Anda di halaman 1dari 17

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN

PENCEMARAN LINGKUNGAN YANG DISEBABKAN


OLEH RUMAH SAKIT TIARA SELLA

DISUSUN OLEH:
AFNI RASITAH PUTRI (B1A013073)
AMRUN ZAUKI (B1A013074)
LANA NURJANAH(B1A013093)
VIKE DIANTI PUTRI(B1A013088)

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BENGKULU


2014

KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis ucapkan syukur kepada Allah SWT, yang atas
rahmat-Nya dan KaruniaNya lahsehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
Hukum Administrasi ini.
Dalam pembuatan tugas ini,penulis merasa masih banyak kekurangankekurangan penulisan maupun materi yang ada ditugas ini, mengingat akan
kemampuan yang penulis miliki masih terbatas . Untuk itu kritik dan saran
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan tugas Hukum
Administrasi ini.
Dalam penulisan laporan kegiatan ini penulismengucapkan terimakasih
kepada

pihak-pihak

yang

telah

membantu

dan

mendukung

menyelesaikan tugas ini.

Bengkulu, Nopember 2014

dalam

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan karunia Tuhan YME
yang diberikan kepada seluruh umat manusia tanpa terkecuali.Karenanya
hak untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat adalah sama
bagi semua manusia bahkan mahluk hidup yang ada didunia.Dibalik
kesamaan hak tersebut,tentunya adalah kewajiban semua manusia juga
untuk menjaga dan melestarikan fungsi lingkungan hidup ini.Kewajiban disini
menjurus kepada semua tindakan,usaha,dan kegiatan yang dilakukan oleh
manusia baik secara individu maupun secara berkelompok guna menjaga
dan melestarikan lingkungan hidup.Hal ini perlu dan wajib untuk
dilaksanakan karena kondisi lingkungan hidup dari hari ke hari semakin
menunjukkan penurunan kualitas yang cukup signifikan.
Seperti halnya yang terjadi di Provinsi Bengkulu. Bahwa menurut hasil
uji sampel, patut diduga terjadi pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh
Rumah Sakit (RS) Tiara Sella- Bengkulu. Dugaan pencemaran lingkungan
oleh RS. Tiara Sella- Bengkulu, sangat dirasakan oleh keluarga H. Anas
Kassad. Kemudian dari hasil uji laboratorium Kimia FMIPA Universitas
Bengkulu, ternyata limbah RS. Tiara Sella telah melampaui Baku Mutu
sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Permenkes (Peraturan Menteri
3

Kesehatan) No. 492/ Per/IV/ 2010, parameter yang telah melewati : pH 5.5,
Berbau seperti obat, Kesahan total 1.027,66 mg/l, Nitrit 20,25 mg/l, COD
279,976 mg/l, BOD 181,984 mg/l, Phenol 6,9014 mg/l.
Pengelolaan lingkungan hidup harus diselenggarakan dengan
penggunaan asas tanggung jawab negara, asas berkelanjutan, dan asas
manfaat. Asas Tanggung Jawab Negara mensyaratkan, bahwa di satu sisi
negara menjamin pemanfaatan sumber daya alam akan memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan mutu hidup rakyat,
baik generasi masa kini maupun generasi masa depan. Asas bekelanjutan
mengandung makna setiap orang memikul kewajibannya dan tanggung
jawab terhadap generasi mendatang, dan terhadap sesamanya dalam satu
generasi.
Pengelolaan lingkungan hidup bertujuan untuk mewujudkan pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat
Indonesia seluruhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengelolaan limbah yang dilakukan Rumah Sakit Tiara Sella
kota Bengkulu ?
2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap korban pencemaran
lingkungan yang dilakukan oleh Rumah Sakit Tiara Sella ?

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengelolaan limbah yang dilakukan Rumah Sakit Tiara Sella kota


Bengkulu
Air limbah yang berasal dari limbah rumah sakit merupakan salah satu
sumber pencemaran air yang sangat potensial. Hal ini disebabkan karena air
limbah rumah sakit mengandung senyawa organik yang cukup tinggi juga
kemungkinan mengandung senyawa-senyawa kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat menyebabkan penyakit terhadap masyarakat
di sekitarnya. Oleh karena potensi dampak air limbah rumah sakit terhadap
kesehatan masyarakat sangat besar. Dikarenakan RS. Tiara Sella tidak bisa
mengelola limbah dengan baik, maka masyarakat disekitar lingkungan
rumah sakit merasakan :
a. Warga merasakan gatal di sekujur tubuh ketika bersentuhan dengan
air sumur.
b. Saat rumah sakit masih klinik, air sumur bersih dan jernih, namun baru
satu tahun jadi rumah sakit dan ada limbahnya, maka timbulah
penyakit gatal-gatal
Selanjutnya, laboratorium Universitas Bengkulu melakukan penelitian.
Hasilnya menunjukkan telah terjadi pencemaran.

c. Hasil uji laboratorium Kimia FMIPA Universitas Bengkulu, ternyata


limbah RS. Tiara Sella telah melampaui baku mutu

d. Dinding kamar Warga yang bersebelahan dengan parkiran


mengakibatkan kebisingan sehingga mengganggu kenyamanan warga.
Pelanggaran yang dilakukan Rumah Sakit Tiara Sella dalam UU No. 32
Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
Rumah sakit merupakan fasilitas sosial yang tak mungkin dipisahkan
dengan masyarakat dan keberadaannya sangat diharapkan oleh masyarakat
karena sebagai manusia tentu menginginkan agar kesehatan tetap terjaga,
Oleh karena itu, apabila terjadi penurunan fungsi lingkungan hidup akibat
perusakan

dan/atau

pencemaran

lingkungan

hidup,

maka

serangkain

kegiatan penegakan hukum (law enforcement) harus dilakukan.


Dalam penataan dan penegakan hukum lingkungan, unsur kepastian,
unsur kemanfaatan ,dan unsur keadilan harus dikompromikan, ketiganya
harus mendapat perhatian secara proporsional. Sehingga lingkungan yang
tercemar dapat dipulihkan kembali.[1]
Upaya pemulihan lingkungan hidup dapat dipenuhi dalam kerangka
penanganan sengketa lingkungan melalui penegakkan hukum lingkungan.
Penegakan hukum lingkungan merupakan bagian dari siklus pengaturan
(regulatory

chain)

perencanaan

kebijakan

(policy

planning)

tentang

lingkungan. Penegakan hukum lingkungan di Indonesia mencakup penataan


dan penindakan (compliance and enforcement) yang meliputi bidang hukum
administrasi negara, bidang hukum perdata dan bidang hukum pidana.

Sebelum kita membahas lebih jauh tentang penegakan hukum


lingkungan terlebih dahulu kita harus mengetahui definisi dari lingkungan
hidup sendiri menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 adalah kesatuan
ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,termasuk
manusia

dan

perilakunya,

yang

mempengaruhi

alam

itu

sendiri,

kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk


hidup lain.[2] Selanjutnya kita akan membahas definsi dari pencemaran.
Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan

Lingkungan

Hidup

Pencemaran

adalah masuk

atau

dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke


dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku
mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.[3]
Makna dari perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah
upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian,
pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.Namun dewasa ini masih
saja terdapat beberapa pihak yang melakukan pencemaran lingkungan
hidup, salah satunya yang dilakukan oleh Rumah Sakit Tiara Sella di
Bengkulu. Pencemaran tersebut telah melanggar

ketentuan dalam Pasal 69

1Sudikno,Mertokusumo,Mengenal Hukum(Suatu Pengantar),Liberty, Yogyakarta,1998,hlm.


134-1352Lihat, Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.

ayat (1) UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup, yang mana setiap orang dilarang untuk
a.

melakukan

perbuatan

yang

mengakibatkan

pencemaran

dan/atau

perusakan lingkungan hidup;


b.

memasukkan B3 yang dilarang menurut peraturan perundang-undangan ke


dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;

c.

memasukkan limbah yang berasal dari luar wilayah Negara Kesatuan


Republik Indonesia ke media lingkungan hidup Negara Kesatuan Republik
Indonesia;

d.

memasukkan limbah B3 ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik


Indonesia;

e.

membuang limbah ke media lingkungan hidup;

f.

membuang B3 dan limbah B3 ke media lingkungan hidup;

g.

melepaskan produk rekayasa genetik ke media lingkungan hidup yang


bertentangan dengan peraturan perundang-undangan atau izin lingkungan;

h.

melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar;

3 Lihat, Pasal 1 angka 14 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
4. Lihat Pasal 69 Undang Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup

i.

menyusun amdal tanpa memiliki sertifikat kompetensi penyusun amdal;


dan/atau

j.

memberikan informasi palsu, menyesatkan, menghilangkan informasi,


merusak informasi, atau memberikan keterangan yang tidak benar.
Dapat disimpulkan bahwa rumah sakit tiara sella telah melanggar
beberapa ketentuan dalam pasal 69 UU No. 32 Tahun 2009. Maka pihak dari
rumah sakit tiara sella harus melakukan penanggulangan dan pemulihan
terhadap lingkungan yang sudah tercemar oleh limbah pabrik tersebut.
Sebagaimana yang diatur dalam pasal 53
U2U No. 32 Tahun 2009, setiap orang yang melakukan pencemaran lingungan
hidup wajib melakukan penanggulangan lingkungan hidup yang dilakukan
dengan:

a.

pemberian

informasi

peringatan

pencemaran

dan/atau

kerusakan

lingkungan hidup kepada masyarakat;


b.

pengisolasian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;

c.

penghentian sumber pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;


dan/atau

d.

cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan


teknologi.

2[5] Lihat, pasal 54 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkunagan Hidup

10

Apabila tahap penanggulangan lingkungan hidup telah dilaksanakan


maka pihak yang mengakibatkan pencemaran lingkungan hidup wajib untuk
melakukan pemulihan lingkungan hidup sebagaimana yang diatur dalam
pasal 54 UU No. 32 Tahun 2009, dilakukan dengan tahapan:[5]
a. penghentian sumber pencemaran dan pembersihan unsur pencemar;
b. remediasi;
c. rehabilitasi;
d. restorasi; dan/atau
e. cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

Untuk mencegah pencemaran lingkungan hidup maka dibutuhkanlah


pengelolaan limbah yang baik dan benar, pengelolaan limbah diatur dalam
pasal 59 UU No. 32 Tahun 2009 mengenai pengelolaan limbah bahan
berbahaya dan beracun, yang dilakukan dengan:
a.

Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengelolaan


limbah B3 yang dihasilkannya.

b.

Dalam hal B3 (bahan,Beracun dan Berbahaya) sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 58 ayat (1) telah kedaluwarsa, pengelolaannya mengikuti
ketentuan pengelolaan limbah B3.

c.

Dalam hal setiap orang tidak mampu melakukan sendiri pengelolaan


limbah B3, pengelolaannya diserahkan kepada pihak lain.

11

d.

Pengelolaan limbah B3 wajib mendapat izin dari Menteri, gubernur, atau


bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

e.

Menteri, gubernur, atau bupati/walikota wajib mencantumkan persyaratan


lingkungan hidup yang harus dipenuhi dan kewajiban yang harus dipatuhi
pengelola limbah B3 dalam izin.

f.

Keputusan pemberian izin wajib diumumkan.

g.

Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan limbah B3 diatur dalam


Peraturan Pemerintah.

2. Perlindungan hukum terhadap korban pencemaran lingkungan


yang dilakukan oleh Rumah Sakit Tiara Sella
Sarana

administrasi

dapat

bersifat

preventif

dan

bertujuan

menegakkan peraturan perundang-undangan lingkungan. Penegakan hukum


dapat

diterapkan

terhadap

kegiatan

yang

menyangkut

persyaratan

perizinan, baku mutu lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan (RKL),


dan sebagainya. Disamping pembinaan berupa petunjuk dan panduan serta
pengawasan administratif, kepada pengusaha di bidang industri, hendaknya
juga ditanamkan manfaat konsep Pollution Prevention Pays dalam proses
produksinya.
Annas Kassad telah melakukan musyawarah dengan pihak RS. Namun
tidak mendapat tanggapan, lalu meminta laboratorium Universitas Bengkulu
melakukan penelitian. Hasilnya menunjukkan telah terjadi pencemaran.

12

Warga pun melakukan konsultasi dengan DPRD, wali kota, dan kepolisian,
namun tak mendapatkan hasil yang memuaskan. Dan Annas Kassad
menggugat Rs. Tiara Sella ke PTUN Bengkulu namun gugatan tersebut
ditolak. Annas pun mengajukan banding ke PTTUN Medan
. Berdasarkan putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Medan
Nomor:66/B/2013/PT.TUN-MDN
Menimbang, bahwa untuk menilai ada atau tidaknya kepentingan Penggugat/
Pembanding mengajukan gugatan aquo harus diuji berdasarkan ketentuan
Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 yang menyebutkan;
Orang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya
dirugikan oleh suatu keputusan tata usaha negara dapat
mengajukan

gugatan

tertulis

kepada

pengadilan

yang

berwenang yang berisi tuntutan agar keputusan tata usaha


negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak
sah, dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan/atau
direhabilitasi ;
BadanPelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) kota Bengkulubelumpernah
menerima

rekomendasi

perizinan

terkait

penerbitan

Izin

Operasional

Sementara Rumah Sakit Tiara Sella ( vide bukti P-2), Hasil RapatTanggapan
Pihak Menimbang,bahwa memperhatikan alat bukti surat berupa;Kliping
Koran Radar Bengkulu, tanggal 19 Juli 2012, yang pada pada pokoknya
menyatakan :

13

Rumah Sakit Tiara Sella atas Pengaduan Saudara H. Anas Kassad di ruang
kerja Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu, tanggal 25 Oktober
2011, yang pada pokoknya menyatakan;
1. Pihak Rumah Sakit Tiara Sella bersedia membuat sumur bor untuk saudara
H.Anas Kassad,
2. Ruang IGD Rumah Sakit Tiara Sella yang berbatasan dengan tempat usaha
saudara H.Anas Kassad akan dibuat tembok yang tebal dan kedap suara,
3. Pihak Rumah Sakit Tiara Sella bersedia menukar pintu masuk difungsikan
menjadi pintu keluar dan pintu keluar difungsikan menjadi pintu masuk dari
dan untuk kenderaan parkir
4. Pihak Rumah Sakit Tiara Sella bersedia melakukan uji laboratorium
terhadap beberapa pohon yang mati milik saudara H. Anas Kassad,
5. Pihak Rumah Sakit Tiara Sella bersedia membuat IPAL dan berjanji pada
awal 2012 sudah berfungsi,
6. Pihak Rumah Sakit Tiara Sella bersedia membiayai pembuatan pembatas
jalan parkir usaha saudara H. Anas Kassad

14

BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Penataan hukum lingkungan di Indonesia khususnya dalam hal
penegakannya masih belum efektif terbukti dengan adanya pembuangan
limbah yang dilakukan oleh Rumah Sakit Tiara Sella yang mengakibatkan
tercemarnya air yang berada di lingkungan sekitar rumah sakit yang
menimbulkan keresahan warga sekitar. Padahal air merupakan hal yang
sangat penting dalam menunjang kehidupan manusia.

Rumah sakit yang baik adalah rumah sakit yang telah memisahkan antara
sampah medis dengan sampah nonmedis.
15

B.Saran
RS tiara sella tidak harus ditutup meskipun putusan PT TUN Medan
mengatakan dokumen izin operasional sementara RS Tiara sella adalah
ilegal, pasalnya RS ini telah banyak membantu warga dalam pelayanan
kesehatan di kota Bengkulu .Hanya saja lokasi RSTS sudah tidak layak lagi ,
sehingga seharusnya RSTS dipindahkan ke lokasi lain .

16

Daftar pustaka
1.Muhamad Erwin, Hukum Lingkungan : Dalam Sistem Kebijaksanaan Pembangunan
Lingkungan Hidup, Cetakan ketiga, Bandung, PT. Refika Aditama, 2011
2.Sudikno, Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty, Yogyakarta, 1988
Undang-Undang:
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkunagan
Hidup.
WEB: www.detik.com (rumah sakit tiara sella di Bengkulu cemarkan lingkungan)

17

Anda mungkin juga menyukai