Anda di halaman 1dari 181

PEDIATRIC

Tim UKMPPD

dr. Yanuar Rifki A

UKMPPD

Soriuosly its no
hard

PERINATOLOGI
Hipotermia
Jaundice of newborn
Conjuntivitis
Infection of umbilicus
Caput succedaneum
Sudden infant death syndrome
Cerebral hemmorrhage
Neonatal convulsion
Bacterimia and septicemia
Respiratory Distress syndrome
Aspiration pneumonia
Apnea attack
Severe neonatal jaundice (Kern
Icterus)
Hypoglycemia
Infant of Diabetic mother
Anemia
Rhesus-blood incompactibility
Brachial plexus injury

4
4
4
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3

B
B
B
B
B
A
A
A

3A
3A
2
2
2

RESUSITASI NEONATUS

(Textbook of NRC, 5th Ed, 2005)

Rekomendasi
Evaluasi
Usia kehamilan cukup bulan
Cairan amnion jernih?
Tonus otot baik?
Menangis / bernafas?

Jika pada penilaian didapatkan satu jawaban TIDAK, maka


dilakukan LANGKAH AWAL resusitasi:
Berikan kehangatan
Posisikan kepala bayi sedikit tengadah agar jalan napas terbuka
kemudian jika perlu bersihkan jalan napas dengan melakukan
pengisapan pada mulut hingga orofaring kemudian hidung.
Keringkan bayi dan rangsang taktil, kemudian reposisi kepala agar
sedikit tengadah.
Langkah awal diselesaikan dalam waktu 30 detik.

Ventilasi tekanan positif (VTP)


VTP dilakukan apabila pada penilaian pasca
langkah awal didapatkan salah satu keadaan
berikut:
Apnu
Frekuensi jantung < 100 kali/menit
Tetap sianosis sentral walaupun telah diberikan
oksigen aliran bebas
VTP : selama 30 detik, dengan kecepatan 40- 60
kali/menit ~ 20-30 kali/30 detik.
Lakukan penilaian setelah VTP 30 detik

VTP dan Kompresi Dada


Indikasi
Setelah tindakan VTP setelah 30 detik
Frekuensi jantung < 60 detik
Kompresi dada di lakukan dengan menekan
bawah sternum sebanyak 100 kali permenit
Rasio Kompresi dengan VTP 3 kompresi : 1
Ventilasi

Intubasi dan Obat- obatan


INTUBASI
Indikasi Intubasi
Ketuban tercampur
mekonium & bayi tidak
bugar
Jika VTP dengan balon &
sungkup tidak efektif
Membantu koordinasi
VTP & kompresi dada
Pemberian epinefrin
untuk stimulasi jantung
Indikasi lain: sangat
prematur & hernia
diafragmatika.

OBAT OBATAN (Epineprin)


Indikasi
Setelah pemberian VTP
selama 30 detik & setelah
pemberian secara
terkoordinasi VTP +
kompresi dada selama 30
detik, frekuensi jan tung
tetap
< 60kali/menit.
Cara pemberian & dosis
1 mL cairan 1:10 000
Melalui vena umbilikalis
(dianjurkan) : 0.1-0.3
mL/kgBB
Melalui pipa endotrakea :
0.3-1.0 mL/kgBB

Kapan resusitasi di hentikan


Jika sesudah 10 menit resusitasi
yang benar, bayi tidak bernapas
dan tidak ada denyut jantung,
pertimbangkan untuk
menghentikan resusitasi.
Orang tua perlu dilibatkan dalam
pengambilan keputusan, jelaskan
keadaan bayi.
Persilakan ibu memegang
bayinya jika ia menginginkan.

Mengapa APGAR tidak di gunakan


selama resusitasi?
Tindakan resusitasi harus dimulai sebelum

perhitungan APGAR
Nilai APGAR berguna untuk pemberian informasi
tentang :
Status bayi secara keseluruhan
Respons terhadap resusitasi

SINDROM DISTRES NAFAS


NEONATUS
Hialin Membran Disease (HMD)
Sering pada bayi premature
Etiologi
Deficiensi surfactan kolaps alveoli
saat akhir ekspirasi
Surfactan di bentuk oleh sel
Pneumonosit tipe II
Manifestasi klinis
Sesak nafas dalam 24 jam
pertama
Tachypnea (frekwensi > 60x)
Gruting (merintih)
Sianosis

Pemeriksaan-management HMD
Pemeriksaan
Penatalaksanaa
Penunjang
Jaga kehangatan
bersihkan jalan nafas
Pulse Oxymeter
Endotrachealtube(ETT)
Radiologi : Ground
Continuous positive
glass apperance or
airway pressure (CPAP)
retikulo granuler

Surfactant replacement
Pencegahan: Pemberian
cortocosteroid pada ibu
hamil (<34 minggu)

Transient Takipnoe of New Born


(Wet Lung)
Faktor resiko
Post SC,Hipoksia janin/
asfiksia berat ,
Radiologi: peningkatan
Polihidramnion
corakan perihilar,
Manifestasi Klinis
hiperinflasi, lapangan
Pada bayi Cukup
paru perifer bersih.
bulan / kurang bulan
Tatalaksana :
Sesak napas saat atau
Observasi, tidak ada
segera setelah lahir
penanganan khusus
Sesak akan membaik
dalam 24 jam
pertama,
menghilang dalam
72 jam

Sindrom Aspirasi Mekonium


Hipoksia janin mekonium keluar & janin
gasping cairan amnion yang
terkontaminasi mekonium terhirup ke
larings dan trakhea mekonium masuk
saluran napas lebih kecil dan alveolus
kerusakan paru
Manifestasi Klinis
Cukup/ lebih bulan
Cairan amnion terkontaminasi mekonium
Mekonium tampak /dapat dihisap dari
saluran napas atas (bantuan laringoskop)
Kulit bayi diwarnai mekonium
Sesak napas segera setelah lahir

Pemeriksaan Ro : Air
Traping & Patchy Opachity
Penatalaksanaan
Pencegahanmembersihk
an jalan nafas
Tidak ada pengobatan
spesifik
Kasus berat ventilator /
ECMO
Pengawasan ketat
terhadap komplikasi
Gbr Radiologi : Air Traping & Patchy
Opachity

PNEUMONIA NEONATAL
Pneumonia dalam 24 jam
pertama
Disebabkan infeksi
intrauterin atau selama
persalinan
pada bayi prematur : E.
coli
Manifestasi Klinis
Gejala muncul pada 12
jam 1 hari pertama
Tachypnoe ( > 60x
menit), Sianosis central
Tanpa demam

Foto toraks : Infiltrat


inhomogen
Tata laksana :
Suportif , Antibiotika

Versi gampangnya

SEPSIS NEONATORUM
Sindrom klinik penyakit sistemik akibat infeksi
yang terjadi pada satu bulan pertama kehidupan.
mortalitas mencapai 13-25%
Klasifikasi
Early Onset: onset < 3 hari
Late Onset : onset > 3 hari
Tanda awal sepsis pada bayi baru lahir tidak
spesifik diperlukan skrining dan pengelolaan
faktor risiko

Sepsis Neonatal. Pedoman Pelayanan Medis. Ikatan Dokter Anak


Indonesia 2010.

Kecurigaan sepsis bila

Bayi umur sampai dengan


usia 3 hari
Riwayat ibu dengan
infeksi rahim, demam
dengan kecurigaan infeksi
berat, ketuban pecah dini
Bayi memiliki 2/ lebih
kategori A 3 atau lebih
kategori B
Pada Bayi usia > 3 hari
Bayi memiliki 2 atau lebih
temuan Kategori A atau 3
atau lebih temuan
Kategori B

Penatalaksanaan sepsis neonatorum


Tatalaksana: Suppurotif , antibiotik

IKTERIK NEONATORUM
Definisi : Disklorasi kulit,membrana
mukosa,sklera.secara klinis akan tampak
kuning jika dewasa tampak kuning bila kadar
bilirubin serum >2 mg/dL,neonatus bila kadar
bilirubin >5 mg/dL.

Klasifikasi
Ikterus fisiologis
Awitan terjadi setelah 24 jam
Memuncak dalam 3-5 hari, menurun dalam 7 hari
(pada NCB)
Ikterus fisiologis berlebihan ketika bilirubin serum
puncak adalah 7-15 mg/dl pada NCB
Ikterus patologis
Awitan terjadi sebelum usia 24 jam
Tingkat kenaikan > 0,5 mg/dl/jam
Tingkat cutoff > 15 mg/dl pada NCB
Ikterus bertahan > 8 hari pada NCB, > 14 hari pada
NKB

Etiologi berdasarkan waktu


Ikterik pada 24 jam pertama
Inkompabilitas RH & ABO,sepsis,infeksi
intrauterine(sifilis, TORCH)
Ikterik yang muncul pada hari ke-2 atau ke3
Umumnya fisiologis, Crigler-Najjar syndrome
dan breast feeding jaundice
Ikterik yang muncul setelah hari ke-3 dan
dalam minggu pertama
Sepsis bacterial atau infeksi

Ikterik yang muncul sesudah satu minggu


breast milk jaundice, septicemia, anemia
hemolitik kongenital (spherocytosis).
Ikterik yang persisten selama satu bulan
Hepatitis neonatal,atresia bilier

Ikterik ec hemolitik
Inkompabilitas
ABO
Syarat
ABO
Ibu
Ibu
Ibu

inkompabilitas
Ibu O, anak A /B
A, anak B
B, anak A

Inkompabilitas
RH
Syarat inkompabilitas
RH
Ibu RH (-) , Anak RH
(+)

Ikterik yang berhubungan ASI


Breast Feeding Jaundice Breast Milk Jaundice
Disebabkan oleh kurangnya
asupan ASI sehingga sirkulasi
enterohepatik meningkat (pada
hari ke-2 atau 3 saat ASI belum
banyak)

Breast Feeding Jaundice

Bergantung pada
kemampuan bayi
mengkonjugasi bilirubin
indirek

Breast Milk Jaundice

Awitan

2- 5 hari

5- 10 hari

Lamanya

10 hari

> 30 hari

Volume
ASI

Kurang sering di beri ASI ,


Produksi ASI sedikit

Tdk tergantung volume ASI

Kadar
bilirubin

Tertinggi 15 mg/dl

Bisa mencapai > 20 mg/dl

Tatalaksan Teruskan ASI di sertai


a
monitoring dan evaluasi
pemberian ASI

Fototerapi, Hentikan ASI jika


kadar bilirubin > 16 mg/dl
selama lebih dari 24 jam

Ikterik karena obstruksi


Ikterik persisten diatas
sa
o
n
g
usia anak 1 bulan
a
Di
Waktu timbulnya
dengan gejala obstruktif:
Warna urin: Dark urin
Kolestasis (Syndrom
Warna feses:Pale
hepatitis Neonatal)
stools/akoik
Atresia Bilier
Kista ductus koleodicus
Kadar bilirubin Direct
> 2mg/dl
Manifestasi klinis:
jaundice, dark urin & pool
stole (akoik), bleending,
Seizure

Pemeriksaan fisik
KRAMER RULES
Kramer

Ikterik

Bilirubin
total

Kramer I

Kepala - Leher

5-7 mg/dl

Kramer II

Dada & punggung

7-10 mg/dl

Kramer III

Perut (bawah umbilicus) Lutut

10-13 mg/dl

Kramer IV Lengan & ekstremitas


bawah (di bawah lutut)

13-17 mg/dl

Kramer V

> 17 mg/dl

Tangan (telapak tangan),


kaki, hingga ujung jari

Tatalaksana Ikterik Neonatorum

Fototerapi dilakukan dengan cara meradiasi bayi ikterik


dengan lampu energi foton sehingga merubah struktur
molekul bilirubin supaya mudah diekskresi ke empedu atau
urin tanpa membutuhkan glukoronidase hepatic seperti
biasanya. Biasanya pada bilirubin total >15
Transfuse tukar merupakan metode tercepat untuk
menurunkan kadar bilirubin serum, Biasanya pada bil total
> 20
Tabel Indikasi kapan fototerapi & transfusi tukar

USIA
(jam)

Kadar bilirubin serum total mg/ dl

Pertimbangk
an fototerapi

fototerapi

Pertimbangka
n tranfusi
tukar

Tranfusi
tukar

25
48

12

15

20

25

49
72

15

18

25

30

> 72

17

20

25

30

TRAUMA PASCA PERSALINAN


TRAUMA
Pembengkak
KAPITIS
an
Kaput
suksadenum
Sefal
hematoma
Hematoma
subgaleal

ekstrakranial
Lunak,
lekukan
Padat,
tegang
Padat berair

setelah
lahir
Tidak

Melintasi
garis
sutura
Ya

kehilangan
darah akut
Tidak

Ya

Tidak

Tidak

ya

ya

Ya

TRAUMA PLEXUS BRACHIALIS


Tipe ERB Duch

Superior trunk (C5-C6)


Lengan atas aduksi dan
endorotasi
Bawah lengan di ekstensi dan
pronasi
Postur Waiters trip
Refleks biceps menurun

Tipe Klumpke

Inferior trunk (C8-Th1)


Kelemahan otot dan atrofi dari
tangan dan jari.
Kehilangan sensibilitas di bagian
medial atas lengan,bawah
lengan,dan bagian ulnar tangan
Refleks ulnar menurun
Refelk Monro (-)

CONGENITAL INFEKSI
Varicella Congenital
Riwayat bintik merah pada ibu saat trimester 1
Bayi gangguan pertunbuhan intrauterine,
microcephaly, ventriculomegaly
Toxoplasma Congenital
Ibu Terdiagnosis dengan serologi IgM saat
trimester 1
Bayi Trias: Chorioretinitis, hydrocephalus ,
kalsifikasi intracranial

CMV Congenital
Ibu Asimptomatik
Bayi Bayi Berat lahir rendah, Inflamasi retina,
jaundice, hepatosplenomegaly, microcephaly
Herpes Congenital
Ibu Infeksi HSV saat trimester tiga (transmisi
saat lahir atau intrauterine)

KARDIOLOGI
Penyakit jantung bawaan
Penyakit Jantung rematik

PENYAKIT JANTUNG BAWAAN


Penyakit Jantung
Bawaan (PJB)
Asianot
ik
L-R
Shunt
PDA
ASD
VSD

Sianotik
Tanpa L-R
Shunt
AS
PS
CoA

aliran
darah ke
paru
TGA dgn
VSD

Aliran
darah ke
paru N
TGA tanpa
PS

aliran
darah ke
paru
ToF
Atresia
Pulmoner
Atresia
Trikuspid

ASIANANOTIC (shunt L-R)


ATRIAL SEPTAL
DEFECT (ASD)
Defect antara Atrium
kanan kiri fossa
ovale gagal menutup
Shunt L- R
Chinical Key : Fixed
Spliting S2

VENTRIKEL SEPTAL
DEFECT (VSD)
Defek antara Ventrikel
Kanan Kiri
Shunt L R Asianotik
Jika Shunt R L
Sindrom
eismengerSianotik
Clinical Key : Bising
pansiltolik kasar
garis sternal bawah

PATEN DUCTUS
ARTERIOUS (PDA)
Duktus arterious
tetap terbuka antara
Left Pulmonary Artery
(LPA)- Aorta
Tekanan Aorta >
aliran aorta LPA
Clinical key : Countinoue
machine murmur

COARTASIO AORTA (COA)


Kelainan yang terjadi pada
aorta berupa adanya
penyempitan didekat
percabangan arteri subklavia
kiri dari arkus aorta dan
pangkal duktusarteriousus
battoli.
Khas : Perbedaan tekanan
darah di extremitas atas lebih
tinggi di bandingkan dgn
extremitas inferior.

SIANOTIK (Shunt R-L)


TETRALOGI OF FALLOT (TOF)

4 KELAINAN

Clinical key :
1. VSD
Murmur ejeksi sistol
2. Overiding Aorta
pada garis sternal kiri
3. Stenosis Pulmonal
atas
4. RVH
Foto RO : Boot and
Manifestasi Klinis
Shape
. Cyanotic spell: biru jadi tambah biru karena
sistemik perifer resistance (nangis).
. Squatiing: Dapat diperbaiki dengan cara
resistensi perifer (jongkok)

Boot and Shape


apperance

PENYAKIT JANTUNG DI DAPAT


PENYAKIT JANTUNG REMATIK (PJR)
Etiologi: group A beta-hemolytic streptococcal.
Faktor resiko
Riwayat ISPA
Pioderma
Merupakan komplikasi dari Rheumatik Fever dgn
kelainan jantung menetap

Kriteria diagnosa (jones)


Kriteria Mayor

Kriteria Minor

Poliartitis

Demam

Erytema marginatum

Poliatralgia

Chorea

EKG : Interval P-R memanjang

Nodul Subcutan

Lab : CRP ,LED ,


Leukositosis

Karditis
DIAGNOS
A:

2 MAYOR atau
1 MAYOR + 2
MINOR

Bukti Infeksi
Streptococcus : ASTO
& Biakan(+)

Versi ga
ribet
Banyak artis (poliartitis), pakai baju merah (erytema
marginatum) ,pergi ke korea (Chorea), buat makan
mie (mie= Nodlde), bayarnya make karu kredit
(karditis), disana malah kepanasan (demam).

KELAINAN KATUB JANTUNG


INGAT JURUS INI

MISA - S
Mitral Insufisiensi ,
Stenosis Aorta Murmur Sistol

MSAI - D

Mitral Stenosis , Aorta


Insufisiensi - Murmur
Diastol

APLICATED
Tentukan Bunyi
murmurnya
Tentukan
Lokasinya

RESPIRATOLOGY
TB anak / 4A
Asma / 4A
Pneumonia / 3B
Croup Syndrom /
4A
Bronkiolitis /

TB PADA ANAK
Batuk BUKAN merupakan
gejala utama TB pada anak
Pertimbangkan tuberkulosis
pada anak jika :
BB berkurang dalam 2
bulan berturut-turut
tanpa sebab yang jelas
Demam > 2 minggu
tanpa sebab yang jelas
Batuk kronik 3 minggu
Riwayat kontak dengan
pasien TB paru dewasa

Ingat diagnosa TB
pada anak harus di
lakukan dengan
sistem Skoring TB
Skor utama yg mudah
di kontak
ingiat dgn
adalah
yg
penderita
TB dgn
poinya
3 BTA (+) & tes
mantoux (+)

Jika score 6
mulai terapi

Sistem scoring TB anak

Pemeriksaan penunjang
TES TUBERCULIN
Cara : Suntikan 0,1 ml PPD
RT-23 / PPD S 5 TU IC di
bagian volar bawah.
Dibaca stlh 48-72 jam, ukur
indurasi yg timbulPrinsip
Hypersensitivitas tipe IV

Interprestasi

10 mm : (+) Positif TB
5 9 mm : Meragukan
0 4 mm : (-) Negatif
5 mm : (+) pada
imunokompromies

Hasil Positif
(+)

Hasil (-)

Infeksi TB
alamiah

Tidak ada
infeksi TB

Imunisasi BCG

Dalam masa
inkubasi infeksi
TB

Infeksi
mikobaterium
atipik

Anergi

Profilaksis - Penatalaksanaan
Kemoprofilaksis
primer

Kemoprofilaksis
sekunder

Diberikan untuk
mencegah infeksi
Diberikan untuk
Diberikan pada anak
mencegah sakit TB
dengan kontak TB (+)
Diberikan pada kontak TB
tetapi uji tuberkulin (-)
(+), uji mantoux konversi
,klinis (-)
(+),tetapi klinis (-), Ro (-)
Obat: INH 5-10
Obat : INH 5-10
Clas
Conta Infecti selama
Disea Managem
mg/kgBB/hari
mg/kgBB/hari
selama
Kontak dinilai dengan
adanya
s
ct
on
se
ent
6
bulan
kontak
dengan pasien TB di
6-9
bulan
0
I

1st proph.

II

2nd proph.

III

OAT thera.

Modifikasi ATS/ CDC

sekitar lingkungan
Infeksi dinilai dengan uji
Mantoux
Disease dinilai dengan TB
scoring menurut WHO

Penatalaksanan
Diberikan pada score
6
Regimen : 2RHZ/4RH
Dosis OAT
INH: 5-15
mg/kgBB/hari, dosis
maksimal 300 mg/hari
Rifampisin: 10-20
mg/kgBB/hari dosis
maksimal 600 mg/hari
Pirazinamid: 15-30
mg/kgBB/hari, dosis
maksimal 2 g/hari

ASMA
Gangguan inflamasi kronik saluran napas yang
melibatkan banyak sel dan elemennya dengan gejala
batuk dan atau mengi berulang dengan karakteristik
episodik, nokturnal (variablilitas), reversible (dapat
sembuh sendiri dengan atau tanpa pengobatan) di
tambah atopi.
Gejala utama pada anak : batuk dan /atau wheezing

Klasifikasi derajat serangan asma


Gejala dan
tanda
Sesasak
nafas
Posisi
Cara
berbicara
Kesadaran
Frekuensi
napas
Nadi
Pulsus
paradoksus
Otot Bantu
Napas dan
retraksi
suprasternal
Mengi

RINGAN

Derajat serangan
SEDANG

Berjalan

Berbicara

Dapat tidur
terlentang

Duduk

Satu kalimat
Mungkin gelisah

Beberapa
kata
Gelisah

<20/ menit

20-30/ enit

< 100
10 mmHg
-

100 120
+ / - 10 20
mmHg
+

Akhir ekspirasi
paksa

BERAT

MENGANCAM
JIWA

Istirahat

Duduk

membungkun
g
Kata demi

kata
Gelisah
Mengantuk,gelis
ah,kesadaran
menurun
> 30/menit

> 120
+
> 25 mmHg
+

Akhir ekspirasi Inspirasi&Ekspi


rasi

Bradikardia
Kelelahan otot
Torakoabdomina
l paradoksal
Silent Chest

Klasifikasi derajat asma

Derajat Asma
Parameter
Klinis

ASMA EPISODIK
JARANG

ASMA EPISODIK
SERING

Asma Persisten

Frekwensi
serangan

< 1 x / bulan

> 1X / bulan

Sering

Lama Serangan

< 1 minggu

> 1 minggu

Hampir sepanjang
tahun tdk ada remisi

Diantara
serangan

Tanpa Gejala

Sering ada gejala

Gejala siang &


malam

Tidur dan
aktifitas

Tdk terganggu

Sering terganggu

Sangat terganggu

Px fisik di luar
serangan

Normal

Mungkin
terganggu

Tdk pernah normal

Obat Pengendali

Tdk perlu

Perlu (steroid)

Perlu (steroid)

Uji Faal Paru

PEF/FEV 1 > 80 %

PEF/FEV 1 60 - 80
%

PEF/FEV 1 < 60%


Variabilitas 20-30 %

Variabelitas Faal
paru
(bila ada
serangan)

> 15 %

< 30 %

< 50 %

Tatalaksana serangan asma di RS

rsi
e
V

ya
n
le
p
sim

Tatalaksana Awal
Nebulisasi 2 agonis rapid
acting bisa 3x, interval 20
menit.
Nebulisasi ketiga: 2 agonis
+ antikolinergik
Serangan berat : langsung
Nebulisasi 2 -agonis +
antikolinergik
02

Tatalaksana asma jangka panjang


Versi gampangnya

Step 1: 2 agonis rapid


acting (tanpa controler)
Step 2: (2 agonis
rapid acting & low dose
inhalasi corticosteroid)
Step 3: (2 agonis
rapid-acting+low dose
ICS + LABA)
Step 4 : 2 agonis
rapid-acting+ High dose
ICS + LABA)

PNEUMONIA
Definisi: Inflammation of the parenchyma of the
lungs
Tanda utama menurut WHO: fast breathing &
lower chest indrawing
Signs and symptoms
Non respiratory: fever, headache, fatigue,
anorexia, lethargy, vomiting and diarrhea,
abdominal pain
Respiratory: cough, chest pain, tachypnea ,
grunting, nasal flaring, subcostal retraction (chest
indrawing), cyanosis, crackles and rales (ronchi)
http://emedicine.medscape.com/article/967822

g
n
i
h
t
a
re e a )
b
t
n
s
p
a
y
F
ch
a
t
(
Age
Breaths/minute
< 2 months
2 - 12 months
1 - 5 years

40

60
50

Diagnosa Pneumonia WHO


Bukan Pneumonia

Tatalaksana Pneumonia
Pneumonia ringan

DIFTERI
Etiologi: toksin Corynebacterium diphteriae
Gejala
Nyeri tenggorok
Bull-neck (bengkak pada leher)
Pseudomembran berwarna putih keabuan di
faring, tonsil, uvula, palatum sulit dilepaskan
& ,mudah berdarah
Edema dapat menyebabkan stridor dan
penyumbatan sal.napas
Pemeriksaan penunjang: apusan tenggorokan dgn
pewarnaan gram
Todar K. Diphtheria. http://textbookofbacteriology.net/diphtheria.html

Penatalaksanaan
Antitoksin: 40.000 Unit ADS IM/IV, skin test
Anbiotik: Penisillin prokain 50.000 Unit/kgBB IM
per hari selama 7 hari atau eritromisin 25-50
kgBB dibagi 3 dosis selama 14 hari
Tindakan di masyarakat
Rawat anak di ruangani solasi
Lakukan imunisasi pada anak serumah sesuai
denganr iwayat imunisasi
Berikan eritromisin pada kontak serumah
sebagai tindakan pencegahan (12.5 mg/kgBB,
4xsehari, selama3 hari)
Lakukan biakan usap tenggorok pada keluarga
serumah

PERTUSIS
Etiologi : Bordetella pertussis
Stadium
a.Stadium katarrhal: hidung tersumbat,
rinorrhea, demam subfebris. Penularan terjadi
dalam stadium ini.
b.Stadium paroksismal: batuk paroksismal
yang lama, bisa diikuti dengan whooping atau
stadium apnea, muntah.
c. Stadium konvalesens: batuk krn nik hingga
beberapa minggu
Tanda Patognomonik : Batuk paroksismal
diikuti whoop saat inspirasi disertai muntah,
perdarahan subkonjungtiva,

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
Kasus ringan pada anak-anak umur 6 bulan
dilakukan secara rawat jalan
Beri imunisasi DPT pada pasien pertusis &
setiap anak dalam keluarga
Antibiotik : Eritromisin oral (12.5
mg/kgBB/kali, 4 kali sehari) selama 10 hari
Komplikasi : Pneumonia, Kejang, Gizi kurang,
Perdarahan Subkonjungtiva dan Hernia

BRONKIOLITIS

Definisi : peradangan pada bronkiolus.


Etiologi: RSV (respiratory syncytial virus)
Predominan: < 2 tahun ( 2-6 bulan)
Manifestasi Klinis
Batuk , demam ringan (subfebris)
Rhinore
Sesak nafas, takipnoe
Expiratory effort
Wheezing
Retraksi dinding dada
Radiologi : non spesifik, tapi bisa di temukan
patchy infiltrat

Penatalaksanaan
Mild disease : Symptomatic therapy
Moderate to Severe diseases
Life Support Treatment : O2 , IVFD
Etiological Treatment : Antibiotic (if etiology
bacteria)
Symptomatic Therapy : Bronchodilator ,
Corticosteroid

CROUP SYNDROM
Croup (laringotrackeobronkitis) : Peradangan
pada laring,trakea,dan bronkus.
Etiologi: RSV (respiratoty syncitial virus)
Manifestasi:
Paling byk pada anak umur 6bln-3 th
Barking Cough (batuk menggonggong)
Sesak nafas
Stridor
Retraksi intercostal

DD
Laringotrakeobronkitis
(LTB)

Epiglositis

Etiologi

RSV

V.Influenza A dan B

Sign &
Symtom
p

Batuk menggonggong
(barking cough)
Stridor,demam Suara
serak
Retraksi intercostal

Barking cough
Stridor,Demam, nyeri
tenggorokan drooling
Dysphagia
distress (respiratory)

Radiolog Staple Sign


i

Tumb sign

Management Croup
Ringan gejala : Demam, suara serak, batuk
menggonggong, stridor bila anak gelisah
Terapi : Rawat jalan ,pemberian cairan oral,
ASI/makanan yang sesuai, Simtomatik
Berat gejala: Stridor saat istirahat, Takipnea,
Retraksi intercostal
Terapi
Steroid (dexamethasone) dosis tunggal (0,6
mg/kg IM/PO) dapat diulang dalam 6-24 jam
Epinefrin 1:1000 2 mL dalam 2-3 mL NS,
nebulisasi selama 20 menit

GASTROENTEROLOGI
Gastroenteritis

Cholera
Dysentry bacilli
Gastroenteritis dengan dehidrasi
Mal absorbsi
Food intolerance
Kelainan bawaan (atresia esofagus,
achalasia, intestinal atresia, anal atresia,
hernia diafragma, HPS, Hischsprung)

4
4
3B
3A
3A
2

DIARE
Diare : BAB dengan perubahan konstruksi tinja
dengan frekuensi > 3 kali / 24 jam , disertai atau
tanpa darah.

Penyebab Diare akut


Infeksi (virus bakteri parasit )
Malabsorbsi , Alergi , Keracunan makanan
Diare akut

Diare < 7 hari

Diare
melanjut

Diare infeksi yang berlanjut > 1 minggu

Diare
Persisten

Diare berlangsung selama 14 hari atau lebih

Diare Kronik

Diare karena sebab apapun yang


berlangsung 14 hari
atau lebih

DIARE NON-INVASIF
Rotavir
us

Diare cair, penyebab tersering diare pada anak

Kolera

Giardias
is

ETEC

ETIOLOGI: Vibrio Cholera


GEJALA: Diare sangat cair (sekretory) seperti
cucian,Washer woman hands (loss of skin elasticity)
menandakan dehidrasi berat
DIAGNOSIS: Hasil kultur tinja (+) untuk V.Cholera 01 /
0139
TATALAKSANA: Kotrimoksazol, tetracyklin, doksisiklin
ETIOLOGI: Giardia Lambria
GEJALA: Diare cair berbau busuk,berminyak, perut kram.
DIAGNOSIS: sediaan tinja langsung 3 hari di temukan
Kista berinti 4
TERAPI: Tinidazole 2g single dose, Metronidazole 3x250
mg 7 hari
ETIOLOGI: Toxin E.Coli
GEJALA: Diare cair tanpa darah , penyebab Traveler diare
DIAGNOSIS: Kultur di media MC Konkay, mereduksi
laktosa

DIARE INVASIF
SYNDROM DISENTRI
Bakteri (Disentri basiler)
Shigella & Salmonella
C jejuni
Escherichia coli enteroinvasif (EIEC)
EIEC
Campylobacter jejuni
Shigella sp
Amoeba (Disentri amoeba)
E.histolytic
Entamoeba hystolitica
DIARE TERKAIT ANTIBIOTIK
a
Clostrodium Difterll
Salmonella

CE-SES

sp

Disentri
Basiler

Disentri
Amoeba

C.Jeujeni

C. Difftel

ETIOLOGI: Salmonella & Shigella


GEJALA: Diare berdarah , berlendir, frekwensi
diare > 10 kali, demam tinggi, tenesmus
TATALAKSANA: Kotrimoksazol

ETIOLOGI: Entamoeba Histolitica


GEJALA: Diare berdarah& berlendir,bau
busuk,demam tdk terlalu tinggi, tenesmus.
DIAGNOSIS: di temukan eritosit dalam
tropozoit
TATALAKSANA: Metronidazol

Riwayat memakan unggas muntah atau meminum


susu yg blm di pasteurisasi.
GEJALA: diare berdarah, demam.
TATALAKSANA: Azitromicin

Diare oleh karena pemakaian Antibiotik


TATALAKSANA: Metronidazol

Derajat dehidrasi
Derajat
Keadaa
Dehidras
n Umum
i
Tanpa
dehidras Baik,CM
i
Dehidras
i ringansedang

Rewel,
gelisah

Letargis,
penurun
Dehidras
an
i berat
kesadara
n

Rasa
Haus

Air
Mata

Minum
spt
Normal
biasa
Minum
seperti Produks
kehausa i kurang
n
Tidak
mau
minum

Tidak
ada

Mulut

Turgor

Urin

Basah

Normal

Normal

Kering

Sangat
kering

Pucat,
CRT<2s,
turgor
lambat
Pucat,
CRT>2s,
turgor
sangat
lambat

Berkura
ng

Tidak
ada

Tatalaksana 5 pilar (WHO)


1. REHIDRASI
Tanpa dehidrasi PLAN A
< 2 tahun 50 sampai 100 ml setiap kali BAB
2 tahun 100 sampai 200 ml setiap kali
BAB
Dehidrasi ringan sedang PLAN B
Rehidrasi oralit per oral 3 jam pertama 75
cc/ kgBB
Evaluasi status hidrasi setelah 3 jam
Inisial 30
Selanjutnya
PLAN
C ml/kgBB
Dehidrasasi Berat
ml/kgbb
70
Umur < 12
bulan

1 jam

5 jam

Umur 12

jam

2,5 jam

2. TERAPI NUTRISI
Pemberian ASI harus dilanjutkan
Beri makan segera setelah anak mampu makan
Jangan memuasakan anak

3. TERAPI MEDIKAMENTOSA
Antibiotik, bila terdapat indikasi (eg. kolera, shigellosis,
amebiasis, giardiasis)

4. ZINC
< 6 bulan: 10 mg
> 6 bulan: 20 mg
Di berikan selama 10 hari

5. EDUKASI
Tanda-tanda dehidrasi, cara membuat ORS, kapan dibawa
ke RS, dsb.

MALFORMASI
KONGENITAL
ATRESIA DUODENUM

GEJALA: Muntah hijau terus


menerus segera setelah lahir
RADIOLOGI: Double Bublle

HIPERTROPI STENOSIS
PILORUS: Muntah 30-60 menit setelah
GEJALA
intack, muntah seperti kopi, teraba
masa di epigastric
RADIOLOGI: One Bublle
BARIUM ENEMA: String Sign

DISEASE
HIRSCHSPRUNGS
GEJALA
Mekonium terlambat keluar > 24 jam
Muntah hijau
Distensi abdomen
RT: Feses menyemprot
BARIUM ENEMA : Lumen rectosiqmoid mengecil,
bagian proksimal lebih lebar ( zona transisi ) /
Funrel - shaped

ATRESIA ESOPHAGUS

Curiga Atresia esophagus


Ibu polihidramnion
Bayi liur banyak dan sering tersedak saat minum ,
NGT tertahan
TIPE atresia esofagus tersering: Atresia esofagus +
fistula distal transesofageal (+86%)

TROPIK INFEKSI
Demam tifoid
Dengue Hemmoragic Fever
Morbili
Varicella
Malaria
Dengue Hemmorrhagic Fever
HIV-AIDS
CMV infections

4
4
4
4
4
3A
3A
3A

DEMAM BERDARAH DENGUE


Demam Dengue & Demam Berdarah Dengue
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus Dengue. Serotype : DEN-1 , DEN-2, DEN3,DEN-4
Perjalanan penyakit
Spektrum Klinis
Silent dengue Infektion
Demam Dengue
Demam berdarah dengue
DSS

Kriteria Diagnosa
1. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari,
biasanya bifasik
2. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan
berikut ini
Uji torniquet positif (>20 petekie dalam 2,54 cm2)
Petekie, ekimosis, atau purpura
Perdarahan mukosa, saluran cerna, bekas suntikan,
atau tempat lain
Hematemesis atau melena
3. Trombositopenia (<100.000/mm3)
4. Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage
Hematokrit meningkat >20%
Hematokrit turun hingga >20% dari hematokrit
awal, setelah pemberian cairan
Terdapat efusi pleura, efusi perikard, asites, dan

Klasifikasi DHF WHO 1997


DBD : Demam dengue + hemokonsentrasi
Derajat I : Demam Dengue + RL (+)
Derajat II : Demam Dengue + Perdarahan
Spontan
Derajat III : Kegagalan sirkulasi nadi cepat
dan lambat, tekanan nadi (20mmHg atau
kurang) atau hipotensi, sianosis central,akral
dingin
Derajat IV : Syok berat, nadi tak teraba,
tekanan darah tak terukur.
Derajat III & IV DSS

Kriteria WHO 2009


Dengue tanpa tanda bahaya

TANPA TANDA
BAHAYA
Dengue Probable : Bertempat

tinggal/ berpegian ke daerah


endemik dengue,dgn gejala
demam di tambah 2 hal berikut
Mual,muntah
Ruam
Sakit dan nyeri
Uji tornikuet (+)
Leukopenia
Dengue konfirmasi lab :
isolate kultur virus atau PCR

DENGAN TANDA
BAHAYA
Nyeri
perut / Tenderness

Muntah berkepanjangan
Terdapat akumulasi cairan
Perdarahan mukosa
Letargia ,lemah
Pembesaran Hepar > 2 cm
Kenaikan HT seiring dgn
penurunan Trombosit yg cepat
Dengue konfirmasi lab : isolate
kultur virus atau PCR

SEVERSE DENGUE

Kebocoran Plasma berat Syok (DSS),


akumulasi cairan dgn distress nafas
Perdarah hebat
Gangguan organ berat : Hepar (AST
atau ALT 1000) , SSP : gangguan
kesadaran , Jantung dan organ lainya

Perbedaan Kliasifikasi
Klasifikasi WHO 1997 :
Demam dengue (Dengue Fever)
Demam berdarah dengue (Dengue
Hemorrhagic Fever)

Klasifikasi WHO 2011 :


Dengue tanpa tanda bahaya
Dengue dengan tanda bahaya
Dengue berat

Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin : Trombositopenia , HT , Leukopenia
Fungsi hepar
Serologi Dengue
NS1 : Puncak deteksi Ns1 :hari ke 2-3
(sensitivitas 75%) & mulai tidak terdeteksi hari
ke 5 - 6
IgM & IgG Antidengue: IgM terdeteksi hari ke 3
-5 menandakan infeksi primer, IgG terdeteksi
hari ke 14 & pada infeksi primer terdeteksi hari
ke 2 infeksi sekunder
Pemeriksaan Lanjutan : HT & Trombosit di periksa /
12 jam

Penatalaksanaan

Kriteria Pemulangan

Tidak demam dalam 24 jam tanpa antipeiretik


Nafsu makan membaik
Perbaikan Klinis
Hematokrit stabil
Tiga hari setelah syok teratasi
Trombosit > 50.000 / ml
Tidak ada distress nafas

DEMAM TYPOID
Anamnesa
Pemeriksaan fisik
Demam naik secara
Kesadaran menurun
bertahap (stepwise)
delirium
setiap hari, suhu
Bradikardia relatif
tertinggi
Lidah tifoid (coated
pada akhir minggu
tongue, hiperemis,
pertama, minggu kedua
tremor)
demam terus menerus
Meteorismus
tinggi
Hepato/splenomegali
Delirium (mengigau),
Rose spots pada
malaise, letargi,
dinding abdomen
anoreksia, nyeri kepala,
nyeri perut, diare, atau
konstipasi, muntah.
Sumber: Todar, Kenneth. Salmonella and Salmonellosis In: Todars online
Pada
kasus berat:
textbook
of bacteriology.

Pemeriksaan penunjang
Darah Tepi: Leukopenia, trombositopenia, anemia
Kultur
Darah (dalam agar empedu) untuk minggu 1-2
Feses untuk minggu 2-3
Urin untuk minggu 3-4
Widal: Mulai positif pada akhir minggu 1, diagnosis
demam tifoid dapat ditegakkan apabila terdapat
peningkatan titer 4x lipat pada pemeriksaan
ulang dengan interval 5-7 hari atau peningkatan
titer o 1:200
Tubex test

Penatalaksanaan
Non farmakologis: tirah baring,
makanan lunak rendah serat.
Farmakologis : Simtomatis, Antibiotik
Pilihan utama: Kloramfenikol 4 x 500 mg sampai
dengan 7 hari bebas demam, tiamfenikol 4 x 500 mg
(komplikasi hematologi lebih rendah dibandingkan
kloramfenikol)
Kotrimoksazol 2 x 2 tablet selama 2 minggu
Ampisilin & amoksisilin 50-150 mg/kgBB selama 2
minggu (paling aman)
Sefalosporin generasi III : seftriakson 3-4 sekali
sehari, selama 3-5 hari
Fluorokuinolon : Siprofloksasin 2 x 500 mg/hari
selama 6 hari

LEPTOSPIROSIS
Definisi : Penyakit zoonis oleh Leptospira interogans
Masa Inkubasi : 2-26 hari
Tikus, adalah reservoir yang utama dan kejadian
leptospirosis lebih banyak ditemukan pada musim
hujan .
MANIFESTASI KLINIS

1. Fase leptospiremik
Demam, menggigil, rasa sakit pada otot terutama M.
Gastrocnemeus, konjungtival suffusion,ruam kulit,
hepatosplenomegali
2. Fase leptospirurik
Demam, menggigil,kerusakan hepar & ginjal (uremik),
manifestasi perdarahan
3. Weils Disease : kreatinin , Ikterik

Pemeriksaan -Tatalaksana
Pemeriksaan
penunjang
Kultur : di ambil pada
saat fase
leptosperemia (kultur
urin di ambil 2-4
minggu onset
penyakit)
Serologi (leprodipstik)
dgn teknik PCR,silver
strain.
Mikroskop Aglunitin
Test

Pengobatan
Kasus Ringan:
Doksisiklin 2x100
mg, Amoxcilin
4X500 mg, di
berikan selama 5-7
hari
Weil Disease :
Penicilin G 1,5jt UI/6
jam selama 5-7 hari

MORBILI / CAMPAK /
RUBEOLLA
MANIFESTASI KLINIS
1. Stadium Prodromal : 3
C (Cough, Coriza,
Conjungtivitis),Koplik spot
di mukosa pipi
2. Stadium Erupsi : Timbul
ruam
makopapuler,muncul dari
belakang
telinga,menyebar ke
leher,badan& ekstremitas.
3. Stadium Konvalensi:
setelah 3 hari ruam
perlahan menghilang

Patognomonik: Kopliks
spot (titik-titik putih pada
mukosa pipi) & Erupsi
eritema makulo papular
yang gatal muncul dari
belakang telinga
kemudian ke badan

Penatalaksanaan
Simtomatis
Vitamin A
< 6 bln : 50.000 UI (2
Komplikasi
hari)
Otitis Media
6-12 bln: 100.000 UI (2
Bronchopneumonia
hari)
Encephalitis
> 12 bln: 200.000 UI (2
hari)
Pericarditis

Pencegahan : Imunisasi
Campak

VARICELLA / CACAR
Etiologi : Virus Varicella
Zozter (VVZ)
Masa inkubasi : 17-21 hari
Manifestasi Klinis
Stasdium Prodromal :
demam, malaise,nyeri kepala
dlm bbrp jam timbul erupsi
Stadium Erupsi : Papul
Eritromatous Vesikel dgn
dasar eritromatous bentuk
seperti tetesan air (Tear
Drop) menyebar dari
badan ke extremitas /
Sentrifugal.

Pemeriksaan
Penunjang
Tzank test
(bahan dr
kerokan di dasar
vesikel)
Gambaran : Multi
nukleid giant cell
( Sel besar
berinti banyak)

Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.

Tatalaksana
Simtomatis
Oral : Antipiretik +
Analgetik
Lokal : Bedak salicil
mentol (biar vesikel tdk
pecah)
Antiviral
Dewasa(Acyclofir 5x800
mg) selama 7 hari
Anak (Acyclovir 4 x 20
mg) selama 7 hari

RUBELLA
Etiologi : Infeksi Togavirus
Masa Inkubasi: 14-21 hari Infeksius: 5-7 hari sebelum
rash hingga 3-5 hari setelah keluar rash
Manifestasi Klinis
Prodromal Anak: ringan Remaja & Dewasa: demam,
malaise, nyeri tnggorok, nausea, anorexia,
limfadenopati
Enanthem Forschheimers spots ptekie
Komplikasi: Arthralgias/arthritis, Peripheral neuritis,
encephalitis, thrombocytopenic purpura
Congenital rubella syndrome
IUGR, buta, tuli, jantung, anemia, thrombcytopenia,
nodul di kulit

Masa infeksius

ROSEOLA
Berada dalam
Etiologi : Human
Herpes Virus 6 and
7
Yang rentan: 6-36
bulan (puncak 6-7
bulan)
Musim: Sporadik
Inkubasi: 9 hari

saliva secara
intermiten
sepanjang hidup,
infeksi asimtomatik
persisten.

Manifestasi klinis
Demam tinggi 3-4
hari
Demam turun
mendadak dan
mulai timbulruam
kulit.

Differential diagnose

HEMATOIMUNOLOGI
Anemia defisiensi
besi
4
Anemia
Anemia hemolitik
3A
Anemia makrositik
3A
Gangguan pembekuan darah
Anemia associated with chronic
3A
Leukimia
disease
Anemia aplastik/hipoplastik
2
Ikterik neonatorum 2
Hemoglobinopati
Polisitemia
2
Trauma persalinan
Trombositopenia
2
Hemofilia
2
Leukemia (acute dan chronic)
2
Haemangioma
2

ANEMIA
Definisi WHO : Keadaan dimana terjadi
pengurangan jumlah sel darah merah, baik itu
dalam kadar hemoglobin dan atau hematokrit,
selama volume darah total dalam batas normal
Kriteria Anemia (WHO)
6 bulan < 5 tahun : Hb < 11
> 5 tahun 14 tahun: Hb < 12
Laki dewasa : < 13
Wanita dewasa:< 12
Wanita dewasa (hamil) : < 11

MORE INFO

MCV (ukuran/siter): 80 95 fl MCV=


HT x 10 / jmlh eritrosit
MCH (warna/krom): 27-34 pg MCH=
HB x 10 / jmlh eritosit
MCHC (krom/warna): 31-37 %
MCHC= HB x 100 / HT

KLASIFIKASI ANEMIA
HIPOKROM MIKROSITER

ANEMIA DEFISIENSI FE
Defisiensi besi: kegagalan dalam pembentukan
heme gagal membentuk hemoglobin
Kegagalan pembentukan hemoglobinpenurunan
kadar oksigen yang diikat sel menjadi pucat
dan lebih kecil (mikrositik hipokromik)
Etiologi
Kebutuhan meningkat:
kehamilan,menyusui,pertumbuhan
Kurangnya penyerapan: diet
vegetarian,malabsobsi
Perdarahan kronik: tukak lambung,infeksi
cacing
Perdarahan kronikHb Sumsum tulang di

WAJIB TAU
Feritin : Protein intraseluler
yang berfungsi menyimpan besi
dan mengeluarkannya saat
diperlukan; feritin merefleksikan
jumlah besi yang disimpan dalam
tubuh

Transferin: Protein plasma


yang mentransportasikan besi
dalam darah ke hepar, limpa dan
sumsum tulang

TIBC: kemampuan darah untuk


mengikat besi dengan transferin

Derajat defisiensi Fe
1. Fase keseimbangan besi
negatif
Kebutuhan/kehilangan besi >
asupan (Ferritin <, Transferin
normal ,TIBC normal
2. Fase iron-deficient
eritropoiesis
Cadangan besi sudah mulai
berkurang (Ferritin <<,
Transferrin <, TIBC normal)
3. Fase anemia defisiensi besi
(Ferritin <<, Transferrin <,
TIBC >)

Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis
Pucat yang berlangsung lama
(kronik)
Koilinikia , Glositis
Stomatitis angularis
Gejala komplikasi
Lemas, sariawan, gangguan
prestasi belajar, menurunnya
daya tahan tubuh terhadap
infeksi.

Diagnosa & Tatalaksana


Pemeriksaan
penunjang
Darah rutin: Hb ,
MCV < 80 fl , feritin
, transferin ,
TIBC

Apusan darah tepi


Hipokrommikrositer
Sel Pencil

Tatalaksana
Ferrous Sulfat 300
mg/hari selama 6-12
bulan untuk
meningkatkan cadangan
besi sampai Hb normal
di lanjutkan selama 8
minggu.
Vitamin C untuk
menambah penyerapan
besi
Tranfusi PRC : jika Hb <
6 g/dl

THALASEMIA
Manifestasi Klinis

Definisi Penyakit genetik


dgn supresi produksi
hemoglobin karena defek
pada sintesis rantai globin
Diturunkan secara autosomal
resesif ( dari ayah ke ibu)
Klasifikasi
Secara Rantai Hb :
Thalassemia Alfa &
Thalassemia Beta
Secara Klinis :
Thalasemia Mayor &
Thalasemia Minor
(biasanya Asimtomatis)

o Terjadi pada anakanak riwayat


keluarga (+)
o Pucat kronik
o Ikterik
bilirubin indirek
o Gangguan
pertumbuhan
tulang
o Hepatosplenomega
li
o Perubahan bentuk
wajah: facies
cooley

Behrman RE. Nelsons textbook of pediatrics, 19th ed. McGraw-Hill;

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah
Darah rutin : Hb , MCV , MCH ,
MCHC , Rt
Apusan darah tepi
Hipokrom-mikrositer
Anisositosis,poikilositosis,sel target
Howell-Jelly body,basophilic
Elektroforesis HB Gold standar
HbF : pada thalassemia beta mayor
HbA2 : pada thalassemia beta
minor
Foto RO : Hair on and Apperance

Tatalaksana
Transfusi seumur hidup
Terapi adjuvant; asam Folat,Vit E
Deferoksamin untuk menghambat
penumpukan besi(hemosiderosis)

ANEMIA NORMOKROM NORMOSITER


MCV 80-95 FL
DD ETIOLOGI
Anemia Hemolitik kongenital
Pemeriksaan
Anemia def G6PD
penunjang untuk
Sferositosis
etiologi
Coomb test :
Anemia Hemolitik di dapat
hemolitik
Anemia hemolitik pada
autoimun
malaria
G6PD : def G6PD
Anemia hemolitik Autoimun
Tes fragilitas
Anemia Aplastik
osmotik :
Anemia pada perdarahan
sperocitosis
akut
Apusan darah
tipis& tebal :
Anemia pada penyakit ginjal
malaria
kronik
BMP : Anemia

ANEMIA APLASTIK
Adalah suatu kesatuan klinik yang ditandai oleh
pansitopenia pada darah tepi disertai sumsum
tulang hiposeluler
Etiologi
Idiopatik (dimediasi imun): 70% kasus
Sekunder(10-15%) : Obat, Toksin Virus ,Penyakit
autoimun Kehamilan
Iatrogenik
Khas: Pansitopenia tanpa pembesaran organ
Manifestasi Klinis
Anemia : Pucat ,lemah
Trombositopenia: ptekie,ekimosis,purpura
Leukopenia : Demam,imunitas
Tdk ada organomegali

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Lab
Normositik normokrom
*MCV 95- 110 fL
Jumlah retikulosit rendah.
Leukopenia dengan
limfositosis relatif.
Tidak ada sel abnormal di
darah.
Apusan darah tepi
Sumsum tulang
hipoplasia, dengan
jaringan hematopoietik
digantikan lemak.

ANEMIA MEGALOBLASTIK

Megaloblastik Abnormalitas dalam sintesis DNA


Anemia akibat defisiensi Asam folat ganguan neuromuskular
Anemia akibat defisiency Vit B12
Anemia megaloblastik, pansitopenia
Parestesia, iritabilita, gangguan memori ringan, depresi, psikosis
Glossitis, angular cheilosis
Tatalaksana Anemia Megaloblastik
Vitamin B12 80 mikrogram (dalam multivitamin).
Asam folat 500 1000 mikrogram (untuk ibu hamil 1 mg).
Non-megaloblastik Abnormalitas dalam maturasi sel darah merah
Myelodysplasia
Hipotiroid
Penyakit hati kronik

Versi ga ribetnya
Anemia defisiensi Besi : Darah tepi anemia mikrositik hipokrom,
Serum Iron , Feritin, TIBC , Sel pencil Terapi : suplementasi
besi.
Anemia hemolitik : Darah tepi anemia mikrositik hipokrom.
Terdapat sel target & anisopoikilositosis (bentuk sel bermacammacam karena lisis), Bilirubin indirek . Ikterik, splenomegali.
Biasanya karena thalassemia. Pemeriksaan tambahan :
elektroforesis Hb.
Anemia karena keganasan (Leukemia) : Pansitopenia, leukosit
meningkat namun abnormal. Blast +, hepatomegali. Pemeriksaan
tambahan : Bone Marrow Puncture (BMP).Tx : kemoterapi.
Anemia aplastik : Pansitopenia. Tidak ada organomegali.
Pemeriksaan tambahan : BMP gambaran hipoplastik.
Anemia karena penyakit kronis : Karena gangguan utilisasi
besi. Anemia normositik normokrom.
Anemia perdarahan : Normositik normokrom.
Anemia makrositik : karena defisiensi B12 (pada post-op
gastrointestinal), asam folat, liver disease

KELAINAN PEMBEKUAN
DARAH

Klasifikasi ganguan koagulasi

Jangan sampai ga tau

activated partial thromboplastin time


(aPTT) : untuk mengevaluasi jalur intrinsik
kaskade koagulasi
Prothrombin time (PT): untuk mengevaluasi
jalur ekstrinsik kaskade koagulasi
BT ( Bleding Time): Mengambarkan interaksi
platelet dgn dinding pembuluh darah
Clotting Time (CT) /masa pembekuan
darah : menentukan waktu yang diperlukan
darah untuk membeku

KELAINAN JUMLAH
TROMBOSIT
IMUNE TROMBOSITOPENIA PURPURA (ITP)

Imune trombositopenia purpura : Penigkatan


destruksi platelet di perifer, biasanya pasien memiliki
antibodi yang spesifik terhadap glikoprotein
membran platelet (IgG autoantibodi pada permukaan
platelet)
Cardinal Sign: Trombositopenia <100,000/mm3 ,
Purpura dan perdarahan membran mukosa
2 jenis gambaran klinis
a. ITP akut :Biasanya didahului oleh infeksi virus
dan menghilang dalam 3 bulan.
b. ITP kronik: Gejala biasanya mudah memar
atau perdarahan ringan yang berlangsung
selama 6 bulan

Diagnosis ITP
Pemeriksaan fisik
Pada umumnya bentuk perdarahannya ialah
purpura pada kulit dan mukosa (hidung, gusi,
saluran cerna dan traktus urogenital).
Pemeriksaan penunjang
Darah : Trombositopenia, Masa perdarahan
memanjang (Bleeding Time) , PT & aPTT
normal
Darah tepi :
Morfologi eritrosit, leukosit, dan retikulosit
biasanya normal. Hemoglobin, indeks eritrosit
dan jumlah leukosit normal.
Besar trombosit umumnya normal, hanya
kadang ditemui bentuk trombosit yang lebih

Tatalaksana ITP
Indikasi rawat inap
Pada penderita yang sudah tegak diagnosisnya, perlu
dilakukan rawat inap bila:
Jumlah hitung trombosit <20.000/L
Perdarahan berat
Kecurigaan/pasti perdarahan intrakranial
Umur <3 tahun
Medikamentosa
Kortikosteroid
Suspensi trombosit jika trombosit <20.000/ L
dengan perdarahan mukosa berulang (epistaksis) atau
trombosit < 50.000 L dgn kecurigaan perdarahan
intrakranial

KELAINAN SISTEM
KOAGULASI
HEMOFILIA

Kekurangan faktor pembekuan darah yang diturunkan secara sexlinked recessive pada kromosom X
Klasifikasi
1. Hemofilia A (80-85%) : defisiensi/disfungsi faktor VIII
2. Hemofilia B : defisiensi/disfungsi faktor IX
3. Hemofilia C : defisiensi/disfungsi faktor XI
Gejala Klinis
Hemartrosis Perdarahan sendi
hematoma subkutan atau intramuskular
perdarahan mukosa mulut
perdarahan intrakranial
Epistaksis
hematuria.

Diagnosis-Tatalaksana
Pemeriksaan penunjang
aPTT memanjang, PT memanjang , BT
memanjang
Faktor VIII & IX
Tatalaksana
HemofiliA : Criopresipitate(faktor VIII)
Hemofili B : FFP (Factor IX)

Bedakan ITP VS
Hemofilia
Karakteristik Klinis Gangguan Perdarahan
Kelainan
Trombosit/Vaskular

Kelainan
Koagulasi

Tempat

Kulit, membrane mukosa

Di dalam jaringan
lunak (otot, sendi)

Lesi

Petekiae, ekimosis

Hemartrosis,
hematoma

Perdarahan

Setelah luka kecil: ya


Setelah bedah: langsung,
ringan

Setelah luka kecil:


jarang
Setelah bedah:
delayed, berat

LEUKIMIA
Definisi : Gangguan neoplastik yang berasal dari
sistem hematopoetik.
Sistem hematopoeitik merupakan sistem yang
membentuk sel-sel darah serta sel-sel imun
tubuh.
Gangguan ini menyebabkan penurunan
produksi sel-sel darah normal serta gejala lain
yang berkaitan dengan infiltrasi sel ganas ke
organ-organ.

Klasifikasi
LLA

LMA

Epidemiologi

Pada anak-anak

Pada Dewasa Muda

Morfologi dan
sitokimia

Limfoblas dominan
Mieloperoksidase (-)
tDt Positif

Sel Mieloblas imatur


Mieloperoksidase (+)
tDT Negatif
Aurer Rod Body

Sitogenetika

Kelainan Kromosom + Kelainan Kromosom _


++

Perjalanan penyakit

Onset Cepat
LLK

Onset cepat
LMK

Epidemiologi

Lansia

Pada Dewasa
Muda,lansia

Morfologi dan
sitokimia

Sel Limfosit B matur


Limfositosis
Smudge cell

Sel puncak Mieloid


Basofilia
Tromositosis

Sitogenetika

Trisomi 12

Kromosom philadelpia

Perjalanan penyakit

NEUROLOGI
Kejang demam
Hidrosefalus
Cerebral palsy
Status epilepticus
GBS
Meningitis
Ensefalitis
Guillain Barre Syndrome
Epilepsi
Petit mal epilepsi
Abses otak
ADHD, Autis

4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2

B
B
B
B
B
B
B
A
A

KEJANG DEMAM
Definisi : Bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 380C) yang
disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
Insidensi :
anak umur 6 bulan 5 tahun, insidensi tertinggi
pada umur 18 bulan
Anak umur < 6 bulan 5 tahun mengalami kejang
di dahului demam pikirkan infeksi SSP
Anak yg kejang tanpa demam, kemudian kejang
demam bukan Kejang demam
Kejang & demam pada anak < 1 tahun bukan
kejang demam
Klasifikasi kejang demam
Kejang demam Sederhana /KDS / simplex
febrile seizure

Klasifikasi Kejang Demam

Kejang demam sederhana

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin
Dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi
penyebab demam.
Pungsi lumbal
1. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan
2. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan
3. Bayi > 18 bulan tidak rutin
Elektroensefalograf (EEG)
Tdk di anjurkan
Tapi masih dapat dilakukan pada keadaan kejang
demam yang tidak khas.Misalnya: kejang demam
kompleks UKK Neurologi 5 pada anak usia lebih dari 6
tahun, atau kejang demam fokal.

Tatalaksana saat kejang


Di Rumah
Diazepam Rectal 0,5-0,75 mg/kbBB atau
BB < 10 kg 5 mg, > 10 kg 10 mg
Umur < 3 tahun 5 mg , umur > 3 tahun: 7,5 mg
Maksimum diberikan 2x berturutan dengan jarak 5 menit.
Jika masih kejang bawa ke instansi kesehatan terdekat
Di Rumah Sakit
Dapat diulang diazepam rektal 1 kali, Diazepam juga
dapat diberikan dengan suntikan intravena 0.2 0,5
mg/kgBB. Berikan perlahan 0,5 1 mg/menit
Bila kejang berhenti, hentikan penyuntikan. Dapat
diberikan 2 kali dengan jarak 5 menit bila anak masih
kejang.
Diazepam jangan diberikan secara intramuskular.

Algoritma Penatalaksanaan Saat Kejang


1 Kejang
2Diazepam rektal
0.5 mg/kgBB atau
BB< 10kg: 5mg
BB> 10kg: 10mg
Evaluasi 5 menit
Kejang (+) di RS/ IV line (-)
3
Diazepam Rektal

Kejang (+)
4
Diazepam IV
Dosis 0.3-0.5 mg/kgBB
Diberikan dengan kecepatan 0.5-1mg/meni
(3-5 menit)
(hati hati dapat terjadi depresi napas)
Evaluasi 5 menit

Kejang (+)
Fenitoin Bolus IV
5
Dosis 10-20 mg/kgBB/kali
Diberikan dengan kecepatan 1mg/kgBB/men
Evaluasi 5 menit
Kejang (+)
6
Transfer ke ICU/ PICU

Penatalaksanaan Saat Demam


Antipiretik
Parasetamol 10 15 mg/kg/kali diberikan 4 kali
sehari
Ibuprofen 5-10 mg/ kg/kali 3-4 kali sehari

Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8
jam pada saat demam menurunkan risiko
berulangnya kejang
Diazepam rectal 0,5 mg/kgBB / 8 jam

Pemberian Obat Rumat


Indikasi
1. Kejang lama > 15 menit
2. Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau
sesudah kejang ex (hemiparesis, paresis Todd, cerebral
palsy, retardasi mental, hidrosefalus.)
3. Kejang fokal
4. Pengobatan rumat dipertimbangkan bila
Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam.
Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12
Kejang demam 4 kali per tahun

Pengobatan
. Asam valvoat 15-40 mg/kg BB / 2-3 dosis atau
Fenobarbital 3-4 mg/kg per hari dalam 1-2 dosis selama
1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara
bertahap selama 1-2 bulan

NEUROINFEKSI
Meningitis
Demam, sakit kepala, Tanda Rangsang
Meningeal (+) , bisa terjadi penurunan
kesadaran (kejang bersifat fokal).
Etiologi : Bakteri, Viral, TB

Ensefalitis
Demam, sakit kepala, Tanda Rangsang
Meningeal (-) penurunan kesadaran (kejang
bersifat umum)
Etiologi : viral (paling sering Herpes
SimpleksVirus).

Pemeriksaan Penunjang
Darah perifer lengkap dan kultur darah
Gula darah dan elektrolit jika terdapat indikasi
Pungsi lumbal untuk menegakkan diagnosis & menentukan
etiologi
Pada kasus berat sebaiknya ditunda
Kontraindikasi mutlak : Terdapat gejala peningkatan
tekanan intrakranial
Diindikasikan pada suspek meningitis, SAH, dan penyakit
SSP yang lain (eg. GBS)
Protokol pertama pada kasus kejang pada anak usia < 1
tahun sangat dianjurkan; 12-18 bln dianjurkan; >
18 bln tidak rutin dilakukan
CT Scan dengan kontras atau MRI pada kasus berat, atau
dicurigai adanya abses otal, hidrosefalus, atau empiema
subdural
EEG jika ditemukan perlambatan umum

Diagnosa Differensial infeksi ssp

Analisa LCS

NEFROLOGI
ISK
Sindrom Nefritik
Sindrom Nefrotik

Ikterik neonatorum
Trauma persalinan

Infeksi Saluran Kemih (ISK)


Definisi : Infeksi akibat terbentuknya koloni kuman di
saluran kemih
Etiologi : E. coli (75-90%), Klebsiella, Proteus.
Biasanya terjadi secara ascending.
Gejala dan tanda klinis, tergantung pada usia
pasien:
Neonatus: Suhu tidak stabil, irritable, muntah dan
diare, napas tidak teratur, ikterus, urin berbau
menyengat, gejala sepsis
Bayi dan anak kecil: Demam, rewel, nafsu makan
berkurang, gangguan pertumbuhan, diare dan
muntah, kelainan genitalia, urin berbau menyengat
Anak besar: Demam, nyeri pinggang atau perut
bagian bawah, mengedan waktu berkemih, disuria,
enuresis, kelainan genitalia, urin berbau menyengat

Sign & symtoms


3 bentuk gejala UTI
Pyelonefritis (upper UTI): Nyeri abdomen,
demam, malaise, mual, muntah, nyeri pinggang,
CVA (+).
Sistitis (lower UTI): Disuria, urgency, frequency,
nyeri suprapubik,inkontinensia.
Bakteriuria asimtomatik: kultur urin (+) tetapi
tidak disertai gejala
Pemeriksaan Penunjang
Urinalisis : Proteinuria, leukosituria (>5/ LPB),
Hematuria (Eritrosit>5/LPB) , Biakan urin dan uji
sensitivitas, Kreatinin dan Ureum
Diagnosa pasti : Bakteriuria bermakna pada
biakan urin (>10 koloni kuman per ml urin segar
pancar tengah (midstream urine) yang diambil pagi
hari).

Tatalaksana ISK

Suportif
Masukan cairan yang cukup, Edukasi untuk tidak
menahan berkemih , Menjaga kebersihan daerah
perineum dan periurethra.
Farmakologi
Antibiotik empirik selama 7-10 hari kotrimoksazol oral
24 mg/kgBB setiap 12 jam
Alternatif ampisilin, amoksilin jika :
Terdapat demam tinggi dan gangguan sistemik
Terdapat tanda pyelonefritis (nyeri
pinggang/bengkak)
Pada bayi muda
Jika respon klinis kurang baik / kondisi anak memburuk
Gentamisin (7.5 mg/kg IV sekali sehari) + ampisilin (50
mg/kg IV setiap 6 jam) atau sefalosporin gen-3 parenteral

GLOMERULONEFRITIS AKUT
GNAPS : Istilah histopatologi
Inflamasi pada glomerulus yg
di dahului infeksi
streptococcus -hemolytic
group A yg di tandai dgn
gejala nefritik.
Sindrom nefritik akut:
kumpulan gejala klinik berupa
proteinuria, hematuria,
azotemia, red blood cast,
oliguria & hipertensi
(PHAROH) yang terjadi secara
akut.

contd
Diagnosa
Anamnesa: Riwayat Infesi (ISPA)/pioderma Gejala klinis :
hematuria, hipertensi, edema, oliguria
Pemeriksaan laboratorium: ASTO (meningkat) & C3
(menurun), adanya torak eritrosit, hematuria &
proteinuria.
Diagnosis pasti ditegakkan bila biakan positif untuk
streptokokus hemolitikus grup A.
Penatalaksanaan
Diet restriksi protein,rendah garam
Antibiotik (pengobatan causatif): Gol Penicilin
Simtomatik : Edema(loop diuretik), Hipertensi (ACE-I/
ARB)

SINDROM NEFROTIK
Kriteria Diagnosa
Proteinuria masif (>40
mg/m2/jam atau dipstik
2+),
Hipoalbuminemia (<2,5
g/dL),
Nefritik vS
Edema, dan
Nefrotik
Hiperkolesterolemia >200
mg/dl
Patogenesis
Terjadi akibat
kegagalan/gangguan
filtrasi di glomerulus yang
kemudian menyebabkan

Batasan SN

Remisi : Proteinuria negatif

atau trace (proteinuria < 4


mg/m2 LPB/jam) 3 hari
berturut-turut dalam 1 minggu
Relaps : Proteinuria 2+
(proteinuria 40 mg/m2

LPB/jam) 3 hari berturut-turut


dalam 1 minggu
Relaps jarang : relaps
terjadi kurang dari 2 kali
dalam 6 bulan pertama

setelah respons awal atau


kurang dari 4 kali per tahun
pengamatan
Relaps sering (frequent
relaps) : relaps terjadi 2
kali dalam 6 bulan pertama
setelah respons awal atau

Dependen steroid : relaps


2 kali berturut turut saat
dosis steroid diturunkan
atau dalam 14 hari setelah
pengobatan dihentikan.
Resisten steroid : tidak
terjadi remisi pada
pengobatan prednison dosis
penuh (full dose) selama 4
minggu
Sensitif steroid: remisi
terjadi pada pemberian
prednison dosis penuh
selama 4 minggu

Tatalaksana Sindroma Nefrotik

Diet
Restriksi protein khususnya jika sudah terdapat
penurunan fungsi ginjal
Diet rendah kolesterol
Edema : Diuretics (loop diuretik)
Hyperlipidemia : statin
Kortikosteroid

ENDOKRIN
METABOLIK-GIZI
Hormon Tyroid
Hormon GH
Hormon ACTH
Kelainan
hormon Insulin
Malnutrisi
Gizi
buruk
Trauma
persalinan
Ikterik
neonatorum

HORMON TYROID

KRETINISME
Kretinisme Endemik

Kretinisme
Kretinisme yang terjadi
sporadik / Hipotiroid
pada bayi yang lahir pada
Kongenital
daerah dengan asupan
yodium yang rendah
serta goiter endemik;
sehingga mengalami
kekurangan yodium yang
berat pada masa fetal
Gejala: lahir di daerah
endemik gondok
retardasi mental, tuli
sensorineural nada tinggi,
gangguan neuromuskular

kretinisme akibat
hipotiroid kongenital
Gejala: Penurunan
aktivitas, dahi lebar, BB
sulit naik, pendek,
hipotonia, tangisan
serak, ikterik, retardasi
mental,makroglosia,herni
a umbilikal,
perkembangan
terhambat, miksedema

Sign & Symtoms Hipotiroid Congenital

KELAINAN HORMON GH

GIGANTISME

DWAFISME

Hipotituarisme
GH
Badan pendek
Retardasi mental (-)

KELAINAN HORMON
ACTH
A. Sindroma cusshing:
Hiperkortisol karena
sebab eksternal
(penggunaan obat
steroid)
. Tanda dan gejala:
BB naik (obesitas
sentral), punggung
atas (buffalo Hump),
moon face
Hirsutisme,Siklus
menstruasi tidak
teratur (amenorea),
Infertilitas,penurunan
libido Impotensi

A. Cussing Disease:
Syndrom sekunder
karena hipersekresi
ACTH ( biasanya karena
Adenoma hipofisis)

Marasmus : Defisiensi Energi

Wajah seperti orang


tua (old man face)
kulit terlihat longgar
Iga gambang
Kulit paha berkeriput
Kulit di pantat
berkeriput
(baggy pant )

10 langkah tatalaksanaan gizi buruk


(WHO)

Tatalaksana
1. Nutrisi
fase stabilisasi: F75
fase transisi: F100
fase rehabilitasi:F150

2. Defis.vit A : h-1,2 dan 14 / perburukan :


umur < 6 bln : 50.000 SI
umur 6-12 bln : 100.000 SI
umur > 1 thn : 200.000 SI

3. Infeksi :
tanpa komplikasi : kotrimoksasol
berat : Ampisilin IV :Amoksisilin oral + Gentamisin
Spesifik : OAT

IMUNISASI
Jadwal Imunisasi & KIPI
Masalah masalah imunisasi
Masalah masalah imunisasi

Trauma persalinan

IMUNISASI PPI
Hepatitis B

Polio

Jadw
al

Jadwal 3 x (O-1-6 bulan)


Saat lahir 12 jam setelah lahir & di
dahului pemberian vit K
Umur 1 bulan
Umur 6 bulan

Diberikan 4 kali
Saat lahir (Polio 0)
2 bulan (polio 1)
4 bulan (polio-2)
6 bulan (polio-3)

Dosis

0,05 mg IM di M. Vastus lateral

2 tetes(OPV) , 0,5 ml
(IPV)

Note

Bayi lahir dgn ibu Hbs Ag (+) di


berikan vaksin Hepatitis B dan HBIg
pada ekstremitas yg berbeda.
Apabila semula status HbsAg ibu
tidak diketahui dan ternyata dalam
perjalanan bahwa ibu positif HbsAg
positif maka berikan HB-IG 0.5 ml
sebelum usia bayi berusia 7 hari

Kontra indikasi: Infeksi


HIV/kontak HIV
serumah
imunodefesiensi, terapi
imonusupresan jangka
panjang

BCG
Jadwal

DPT

Diberikan pada
usia 0 3
bulan

Optimal 2
bulan

Umur 2, 4, 6
bulan
Booster
diberikan pada
usia18-24 bulan,
5 tahun pada
saat kls 1 dan
kls 6 SD (DT)

Jadwal pada
program
nasional di
berikan 2 kali
pada umur 9
dan 24 bulan

0,5 ml IM Vastus
lateral
Mengandung:DT
wP atau Dtap.

0,5mg , SC di
lengan kiri
atas

Reaksi KIPI :
Reaksi sistemik
50% demam
(thx:
paracetamol) flu
like symptoms,
encephalopati.

Jika mendapat
imunisasi MMR
pada 15
bulan
campak pada
umur 24 bulan
tdk usah di
berikan.

Dosis

Note

CAMPAK

Jika anak umur


> 3 bulan blm
di imunisasi
BCG
Lakukan Test
Mantoux
jika (-) berikan
imunisasi.

Kontraindikasi Imunisasi
Hepatitis
B

Alergi terhadap ragi

Polio

Polio Oral : Infeksi HIV atau Kontak HIV serumah


Polio Inactivated : Alergi terhadap neomicin, polimiksin B ,
& streptomicin

BCG

Reaksi uji tuberkulin >5 mm.


Menderita infeksi HIV atau dengan risiko tinggi infeksi HIV,
imunokompromais akibat pengobatan kortikosteroid
Menderita gizi buruk, Menderita demam tinggi , Menderita
infeksi kulit yang luas , Pernah sakit tuberkulosis ,
Kehamilan.

DPT

Encephalopati dlm 7 hati pasca dpt sebelumnya


Demam > 40 C
Kejang dlm 3 hari pasca DPT
GBS dlm 6 mingguy pasca vaksin

Kontra indikasi secara umum

MASALAH IMUNISASI
Status imunisasi tdk di ketahui / meragukan
Hepatitis B

Jika terlambat jangan ulang dari awal, lanjutkan


dan lengkapi imunisasi sesuai jadwal,

BcG

Umur < 12 bulan boleh kapan saja


Umur > 12 bulan tes mantoux terlebih dahulu

Polio

Bila terlambat, jgn mengulang pemberianya dari


awal,tetapi lanjutkan & lengkapi imunisasi spt
jadwal tdk perduli berapapun jarak waktu/
interval keterlambatan dr pembelian sebelumnya.

DPT

Bila dimulai dengan DPwt lanjutkan dengan DPaT,


Berikan DT pada anak > 7 tahun, bila belum
pernah imunisasi dasar pada usia < 12 bulan
imunisasi diberikan imunisasi dasar.

Campak

Jika terlambat antara umur 9 sampai 12 bulan


berikan kapan saja. Bila umur lebih dari 1 tahun
berikan MMR saja.

Ibu penderita TB
Bayi dilahirkan menderita (TB)
paru aktif sesaat, sebelum,
sesudah lahir, dan
mendapatkan pengobatan
kurang 2 bulan sebelum
melahirkan

- Jangan diberi BCG


pada saat setelah
lahir
- Profilaksis Primer

Evaluasi pada umur 8 minggu : BB


& lakukan Tes Mantoux

Jika Scoring 6 OAT


Jika Tes Mantoux (-) , klinis (-) Lanjutkan
Profilaksis sampai 6 bulan
Tunda pemberian BCG selama 2 minggu setalah
pengobatan selesai, bila BC sudah terlanjur
diberikan , ulangi pemeriksaan 2 minggu setelah
pengobatan INH selesai.
Yakinkan ibu bahwa ASI tetap boleh diberikan
dan catat berat badan bayi tiap 2 minggu .

TUMBUH KEMBANG
Pemantauan Tumbuh
kembang
Kelainan
Tumbang
Kelainan Genetik

PEMANTAUAN TUMBUH KEMBANG


Pertumbuhan : Bertambahnya ukuran fisik anak
dalam hal panjang/tinggi badan, berat badan, dan
lingkar kepala
Pemantauan : melalui penilaian klinis dan
pengukuran antropometris (Z Score WHO atau
kurva NCHS CDC)

Perkembangan : kemampuan fungsi individu


dalam bidang motorik kasar, motorik halus,
komunikasi dan bahasa, intelektual, emosi, dan
sosial
Pemantauan : penilaian klinis dan skrining
perkembangan Denver II

Developmental Milestone
USIA 1 bulan
Motorik kasar : Mengangkat kepala
Motorik halus : (-)
Personal sosial : Melihat wajah
orang tua
Bahasa : bereaksi terhadap bunyi
lonceng / musik

USIA 2 bulan
Motorik kasar : Mengangkat kepala,
tengkurap
Motorik halus : (-)
Personal sosial : Mengenali wajah
orang tua & tersenyum
Bahasa : muncul suara aaauuu

USIA 3 bulan
Motorik kasar : Kepala tegak ketika
di dudukan
Motorik halus : Memegang mainan
Personal sosial : Respon terhadap
rangsang visual
Bahasa : mencari

USIA 4-5 bulan


Motorik kasar : Kepala tegak saat di
dudukan
Motorik halus : Mengambil sesuatu
dgn tangan memasukan ke mulut
Personal sosial : Melihat &
mengamati objek
Bahasa: Tertawa, terteriak

USIA 6 bulan
Motorik kasar : Duduk tanpa
berpegangan
Motorik halus : Mampu mengambil
benda dgn tangan & memindahnya
ke tangan sisinya.
Personal sosial : Melihat & mengamati
objek
Bahasa: Babling

KELAINAN TUMBUH KEMBANG ANAK


Autisme

Gangguan pervasive , mucul sblm usia 3 tahun.


Gangguanya di 3 bidang
Interaksi sosial : tdk ada kontak mata, bila di panggil
tdk mau menegok, sifat menyendiri
Komunikasi : keterlambatan bicara, bicara dgn
kalimat pendek
struktur salah.
Perilaku: Stereotipik

Aspergers
Syndrome

Hampir sama dgn Autisme tapi lebih ringan dimana


Tdk ada gangguan komunikasi& bicara
Terobsesi kuat thp satu objek

ADHD

Kriteria Diagnosa
Tdk bisa memusatkan perhatian
Impulsif: bertindak sblm berfikir, perhatian mudah
teralihkan
Hiperaktif

Retardasi
mental

Syarat : umur < 18 tahun Retardasi mental : IQ <


70
Derajat : (IQ < 20 : Sgt berat) ( IQ 25-35 : Berat) (IQ
40 55 : Sedang)
(I Q : 55 50 : Ringan)

KELAINAN GENETIK
SINDROM
DOWN

Trisomi 21
Ciri-ciri : retardasi mental, dagu kecil,
mongoloid face, hidung pipih, lipatan
palmar tunggal, makroglosia, jarak
lebarantara ibu jari kaki & jari kedua

SINDROM
JACOBS

47+XYY
Ciri : Wajah kriminal

SINDROM
MARFAN

Kelainan genetik pada jaringan kolagen


Ciri: jangkung , ekstremitas panjang,jari-jari
tipis & panjang
Komplikasi serius : aneurisma aorta

SINDROM
KLINEFELTER

47+XXY (laki-laki)
Ciri-ciri : hipogonadisme(fitur seks sekunder
berkurang ), fertilitas berkurang

SINDROM
TURNER

45+XO (perempuan)
Ciri-ciri : pendek , webbed neck,amenorea ,
steril

PUBERTAS PREKOS

Klasifikasi

Pada keduanya terdapat akselerasi tulang panjang.


Perbedaanya level LH pada tipe independen normal , sedangkan tipe
dependen level LH meningkat.

Selamat belajar

Anda mungkin juga menyukai