Masa SMP, masa penuh cita-cita, harapan, mimpi, obsesi, bahkan khayalan
atau gurauan. Begitupun gadis yang satu ini. Gadis yang mempunyai mimpi yang
cukup aneh, mimpi tak masuk akal, bahkan mimpi itu terdengar ganjil. Namun, gadis
ini sangat senang memiliki mimpi seperti itu. Menurutnya, mimpi itu hebat. Paling
hebat di seluruh jagat. Saking hebatnya, mimpi itu lebih pantas jika disebut khayalan.
Dialah Anisa, gadis yang bermimpi menjadi seorang bidadari, lebih tepatnya
mengkhayal menjadi bidadari.
Pagi itu, dia sedang sibuk bercermin sambil bersenandung riang di dalam kelas.
Anisa : (Bercermin sambil bernyanyi riang)
Anisa Nurdini titisan bidadari nan cantik, indah, wangi sepanjang hari!
Datanglah seseorang dari pintu ..
Dina
Anisa : Lo lupa ya, gue kan bidadari. Masa lo lupa sih sama kodrat gue yang
dilahirkan sebagai bidadari. Terima ajalah!
Dina
Lalu, mereka beranjak keluar kelas. Anisa alias bidadari ini dengan ramahnya
menyapa siapapun yang datang, tetapi dengan sapaan khasnya yang menjengkelkan
itu, Hai dayaang!. Semua temannya sudah paham mengenai tabiatnya itu. Mereka
mulai resah, begitupun guru-guru disana. Hingga sepulang sekolah ..
Dina
Dina
Tiba di suatu tempat asing, penuh dengan tawaan, jeritan, tangisan, bahkan
amukan ..
Anisa : Dayang, ini dimana sih ? Berisik banget deh!
Dina
Febbi : (Memasuki ruangan) Selamat siang, ada yang bisa saya bantu ?
Dina
Anisa : (Memotong pembicaraan) Mmm, ini tempat apa ya ? Berisik banget sih!
Febbi : Ini .. (Terhenti)
Dina
Febbi : Oh, ini rumah saya. Suara berisik itu, yaaa .. hanya suara saudara-saudara
saya
Anisa : Oh
Dina
: Gini, Dok. Dia ini sering mengira dia itu seorang bidadari
: (Bingung) Mmm, gini, dia itu mengaku-ngaku bidadari, hingga dia itu
berlaku seolah dia tuh bener-bener bidadari. Padahal kan itu ..
: Gawat kenapa ?
Febbi : (Serius) Iya, ini gawat. Di Amerika, 99,9 % orang yang memiliki gejala
seperti ini didiagnosa mengelami gangguan kejiwaan serius. Tingkat tinggi.
Bahkan lebih-lebih dari orang stress. Gejala seperti ini dinamakan, mmm ..
SCHYZOPHRENIA, ya SCHYZOPHRENIA!
Dina
Anisa : (Ketakutan)
Febbi : Ya, schyzophrenia! Kalian pernah dengar, apa itu schyzophrenia ?
Schyzophrenia adalah suatu keadaan dimana penderita tidak dapat
membedakan yang mana khayalan, yang mana kenyataan. Mereka membuat
Dina
Rifa
: Iya bener, malahan dia ngasih bunga terus ngajakin gue nonton. Lo mau ikut
ga? Eh jangan deh, entar lu ganggu lagi
Dina
: Siapa juga yang mau ikut. Bukannya kemaren dia jumpa fans di Indonyasar.
Paling itu khayalan lo doang. Ngarep! Dasar tukang ngayal!
Rifa
Keesokan harinya ..
Dina
: (Membaca koran) Fa, Fa, baca nih! Ada konser Lee Min Ho, Fa!
Rifa
Dina
Rifa
Dina
Rifa
: Bodo amat! Gimana pun caranya, gue wajib nonton. Kalo perlu, gue gak
usah jajan seminggu, eh sebulan, eh setahun deh!
Dina
Rifa
Dina
3 hari kemudian ..
Rifa
Dina
Rifa
: Tau gak sih Din, gue udah antre panas-panas, udah relain jual HP gue, eh gue
kehabisan tiket. Nyesek banget!
Dina
: Yaudah sih, ambil sisi positifnya aja! Lagiyan lu terlalu berambisi banget sih!
Rifa
Dina
: Yaudah lah, terserah lo! Gue ngasih tau lo karena gue care sama lo. Sadar Fa,
sadar! Dunia ini nyata. Kaki lo aja napak di bumi (Mencubit pipi Rifa)
Rifa
: (Kesakitan) Aww !
Dina
: Sakit kan ? Itu tandanya lo bukan ada di dunia mimipi, tapi dunia nyata!
Rifa
: (Memandang sinis)
Pulang sekolah. Rifa langsung menonton televisi tanpa berganti pakaian. Terdengar
sebuah kabar mengejutkan.
Rifa
Keesokan harinya ..
Rifa
Dina
Rifa
Dina
: Kenapa sih Fa ?
Rifa
Dina
Dina membawa Rifa menuju tempat itu lagi. Tempat yang penuh haru, penuh tangis
dan tawa tak terarah.
Rifa
Dina
Febbi : (Mengangguk)
Dina
Rifa
Febbi : Jadi begini, seperti yang kamu lihat sekarang. Dia itu begini karena terlalu
mementingkan obsesinya secara berlebihan. Sudah dua tahun dia begini. Hariharinya ia lewati yaa seperti ini. Semakin lama yaa semakin begini!
Dina
: Sekarang lo ngerti kan, kenapa gue suka marahin lo kalo lo terlalu memujamuja idola lo, karena gue gak mau ngulang kedua kalinya, Fa!
Febbi : Gini ya, kenyataan itu berbeda dengan khayalan atau mimpi. Sepahit apapun
itu, kalian tetap harus bisa membedakannya. Menerima kenyataan. Mimpi
boleh-boleh saja, tapi bermimpilah yang sekiranya itu bisa terjangkau oleh
tangan kita, yang tidak melewati batas normal, mimpi yang masuk akal.
Semua hal hebat memang berawal dari mimpi, tapi mimpi yang siap dibuat
nyata. Bukan mimpi yang siap menjadi gila.
Rifa
: (Diam meratap)
(Anak baru itu melangkah masuk kelas, bersiap untuk memulai perkenalan)
AB
: Annyeong haseyo ..
Rifa