PENDAHULUAN
antara lain; Kristen, Islam, Hindu, Sikh, Jain. Perbedaan keyakinan di India
menjadi hal paling sensitif dalam kehidupan bermasyarakat warganya, apalagi
ketika berbicara tentang peluang asimilasi yang berdasarkan latar belakang yang
berbeda. Rasa skeptis tersebut cukup beralasan mengingat pengalaman masa lalu
tentang konflik dan perpecahan yang terjadi hanya dikarenakan adanya perbedaan
berdasarkan suku dan kepercayaan terhadap Tuhan. Alasan inilah yang cukup
membekas dan cenderung memberikan efek trauma terhadap setiap warga negara
India.
Identifikasi terhadap kepercayaan yang dianut oleh warga India dapat
dilihat dari nama, pakaian, aksesoris, penampilan, dan tanda tanda lain yang
menjadi penanda akan kepercayaan yang dianut. Tentunya, agak sulit bila kita
sebagai orang yang baru mendatangi negara India ataupun berkenalan dengan
warga negaranya untuk mengidentifikasi apa kepercayaan yang dianut seseorang
apabila orang tersebut tidak memakai media maupun symbol agama yang melekat
ditubuhnya. Hal-hal tentang perspektif masyarakat India terhadap perbedaan,
sistem serta kritikan terhadap isu-isu sentral lainnya yang terjadi di India diatas
yang coba dijelaskan melalui sebuah karya sastra yang berwujud film. Film
menjadi cara ampuh dizaman modern ini mengaspirasikan pendapat maupun
kritikan yang dikemas dengan cara hiburan demi mendapat apresiasi serta
perhatian dari berbagai lapisan masyarakat yang menikmatinya. Terlebih bagi
India, salah satu negara industry film terbesar di Asia bahkan di dunia dengan
Bollywood-nya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti dalam penelitian ini
merumuskan masalah sebagai berikut:
1.Apa saja isu yang coba diangkat dalam kehidupan masyarakat India yang coba
digambarkan penulis cerita pada film Peekay (PK) ?
2.Apa saja pesan kritik sosial yang coba disampaikan oleh penulis cerita dalam
film Peekay (PK) ?
b. Kegunaan Praktis
yang sering coba dikemas dalam suatu media hiburan salah satunya
melalui film.
D. Kerangka Konseptual
Film merupakan salah satu media komunikasi massa. Dikatakan sebagai
media
komunikasi
massa
karena
merupakan
bentuk
komunikasi
yang
Film sebagai salah satu bagian dari komunikasi massa selalu merupakan
potret masyarakat dimana film itu dibuat. Film selalu merekam realitas yang
tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, dan kemudian memproyeksikan ke
atas layar (Irwanto dalam Sobur, 2006:127).
Dalam sebuah film, tentunya tidak bisa lepas dengan yang namanya
bahasa. Bahasa adalah media dalam berkomunikasi. Bahasa juga mencerminkan
kebudayaan suatu bangsa. Sebagai suatu unsur yang dinamik, bahasa senantiasa
dianalisis serta dikaji dengan menggunakan berbagai pendekatan untuk
mengkajinya. Pendekatan yang digunakan untuk mengkaji bahasa biasanya ialah
pendekatan makna. Filsafat Bahasa merupakan salah satu bidang yang
mempelajari tentang makna. Makna adalah bagian yang tak terpisahkan dari
semantik dan selalu melekat dari apa saja yang kita tuturkan. Ferdinand de
Saussure, seorang ahli bahasa dari Swiss mengungkapkan bahwa tanda-tanda
(atau didalam konteks Saussure adalah kata-kata) memiliki keterkaitan dengan
tanda-tanda lain yang memiliki makna masing-masing. Pengertian makna sendiri
adalah sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu
tanda linguistik. Dengan kata lain, makna merupakan istilah yang paling ambigu
dan kontroversial dalam teori bahasa.
Terdapat
teori-teori
yang
terkait
yang
menjelaskan
perbedaan
10
11
proses. Sementara itu makna konotatif dari sebuah film adalah sebuah makna
yang tidak terlihat. Makna-makna yang hadir adalah makna secara implisit atau
sebuah makna tersembunyi dari apa yang tampak secara nyata dalam film
tersebut. Proses interpretasi makna konotasi ini senantiasa berkaitan dengan
subjektifitas individu yang melakukan pemaknaan. Hasil pemaknaan tersebut akan
berhubungan dengan latar belakang sosial dari individu tersebut. Oleh sebab itu
bisa jadi sebuah tanda yang sama akan dimaknai secara berbeda oleh individu
dengan latar belakang sosial yang berbeda. Makna denotatif lebih menekankan
pada kedalaman untuk menceritakan kembali isi film. Makna yang lahir secara
denotatif tersebut tidak boleh terlepas atau keluar dari apa yang tampak secara
nyata pada rangkaian film secara keseluruhan.
Adapun tentang pemaknaan sebuah film tidak bisa dilepaskan dari
hubungan struktural tanda dan makna atau sistem pengorganisasian tanda yaitu;
Paradigmatik, yaitu sekumpulan data yang dari dalamnya dipilih satu untuk
digunakan. Dalam semiotik, paradigmatik digunakan untuk mencari oposisioposisi (simbol-simbol) yang ditemukan dalam teks (tanda) yang dapat membantu
memberi makna. Sintagmatik, merupakan pesan yang dibangun dari paduanpaduan tanda yang dipilih. Sintagmatik digunakan untuk menginterpretasikan teks
(tanda) berdasarkan urutan kejadian/peristiwa yang memberikan makna atau
bagaimana urutan peristiwa atau kejadian menggeneralisasikan makna.
Menurut Pierce, tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat
ditangkap oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk
(merepresentasikan) hal lain diluar tanda itu sendiri. Sedangkan objek adalah
12
sesuatu yang menjadi referensi dari tanda. Sementara interpretan adalah tanda
yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.
Berangkat dari beberapa pengertian dan teori seputar tanda ataupun
simbolik, peneliti menggunakan analisis semiotika dengan pertimbangan bahwa
analisis semiotika lebih memungkinkan dalam pembongkaran ideologi dalam teks
dan gambar film serta analisis semiotika lebih menekankan pada pesan tersirat
dari sebuah film. Analisis semiotika juga adalah pendekatan yang tidak memiliki
aturan yang sangat baku sehingga hal ini dapat memberi ruang bagi peneliti untuk
melakukan eksplorasi lebih mendalam.
Lebih lanjut penulis menggunakan analisis semiotika signifikasi dua tahap
(two order of signification) yang diperkenalkan oleh Roland Barthes yang
menjelaskan mengenai makna denotasi kemudian konotasi serta mitos dan
ideologi dibalik itu.
Gambar 1
Tahap I
Realitas
Tahap II
Tanda
Budaya
Konotasi
Denotasi
Signifier
Mitos
13
14
Gambar 2
Kerangka Konsep
Film Peekay
(PK)
Analisis Semiotik
Roland Barthes
Signifikasi
Denotasi
Signifikasi
Konotasi
2.2
2
Pesan Sosial
a. Isu tentang Pakistan India
b. Isu tentang pelecehan seksual di India
c. Isu tentang Budaya Instan
d. Isu tentang Identitas Agama
e. Isu tentang penyelewengan
dengan membawa nama maupun symbol agama
15
E. Definisi Operasional
1. Kritik sosial
Kritik adalah pertukaran pikiran yang jujur. Dalam kenyataan yang
dihadapinya, seseorang membuat pemisahan, perincian, antara nilai dan yang
bukan nilai, arti dan yang bukan arti, baik dan jelek-- kata - kata yang terakhir ini
harus ditangkap dalam arti yang seluas - luasnya; jadi, tidak melulu dalam arti
susila. Kritik adalah penilaian atas nilai. (Kwant, dalam Sobur, 2001:195).
2. Masyarakat India
Masyarakat India tetap terpisah lewat hierarki yang ketat. Memang
sistem kasta secara resmi sudah dihapus, seiring diberlakukkannya konstitusi
dari tahun 1950. Tapi di kawasan pedesaan sistem kasta yang diskriminatif itu
masih tetap diterapkan.Masyarakat India pasca tahun 1990-an memang diakui
makin toleran dan terbuka, seiring kemajuan ekonomi dan pendidikan. Tapi
perbedaan kelas tetap eksis. Sekitar 90 persen perkawinan diatur dan
ditentukan oleh keluarga, jadi tidak bebas berdasar cinta.
Perkawinan antara pemeluk agama yang berbeda, di mana di India 80
persen warga memeluk agama Hindu dan 16 persen Islam, juga sangat jarang
terjadi. Namun film-film Bollywood seperti "Bombay" (1995), "Gadar"
( 2001), "Veer Zaara" (2004) atau "Jodhaa Akhbar" (Akbar, 2008)
menggambarkan terobosan atas tabu ini.
3. Film Peekay (PK)
Peekay (PK) adalah film India yang rilis diakhir tahun 2014,yang
disutradarai oleh Rajkumar Hirani ini berpusat pada seorang Alien yang
16
mendarat di Bumi (Aamir Khan). Baru saja tiba di Bumi, dia sudah mendapat
kesialan. Remote Control berbentuk kalung yang membuatnya bisa
berhubungan dengan planet luar angkasa tempat asal dia, dirampas oleh
seseorang. Tanpa benda berwarna biru dengan kedap kedip buih bak cahaya
itu, dia tidak bisa pulang. Maka bisa-pulang menjadi tujuan penting sang Alien
tanpa nama dan tanpa baju tersebut jalan-jalan di Bumi India.
F. Metode Penelitian
1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dimulai dari bulan Maret-April 2015, dimana peneliti telah
melakukan pra penelitian dengan membaca literature yang berkaitan dengan objek
penelitian yaitu film Peekay (PK), film yang rilis akhir tahun 2014 yang
digawangi oleh sineas Vidhu Vinod Chopra, beserta rekannya Rajkumar Hirani
dan Siddhart Roy Kapoor sebagai produser, Rajkumar Hirani yang juga
mengambil peran sutradara, dan salah satu aktor hebat klan Khan, Aamir Khan,
yang bermain maksimal sebagai pemeran utama di film ini.
2. Tipe Penelitian
a. Data Primer
Untuk data primer, peneliti melakukan teknik observasi dengan menonton
DVD film Peekay (PK), kemudian peneliti akan melakukan pengamatan dan
menyimak secara menyeluruh secara teliti dan mendalam tiap shot per scene.
17
b. Data Sekunder
Untuk data sekunder, data akan diperoleh melalui studi pustaka dengan
membaca literatur, buku-buku bacaan yang terkait dan tulisan ilmiah yang relevan
dengan objek penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
18
19
20
21
dan syarat. Kritik sosial sebagai pendapat pribadi, tidak terorganisir, akan hilang
lenyap dalam saingan pendapat.
Ternyata kritik sosial juga perlu melembagakan diri menemukan saluransaluran yang dapat lebih menjelaskan, memfokuskan, memerinci dan
merumuskan dalam langkah-langkah operasional mengenai apa yang akan
diusulkan untuk diperbaiki. Kritik sosial perlu juga melepaskan diri dari ikatanikatan komunal maupun kepentingan pribadi.
Data dan lingkungan lebih luas diperlukan oleh suatu kritik untuk dapat
berperan dan berpengaruh. Mengingat bahwa suatu kritik sosial bukan lagi
merupakan suatu milik pribadi. Sekali ia disebarkan di masyarakat, maka mau
tidak mau efektifitas kritik sosial akan sangat melekat.
22
23
Memahami makna pesan dalam suatu film merupakan suatu hal yang
sangat kompleks. Hal ini dapat dilihat terlebih dahulu dari arti kata makna yang
merupakan istilah yang sangat membingungkan. Menurut beberapa ahli linguis
dan filusuf, makna dapat dijelaskan : ( 1 ) menjelaskan makna secara ilmiah, (2)
mendeskripsikan kalimat secara ilmiah, ( 3 ) menjelaskan makna dalam proses
komunikasi ( Sobur, 2001 : 23 ). Sedangkan definisi makna yang dikemukakan
Brown adalah sebagai kecenderungan total untuk menggunakan atau bereaksi
terhadap suatu bentuk bahasa. Wendell Jhonson menambahkan pandangannya
terhadap ihwal teori dalam konsep makna di antaranya :
1. Makna ada dalam diri manusia. Makna tidak terletak pada kata kata
melainkan pada manusia, dalam hal ini kita menggunakan kata kata untuk
mendekati makna yang ingin kita komunikasikan. Kata kata tidak secara
lengkap dan sempurna menggambarkan makna yang kita maksud, demikian
juga makna yang didapat oleh pendengar dari pesan-pesan kita amati berbeda
dengan makna yang ingin kita komunikasikan.
2. Makna berubah. Kata kata relatif statis, makna dari kata kata terus
berubah, dan ini khususnya terjadi pada dimensi emosional dari makna.
3. Makna membutuhkan acuan. Komunikasi mengacu pada dunia nyata,
komunikasi hanya masuk akal bilamana ia mempunyai kaitan dengan dunia
atau lingkungan eksternal.
4. Penyingkatan yang berlebihan akan mengubah makna. Berkaitan dengan
gagasan bahwa makna membutuhkan acuan adalah masalah komunikasi yang
timbul akibat penyingkatan berlebihan tanpa mengaitkannya dengan acuan
yang kongkrit dan dapat diamati.
24
5. Makna tidak terbatas jumlahnya. Pada suatu saat tertentu, jumlah kata dalam
suatu bahasa terbatas, tetapi maknanya tidak terbatas, karena itu suatu kata
mempunyai banyak makna, hal ini dapat menimbulkan masalah bila sebuah
kata diartikan secara berbeda oleh dua orang yang sedang berkomunikasi.
6. Makna dikomunikasikan hanya sebagian. Makna yang kita peroleh dari suatu
kejadian bersifat multi aspek dan sangat kompleks, tetapi hanya sebagian saja
dari makna makna ini yang benar benar dapat dijelaskan ( Sobur, 2003 :
256 -259 ).
Teori yang bisa digunakan dalam memecahkan makna ungkapan dengan
cara mengidentifikasi sesuatu adalah dengan teori Ideasonal (The Ideational
Theory). Menurut Alston teori Ideasonal menghubungkan makna dengan suatu
idea tahu representasi psikis yang ditimbulkan kata atau ungkapan tersebut kepada
kesadaran atau bisa dikatakan teori ini mengidentifikasi makna dengan gagasan
yang ditimbulkan oleh suatu ungkapan. Teori ini melatarbelakangi pola pikir
orang mengenai bahasa sebagai suatu instrumen atau alat bagi komunikasi pikiran,
sebagai gambaran fisik dan eksternal dari suatu keadaan internal, bila mana orang
menetapkan
suatu
kalimat
sebagai
suatu
rangkaian
kata-kata
yang
25
orang secara tidak sadar ( Sobur, 2003 ; 113 ). Media bukan cuma menentukan
realitas seperti apa yang akan dikemukakan namun media juga harus bisa memilah
siapa yang layak dan tidak layak masuk menjadi bagian dari realitas itu. Dalam
hal ini media bisa menjadi control yang bisa mempengaruhi bahkan mengatur isi
pikiran dan keyakinan di dalam masyarakat.
Film sendiri merupakan perkembangan dari fotografi yang ditemukan oleh
Joseph Nicephore Niepce dari Prancis pada tahun 1826. Penyempurnaan dari
fotografi yang berlanjut akhirnya mendorong rintisan penciptaan film itu sendiri.
Nama-nama penting dalam sejarah penemuan film ialah Thomas Alva Edison dan
Lumiere Bersaudara (Sumarno, 1996 : 2). Dari awal pemunculan film sampai
sekarang banyak bermunculan sineas-sineas yang makin terampil dalam membuat,
meramu segala unsur untuk membentuk sebuah film. Dari berbagai pemikiran
seorang pembuat film yang dituangkan dalam karyanya maka film dapat
digolongkan menjadi film cerita dan noncerita. Film cerita sendiri memiliki
beberapa genre atau jenis film dengan durasi waktu yang berbeda-beda pula. Ada
yang berdurasi 10 menit hingga beberapa jam. Genre sendiri dapat diartikan
sebagai jenis film yang ditandai oleh gaya, bentuk, atau isi film itu sendiri. Ada
yang menyebutkan film drama, film horror, film klasikal, film laga atau film
action , film fiksi ilmiah dan lain-lain.
Film yang juga merupakan media komunikasi, tidak mencerminkan atau
bahkan merekam realitas; seperti medium representasi yang lain film hanya
mengkonstruksi dan menghadirkan kembali gambaran dari realitas melalui kode
26
27
28
Industri film pada awalnya hanya menampilkan cerita nyata atau non fiksi.
Berkembang
film
jenis
Scenics,
yang
seringkali
menampilkan
Recreated film, atau film yang dibuat setting di dalam studio. Setting
tersebut dibuat mirip dengan aslinya.
1895, Film fiksi pertama dibuat oleh Lumires berjudul Arroseur arros
dengan sedikit komedi.
29
30
seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang
dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat
dipertunjukkan.
Dalam sejarah perkembangan film, terdapat tiga tema besar dan satu atau
dua tonggak sejarah yang penting (McQuail, 1987:13). Tema pertama ialah
pemanfaatan film sebagai alat propaganda. Tema ini penting terutama dalam
kaitannya dengan upaya pencapaian tujuan aslinya dan masyarakat. Hal tersebut
berkenaan dengan pandangan yang menilai bahwa film memiliki jangkauan,
realism, pengaruh emosional, dan popularitas yang hebat. Kedua tema lainnya,
dalam sejarah film ialah munculnya beberapa aliran seni film (Huaco dalam
McQuail, 1987 : 51) dan lahirlah aliran film dokumentasi sosial. Kedua
kecenderungan tersebut merupakan suatu penyimpangan dalam pengertian bahwa
keduanya hanya menjangkau minoritas penduduk dan berorientasi ke realisme.
Terlepas dalam hal itu, keduanya mempunyai kaitan dengan tema film
sebagai alat propaganda. Sebagai komunikasi massa, film dimaknai sebagai
pesan yang disampaikan dalam komunikasi filmis yang memahami hakikat, fungsi
dan efeknya. Sedang dalam praktik sosial, film dilihat tidak sekedar ekspresi seni
pembuatnya, tetapi interaksi antar elemen-elemen pendukung, proses produksi,
distribusi maupun eksebisinya, bahkan lebih jauh dari itu, perspektif ini
mengasumsikan interaksi antara film dengan idelogi serta kebudayaan dimana
film diproduksi dan dikonsumsi.
Secara umum, film dapat dibagi atas dua unsur pembentuk, yakni unsur
naratif dan unsur sinematik. Keduanya saling berinteraksi dan berkesinambungan
31
satu sama lain untuk membentuk sebuah film. Unsur naratif adalah bahan (materi)
yang akan diolah, sementara unsur sinematik adalah cara (gaya) untuk
mengolahnya. Dalam film cerita, unsur naratif adalah perlakuan terhadap cerita
filmnya, sedangkan unsur semantik merupakan aspek-aspek teknis pembentuk
film.
Pratista dalam buku Memahami Film menyatakan bahwa secara umum
film dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
a. Film dokumenter
Fokus utama dalam film dokumenter adalah penyajian fakta. Film
dokumenter berhubungan dengan orang-orang, tokoh, peristiwa, dan lokasi yang
nyata. Film dokumenter tidak menciptakan suatu peristiwa atau kejadian namun
merekam peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi atau otentik. Film dokumenter
dapat digunakan untuk berbagai macam maksud dan tujuan seperti informasi atau
berita, biografi, pengetahuan, pendidikan, hingga sebagai sarana propaganda
dalam bidang politik.
b. Film fiksi
Film fiksi adalah film yang terikat oleh plot. Dari sisi cerita, film fiksi
sering menggunakan cerita rekaan di luar kejadian nyata serta memiliki konsep
pengadeganan yang telah dirancang sejak awal. Manajemen produksinya lebih
kompleks karena biasanya menggunkan pemain serta kru dalam jumlah yang
besar.
c. Film Eksperimental
32
33
bahwa apa yang disajikan film tidak semuanya memiliki muatan positif.
Merupakan tantangan tersendiri bagi masyarakat untuk lebih cerdas memilih
tontonan yang berkualitas agar tidak terjebak dalam realitas dan lingkungan tiruan
dari media yang kompleks.
Seperti halnya media komunikasi massa yang lain, film terlahir sebagai
sesuatu yang tidak bisa lepas dari akar lingkungan sosialnya. Media massa
merupakan sebuah bisnis, sosial, budaya, sekaligus merupakan sebuah politik.
Dalam konteks hubungan media dan publik, seperti halnya media massa yang
lain, film juga menjalankan fungsi utama media massa seperti yang dikemukakan
oleh Laswell dalam Mulyana (2007 : 37) sebagai berikut:
a. The Surveillance of the environment. Artinya media massa mempunyai fungsi
sebagai pengamat lingkungan, yaitu sebagai pemberi informasi tentang hal-hal
yang berada di luar jangkauan penglihatan masyarakat luas.
b. The correction of the parts of society to the environment. Artinya media massa
berfungsi untuk melakukan seleksi, evaluasi dan interpretasi informasi. Dalam
hal ini peranan media adalah melakukan seleksi mengenai apa yang pantas dan
perlu unuk disiarkan.
c. The transmission of the social heritage from one generation to the next.
Artinya media merupakan sarana penyampaian nilai dan warisan sosial budaya
dari satu generasi ke generasi lainnya. Fungsi ini merupakan fungsi
pendidikan oleh media massa.
34
melaksanakannya.
c. Propaganda, film propaganda adalah film dengan sasaran utama untuk
mempengaruhi penonton, agar penonton menerima atau menolak ide atau
barang, membuat senang atau tidak senang terhadap sesuatu, sesuatu dengan
keinginan si pembuat film. Film propaganda biasa digunakan dalam kampanye
politik atau promosi barang dagangan.
35
menurut anda menarik. Namun, jika kita hanya memaknai teks foto hanya
berangkat dari satu frame/ shoot saja tak ubahnya kita memaknai teks yang
terdapat dalam fotografi. Film merupakan terminology gambar yang bergerak
(visual dinamis). Berbeda dengan fotografi yang berupa gambar statis. Film bisa
menghadirkan unsur dinamis dari obyek yang ditampilkan.
Film tersusun atas teks-teks yang telah tertata dalam alur narasi yang jelas.
Jika menggunakan istilah Barthes foto terbangun atas teks-teks yang bererita/
naratif/ proaeretik, sehingga dalam pemaknaannya kita tidak boleh menafikan
teks-teks yang lain, bahkan teks yang berada di luar teks tersebut (konteks).
Studi tentang semiotika film pada awalnya terbatas pada permasalahan
sintaksis, sintagma, gramtikal, yang cenderung pada studi kebahasaan. Meskipun
demikian, banyak tokoh yang menggunakan trikotomi Peirce (ikon, indeks,
symbol), Semakin berkembang, ternyata kajian semiotika film semakin diminati
dan akhirnya ditemukanlah sisi yang khas dari analisis semiotic film yakni
perbandingan percakapan, tulisan dan pesan teatrikal. Dalam teks film ada banyak
aspek yang bisa dijadikan unit analisis. Seperti pada tataran visual, kita dapat
memaknai teks-teks yang berupa ekspresi dan aksi langsung para aktornya, setting
dimana adegan dibuat, lighting dan angle pengambilannya serta artefak-artefak
lain yang muncul dalam penggambaran ceritanya. Sedangkan pada tataran audio,
aspek akustik/music, syair lagu, dialog, monolog, sound effect, atau jika ada voice
air naratornya.
Baik semiotika mazhab Peirce maupun Barthes dapat digunakan dalam
pemaknaan teks-teks film. Langkahnyapun tidak jauh berbeda dengan pemaknaan
36
teks yang berada dalam karya fotografi. Hanya saja perlakuannya lebih ekstra
karena memang film merupakan teks yang bisa tersusun dalam sebuah alur yang
tidak mungkin untuk diputus-putus. Ada banyak permasalahan yang bisa diangkat
ke dalam studi semiotika, namun tetap berangkat dari persoalan-persoalan yang
menunjukkan
adanya
masalah
dalam
teksnya,
misalnya
film
tersebut
37
Mudahnya esensi meja, pakaian, gedung, ekspresi wajah adalah barisan contoh
dari signifier. Sementara konsepsi fungsi meja, makna pakaian kebaya, ide
filosofis sebuah karya arsitektur, adalah sebuah deretan contoh signified.
Penemuan Saussure ini lantas dikembangkan oleh Roland Barthes. Ia
mengatakan bahwa jenis budaya populer apapun dapat diurai kodenya dengan
membaca tanda-tanda di dalam teks adalah hak otonom atau hak penuh
pembacanya alias penonton. Saat sebuah karya selesai dibuat pengarangnnya,
makna yang dikandung karya itu sepenuhnya bukan lagi miliknya, melainkan
milik pembacanya untuk menginterpretasikannya sedemikian rupa.
cara
berfungsinya,
hubungannya
dengan
kata-kata
lain,
38
39
40
41
Menurut
Saussure,
tanda
mempunyai
dua
entitas,
yaitu
signifier
42
43
didasari oleh sifat langue yang linear, yang meniadakan kemungkinan untuk
melafalkan dua unsur sekaligus.
44
45
46
47
atau ide, karena mitos adalah sebuah mode penandaan yakni sebuah bentuk. Mitos
sebagai sebuah bentuk tidak dibatasi objek pesannya, tetapi dengan cara apa mitos
menuturkan pesan itu.
Kita bisa menemukan ideologi dalam teks dengan jalan meneliti konotasikonotasi yang terdapat didalamnya salah satu cara adalah dengan mencari
mitologi dalam teks-teks semacam itu. Ideologi adalah sesuatu abstrak. Mitologi
(kesatuan mitos-mitos yang koheren) menyajikan inkarsi makna-makna yang
tersembunyi wadah dalam ideologi harus dapat diceritakan. Cerita itulah mitos.
Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudian
berkembang menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut akan
menjadi mitos. Misalnya: Pohon beringin yang rindang dan lebat menimbulkan
konotasi keramat karena dianggap sebagai hunian para makhluk halus. Konotasi
keramat ini kemudian berkembang menjadi asumsi umum yang melekat pada
simbol pohon beringin, sehingga pohon beringin yang keramat bukan lagi menjadi
sebuah konotasi tapi berubah menjadi denotasi pada pemaknaan tingkat kedua.
Pada tahap ini, pohon beringin yang keramat akhirnya dianggap sebagai sebuah
Mitos.
Menurut Barthes penanda (signifier) adalah teks, sedangkan petanda
(signified) merupakan konteks tanda (sign). Roland Barthes (1915-1980)
menggunakan teori siginifiant-signifi dan muncul dengan teori mengenai
konotasi. Perbedaan pokoknya adalah Barthes menekankan teorinya pada mitos
dan pada masyarakat budaya tertentu (bukan individual). Barthes mengemukakan
bahwa semua hal yang dianggap wajar di dalam suatu masyarakat adalah hasil
48
dari proses konotasi. Perbedaan lainnya adalah pada penekanan konteks pada
penandaan. Barthes menggunakan istilah expression (bentuk, ekspresi, untuk
signifiant) dan contenu (isi, untuk signifi). Secara teoritis bahasa sebagai sistem
memang statis, misalnya meja hijau memang berarti meja yang berwarna hijau.
Ini disebutnya bahasa sebagai first order. Namun bahasa sebagai second order
mengijinkan kata meja hijau mengemban makna persidangan. Lapis kedua ini
yang disebut konotasi.
49
secara imaginatif, tapi sistem bahasa tidak begitu sanggup untuk menyampaikan
informasi terperinci tentang realita-realita fisik.
Secara konotasi, film laksana meteor yang membutuhkan interpretasi lebih
dalam untuk mendapatkan gambaran akan makna. Lebih lanjut, film
menghadirkan kode-kode yang makna tandanya bersifat implisit, yaitu sistem
kode yang tandanya bermuatan makna-makna tersembunyi. Kekuatan makna
bukan terletak pada apa yang dilihat tapi justru apa yang tidak dilihat, sehingga
aspek konotasi dalam film menjadi aspek esensial. Kehadiran sebuah imaji dalam
film tidak sekedar karena bacaan visual dalam pola optikal menurut alur tertentu,
namun pengalaman mental yang merupakan stock of knowledge yang
menyediakan kerangka referensi dan rujukan bagi individu dalam kesatuan
tindakannya.
Makna tersembunyi ini adalah makna yang menurut Barthes merupakan
kawasan ideologi atau mitologi. Berbicara tentang ideologi sebagai sebuah
fenomena bahasa, ideologi bisa muncul sebagai suatu yang tidak disadari namun
menggiring manusia pada satu titik baik sepakat ataupun tidak sepakat. Althusser
dalam Rakhmani (2006:31) mengatakan bahwa ideologi berfungsi untuk
mereproduksi hubungan-hubungan produksi, hubungan di antara kelas-kelas dan
hubungan manusia dengan dunianya, sebab ideologi merupakan praktek yang
didalamnya individu-individu dibentuk dengan pembentukan ini sekaligus
menentukan orientasi sosial agar dapat bertindak dalam struktur ini melalui
berbagai cara yang selaras dengan ideologi.
50
51
52
sebab itu, nilai-nilai dan perilaku sebagian besar orang sangat dibatasi oleh
realitas yang disimulasikan dalam media. Kita mengira bahwa kebutuhan
pribadi kita terpenuhi, tetapi kebutuhan ini sebenarnya adalah kebutuhan yang
disamakan yang dibentuk oleh penggunaan tanda-tanda dalam media.
Bagi Marshall McLuhan dan Harold Adams Innis (dalam Littlejohn),
media merupakan perpanjangan pikiran manusia, jadi media yang menonjol dalam
penggunaan membiaskan masa historis apa pun. Tesis McLuhan adalah bahwa
manusia beradaptasi terhadap lingkungan melalui keseimbangan atau rasio
pemahaman tertentu, dan media utama masa tersebut menghadirkan rasio
pemahaman tertentu yang memengaruhi persepsi.
Bagaimana pun hubungan yang terjalin antara film dan budaya,
representasi di sini harus dilihat sebagai upaya menyajikan ulang sebuah realitas.
Dalam usaha ini, film tidak akan pernah disajikan sebagai realitas aslinya. Film
sebagai repesentasi budaya hanyalah sebagai second hand reality. Hal tersebut
disebabkan oleh adanya sentuhan dan cara pandang sutradara yang turut
memengaruhi bagaimana pesan dalam sebuah film disajikan.
53
dasarnya sebuah film secara otomatis pasti memuat gagasan pemikiran para
pembuatnya baik secara implisit maupun eksplisit.
Sebagai kritik sosial, film mengungkapkan sebuah kondisi sosial
masyarakat yang terkait dengan nilai-nilai yang dianut ataupun nilai-nilai yang
menjadi pedoman. Film hadir dengan berbagai latar belakang. Ia merupakan
sebentuk seni sekaligus praktik sosial, yang memuat berbagai unsur, baik sosial,
politik, budaya, psikologi, serta estetis film, dimana kesemua unsur tersebut
berada dalam hubungan yang dinamis. Oleh karena itu, jelas bahwa film tidaklah
hanya menampilkan ulang akan suatu gambaran realitas. Ia tidak hanya
merepresentasikan, merefleksikan atau sekedar cermin realitas melainkan
melakukan konstruksi pula terhadap realitas.
Film tidak dapat dipungkiri mampu merekam suatu zaman, kondisi
masyarakat tertentu ataupun kode-kode budaya saat film tersebut diproduksi
sekalipun ia tidak pernah diarahkan serta dimaksudkan untuk hal itu. Hal ini
senada dengan apa yang dituturkan Ron Mottram dalam tulisannya Cinema and
Communication: Films reflects the cultural codes of society ini which they are
produced .
BAB III
GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
54
55
pertama dia lihat di bumi. Alien tersebut panic dan berusaha mencari kalungnya
tersebut.
Suatu hari ini bertemu dengan saudagar kaya yang menjadi saudaranya. Ia
diajak oleh saudagar tersebut ketempat prostitusi, namun apa yang dilakukannya
di sana, ia hanya memegang tangan PSK selama 6 jam untuk menyerap ilmu
pengetahuan dan bahasa yang ada pada diri PSK. Hal hasil ia bisa berbicara dan
kembali bertemu dengan saudagar tersebut. Ia menjelaskan tujuannya dan apa
yang dicari di bumi kepada saudagar tersebut. Ia menjelaskan bahwa kalungnya
telah dicuri, dan saudagar itu menyarankan untuk mencarinya di Dehli.
Sedangkan ditempat lain (Brussels, Belgia) seorang jurnalis bernama
Jaggu yang sedang melakukan liputan di Eropa yang sedang bersiap untuk melihat
pertunjukkan artis favoritnya tiba-tiba bertemu Sarfaraz (Sushant Singh) seorang
mahasiswa arsitektur yang juga sedang bekerja di Brussels. Singkat cerita, mereka
berdua lalu saling mencintai satu sama lain. Tapi miris cinta mereka sempat
terhalang karena masalah perbedaan agama dan negara. Jaggu berasal dari
keluarga India penganut Hindu fanatic sedangkan Sarfaraz seorang Muslim taat
asal Pakistan. Keduanya pun lalu berpisah untuk waktu yang cukup lama.
Sementara itu alien tersebut memutuskan mencari kalungnya di Delhi,
dalam pencarian kalung tersebut banyak orang yang mengira ia sedang mabuk
sehingga ia dijuluki Peekay (Pemabuk). Di Delhi dia bertemu dengan Jaggu
seorang wanita jurnalis disebuah stasion televisi. Jaggu tertarik dengan Peekay,
kenapa tingkahnya begitu aneh, Peekay mencari Tuhan melalui selebaran brosur,
karena tingkah anehnya orang-orang menyebutnya Peekay yang artinya mabuk
dalam bahasa India. Ternyata dalam perncarian kalungnya Peekay selalu bertanya
dimana kalungnya kepada manusia sekitar. Namun manusia tidak ada yang tahu,
56
dan kebanyakan mereka menyarankan kenapa tidak kau tanyakan kepada Tuhan.
Banyak sekali ia mendengar kata Tuhan setiap ia bertanya kepada manusia. Ia pun
memutuskan, untuk mencari Tuhan dan bertanya kepada Tuhan dimana
kalungnya. Dalam pencarian Tuhan, Peekay sudah begitu banyak melakukan
ritual-ritual keagamaan. Pada klimaksnya ia mulai beropini tentang agama dan
mulai berdiskusi dengan salah seorang pemuka agama di India.
B. Profil Sutradara Film Peekay (PK)
Rajkumar Hirani lahir pada 20 November 1962 di Nagpur. Rajkumar
Hirani mengenyam pendidikan di SMA St. Francis De'Sales, Nagpur,
Maharashtra. Ia lulusan bidang perdagangan, orangtuanya ingin ia menjadi
seorang Akuntan tetapi ia lebih tertarik ke dunia film. Ia lalu masuk ke sekolah
teater di Mumbai, India untuk belajar menjadi seorang actor. Tetapi ia tidak bisa
beradaptasi dengan baik disana lalu ia kembali ke Nagpur dan kuliah di Institut
Film dan Televisi di Pune. Ia mengambil jurusan editing sembari menekuni bidang
sutradara lewat kursus dan mendapat beasiswa disana.
Awal mula karir Rajkumar Hirani sebagai editor ialah menjadi editor
dalam iklan Fevicol lalu kemudian Kinetic Luna . Sukses besar dalam industri
iklan membuatnya tidak sabar untuk masuk ke industri film yang sebenarnya. Ia
mulai bekerja dengan Vidhu Vinod Chopra dan bersama-sama mengerjakan
promo trailer film 1942: A Love Story (1994) setelah itu untuk Kareeb (1998) dan
setelah itu untuk film penuh pertamanya Mission Kashmir (2000) dan Tere Liye
(2001).
Sedangkan debutnya sebagai sutradara ditunjjukan melalui film Munna
Bhai MBBS (2003) yang mendapatkan apresiasi yang positif dari para penikmat
dan pemerhati film di India dan dianggap sebagai debutnya yang menawan. Film
57
itu sendiri mendapatkan rekor film terlaris pada saat itu. Setelah itu pada 2006,
Rajkumar membuat Lage Raho Munna Bhai dan 3 Idiots (2009), yang dibintangi
Aamir Khan, R. Madhavan, Sharman Joshi, Kareena Kapoor, Omi Vaidya,
Parikesit Sahni dan Boman Irani, dan mendapat tanggapan yang positif dari
kritikus film India serta berhasil mendapatkan pendapatan tertinggi. Dan pada
2014 salah satu masterpiece dari Rajkumar menyedot perhatian banyak kalangan
dengan Peekay (PK) yang mendapatkan rating 8.4 dari IMDB, salah satu website
reviewer film dan serial tv terkenal di dunia.
C. Profil PemainFilm Peekay (PK)
Tokoh Utama
Aamir Khan
Aamir Khan memulai kariernya sebagai seorang aktor dalam film anak
milik pamannya sendiri, Nasir Hussain dalam film Yaadon Ki Baaraat (1973).
Sebelas tahun kemudian Khan terjun ke karier profesionalnya dengan
film Holi (1984). Pada film Qayamat Se Qayamat Tak (1988), ia memenangkan
penghargaan pertamanya dalam festival film sebagai debut aktor terbaik (Filmfare
Award for Best Debut Actor). Dan pada tahun 1990-an, Khan menerima
penghargaan sebagai aktor terbaik dalam acara Filmfare Award untuk
penampilannya di film Raja Hindustani (1996). Pada tahun 2001, ia memulai
debutnya sebagai produser film dengan nominasi Academy Award Lagaan. Khan
juga mendapatkan penghargaan kedua sebagai aktor terbaik dalam acara Filmfare
Award untuk perannya dalam film Lagaan.
Awal karir film Khan dimulai sebagai aktor muda di sebuah rumah
produksi yang dibuat oleh pamannya, berjudul Yaadon Ki Baraat (1973)
58
dan Madhosh (1974). Sebelas tahun kemudian, ketika dia dewasa, debut
aktingnya dimulai dalam peran yang tidak terlalu dikenal dalam film Ketan
Mehta's Holi (1984).
Peran penting pertama Khan yang menuai sukses datang pada tahun 1988
dalam film Qayamat Se Qayamat Tak yang disutradarai oleh sepupunya Nasir
Hussain Mansoor Khan. Film ini sukses dan efektif melesatkan karier Khan
sebagai aktor utama. Setelah mengambil peran 'pahlawan coklat khas', dia pun
menjadi idola remaja. Khan juga membintangi film yang mendapatkan
penghargaan kritikus Raakh, sehingga mendapat penghargaan pertamanya pada
penghargaan nasional untuk penghargaan khusus dewan juri. Setelah itu, dia terus
muncul dalam film-film lain di era akhir 1980-an dan awal 1990-an: Dil (1990),
yang menjadi film terlaris tahunan, Dil Hai Ke Manta Nahin (1991), Jo Jeeta
Wohi Sikandar (1992), Hum Hain Rahi Pyar Ke (1993) (untuk yang menulis
skenario juga), Rangeela (1995), dan Andaz Apna Apna. Kebanyakan film-film ini
sangat sukses dan banyak mendapat apresiasi oleh para pecinta film.
Khan terlibat dalam produksi satu atau dua film setahun. Satu-satunya
film yang dirilis pada tahun 1996 adalah film arahan Varun Darshan, Raja
Hindustan. Berkat film tersebut dia mendapat penghargaan Filmfare Award
sebagai aktor terbaik. Sebelumnya, ia juga pernah memenangkan 7 penghargaan
yang kemudian membuatnya menjadi hit terbesar tahunan, serta ketiga tertinggi
terlaris film India pada 1990-an. Pada tahun 1997, ia bersama-bintang
dengan Ajay Devgan dan Juhi Chawla beraksi dalam film Ishq. Pada tahun 1998,
Khan muncul dalam film Ghulam dan hasilnya cukup sukses. Rilis pertama Khan
59
pada tahun 1999, juga cukup sukses, mendapatkan peringkat di atas rata-rata
dalam box office.
Pada tahun 2001, ia muncul di film Lagaan. Film ini juga sangat sukses
dan dinominasikan sebagai Film Berbahasa Asing Terbaik di Academy Awards 74.
Selain itu, film ini banyak mendapat pujian kritis di beberapa festival film
internasional, dan film ini juga banyak mendapatkan Penghargaan film nasional.
Khan juga memenangkan penghargaan Filmfare Award sebagai Pemeran terbaik
yang kedua kalinya. Film ini terus menjadi salah satu film Hindi yang paling
populer di barat.
Keberhasilan Lagaan diikuti oleh film Dil Chahta Hai akhir tahun itu, di
mana Khan menjadi peran utama bersama dengan Akshaye Khanna, Saif Ali
Khan, dan Preity Zinta. Film ini ditulis dan disutradarai oleh Farhan Akhtar yang
merupakan seorang pendatang baru. Menurut kritikus. Karakter pemeran yang
digambarkan difilm ini modern, ramah tamah dan kosmopolitan. Film ini memang
cukup baik dan sukses di sebagian besar kota-kota urban.
Khan sempat absen berperan selamat empat tahun. Ia kembali berakting
pada tahun 2005 dalam film Ketan Mehta's Mangal Pandey: The Rising, berperan
sebagai martir yang membantu memicu Pemberontakan India tahun 1857
atau Perang Pertama Kemerdekaan India.
Aamir Khan mendapat Penghargaan dalam acara Filmfare Award
sebagai Aktor terbaik untuk perannya di Rang De Basanti (2006). Pada tahun
2007, dia membuat debut sebagai sutradara dengan menyutradarai film Taare
Zameen Par, yang membuatnya mendapat penghargaan sebagai Sutradara Terbaik
60
dalam acara Filmfare Award. Kemenangan ini diikuti oleh Film Ghajini (2008),
yang menjadi film dengan penjualan terlaris, dan film 3 Idiots (2009), yang telah
menjadi film Bollywood yang paling sukses sepanjang masa. Pada tahun 2010,
Pemerintah India menobatkannya sebagai Bhushan Padma karena sumbangannya
terhadap perfilman India.
Di film Peekay (PK) ia berperan sebagai Peekay, seorang alien yang pergi
ke bumi untuk mempelajari kebudayaan manusia. Tetapi ketika tiba di bumi,ia
dihadapkan pada masalah - masalah yang pelik tentang kehidupan manusia di
bumi dan berbagai pelajaran hidup yang ia dapatkan.
Anushka Sharma
Sosok wanita cantik kelahiran Ayodhya, Uttar Pradesh, India, pada 1 Mei
1988 adalah seorang aktris, produser dan juga mantan model papan atas India
yang mulai dikenal setelah dirinya ikut membintangi film Bollywood yang
berjudul Rab Ne Bana Di Jodi bersama seorang aktor legendaris Bollywood
Shahrukh Khan, pada tahun 2008. Dalam film itu ia manuk nominasi sebagai
Aktris Terbaik. Beberapa filmnya yang lain antara lain Badmaash Company
(2010), Band Baaja Baaraat (2010), Patiala House (2011), Ladies vs Ricky Bahl
(2011), Jab Tak Hai Jaan (2012) pada film ini yang mendapat penghargaan Aktris
Terbaik, Matru Ki Bijlee Ka Mandola (2013), NH 10 (2014), P.K. (2014), Bombay
Velvet (2014).
Pada film Peekay (PK). Ia berperan sebagai Jagat Janani alias Jaggu. Ia
adalah seorang jurnalis TV yang sedang ditugaskan meliput di Belgia dan bertemu
61
cinta sejatinya Sarfaraz. Tetapi cinta mereka berdua penuh hambatan karena
masalah perbedaan latar belakang agama dan negara.
Awal karir Sushant Singh Rajput ialah sebagai seorang pemain opera
sabun, Pavitra Rishta (2009). Karirnya didunia film terjadi tahun 2013, Rajput
mengikuti audisi untuk Abhishek Kapoor Kai Po Che! Film kedua Rajput adalah
Shuddh Desi Romantis, disutradarai oleh Maneesh Sharma. Taran Adarsh dari
Bollywood Hungama memuji kinerja Rajput. Peekay (PK) menjadi film ketiga
Rajput di industri Bollywood.
Pada film Peekay (PK), Rajput berperan sebagai Sarfaraz, seorang
mahasiswa Arsitektur yang sedang bekerja di Brussels, Belgia. Ia bertemu dengan
cintanya Jaggu disana tapi cintanya sempat kandas karena ia Muslim dan berasal
dari Pakistan.
Boman Irani
62
berkarir sebagai penulis naskah, sutradara, serta pemain teater. Beberapa filmnya
diantaranya Kareeb (1998), Mohabbatein (2000), Calcutta Mail (2003), Mumbai
Express (2005), serta yang terbaru Peekay (PK).
Di film Peekay (PK) ia berperan sebagai Tapasvi Maharaj, seorang
pemuka agama yang ajarannya cenderung tidak masuk akal dan agak sesat.
Tapasvi di film ini menggunakan kalung Peekay yang hilang untuk mempengaruhi
umatnya supaya percaya pada ajarannya. Pada konflik cerita, Tapasvi berdebat
dengan Peekay soal beragama yang baik dan benar.
Parikshit Sahni
Lahir di Muree, Pakistan tahun 1944. Beberapa filmnya antara lain Lage
Raho Munna Bhai (2006), 3 Idiots (2009), and Peekay (PK). Saat ini Sahni
membintangi serial tv India yang terkenal The Great Maratha. Ia justru lebih
dikenal sebagai seorang aktor serial tv. Beberapa serial tv yang pernah ia bintangi
63
ialah Barrister Vinod, Gul Gulshan Gulfaam (Doordarshan) and Gaatha (STAR
Plus).
Di film Peekay (PK), Sahni berperan sebagai ayah Jaggu seorang umat
dari ajaran Tapasvi yang sangat fanatik. Disini ia mengecam hubungan Jaggu dan
Sarfaraz, karena perbedaan agama dan negara. Ia juga mengecam pekerjaan Jaggu
yang berusaha mengusik ajaran Tapasvi.
BAB IV
HASIL PENULISAN DAN PEMBAHASAN
64
sendiri. Selanjutnya, pada bab IV ini penulis akan menguraikan hasil analisis
penulis setelah melakukan pengamatan dan penelusuran terhadap film Peekay
(PK) berdasarkan metode bedah film yang diperkenalkan Roland Barthes.
Disinilah inti dari penulisan ini yang diwujudkan dalam bentuk skripsi,
dimana didalamnya terdapat temuan yang terkait pesan sosial yang berupa kritik
sosial terhadap kehidupan sosial masyarakat India yang menjadi tema penulisan
ini.
A. HASIL PENULISAN
Roland Barthes menyebut Denotasi adalah makna paling nyata dari sebuah
tanda. Sedangkan Konotasi adalah istilah yang digunakan oleh Roland Barthes
untuk menunjukkan signifikasi tahap kedua. Pada Signifikasi tahap kedua yang
berhubungan dengan isi, tanda bekerja melalui mitos (myth). Mitos adalah
bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang
realitas atau gejala alam.
Film Peekay (PK), selain menyentil persoalan domestik yang menyangkut
hubungan sesama warga negaranya, juga menyinggung isu-isu yang hangat
dibicarakan tidak hanya oleh masyarakat di India sendiri, tetapi juga dunia. Ada
beberapa isu, salah satunya yaitu, masih memanasnya hubungan bilateral India
dan Pakistan yang berujung kepada sifat sentimen yang cenderung rasis dari
masyarakat masing-masing negara. Permasalahan ini sudah bukan rahasia umum
lagi menjadi semacam konflik yang masih dicari solusinya, dan mungkin disini
sutradara berusaha menengahi konflik tersebut melalui sebuah film. Hal ini sudah
sering dilakukan oleh para sineas dari kedua negara dalam usahanya untuk
65
mencoba menengahi dengan menampilkan konflik yang tak berujung itu dalam
sebuah film.
Selain isu bilateral Pakistan-India, juga ada isu lain yang juga baru-baru
ini sempat menghebohkan dunia, yaitu isu maraknya pelecehan seksual di India.
Dalam empat dekade, kasus-kasus pemerkosaan yang dilaporkan di India
melonjak hampir 900 persen menjadi 24.923 kasus pada tahun 2012. Menurut
National Crime Records Bureau (NCRB), sejak 2010, kejahatan seksual di India
meningkat 7,1 persen, termasuk kasus pemerkosaan. Hampir satu dari tiga korban
pemerkosaan di India berusia di bawah 18 tahun. Hal ini cukup menjadi perhatian
dunia, termasuk para sineas India dalam memerangi isu tersebut, dan disini
penulis cerita seakan dengan sarkasnya coba menyinggung pemerintah India
khususnya yang bertanggung jawab terhadap perlindungan anak dan wanita yang
seakan tidak berbuat apa-apa dan diam diri melihat makin melonjaknya persentase
kasus tersebut.
Di film Peekay (PK), Beberapa kasus diatas yang digambarkan dalam film
Peekay (PK) yang menjadi dasar ketertarikan untuk mengkaji lebih lanjut pesanpesan yang ingin disampaikan penulis cerita dalam film tersebut dan kritikan
terhadap kehidupan bermasyarakat India yang bertentangan dengan akal sehat dan
ajaran hidup. Kemudian didukung dengan fakta bahwa film ini cukup
mendapatkan respon positif oleh para penikmat film terutama di Indonesia. Dan
diharapkan dapat memberikan pengetahuan terhadap masyarakat luas dan
menjadikan pelajaran dari setiap makna yang tersirat yang coba disampaikan
penulis pada film ini.
Dalam penulisan yang menggunakan metode semiotika Roland Barthes
ini, penulis akan menguraikan permasalahan melalui scene-scene yang memiliki
66
keterkaitan dengan isu-isu yang penulis telah terangkan pada paragraf sebelumnya
dan dalam film ini isu-isu tersebut diangkat serta pesan kritik dari isu-isu tadi
coba ditampilkan oleh sutradara pada film Peekay (PK) ini.
1.
67
Gambar 2
(Sarfaraz ketika memberitahu Jaggu latarbelakang asal negara dan
pekerjaan)
Makna Konotasi :
Reaksi Jaggu ketika mendengar bahwa Sarfaraz berasal dari Pakistan
cukup membuat Jaggu kaget , karena ia menyadari selama ini masyarakat dari
kedua negara selama ini saling berselisih, mengingat Jaggu sendiri adalah
seorang warga negara India. Dalam scene ini Sarfaraz berusaha untuk mencoba
menenangkan reaksi Jaggu.
Kritik:
Disini sutradara berusaha menyinggung bagaimana masyarakat kedua
negara cenderung melebih-lebihkan isu politik kedua negara menjadi isu sosial
yang tiada akhir. Sehingga ketika isu politik tersebut menjadi isu sosial, ada
68
Gambar 3
(Reaksi keluarga Jaguu ketika mengetahui bahwa Sarfaraz adalah seorang
Muslim dan berasal dari Pakistan)
Makna Konotasi:
Jaggu mengenalkan Sarfaraz melalui video called pada keluarganya di
Kritik :
Sutradara sekali lagi menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat India
apatis terhadap warga negara Pakistan. Mereka sama sekali anti terhadap warga
69
negara Pakistan, apalagi ketika salah satu dari kerabat atau anngota keluarga
mencoba membina hubungan dengan warga negara Pakistan. Isu politik disini
benar-benar mencederai hubungan sosial antarmanusia.
2.
Gambar 4
Gambar 5
70
Gambar 6
Gambar 7
Makna Konotasi :
Beberapa scene diatas pada film Peekay (PK) ketika Peekay
berusaha mencari pakaian dan tempat yang menjadi favoritnya ketika
hendak mencari pakaian adalah di mobil bergoyang .
Kritik :
Isu tentang pelecehan seksual cukup meresahkan banyak pihak tak
terkecuali oleh sang sutradara Peekay (PK) . Mobil Bergoyang disini
71
kata yaitu budaya dan instan. Budaya bisa diartikan sebagai kebiasaan, gaya hidup
atau pola pikir. Sementara instan bisa diartikan dengan sesuatu yang tiba-tiba,
seketika, cepat, tanpa proses yang panjang. Jadi budaya instan adalah kebiasaan
atau gaya hidup atau pola pikir yang selalu mengingin segala sesuatunya diperoleh
dengan cepat, jika perlu saat itu juga.
Secara umum, budaya instan ini bisa dilihat dari dua sisi yaitu sisi positif
dari sisi negatif. Sisi positifnya, budaya ini mendidik kita untuk menghargai
waktu, bergerak lebih cepat dan mengusahakan sesuatu seefisien mungkin.
Sementara sisi negatifnya juga ada yaitu budaya instan cenderung lebih
berorientasi pada hasil, dan tidak jarang melupakan proses. Padahal, baik
buruknya hasil sangat ditentukan oleh rangkaian dari proses demi proses.
Dalam film Peekay (PK) ini juga budaya instan dalam kehidupan sosial
masyarakat India dipraktekkan terlebih dalam pendididkan dan sosial. Hal ini
72
yang coba juga ditampilkan oleh sutradara, mengingat kebiasan (yang menjadi
budaya) tersebut dapat menjadi bahaya laten tersendiri khususnya bagi generasi
kedepannya.
Gambar 8
(Pada saat Peekay menunjukkan pada ayah Jaggu tentang wrong number
di salah satu kampus pada saat para mahasiswa hendak ujian)
Makna Konotasi:
Scene diatas pada saat Peekay menunjukkan kekhawatiran
mahasiswa ketika hendak ujian, dimana Peekay membuat berhala yang
berupa batu dan para mahasiswa yang panik lalu berbondong-bondong
menyembah berhala tersebut.
73
Kritik:
Sutradara disini menyinggung bahwa praktik instan telah
menjangkit generasi muda di bidang pendidikan. Kritik ditampilkan ketika
mahasiswa yang tidak belajar menjelang ujian menghalalkan segala cara,
salah satunya dengan menyembah batu yang telah dirancnag oleh Peekay
untuk memancing mahasiswa, supaya mahasiswa berdoa agar dapat
menyelesaikan ujiannya. Praktik instan yang menjangkit generasi muda
cukup merisaukan terlebih bagi masa depan mereka sendiri dan negara.
Gambar 9
(Seorang umat meminta tolong kepada Tapasvi agar istrinya yang sakit
disembuhkan)
Makna Konotasi:
Seorang umat ajaran Tapasvi meminta bantuan Tapasvi agar
istrinya yang sedang sakit parah dapat disembuhkan . Para umat Tapasvi
memang biasanya meminta pertolongan kepada Tapasvi terhadap
bebrbagai masalah yang sedang mereka hadapi.
Kritik :
74
penampilannya semata. Dan apabila manusia sudah menilai dengan cara tersebut,
timbullah stereotip-stereotip berlebihan yang tidak jarang justru menyebabkan
konflik horisontal. Sebagian besar masyarakat justru tidak menilai seseorang
bedasarkan perilaku dan sikapnya kepada sesama manusia tapi justru kebanyakan
justru menghakimi dari awal berdasar latarbelakangnya yang mereka kenali dari
penampilannya . Tidak terkecuali dalam hal agama, salah satu contohnya orang
dengan memakai kerudung selalu diidentikkan dengan umat Muslim, padahal
umat Katolik pun juga banyak yang memakai kerudung. Hal-hal seperti yang coba
dikritik sutradara, apalagi sedari lahir tidak ada tanda di badan kita yang
menunjukkan latar belakang kita termasuk agama atau kepercayaan kita.
75
Gambar 10
(Peekay berada di Rumah Sakit dan bertanya kepada Dokter
dimana tanda agama pada bayi yang baru lahir)
Makna Konotasi:
Peekay sedang berada di Rumah Sakit dan menuju ruangan tempat
bayi-bayi yang baru dilahirkan. Peekay penasaran dimana sebenarnya
tanda agama yang diberikan oleh Tuhan pada manusia. Pertanyaan tersebut
diajukan pada Dokter di Rumah Sakit tersebut, dan bingung pada
pertanyaan Peekay.
Kritik:
Scene tersebut ditampilkan oleh sutradara untuk memberikan pesan
kepada masyarakat bahwa sebenarnya apapun latarbelakan manusia, kita
semua diciptakan sama sejak lahir. Tapi terkadang manusia sering melihat
76
dengan cara berbeda , seperti dari keluarga apa dia berasal, berasal dari
agama apa, suku apa dan sebagainya.
Gambar 11
(Peekay membawa beberapa orang dari latarbelakang berbeda di
Kritik :
Pesan yang berupa kritik coba ditampilkan sutradara tentang
bagaimana selama ini manusia hanya mengidentifikasi seseorang
77
yang tidak jarang membawa nama agama untuk kepentingan pribadi ataupun
kelompok . Di Indonesia pun banyak pemuka agama yang sering menggunakan
unsur agama untuk kepentingan politik misalnya, ataupun sebagai upaya
pendokrinan ajaran agama dengan salah satu caranya memberikan rasa khawatir
kepada orang lain apabila tidak mengikuti ajarannya ataupun dengan memberikan
janji-janti yang tidak dapat diterima akal sehat. Selain kasus-kasus tersebut,
penyelewengan agama juga biasa digunakan untuk menyerang kaum tertentu
dengan latarbelakang yang berbeda. Hal tersebut dapat terjadi ketika stereotip
sudah berada pada tahap kritis yang berakibat adanya konflik SARA.
Di film Peekay (PK) ini, sang sutradara berusaha menyampaikan pesannya
dengan cara menampilkan semua ajaran agama dan mengkritiknya melalui logikalogika yang dikeluarkan oleh Peekay, sang alien yang telah mecoba mencari
keberadaan Tuhan dengan mengikuti semua agama Tuhan. Kritik disini tentunya
tidak dilakukan secara frontal, tetapi sutradara berusaha menyelipkan satir-satir,
sehingga dapat meminimalkan terjadinya konflik pada penonton.
78
Gambar 12
(Ketika Kantor Berita India Now menampilkan video Wrong
Kritik :
Bagaimana pada scene tersebut, sutradara berusaha menyinggung
bahwa tidak jarang seorang pemuka agama mendokrin seseorang, dan
pada kasus ini objeknya adalah warga desa, yang besar kemungkinan
sutradara
ingin
menampilkan
sekelompok
orang
yang
tidak
79
berpendidikan , yang dalam banyak kasus gampang didoktrin dengan caracara diluar nalar.
Gambar 13
(Seorang perempuan Muslim menyampaikan pendapatnya
tentang bagaimana kaum perempuan Muslim kurang mendapat
pendidikan yang layak)
Makna Konotasi :
Seorang perempuan Muslim membuat video Wrong Number
yang berusaha menyinggung kaumnya karena adanya diskriminasi
pendidikan yang didapat antara kaum laki-laki dan perempuan.
Kritik:
Sutradara pada film ini menampilkan keresahan kaum Muslimah di
India, dimana masih dapat diskriminasi pendidikan yang diterima antara
kaum laki-laki dan perempuan, disebabkan ajaran yang masih diyakininya
bahwa , pemimpin adalah seorang laki-laki sehingga yang berhak
80
Gambar 14
(Seorang pria yang mencemooh bisnis yang dilakukan dengan
membawa nama Tuhan dan agama)
Makna Konotasi :
Seorang pria salah satu penganut agama local di India mengkritik
agamanya sendiri dengan membandingkan ajaran yang ia terima yang
bertolak belakang dengan bisnis yang ia lakukan dengan menjual buku
petunjuk ajarannya dengan isi buku yang tidak sesuai.
Kritik :
Sang sutradara berusaha menyampaikan bahwa agama dan bisnis
pada masa kini menjadi suatu bagian yang tak terpisahkan, oleh sebab itu
ajaran agama sudah tidak lagi mengedepankan unsur kedekatan kita
81
Mitos :
Berdasarkan potongan-potongan gambar diatas, terlihat bahwa
adanya niat baik dari Jaggu dan Sarfaraz untuk saling mengenalkan diri
masing-masing dan membina hubungan lebih lanjut serta usaha Jaggu
selaku pihak perempuan yang ingin memperkenalkan Sarfaraz sebagai
pasangannya kepada keluarga Jaggu.
Tetapi disini, sutradara Rajkumar Hirani berusaha memperlihatkan
realitas masyarakat India terhadap reaksi mereka terhadap warga negara
Pakistan, apalagi ketika salah satu anggota keluarga menjalin hubungan
khusus dengan warga negara Pakistan. Hal ini disebabkan selain adanya
perbedaan latarbelakang khususnya agama, adanya ketegangan politik
yang berlarut-larut antara India-Pakistan menjadi hal utama dibalik
permusuhan kedua negara tersebut yang berbuntut ke hubungan sosial
antar warga negara keduanya.
82
Mitos :
Berdasarkan potongan-potongan gambar diatas, terlihat bahwa
aktivitas dalam mobil bergoyang tersebut yaitu aktivitas seks sering terjadi
83
hampir setiap waktu di dalam mobil dan disini Peekay yang berperan
sebagai alien yang polos dan tidak tahu sama sekali dengan aktivias yang
dilakukan manusia di bumi berusaha mencuri kesempatan dari aktivitas
manusia tersebut.
Dalam gambar adegan-adegan diatas, sutradara Rajkumar Hirani
ingin memperlihatkan pembiaran ataupun sifat acuh yang dilakukan
masyarakat terhadap aktivitas yang dilakukan di dalam mobil goyang
tersebut terlebih ditempat umum. Ini adalah realitas sosial yang dijadikan
satir oleh sutardara, bahwa sikap pasif masyarakat India yang justru
membuat makin meningkatnya kasus pelecehan seksual yang terjadi di
negara tersebut, apalagi kasus-kasus tersebut sebagian besar terjadi
ditempat umum seperti di parkiran mall maupun dalam bus.
84
Mitos :
Berdasarkan
potongan-potongan
gambar
diatas,
sutradara
diatas
adalah
potongan-potongan
gambar yang berkaitan dengan isu praktik Budaya Instan yang terjadi di
India. Rajkumar Hirani, sang sutradara disini mengambil dua contoh
kasus. Pertama yang terjadi di sebuah Kampus, pada saat mahasiswa akan
melaksanakan ujian dan banyak dari mereka yang tidak belajar lalu panic
dan melakukan berbagai cara yang instan agar dapat menyelesaikan ujian
dengan baik. Lalu yang kedua, pada saat di Rumah Ibadah Tapasvi,
dimana salah satu umat Tapasvi memohon kepada Tapasvi agar istrinya
segera disembuhkan dari penyakitnya . Kedua hcontoh kasus yang
ditampilkan tersebut merupakan sedikit contoh praktik instan yang
kebanyakan dilakukan karena tidak adanya usaha keras yang berbanding
lurus degan logika maupun akal sehat.
4. Isu tentang Identitas Agama
Makna Denotasi :
85
Mitos :
Berdasarkan
potongan-potongan
gambar
diatas,
sutradara
potongan-potongan
agama
Makna Denotasi :
86
Mitos :
Berdasarkan
potongan-potongan
gambar
diatas,
sutradara
87
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil temuan dan hasil analisis data
pada Film Peekay (PK) adalah suatu pemaknaan akan pesan sosial dengan
menggunakan sebuah pendekatan semiotika merupakan upaya penggalian
secara lebih mendalam perihal pesan-pesan yang terjadi dalam konteks
bersosial dewasa ini.
1. Makna Konotasi ( Makna dibalik teks Film Peekay (PK) )
a. Isu tentang perselisihan Pakistan India
Jaggu adalah seorang gadis yang berasal dari India
sedangkan kekasihnya Sarfaraz berasal dari Pakistan. Hubungan
mereka cukup serius sehingga keduanya memutuskan untuk
menikah. Tetapi keluarga dari Jaggu menolak menerima Sarfaraz
dikarenakan ia berasalkan dari Pakistan dan beragama Islam.
b.
89
90
Ada tiga contoh kasus pada tema ini. Yang pertama ketika
seorang pendeta berusaha mendoktrin warga di suatu desa agar
memeluk agama Kristen supaya dosa-dosa mereka terampuni dan
terhindar dari neraka.
Lalu yang kedua, ketika seorang wanita Muslim mengirimkan
video tentang pendapatya bahwa kaum wanita Muslim sering
mendapat diskriminasi terutama dalam bidang pendidikan.
Dan yang terakhir adalah video yang dikirim seorang pria
ketika ia mengkritik agamanya sendiri tentang bisnis yang coba
dijalani oleh para pemuka agamanya yang menjual buku petunjuk doa
yang isinya tidak sesuai logika dan justru bertentangan dengan ajaran
agamanya tersebut.
91
92
93
DAFTAR PUSTAKA
94
Sumber lain:
http://shofiyah---fib09.web.unair.ac.id/artikel_detail-61891-Semiotika-Teori
%20Semiotika%20Charles%20Sanders%20Peirce.html.
Shofiyah.
20