Analisa Kualitas Batubara
Analisa Kualitas Batubara
Hasil analisis free moisture dan residual moisture kemudian dihitung untuk mendapatkan total
moisturenya dengan rumus
TM = FM + RM*(1-FM/100).
4.1.3 Ash
Batubara tidak mengandung ash, tetapi mengandung zat anorganik berupa mineral.
Ash (A) adalah residu anorganik hasil pembakaran batubara, terdiri dari oksida logam seperti Fe 2O3,
MgO, Na2O, K2O, dsb, dan oksida non-logam seperti SiO2, P2O5, dsb.
Penetapan ash merupakan bagian dari analisis proximate. Prinsip dari penetapan ini ialah sejumlah
contoh batubara yang sudah dihaluskan (+1 gram) dibakar pada suhu dengan rambat pemanasan
tertentu sampai didapat residu (abu). Residu yang didapat ditimbang dan dihitung jumlahnya dalam
persen.
Nilai kandungan ash suatu batubara selalu lebih kecil daripada nilai kandungan mineralnya. Hal ini
terjadi karena selama pembakaran telah terjadi perubahan kimiawi pada batubara tersebut, seperti
menguapnya air kristal, karbondioksida dan oksida sulfur.
4.1.4 Volatile Matter
Apabila 1 gram contoh contoh batubara dipanaskan pada kondisi standar tertentu (suhu 900oC,
selama 7 menit dalam furnace khusus) maka akan ada bagian yang terbakar dan menguap. Bagian
yang terbakar dan menguap tersebut ialah volatile matter (VM) dan moisture.
Untuk mendapatkan nilai %VM, persen bagian yang terbakar dan menguap tersebut dikurangi
%moisture. Analisis ini merupakan bagian dari penetapanproximate.
sama dengan panas penguapannya. Maksimum kalori yang dapat dicapai selama proses ini adalah
nilai net calorivic value. Calorivic value dikenal juga dengan specific energy dan satuannya
adalah kcal/kg ataucal/g, MJ/kg,Btu/lb.
Gambar V.6 Grafik hubungan antara nilai ash dan relatif density
itu faktor ini sering juga sering dipergunakan sebagai arahan dalam memilih bahan bakar batubara
yang cocok untuk suatu industri.
Penggambaran sifat ini, secara kuantitatif dilakukan dengan cara menghitung rasio kelompok unsur
tertentu yang terkandung dalam batubara, yang mana kemudian dikenal dengan
istilah slagging dan fouling factor.
Slagging adalah masalah yang timbul pada proses pembakaran batubara dimana abunya meleleh
dan membentuk kerak yang menempel pada dinding dalam ruang pembakaran dan pada pipapipa superheater yang berjarak renggang, yang sulit untuk dibersihkan sehingga mengakibatkan
berkurangnya penyaluran panas.
Fouling adalah masalah yang timbul pada proses pembakaran dimana abu halus yang mengandung
sodium menguap bersama-sama sulphur dan berakibat sama seperti slagging.
Slagging/fouling factor adalah sebuah indeks yang dihitung baik dari data ash analysis maupun dari
data ash fusion temperature yang dapat memberikan indikasi seberapa jauh kecenderungan batubara
tersebut menimbulkan masalahslagging/fouling selama proses pembakaran.
Ash sebagian besar terdiri dari oksida silikon, aluminium, besi, kalsium, magnesium, titan, mangan,
dan logam alkali. Sebagian di antaranya terikat sebagai silikat, sulfat, dan posfat.
Komposisi ash batubara tidak sama dengan komposisi mineralnya tetapi dapat menggambarkan
komposisi mineralnya.
Total hasil analisis ini harus 100+2%. Hasil analisis seharusnya dilaporkan dalam basis Ignited at
800oC, tetapi banyak orang yang melaporkan hasil analisis ini tanpa mencantumkan basisnya.
Di pabrik semen, yang menggunakan batubara sebagai bahan bakar, data komposisi abu batubara
sangat berguna untuk menghitung kontribusi unsur-unsur yang terdapat dalam abu batubara tersebut
terhadap produk semen yang dihasilkan. Data komposisi abu batubara juga berguna sebagai
penunjuk kemungkinan dipergunakannya abu tersebut sebagai bahan baku produk sampingan,
misalnya batako.
Komposisi ash suatu batubara erat hubungannya dengan ash fusion temperature-nya. Ash yang
mengandung oksida besi, kalsium, magnesium, natrium, dan kalium yang tinggi umumnya
mempunyai ash fusion temperature yang rendah, sedangkan ash yang mengandung silika,
aluminium, dan titan yang tinggi umumnya mempunyai ash fusion temperature yang tinggi. Namun
apabila kandungan silika tinggi sekali, ash fusion temperature-nya justru rendah.
Contoh
abu
batubara
yang
diperlukan
untuk ash
analysis dengan
metode Atomic
Absorption sebanyak 0.400+0.0010 gram (duplo). Untuk mengantisipasi kemungkinan adanya
pengulangan analisis, penyediaan 1.0 gram abu sangatlah bijaksana. Contoh abu dibuat di
laboratorium dengan hati-hati agar abu yang terbentuk benar-benar telah terabukan dengan baik.
Untuk analisis dengan metodeX-Ray Spectometry diperlukan contoh yang lebih banyak.
Tabel V.1
Komposisi Karakteristik
Abu Batubara dan Kokas Inggris
Elemen
Silica
Alumina
Ferric oxide
Calcium oxide
Magnesium oxide
Sodium oxide
Potassium oxide
Rumus Kimia
SiO2
Al2O3
Fe2O3
CaO
MgO
Na2O
K2O
Rentang (%)
15 55
10 40
1 40
1 25
0.5 5
08
05
Titanium oxide
Manganese oxide
Sulphate
Phospate
a.
b.
c.
d.
TiO2
Mn3O4
SO3
P2O5
03
01
0 12
03
Batubara yang abunya memiliki AFT yang tinggi (initial deformation > 1350oC), sangat cocok
dipergunakan pada operasi dengan sistem penanganan/pembuangan abu berupa padatan kering,
sedangkan batubara yang abunya memiliki AFT rendah (flow<1350oC) sangat cocok dipergunakan
pada operasi dengan sistem penanganan/pembuangan abu berupa lelehan.
HGI tidak bersifat aditif, artinya apabila kita mempunyai dua jenis batubara yang nilai HGI-nya
berbeda, kemudian dicampurkan dengan komposisi tertentu, nilai batubara tidak bisa dihitung
berdasarkan komposisi pencampuran tersebut. NilaiHGI campuran cenderung ke arah nilai yang lebih
kecil.
4.13 Abrasion Index
Abrasion index adalah indeks yang menunjukkan daya abrasi (kikis) batubara terhadap bagian dari
alat yang dipergunakan untuk menggerus batubara tersebut (pulverizer) sebelum dipergunakan
sebagai bahan bakar. Semakin tinggi nilaiabrasive index suatu batubara semakin tinggi pula biaya
pemeliharaan alat penggerus batubara tersebut.
Suatu
batubara
disebut abrasive apabila abrasive
index-nya
400-600,
dan
disebut
tidak abrasive apabila abrasive
index-nya <10. Coke mempunyai abrasive
index2500
sedangkan sandstone mempunyai abrasive index 1200.
Batubara yang diinginkan pembeli harus mempunyai abrasive index <200. Apabilaabrasive index-nya
> 200, harga batubara tersebut bisa lebih murah atau bahkan sama sekali ditolak.
4.14 Trace Element
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui komposisi unsur dalam batubara yang dianggap berbahaya
terhadap lingkungan. Jumlahnya kecil, misalnya merkuri, arsen, selenium, fluorine, cadmium dsb.
Roga index
05
5 20
20 45
> 45
pemanasan yang lambat yang lebih mirip dengan tingkat pemanasan pada coke oven. Tes untuk
mengukur
sifatcoking ini
adalah Gray-king
coke
type, dilatometry (AudibertArnu), plastometry(Gieseler).
Selain untuk memperkirakan potensi batubara dalam pembuatan coke, kedua sifat ini juga penting
dalam pengklasifikasian batubara.
Tabel V.3
Kualitas Batubara yang Dibutuhkan
Oleh Pabrik Semen
Parameter
Total moisture
(%-ar)
Free moisture
(%-ar)
Ash
(%-ad)
Yang
Limit Tipikal
Diinginkan
48
rendah
< 15
max 12
(max 15)
max 10 12
max 20
(max 40 50)
Keterangan
Nilai kalori net berkurang.
Akan menimbulkan masalah
pada penggilingan dan
penanganan. Limit untuk low
rank coal lebih tinggi.
Pengaruh abu kecil tetapi
kadarnya harus tetap (+2%).
Komposisi abu harus
konsisten karena diperlukan
dalam pengaturan
Catatan
Volatile matter
(%-dmmf)
Beragam
(max 24)
Beragam
(min 21.0)
Total Sulphur
(%-ad)
< 2%
max 2 5
Chlorine
(%-ad)
Rendah
(max 0.1)
P2O5
Ash analysis (%)
Hardgrove grindability
index
< 2%
(max 6 8)
Tinggi
Min 50 55
(min 40)
25 30
35 40
Fines content
(<0.5mm)
(%)
15 20
25 30
Parameter
Yang
Limit Tipikal
Diinginkan
Total moisture
(%-ar)
5 10
max 12
(max 15)
Ash
(%-ad)
Rendah
max 6 8
(max 10 12)
Volatile matter
(%-dmmf)
Beragam
Total sulphur
(%-ad)
Rendah
16 21
21 26
26 31
max 0.6 0.8
(max 1.0)
Keterangan
Akan menimbulkan masalah
pada penggilingan dan
penanganan.
Kandungan abu kokas
hendaknya rendah untuk
mengurangi kerak pada blast
furnace.
low volatile coal
medium volatile coal
high volatile coal
Kandungan sulfur kokas
hendaknya rendah agar
penyerapan sulfur oleh pig
iron dalam blast furnace
Phosphorus
(%-ad)
Free swelling index
Roga test
Gray-King coke type
Rendah
max 0.1
79
60 90
G6 G14
min 6
min 50
min G4 G5
Audibert-Arnu
dilatometry
max dilatation (%)
25 70
80 140
150 350
min 20
min 60
min 100
dikurangi.
Phosphorus dalam baja akan
membuat baja cepat rapuh.
Gieseler plastometry
above 80
min 70
low volatile coal
Fluidity range
above 100
min 80
medium volatile coal
(oC)
above 130
min 100
high volatile coal
Data caking/coking di atas hanya sebagai penunjuk potensi batubara untuk dibuat kokas.
Prediksi kinerja batubara dalam coke oven yang lebih dapat dipercaya memerlukan tes
yang lebih ekstensif. Prime coking coal adalah batubara yang memenuhi deretan kualitas
yang paling atas. Blend coking coal tidak harus mengikuti deretan kualitas di atas, karena
juga tergantung dari batubara yang dipakai untuk pencampurnya.
Catatan
Tabel V.5
Kualitas Batubara yang Dibutuhkan Oleh Pembangkit Tenaga Listrik
Parameter
Yang
Diinginkan
Limit
Tipikal
Keterangan
Total moisture
(%-ar)
Free moisture
(%-ar)
4 8 [][]
rendah
max 12
(max 15)
max 10 12
Ash
(%-ad)
Rendah
max 15 20
(max 30)
Volatile matter
(%-dmmf)
25 30
min 25
15 25
Tinggi
max 25
min 24 25
Rendah
Rendah
Tinggi ISO A
min 1200
(min 1050)
Rendah ISO C
max 1350
(max 1430)
Nitrogen (%dmmf)
Rendah
(0.8 1.1)
Hardgrove grindability
index
Tinggi
min 50 55
(min 45)
25 30
35 40
Fines content
(less than 0.5 mm)
(%)
15 20
25 30
yang dihasilkan per satuan massanya. Nilai kalor batubara diukur menggunakan alat yang disebut
bomb kalorimeter.
Kalorimater bom terdiri dari 2 unit yang digabungkan menjadi satu alat. Unit pertama ialah unit
pembakaran di mana batubara dimasukkan ke dalam bomb lalu diinjeksikan oksigen lalu bomb
tersebut dimasukkan kedalam bejana disini batubara dibakar dengan adanya pasokan
udara/oksigen sebagai pembakar. Unit kedua ialah unit pendingin/kondensor (water handling)
3.Kadar sulfur
Salah satu cara untuk menentukan kadar sulfur yaitu melalui pembakaran pada suhu tinggi.
Batubara dioksidasi dalam tube furnace dengan suhu mencapai 1350C. Sulfur oksida (SOx)
yang terbentuk sebagai hasil pembakaran kemudian ditangkap oleh oleh detektor infra merah
kalau menggunakan metode infrared sedangkan kalau menggunakan metode HTM akan
ditangkap oleh larutan peroksida lalu dititrasi dengan natrium borat dan kemudian dianalisis.
4.Analisis ultimat batubara (coal ultimate analysis)
Analisis ultimat dilakukan untuk menentukan kadar karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O),
nitrogen, (N), dan sulfur (S) dalam batubara. Seiring dengan perkembangan teknologi,
analisis ultimat batubara sekarang sudah dapat dilakukan dengan cepat dan mudah. Analisa
ultimat ini sepenuhnya dilakukan oleh alat yang sudah terhubung dengan komputer. Prosedur
analisis ultimat ini cukup ringkas; cukup dengan memasukkan sampel batubara ke dalam alat
dan hasil analisis akan muncul kemudian pada layar komputer.
5.Analisa Size Analisis
Data analisis dari suatu hasil tambang ialah satu data dari data-data yang diperlukan dalam
perancangan coal preparation plant, pada crushing plant dan screening plant pemeriksaan size
diperlukan untuk melihat apakah hasil dari proses masih sesuai dengan spesifikasi atau tidak,
pada proses loading dilakukan untuk mengantisifasi masalah yang timbul karena kalau terlalu
banyak yang fine coal nilai total moisturenya cenderung meningkat dan akan berdebu pada
saat kering.