Makalah KESMAS
Makalah KESMAS
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Masalah kesehatan adalah masalah kompleks yang merupakan
hasil dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun
buatan manusia. Datangnya penyakit merupakan hal yang tidak bisa
ditolak, meskipun kadang bisa dicegah atau dihindari. Konsep sehat
sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada
faktor-faktor di luar kenyataan klinis yang mempengaruhi terutama
faktor sosial budaya. Jadi, sangat penting menumbuhkan pengertian
yang benar pada benak masyarakat tentang konsep sehat dan sakit
karena dengan konsep yang benar maka masyarakat pun akan
mencari alternatif yang benar pula untuk menyelesaikan masalah
kesehatannya (Foster, 2006). Pengetahuan masyarakat tentang konsep
sehat dan sakit yang benar akan membuat masyarakat mengerti
bagaimana memberdayakan diri untuk hidup sehat dan kebiasaan
mereka untuk mempergunakan fasilitas kesehatan yang ada. Hal ini
merupakan dua dari empat grand strategy yang dilakukan Departemen
Kesehatan
untuk
mewujudkan
visinya
yaitu
memandirikan
masalah
yang
cukup
menjadi
perhatian
para
ahli
Proses
tersebutlah
yang
kerap
dikenal
sebagai
transisi
penyakit
kronis.
Penyakit
tidak
menular
memberikan
menular
ini
justru
terjadi
pada
negara-negara
dengan
pendapatan rendah atau yang sering disebut sebagai low and middle
income countries (Mirza, 2008).
Perubahan pola hidup manusia seperti gaya hidup, sosial
ekonomi,
urbanisasi
dan
industrialisasi
pada
akhirnya
akan
perubahan
penyakit
yaitu
menurunnya
penyakit
merata
yang
disebabkan
banyaknya
titik
pengungsi
penduduk risiko tinggi yakni bayi, balita, ibu hamil dan ibu menyusui
serta usia lanjut.
1.2.
Tujuan
Untuk mengetahui dan mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan
masyarakat di Provinsi Sumatera Utara
BAB II
PEMBAHASAN
A. Berdasarkan hasil Review Pelaksanaan LITBANG Bidang Kesehatan di
Daerah Provinsi Sumatera Utara
a. Dasar :
Surat Kepala Balibang Kesehatan Departemen Kesehatan RI No.
PR.04.02.0.1.2419, tanggal 12 Agustus 2005 perihal Permohonan
sebagai pembicara pada Rakornas Litbang Kesehatan, tanggal 24 26
Agustus 2005.
b. Maksud dan Tujuan
Memberikan gambaran umum pelaksanaan Litbang Kesehatan di
Provinsi Sumatera Utara dan sebagai masukan bagi Rakornas Litbang
untuk melahirkan kesepakatan mekanisme kerjasama Litbang
Kesehatan Pusat dan Daerah.
I.
Lahir Rendah (BBLR) 6%, kekurangan energi protein 25%, hal ini
disebabkan tingkat pengetahuan dan kesdaran masyarakat tentang
Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masih rendah, prasarana dan
sarana kesehatan masih kurang merata dan cenderung terkonsentrasi
pada daerah perkotaan, masih terbatasnya tenaga medis khususnya
dokter 4 (empat) spesialis dasar pada beberapa Rumah sakit Umum
Daerah Kabupaten/Kota seperti spesialis anak, obgyn, bedah dan
penyakit dalam.
Cakupan sarana sanitasi dasar pada umumnya masih rendah,
dimana cakupan SAB Nasional sebesar 90 %, sedangkan SAB Propinsi
Sumatera Utara tahun 2003 sebesar 73 %, untuk cakupan daerah
pedesaan, cakupan SAB Nasional sebesar 80 %, sedangkan cakupan
SAB Propinsi Sumatera Utara masih dibawah cakupan SAB Nasional
yaitu sebesar 32,62 %. Disamping itu peralatan kesehatan kedokteran
umumnya sudah tidak layak pakai dan belum memenuhi standar sesuai
kelasnya. Puskesmas Keliling umumnya sudah tidak layak pakai karena
sudah berumur 10 tahun lebih.
II.
III.
TUJUAN
Tujuan Umum:
Memulihkan dan meningkatkan status gizi masyarakat dan korban
bencana.
Tujuan Khusus:
a. Terselenggaranya pelayanan tanggap darurat gizi
b. Tercegahnya kejadian luar biasa gizi buruk
c. Terpenuhinya kebutuhan gizi bagi masyarakat kelompok risiko
tinggi termasuk pengungsi
d. Pulih dan berfungsinya sarana dan prasarana pelayanan gizi
II.
SASARAN
1. Manusia
Seluruh anggota masyarakat korban bencana terutama bayi, balita,
ibu hamil, ibu menyusui dan lansia. Dari beberapa sumber data
yang diperoleh, diperkirakan jumlah pengungsi sebesar 704.000,
terdapat jumlah kelompok rawan gizi sebagai berikut:
Balita 0 59 bulan (12% penduduk)
84.480 Orang
Bayi 0 11 bulan (2% penduduk)
14.080 Orang
Anak balita 12 59 bulan (10% penduduk)
70.400 Orang
Bayi piatu + tidak diberi ASI (50% dari bayi)
7.040 Orang
Anak 12 24 bulan (25% dari balita)
17.600 Orang
Anak piatu 12 24 bulan (50% dari anak
8.800 Orang
12-24 bulan)
Anak usia
sekolah
6-12
penduduk)
Ibu hamil (2.4% penduduk)
Ibu menyusui (2% penduduk)
Usia lanjut (4.4% penduduk)
tahun(21%
147.840 Orang
16.896 Orang
14.080 Orang
30.976 Orang
KEBIJAKAN
1. Pelayanan gizi bagi korban bencana diberikan secara cuma-cuma.
2. Mobilisasi, penyaluran dan distribusi sumber daya pangan dan
gizi dilakukan dalam waktu sangat segera dengan prosedur
khusus.
3. Setiap bantuan sumber daya pangan dan gizi baik dari dalam
maupun luar negeri dapat diterima melalui Departemen
Kesehatan
sepanjang
sesuai
dengan
kebutuhan,
tidak
bertentangan dengan peraturan, tidak mengikat dan dilakukan
tanpa syarat.
4. Penyelenggaraan pelayanan gizi dilakukan dengan lintas program
dan lintas sektor terutama dengan Departemen Sosial sebagai
penanggung-jawab penyediaan pangan.
5. Pelaksanaan pelayanan gizi diprioritaskan pada kelompok risiko
tinggi dan di lokasi yang strategis.
IV.
STRATEGI
1. Meningkatkan akses korban bencana terhadap pelayanan gizi
melalui pos kesehatan di 24 lokasi pengungsian, puskesmas dan
rumah sakit termasuk rumah sakit lapangan.
2. Mobilisasi semua potensi pemerintah dan masyarakat termasuk
swasta dalam pelayanan gizi.
3. Penguatan jejaring kerjasama dan koordinasi dengan berbagai
pihak.
4. Penyelenggaraan upaya kuratif, rehabilitatif gizi sejalan dengan
upaya preventif dan promotif.
5. Rehabilitasi dan rekonstruksi sistem pelayanan gizi hingga
berfungsi optimal.
V.
KEGIATAN
Jangka pendek (tahap tanggap darurat, 12 bulan)
Tujuan yang ingin dicapai adalah terselenggaranya pelayanan gizi
darurat sampai berfungsinya sarana pelayanan kesehatan. Pelaksana
adalah Tim Gizi Darurat yang dibentuk khusus oleh Departemen
9 Masalah Kesehatan Masyarakat di Provinsi Sumatera Utara
Pemberian PMT bagi bayi, balita, anak sekolah, ibu hamil, ibu
menyusui dan lansia.
Mengintegrasikan pemberian paket suplementasi gizi (vitamin A,
tablet besi, kapsul yodium dsb) dengan program yang terkait.
Memberikan pelayanan gizi buruk di lokasi pengungsian,
puskesmas dan fasilitas rujukannya.
Menyelenggarakan penyuluhan keluarga sadar gizi.
Jangka panjang (tahap rekonstruksi, 5 tahun)
Tujuannya adalah membangun dan memfungsikan kembali
puskesmas
dan
jaringannya
yang
rusak
sehingga
dapat
menyelenggarakan pelayanan gizi secara rutin. Jumlah puskesmas
yang membutuhkan pembangunan kembali adalah 57 puskesmas.
Jumlah pustu dan polindes yang membutuhkan rehabilitasi sedang
dihimpun. Kegiatan yang dilakukan mencakup:
a. Membangun kembali gedung puskesmas (termasuk rumah dokter
dan paramedis) dan jaringannya sesuai dengan rencana tata ruang.
b. Melaksanakan pengadaan sarana dan prasarana pelayanan gizi di
puskesmas dan jaringannya sesuai dengan kebutuhan dan standar.
c. Menempatkan petugas gizi di puskesmas sebagai tenaga tetap.
d. Menempatkan tenaga gizi di Dinas Kesehatan Propinsi dan
Kabupaten/Kota.
e. Memfungsikan kembali posyandu dalam bentuk pelatihan kader,
pengadaan logistik (buku KIA, timbangan, alat masak dan makan,
meja dan kursi) serta penyediaan biaya operasional posyandu.
f. Menyelenggarakan pelayanan gizi rutin di puskesmas yakni:
Pemantauan tumbuh kembang di puskesmas dan posyandu
Penyuluhan ASI eksklusif dan pemberian susu formula yang
higienis bagi bayi piatu.
Pemberian PMT bagi bayi, balita, anak sekolah, ibu hamil, ibu
menyusui dan lansia.
Pengintegrasian pemberian paket suplementasi gizi (vitamin A,
tablet besi, kapsul yodium dsb) dengan program yang terkait.
Pemberian pelayanan gizi buruk di puskesmas dan fasilitas
rujukannya.
Penyelenggaraan penyuluhan keluarga sadar gizi.
Hal lain yang menjadi kegiatan yang dilakukan pemerintah
Sumatera Utara yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
serta peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya arti
kesehatan.
Prioritas:
1) Bekerjasama dengan Kab/Kota membangun prasarana dan sarana
kesehatan dalam rangka pembangunan SDM yang berkualitas yang
mampu memberi pelayanan kesehatan, menumbuhkan dan
11 Masalah Kesehatan Masyarakat di Provinsi Sumatera Utara
INDIKATOR KEBERHASILAN
Jangka pendek (tahap tanggap darurat):
a. Semua masalah gizi korban bencana termasuk gizi buruk dapat
ditangani sesuai standar
b. Kejadian luar biasa gizi buruk dapat ditekan (prevalensi gizi buruk
<5%)
c. Cakupan distribusi gizi mikro (vitamin A, tablet besi) mencapai
semua sasaran korban bencana
d. Ibu menyusui dapat memberikan ASI dan bayi piatu dapat terus
memperoleh susu formula yang higienis
Jangka menengah (tahap rehabilitasi)
a. Sistem pelayanan gizi (tenaga, sarana, prasarana, SKPG) di daerah
bencana dapat berfungsi baik
b. Masyarakat di daerah bencana yang membutuhkan pelayanan gizi
terlayani dengan baik
c. Angka prevalensi gizi buruk dan kematian akibat gangguan gizi
dapat terkendali
Jangka panjang (tahap rekonstruksi)
a. Rehabilitasi sarana dan prasarana pelayanan gizi di daerah
bencana dapat terlaksana
b. Sistem pelayanan gizi di daerah bencana berfungsi normal
c. Partisipasi masyarakat dalam penanggulangan masalah gizi
berbasis masyarakat berfungsi optimal.
VII.
PENGORGANISASIAN
1. Organisasi
Penanggungjawab program penanggulangan masalah gizi akibat
bencana adalah Direktorat Gizi Masyarakat dengan koordinasi
Koordinator Bidang Tenaga, Pelayanan Kesehatan dan Gizi yang
12 Masalah Kesehatan Masyarakat di Provinsi Sumatera Utara
2.
3.
4.
5.
VIII.
PEMBIAYAAN
Pembiayaan diperoleh dari APBN, APBD, donasi dan hibah,
realokasi pinjaman luar negeri bidang kesehatan dan partisipasi
masyarakat termasuk LSM. Pengelolaan dana dilakukan secara
transparan.
Hasil. Prioritas bidang kesehatan dan gizi sejalan dengan apa yang
disebutkan dalam Rencana Strategis Jangka Menengah 2006-2010,
sebagai berikut:
Proyek-proyek: Program kerjasama 2006-2010 akan melaksanakan 4
proyek, yaitu Proyek Kesehatan dan Proyek Gizi secara nasional, dan
Proyek Kesehatan Dasar dan Perbaikan Gizi untuk NAD dan Sumatra
Utara.
Kedua proyek kesehatan akan meng-fokus terutama pada kesehatan
ibu dan bayi baru lahir, baik untuk proyek lokal maupun nasional,
dilaksanakan dalam kerja sama dengan pemerintah dan mitra
lainnya. Keduanya akan berusaha memperbaiki status kesehatan ibu
dan gizi anak yang menurun melalui dampaknya pada masalah berat
badan lahir rendah. Kedua proyek gizi akan tetap difokuskan pada
advokasi dan dukungan untuk peningkatan akses pada penambahan
gizi mikro dan praktek pemberian makanan yang tepat pada anak,
serta memperhatikan masalah pengobatan kecacingan, gizi remaja
dan pengamatannya oleh masyarakat, dan manajemen gizi buruk,
terutama di Aceh dan Sumut. Komponen cross-cutting dari proyek ini
adalah proyek yang direncanakan untuk revitalisasi sistem kesehatan
berbasis masyarakat dan peningkatan akses pada penanganan yang
berdampak besar, seperti vaksinasi, gizi mikro dan pembagian
kelambu, pemeriksaan kehamilan yang tepat dan rujukan untuk
kedaruratan kebidanan, penyuluhan kesehatan, dan inisiatif lain
untuk meningkatkan kualitas air bersih dan kebersihan, penanganan
gizi buruk ditingkat rumah tangga dan perkembangan anak usia dini.
Proyek ini akan menangani baik sisi hilir maupun sisi muara dari
lambatnya kemajuan pencapaian target MDG ke-5 dan ke-6, dan akan
difokuskan pada ketimpangan rasio kematian bayi dalam angka
kematian balita.
Mitra utama program kesehatan dan gizi: adalah Departemen
Kesehatan, direktorat, subdirektorat serta pusat-pusat penelitiannya
(Litbangkes and Puslitbang Gizi), Bappenas, Dinas-dinas kesehatan
provinsi dan kabupaten, LSM, dan PKK. Badan pemerintah lain
adalah Badan Keluarga Berencana Nasional, Badan Pusat Statistik,
Departemen Sosial, Departemen Pendidikan Nasional, Departemen
Dalam Negeri, Departemen Agama, Departemen Perindustrian dan
Perdagangan, Menteri Pemberdayaan Perempuan, dan Menkokesra,
serta Badan POM. Kemitraan dengan WHO, UNFPA, akan
ditingkatkan
melalui
inisitif
program-bersama.
Mitra
yang
mendukung pemerintah dalam pengembangan kebijakan adalah
WHO, UNFPA, WFP, bank bank pembangunan multi-lateral , badanbadan bilateral dan berbagai lembaga non-pemerintah internasional
lainnya. Proyek yang didanai secara multilateral dan bilateral akan
18 Masalah Kesehatan Masyarakat di Provinsi Sumatera Utara
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas beberapa hal yang dapat kami simpulkan
yaitu :
Masalah kesehatan masyarakat merupakan masalah yang sangat
penting dan perlu diperhatikan dengan baik
Masalah kesehatan masyarakat perlu ditangani dengan baik dan
diprogramkan dengan baik pula oleh pihak Pemerintah, mulai dari
Pemerintah Pusat, Provinsi, Kota maupun Daerah
Masalah kesehatan merupakan tanggung jawab bersama oleh
karena itu perlu dilakukan kemitraan dengan sektor lain dalam
pelaksanaan penanganannya.
Rencana kerja penanggulangan
masalah
gizi
akibat
bencana
diuraikan,
masalah
gizi
dapat
ditanggulangi
dengan
sebaikbaiknya.
B. SARAN
Diharapkan makalah ini bisa memerikan masukan bagi siapa saja
yang membacanya dan dapat memberikan sedikit pengerahuan dan
sentuhan sehingga dapat memberi dorongan dan motivasi kepada kita
untuk
membantu
dalam
menangan
masalah-masalah
kesehatan
masyarakat yang ada di negara kita pada umumnya dan daerah kita
sendiri pada khususnya, sehinga kami menyarankan agar teman-teman
membaca dan memahami isi makalah ini sehinga menjadi bekal dalam
menjalani kehidupan di masyarakat.