Anda di halaman 1dari 33

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah utama dalam rongga mulut anak sampai saat ini adalah penyakit
karies gigi. Telah banyak usaha yang telah dilakukan untuk menurunkan prevalensi
penyakit karies. Anak usia sekolah khususnya anak sekolah dasar adalah satu
kelompok yang rentan terhadap penyakit gigi dan mulut karena umumnya pada usia
sekolah anak-anak tersebut masih mempunyai perilaku atau kebiasaan diri yang
kurang menunjang terhadap kesehatan gigi. Awal terjadinya penyakit karies gigi
adalah pada anak usia sekolah.1
Penyakit Karies gigi adalah suatu penyakit jaringan keras gigi yang ditandai
dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan
bahan organik yang dapat menyebabkan rasa ngilu sampai dengan rasa nyeri 2.
Penyakit karies bersifat progresif dan kumulatif, dan kelainan ini bila dibiarkan
tanpa disertai perawatan dalam kurung waktu, dimungkinkan akan bertambah
parah. Gigi yang sudah terkena menjadi cacat tidak dapat kembali seperti
sediakala.3
Definisi asupan nutrisi pada fase pertumbuhan pre-erupsi gigi sulung dan gigi
permanen mempengaruhi mikrostruktural jaringan keras gigi tersebut yang akan
menentukan daya tahannya terhadap penyakit karies gigi. 4

Morfologi gigi ( terutama lokasi ), pit dan fisur pada gigi posterior sangat
rentan terhadap penyakit karies. Hal ini disebabkan karena sisasisa makanan
mudah melekat dan menumpuk di daerah tersebut. Selain itu, permukaan gigi yang
kasar dapat mempermudah kejadian plak dan dapat membantu perkembangan
penyakit karies2. Plak adalah suatu lapisan dengan konsistensinya yang lunak,
terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak dan melekat erat pada
permukaan gigi. Pada awal pembentukan plak,kokus gram positif merupakan jenis
yang paling banyak dijumpai seperti streptokokus mutans, streptokokus sanguis,
streptokokus mitis dan steptokokus salivarius. Sterptokokus mutans berperan
penting sebagai penyebab utama penyakit karies gigi oleh karena streptokokus
mutans mempunyai sifat asidogenik dan asidurik ( resisten terhadap asam )5 .
Proses pembentukan penyakit karies gigi dapat dihambat oleh peranan saliva
yang merupakan media dalam proses remineralisasi jaringan keras gigi terutama
jaringan email, dan daya hambat tersebut meningkat secara bermakna bila cukup
ion kalsium, ion fosfat dan ion fluor yang terkandung di dalam saliva. Selain
mempengaruhi komposisi mikroorganisme didalam plak, saliva juga mempengaruhi
pH plak. Jika aliran saliva berkurang atau menjadi sedikit, akibat produksi saliva
pada kelenjar salivarius terhambat baik disebabkan karena kelainan fisologis
maupun patologis maka penyakit karies tidak akan terkendali 5,6
Kebiasaan anak mengkonsumsi makanan kariogenik seperti coklat, permen,
kuekue manis dan sebagainya, disebabkan karena makanan tersebut bentuknya

menarik dan rasanya yang enak atau lezat sehingga sangat disukai oleh anakanak.
Gula Sukrosa adalah salah satu jenis karbohidrat yang terkandung dalam makanan
seperti permen, coklat dan makanan lainnya yang merupakan substrat dan media
pertumbuhan pertumbuhan bakteri yang pada akhirnya akan meningkatkan proses
terjadinya penyakit karies. Konsumsi gula yang berlebihan pada anak, dari berbagai
laporan penelitian menegaskan adanya kecenderungan peningkatan kejadian
penyakit karies gigi. 2,7,8
1.2 Rumusan Masalah
Apakah Ada Hubungan Antara Frekuensi Makanan Kariogenik Dan Tingkat
Keparahan Penyakit Karies Gigi Pada Anak Sekolah Dasar
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk Mengetahui Dan Memepelajari Frekuensi Konsumsi Makanan Jajanan
Kariogenik Dan Tingkat Keparahan Penyakit Karies Gigi Pada Anak.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi peneliti
Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan serta memberikan pengalaman
langsung dalam peneliian.
b. Bagi masyarakat
Sebagai bahan masukan dalam melakukan indakan pencegahan terhadap
penyakit karies gigi dan perawatan gigi sejak anak anak.
1.5 Hipotesa
Ada Hubungan Frekuensi Konsumsi Makanan Jajanan Kariogenik Dengan
Tingkat Keparahan Karies Gigi Pada Anak Usia 8 10 Tahun

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENYAKIT KARIES
2.1.1 Pengertian Penyakit Karies gigi
Penyakit Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email,
dentin dan sementum, yang di sebabkan oleh aktivitas jasad renik dalam suatu
karbohidrat. Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang
kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Akibatnya, terjadi invasi
bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya ke jaringan periapeks
sehingga dapat menyebabkan rasa ngilu sampai rasa nyeri.3,9
Penyakit Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan
kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi (pits,Fissure dan daerah
interproksimal ) meluas ke daerah pulpa

13

. Penyakit karies terjadi karena adanya

proses demineralisasi email dan dentin oleh bakteri organic yang bersifat asam,
yaitu lactobacillus acidophilus dan streptococcus muntans. 2
2.1.2 Mekanisme Penyakit Karies
Penyakit Karies gigi dapat terjadi karena adanya sisasisa makanan yang
mengandung karbohidrat di dalam mulut akan mengalami fermentasi oleh kuman
flora normal rongga mulut menjadi asam piruvat dan asam laktat melalui proses

glikolisis. Mikroorganisme yang berperan dalam proses glikolisis adalah


lactobacillus acidophilus dan streptococcus mutans . Asam yang dibentuk dari
hasil glikolisis akan mengakibatkan larutnya email gigi, sehingga terjadi proses
dekalsifikasi email atau karies gigi.4.10
Penyakit Karies gigi dimulai dengan terjadinya demineralisasi pada lapisan
email

2,3

. Enamel sebagian besar terdiri dari hidrokiapatit (Ca10 (PO4)6 (OH)2) atau

Fluorapatit (Ca10 (PO4)6 F2), kedua unsur tersebut dalam suasana asam akan larut
menjadi Ca2+, PO4-9 dan F-, OH-. Ion H+ akan bereaksi dengan gugus PO4-9, F- atau
OH-

membentuk HSO4- HF atau H2O, sedangkan yang kompleks terbentuk

CaHSO4 ; CaPO4 dan CaHPO4. Kecepatan pelarutan enamel dipengaruhi oleh


derajat keasaman (pH), konsentrasi asam, waktu larut dan kehadiran ion sejenis
kalsium dan fosfat. Adapun pengaruh pH terhadap koefisien laju reaksi
menunjukan, bahwa semakin kecil atau semakin asam media, maka makin tinggi
laju reaksi pelepasan ion kalsium dari enamel gigi. Reaksi kimia pelepasan ion
kalsium dari enamel gigi dalam suasana ditunjukan dengan persamaan reaksi
sebagai berikut :11
Ca10 (PO4)6 F2 - Ca10 (PO)6 F2 + 2n H+ - N Ca2+ + Ca10 n H20 2n (PO4)6 F2
Padat
Terlarut
Terlepas
Padat
Beberapa jenis karbohidrat makanan misalnya sukrosa dan glukosa dapat
diragikan oleh bakteri tertentu dan dapat membentuk asam sehingga pH plak akan
menurun sampai di bawah 5 dalam tempo 1-3 menit. Penurunan pH yang berulang-

ulang dalam waktu tertentu akan mengakibatkan demineralisasi permukaan email


gigi dan proses kariespun dimulai. 4,5,10
2.1.3 Faktor Factor Yang Mempercepat Karies Pada Anak
a. Susunan gigi Sulung
Gigi-gigi berjejal dan saling tumpang tindih akan mendukung timbulnya
penyakit karies karena daerah tersebut sulit dibersihkan. Susunan gigi
molar sulung rapat sedangkan gigi insisivus sulung renggang. Dari
berbagai penelitian disimpulkan bahwa anak dengan susunan gigi berjejal
lebih

banyak menderita penyakit karies dari pada yang mempunyai

susunan gigi baik 3,16


b. Morfologi gigi sulung
Variasi morfologi gigi juga mempengaruhi resistensi gigi terhadap
penyakit karies. Morfologi gigi sulung dapat ditinjau dari 2 permukaan :
1. Permukaan oklusal
Permukaan oklusal gigi molar sulung mempunyai bonjol yang
relatif tinggi sehingga lekukan menunjukkan gambaran curam dan
relatif dalam. Bentuk morfologi gigi sulung tidak banyak
bervariasi kecuali gigi molar sulung pertama atas dalam bentuk dan
ukurannya. Lekukan gigi sulung yang lebih dalam akan
memudahkan terjadinya penyakit karies.3
2. Permukaan halus
Kontak antar gigi tetap adalah kontak titik tetapi kontak antar gigi
sulung merupakan kontak bidang. Bentuk permukaan proksimal

gigi

sulung

agak

datar.

Keadaan

ini

akan

menyulitka

pembersihannya. Sehingga penyakit karies gigi dapat terjadi.3


c. Plak
Plak terbentuk dari campuran antara bahanbahan air ludah seperti
mucin, sisasisa sel jaringan mulut,leukosit,limposit dengan sisasisa
makanan serta bakteri. Plak ini mulamula berbentuk agar cair yang lama
kelamaan menjadi kelat, tempat bertumbuhnya di mana bakteri 4,12
d. Saliva
Saliva merupakan pertahanan pertama terhadap penyaki karies. Selain itu
fungsi saliva juga sebagai pelicin, pelindung, buffer , pembersih, anti
pelarut dan anti bakteri. Namun demikian saliva juga memegang peranan
penting lain yaitu dalam proses terbentuknya plak gigi, saliva juga
merupakan media yang baik untuk kehidupan mikroorganisme tertentu
yang berhubungan dengan penyakit karies gigi.2,6,12
e. Mikroorganisme
mikroorganisme di dalam mulut yang berhubungan dengan penyakit
karies antara lain bermacam Streptococcus, Lactobacillus,Actinomices .
Mikroorganisme ini menempel di gigi bersama dengan plak atau debris.
Plak gigi adalah media lunak non mineral yang menempel erat di gigi. 9,12
f. Waktu .
Kecepatan kerusakan gigi akan jelas terlihat dengan timbulnya penyakit
karies menyeluruh dalam waktu singkat. Selain itu keadaan yang dapat
menyebabkan substrat lama berada dalam mulut ialah kebiasaan anak

menahan makanan didalam mulut dimana makanan tidak cepat-cepat


ditelan. 3,13
g. Makanan
Makanan sangat berpengaruh terhadap gig dan mulut, pengaruh ini dapat
dibagi menjadi 2 :
1. Isi makanan yang menghasilkan energy.misalnya: Karbohidrat,
Protein,Lemak,Vitamin serta mineralmineral. Unsurunsur tersebut
diatas berpengaruh pada masa pra-erupsi serta pasca erupsi gigi
geligi.5,10
2. Fungsi mekanis dari makanan yang dimakan. Makanmakanan yang
bersifat membersihkan ini adalah: apel, jambu air, bengkuang dan lain
sebagainya. Sebaliknya makanan makanan yang lunak dan melekat
pada gigi dapat merusak gigi seperti: bonbon, cokelat, biscuit dan lain
sebagainya.2,4,8
h. Kebiasaan menggosok gigi
Kebiasaan gosok gigi juga dapat

mempengaruhi berat ringannya

penyakit karies. Seseorang yang mempunyai kebiasaan mengosok gigi


cenderung terjadi penyakit karies dibandingkan yang tidak.15
i. Unsur Kimia
Unsurunsur kimia juga mempunyai pengaruh terhadap terjadinya karies
gigi. Unsur kimia yang paling berpengaruh persentase terjadinya karies
gigi adalah Fluor.6,13
2.2 MAKANAN KARIOGENIK

2.2.1 Pengertian Makanan Kariogenik


Makanan kariogenik adalah makanan yang dapat menyebabkan terjadinya
penyakit karies gigi. Sifat makanan kariogenik adalah banyak mengandung
karbohidrat, lengket dan mudah hancur di dalam mulut. Hubungan antara
konsumsi karbohidrat dengan terjadinya penyakit karies gigi ada kaitannya
dengan pembentukan plak pada permukaan gigi. Plak terbentuk dari sisa-sisa
makanan yang melekat di sela-sela gigi dan pada plak ini akhirnya akan
ditumbuhi bakteri yang dapat mengubah glukosa menjadi asam sehingga pH
rongga mulut menurun sampai dengan 4,5. Pada keadaan demikian maka struktur
email gigi akan terlarut. Pengulangan konsumsi karbohidrat yang terlalu sering
menyebabkan produksi asam oleh bakteri menjadi lebih sering lagi sehingga
keasaman rongga mulut menjadi lebih asam dan semakin banyak email yang
terlarut. 3,7,8,12,14
2.2.2 Bentuk Fisik Makanan Kariogenik
Karbohidrat dalam bentuk tepung atau cairan yang bersifat lengket serta
mudah hancur di dalam mulut lebih memudahkan timbulnya karies dibanding
bentuk fisik lain, karbohidrat seperti ini misalnya kue-kue,roti,es krim,susu,
permen dan lain-lain.4. Buah yang mempunyai sifat sebagi pembersih alami
seperti apel,benkoang, pir,jeruk.7
2.2.3 Jenis Makanan Kariogenik
karbohidrat yang berhubungan dengan proses penyakit karies adalah
polisakarida,disakarida,monosakarida dan sukrosa terutama mempunyai

kemampuan yang lebih efisien terhadap pertumbuhan mikroorganisme


asidogenik dibanding karbohidrat lain.Sukrosa dimetabolisme dengan cepat
untuk menghasilkan zat-zat asam. 4,5,10
2.2.4 frekuensi Makanan Kariogenik
Konsumsi makanan dan minuman yang mengandung gula diantara jam makan
dan pada saat makan berhubungan dengan peningkatan penyakit karies yang
besar. Factor makanan yang dihubungkan dengan terjadinya penyakit karies
adalah jumlah frementasi, konsentrasi dan bentuk fisik (bantuk cair,tepung,
padat) dari karbohidrat yang dikonsumsi, frekuensi makan dan snack
lamanya interval waktu makan.5,6

HS HS

BAB III
KERANGKA KONSEP

ou ou
sb sb

Mikroorganisme

ts ts
konsistensi

jumla
t t

10

r r

Ukuransaliva
dan
Pembentukan
Waktu erupsi
a a
morfologi gigi
fluoride

Komposis
i gigi

Content

serta

Plak

Diet

Rasa Makanan

Kesukaan
Makanan

Variabel yang di Teliti


Variabel tidak di teliti

BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 JENIS PENELITIAN

11

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Cross-sectional. Penelitian ini


dilakukan di Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddin 1
4.2 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
a. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas
Hasanuddin 1
b. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan februari maret 2012
4.3 POPULASI DAN SAMPEL
a. Populasi : seluruh siswa kelas 2,3,4 di Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea
Universitas Hasanuddin 1
b. Sampel : siswa kelas 2,3,4 di Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas
Hasanuddin 1, yang memenuhi kriteria Inklusi
4.4 METODE SAMPLING
Subyek penelitian adalah anakanak sekolah yang penambilan sampelnya
dilakukan secara probability non random sampling, dimana teknik sampling yang
digunakan peneliti mengambil sebagian dari seluruh jumlah populasi yang akan
dijadikan sampel,pengambilan sampel dengan cara non random. Dengan criteria
inklusi:

12

a. Anak Usia 8-10 Tahun


b. Siswa Siswa Sekolah Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddin 1
c. Mendapat Izin Dari Orang Tua/Wali
d. Kooperatif
4.5 VARIEBEL PENELITIAN
Variabel dalam penelitian ini terdiri :
a. Variable sebab
: konsumsi makanan kariogenik
b. Veriabel akibat : Karies gigi
4.6 DEFINISI VARIABEL OPERASIONAL
a.Karies gigi adalah gigi berlubang yang apabila dilakukan sondasi makan
sondasi akan tersangkut
b. Makanan kariogenik adalah jenis makanan karbohidrat yang mengandung
sukrosa dan glukosa
4.7 ALAT DAN BAHAN
a. Timbangan berat badan

b. Diagnostic Set

c. Masker

d. Handskun

e. Gelas kimia

f. Kertas pH

g. Alat tulis

h. kuisioner

4.8 KRITERIA PENILAIAN


A. Kuisioner yang berisi data tentang pola makan anak yang diperoleh dengan
metode FFQ ( Food Frequency Quesioner ). ( Lampiran: Tabel 4.1 )
B. Indeks CSI ( Caries Severity Index ) untuk mengukur tingkat keparahan
karies gigi dengan kriteria sebagai berikut ( lampiran : tabel 4.2 )
4.9 Data
a.Jenis data
yang digunakan dalam penelitian ini adaah data primer. Data primer didapatkan
langsung di lapangan pada saat melakukan observasi terhadap penelitian

13

tersebut, pendataan tersebut langsung dicatat ke dalam kartu status pada tiap
tiap sampel yang di periksa
b. Pengolahan data
Pengelolaan data dilakukan secara SPSS
c. Analisis data
Analitik , di mana menganalisis data dengan menggunakan uji chi square dan
membuat uraian secara sistematik mengenai keadaan dari hasil penelitian
BAB V
HASIL PENELITIAN
Menurut tabel 1 Hubungan Frekuensi Makanan Manis dengan Tingkat Keparahan
Karies Gigi , Menurut tabel , dari 84 responden yang memiliki tingkat keparahan karies gigi
sebesar 57% dengan frekuensi mengkonsumsi makanan manis sekali dalam sehari. Berdasarkan
uji Chi Square p<0,05, dimana nilai p=0,040. Maka Ho ditolak, Ha diterima. Berarti ada
hubungan frekuensi makanan manis dengan tingkat keparahan karies gigi.
uji Phi menunjukkan

=0,04 dimana, sekitar 4% frekuensi makanan manis signifikan

terhadap peningkatan keparahan penyakit karies gigi


Menurut tabel 2 Distrribusi Jumlah Responden Berdasarkan Kelas , dari penelitian
sebanyak 84 siswa Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddin 1 tertinggi jumlah
siswanya yaitu kelas 2 sebesar 42% dan yang terkecil 24% atau 20 siswa pada kelas 4.
(Lampiran:Tabel 2)

14

Berdasarkan tabel 3 Distrribusi Jenis Kelamin Responden Berdasarkan Kelas ,


dari 84 responden sebesar 44 orang yang berjenis kelamin perempuan atau 52% dan
sisanya 48% laki-laki. Sedangkan dari tingkatan kelas, tertinggi jumlah perempuan dan
laki-laki masing-masing kelas 2 sebesar 63% dan 62% kelas 3. (Lampiran:Tabel 3)
Berdasarkan tabel 4 Deskripsi umur, berat badan dan pH Saliva seluruh
Responden , dari 84 responden, responden yang memiliki umur paling rendah yaitu
umur 7 tahun dan umur yang paling tinggi yaitu pada umur 11 tahun. Dan untuk berat
badan dari seluruh responden, berat badan minimum yaitu 14 kg dan utuk berat badan
paling berat yanitu 50kg. sedangkan untuk pH saliva, pH saliva yang terendah yaitu 3
dan yang tertinggi adalah 8.(Lampiran:Tabel 4)
Berdasarkan

tabel

Distribusi

Frekuensi

Menyikat

Gigi

Responden

Berdasarkan Tingkatan Kelas dengan jumlah responden 84. Frekuensi menyikat gigi
berdasarkan tingkatan kelas. Responden yang memiliki frekuensi menyikat gigi yang
paling rendah yaitu 0% sedangkan yang memiliki frekuensi yang tertinggi yaitu 69%
dengan frekuensi meyikat gigi 2 kali dalam sehari dan terdapat pada kelas 3.
(Lampiran:Tabel 5)
Berdasarkan tabel 6 Distribusi Frekuensi Pekerjaan ayah berdasarkan
tingkatan kelas dengan jumlah responden 84, sebesar 49 atau 58.3% yang ayah
responden bekerja sebagai PNS/TNI/POLRI, sedangkan untuk pekerja yang paling
sedikit yaitu yang bekerja sebagai buruh harian dengan jumlah 1 atau 5.0%. sedangkan

15

untuk tingkatan kelas, kelas 2 memiliki jumlah 23 atau 65.7% yang ayahnya memiliki
pekerjaan PNS. (Lampiran:Tabel 6 )
Berdasarkan tabel 7 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu berdasarkan tingkatan
kelas , dengan jumlah responden 84. Sebanyak 25 atau 71.4% yang ibu dari responden
bekerja sebagai ibu rumah tangga. Dan 1 atau 2.9% yang memiliki jumlah yang paling
sedikt ibu dari responden yang bekerja sebagai pegawai swasta (Lampiran:Tabel 7)
Berdasarkan tabel 8 Frekuensi konsumsi makanan manis dari seluruh
responden dengan jumlah responden 84. 39 atau 46.4% memiliki frekuensi makanan
paling tinggi pada frekuensi 2 kali sehari mengkonsumsi makanan manis. Sedangkan 7
atau 8.3% memiliki jumlah paling sedikt dalam mengkonsumsi makanan manis dengan
frekuensi makan 1 kali dalam sehari. (Lampiran:Tabel 8)
Berdasarkan tabel 9 Frekuensi konsumsi makanan snack dari seluruh
responden : dengan jumlah responden 84. 58 atau 69.0% memiliki frekuensi makanan
snack paling tinggi pada frekuensi 2 kali sehari mengkonsumsi makanan manis.
Sedangkan 9 atau 10.7% memiliki jumlah paling sedikt dalam mengkonsumsi makanan
snack dengan frekuensi makan 1 kali dalam sehari (Lampiran:Tabel 9)
Berdasarkan tabel 10 Frekuensi konsumsi makanan permen manis dari seluruh
responden dengan jumlah responden 84. 31 atau 36.9% memiliki frekuensi makan
permen paling tinggi pada frekuensi >=3 kali dalam sehari mengkonsumsi permen.

16

Sedangkan 23 atau 27.4% memiliki jumlah paling sedikt dalam mengkonsumsi permen
dengan frekuensi makan 1 kali dalam sehari (Lampiran:Tabel 10)
Berdasarkan tabel 11 Frekuensi konsumsi buah - buahan dari seluruh
responden dengan jumlah responden 84. 56 atau 66.7% memiliki frekuensi konsumsi
buah buahan paling tinggi pada frekuensi 2 kali dalam sehari mengkonsumsi buah buahan. Sedangkan 1 atau 1.2% memiliki jumlah paling sedikt dalam mengkonsumsi
permen dengan frekuensi makan 1 kali dalam sehari (Lampiran:Tabel 11)
Berdasarkan tabel 12 Frekuensi konsumsi daging dari seluruh responden
dengan jumlah responden 84. 47 atau 56.0% memiliki frekuensi konsumsi daging
paling tinggi pada frekuensi 1 kali dalam sehari mengkonsumsi daging. Sedangkan 4
atau 4.8% memiliki jumlah paling sedikt dalam mengkonsumsi daging dengan frekuensi
makan >=3 kali dalam sehari (Lampiran:Tabel 12)
Berdasarkan

tabel

13

Frekuensi

konsumsi

air

putih

dari

seluruh

respondendengan jumlah responden 84. 37 atau 44.0% memiliki frekuensi konsumsi


air putih paling tinggi pada frekuensi 2 kali dalam sehari mengkonsumsi air putih.
Sedangkan 14 atau 16.7% memiliki jumlah paling sedikt dalam mengkonsumsi air putih
dengan frekuensi makan 1 kali dalam sehari (Lampiran:Tabel 13)
Berdasarkan tabel 14 Frekuensi konsumsi minuman ringan dari seluruh
responden dengan jumlah responden 84. 53 atau 63.1% memiliki frekuensi konsumsi
minuman ringan paling tinggi pada frekuensi 2 kali dalam sehari mengkonsumsi

17

minuman ringan. Sedangkan 7 atau 8.3% memiliki jumlah paling sedikt dalam
mengkonsumsi minuman ringan dengan frekuensi makan >=3 kali dalam sehari.
(Lampiran:Tabel 14)
Berdasarka dari tabel 15 Distribusi jumlah responden secara keseluruhan yang
karies dan tidak karies dengan jumlah responden 84, dapat di lihat bahwa sebanyak 21

orang siswasiswi yang terkena penyakit karies, dan 63 siswa siswi lainnya tidak
terdapat penyakit karies. (Lampiran:tabel 15)
Dari tabel 16 Distrribusi Karies Gigi padaResponden Berdasarkan Umur , Usia 10
tahun memiliki keparahan karies gigi tertinggi yakni sebesar 62% dari 21 responden.
Sedangkan usia 8 tahun hanya 11% yang mengalami Karies gigi.(Lampiran:Tabel 16)

18

BAB VI
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini uji statistik yang digunakan adalah uji hubungan Chi Square.
Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan

terdapat hubungan antara frekuensi

makanan yang mengandung kariogenik dan tingkat keparahan penyakit karies yang
terjadi.
Penyakit Karies gigi Menurut Nolte dalam Kiswaluyo (1997) Penyakit karies gigi
adalah penyakit pada jaringan keras gigi yang terdapat pada bagian tertentu. Penyakit
karies dapat meluas kebagian gigi yang lain, yang disebabkan oleh bakteri streptococcus
mutans. Masyarakat yang banyak mengkonsumsi makanan yang berserat cenderung
mengurangi terjadinya terjadinya penyakit karies dari pada masyarakat yang
mengkonsumsi makanan yang lunak dan banyak mengandung gula. Pola makan atau

19

diet berhubungan dengan terjadinya penyakit karies gigi. Di

Negara berkembang

seperti di Indonesia,khususnya di perkotaan masyarakat cenderung mengkonsumsi


makanan lunak. Berdeda dengan Negara maju.
Gula atau sucrose merupakan penyabab penyakit karies yang paling utama. Gula
menyebabkan plak menebal dan streptococcus mutans merubah sucrose menjadi asam..
patogenitas plak atau streptococcus mutans adalah dengan cepat merubah gula menjadi
asam, terjadi pembuatan polisakarida ekstraselluler yang menyebabkan asam melekat
pada permukaan gigi, dan streptococcus mutans

mengurangi permiabilitas plak

sehingga lak tidak mudah dinetralisirkan kembali.


Semakin sering makan makanan manis, ada kecenderungan semakain banyak yang
memiliki penyakit karies. Hal ini sesuai dengan pendapat Zr. Be Kien Nio ( 1984 ) yang
menyatakan bahwa kebiasaan makan manis dengan frekuensi lebih dari 3 kali sehari,
makan kemungkinan terjadinya penyakit karies jauh lebih besar. Sebaliknya bila
frekuensi makan gula dikurang 3 kali, maka email mendapat kesempatan untuk
mengadakan remineneralisasi. Peningkatan revalensi penyakit karies gigi banyak
dipengaruhi perubahan pola makan.
Demineralisasi enamel adalah rusaknya hidroksi apatitt gigi yang merupakan
komponen utama enamel akibat proses kimia. Kondisi demineralisasi enamel terjadi bila
pH larutan disekeliling permukaan enamel lebih rendah dari 5,5 ( umumnya pH

20

minuman ringan berkisar 2,3-3,6) dan konsentrasi asam yang tidak terdisosiasi itu lebih
tinggi di permukaan enamel, dari pada di dalam enamel. Demineralisasi enamel terjadi
melalui proses difusi, yaitu proses pemindahan molekuk atau ion yang larut dalam air
kea tau dari dalam enamel ke saliva karena ada perbedaan konsentrasi dari keasaman
minuman di permukaan dengan di dalam enamel gigi. Keasaman minuman ( HL ) yang
mempunyai konsentrasi tinggi, dan pH awal minuman yang rendah akan bedifusi ke
dalam enamel, melalui kisi Kristal dan prisma tubuli enamel yang mengandung air dan
matriks organic atau protein.11
Tindakan pencegahan pada penyakit karies tinggi lebih menekankan pada
pengurangan konsumsi dan pengendalian frekuensi asupan gula yang tinggi. Hal ini
dapat dilaksanakan dengan cara nasehat diet dan bahan pengganti gula6.
Nasehat diet yang dianjurkan adalah memakan makanan yang cukup jumlah protein
dan fosfat yang dapat menambah sifat basa dari saliva, memperbanyak makan sayuran
dan buah-buahan yang berserat dan berair yang akan bersifat membersihkan dan
merangsang sekresi saliva, menghindari makanan yang manis dan lengket serta
membatasi jumlah makan menjadi tiga kali sehari serta menekan keinginan untuk makan
di antara jam makan6.
Xylitol dan sorbitol merupakan bahan pengganti gula yang sering digunakan, berasal
dari bahan alami serta mempunyai kalori yang sama dengan glukosa dan sukrosa. Xylitol
dan sorbitol dapat dijumpai dalam bentuk tablet, pastiles, permen karet, minuman

21

ringan, farmasi dan lainlain. Xylitol dan sorbitol mempunyai efek menstimulasi daya alir
saliva dan menurunkan kolonisasi dari S. Mutans. Menurut penelitian, xylitol lebih
efektif karena xylitol tidak dapat dimetabolisme oleh bakteri dalam pembentukan asam
dan mempunyai efek anti bakteri6.
Tindakan pencegahan primer pada anak yang berisiko penyakit karies tinggi meliputi
modifikasi kebiasaan anak (kebersihan mulut dan diet konsumsi gula) dan perlindungan
gigi (penggunaan silen, fluor dan klorheksidin). Pada anak di bawah umur 5 tahun,
usaha untuk melakukan pencegahan primer diberikan kepada ibu seperti meningkatkan
pengetahuan ibu tentang menjaga kebersihan mulut anak, pola makan anak yang baik
dan benar serta tindakan perlindungan terhadap gigi anak yang dapat diberikan. Hal ini
berhubungan karena kemampuan anak terbatas dan anak lebih dekat kepada ibunya.
Pada anak 6 tahun ke atas, dokter gigi harus lebih menekankan kepada anak mengenai
tanggung jawabnya untuk memelihara kesehatan mulut.6
Tindakan pencegahan yang dilakukan harus melihat indikator mana sebagai
penyebab utama. Bila kontrol plak yang tidak baik sebagai penyebab utama, dokter gigi
harus lebih menekankan pada modifikasi anak mengenai kebersihan mulut (menyikat
gigi dua kali sehari dengan menggunakan pasta gigi mengandung fluor sedikitnya 1000
ppm), bila karena kebiasaan diet yang salah, maka pengaturan diet lebih ditekankan
(pembatasan konsumsi makanan dan minuman yang mengandung gula, menggunakan
bahan pengganti gula seperti xylitol atau sorbitol). Bila morfologi gigi lebih rentan

22

terhadap karies, seperti pit dan fissure yang dalam, enamel hipoplasia maka
perlindungan terhadap gigi seperti penggunaan silen, fluor dan flossing klorheksidin
lebih ditekankan. Untuk mengevaluasi tingkat risiko anak dilakukan kunjungan berkala,
3 atau 4 bulan sekali untuk melihat keberhasilan tindakan pencegahan yang dilakukan
serta penilaian tingkat risiko penyakit karies anak.6

BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Pada penelitian ini ditemukan ada hubungan yang bermakna antara makanan
kariogenik dengan terjadinya karies p<0,05, dimana nilai p=0,040. Maka Ho ditolak, Ha
diterima. Berarti ada hubungan frekuensi makanan manis dengan tingkat keparahan
penyakit karies gigi.
7.2 Saran
Perlu disarankan agar orang tua maupun guru menasehati dan mengawasi anak agar
menbiasakan mengosok gigi secara benar dan mengawasi anak agar mengurangi
konsumsi makanan dan minuman yang bersifat kariogenik.

23

Frekuensi
Makanan Manis

Keparahan Karies Gigi


Karies
Tidak Karies
n
%
N
%

1 kali/ hari
>=2 kali/hari
Total

4
17
21

7
77
84

100.0%
100.0%
100.0%

57.1%
22.1%
25.0%

3
60
63

42.9%
77.9%
75.0%

Total

p<0,05
p=0,04

Tabel 1
Hubungan Frekuensi Makanan Manis dengan Tingkat Keparahan Karies Gigi
di Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddin 1 Makassar
Tahun 2012

Sumber: Data primer


Tabel 2.
Distrribusi Jumlah Responden Berdasarkan Kelas
di Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddin 1
MakassarTahun 2012

Tingkatan Kelas
2
3
4
Total

N
35
29
20
84

Sumber: Data Primer

24

%
41.7
34.5
23.8
100.0

Tabel 3.
Distrribusi Jenis Kelamin Responden Berdasarkan Kelas
di Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddin 1
Makassar Tahun 2012
Tingkatan
Kelas
2
3
4
Total
Sumber :data primer

Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
n
%
N
%

13
18
9
40

35
29
20
84

100.0%
100.0%
100.0%
100.0%

37.1%
62.1%
45.0%
47.6%

22
11
11
44

62.9%
37.9%
55.0%
52.4%

Total

Tabel 4
Deskripsi umur, berat badan dan pH Saliva seluruh Responden
di Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddin 1 Makassar
Tahun 2012

Jenis

N
84
84
84
84

umur responden
berat badan
ph saliva
Valid N (listwise)

Minimum
7
14
3
24

Maximum
11
50
8
69

Sumber : Data Primer


Tabel 5
Distribusi Frekuensi Menyikat Gigi Responden Berdasarkan Tingkatan Kelas
di Sekoah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddi 1
Makassar Tahun 2012

Tingka
tan
Kelas
2
3
4
Total

1 kali sehari
N
7
3
1
11

%
20.0%
10.3%
5.0%
13.1%

Frekuensi Menyikat gigi


2 kali
3 kali
4 kali
Sehari
sehari
sehari
N
%
N
%
N
%
11 31.4 % 15 42.9% 0
0%
20 69.0% 6 20.7% 0
0%
10 50.0% 6 30.0% 3 15.0%
41 48.8% 27 32.1% 3
3.6%

Sumber : data Primer

25

Total
5 kali
sehari
N
%
2 5.7%
0
0%
0
0%
2 2,4%

35
29
20
84

100.0%
100.0%
100.0%
100.0%

Tabel 6
Distribusi Frekuensi Pekerjaan ayah berdasarkan tingkatan kelas
di Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddin 1
Makassar Tahun 2012

Pekerjaan ayah
Tingkata

PNS/TNI/POLR

Pegawai

Wiraswast

Buruh

Tidak

n Kelas

Swasta

harian

bekerja

2
3
4
Total

23

65.7%

17
9
49

58.6%
45.0%
58.3%

11.4%

8.6%

3 8.6% 2 5.7%

17.2%

2 6.9% 0

0%

35.0%

1 5.0% 0

0%

7.1

2.4

5
3

17.2
%
15.0
%

14.3

15 17.9% 6

Sumber : data Primer

Tabel 7

26

Total
n
3
5
2
9
2
0

%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0
%

Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu berdasarkan tingkatan kelas


di Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddin 1
Makassar Tahun 2012

Pekerjaan ibu
Tingkatan

PNS

Kelas
2
3
4
Total

Pegawai
Swasta

Wiraswasta

25.7%

2.9%

0%

27.6%

0%

10.3%

30.0%

10.0%

20.0%

27.4

3.6%

8.3%

IRT
N
2
5
1
8
8
5
1

Total
N

71.4%
62.1%
40.0%
60.7%

3
5
2
9
2
0
8
4

%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%

Sumber : data Primer

Tabel 8
Frekuensi Konsumsi Makanan Manis Sari Seluruh Responden
Di Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddin 1
Makassar Tahun 2012

Frekuensi
1 kali dalam sehari
2 kali dalam sehari
>=3 kali dalam sehari
Total

N
7
39
38
84

Percent
8.3%
46.4%
45.2%
100.0%

Sumber : data Primer

Tabel 9
Frekuensi Konsumsi Makanan Snack Dari Seluruh Responden
Di Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddin 1
Makassar Tahun 2012

27

Frekuensi
1 kali dalam sehari
2 kali dalam sehari
>=3 kali dalam sehari
Total

N
17
58
9
84

Percent
20.2%
69%
10.7%
100%

Sumber : data Primer

Tabel 10
Frekuensi konsumsi makanan permen manis dari seluruh responden
Di Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddin 1
Makassar Tahun 2012

frekuensi
1 kali dalam sehari
2 kali dalam sehari
>=3 kali dalam sehari
Total

N
23
30
31
84

Percent
27.4%
35.7%
36.9%
100%

Sumber : data Primer

Tabel 11
Frekuensi Konsumsi Buah - Buahan Dari Seluruh Responden
Di Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddin 1
Makassar Tahun 2012

Frekuensi
1 kali dalam sehari
2 kali dalam sehari
>=3 kali dalam sehari
Total

N
1
56
19
8

Percent
1.2%
66.7%
22.6%
9.5%

Sumber : data Primer

Tabel 12
Frekuensi Konsumsi Daging Dari Seluruh Responden
Di Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddin 1
Makassar Tahun 2012

28

Frekuensi

N
12
47
21
4
84

Tidak pernah
1 kali dalam sehari
2 kali dalam sehari
>=3 kali dalam sehari
Total

Percent
14.3%
56.0%
25.0%
4.8%
100%

Sumber : data Primer

Tabel 13
Frekuensi konsumsi air putih dari seluruh responden
Di Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddin 1
Makassar Tahun 2012

Frekuensi

N
14
37
33
84

1 kali dalam sehari


2 kali dalam sehari
>=3 kali dalam sehari
Total

Percent
16.7%
44.0%
39.3%
100%

Sumber : data Primer

Tabel 14
Frekuensi konsumsi minuman ringan dari seluruh responden
Di Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddin 1
Makassar Tahun 2012

frekuensi

N
24
53
7
84

1 kali dalam sehari


2 kali dalam sehari
>=3 kali dalam sehari
Total

Percent
28.6%
63.1%
8.3%
100%

Sumber : data Primer


Tabel 15
Distribusi jumlah responden secara keseluruhan yang karies dan tidak karies
Di Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddin 1
Makassar Tahun 2012
Kejadian

29

Percent

Karies
Tidak karies
Jumlah
Sumber : data Primer

21
63
84

25%
75%
100%

Tabel 16.
Distrribusi Karies Gigi padaResponden Berdasarkan Umur
Di Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddin 1
Makassar Tahun 2012

Umur

8 tahun
9 tahun
10 tahun
Total

Keparahan Karies Gigi


Karies
Tidak Karies
n
%
N
%

5
3
13
21

47
16
21
84

100.0%
100.0%
100.0%
100.0%

10.6%
18.8%
61.9%
25.0%

42
13
8
63

89.4%
81.2%
38.1%
75.0%

Total

Sumber : Data Prime

Kepustakaan
1. Haryani W. Hubungan Antara Konsumsi Karbohidrat dengan tingkat keparahan
karies gigi pada anak usia Prasekolah di kecamatan Depok .Berita ked
masyarakat 2002; 28 (2):23-9
2. Moynihan PJ. The Role of diet and nutrion in the etiology and prevention of oral
diseases. Bulletin of the world health organization 2005;83:694-9
3. Kidd AM. Dasar dasar karies penyakit dan penanggulangannya.
Jakarta:EGC;1992 p.1-18,66,79.
4. Moynihan P , Petersen PE. Diet, nutrition and the prevalention of the dental
diseases. Public Health Nutrition 200;7(1):201-6

30

5. Touger R, Loveren CV. Sugars and dental caries. Am J clin nutr 2003;78:8815925
6. Angela A. Pencegahan primer pada anak beresiko karies tinggi. Maj ked gigi
2005; 38 (3) :130-4
7. Pediatrics. The use and misuse of fruit juice in pediatrics. Pediatrics 2001;
8. Riani D,Sarasati. Peranan pola makan terhadap karies gigi pada anak. Jurnal
PDGI 2005; (1):14-16
9. Soden. RI, Botero TM, Hanks CT, Nor JE. Angiogenic signaling triggered by
cariogenic bacteria in pulp cells. J. dent Res 2009; 88 (9) : 835 40
10. Wright JT. Defining the contribution of genetics in the etiology of dental caries. J
Dent Res 2010;89(11):1173-74
11. Prasetyo Arif Edhie. Keasaman minuman ringan menurunkan kekerasan
permukaan gigi. Jurnal. Surabaya : dent .J vol 38; 2005
12. Afonsky. Saliva and this relation to oral health. Alabama ; 1961 p.31,200-6,437,
13. Tarigan R. Karies Gigi. Jakarta : EGC ; 1990 p.1-2,17-36
14. Lame AFP, KH, kooBellato CM, BG, Cury JA.The role of sucrose in cariogenic
dental biofilm formation new insight. J Dent res 2006; 85 (10):878-887
15. Budisuari MA, oktarina, mikrajab MA. Hubungan pola makan dan kebiasaan
menyikat gigi dengan kesehatan gigi dan mulu (karies) Indonesia. bulletin
penelitian system kesehatan 2010;13(1):83-91
16. Tjahja NI, Lely MA, Delima,Ganni L. Nilai karies gigi anak kelas 1 dan 6
sekolah dasar di salah satu puskesmas kabupaten tangerang. Bul. Peneliti
kesehatan 2010;38(2):90-105
17. Suwelo. Karies pada anak dengan berbagai factor dan etiologi. Jakarta : EGC ;
1991 p.1-9.20-6
18. George WE. Clinical Oral Pediatrics. USA: Quintessence books ;1981 p.30-8

31

LAMPIRAN
Lampiran
Tabel 1 : Frekuensi Makanan
No.

Bahan makanan

Frekuensi / hari
2X
3X

1X

Skor
>3 X

A. Makanan
1.
Makanan Manis
2.
Snack
3.
Permen manis
4.
Buah
5.
Daging
B. Minuman
1.
Air Putih
2.
Minuman ringan
Lampiran 2
Karies
No

Score Karies

Molar 1

Indeks CSI ( Caries Severity Index ) untuk mengukur tingkat keparahan karies gigi
dengan kriteria sebagai berikut :
a. Skor 0 = gigi utuh ( S )
b. Skor 1 = sonde menyangkut pada fisura tapi tapi tidak ada perlunakan email (C)
c. Skor 2 = sonde menyangkut, ada perlunakan lebih dalam pada dentin ( C2 )
d. Skor 3 = karies lebih luas melibatkan pulpa (C3)
e. Skor 4 = ada kerusakan mahkota, gigi tinggal akar ( C4 )
Lampiran 3

32

Plak
No

Jenis

Plak

0 = <0,4

Indeks
1 = 0,4 1,0

2 = 1,1 2,0

Indeks PHP ( patient Hygine Filling teeth ) indeks pengukuran ini untik mengukur
derajat kebersihan gigi dan mulut anak dengan kriteria sebagai berikut :
nilai 0 = kebersihan gigi dan mulut sangat baik, indeks plak < 0,4
nilai 1 = kebersihan gigi dan mulut baik, indeks plak 0,4 1,0
nilai 2 = kebersihan gigi dan mulut kurang baik , indeks plak 1,1 2,0
nilai 3 = kebersihan gigi dan mulut buruk, indeks > 2,0

33

Anda mungkin juga menyukai