Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1.
2.
Menghindari kegagalan/kerusakan yang sama dimasa yang akan datang
dengan melakukan langkah-langkah penanggulangan
3.
4.
5.
Kegiatan Analisis kegagalan seringkali harus dilakukan oleh berbagai ahli dari
berbagai disiplin ilmu yang bekerja sama sesuai dengan prosedur/tahapan yang
telah ditetapkan. Adapun tahapan/langkah utama dalam melakukan Analisis
kegagalan adalah sebagai berikut :
1.
2.
4.
5.
6.
Melakukan analisis mendalam dan komprehensif terhadap informasi/data
yang telah diperoleh
7.
8.
2.
3.
4.
5.
Kesalahan operasional
6.
Secara umum komponen dapat dikatakan gagal apabila masuk dalam kriteria
sebagai berikut:
1.
Komponen tidak dapat beroperasi atau tidak dapat digunakan sama sekali
2.
Komponen dapat digunakan tetapi umur pakainya terbatas (tidak sesuai
dengan umur pakai yang dikehendaki)
3.
2.
3.
4.
5.
Penggetasan (Embrittlement)
6.
lelah ini telah jauh, sehingga luas penampang yang tersisa tidak lagi mampu
mendukung beban, maka komponen akan patah. Peristiwa patah tahap akhir ini
disebut patah akhir (Final fracture). Modus patahan pada tahap tersebut adalah
patah statik, yaitu karena tegangan yang bekerja pada penampang yang tersisa
sudah melampaui kekuatan tarik material.
Penggetasan (Embrittlement)
Peristiwa penggetasan ini dapat terjadi pada material yang peka terhadap
penggetasan hidrogen. Atom-atom hidrogen yang larut interstisi dapat bertemu dan
berkumpul membentuk molekul gas hidrogen, sehingga mengakibatkan material
menjadi patah karena tidak tersedianya ruang yang cukup untuk gas tersebut, yang
akhirnya gas yang bertekanan tinggi akan mendesak material menjadi patah.
Masuknya hidrogen ke dalam material ini biasanya terjadi pada proses pengerjaan,
misalnya pada proses pengelasan dan electroplating atau pada operasi di
lingkungan yang banyak hidrogennya.
Fig. 1 Tensile test fracture surface of a high-purity, coarse-grained Al-4.2 Cu alloy with (a) IG
facets at low magnification (10) and (b) uniform dimples on one facet at higher magnification
b. Perpatahan getas (cleavage rupture).
Ciri-ciri: tidak ada deformasi plastis, permukaan terang dan kristalin, permukaan
patahan utama dan ada chevron marks atau hearing bone marks.
Ciri-ciri: deformasi plastis sedikit sekali atau hampir tidak ada, perpatahannya progrsif (berawal
dari retak halus yang merambat akibat beban berfluktuatif) dan ada beach marks (deformasi plastis
di ujung retakan) atau rachet marks ( permukaan).
Tahapan perpatahan: inisiasi, perambatan, kemudian patahan akhir.
Fig. 3 Fracture planes that are 45 to the direction of loading. (a) Single-shear plane. (b)
Double-shear plane
d. Perpatahan dekohesif (decohesive rupture)
Perpatahan jenis ini diakibatkan oleh terjadinya pelemahan ikatan pada material, baik sepanjang
batas butir atau memotong batas butir. Pelemahan ini dapat terjadi akibat terdapatnya inklusi,
endapan, void atau bahkan hidrogen.
Jelaskan perbedaan klasifikasi inter & trans-crystalline.
Secara umum, perpatahan transkristalin merupakan perpatahan yang merambat memotong butir.
Sedangan perpatahan interkristalin merupakan perpatahan yang merambat sepanjang batas butir,
akibat terjadinya pelemahan pada batas butir, missal terbentuknya endapan yang getas.
Berdasarkan jenis perpatahannya, perpatahan transkristalin dibagi menjadi:
Perpatahan ulet, terjadi akibat terbentuknya mikrovoid
Karakteristik utama fatik pada tahap propagasi, dimana retak merambat dan meninggalkan
tonjolan (ridge, striation) pada permukaan.
Berukuran kecil dan hanya tampak dengan SEM/TEM
Akibat perambatan retak akibat sekali pembebanan (siklus).
Beach marks:
Merupakan deformasi plastis di ujung retakan
Berukuran cukup besar dan dapat diamati dengan kasat mata
Aspek penyebab: lokasi posisi front retak setelah terhenti.
Beachmarks terdiri dari beberapa striasi.
Jelaskan mekanisme tahapan perpatahan akibat fatik berikut gambar.
Perpatahan fatik terdiri dari 3 tahap, yaitu:
a. Inisiasi retak: pada tahapan ini, terjadi inisiasi retak. Inisiasi retak umum terjadi pada permukaan
material, akibat adanya konsentrasi tegangan, cacat, ketidaksempurnaan permukaan, dll.
b. Perambatan retak: pada tahapan ini, retak yang terjadi pada permukaan akan merambat ke arah
dalam akibat pembebanan fluktuatif. Seberapa cepat perambatan retak tergantung kepada besarnya
pembebanan. Perambatan retak akan menghasilkan beachmarks dan striasi pada permukaan
patahan.
c. Patahan akhir: pada tahapan ini, permukaan material sudah tidak mampu lagi menahan
pembebanan sehingga permukaan material akan patah. Umumnya permukaan patahan yang
dihasilkan pada tahap patahan akhir adalah patahan getas.
Ciri Patah Ulet, Patah Getas, dan DBT (Ductile to Brittle Tension)
1. Patah Ulet
Patah ulet adalah patah akibat deformasi berlebih, elastis atau plastis, terkoyak
atau patah geser (tearing or shear fracture)
ciri patah ulet :
2. Patah Getas
ciri patah getas:
Patah getas dapat mengikuti batas butir ataupun memotong butir. Bila bidang
patahannya mengikuti batas butir, maka disebut patah getas intergranular,
sedangkan bila patahannya memotong butir maka disebut patah getas
transgranular.
3.DBT (Ductile to Brittle Tension)
Beberapa bahan tiba-tiba menjadi getas dan patah karena perubahan temperatur
dan laju reaksi, walaupun pada dasarnya logam tersebut ulet. Gejala ini disebut
transisi ulet-getas, yang merupakan hal penting ditinjau dari penggunaan praktis
bahan. Bahan yang dapat memberikan patahan getas adalah bcc seperti Fe, W, Mo,
Nb, Ta, dan logam hcp seperti Znserta paduannya, sedangkan fcc tidak bisa sama
sekali. gejala ini juga mudah terjadi pada plastik.
faktor faktor penyebab DBT (Ductile to Brittle Tension):