
2. Kopi Canephora
Kopi ini sering disebut juga sebagai kopi robusta. Nama robusta ini sendiri
dipergunakan sebagai tujuan perdagangan, sedangkan Canephora adalah nama
botani. Sedangkan ciri-ciri untuk kopi robusta ini adalah:
Bau dan rasanya tidak seenak kopi arabika, maka harganya lebih rendah.
Pemeliharaannya lebih murah dan lebih mudah.
Daun lebih kecil, dengan permukaannya agak berombak, dan dari
batangnya tumbuh cabng-cabang.
3. Kopi Liberika
Jenis ini berasal dari dataran rendah Monrovia di daerah Liberika. Kopi
Liberika penyebarannya sangatlah cepat dan telah diperkirakan bahwa jenis ini
hanya tinggal satu persen saja dari selurh jenis kopi yang ada. Jenis kopi
Liberika ini mempunyai sifat-sifat:
Tanaman yang tidak dipangkas, bisa mencapai ketinggian lebih dari 10
meter.
Cabang primer dapat bertahan lebih lama dan tiap-tiap buku dapat
berbunga atau berbuah beberapa kali.
Besar kecilnya buah tidak merata.
Tanaman dapat tumbuh di dataran rendah dan beriklim panas maupun
basah.
Perbanyakan tanaman kopi dapat dilakukan secara generatif ataupun
vegetatif. Untuk perbanyakan secara generatif hal yang pernting yang harus
dilakukan adalah memilih biji untuk ditanam kembali dan untuk menghasilkan
individu yang baru. Biasanya biji yang dipilih adalah biji yang berasal dari buah
ynag telah masak dan tidak cacat sedikitpun. Biji-biji baru ini akan tumbuh 90100% sedang untuk biji ynag disimpan dalam jangka waktu sekitar 6 bulan maka
daya tumbuhnya akan berkurang menjadi 60 -70%.
Pembiakan tanaman secara vegetatif pada kopi yang pernah dan sering
dijalankan adalah dengan cara menyambung dan menyetek, dari kedua
kemunkinan tersebut, yang sering dilakukan adalah dengan cara menyambung.
Sedang menyetek belum begitu meluas, karena kemungkinan hidup sangat kecil
dan tidak semua jenis dapat distek.
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi
43
Untuk musim berbunga tanaman kopi terjadi beberapa kali yaitu sampai
3-4 kali dalm satu tahun, bahkan ada yang berbunga sepanjang tahun. Hal ini
bergantung pada jenisnya. Sedangkan untuk masa panen itu sendiri bisa
berjalan sekitar 8-12 bulan setelah tanaman kopi ini berbunga. Masaknya buah
kopi ada yang cepat ada pula yang lambat, hal ini tergantung pada jenis dan
iklimnya
dan
ekonomi
dalam
kehidupan
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi
43
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi
43
Kelapa dalam, tinggi tanaman 18-30 m (tall variety), buah besar dan
berwarna hijau. Kelapa yang tumbuh tinggi dan melakukan penyerbukan
silang, biasanya ditanam untuk menghasilkan kopra.
tersebar
penduduk
secara
daerah
itu
luas
semenjak
masih
hidup
mengembara.
Tanaman kakao diklasifikasikan ke dalam family Sterculiceae dan
subkelas Dicotyledoneae. Jenis kakao antara lain yaitu: Criollo, Forastero, dan
trinitario. Criollo adalah tipe kakao yang bermutu (mulia, choloed kakao, edel
kakao), buahnya berwarna merah. Buahnya kecil, aromanya bagus, dan
kualitasnya tinggi. Yang kedua adalah Forastero merupakan tipe bermutu rendah
(kakao lindak, bulk kakao) dan buahnya berwarna hijau. Biji-bijinya besar,
berbuah amat cepat, tapi aromanya kurang. Sedangkan Trinitario adalah jenis
hibrida dari keduanya, sekarang banyak ditanam dan buahnya kadang hijau
kadang merah. Bentuk buahnya agak bulat dan ada juga yang agak panjang, besarbesar dan aromanya kurang.
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi
43
Tanaman kakao dapat diperbanyak melalui dua cara yaitu: generatif dan
vegetatif. Perbanyakan secara generatif kurang banyak diminati, karena dengan
cara ini akan dihasilkan tanaman yang tidak seragan sebab terjadi segregasi
genetis. Sebaliknya, dengan perbanyakan vegetatif akan dihasilkan keturunan
yang mempunyai sifat-sifat genetis yang sama dengan pohon induknya.
Tanaman kakao/coklat ini yang diambil adalah bijinya. Panen kakao
dimulai bila buah-buah kakao tersebut sudah masak yang ditandai dengan
berubahnya warna buah. Buah yang semula hijau, jika masak akan berwarna
kuning dan yang semula berwarna merah akan menjadi orange. Waktu yang
dibutuhkan untuk membentuk buah hingga masak 6 bulan. Buah coklat yang
sudah besar dapat dipanen dengan panjang 1,5 cm.
Istilah pada kakao antara lain:
memberikan hasil yang optimal yang nantinya akan berdampak pada nilai
ekonomis yang tinggi. Tanaman kakao ini merupakan tanaman yang manja,
artinya memerlukan banyak perhatian. Pengabaian masalah pemeliharaan ini
selama satu tahun akan berakibat dua tahun kakao tersebut tidak akan
berproduksi selama dua tahun. Pemeliharaan ini mencakup :
3. Sisipan/sulaman
4. Pemuliaan tanaman
5. Pemangkasan
6. Pemupukan
7. Pengendalian Gulma
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi
43
dimana
yang
diambil
adalah
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi
43
Daun karet dalam setangkai ada tiga daun. Bagian atasnya licin dan bagian
bawahnya kasar oleh tulang daun. Daun karet juga pipih hijau karena
mengandung zat hijau daun ( klorofil). Ibu tulang daun memanjang dari tangkai
sampai ujung akhir daun. Ibu tulang daun tersebut bercabang ke kiri dan ke kanan
membentuk jariangan tulang-tulang daun. Tangkai daun berbentuk silinder
memanjang, di antara tangkai dan cabang pohon terdapat sel pemisah yang terdiri
dari sel-sel gabus. Sel-sel gabus ini pada waktu muda tipis dan renggang sehingga
makanan dapat menerobos masuk dan keluar dari daun.
Tumbuhan karet bunganya berumah satu (monoecus) maksudnya pada
suatu tanaman terdapat bunga jantan dan bunga betina secara terpisah.
Penyerbukan dapat dilakukan sendiri (autogami) atau dapat dilakukan dengan
penyerbukan tetangga (geitogami), penyerbukan silang (alogami) dan bastar.
Penyerbukan akan menghasilakan buah.
Buah karet berwarna hijau dan bergetah pada waktu muda dan tuanya
berwarna kehitaman. Warna hitam tersebut adalah warna kulit buah karet,
sedangkan warna buahnya putih keras dengan ruang-ruang berjumlah tiga yang
berisi biji karet. Biji karet berwarna putih pada waktu muda dan memiliki warna
hitam kecoklatan diselingi bercak putih setelah tua. Bagian dalam biji berwarna
putih dan juga berbelah dua (biji belah). Biji karet tersebutlah yang akan tumbuh
menjadi lembaga bagi pembiakan generatif karet. Pohon karet berbunga, dimulai
dari meluruhnya seluruh daun karet, kemudian bersemi kembali diikuti dengan
berseminya bunga karet.
Karet dapat berkembang biak secara generatif maupun secara vegetatif.
Secara generatif dengan menggunakan biji sebagai alat perkembang biakan
sedangkan secara vegetatif dengan stek atau dengan okulasi (penempelan). Karet
akan tumbuh dengan baik pada daerah dengan curah hujan yang tak boleh kurang
dari 200 mm. Pertumbuhan dengan subur pada daerah dengan derajad lintang 6 o
LU sampai dengan 6o LS. Di luar daerah tersebut pertumbuhan karet akan
terhambat.
Dalam satu hektar, berisi tanaman karet sekitar 500 pohon, akan tetapi
pohon-pohon tersebut harus terus diseleksi untuk mendapatkan pohon karet yang
baik. Pengurangan terus menerus sampai jumlah pohon karet yang tinggal sekitar
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi
43
200 pohon dalam satu hektar akibat pembuangan pohon-pohon yang tak sehat.
Jarak masing-masing pohon terhadap pohon lainnya adalah 3-7 m. Karet mulai
menghasilkan getah bila telah berumur 5-6 tahun.
Tanaman karet tak memilih tanah, pohon ini dapat tumbuh di tanah
vulkanis tua, vulkanis muda, maupun tanah alluvial. Namun, demikian kesuburan
tanah tentu saja sangat mempengaruhi tumbuhnya karet, demikian juga dengan air
tanah. Air tanah yang dangkal dan tak mengalir akan membuat akar karet
membusuk. Karena itu harus dibuat pola pengeringan (drainase pattern), pada
perkebunan karet tersebut.
Penyadapan karet dilakukan bila karet telah mencapai usia 5 sampai 6 tahun.
Namun matang sadap karet tidak bergantung dari umur, melainkan ditentukan
oleh faktor lain, yaitu:
biasanya kulit asli dibagi menjadi 2 (A dan B). kulit yang disadap adalah sisi B,
setelah sisi B habis, kemudian sisi A telah mengalami regenerasi.
Notasi sadap spiral D/3 9M, artinya dilakukan secara setengah spiral,
disadap 3 hari sekali selama 9 bulan. Masa ekonomis karet adalah 25-30 tahun.
Hal-hal yang harus diperhatikan adalah bahwa karet sangat rentan terhadap
kekeringan serta harus cukup akan hara dan air.
3.6 Teh (Camelia sinensis)
Tanaman teh termasuk genus
Camellia yang memiliki sekitar 82
species, terutama tersebar di kawasan
Asia Tenggara pada garis lintang 30
sebelah
utara
maupun
selatan
khatulistiwa.
Selain tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O.
Kuntze) yang dikonsumsi sebagai minuman penyegar, genus Cammelia ini juga
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi
43
mencakup banyak jenis tanaman hias. Kebiasaan minum teh diduga berasal dari
China yang kemudian berkembang ke Jepang dan juga Eropa.
Tanaman teh berasal dari wilayah perbatasan negara-negara China selatan
(Yunan), Laos Barat Laut, Muangthai Utara, Burma Timur dan India Timur Laut,
yang merupakan vegetasi hutan daerah peralihan tropis dan subtropis. Tanaman
teh pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1684, berupa biji teh dari jepang yang
dibawa oleh seorang Jerman bernama Andreas Cleyer, dan ditanam sebagai
tanaman hias di Jakarta. Pada tahun 1694, seorang pendeta bernama F. Valentijn
melaporkan melihat perdu teh muda berasal dari China tumbuh di Taman Istana
Gubernur Jendral Champhuys di Jakarta. Pada tahun 1826 tanaman teh berhasil
ditanam melengkapi Kebun Raya Bogor, dan pada tahun 1827 di Kebun
Percobaan Cisurupan, Garut, Jawa Barat.
Berhasilnya penanaman percobaan skala besar di Wanayasa (Purwakarta)
dan di Raung (Banyuwangi) membuka jalan bagi Jacobus Isidorus Loudewijk
Levian Jacobson, seorang ahli teh, menaruh landasan bagi usaha perkebunan teh
di Jawa. Teh dari Jawa tercatat pertama kali diterima di Amsterdam tahun 1835.
Teh jeis Assam mulai masuk ke Indonesia (Jawa) dari Sri Lanka (Ceylon) pada
tahun 1877, dan ditanam oleh R.E. Kerkhoven di kebun Gambung, Jawa Barat.
Dengan masuknya teh Assam tersebut ke Indonesia, secara berangsur tanaman teh
China diganti dengan teh Assam, dan sejak itu pula perkebunan teh di Indonesia
berkembang semakin luas. Pada tahun 1910 mulai dibangun perkebunan teh di
daerah Simalungun, Sumatera Utara.
Berdasarkan penanganan pasca panen, teh dibagi menjadi 3 macam yaitu :
1. Teh Hijau
Teh hijau diperoleh tanpa proses fermentasi; daun teh diperlakukan dengan panas
sehingga terjadi inaktivasi enzim. Pemanasan ini dilakukan dengan dua cara yaitu
dengan udara kering dan pemanasan basah dengan uap panas (steam). Pada
pemanasan dengan suhu 85C selama 3 menit, aktivitas enzim polifenol oksidase
tinggal 5,49%. Pemanggangan (pan firing) secara tradisional dilakukan pada suhu
100-200 C sedangkan pemanggangan dengan mesin suhunya sekitar 220-300
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi
43
C. Pemanggangan daun teh akan memberikan aroma dan flavor yang lebih kuat
dibandingkan dengan pemberian uap panas.euntungan dengan cara pemberian uap
panas, adalah warna teh dan seduhannya akan lebih hijau terang.
2. Teh hitam
Teh hitam diperoleh melalui proses fermentasi. Dalam hal ini fermentasi tidak
menggunakan mikrobia sebagai sumber Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004.
enzim, melainkan dilakukan oleh enzim polifenol oksidase yang terdapat di dalam
daun teh itu sendiri. Pada proses ini, katekin (flavanol) mengalami oksidasi dan
akan menghasilkan thearubigin. Caranya adalah sebagai berikut : daun teh segar
dilayukan terlebih dahulu pada palung pelayu, kemudian digiling sehingga sel-sel
daun rusak. Selanjutnya dilakukan fermentasi pada suhu sekitar 22-28C dengan
kelembaban sekitar 90%. Lamanya fermentasi sangat menentukan kualitas hasil
akhir; biasanya dilakukan selama 2-4 jam. Apabila proses fermentasi telah selesai,
dilakukan pengeringan sampai kadar air teh kering mencapai 4-6%.
3. Teh oolong
Teh oolong diproses secara semi fermentasi dan dibuat
khusus, yaitu varietas tertentu yang memberikan aroma khusus. Daun teh
dilayukan lebih dahulu, kemudian dipanaskan pada suhu 160-240
C selama 3-7 menit untuk inaktivasi enzim, selanjutnya digulung dan
dikeringkan.
Untuk teh yang dipanen adalah daun muda. Pada mulanya, budidaya teh
adalah dari benih, namun sekarang dengan stek daun dengan jarak tanam 1,2-0,6
m. Tanaman teh harus dipangkas setiap 4 tahun agar tetap pada vase vegetati.
Macam-macam pemetikan pada teh:
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi
43
IV.
DAFTAR PUSTAKA
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi
43
Bagian 3
PENDAHULUAN
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi
43
yang diberikan dapat dicampur dengan zat hara dapat pula diberikan langsung
dengan cara dicampurkan pada waktu pengisian media tanam maupun diberikan
secara berkala ke dalam media.
1.3 Tujuan
1.
2.
Cangkul,
Polybag 15 cm x 20 cm
Bahan :
Kotoran ayam
Tanah gembur
Sekam padi
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi
43
Biji mahoni
Biji jambu
Biji albasia
Biji sirsak.
II.
HASIL
2.1 Mahoni
Mahoni
merupakan
tanaman
Pohon ini termasuk keluarga Meliaceae dan di Indonesia terdapat dua jenis
yaitu Swietenia macrophyllia King (Mahoni daun besar) dan Swietenia mahagoni
Jaq. (Mahoni daun kecil). Mahoni daun lebar memiliki pertumbuhan relatif lebih
cepat dibandingkan mahoni daun kecil. Pohon dengan tajuk rindang, berbentuk
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi
43
kubah dan menggugurkan daun sebagian pada musim kemarau. Banyak terdapat
pada derah iklim tropis basah sampai daerah beriklim musim
Untuk memperoleh produktivitas kayu dan mutu tegakan yang tinggi perlu
diupayakan pemakaian bibit yang baik. Bibit yang baik diperoleh dari tegakan
benih yang telah berumur lebih dari 20 tahun. Pengunduhan dilakukan apabila
buah sudah masak yang berwarna coklat tua. Untuk setiap satu kilogram biji yang
berkualitas baik berisi 2.300 butir/kg. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pengadaan biji :
1.
Diambil dari pohon yang pertumbuhannya baik dan jelas asal usulnya
2.
yang sudah diberi lobang-lobang kecil. Media yang digunakan beragam, yang
penting media tersebut berareasi baik dan cukup mengandung hara mineral, antara
lain dapat berupa campuran tanah humus dan pasir atau tanah mineral, kompos
dan pasir. Media yang digunakan adalah kotoran ayam, tanah gembur dan sekam
padi. Pada cara ini tidak diperlukan penyapihan bibit, tetapi diperlukan
penyulaman pada kantong plastik yang bijinya tidak tumbuh. Perlakuan
selayaknya sama seperti bibit yang disapih. Biji ditanam tanpa sayap dengan
bagian biji yang tebal sebelah bawah. Bedeng tabur diberi naungan. Untuk
menjaga kelembaban pada bedeng tabur, harus dilakukan penyiraman secara hatihati.
a.
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi
43
Penyulaman
Dilakukan 1 2 bulan sesudah penanaman, yaitu sewaktu curah hujan
masih banyak. Penyulaman berikutnya setelah tanaman di lapangan
berumur 1 2 tahun serta dilakukan pada musim penghujan.
2.
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi
43
pengganggu.Sedangkan
pengairan
dimaksudkan
untuk
Pemupukan
Pada areal yang kurang unsur hara, pemupukan sangat menolong
pertumbuhan tanaman. Melalui analisa tanah, jenis dan dosis pupuk yang
tepat dapat ditentukan.
4.
Tengah,
menyebar
ke
Thailand
diantaranya:
1. Jambu sukun
2. Jambu bangkok
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi
43
3. Jambu merah
4. Jambu sari
Jambu biji merupakan tanaman daerah tropis dan dapat tumbuh di daerah
sub-tropis dengan intensitas curah hujan yang diperlukan berkisar antara 10002000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun, dengan suhu optimal sekitar 23-28
C di siang hari.
Tanaman jambu biji sebenarnya dapat tumbuh pada semua jenis tanah.
Jambu biji dapat tumbuh baik pada lahan yang subur dan gembur serta banyak
mengandung unsur nitrogen, bahan organik atau pada tanah yang keadaan liat dan
sedikit pasir. Derajat keasaman tanah (pH) tidak terlalu jauh berbeda dengan
tanaman lainnya, yaitu antara 4,5-8,2.
a. Pembibitan
Pembibitan pohon jambu biji dilakukan melalui sistem pencangkokan dan
okulasi, walaupun dapat juga dilakukan dengan cara menanam biji dengan secara
langsung.
1) Persyaratn benih
Benih yang diambil biasanya yang banyak diminati konsumen. Antara lain :
2) Penyiapan benih
Setelah buah dikupas dan diambil bijinya, lalu disemaikan dengan jalan
fermentasi biasa (ditahan selama 1-2 hari) sesudah itu di angin-anginkan selama
24 jam (sehari semalam). Biji tersebut direndam dengan larutan asam dengan
perbandingan 1:2 dari air dan larutan asam yang terdiri dari asam chlorida (HCl)
25% Asam Sulfat (H2S04) BJ : 1.84, caranya direndam selama 15 menit
kemudian dicuci dengan air tawar yang bersih sebanyak 3 kali berulang/dengan
air yang mengalir selama 10 menit, kemudian dianginkan selama 24 jam. Untuk
menghidari jamur, biji dapat dibalur dengan larutan Dithane 45, Attracol 70 WP
atau fungisida lainnya.
3) Penyemaian benih
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi
43
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi
43
dilakukan okulasi daun-daun pohon induk yang telah dipilih mata kulitnya
dirontokkan, kemudian setelah penempelan mata kulit dilakukan, ditunggu sampai
mata kulit itu tumbuh tunas, setelah itu batang diatas tunas baru pada pohon induk
di pangkas, kemudian rawat dengan penyiraman 2 kali sehari dan mendangir serta
membersihkan rumput-rumput yang ada disekitarnya. pemberian pupuk daun
dengan Gundosil atau Atonik diberikan setiap 2 minggu sekali selama 4 bulan
dengan cara disemprotkan melalui daun, tiap tanaman disemprot 50 cc larutan.
5) Pemindahan bibit
Cara pemindahan bibit yang telah berkecambah atau telah di cangkok maupun
diokulasi dapat dengan mencungkil atau membuka plastik yang melekat pada
media penanaman dengan cara hati-hati jangan sampai akar menjadi rusak, dan
pencungkilan dilakukan dengan kedalaman 5 cm, agar tumbuh akar lebih banyak
maka dalam penanaman kembali akar tunggangnya dipotong sedikit untuk
menjaga terjadinya penguapan yang berlebihan, kemudian lebar daun dipotong
separuh. Ditanam pada bedeng pembibitan dengan jarak 6-7 m dan ditutupi
dengan atap yang dipasang miring lebih tinggi di timur, dengan harapan dapat
lebih banyak kena sinar mata hari pagi. Dan dilakukan penyiraman secara rutin
tiap hari 2 kali, kecuali ditanam pada musim penghujan.
2.3 Albasia
Pada umumnya tanaman albasia diperbanyak dengan bijinya. Biji albasia
yang dijadikan benih harus terjamin mutunya. Benih yang baik adalah benih yang
berasal dari induk tanaman albasia yang memiliki sifat-sifat genetik yang baik,
bentuk fisiknya tegak lurus dan tegar, tidak menjadi inang dari hama ataupun
penyakit. Ciri-ciri penampakan benih albasia yang baik sebagai berikut :
43
a. Perlakuan benih
Sehubungan dengan biji albasia memiliki kulit yang liat dan tebal serta segera
berkecambah apabila dalam keadaan lembab, maka sebelum benih disemaikan ,
sebaiknya dilakukan treatment guna membangun perkecambahan benih tersebut,
yaitu : Benih direndam dalam air panas mendidih (80 C) selama 15 30 menit.
Setelah itu, benih direndam kembali dalam air dingin sekitar 24 jam, lalu
ditiriskan. untuk selanjutnya benih siap untuk disemaikan.
b. Penyemaian benih
Kegiatan penaburan dilakukan dengan maksud untuk memperoleh prosentase
kecambah yang maksimal dan menghasilkan kecambah yang sehat. Kualitas
kecambah ini akan mendukung terhadap pertumbuhan bibit tanaman, kecambah
yang baik akan menghasilkan bibit yang baik pula dan hal ini akan dapat
membentuk tegakan yang berkualitas.
c. Penyapihan bibit
Langkah-langkah kegiatan penyapihan bibit antara lain adalah : Siapkan
kantong plastik ukuran 10 x 20 cm, dan dilubangi kecil-kecil sekitar 2 4 lubang
pada bagian sisi-sisinya.Masukkan media tanam yang berupa campuran tanah
subur, kotoran ayam, dan sekam padi (1:1:1). Setelah media tanam tercampur
merata, kemudian dimasukkan ke dalam kantong plasitk setinggi bagian,
barulah kecambah albasia ditanam, setiap kantong diberi satu batang
kecambah.Kantong plastik yang telah berisi anakan, diletakkan dibawah para-para
yang diberi atap jerami atau daun kelapa, agar tidak langsung tersengat terik
matahari.Pada masa pertumbuhan anakan semai sampai pada saat kondisi bibit
layak untuk ditanam di lapangan perlu dilakukan pemeliharaan secara intensif.
d. Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan terhadap bibit dipersemaian adalah sebagai
berikut
1) Penyiraman
Penyiraman yang optimum akan memberikan pertumbuhan yang optimum
pada semai / bibit. Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari maupun siang
hari dengan menggunakan nozle. Selanjutnya pada kondisi tertentu, penyiraman
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi
43
dapat dilakukan lebih banyak dari keadaan normal, yaitu pada saat bibit baru
dipindah dari naungan ke areal terbuka dan hari yang panas.
2) Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan menggunakan larutan "gir". Dosis pemupukan
sebanyak 2 sendok makan per 2 minggu, pada umur 6 bulan, ketika tingginya 70
125 cm, bibit siap dipindahkan ke kebun.
3) Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila bibit ada yang mati dan perlu dilakukan
dengan segera agar bibit sulaman tidak tertinggal jauh dengan bibit lainnya.
4) Penyiangan
Penyiangan terhadap gulma, dilakukan dengan mencabut satu per satu dan
bila perlu dibantu dengan alat pencungkil, namun dilakukan hati hati agar jangan
sampai akar bibit terganggu.
5) Pengendalian Hama dan Penyakit
Beberapa hama yang biasa menyerang bibit adalah semut, tikus rayap, dan
cacing, sedangkan yang tergolong penyakit ialah kerusakan bibit yang disebabkan
oleh cendawan.
e. Seleksi bibit
Kegiatan seleksi bibit merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum bibit
dimutasikan kelapangan, maksudnya yaitu mengelompokan bibit yang baik dari
bibit yang kurang baik pertumbuhannya. Bibit yang baik merupakan prioritas
pertama yang bisa dimutasikan kelapangan untuk ditanam sedangkan bibit yang
kurang baik pertumbuhannya dilakukan pemeliharaan yang lebih intensip guna
memacu pertumbuhan bibit sehingga diharapkan pada saat waktu tanam tiba
kondisi bibit mempunyai kualitas yang merata.
f. Penyiapan lahan
Penyiapan lahan pada prinsipnya membebaskan lahan dari tumbuhan
pengganggu atau komponen lain dengan maksud untuk memberikan ruang
tumbuh kepada tanaman yang akan dibudidayakan. Cara pelaksanaan penyipan
lahan digolongkan menjadi 3 cara, yaitu cara mekanik, semi mekanik dan manual.
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi
43
Jenis kegiatannya terbagi menjadi dua tahap ; Pembersihan lahan, yaitu berupa
kegiatan penebasan terhadap semak belukar dan padang rumput. Selanjutnya
ditumpuk pada tempat tertentu agar tidak mengganggu ruang tumbuh tanaman.
Pengolahan tanah, dimaksudkan untuk memperbaiki struktur tanah dengan cara
mencanggkul atau membajak (sesuai dengan kebutuhan).
g. Penanaman
Ajir dapa dibuat dari bahan bambu atau kayu dengan ukuran, panjang 0,5
1 m, lebar 1 1,5 cm. Pemasangangan ajir dimaksudkan untuk memberikan
tanda dimana bibit harus ditanam, dengan demikian pemasangan ajir tersebut
harus sesuai dengan jarak tanam yang digunakanPembuatan lobang tanam, lobang
tanam dibuat dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm tepat pada ajir yang sudah
terpasang.Pengangkutan bibit, ada dua macam pengangkutan bibit yaitu
pengankuatan bibit dari lokasi persemaian ketempat penampungan bibit sementara
di lapangan (lokasi penanaman), dan pengangkutan bibit dari tempat
penampungan sementara ke tempat penanaman.Penanaman bibit, pelaksanaan
kegiatan penanaman harus dilakukan secara hati hati agar bibit tidak rusak dan
penempatan bibit pada lobang tanam harus tepat ditengah-tengah serta akar bibit
tidak terlipat, hal ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit selanjutnya.
2.4 Sirsak
Kandungan Buah sirsak tersusun atas 67%
daging buah yang dapat dimakan, 20% kulit, 8,5%
biji, dan 4%.poros tengah buah, dari berat
keseluruhan buah. Kandungan gulanya sekitar
68% dari seluruh bagian padat daging buah. Sirsak
merupakan sumber vitamin B yang lumayan
jumlahnya (0,07 mg/100 g daging buah) dan vitamin Gambar 3.4 Sirsak
C (20 mg/ 100 g daging buah), dan sedikit sampai sedang kandungan kalsium dan
fosfornya. Sifat yang paling disenangi orang dari sirsak ini ialah harumnya dan
aromanya yang sangat menggiurkan. Daging buahnya mirip dengan cherimoya,
warna putihnya yang murni itu sangat stabil.
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi
43
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi
43
pengairan tambahan. Pemupukan dengan pupuk kandang atau NPK dalam dosis
kecil beberapa kali dalam setahun dapat mendorong pertumbuhan dan
pembuahan, tetapi tidak diperoleh data kuantitatif mengenai kebutuhan pupuk
atau banyaknya pupuk daun yang dianjurkan. Pohon sirsak biasanya dapat
mencapai bentuk yang memuaskan, tetapi dalam beberapa kasus diperlukan usaha
sedini mungkin membatasi pohon itu hanya berbatang tunggal, yaitu dengan cara
memotong cabang-cabang yang akan menyainginya. Tunas air (water sprout),
cabang-cabang yang tumpang-tindih dan bergerombol juga harus dibuang. Kurang
baiknya penyerbukan kiranya merupakan faktor pembatas utama dalam jumlah
hasil, dan untuk menghilangkan kendala ini dianjurkan untuk penyerbukan dengan
tangan. Akan tetapi, hal ini jarang dilakukan dan hanya dapat berlangsung jika ada
masa pembungaan yang jelas.
DAFTAR PUSTAKA
[Anonim].(http://www.iptek.net.id) [2 Januari 2010]
[Anonim].(http://infopekalongan.com/content/view/65/1/) [2 Januari 2010]
[Anonim].2008.(http://software-komputer.blogspot.com/2008/10/cara-teknisbudidaya-tanaman-sengon.html) [2 Januari 2010]
[Anonim].2009.(http://ayobertani.wordpress.com/2009/04/23/budidaya-sirsak/) [2
Januari 2010]
[Anonim].2009.(http://bpprejotangan.blogspot.com/2009/04/teknik-pembuatantanaman-mahoni.html) [2 Januari 2010]
Departemen
Kehutanan
Direktorat
Jenderal
Reboisasi
dan
Rehabilitasi
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi
43
Pusat Informasi Pertanian.1993. Trubus Kumpulan Kliping Jambu Biji: Jenis dan
Manfaat Budidaya Panen dan Pasca Panen. Jakarta.Pusat Informasi
Pertanian.
Laporan Dasar-Dasar
Agronomi
43