Skrip Si
Skrip Si
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah utama dalam rongga mulut anak sampai saat ini adalah penyakit
karies gigi. Telah banyak usaha yang telah dilakukan untuk menurunkan prevalensi
penyakit karies. Anak usia sekolah khususnya anak sekolah dasar adalah satu
kelompok yang rentan terhadap penyakit gigi dan mulut karena umumnya pada usia
sekolah anak-anak tersebut masih mempunyai perilaku atau kebiasaan diri yang
kurang menunjang terhadap kesehatan gigi. Awal terjadinya penyakit karies gigi
adalah pada anak usia sekolah.1
Penyakit Karies gigi adalah suatu penyakit jaringan keras gigi yang ditandai
dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan
bahan organik yang dapat menyebabkan rasa ngilu sampai dengan rasa nyeri 2.
Penyakit karies bersifat progresif dan kumulatif, dan kelainan ini bila dibiarkan
tanpa disertai perawatan dalam kurung waktu, dimungkinkan akan bertambah
parah. Gigi yang sudah terkena menjadi cacat tidak dapat kembali seperti
sediakala.3
Definisi asupan nutrisi pada fase pertumbuhan pre-erupsi gigi sulung dan gigi
permanen mempengaruhi mikrostruktural jaringan keras gigi tersebut yang akan
menentukan daya tahannya terhadap penyakit karies gigi. 4
Morfologi gigi ( terutama lokasi ), pit dan fisur pada gigi posterior sangat
rentan terhadap penyakit karies. Hal ini disebabkan karena sisasisa makanan
mudah melekat dan menumpuk di daerah tersebut. Selain itu, permukaan gigi yang
kasar dapat mempermudah kejadian plak dan dapat membantu perkembangan
penyakit karies2. Plak adalah suatu lapisan dengan konsistensinya yang lunak,
terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak dan melekat erat pada
permukaan gigi. Pada awal pembentukan plak,kokus gram positif merupakan jenis
yang paling banyak dijumpai seperti streptokokus mutans, streptokokus sanguis,
streptokokus mitis dan steptokokus salivarius. Sterptokokus mutans berperan
penting sebagai penyebab utama penyakit karies gigi oleh karena streptokokus
mutans mempunyai sifat asidogenik dan asidurik ( resisten terhadap asam )5 .
Proses pembentukan penyakit karies gigi dapat dihambat oleh peranan saliva
yang merupakan media dalam proses remineralisasi jaringan keras gigi terutama
jaringan email, dan daya hambat tersebut meningkat secara bermakna bila cukup
ion kalsium, ion fosfat dan ion fluor yang terkandung di dalam saliva. Selain
mempengaruhi komposisi mikroorganisme didalam plak, saliva juga mempengaruhi
pH plak. Jika aliran saliva berkurang atau menjadi sedikit, akibat produksi saliva
pada kelenjar salivarius terhambat baik disebabkan karena kelainan fisologis
maupun patologis maka penyakit karies tidak akan terkendali 5,6
Kebiasaan anak mengkonsumsi makanan kariogenik seperti coklat, permen,
kuekue manis dan sebagainya, disebabkan karena makanan tersebut bentuknya
menarik dan rasanya yang enak atau lezat sehingga sangat disukai oleh anakanak.
Gula Sukrosa adalah salah satu jenis karbohidrat yang terkandung dalam makanan
seperti permen, coklat dan makanan lainnya yang merupakan substrat dan media
pertumbuhan pertumbuhan bakteri yang pada akhirnya akan meningkatkan proses
terjadinya penyakit karies. Konsumsi gula yang berlebihan pada anak, dari berbagai
laporan penelitian menegaskan adanya kecenderungan peningkatan kejadian
penyakit karies gigi. 2,7,8
1.2 Rumusan Masalah
Apakah Ada Hubungan Antara Frekuensi Makanan Kariogenik Dan Tingkat
Keparahan Penyakit Karies Gigi Pada Anak Sekolah Dasar
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk Mengetahui Dan Memepelajari Frekuensi Konsumsi Makanan Jajanan
Kariogenik Dan Tingkat Keparahan Penyakit Karies Gigi Pada Anak.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi peneliti
Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan serta memberikan pengalaman
langsung dalam peneliian.
b. Bagi masyarakat
Sebagai bahan masukan dalam melakukan indakan pencegahan terhadap
penyakit karies gigi dan perawatan gigi sejak anak anak.
1.5 Hipotesa
Ada Hubungan Frekuensi Konsumsi Makanan Jajanan Kariogenik Dengan
Tingkat Keparahan Karies Gigi Pada Anak Usia 8 10 Tahun
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENYAKIT KARIES
2.1.1 Pengertian Penyakit Karies gigi
Penyakit Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email,
dentin dan sementum, yang di sebabkan oleh aktivitas jasad renik dalam suatu
karbohidrat. Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang
kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Akibatnya, terjadi invasi
bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya ke jaringan periapeks
sehingga dapat menyebabkan rasa ngilu sampai rasa nyeri.3,9
Penyakit Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan
kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi (pits,Fissure dan daerah
interproksimal ) meluas ke daerah pulpa
13
proses demineralisasi email dan dentin oleh bakteri organic yang bersifat asam,
yaitu lactobacillus acidophilus dan streptococcus muntans. 2
2.1.2 Mekanisme Penyakit Karies
Penyakit Karies gigi dapat terjadi karena adanya sisasisa makanan yang
mengandung karbohidrat di dalam mulut akan mengalami fermentasi oleh kuman
flora normal rongga mulut menjadi asam piruvat dan asam laktat melalui proses
2,3
. Enamel sebagian besar terdiri dari hidrokiapatit (Ca10 (PO4)6 (OH)2) atau
Fluorapatit (Ca10 (PO4)6 F2), kedua unsur tersebut dalam suasana asam akan larut
menjadi Ca2+, PO4-9 dan F-, OH-. Ion H+ akan bereaksi dengan gugus PO4-9, F- atau
OH-
gigi
sulung
agak
datar.
Keadaan
ini
akan
menyulitka
HS HS
BAB III
KERANGKA KONSEP
ou ou
sb sb
Mikroorganisme
ts ts
konsistensi
jumla
t t
10
r r
Ukuransaliva
dan
Pembentukan
Waktu erupsi
a a
morfologi gigi
fluoride
Komposis
i gigi
Content
serta
Plak
Diet
Rasa Makanan
Kesukaan
Makanan
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 JENIS PENELITIAN
11
12
b. Diagnostic Set
c. Masker
d. Handskun
e. Gelas kimia
f. Kertas pH
g. Alat tulis
h. kuisioner
13
tersebut, pendataan tersebut langsung dicatat ke dalam kartu status pada tiap
tiap sampel yang di periksa
b. Pengolahan data
Pengelolaan data dilakukan secara SPSS
c. Analisis data
Analitik , di mana menganalisis data dengan menggunakan uji chi square dan
membuat uraian secara sistematik mengenai keadaan dari hasil penelitian
BAB V
HASIL PENELITIAN
Menurut tabel 1 Hubungan Frekuensi Makanan Manis dengan Tingkat Keparahan
Karies Gigi , Menurut tabel , dari 84 responden yang memiliki tingkat keparahan karies gigi
sebesar 57% dengan frekuensi mengkonsumsi makanan manis sekali dalam sehari. Berdasarkan
uji Chi Square p<0,05, dimana nilai p=0,040. Maka Ho ditolak, Ha diterima. Berarti ada
hubungan frekuensi makanan manis dengan tingkat keparahan karies gigi.
uji Phi menunjukkan
14
tabel
Distribusi
Frekuensi
Menyikat
Gigi
Responden
Berdasarkan Tingkatan Kelas dengan jumlah responden 84. Frekuensi menyikat gigi
berdasarkan tingkatan kelas. Responden yang memiliki frekuensi menyikat gigi yang
paling rendah yaitu 0% sedangkan yang memiliki frekuensi yang tertinggi yaitu 69%
dengan frekuensi meyikat gigi 2 kali dalam sehari dan terdapat pada kelas 3.
(Lampiran:Tabel 5)
Berdasarkan tabel 6 Distribusi Frekuensi Pekerjaan ayah berdasarkan
tingkatan kelas dengan jumlah responden 84, sebesar 49 atau 58.3% yang ayah
responden bekerja sebagai PNS/TNI/POLRI, sedangkan untuk pekerja yang paling
sedikit yaitu yang bekerja sebagai buruh harian dengan jumlah 1 atau 5.0%. sedangkan
15
untuk tingkatan kelas, kelas 2 memiliki jumlah 23 atau 65.7% yang ayahnya memiliki
pekerjaan PNS. (Lampiran:Tabel 6 )
Berdasarkan tabel 7 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu berdasarkan tingkatan
kelas , dengan jumlah responden 84. Sebanyak 25 atau 71.4% yang ibu dari responden
bekerja sebagai ibu rumah tangga. Dan 1 atau 2.9% yang memiliki jumlah yang paling
sedikt ibu dari responden yang bekerja sebagai pegawai swasta (Lampiran:Tabel 7)
Berdasarkan tabel 8 Frekuensi konsumsi makanan manis dari seluruh
responden dengan jumlah responden 84. 39 atau 46.4% memiliki frekuensi makanan
paling tinggi pada frekuensi 2 kali sehari mengkonsumsi makanan manis. Sedangkan 7
atau 8.3% memiliki jumlah paling sedikt dalam mengkonsumsi makanan manis dengan
frekuensi makan 1 kali dalam sehari. (Lampiran:Tabel 8)
Berdasarkan tabel 9 Frekuensi konsumsi makanan snack dari seluruh
responden : dengan jumlah responden 84. 58 atau 69.0% memiliki frekuensi makanan
snack paling tinggi pada frekuensi 2 kali sehari mengkonsumsi makanan manis.
Sedangkan 9 atau 10.7% memiliki jumlah paling sedikt dalam mengkonsumsi makanan
snack dengan frekuensi makan 1 kali dalam sehari (Lampiran:Tabel 9)
Berdasarkan tabel 10 Frekuensi konsumsi makanan permen manis dari seluruh
responden dengan jumlah responden 84. 31 atau 36.9% memiliki frekuensi makan
permen paling tinggi pada frekuensi >=3 kali dalam sehari mengkonsumsi permen.
16
Sedangkan 23 atau 27.4% memiliki jumlah paling sedikt dalam mengkonsumsi permen
dengan frekuensi makan 1 kali dalam sehari (Lampiran:Tabel 10)
Berdasarkan tabel 11 Frekuensi konsumsi buah - buahan dari seluruh
responden dengan jumlah responden 84. 56 atau 66.7% memiliki frekuensi konsumsi
buah buahan paling tinggi pada frekuensi 2 kali dalam sehari mengkonsumsi buah buahan. Sedangkan 1 atau 1.2% memiliki jumlah paling sedikt dalam mengkonsumsi
permen dengan frekuensi makan 1 kali dalam sehari (Lampiran:Tabel 11)
Berdasarkan tabel 12 Frekuensi konsumsi daging dari seluruh responden
dengan jumlah responden 84. 47 atau 56.0% memiliki frekuensi konsumsi daging
paling tinggi pada frekuensi 1 kali dalam sehari mengkonsumsi daging. Sedangkan 4
atau 4.8% memiliki jumlah paling sedikt dalam mengkonsumsi daging dengan frekuensi
makan >=3 kali dalam sehari (Lampiran:Tabel 12)
Berdasarkan
tabel
13
Frekuensi
konsumsi
air
putih
dari
seluruh
17
minuman ringan. Sedangkan 7 atau 8.3% memiliki jumlah paling sedikt dalam
mengkonsumsi minuman ringan dengan frekuensi makan >=3 kali dalam sehari.
(Lampiran:Tabel 14)
Berdasarka dari tabel 15 Distribusi jumlah responden secara keseluruhan yang
karies dan tidak karies dengan jumlah responden 84, dapat di lihat bahwa sebanyak 21
orang siswasiswi yang terkena penyakit karies, dan 63 siswa siswi lainnya tidak
terdapat penyakit karies. (Lampiran:tabel 15)
Dari tabel 16 Distrribusi Karies Gigi padaResponden Berdasarkan Umur , Usia 10
tahun memiliki keparahan karies gigi tertinggi yakni sebesar 62% dari 21 responden.
Sedangkan usia 8 tahun hanya 11% yang mengalami Karies gigi.(Lampiran:Tabel 16)
18
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini uji statistik yang digunakan adalah uji hubungan Chi Square.
Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan
makanan yang mengandung kariogenik dan tingkat keparahan penyakit karies yang
terjadi.
Penyakit Karies gigi Menurut Nolte dalam Kiswaluyo (1997) Penyakit karies gigi
adalah penyakit pada jaringan keras gigi yang terdapat pada bagian tertentu. Penyakit
karies dapat meluas kebagian gigi yang lain, yang disebabkan oleh bakteri streptococcus
mutans. Masyarakat yang banyak mengkonsumsi makanan yang berserat cenderung
mengurangi terjadinya terjadinya penyakit karies dari pada masyarakat yang
mengkonsumsi makanan yang lunak dan banyak mengandung gula. Pola makan atau
19
Negara berkembang
20
minuman ringan berkisar 2,3-3,6) dan konsentrasi asam yang tidak terdisosiasi itu lebih
tinggi di permukaan enamel, dari pada di dalam enamel. Demineralisasi enamel terjadi
melalui proses difusi, yaitu proses pemindahan molekuk atau ion yang larut dalam air
kea tau dari dalam enamel ke saliva karena ada perbedaan konsentrasi dari keasaman
minuman di permukaan dengan di dalam enamel gigi. Keasaman minuman ( HL ) yang
mempunyai konsentrasi tinggi, dan pH awal minuman yang rendah akan bedifusi ke
dalam enamel, melalui kisi Kristal dan prisma tubuli enamel yang mengandung air dan
matriks organic atau protein.11
Tindakan pencegahan pada penyakit karies tinggi lebih menekankan pada
pengurangan konsumsi dan pengendalian frekuensi asupan gula yang tinggi. Hal ini
dapat dilaksanakan dengan cara nasehat diet dan bahan pengganti gula6.
Nasehat diet yang dianjurkan adalah memakan makanan yang cukup jumlah protein
dan fosfat yang dapat menambah sifat basa dari saliva, memperbanyak makan sayuran
dan buah-buahan yang berserat dan berair yang akan bersifat membersihkan dan
merangsang sekresi saliva, menghindari makanan yang manis dan lengket serta
membatasi jumlah makan menjadi tiga kali sehari serta menekan keinginan untuk makan
di antara jam makan6.
Xylitol dan sorbitol merupakan bahan pengganti gula yang sering digunakan, berasal
dari bahan alami serta mempunyai kalori yang sama dengan glukosa dan sukrosa. Xylitol
dan sorbitol dapat dijumpai dalam bentuk tablet, pastiles, permen karet, minuman
21
ringan, farmasi dan lainlain. Xylitol dan sorbitol mempunyai efek menstimulasi daya alir
saliva dan menurunkan kolonisasi dari S. Mutans. Menurut penelitian, xylitol lebih
efektif karena xylitol tidak dapat dimetabolisme oleh bakteri dalam pembentukan asam
dan mempunyai efek anti bakteri6.
Tindakan pencegahan primer pada anak yang berisiko penyakit karies tinggi meliputi
modifikasi kebiasaan anak (kebersihan mulut dan diet konsumsi gula) dan perlindungan
gigi (penggunaan silen, fluor dan klorheksidin). Pada anak di bawah umur 5 tahun,
usaha untuk melakukan pencegahan primer diberikan kepada ibu seperti meningkatkan
pengetahuan ibu tentang menjaga kebersihan mulut anak, pola makan anak yang baik
dan benar serta tindakan perlindungan terhadap gigi anak yang dapat diberikan. Hal ini
berhubungan karena kemampuan anak terbatas dan anak lebih dekat kepada ibunya.
Pada anak 6 tahun ke atas, dokter gigi harus lebih menekankan kepada anak mengenai
tanggung jawabnya untuk memelihara kesehatan mulut.6
Tindakan pencegahan yang dilakukan harus melihat indikator mana sebagai
penyebab utama. Bila kontrol plak yang tidak baik sebagai penyebab utama, dokter gigi
harus lebih menekankan pada modifikasi anak mengenai kebersihan mulut (menyikat
gigi dua kali sehari dengan menggunakan pasta gigi mengandung fluor sedikitnya 1000
ppm), bila karena kebiasaan diet yang salah, maka pengaturan diet lebih ditekankan
(pembatasan konsumsi makanan dan minuman yang mengandung gula, menggunakan
bahan pengganti gula seperti xylitol atau sorbitol). Bila morfologi gigi lebih rentan
22
terhadap karies, seperti pit dan fissure yang dalam, enamel hipoplasia maka
perlindungan terhadap gigi seperti penggunaan silen, fluor dan flossing klorheksidin
lebih ditekankan. Untuk mengevaluasi tingkat risiko anak dilakukan kunjungan berkala,
3 atau 4 bulan sekali untuk melihat keberhasilan tindakan pencegahan yang dilakukan
serta penilaian tingkat risiko penyakit karies anak.6
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Pada penelitian ini ditemukan ada hubungan yang bermakna antara makanan
kariogenik dengan terjadinya karies p<0,05, dimana nilai p=0,040. Maka Ho ditolak, Ha
diterima. Berarti ada hubungan frekuensi makanan manis dengan tingkat keparahan
penyakit karies gigi.
7.2 Saran
Perlu disarankan agar orang tua maupun guru menasehati dan mengawasi anak agar
menbiasakan mengosok gigi secara benar dan mengawasi anak agar mengurangi
konsumsi makanan dan minuman yang bersifat kariogenik.
23
Frekuensi
Makanan Manis
1 kali/ hari
>=2 kali/hari
Total
4
17
21
7
77
84
100.0%
100.0%
100.0%
57.1%
22.1%
25.0%
3
60
63
42.9%
77.9%
75.0%
Total
p<0,05
p=0,04
Tabel 1
Hubungan Frekuensi Makanan Manis dengan Tingkat Keparahan Karies Gigi
di Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddin 1 Makassar
Tahun 2012
Tingkatan Kelas
2
3
4
Total
N
35
29
20
84
24
%
41.7
34.5
23.8
100.0
Tabel 3.
Distrribusi Jenis Kelamin Responden Berdasarkan Kelas
di Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddin 1
Makassar Tahun 2012
Tingkatan
Kelas
2
3
4
Total
Sumber :data primer
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
n
%
N
%
13
18
9
40
35
29
20
84
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
37.1%
62.1%
45.0%
47.6%
22
11
11
44
62.9%
37.9%
55.0%
52.4%
Total
Tabel 4
Deskripsi umur, berat badan dan pH Saliva seluruh Responden
di Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddin 1 Makassar
Tahun 2012
Jenis
N
84
84
84
84
umur responden
berat badan
ph saliva
Valid N (listwise)
Minimum
7
14
3
24
Maximum
11
50
8
69
Tingka
tan
Kelas
2
3
4
Total
1 kali sehari
N
7
3
1
11
%
20.0%
10.3%
5.0%
13.1%
25
Total
5 kali
sehari
N
%
2 5.7%
0
0%
0
0%
2 2,4%
35
29
20
84
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Pekerjaan ayah berdasarkan tingkatan kelas
di Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddin 1
Makassar Tahun 2012
Pekerjaan ayah
Tingkata
PNS/TNI/POLR
Pegawai
Wiraswast
Buruh
Tidak
n Kelas
Swasta
harian
bekerja
2
3
4
Total
23
65.7%
17
9
49
58.6%
45.0%
58.3%
11.4%
8.6%
3 8.6% 2 5.7%
17.2%
2 6.9% 0
0%
35.0%
1 5.0% 0
0%
7.1
2.4
5
3
17.2
%
15.0
%
14.3
15 17.9% 6
Tabel 7
26
Total
n
3
5
2
9
2
0
%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0
%
Pekerjaan ibu
Tingkatan
PNS
Kelas
2
3
4
Total
Pegawai
Swasta
Wiraswasta
25.7%
2.9%
0%
27.6%
0%
10.3%
30.0%
10.0%
20.0%
27.4
3.6%
8.3%
IRT
N
2
5
1
8
8
5
1
Total
N
71.4%
62.1%
40.0%
60.7%
3
5
2
9
2
0
8
4
%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
Tabel 8
Frekuensi Konsumsi Makanan Manis Sari Seluruh Responden
Di Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddin 1
Makassar Tahun 2012
Frekuensi
1 kali dalam sehari
2 kali dalam sehari
>=3 kali dalam sehari
Total
N
7
39
38
84
Percent
8.3%
46.4%
45.2%
100.0%
Tabel 9
Frekuensi Konsumsi Makanan Snack Dari Seluruh Responden
Di Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddin 1
Makassar Tahun 2012
27
Frekuensi
1 kali dalam sehari
2 kali dalam sehari
>=3 kali dalam sehari
Total
N
17
58
9
84
Percent
20.2%
69%
10.7%
100%
Tabel 10
Frekuensi konsumsi makanan permen manis dari seluruh responden
Di Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddin 1
Makassar Tahun 2012
frekuensi
1 kali dalam sehari
2 kali dalam sehari
>=3 kali dalam sehari
Total
N
23
30
31
84
Percent
27.4%
35.7%
36.9%
100%
Tabel 11
Frekuensi Konsumsi Buah - Buahan Dari Seluruh Responden
Di Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddin 1
Makassar Tahun 2012
Frekuensi
1 kali dalam sehari
2 kali dalam sehari
>=3 kali dalam sehari
Total
N
1
56
19
8
Percent
1.2%
66.7%
22.6%
9.5%
Tabel 12
Frekuensi Konsumsi Daging Dari Seluruh Responden
Di Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddin 1
Makassar Tahun 2012
28
Frekuensi
N
12
47
21
4
84
Tidak pernah
1 kali dalam sehari
2 kali dalam sehari
>=3 kali dalam sehari
Total
Percent
14.3%
56.0%
25.0%
4.8%
100%
Tabel 13
Frekuensi konsumsi air putih dari seluruh responden
Di Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddin 1
Makassar Tahun 2012
Frekuensi
N
14
37
33
84
Percent
16.7%
44.0%
39.3%
100%
Tabel 14
Frekuensi konsumsi minuman ringan dari seluruh responden
Di Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddin 1
Makassar Tahun 2012
frekuensi
N
24
53
7
84
Percent
28.6%
63.1%
8.3%
100%
29
Percent
Karies
Tidak karies
Jumlah
Sumber : data Primer
21
63
84
25%
75%
100%
Tabel 16.
Distrribusi Karies Gigi padaResponden Berdasarkan Umur
Di Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddin 1
Makassar Tahun 2012
Umur
8 tahun
9 tahun
10 tahun
Total
5
3
13
21
47
16
21
84
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
10.6%
18.8%
61.9%
25.0%
42
13
8
63
89.4%
81.2%
38.1%
75.0%
Total
Kepustakaan
1. Haryani W. Hubungan Antara Konsumsi Karbohidrat dengan tingkat keparahan
karies gigi pada anak usia Prasekolah di kecamatan Depok .Berita ked
masyarakat 2002; 28 (2):23-9
2. Moynihan PJ. The Role of diet and nutrion in the etiology and prevention of oral
diseases. Bulletin of the world health organization 2005;83:694-9
3. Kidd AM. Dasar dasar karies penyakit dan penanggulangannya.
Jakarta:EGC;1992 p.1-18,66,79.
4. Moynihan P , Petersen PE. Diet, nutrition and the prevalention of the dental
diseases. Public Health Nutrition 200;7(1):201-6
30
5. Touger R, Loveren CV. Sugars and dental caries. Am J clin nutr 2003;78:8815925
6. Angela A. Pencegahan primer pada anak beresiko karies tinggi. Maj ked gigi
2005; 38 (3) :130-4
7. Pediatrics. The use and misuse of fruit juice in pediatrics. Pediatrics 2001;
8. Riani D,Sarasati. Peranan pola makan terhadap karies gigi pada anak. Jurnal
PDGI 2005; (1):14-16
9. Soden. RI, Botero TM, Hanks CT, Nor JE. Angiogenic signaling triggered by
cariogenic bacteria in pulp cells. J. dent Res 2009; 88 (9) : 835 40
10. Wright JT. Defining the contribution of genetics in the etiology of dental caries. J
Dent Res 2010;89(11):1173-74
11. Prasetyo Arif Edhie. Keasaman minuman ringan menurunkan kekerasan
permukaan gigi. Jurnal. Surabaya : dent .J vol 38; 2005
12. Afonsky. Saliva and this relation to oral health. Alabama ; 1961 p.31,200-6,437,
13. Tarigan R. Karies Gigi. Jakarta : EGC ; 1990 p.1-2,17-36
14. Lame AFP, KH, kooBellato CM, BG, Cury JA.The role of sucrose in cariogenic
dental biofilm formation new insight. J Dent res 2006; 85 (10):878-887
15. Budisuari MA, oktarina, mikrajab MA. Hubungan pola makan dan kebiasaan
menyikat gigi dengan kesehatan gigi dan mulu (karies) Indonesia. bulletin
penelitian system kesehatan 2010;13(1):83-91
16. Tjahja NI, Lely MA, Delima,Ganni L. Nilai karies gigi anak kelas 1 dan 6
sekolah dasar di salah satu puskesmas kabupaten tangerang. Bul. Peneliti
kesehatan 2010;38(2):90-105
17. Suwelo. Karies pada anak dengan berbagai factor dan etiologi. Jakarta : EGC ;
1991 p.1-9.20-6
18. George WE. Clinical Oral Pediatrics. USA: Quintessence books ;1981 p.30-8
31
LAMPIRAN
Lampiran
Tabel 1 : Frekuensi Makanan
No.
Bahan makanan
Frekuensi / hari
2X
3X
1X
Skor
>3 X
A. Makanan
1.
Makanan Manis
2.
Snack
3.
Permen manis
4.
Buah
5.
Daging
B. Minuman
1.
Air Putih
2.
Minuman ringan
Lampiran 2
Karies
No
Score Karies
Molar 1
Indeks CSI ( Caries Severity Index ) untuk mengukur tingkat keparahan karies gigi
dengan kriteria sebagai berikut :
a. Skor 0 = gigi utuh ( S )
b. Skor 1 = sonde menyangkut pada fisura tapi tapi tidak ada perlunakan email (C)
c. Skor 2 = sonde menyangkut, ada perlunakan lebih dalam pada dentin ( C2 )
d. Skor 3 = karies lebih luas melibatkan pulpa (C3)
e. Skor 4 = ada kerusakan mahkota, gigi tinggal akar ( C4 )
Lampiran 3
32
Plak
No
Jenis
Plak
0 = <0,4
Indeks
1 = 0,4 1,0
2 = 1,1 2,0
Indeks PHP ( patient Hygine Filling teeth ) indeks pengukuran ini untik mengukur
derajat kebersihan gigi dan mulut anak dengan kriteria sebagai berikut :
nilai 0 = kebersihan gigi dan mulut sangat baik, indeks plak < 0,4
nilai 1 = kebersihan gigi dan mulut baik, indeks plak 0,4 1,0
nilai 2 = kebersihan gigi dan mulut kurang baik , indeks plak 1,1 2,0
nilai 3 = kebersihan gigi dan mulut buruk, indeks > 2,0
33