FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
REFERAT
DESEMBER 2012
TUMOR WILMS
DISUSUN OLEH
SRI MAHTUFA RISKI H.
(C 111 09 759)
PEMBIMBING:
dr. Wahyuni Jafar
SUPERVISOR :
dr. H. Hasanuddin, Sp. Rad (K) Onk. Rad
PENGUJI :
MAKASSAR
2012
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa :
Nama
NIM
: C 111 09 759
Penguji
Konsulen
Pembimbing
dr. Wahyuni
Jafar
Mengetahui
Ketua Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Daftar Isi
SAMPUL ........................................................................................................................................ I
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................................... II
DAFTAR ISI ............................................................................................................................... III
I. PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
II. EPIDEMIOLOGI .................................................................................................................... 2
III. ETIOLOGI ............................................................................................................................. 2
IV. ANATOMI DAN FISIOLOGI ............................................................................................. 3
V. HISTOPATOLOGI ................................................................................................................. 9
VI. DIAGNOSIS .........................................................................................................................11
1. GAMBARAN KLINIK .....................................................................................................11
2. GAMBARAN RADIOLOGIK .........................................................................................12
VII. DIFFERENSIAL DIAGNOSIS .......................................................................................17
VIII. TERAPI DAN DIAGNOSIS ...........................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................23
TUMOR WILMS
I.
PENDAHULUAN
Tumor Wilms merupakan tumor ginjal yang diperkenalkan pertama
kali oleh seorang ahli bedah Jerman, Carl Max Wilms abad 19 dalam suatu
studi penyakit. Tumor Wilms yang merupakan keganasan genitourianaria
paling sering terjadi pada anak-anak. Tumor ini merupakan 8% keganasan
pada anak-anak dan menduduki peringkat kelima dari tumor pada anak-anak
, setelah tumor pada sentral nervus sistem, limfoma, neuroblastoma dan soft
tissue sarcoma. Namun, tumor ini adalah salah satu kanker penyebab utama
kematian pada anak.
Sebelumnya banyak tumor ginjal pada anak yang dikategorikan
sebagai tumor Wilms. Namun, dalam beberapa tahun terakhir sudah banyak
tumor spesifik yang telah dikenali dengan entitas patologis yang berbeda.
Diagnosis dari lesi tersebut dapat dijelaskan dengan gambaran klinik yang
khas, seperti presentasi usia dan fitur imaging yang khas.7
Tumor Wilms yang adalah tumor embrional yang berasal dari jaringan
embrionik ginjal yang timbul dalam parenkim ginjal dan merupakan sisa-sisa
blastoma nefrogen (metanephros), biasanya sebagai fokus tunggal atau
kadang-kadang lebih satu area. Tumor ini dikelilingi oleh jaringan
pseudokapsul dan menekan sisa parenkim ginjal normal. 11,14,15
Wilms tumor dapat menembus kapsula renalis dan menyebar ke
kelenjar retroperitoneal dan jaringan sekitarnya (hepar atau diafragma).
Dapat pula menyebar melalui vena renalis ke vena cava inferior kemudian ke
atrium kanan. Dalam ginjal menyebar ke pelvis renis dan jaringan ke ureter
dan buli-buli (vesica urinaria). Metastase jauh adalah ke paru-paru, hati, otak,
dan organ lain. 11,8
II.
EPIDEMIOLOGI
Tumor Wilms merupakan abdominal malignancy yang umumnya
terjadi pada anak-anak dengan insiden 7,8 : 1.000.000 (umur <15 tahun)
anak per tahun. Puncaknya pada umur 2,5 sampai 3 tahun. Predileksi pada
ras tidak signifikan, jenis kelamin dengan perbandingan laki-laki dan
perempuan 1,2 : 1, familial 1% terkait orang tua atau saudara kandung.
Tumor Wilms bilateral mempunyai insiden 5-10%. Tumor ini
berkaitan
dengan
genitourinarius,
kelainan
khususnya
konginetal
cryptorchidism
lainnya
(2,8%
seperti
dari
anomali
kasus)
dan
III.
ETIOLOGI
Penyebab tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor genetik.
Tumor bisa tumbuh cukup besar, tetapi biasanya tetap berada dalam
kapsulnya. Tumor bisa menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Tumor Wilms bersifat kongenital. Satu persen dari tumor wilms
ditemukan familial dan diturunkan secara dominan autosomal. Onkogen
tumor wilms telah berlokasi pada kromosom 11 p13. Timbul dalam
parenkim ginjal, mungkin dari sisa-sisa blastoma nefrogen dan biasanya dari
fokus tunggal, kadang-kadang lebih dari 1 area.
Tumor Wilms dapat muncul dalam 3 gambaran klinik. Gambaran
klinik tersebut antara lain :
a)
Sporadic
b)
c)
Familial.
IV.
Pronephros
Menjelang masa gestasi 22 hari pada manusia, bagian pronephron
terlihat mengarah ke kranial dan mesoderm intermediate. Pada
bagian ini, sel epitel mengatur pertumbuhannya sendiri dalam
Mesonephros
Setiap duktus pronepric tumbuh mengarah bagian belakang embrio
danini merangsang pertumbuhan mesoderm intermediate didalam
area thoracolumbal menjadi tubulus mesonephric, setiap tubulus
mesonephric menerima suplai darah dari cabang aorta berakhir di
glomerolus yang merupakan nephron. Tubular mesonepric terbentuk
dari kapsul dibelakang kapiler yang memudahkan filtrasi darah.
Filtrasi ini melalui tubulus mesonephric dan dialirkan ke ductus
pronephric yang sekarang disebut duktus mesonephric. Nefrotome
dari pronefron yang berkembang ketika ductus mesonephric hampir
mencapai caudal dari embrio sampai mencapai kloaka.
Metanephros
Selama lima minggu masa gestasi, ductus mesonephric berkembang
menjadi kantong ureter. Yang juga disebut mesonephrogenic
diverticulum tumbuh ke posterior dan mengarah kebagian atas dari
embrio. Bagian kantong yang mengalami elongasi dari ureter yaitu
ductus metanephrotic yang akan membentuk ureter. Sebagai bagian
akhir mesoderm intermediet yang merupakan cabang yang saling
berhubungan untuk membentuk sistem saluran pengumpul dari
ginjal. ini juga akan membentuk kaliks mayor dan minor serta pelvis
renalis.
Bagian
yang
tidak
berdifferensiasi
dari
mesoderm
Beberapa struktur yang masuk atau keluar dari ginjal melalui hilus
adalah arteri dan vena renalis, saraf, pembulih limfatik, dan ureter serta
diliputi oleh suatu kapsula fibrosa tipis. Ginjal mempunyai dua daerah yang
berbeda yaitu korteks dibagian luar dan medulla dibagian dalam. Medulla
terbagi-bagi menjadi baji segitiga yang disebut piramid. Piramid-piramid
tersebut diselingi oleh bagian korteks yang disebut kolumna Bertini.
Piramid-piramid tersebut tampak bercorak karena tersusun dari segmensegmen tubulus dan duktus pengumpul nephron. Papilla (apeks) dari tiap
pyramid membentuk duktus Bellini yang terbentuk dari persatuan bagian
terminal dari banyak duktus pengumpul. Setiap duktus papilaris masuk ke
dalam suatu perluasan ujung pelvis ginjal berbentuk seperti cawan yang
disebut kaliks minor. Beberapa kaliks mayor yang selanjutnya bersatu
sehingga membentuk pelvis ginjal. Pelvis ginjal merupakan reservoir utama
system pengumpul ginjal. Ureter menghubungkan pelvis ginjal dengan vesica
urinaria. Dinding kaliks, pelvis dan ureter mengandung otot polos yang dapat
berkontraksi secara berirama dan membantu mendorong urine melalui
saluran kemih dengan gerakan peristaltik.9
Ginjal mendapat suplai darah dari arteri renalis yang berasal dari
aorta abdominalis setinggi vertebra lumbalis II. Aorta terletak di sebelah kiri
garis tengah sehingga arteri renalis kanan lebih panjang dari arteri renalis
kiri. Vena renalis menyalurkan darah dari masing-masing ginjal kedalam
vena cava inferior yang terletak di sebelah kanan dari garis tengah.
Akibatnya vena renalis kiri kira-kira dua kali lebih panjang dari vena renalis
kanan. Saat arteri renalis masuk kedalam hilus, arteri tersebut bercabang
menjadi arteri interlobaris yang berjalan di antara pyramid, selanjutnya
membentuk arteriola afferent. Masing-masing arteriol afferent akan
menyuplai darah ke rumpai-rumpai kapiler yang disebut glomerulus. Kapiler
glomeruli bersatu membentuk arteriol efferent yang kemudian bercabangcabang membentuk system jaringan portal yang mengelilingi tubulus dan
kadang-kadang disebut kapiler peritubuler. Sirkulasi ginjal tidak seperti
biasa yang terbagi menjadi dua bantalan kapiler yang terpisah, tapi bantalan
glomerulus dan bantalan kapiler peritubuler terbentuk menjadi rangkaian
sehingga semua darah ginjal melewati keduanya. Tekanan dalam bantalan
kapiler pertama (tempat terjadinya filtrasi) adalah lebih tinggi (40 hingga 50
mmHg), sedangkan tekanan dalam kapiler peritubular (tempat reabsorbsi
tubular kembali ke sirkulasi) adalah rendah (5 hingga 10 mmHg) dan
menyerupai kapiler di tempat lain dalam tubuh. Darah yang melewati
jaringan portal ini mengalir ke jaringan vena interlobular, arkuata, interlobar,
dan vena ginjal untuk mencapai vena cava inferior.9
10
menahan
sebanyak
mungkin
air
dan
urin
menjadi
sangat
11
terkonsentrasi. Ketika kecukupan air dalam tubuh, urin adalah jauh lebih
encer, dan urin menjadi bening. Sistem ini dikontrol oleh renin, suatu
hormon yang diproduksi dalam ginjal yang merupakan sebagian daripada
sistem regulasi cairan dan tekanan darah tubuh.
V.
HISTOPATOLOGI
Karakteristik histopatologi tumor Wilms yaitu terjadi proliferasi sel
12
A
.
B
.
Gambar 3,4 :
Wilms tumor pada anak laki-laki 4 tahun-.
A. Spesimen potongan besar mengungkapkan pseudocapsule dan septa membagi
permukaan tumor Wilms (W) dari ginjal (K).
B. Spesimen histologi menunjukkan "trifasik" pola stroma (S), blastemal (B), dan
(panah) tubular elemen.
Dikutip dari kepustakaan No. 7
Gambar 5:
Spesimen bruto menunjukkan permukaan berdaging, yang pada mikroskop
mengungkapkan jaringan heterolog dengan diferensiasi otot rangka.
Dikutip dari kepustakaan No. 7
VI.
DIAGNOSIS
13
a) GAMBARAN KLINIK
Pada pasien dapat ditemukan tanda dan gejala sebagai berikut:
Perut membesar
Nyeri perut
malaise
demam
konstipasi
Stadium I
Tumor terbatas di dalam jaringan ginjal tanpa menembus
kapsul. Tumor ini dapat direseksi dengan lengkap.
Stadium II
Tumor menembus kapsul dan meluas masuk ke dalam
jaringan ginjal dan sekitar ginjal yaitu jaringan perirenal, hilus
renalis, vena renalis dan kelenjar limfe paraaorta. Tumor masih
dapat direseksi dengan lengkap.
Stadium III
14
Tumor
menyebar
ke
rongga
abdomen
Stadium IV
Tumor menyebar secara hematogen ke rongga abdomen,
paru-paru, otak, dan tulang.
Stadium V
Tumor menyebar ke ginjal sebelah. (tumor bilateral)
Tingkatan penyebaran tumor Wilms secara klinik dicatat
1.
Foto konvensional .
Khususnya IVP merupakan diagnostik awal untuk
menentukan adanya massa pada ginjal, akan tetapi telah
digantikan oleh diagnosis dengan modalitas yang lebih noninvasif. Foto
mengevaluasi
thoraks
ada
merupakan
tidaknya
pemeriksaan
metastasis
ke
untuk
paru-
15
Gambar 6, 7.
Radiografi konvensional abdomen. A. menunjukkan massa yang besar di
sebelah kanan atas menggusur usus loop ke dalam panggul dan seberang
garis tengah (panah biru). B. perpindahan loop usus ke bagian
midabdomen oleh massa pada sayap bilateral.
Dikutip dari kepustakaan No. 3
Gambar 8
X-ray thorax ini menunjukkan beberapa metastasis
paru dari tumor Wilms (panah merah menunjuk ke
nodul yang sangat besar).
Dikutip dari kepustakaan No. 3
16
2. Ultrasonografi.
Sedang
dilakukan
pertimbangan
sebagai
pilihan
Gambaran 9
Potongan sagital statis yang diperoleh melalui ginjal kanan lebih
rendah menunjukkan massa, besar didominasi hyperechoic, yang
terletak di bagian posteroinferior dari ginjal dan berisi bidang
echotexture heterogen
Dikutip dari kepustakaan No. 11
Gambar 10
Gambaran Wilms tumor pada seorang gadis 10 tahun. USG transversa
mengungkapkan trombus tumor pada pertemuan vena hepatik (panah).
Dikutip dari kepustakaan No. 2
17
3. CT-Scan.
Tomografi komputasi (CT) memberi beberapa keuntungan
dalam mengevaluasi tumor Wilms. Ini meliputi konfirmasi
mengenai
asal
tumor
intrarenal,
yang
biasanya
perluasan
tumor,
termasuk
keterlibatan
A
.
B
.
Gambar 11, 12
(A) CT scan potongan koronal dan sagittal. Menunjukkan massa heterogen
yang besar yang timbul dari ginjal kanan (panah putih). Sekerat yang sedikit
pada ginjal kanan terlihat untuk menonjol (panah kuning). (B) Gambaran CT
scan aksial menunjukkan, tumor Wilms heterogen yang besar menggeser hati
pusat nekrotik tumor.
Dikutip dari kepustakaan No. 15
18
Gambar 13
CT scan di bawah ini menunjukkan nodul paru kecil (# 1) di dasar paru-paru.
Nodul ini merupakan metastasis dari tumor Wilms yang hanya bisa dideteksi
oleh CT scan.
Dikutip dari kepustakaan No.12
4. Magnetic resonance imaging (MRI).
MRI dapat menunjukkan informasi penting untuk menentukan
perluasan tumor di dalam vena cava inferior termasuk perluasan ke
daerah intarkardial. 16
C
C
19
Gambar 14,15,16
T2- MRI abdomen potongan koronal. A. terlihat kompleks massa ginjal yang
tepat terdiri dari komponen padat dan kistik. Komponen infrarenal dari IVC
(hitam panah) naik ke sisi kiri aorta. B, ini bergabung dengan vena ginjal
kiri, yang kemudian melintasi aorta ke kanan dan terus ke atas sebagai IVC
suprarenal normal tetapi pengungsi.
C. T2- MRI perut potongan aksial. Ini menunjukkan IVC (hitam panah)
berada di sebelah kiri aorta (A).
Dikutip dari kepustakaan No. 16
fenomena
dropping
lily.
Pemeriksaan
laboratorium
20
Gambar 17(a),18(b)
Gambar ini menunjukkan neuroblastoma
Dikutip dari kepustakaan no. 6
merupakan
adenocarcinoma
dengan
renal
tubular
kistik.
Distorsi
dari
arsitektur
normal
ginjal
dan
21
22
bahwa
kemoterapi
dengan
vinkristin
(Oncovin)
dan
Kekambuhan
menyebabkan
prognosis
buruk,
meskipun
24
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Agrons GA. From the Archives of the AFIP. RSNA
2. Aquisto TM. Best cases from the AFIP. Chicago : RSNA
3. http://www.Learningradiology.com/wilmstumor diaskes tanggal
5/12/2012
4. Lonergan GJ. From the Archives of the AFIP. Spain : RSNA.
5. Lowe;Cohen. RadioGraphics. CT in Wilms tumor and neuroblastoma.
6. Lowe LH. Pediatric Kidney Cancer. Kansas
7. Lowe LH; Isuani BH. Pediatric Renal Masses: Wilms Tumor and
Beyond. Canada : Scientific Exhibit
8. Nelson WE. Textbook of Pediatrics Ed. 18. Philadelphia: Saunder
Elsevier
9. Price SA. Patofisiologi Ed. 6. EGC : Jakarta. 2002.
10. Purnomo BB. Dasar-dasar urologi edisi kedua. Jakarta : Sagung Seto
11. Rasad S. Radiologi Diagnostik Edisi Ke-2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
12. Sadler TW. Langmans medical embryology Ed. 8.
13. Sjamsuhidajat R. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta. 1997
14. Sutton D. Radiology and Imaging Vol. 2. London: Churchill livingstone
15. Yildiz I; Yuksel L, etc. Meltidiciplinary Approach to Wilms Tumor: 18
Years of Expirience. Japanese journal of Clinical Oncology. Diakses
tanggal 5/12/2012
16. www.pedsoncologyeducation.com/wilmstumor_radiology.asp diakses
tanggal 5/12/2012
26