PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Al-Quran dan Al-Hadist adalah pedoman manusia khususnya Ummat Muslim yang
telah ditinggalkan oleh Rasullullah saw kepada seluruh ummatnya. Al-Quran merupakan firman
Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. sebagai pedoman bagi ummat manusia
dalam menata kehidupannya, agar memperoleh kebahagiaan lahir dan batin baik didunia maupun
diakhirat kela. Al-Hadist merupakan perkataan, perbuatan, dan yang menyangkut hal ihwalnya.
konsep-konsep yang dibawa Al-Quran dan Al-Hadist selalu relevan dengan problem yang
dihadapi manusia kerena ia turun untuk berdialok dengan setiap ummat yang ditemuinya,
sekaligus menawarkan pemecahan terhadap problem tersebut, kapan dan dimanapun mereka
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
BAB II
PEMBAHASAN
A. AL-QURAN SEBAGAI SUMBER AGAMA ISLAM
1. PENGERTIAN AL-QURAN
Al-Quran menurut bahasa (etimologi), mempunyai arti yang bermacam-macam, salah
satunya menurut pendapat yang lebih kuat, Al-Quran berarti bacaan atau yang dibaca. Pendapat
itu beralasan karena Al-quran adalah masdar dari kata dasar Qaraa Yaqrau yang artinya
membaca. Al-Quran dalam Arti membaca ini dipergunakan oleh Al-Quran sendiri.[1]
Allah berfirman dalam Al-Quran surat Al-Qiyaamah : 16-18
Artinya:
Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Quran karena hendak cepat-cepat
(menguasai)Nya
Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu
pandai) membacanya.
Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.
Ayat-ayat lain yang senada dengan firman Allah tersebut diatas dapat kita temukan
pada:
Surat Al-araf: 204, surat An-nahl: 98, surat Al-isra: 17dan 106, surat Al-muzammil: 20,
surat Insyiqaq: 21.
Menurut makna yang terkandung dari ayat diatas Quran itu diartikan sebagai bacaan,
yakni kalam Allah yang dibaca dengan berulang-ulang. Ayat-ayat tadi juga menjadi dalil bahwa
kata Al-Quran itu sendiri adalah kalam Allah.
Adapun definisi Al-Quran secara istilah (terminologi), Muhammad Ali Ash-shabuni
menulisnya bahwa Al-quran adalah kalam Allah yang tiada tandingan diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw penutup para nabi dan rasul dengan perantaraan malaikat jibril as, dan ditulis
pada mushab-mushab yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membaca
dan mempelajarinya merupakan suatu ibadah yang dimulai dengan surat Al-fatihah dan ditutup
dengan surat An-Nas.[2]
Bagian yang lain menyebutkan bahwa Al-Quran ialah lafal berbahasa Arab yang
diturunkan kepada Muhammad saw yang disampaikan kepada kita secara mutawatir yang
diperintahkan membacanya yang menentang setiap orang (untuk menyusun walaupun dengan
membuat) surat yang terpendek daripada surat-surat yang ada didalam nya.
Dari dua buah definisi tersebut dapat disimpulkan, bahwa apa yang disebut Al-Quran
itu mempunyai kriteria-kriteria seperti:
a.
Al-Quran adalah Firman Allah swt
[
[
b.
Al-Quran yang merupakan firman Allah itu berbahasa Arab, oleh karena itu Al-Quran yang
f.
g.
h.
2.
tidak akan sesat selama kamu masih berpegang kepada keduanya, yaitu Al-Quran dan Sunnah
Rasul. (HR. Malik).
Al-Quran sebaga sumber pertama norma dan hukum islam dapat dijabarkan kedalam fungsia.
b.
terang.
Al-Quran adalah pembeda antar yang haq dan yang bathil, antara yang benar dan yang salah
atau yang baik dan yang buruk. Fungsi ini sesuai dengan name lain dari Al-Quran Al-furqon
(pembeda).
Maha besar allah yang menurunkan Al-furqon kepada kepada hamba-Nya, agar menjadi juru
pengingat bagi seluruh alam (Qs. Al-furqon: 1). Dan juga seperti surat Ali imran: 3-4, dan Al-
baqarah: 185).
c.
Al-Quran berfungsi sebagai peringatan bagi seluruhummat manusia. Fngsi ini juga sesuai
dengan nama lain yang dipakai oleh Al-Quran yaitu Adz-Dzikr.
Dan sesungguhnya Al-Quran itubenar-benar menjadi peringatan bagi orang yang bertaqwa
(Qs.Haqqah: 48) dan juga seperti surah Al-Hijr: 9, surah Shad: 1-29, surah Yaasin: 69, dan surah
d.
Al-Anam: 90.
Al-Quran sebagai obat (penyembuh) bagi penyakit kejiwaan. Hai manusia, sesungguhnya
telah datang kepadamu pengajaran dari tuhanmu dan obat bagi apa yang ada didalam hatimu dan
petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Qs. Yunus: 57).
Dan juga seperti surat Al-isra: 82, Qs. Fush-shilat: 44, dan sabda Nabi yang berbunyi hendaklah
kamu mengambil dua macam obat, yaitu madu dan Al-Quran (HR. Ibnu Majjah Dan Al-Hakim,
h.
Al-Quran adalah sumber ilmu pengetahuan yang sangat menarik untuk dikaji dan dipelajari
sepanjang masa.
Al-Quran diturunkan sebagai mukjizat Nabi Muhammad saw, yaitu mukjizat yang paling besar
dari sekalian mukjizat lain yang pernah ada.
Al-Quran diturunkan supaya menjadi mukjizat mengembangkan risalah dan menyampaikan
apa-apa yang diterimanya dari tuhan. Untuk itu, Allah menurunkan Al-Quran yang susunan arti
Ramli Abdul Wahid. H. 1996, Ulumul Quran, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Hal . 18
dari pada riwayat, dan merasa cukup dengan mengangkat riwayat ini. kelompok kedua,
memusatkan perhatiannya dalam menafsirkan Al-Quran pada pengertian yang diberikan oleh
bahasa Arab, dan ilmu-ilmu teknis lainnya dan tidak memberikan tempat bagi riwayat dengan
baik, meskipun mereka mengutipnya namun mereka tidak mngunggulkannya sama sekali.
2) Tafsir Al-Quran dengan Al-Quran
Prinsif kedua manhaj ini adalah menafsirkan Al-Quran, dengan Al-Quran kerena Al-Quran
satu bagian arinya saling membenarkan bagian lainnya. dan satu bagian menafsirkan bagian
lainnya.
3) Tafsir Al-Quran dengan sunnah yang shahih
Shaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata dalam Mukaddimah fi ushul tafsir.
Cara penafsiran yang shahih adalah Al-Quran menafsirkan Al-Quran. apa yang disebut
secara Ijmal (global) pada suatu tempat diperinci pada tempat lain, dan apa yang disebut secara
simpel pada suatu tempat dijelaskan pada tempat lain.
Jika engkau tidak menentukan itu, maka engkau mengambil sunnah, kerena ia adalah
penjelas Al-Quran. bahkan, imam syafii berkat bahwa seluruh apa yang dihukumkan oleh
Rasullullah saw, adalah dari apa yang beliau dapat dari Al-Quran. Allah swt berfiman Surah AnNisa :105.
Sesungguhnya kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan pembawa kebenaran,
supaya kamu mengadli antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu dan
janganlah kamu menjadi penentang (orang yang tidak bersalah). karena membela orang-orang
yang khianat. (QS.An-nisa :105)
4) Mempergunakan tafsir sahabat dan tabiin
5) Mengambil kemutlakan bahasa
Al-Quran diturunkan dengan bahasa arab;
Artinya : Denngan bahasa Arab yang jelas (Asy-syuara: 195)
maka penafsiran wajib disamping melakukan prinsip-prinsip sebelumnya, menafsirkan lafal
sesuai dengan pengertian yang diberikan oleh bahasa arab dan penggunaannya, yang sesuai
dengan kaidahnya dan balagah Al-Quran menjadi mukjizat.
6) Memperhatikan konteks kalimat
Diantara prinsip yang penting dalam memahami Al-Quran dengan baik dan
menafsirkannaya dengan benar adalah memperhatikan konteks ayat ditempatnya dalam surah AlQuran dan kontek kalimat ditempat dalam ayat. ayat itu harus dikaitkan dengan konteksnya
yang ada. ia tidak boleh diputus hubungannya dengan yang esebelumny dan yang setelahnya,
untuk kemudian diseret untuk memberikan makna tertentu atau memperkuat hukum tertentu
yang dilakukan dengan sengajaoleh orang yang mempunyai tujuan tertentu.
7) Memperhatikan Asbaabunnuzul (sebab turunnya ayat)
Diantara prinsip dalam memahami dan menafsirkan Al-Quran adalah memperhatikan
asbaabunnuzul. seperti diakui oleh ulama, Al-Quran diturunkan pada dua bagian, bagian
pertma, bagan yang diturunkan secara spontan (tanpa dua bagian tertentu), ia adalah mayoritas
isi Al-Quran. bagian kedua, diturunkan setelah adanya kejadian tertentu atau adanya
pertanyaan. pada sepanjang masa turunnya wahyu, yaitu 23 tahun.
8) Menjadikan Al-quran sebagai rujukan utama dalam mencari pemahaman.
Orang yang ingin memahami Al-Quran dan menafsirkannya harus mengosongkan diri dari
keyakinan dan pemikiran-pemikiran yang sebelumnya. tidak memaksakan kehendak dirinya
terhadap Al-Quran dan menafsirkannya dengan memaksakannya agar sesuai dengan pendapat
dan kehendaknya dan megarahkannya untuk memperkuat keyakinan yang ia anut, pemikiran
4.
2)
Ilmu Tawarikh An-Nuzul; ilmu ini menjelaskan masa turunnya ayat dan urutan turunnya satu
3)
4)
5)
6)
persatu, dari permulaan turunya sampai akhirnya serta urutan turunanya surah dengan sempurna.
Ilmu Ashad Al-Nuzul; ilmu ini menjelaskan sebab-sebab urunnya ayat.
Ilmu Qiraat; ilmu ini menerangkan bentuk-bentuk bacaan.
Ilmu Tajwid; ilmu ini menerangkan cara membaca al-Quran dengan baik.
Ilmu Gharib Al-Quran; ilmu ini menerangkan makna kata-kata yang ganjil dan tidak terdapat
dalam kamus-kamus bahasa arab yang biasa atau tidak trdapat dalam percakapan sehari-hari.
7)
Ilmu Irab Al-Quran; ilmu ini menerangkan baris kata-kata al-Quran dan kedudukannya
dalam susunan kalimat.
8)
Ilmu Wujuh Wa Al-Nasair; ilmu ini menerangkan kata-kata al-Quran yang mengandung
9)
banyak arti dan menerangkan makna yang dimaksud pada tempat tertentu.
Ilmu Marifat Al-Muhkam Wa Al-Mutasyabih; ilmu ini menjelaskan ayat-ayat yang
dipandang muhkam (jelas maknanya) dan mutasyabih (samar maknanya, perlu ditakwilkan).
10) Ilmu Nasikh Wa Al-Mansukh; ilmu ini menerangkan ayat-ayat yang dianggap mansyukh (yang
11)
12)
tuhan.
Ilmu Adab Al-Quran; ilmu ini memaparkan tata cara dan kesopanan yang harus diikuti ketika
membaca Al-Quran.[4]
B. HADIST SEBAGAI SUMBER AGAMA ISLAM
1.
PENGERTIAN HADIST
Hadist atau Al-Hadist menurut bahasa Al-Jadid yang artinya sesuatu yang baru
lawan dari Al-Qadim (lama) artinya yang berarti menunjukan kepada waktu yang dekat atau
waktu singkat. Hadist juga sering disebut dengan Al-Khabar, yang berarti berita, yaitu sesuatu
4] Ramli Abdul Wahid. H. 1996, Ulumul Quran, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Hal. 10- 13 dan hal 24-26
yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain, sama maknanya dengan
hadist. [5]
Hadist dengan pengertian khabar sebagaimana tersebut diatas dapat dilihat pada
beberapa ayat Al-quran seperti Qs.At-thur (52):34, Qs.Al-kahfi (18):6, dan Qs.Ad-dhuha
(93):11.
Sedangkan menurut istlah (terminologi), para ahli memberikan definisi (tarif) yang
berbeda-beda sesuai dengan latar belakang disiplin ilmunya. Seperti pengertian hadist menurut
ahli ushul akan bebeda dengan pengertian yang diberikan oleh ahli hadist. menurut ahli hadist,
pengertian hadist ialah :
segala perkataan nabi, perbuatan dan ihwalnya.
Yang dimaksud dengan hal ihwal ialah segala yang diriwayatkan dari Nabi SAW
yang berkaitan dengan himmah, karakteristik sejarah kelahiran dan kebiasaan-kebiasaannya.
Ada juga yang memberikan pengertian lain: sesuatu yang disandarkan kepada nabi
saw. Baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, maupun sifat beliau. Segabian muhaddisin
berpendapat bahwa peengertian hadist diatas merupakan pengertian yang sempit dan menurut
mereka hadist mempunyai cakupan pengertian yang lebih luas, tidak terbatas pada apa yang
disandarkan kepada nabi saw (hadist marfu) saja, melainkan termasuk juga yang disandarkan
kepada para sahabat (hadist mauquf) dan tabiin (hadist maqtu).
Para pakar islam membagi dua kehidupan Nabi Muhammad saw, atas dua bagian
yaitu: pertama, kehidupan beliau sebelum menerima wahyu, mulai dari bayi, kanak-kanak,
kemudian dewasa (baligh) sampai batas usia 40 tahun. Kedua, kehidupan Nabi Muhammad saw
mulai dari menerima wahyupertam digoa hiro dalam usia kematangan sampai beliau wafat pada
usia 63 tahun. Namun demikian, perkataan, perbuatan dan sikap beliau sepanjang hari sejak kecil
hingga dewasa terpuji, sehingga kalangan sahabat dan kerabat beliau diberi gelar sebagai Alamin (dapat dipercaya) kehadirannya kedunia ini bagaikan rahmatan lil alamin.
Nabi Muhammad sendiri semasa hidupnya memang melarang para sahabat beliau
mencatat perilaku beliau kecuali hal-hal yang beliau katakan sebagai wahyu, hal ini untuk
mencegah kerancuan antara hadist dengan Al-quran, namun kemudian para ahhli sejarah
kembali menghimpunnya, baik dikalangan sunni maupun syiah.
1]
4
Faridl Miftah, Syihabuddin Agus, 1989, Al-Quran Sumber Hukum Islam Yang Pertama, Bandung : Pustaka. Hal.
Menurut Ahli Hadist, pengertan Hadist adalah segala perkataan nabi muhammad
saw, perbuatan dan ihwalnya,. Adapun yang dimaksud dengan ihwal adalah segala yang
diriwayatkan oleh Nabi Muhammad saw yang berkaitan dengan himmah, kerakteristik, sejarah
kelahiran, dan kebiasaan-kebiasaannya. [6]
Sebagai muhaddisin berpendapat bahwa pengertian haist diatas merupakan
pengertian yang sempit, menurut mereka, hadist hadist mempunyai cakupan pengertian yang
sangat luas, tidak terbatas pada apa yang disandarkan kepada Nabi saw (hadist marfu) saja,
melainkan termasuk juga yang disandarkan kepada para sahabat (hadist maukuf), dan tabiin
(hadist maqti), sebagai mana yang disebut oleh Al-tarmizi;
bahwasanya hadist itu bukan hanya untuk sesuatu yang marfu,yaitu sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi saw, melainkan bisa juga untuk sesuatu yang maukuf yang disandarkan
kepada sahabat, dan yang maqtu yang disandarkan kepada tabiin
Menurut para ulama ushul fiqh, pengertian hadist menurut istilah ialah segala
perbuatan, perkataan, taqrir Nabi muhammad saw yang berkaitan dengan hukum syara dan
ketetapannya.
Yang dimaksud dengan taqrir disini ialah membenarkannya Nabi muhammad saw
terhadap perbuata seorang sahabat yang dilakukan dihadapan beliau, atau yang diberitahukan
kepada beliau tetapi beliau sendiri tidak menegur atau menyalahkannya.
Hadist juga disebut Sunnah, bahkan menurut jumhur ulama, sunnah merupakan
Muradif (sinonim) dari hadist. Sunnah menurut bahasa mempunyai beberapa arti, seperti jalan
yang terpuji, jalan atau cara yang dibiasakan, kebalikan dari bidah serta apa yang diperbuat oleh
sahabat, baik ada dasar dari dalam al-Quran, hadist, atau tidak.
Sunnah menurut istilah, sebagaimana yang dirumuskan oleh ulama ahli hadist ialah
segala yang dipindahkan dari Nabi Muhammad Saw, baik berupa perbuatan, perkataan, maupun
taqrir, pengajaran, sifat, kelakuan, perjalanan hidup, dan baik yang demikian itu terjadi sebelum
masa kenabian atau sesudahnya. Sunnah dalam pengertian inilah, menurut jumhur ulama hadist
yang merupakan muradif dari hadist.
Menurut rumusan ulama ushul fiqh, sunnah menurut istilah ialah segala yang
dipindahkan dari Nabi Muhammad saw, baik berupa perkataan, perbuatan, atau taqrir, yang
mempunyai kaitan hukum.
[
2] Faridl Miftah, Syihabuddin Agus, 1989, Al-Quran Sumber Hukum Islam Yang Pertama, Bandung : Pustaka hal.
1-2.
2.
a.
BENTUK-BENTUK HADIST
Hadist Qudsiy
Hadist qudsiy ialah hadist yang disampaikan oleh rasullullah saw kepada para sahabat
dalam bentuk wahyu, akan tetapi wahyu tersebut bukanlah bagian dari ayat Al-Quran.
Ciri-ciri hadist qudsiy:
1) Ada redaksi hadist qala-yaqulu allahu
2) Ada redaksi fi ma rawa/ yarwihi anillahi fabaraku wataala
3) Redaksi lain yang semakna dengan redaksi diatas, setelah selesai menyebut rawi yang menjadi
sumber pertamanya, yakni sahabat. Contoh hadist qudsiy.
Dari Abi Dzar, dari Nabi saw, Allah swt berfirman :wahai hamba-hamba-Ku, sungguh Aku
mengharamkan kedzaliman pada diri-Ku, (lebih kerena itu) Aku menjadikannya diantara kamu
sekalian hal-hal yang diharamkan, maka dari itu janganlah kalian berbuat dzalim (HR.
Muslim).
b. Hadist Qauli
Hadist qauli adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw, baik
berupa perkataan atau pun ucapan yang memuat berbagai maksud syara, peristiwa, dan keadaan
c.
d.
perbuatannya yang sampai kepada kita. Seperti hadist tentang shalat atau haji.
Hadist Taqriri
Hadist taqriri adalah segala yang berupa ketetapan Nabi saw terhadap apa yang datang
dari sahabatnya. Nabi saw membiarkan suatu perbuatan yang dilakukan oleh para sahabat,
e.
f.
Muhammad Saw dalam beberapa hadist disebutkan bahwa tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu
rendah. sebagaimana yang dikatakan oleh Al-bara dalam sebuah hadist riwayat bukhari sebagai
berikut : Rasullullah saw adalah manusia yang sebaik-baik rupa dan tubuh, keadaan fisiknya
3.
a.
b.
ringkas petunjuknya.
Bayan takhshish : penjelasan untuk menentukan suatu dari ayat yang sangat umu sifatnya.
Bayan tayin : penjelasan untuk menentukan mana yang sesungguhnya dimaksud dari dua atau
d.
e.
Quran.
Bayan nasakh : penjelasan untuk menentukan mana yang mengganti dan yang mana yang
c.
d.
e.
f.
g.
A. KESIMPULAN
Al-Quran dan al-hadist adalah sebagai sumber ajaran agama islam yang telah
ditinggalkan oleh rasullullah saw, yang merupakan segala macam cara untuk memecahkan semua
permasalahan yang ada sepanjang hidup manusia.
Pengertian alquran adalah kallam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
saw. Untuk disampaikan kepada seluruh ummt manusia sampai akhir zaman nanti. Selain sebagai
sumber ilmu pengetahuan, al-Quran juga sebagai peringatan bagi ummat manusia, juga sebagai
pembeda atas Nabi Muhammad terhadap Nabi-Nabi sebelumnya.
Sedangkan Al-hadist adalah segala sesuatuyg mengenai perbuatan maupun perkataan
Rasullullah saw dan yang menyangkut hal ihwalnya. Hadis terdiri dari beberapa unsur
diantaranya; sanad, matan dan rawi. Adapun kegunaan dari hadist itu sendiri adalah: untuk
B.
Ramli Abdul Wahid. H. 1996, Ulumul Quran, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Hal . 18
[4] Ramli Abdul Wahid. H. 1996, Ulumul Quran, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Hal. 10- 13 dan hal 24-26
BAB 1 PENDAHULUAN
Agama islam bersumber dari Al-Quran yang memuat wahyu Allah, dan Al Hadist
yang memuat sunnah rasulullah. Unsur utama ajaran agama islam adalah akidah,
syariah, dan akhlak yang di kembangkan dengan rayu atau akal pikiran manusia
[
sebut ayat-ayat Madaniyah. Al-Quran yang di turunkan oleh Allah dengan cara
tidak sekaligus akan tetapi sedikit demi sedikit selama 22 tahun 2 bulan 22 hari itu
berisi antara lain: Akidah Syariah Akhlak Kisah-kisah manusia masa lampau Beritaberita tentang masa yang akan datang Benih dan prinsip ilmu pengetahuan, dan
Sunnatullah atau hukum Allah yang berlaku di alam semesta Menurut S.H Nasr,
sebagai pedoman abadi, Al-Quran mempunyai 3 jenis petunjuk bagi manusia:
Ajaran tentang susunan alam semesta dan posisi manusia di dalamnya Berisi
ringkasan sejarah manusia, rakyat biasa, raja-raja, orang-orang suci, para nabi
sepanjang zaman dan segala cobaan yang menimpa mereka. Berisi sesuatu yang
sulit di jelaskan dalam bahasa modern. Bisa di simpulkan bahwa Al-Quran adalah
sumber ajaran islam yang posisinya sentral. Bukan hanya dalam perkembangan dan
pengembangan ilmu-ilmu keislaman, tetapi juga sebagai inspirator, pemandu
gerakan umat Islam sepanjang sejarah. Atau dengan rumusan lain Al-Quran tidak
hanya sebagai pedoman umat islam, tetapi juga menjadi kerangka segala kegiatan
intelektual muslim. Pokok-pokok kandungan dalam Alquran antara lain: Tauhid, yaitu
kepercayaan ke-Esa-an Allah SWT dan semua kepercayaan yang berhubungan
dengan-Nya Ibadah, yaitu semua bentuk perbuatan sebagai manifestasi dari
kepercayaan ajaran tauhid Janji dan ancaman, yaitu janji pahala bagi orang yang
percaya dan mau mengamalkan isi Alquran dan ancaman siksa bagi orang yang
mengingkari Kisah umat terdahulu, seperti para Nabi dan Rasul dalam menyiaran
syariat Allah SWT maupun kisah orang-orang saleh ataupun kisah orang yang
mengingkari kebenaran Alquran agar dapat dijadikan pembelajaran. Al-Quran
mengandung tiga komponen dasar hukum, sebagai berikut: Hukum Itiqadiah, yakni
hukum yang mengatur hubungan rohaniah manusia dengan Allah SWT dan hal-hal
yang berkaitan dengan akidah/keimanan. Hukum ini tercermin dalam Rukun Iman.
Ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu Tauhid, Ilmu Ushuluddin, atau Ilmu Kalam.
Hukum Amaliah, yakni hukum yang mengatur secara lahiriah hubungan manusia
dengan Allah SWT, antara manusia dengan sesama manusia, serta manusia dengan
lingkungan sekitar. Hukum amaliah ini tercermin dalam Rukun Islam dan disebut
hukum syara/syariat. Adapun ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu Fikih. Hukum
Khuluqiah, yakni hukum yang berkaitan dengan perilaku normal manusia dalam
kehidupan, baik sebagai makhluk individual atau makhluk sosial. Hukum ini
tercermin dalam konsep Ihsan. Adapun ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu
Akhlaq atau Tasawuf. Sedangkan khusus hukum syara dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yakni: Hukum ibadah, yaitu hukum yang mengatur hubungan manusia
dengan Allah SWT, misalnya salat, puasa, zakat, dan haji Hukum muamalat, yaitu
hukum yang mengatur manusia dengan sesama manusia dan alam sekitarnya. b.
Hadist Hadist atau sunah Rasul ditinjau dari segi bahasa adalah jalan yang biasa
dilalui. Secara terminologi pengertian hadist atau sunnah yaitu segala sesuatu
yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw, baik perkataan, perbuatan maupun
ketetapan. Sebagai sumber hukum islam, Hadist menempati posisi kedua setelah
Al-quran. Sunnah menurut syari adalah segala sesuatu yang berasal dari
Rasulullah SAW baik perbuatan, perkataan, dan penetapan pengakuan. Sunnah
berfungsi sebagai penjelas ayat-ayat Alquran yang kurang jelas atau sebagai
penentu hukum yang tidak terdapat dalam Alquran. Sunnah dibagi menjadi empat
macam, yaitu: Sunnah qauliyah, yaitu semua perkataan Rasulullah Sunnah filiyah,
yaitu semua perbuatan Rasulullah Sunnah taqririyah, yaitu penetapan dan
pengakuan Rasulullah terhadap pernyataan ataupun perbuatan orang lain Sunnah
hammiyah, yaitu sesuatu yang telah direncanakan akan dikerjakan tapi tidak
sampai dikerjakan Ada 3 peranan Al-Hadist di samping Al-Quran sebagai sumber
ajaran Islam Menjelaskan lebih lanjut ketentuan yang terdapat dalam Al-Quran.
Sebagai penjelasan isi Al-Quran Menambahkan atau mengembangkan sesuatu
yang tidak ada atau samar-samar ketentuannya di dalam Al-Quran. 2.3. Ijtihad
Ijtihad berasal dari kata ijtihada yang berarti mencurahkan tenaga dan pikiran atau
bekerja semaksimal mungkin. Sedangkan ijtihad sendiri berarti mencurahkan segala
kemampuan berfikir untuk mengeluarkan hukum syari dari dalil-dalil syara, yaitu
Alquran dan hadist. Hasil dari ijtihad merupakan sumber hukum ketiga setelah
Alquran dan hadist. Ijtihad dapat dilakukan apabila ada suatu masalah yang
hukumnya tidak terdapat di dalam Alquran maupun hadist, maka dapat dilakukan
ijtihad dengan menggunakan akal pikiran dengan tetap mengacu pada Alquran dan
hadist. Macam-macam ijtidah yang dikenal dalam syariat islam, yaitu: Ijma, yaitu
menurut bahasa artinya sepakat, setuju, atau sependapat. Sedangkan menurut
istilah adalah kebulatan pendapat ahli ijtihad umat Nabi Muhammad SAW sesudah
beliau wafat pada suatu masa, tentang hukum suatu perkara dengan cara
musyawarah. Hasil dari Ijma adalah fatwa, yaitu keputusan bersama para ulama
dan ahli agama yang berwenang untuk diikuti seluruh umat. Qiyas, yaitu berarti
mengukur sesuatu dengan yang lain dan menyamakannya. Dengan kata lain Qiyas
dapat diartikan pula sebagai suatu upaya untuk membandingkan suatu perkara
dengan perkara lain yang mempunyai pokok masalah atau sebab akibat yang sama.
Contohnya adalah pada surat Al isra ayat 23 dikatakan bahwa perkataan ah, cis,
atau hus kepada orang tua tidak diperbolehkan karena dianggap meremehkan
atau menghina, apalagi sampai memukul karena sama-sama menyakiti hati orang
tua. Istihsan, yaitu suatu proses perpindahan dari suatu Qiyas kepada Qiyas lainnya
yang lebih kuat atau mengganti argumen dengan fakta yang dapat diterima untuk
mencegah kemudharatan atau dapat diartikan pula menetapkan hukum suatu
perkara yang menurut logika dapat dibenarkan. Contohnya, menurut aturan syarak,
kita dilarang mengadakan jual beli yang barangnya belum ada saat terjadi akad.
Akan tetapi menurut Istihsan, syarak memberikan rukhsah (kemudahan atau
keringanan) bahwa jual beli diperbolehkan dengan system pembayaran di awal,
sedangkan barangnya dikirim kemudian. Mushalat Murshalah, yaitu menurut
bahasa berarti kesejahteraan umum. Adapun menurut istilah adalah perkaraperkara yang perlu dilakukan demi kemaslahatan manusia. Contohnya, dalam Al
Quran maupun Hadist tidak terdapat dalil yang memerintahkan untuk membukukan
ayat-ayat Al Quran. Akan tetapi, hal ini dilakukan oleh umat Islam demi
kemaslahatan umat. Sududz Dzariah, yaitu menurut bahasa berarti menutup jalan,
sedangkan menurut istilah adalah tindakan memutuskan suatu yang mubah
menjadi makruh atau haram demi kepentingan umat. Contohnya adalah adanya
larangan meminum minuman keras walaupun hanya seteguk, padahal minum
seteguk tidak memabukan. Larangan seperti ini untuk menjaga agar jangan sampai
orang tersebut minum banyak hingga mabuk bahkan menjadi kebiasaan. Istishab,
yaitu melanjutkan berlakunya hukum yang telah ada dan telah ditetapkan di masa
lalu hingga ada dalil yang mengubah kedudukan hukum tersebut. Contohnya,
seseorang yang ragu-ragu apakah ia sudah berwudhu atau belum. Di saat seperti
ini, ia harus berpegang atau yakin kepada keadaan sebelum berwudhu sehingga ia
harus berwudhu kembali karena shalat tidak sah bila tidak berwudhu. Urf, yaitu
berupa perbuatan yang dilakukan terus-menerus (adat), baik berupa perkataan
maupun perbuatan. Contohnya adalah dalam hal jual beli. Si pembeli menyerahkan
uang sebagai pembayaran atas barang yang telah diambilnya tanpa mengadakan
ijab kabul karena harga telah dimaklumi bersama antara penjual dan pembeli. BAB
III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
sumber ajaran islam pada dasarnya mempunyai tiga sumber hukum yaitu Alquran
kalam ALLAH yang merupakan mukjizat yang diturunkan (diwahyukan) melalui
malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW yang ditulis dalam mushaf (lembaranlembaran) dan diriwayatkan secara mutawatir serta membacanya adalah ibadah ,
Hadits (sunah rasul) jalan yang biasa dilalui atau cara yang senantiasa dilakukan
oleh rasul kebiasaan rasul , dan ijtihad (syariah yang tidak ada ketetapannya
dalam Alquran dan Hadits) ijtihad adalah dasar hukum islam yang ketiga setelah
Alquran dan Hadits (sunah). Dan Hukum Islam ada dua macam yaitu hukum Taklify
ialah firman Allah yang menuntut umat manusia untuk melakukan atau
meninggalkan sesuatu atau memilih antara berbuat atau meninggalkan dan hukum
Wadi(pertimbngan hukum) ialah firman Allah yang menuntut menjadikan sesuatu
sebagai syarat atau penghalang dari sesuatu yang lain. Demikian postingan saya
tentang Contoh Makalah Agama Islam moga aja dapat bermamfaat buat anda yang
lagi
mencari
makalah
ini.
Sumber Artikel : http://www.healt-insurance.com/2012/03/contoh-makalah-agamaislam.html
.
Copyright Portal Berita Terbaru - Under Common Share Alike Atribution.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Coba kita renungkan dan bayangkan bagaimana seandainya dalam kehidupan kita baik di
lingkungan keluarga, sekolah, instansi atau negara tidak ada aturan/hukum yang berlaku! Untuk
membuat hidupnya teratur dan berjalan lancar dan aman manusia membuat peraturan.
Demikian pula Allah swt. menciptakan peraturan-peraturan agar kehidupan manusia di dunia
bisa tertata dengan baik. Allah menjanjikan kebahagiaan hidup di akhirat kelak kepada siapa saja
yang mampu mengarjakan dan mentaati peraturan-Nya dengan baik.
B.
TUJUAN
BAB II
TEORI
A. PENGERTIAN
Al-QURAN
Dari segi bahasa, Al-Quran berarti yang dibaca atau bacaan, sedangkan dari segi
istilah Al-Quran adalah firman (wahyu) Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.
Melalui perantara melaikat Jibril yang merupakan mukjizat dan menggunakan bahasa arab. AlQuran berisi petunjuk dan pedoman bagi manusia, dan apabila kita membacanya merupakan
ibadah.
B. AL-HADIST
Hadist menurut lughat atau bahasa artinya baru atau kabar. Hadist menurut istilah ialah
segala tingkah laku Nabi Muhammad saw. baik berupa perkataan, perbuatan, maupun
ketetapannya. Kedudukan hadist dalam ajaran islam adalah sebagai hokum yang kedua setelah
Al-Quran. Maksudnya, apabila suatu perkara yang tidak didapattkan hukumnya dalam AlQuran, maka hendaknya dicari dalam Hadist. Hal ini bukan berarti bahwa Nabi Muhammad
SAW. Sebagai penetap hukum atau memiliki kapasitas sebagai pembuat huum, melainkan Allah
swt. Sendiri yang amemberi keputusan melalui perantara yakni Rasul-Nya.
Hadist Nabi Muhammad saw. Dapat dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu:
1. Hadist Qualiyah, yaitu hadist atas dasar segenap perkataan (ucapan) Nabi Muhammad saw.
2. Hadist filiyah, yaitu hadist atas dasar perilaku (perbuatan) yang dilakukan Nai Muhammad saw.
3. Hadist taqririyah, yaitu hadist atas dasar persetujuan Nabi Muhammad saw. Terhadap apa yang
dilakukan oleh para sahabatnya. Artinya, NAbi Muhammad saw. atau Nabi diam sebagai tanda
persetujuan (boleh) atas perbuatan-perbuatan sahabat Nabi Muhammad saw.
C. IJTIHAD
Ijtihad berasal dari kata ijtihada, yang artinya mencurahkan segala kemampuan atau
memikul beban. Secara istilah ijtihada berarti usaha sungguh-sungguh yang dilakukan untuk
mencapai putusan hukum (islam) yang belum ada dalam Al-Quran maupun hadist. Jadi, jika
kita akan menyelesaikan atau memfokuskan suatu perkara namun tidak ada dalam Al-Quran dan
hadist kita diperbolehkan untuk memutuskan tetapi harus dengan cara yang sungguh-sungguh
dan sekuat tenaga dengan menggunakan pikiran yang sehat serta bekerja semaksimal mungkin.
Orang yang melakukan ijtihad disebut mujtahid.
Islam memberikan penghormatan dan penghargaan yang tinggi terhadap pemikiran
yang tercermin dalam ijtihad. Jika Al-Quran dan Hadist merupakan dua sumber hukum islam,
maka ijtihad berfungsi sebagai alat penggeraknya. Oleh karena itu, ijtihad menjadi sumber
tambahan dan sebagai kreativitas berfikir dalam islam. Islam selalu memberikan pintu terbuka
bagi manusia untuk selalu berfikir. Ijtihad bukan saja diperbolehkan, tetapi diperintahkan sebagai
firman Allah swt. Yaitu surat Al Maidah: 48 dan Al Hasyr: 2.
Tidak semua orang bisa melakukan ijtihad, karena seseorang yang melakukan ijtihad
harus memiliki beberapa syarat. Beberapa persyaratan bagi orang yang akan melakukan ijtihad
antara lain sebagai berikut.
1. Mengerti isi Al-Quran dan hadist terutama yang berkaitan dengan hukum-hukum.
2. Mampu berbahasa arab dengan baik sebagai kelengkapan dan kesmpurnaan dalam menafsirkan
Al-Quran dan hadist.
3. Mengetahui ilmu usul fikih secara luas.
4. Mengetahui dan mengerti soal-soal ijmak.
5. Masalah yang sedang diijtihadkan bukan hukum syarak yang jelas dasar hukumnya, tetapi
persoalan yang tidak ada dalil qatI (pasti) serta bukan hukum yang bersangkutan dengan akan
dan ilmu kalam. Sesuai dengan H. R. Bukhori Muslim, yang artinya:
Apabila hakim memutuskan perkara, kemudian ia melakukan ijtihad dan ternyata hasilnya
benar, maka ia memperoleh dua pahala. Dan bila hakim memutuskan perkara lalu berijtihad
ternyata hasilnya salah, maka ia memperoleh satu pahala.
D. HUKUM TAKLIFI
Tuntutan Allah yang berkaitan dengan peritah untuk melakukan suatu perbuatan atau
meninggalkannya disebut hukum taklifi. Menurut kebanyakan ulama usul fikih, hukum taklifi
dibagi menjadi lima macam, yaitu:
1. Al ijab, yaitu tuntutan secara pasti dari syariah untuk dilaksanakan dan tidak ditinggalkan kerena
akan dikenai hukuman.
2. An nadb, yaitu tuntutan dari syariah untuk melakukan suatu perbuatan tetapi tuntutan itu tidak
secara pasti.
3. Al ibahah, yaitu firman Allah yang mengandung pilihan untuk melakukan suatu perbuatan atau
meninggalkannya, contohnya: mencari rizki setelah shalat.
4. Al karahah, yaitu tuntutan untuk meninggalkan suatu perbuatan, tetapi tuntutan itu diungkapkan
melalui untaian kata yang tida pasti, contohnya: talak.
5. At tahrim, yaitu tuntutan untuk tidak mengerjakan suatu perbuatan dengan tuntutan yang pasti
sehingga untuk meninggalkan suatu perbuatan itu wajib dipenuhi, contohnya: minum khamr.
E. SUMBER HUKUM ISLAM DITERAPKAN DALAM KERJA / BISNIS
1. Al-Quran sebagai sumber utama hukum islam,
yaitu hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah secara lahiriah, antara
manusia dengan sesamanya, dan dengan lingkungan sekitarnya. Hukum yang dapat dilihat yakni
berupa pelaksanaan hukum Islam yang disebut hukum syarak atau syariat yang disebut juga
hukum amaliah. Adapun ilmu yang mempelajarinya disebut ilmu fikih. Hukum Syarak dapat
dibagi atas dua bagian , yaitu :
a.
Hukum ibadah, yaitu hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, misalnya : tata
cara sholat, puasa, zakat, haji, kurban. Biasanya hal tersebut mengacu pada mazhab yang ada,
b.
antara lain: Mazhab Syafii, Mazhab Hanafi, Mazhab Maliki, Mazhab Hambali.
Hukum muamalat, yaitu hukum yang mengatur hubungan manusia dengan manusia, misalnya
hukum tentang: pidana ( jinayat ), warisan ( faraid ), hukuman ( hudud ), perkawinan
( munakahat ), perjuangan ( jihad ), jual beli, tatanegara ( khilafah ), pengadilan ( aqdiyah ),
makanan dan penyembelihan, hubungan antar bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
I. Pengertian
Menurut umum kamus bahasa Indonesia sumber adalah asal sesuatu. Sumber huku Islam
adalah asal (tempat pengambilan) hukum Islam. Dalam perpustakaan hukum Islam, sumber
hokum Islam adalah dalil hukum Islam atau pokok hukum Islam yang wajib diikuti oleh setiap
muslim. Menurut Al quran surat Al-Nisa ayat 59, setiap muslim wajib mentaati (mengikuti)
kemauan atau kehendak Allah, kehendak rasul dan kehendak ulil amri yakni orang yang
mempunyai kekuasaan atau penguasa.
Kehendak Allah berupa ketetapan kini tertulis dalam Al quran, kehendak rasul brupa
sunnah terhimpun sekarang dalam kitab hadist, kehendak penguasa kini di muat dalam peraturan
perundangan undangan (dulu dan sekarang) atau dalam hasil karya orang yang memenuhi syarat
untuk berijtihad karena mempunyai kekuasaan berupa ilmu pengetahuan untuk mengalirkan
ajaran hukum Islam dari dua sumber utamanya yakni dari Alquran dan dari kitab-kitab hadist
yang memuat sunnah nabi Muhammad.
II. Pembagian
Menurut pernyataan diatas dapatlah disimpulkan bahwa sumber hukum islam ada tiga, yaitu :
a. Al-quran
b. As-Sunnah (Al-hadist)
c. Akal pikiran (rayu) manusia yang memenuhi syarat untuk berijtihad karena pengetahuan dan
pengalamanya.
Sedangkan untuk memenuhi syarat ijtihad, maka akal pikiran (rayu) menggunakan
metode-metode atau cara , di antaranya : (a). Ijma , (b). Qiyas , (c) Istidal, (d) Al msalah Al
mursalah, (e) Istihsan, (f) Istihsab, (g) urf.
Berikut adalah penjelasan menganai sumber-sumber hukum Islam :
A. Al-quran
Al-quran adalah sumber hukum Islam pertama dan utama.Ia memuat kaidah-kaidah
hukum fundamental (asasi) yang perlu dikaji dan di telitidan di kembangkan lebih lanjut.
Menurut keyakinan umat Islam, yang di benarkan oleh peneliti ilmiah terakhir, Alquran adalah
kitab suci yang memuat wahyu (firman) Allah, Tuhan yang maha Esa, asli seperti yang di
sampaikan oleh malaikat Jibril kepada nabi Muhammad sebagai Rasul-Nya sedikit demi sedikit
selama 22 tahun 2 buan 22 hari, yang mula mula di Makkah kemudian di Madinah untuk
menjadi pedoman atau petunjuk bagi umat manusia dalam dan kehidupanya mencapai
kesejahtraan di dunia dan di akhirat kelak.
Alquran adalah kitab yang pali ng banyak dibaca bahkan di hafal oleh manusia, Menurut
para ahli, pada garis besarnya Alquran memuat soal-soal yang berkenaan dengan:
1. Aqidah
2. Syariah baik
3. Akhlaq dalam semua ruang lingkupnya
a. Ibadah, maupun
b. muammalah
4. Kisah-kisah ummat manusia masa lalu
5. Berita-berita tentang zaman yang akan datang
6. Benih atau prinsip ilmu pengetahuan.
Menurut peneliti para ahli, ayat-ayat Alquran yang berkenaan dengan ibadah dan ayatayat hukum yang berkenaan dengan keluarga pada umumnya adalah jelas dan pasti, karena
sifatnya taabudy harus diikuti apa adanya. Hukum keluarga, temasuk hukum perkawinan dan
kewarisan didalamnya, juga terinci dan jelas dalam alquran . jumlahnya pun lebih banyak
( 70ayat) dari hukum-hukum lainya, misalnya hukum tata Negara (10 ayat) dan hukum
Internasional ( 25 ayat).Mengenai kelompok hukum-hukum muammalah tersebut terakhir ini,
yaitu hukum-hukum perdata (70 ayat), pidana (30 ayat), tata Negara (10 ayat), ekonomi
keuangan (10 ayat), hokum acara (13 ayat), ketentuanketentuanya bersifat dasar dan umum,
disebabkan kaedah hukum-hukum fundamental itu bersifat terbuka dan taaquly (dapat di
pikirkan) di kembangkan oleh manusia dan rumuskan seiring waktu perkembangan masyarakat.
Menurut surat Al-imron ayat 7, ayat Alquran ada yang (a) muhkam ada pula yang (b)
muatasyabih. Ayat muhkam adalah ayat yang memuat ketentuan-ketentuan pokok yang jelas
artinya, dapat dipahami dengan mudah oleh orang yang mempelajarinya. Sedangkan ayat
mutasyabih adalah ayat perumpamaan yang mengandung kiasan, yang dapat dipahami oleh
orang yang ahli dalam ilmu Alquran.
Alquran yang menjadi sumber nilai dan norma ummat Islam itu terbagi dalam 30 juz, 114
surat, lebih dari 6000 ayat, 74.499 kata atau 325.345 huruf. Menurut keputusan Mentri Agama
tanggal 6 Desember 1946, ayat Alquran pertama ditrunkan kepada Nabi Muhammad ketika
beliau berumur 40 tahun, terjadi pada tanggal 17 romadlon bertepatan dengan 6 Agutus 610 M.
B. Assunnah atau Al-hadist
Assunnah atau Al-hadist adalah sumber hukum Islam kedua setelah Alquran, berupa
perkataan, perbuatan dan sikap diamatau sunnah suqutiyah. Melalui kitab-kitab hadist , seorang
muslim bisa mengenal nabi dan isi Alquran. Tanpa Assunah sebagian besal isi Alquran akan
tersembunyi dari mata manusia. Di dalam Alquran teertulis misalnya perintah untuk mendirikan
sholat. Tanpa Al-Sunnah orang tidak akan tahu bagaimana cara mengerjakanya. Sholat, yang
menjadi tiang pusat ibadah Islam, tidak akan dapat di kerjakan tanpa petunjuk berupa perbuatan
nabi sehari-hari.
Sunnatur rasul atau Sunnah nabi Muhammad, seperti telah disebut diatas, menjadi
sumber kedua hokum Islam. Dasar hukumnya adalah :
1. Syahadatain ,
2. Alquran ; Surat Al-Nisa : 59/80, Al-imron : 132, Al-Hasyr: 7
3. Sunnah nabi yang mengatakan bahwa apa yang di haramkan oleh Rosululloah , sama dengan apa
yang di haramkan oleh allah (HR Ahamad dan Hakim)
Oleh karena pentingnya kedudukan sunnah sebagai sumber nilai dan norma hukum Islam,
terjadilah gerakan untuk mencatat dan mengumpulkan Sunnah nabi yang di sampaikan secara
turun menurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Muncullah kemudian satu disiplin ilmu
tersendiri mengenai ini yang di sebut dengan istilah Ulum Al-Hadist . yang mana sekarang
dengan kumpulan ini di buat menjadi sbuah kitab dan menjadi pedoman ummat Islam sebagai
sumber hokum Islam yang kedua setelah Alquran yang kedudukanya sebagai penjelas dan
penegas Alquran.
C. Akal pikiran (al-Rayu atau Ijtihad)
Karena dalil Alquran dan Assunnah terbatas, maka sumber hokum islam yang ke tiga
adalah akal pikiean manusia yang memenuhi syarat untuk berusaha, yaitu berusaha merumuskan
garis-garis atau kaedah-kaedah hokum yang mengaturnya tidak terdapat dalam ke dua sumber
utama hokum Islam itu ( Alquran dan Hadist.
Tidak semua orang dapat berijtihad. Yang dapat menjadi mujtahid yakni orng yang
berhak berijtihad adalah mereka yang memenuhi anatara lain syarat-syarat berikut:
1. Menguasai bahasa arab untuk dapat memehami Alquran dan kitab-kitab hadist yang berbahasa
arab
2. Mengetahui isi dan system hokum Alquran
3. Mengetahui hadist-hadist hokum dan ilimu-ilmu hadist yang berkenaan dengan hokum
4. Menguasai sumber-sumber hokum Islam
5. Mengetahui dan menguasai kaedah fiqih
6. Jujur dan ikhlas
7. Menguasai ilmu-ilmu sosial
8. Dilakukan secara kolektif besma para ahli yang lain.
Metode-metode berijtihad
Ada beberapa metode atau cara untuk berijtihad, baik ijtihad dilakukan sendiri-sendiri
maupun bersama-sama dengan orang lain. Diantara metode atau cara berijtihad adalah (1) ijma,
(2) qiyas, (3) istidal, (4) al-masalaih al-mursalah, (5) istihsan, (6) istishab, (7) urf, dan lai-lain.
1. Ijma
Ijma' ialah suatu persefakatan para mujtahidin umat Muhammad S.A.W didalam suatu
masa tertentu selepas kewafatan baginda mengenai sesuatu hukum syarak yang penjelasanya
tidak ada dalam sumber hukum (Alquran dan Al-Hadist) atau sudah tapi belum jelas .
Diantara dalil-dalil sumber ini ialah :
Ayat diatas menunjukkan, jika berlainan pendapat maka hendaklah kembali pada Al-Quran dan
As-Sunnah. Tetapi jika berlainan pendapat, maka bererti Ijma'.
"Umat takkan bersefakat dalam yang salah" Dan "Ummatku takkan bersefakat dalam
kesesatan ". - maksud Al-Hadist.
Ketentuan Ijma'
Dari pengertian Ijma' diatas, dapatlah kita fahamkan bahawa ketentuannya ialah :
Umat Muhammad S.A.W. yang dimaksudkan ialah mukmin, muslim dan mukallaf.
Persefakatan yang dimaksudkan ialah yang mengenai hukum-hukum syara' dan bukannya
hukum-hukum hissiyat dan aqliyat atau seumpamanya.
Mazhab Sahabat
Mazhab sahabat ialah perkataan atau perbuatan seseorang yang sempat bertemu dengan
Rasulullah S.A.W sedangkan ia beriman dan mati didalam Islam yang tidak bertentangan dengan
maksud syara'.
Dalil dalil Dari Sumber ini.
Diantara dalil dalil mengenai mazhab sahabat Rasulullah S.A.W sebagai sumber hukum ialah :
2. Qiyas
Qiyas ialah menetapkan hukum sesuatu yang tertentu, pada masa yang lain kerana
persamaan kedua-duanya dari segi 'illah (sebab).
Rukun Qiyas ada empat, iaitu:
'llah
"Maka ambillah (kejadian itu) untuk pelajaran, wahai orang-orang yang mempunyai
pandangan"-maksud Al-Hasyr :2
perbuatan Rasulullah S.A.W. dengan hutang kepada manusia.
Bagian Qiyas
Ada dua baagian Qiyas, iaitu :
3. Istidal
Istidal adalah menarik kesimpulan dari dua hal yang berlainan. Misalnya menarik
kesimpulan dari adat istiadat dan hokum agama yang diwahyukan sebelum Islam. Ada yang
telah lazim dalam masyarakat dan tidak betentangan dengan hukum Islam (gono gini atau harta
bersama) dan hukum agama yang diwahyukan sebelum Islam tetapi tidak dihapuskan oleh
syariat Islam, dapat ditarik garis hukumnya untuk dijadikan hukum Islam.
4. Masalih al-mursalah
Masalih al-mursalah atau disebut juga maslahat mursalah adalah cara menemukan
hukum sesuatu yang yang tidak terdapat ketentuanya baik didalam Alquran maupu dalam kitab
hadist, berdasarkan pertimbangan kemaslahatan masyarakat atau kepentingan umum. Sebagai
contoh dapa dikemukakan pembenaran pemunguan pajak penghasilan untuk kemaslahatan atau
kepentingan masyarakat dalam rangka pemerataan pendapatan atau pengumpulan dan yang di
gunakan untuk memelihara untuk kepentingan umum, yang sama sekali tidak disinggung dalam
Alquran dan Sunnah rasul.
Misal: transfusi darah
Memberikan pertolongan kepada seseorang yang membutuhkan darah. Hal ini idak
bertentangan dengan Islam, bahkan diperbolehkan sebab untuk menyelamatkan seseorang dari
kematian, lagi darah ini bukanlah sebuah kootran atau najis.
5. Istihsan
Mengambil keputusan hukum dengan meninggalkan dalil khusus menuju ke dalil umum
untuk tujuan umum, yaiu kemaslahatan bersama.
Missal:
Pencurian pada masa Umar bin khottob, ketetapan dalam Alquran jka ada laki-laki dan
perempuan mencuri, maka poonglah tanganya. Suatu ketika dimasa Umar, ada seorang budak
yang mencuri, lalu dibawalahbudak iu dihadapan Umar. Lalu Umar bin khottob bertanya,
mengapa budak itu mencuri ?, lalu si budak itu menjawab, bahwasanya ia mencuru hanya
untuk mempertahankan hidupnya, sebab simajikan tidak memberinya makan selama berbulanbulan. Melihat hal itu, Umar tidak menghukum budak itu, melainkan sebaliknya, simajikan
dikenakan denda atas perbuatanya terhadap budak tersebut.
6. Istihsab
Mengambil kesimpulan hukum dengan cara mengambil ketentuan hukum yang tetap
berlaku selama belum ada hukum lain yang sama kuatnya atau yang dapat merubah hukum itu.
Misal: hutang piutang
Ahamad membayar uang kepada Fulan, karena Fulan tidak mencatat kedalam buku
bahwa Ahmad sudah membayar, membua si fulan lupa. Akhirnya fulan merasa ahmad belum
membayar hutangnya. Dalam hal ini , maka ahmad harus membayar lagi untuk kedua kalinya
kalo fulan memintanya lagi, sebab tidak ada bukyi aaupun saksi yang mencatat dan melihat
ersebut. Dalam hal huang piutang sebaiknya mencatat untuk menjaga agar tidak lupa.
7. Urf
Urf adalah radisi yang berulang-ulang yang biasa dijalankan yang idak bertentangan
dengan hukum Islam dan itu bisa dietapkan menjadi hukum.
Misal: (jual beli), jual beli buah buahan di pohon yang dipetik sendiri oleh pembelinya.
Menurut dalam ajaran ilmu kaedah ilmu ushul fiqh adat dapat dikukuhkan menjadi
hukum (Aladatu muhakkamah) , hukum ada yang demikian dapat berlaku bagi umat Islam.
Referensi
Mohammad daud Ali , prof SH H , Hukum Islam, Jakarta , 2005, PT.Rajagrafindo persada
Ahmad azhar basyir H, Asas-asas hukum muammalat, Yogyakarta, UII press, januari