Anda di halaman 1dari 13

Makanan dan cairan merupakan resep untuk penyakit ginjal.

Taylor EN1 dan Curhan GC2


1

Divisi ginjal, Departemen Penyakit Dalam, Rumah Sakit Brigham dan Women, Sekolah Kedokteran Harvard,
Boston, Massachussetts, USA, dan
2

Departemen Epidemiologi dan Nutrisi, Sekolah Kesehatan Harvard, Boston, Massachussetts, USA

Makanan merupakan faktor yang penting dalam peranannya pada formasi penyakit batu
ginjal, dan modifikasi makanan dapat mengurangi resiko batu ginjal berulang. Karena
kejadian berulangnya penyakit batu ginjal dapat meningkat 30-50% setelah 5 tahun.
Intervensi diet seseorang untuk mencegah berulangnya penyakit batu sangat dianjurkan
kepada tiap pasien yang bersedia menjadi partisipan dalam diagnosis kerja dan mengikuti
rekomendasi pengobatan. Keperluan dalam menentukan terapi pengobatan untuk
menetukan pasien yang membutuhkan resep makanan atau cairan yang efektif. Dalam
bahasan ini kami meringkas rekomendasi makanan dan cairan yang spesifik, dan
menekankan beberapa konsepnya. Pertama faktor resiko formasi batu dibedakan
berdasarkan umur dan jenis kelamin. Kedua rekomendasi harus disesuaikan berasarakan
profil dasar urin individu dan tipe batu. Ketiga berdasarkan pegukuran follow up pasien
untuk mengevaluasi dampak dari rekomedasi makanan. Keempat pentingnya mampu
membedakan bagian batu dari formasi batu yang baru. Jika pasien mampu menjalankan
perubahan pola makannya dan mampu melalui proses awal batu hal itu bukan berarti
intervensinyaa tidak efektif. Pada akhirnya karena adanya kekurangan dalam percobaan
acak mengenai penelitian observasi dengan rekomendasi klinik. Asupan cairan yang
adekuat dan modifikasi makanan mampu mengurangi angka morbiditas dan harga yang
berhubungan dengan berulangnya kejadian batu ginjal.

Penyakit batu ginjal akhir-akhir ini prevalensinya meningkat di Amerika dan Negara lain.
Di amerika terjadi peningkatan insidensi batu ginjal sebanyak 12% pada laki-laki dan 6% pada
wanita. Faktor gaya hidup meliputi makanan dan obesitas juga sangat bertanggung jawab
terhadap kejadian peningkatan kejadian ini.
Karena tingkat kejadian berulangnya penyakit batu ini hingga 30-50% setelah 5 tahun,
intervensi pola makan seseorang untuk mencegah terjadinya kejadian penyakit batu berulang
sangat diajurkan pada pasien yang menjadi partisipan dalam diagnosis kerja dan rekomendasi
pengobatan. Keperluan dalam menentukan terapi pengobatan untuk menetukan pasien yang

membutuhkan resep makanan atau cairan yang efektif. Contohnya pada penurunan eksresi
kalsium urine dengan tiazid mungkin tidak adekuat tanpa restriksi diet sodium.
Karena jumlah data dilapangan mengenai makanan dan batu bersal dari penelitian
observasi dan penelitian psikologi dibandngkan dengan percobaa acak, konsesnsus mengenai
modifikasi pola makan sangat kurang. Diskusi didasarkan pada beberapa kata kunci. Pertama
intervensi jangka pendek dalam perubahan komposisi urin, rekomendasi klinis berdasarkan
penelitian nyata pada hasil formasi batu. Formasi batu tidak dapat di prediksi melalui komposisi
urin da terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi supersaturasi urin. Kedua, hal penting
untuk meyesuaikan rekomendasi tipe batu dan profil urin (2x 24 jam urine yang terkumpul pada
minggu ke 6 pada episode batu dan memrlukan evaluasi). Sebagai contoh kami tidak
merekomendasikan pembatasa diet oksalat pada individu dengan batu asam urat murni atau
dengan penurunan eksresi oksalat urin. Ketiga, faktor resiko dari umur dan jenis kelamin.
Keempat, pasien wajib di follw up untuk mengetahui dampak dari rekomendasi pola makan. Jika
komposisi urin tidak berubah sesuai dengan perubahan pola makan maka cara alternative
ditempuh. Pada akhirnya, hal ini penting untuk membedakan bagia dari batu dari formasi batu
yang baru. Jika pasien diterapkan perubahan pola makan dan melalui tahpa awal pembentukan
batu, ini tidak diindikasikan sebagai kegagalan terapi.
Faktor resiko pola makan untuk penyakit batu kalsium
Karena rata-rata 80% batu ginjal terdiri dari kalsium, dan mayoritas batu kalsium terdiri
dari kalsium oksalat, beberapa penelitian terfokus pada pencegahan nefrolitiasis kalsium oksalat.
Makanan yang menghambat dan mempercepat batu ginjal kalsium terdapat pada tabel 1. Resep
makanan untuk urin yang abnormal ada pada table 2.
Kalsium
Hingga saat ini dipikirkan bahwa intake kalsium diduga menjadai faktor resiko
terbentuknya batu. Pada individu normal kira-kira kalsium di absorbs, hal ini menyebabkan
seseorang menjadi hiperkalsiuria idiopatik. Dengan ini makanan dengan tinggi kalsium
berhubungan dengan pengurangan resiko terbentuknya batu. Salah satu mekanisme dijelaskan
bahwa intake makanan tinggi kalsium akan berikatan dengan oksalat di usus, yang menyebabkan

pengurangan absorbs oksalat dan ekskresi urin. Hal ini juga memungkinkan produk susu (salah
satu sumber makanan tinggi kalsium) yang menjadi salah satu faktor penghambat.
Tabel 1. | makanan yang mempercepat dan memperlambat batu kalsium ginjal
Faktor diet
Mempercepat
Oksalat
Sodium
Protein hewani
Vitamin C
Karbohidrat
Penghambat
Diet kalsium
Potassium
Phytate
Magnesium
Vitamin B6

Mekanisme
Meningkatkan ekskresi oksalat urin
Meningkatkan ekskresi kalsium urin
Meningkatkan ekskresi kalsium urin dan asam
urat; mengurangi ekskresi sitrat urin
Meningkatkan adanya oksalat serta
ekskresinya
Meningkatkan ekskresi kalsium urin

Mengikat diet oksalat di usus


Meningkatkan ekskresi sitrat urin; mengurangi
ekskresi kalsium urin
Menghambat pembentukan Kristal kalsium
oksalat
Mengurangi absorbs diet oksalat; menghambat
pembentukan Kristal kalsium oksalat
Defisiensi vitamin B6 memungkinkan
peningkatan produksi oksalat dan oksaluria

Tabel 2. | resep makanan untuk mencegah batu kalsium menurut faktor resiko dari urin
Urin abnormal
Tinggi kalsium

Tinggi asam urat


Tinggi oksalat

Rendah sitrat
Rendah volume

Perubahan pola makan


Intake makanan kalsium adekuat
Mengurangi intake susu non protein hewani (57 makan daging, ikan, atau unggas)
Kurangi intake purin
Hindari makanan tinggi oksalat
Hindari suplemen vitamin C
Intake diet kalsium adekuat
Meningkatkan intake buah dan sayur
Kurangi intake susu non protein hewani
Meningkatkan intake cairan total untuk
mempertahankan volume urin >21/21

Beberapa data penelitian prospekstif pada wanita dan laki-laki mendukung bahwa
berkurangnya resiko pembentukan batu dengan peningkatan intake kalsium. Perbandingan
individu dengan jumlah kuantil intake kalsium yang rendah dibandingkan dengan jumlah
populasi dengan jumlah kuantil yang tinggi memiliki lebih dari 30% lebih sedikit faktor resiko
terbentuknya batu. Oleh karena itu terdapat beberapa faktor yang terdiri dari umur, indeks massa
tubuh, tatal intake cairan, penggunaan tiazid sebagai diuretic, dan intake nutrient seperti protein
dari daging, magnesium, fosfor, sodium, dan potassium. Sebagai contoh berbagai macam faktor
resiko seperti umur, tidak ada hubungannya pola makan kalsium dengan pembentuka batu pada
laki-laki umur 60 tahun atau lebih.
Pada penelitian acak yang dilakukan selama 5 tahun untuk membandingkan tingkat
kejadian berulangnya pembetukan batu pada pasien dengan riwayat nefrolitiasis batu oksalat dan
hiperkalsiuria idiopatik yang ditandai dengan diet rendah kalsium (400mg/hari) atau diet normal
kalsium (1200mg/hari) dan rendahnya asupan daging protein dan garam. Diakhir penelitian,
faktor resiko yang menyebabkan berulangnya pembentukan batu pada diet kalsium normal 51%
lebih rendah dibandingkan dengan diet rendah kalsium. Karena diet sodium dan protein daging
ikut berperan dalam pembentukan batu, peneltian ini tidak menjelaskan secara langsung
mengenai pathogenesis pola makan kalsium pada kejadian batu ginjal.

Data penelitian juga menjelaskan bahwa dampak suplemen kalsium berbeda dengan diet
kalsium. Pada penelitian observasional pada wanita tua, penggunaan suplemen kalsium pada
20% wanita tua menjadi faktor resiko terbentuknya batu dibadingkan dengan waita yang tidak
mengkonsumsi suplemen kalsium. Pada wanita dan laki-laki tua tidak ada hubungannya antara
penggunaan suplemen kalsium dengan faktor resiko terbetuknya batu. Ketidaksamaan antara
faktor resiko diet kalsium dengan suplemen kalsium mungkin disebabkan oleh waktu pada intake
kalsium. Pada penelitian ini suplemen kalsium dimakan diantara waktu makan besar yang dapat
mengurangi ikatan diet oksalat. Pada penelitian The Womens Health Initiative juga menujukkan
bahwa peningkatan terjadinya resiko batu dengan penggunaan suplemen kalsium tapi hasil ini
sulit untuk diiterpretasikan. Partisipan The Womens Health Initiative diinstruksikan untuk
meminum suplemen bersamaan dengan makanan pokok mereka tetapi suplemen yang berisi
kalsium dan vitamin D.
Pasien dengan urolithiasis kalsium yang menginginkan menlanjutkan suplemen kalsium
harus mengumpulkan sampel urin 24 jam dan menhentikan konsumsi suplemen. Jika
supersaturasi garam kalsium pada urin meningkat selama penggunaan suplemen, maka suplemen
sebaiknya tidak dilanjutkan.
Oksalat
Pathogenesis diet oksalat pada nephrolithiasis kalsium oksalat masih belum jelas.
Pertama, proporasi urin oksalat yang didapatkan dari diet oksalat masih kontroversial, estimasi
rata-rata 10-50%. Jumlah yang banyak pada urin oksalat didapatkan dari metabolism endogen
dari glisin, glikolate, hidroksiproline, dan diet vitamin C. Kedua, banyaknya konsumsi oksalat
tidak selalu absorbsinya rendah bioavaibilitasnya. Pada akhirnya, berbagai macam individu
dengan kemampuan absrbsi yang berbeda terhadap oksalat. Sebagai contoh, 1-3 pasien dengan
nefrolitiasis kalsium oksalat didapatkan peningkatan absorbsi diet oksalat, dan pada beberapa
kasus defisiensi oksalat oleh Oxalobacter formigenes di usus.
Karena pengukuran lampau kadar oksalat pada makanan tidak dapat dipercaya, penelitian
prospektif mengenai hubungan diet oksalat dan faktor resiko terbentuknya batu ginjal tidak
dilakukan. Penelitian yang dipercaya mengenai penentuan kadar oksalat pada makanan, termasuk

ion kromatografi dan elektroforesis kapiler sudah berkembang, dan penelitian skala besar
mengenai hubungan antara diet oksalat dan pembentukan batu ginjal.
Pembentukan batu kalsium dengan hiperoksaluria harus membatasi intake kacangkacangan (termasuk almond, kacang, kacang mede, kacang kenari, kemiri), sayur-sayuran (umbi
dan bayam), gandum, nasi, dan coklat.
Sodium
Intake tinggi sodium yang kemudian menurunkan reabsorbsi sodium di proksimal,
pengurangan reabsorbsi kalsium di tubular renal. Data dari penelitian secara acak
mengkonfirmasi kekuatan diet sodium terhadap pengurangan ekskresi kalsium pada urin.
Penelitian observasi menemukan secara positif bahwa terdapat hubungan antara konsumsi
sodium dengan pembentukan batu ginjal pada wanita tidak pada pria.
Potassium
Pembatasn diet potassium dapat meningkatkan ekskresi kalsium urin. Hypokalemia
menstimulasi eabsorbsi tubular sitrat, sehingga menurunkan eksresi sitrat pada urin, dan menjadi
penghambat pembentukan batu kalsium oksalat. Makanan yang mengandung potassium
merupakan anion organic seperti sitrat yang di metabolism menjadi bikarbonat. Oleh karena itu
konsumsi makanan yang mengandung sitrat seperti buah dan sayur memperlihatkan peningkatan
eksresi sitrat pada urin. Intake tinggi sodium berhubungan dengan kejadian batu ginjal pada lakilaki dan wanita tua tetapi tidak pada wanita muda.
Protein hewani
Metabolisme sulfur terdiri dari asam amino pada daging protein hewani yang
menghasilkan asam sulfur. Contohnya diet protein hewani menunjukkan peningkatan ekskresi
kalsium urin dan mengurangi ekskresi sitrat pada urin. Diet protein juga meningkatkan produksi
kalsitol (mungkin diinduksi oleh peningkatan massa renal). Hubungan konsumsi daging hewani
dengan kejadian pembentukan batu ginjal di dapatkan pada laki-laki bukan pada wanita.

Phytate
Phytate (inositol hexafosfatase) ikut berperan dalam peningkatan pembentukan batu
kalsium. Phytate (ditemuka pada makanan tinggi serat, seperti sereal, kacang polong, sayuran)
berikatan kuat dengan kalsium memperlihatkan hambatan yang kuat pada pembentukan Kristal
urin yang terdiri oleh garam kalsium seperti kalsium oksalat dan kalsium fasfat. Urin yang
mengandung phytate pada pembentukan batu kalsium secara tidak normal rendah, dan diet
mempengaruhi konsentrasi level phytate pada urin.

Penelitian observasional pada wanita muda menunjukkan bahwa diet phytate tidak
berhubungan dengan kejadian pembentukan batu. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa lakilaki tidak ada hubungannya dengan diet phytate dan faktor resiko pembentukan batu.
Vitamin C
Vitamin C dapat dimetabolisme menjadi oksalat; dengan demikian, apabila asupan
vitamin C lebih tinggi dapat meningkatkan risiko pembentukan batu kalsium oksalat. Sebuah
percobaan metabolik menunjukkan bahwa 1000 mg dari suplemen vitamin c yang dikonsumsi
dua kali sehari akan meningkatkan ekskresi urin oksalat meningkat 22%. Pengamatan studi
terbaru menemukan bahwa pada pria yang mengkonsumsi 1000 mg vitamin c atau lebih per hari
memiliki risiko lebih tinggi 40% pembentukan batu dibandingkan laki-laki yang mengkonsumsi
kurang dari 90 mg/hari (dianjurkan diet yang diperbo-lehkan). Karena keterkaitanya telah
diamati sesaat setelah disesuaikannya asupan diet kalium, kami tidak menganjurkan membatasi
diet vitamin C (pada makanan tinggi vitamin C juga tinggi faktor penghambatan seperti kalium).
Namun, pembentukan batu kalsium dengan hyperoxaluria harus diinstruksikan untuk
menghentikan suplemen vitamin C.
Magnesium
Magnesium kompleks dengan oksalat, berpotensi mengurangi kalsium oksalat
supersaturation dalam urin. Magnesium dapat mengurangi penyerapan oksalat dalam saluran
pencernaan. Ada beberapa uji acak untuk memeriksa dampak dari suplemen magnesium pada
kekambuh batu.
Namun, magnesium diberikan dalam kombinasi dengan senyawa lain (misalnya, tiazid diuretik
atau kalium sitrat) dan angka dropout yang tinggi. Belum dipastikan apakah suplemen
magnesium memiliki efek yang bermanfaat. Diet tinggi magnesium telah diasosiasikan dengan
30% pada resiko yang lebih rendah dari pembentukan batu pada laki-laki, tetapi tidak ada
aasosiasi yang telah diamati pada wanita.
Karbohidrat
Konsumsi karbohidrat mengakibatkan peningkatan ekskresi urin kalsium, efek yang
mungkin setidaknya sebagian dioerantarai oleh insulin. Hubungan yang positif antara asupan
Sukrosa dan pembentukan batu ginjal baru telah diperlihatkan pada wanita bukan laki-laki.

Vitamin B6
Vitamin B6 adalah kofaktor dalam metabolisme oksalat, dan kekurangan vitamin B6 akan
meningkatkan produksi oksalat dan oxaluria. Meskipun vitamin B6 memiliki peran terapeutik
pada pasien yang dipilih dengan tipe 1 utama hyperoxaluria, menggunakan vitamin B6 dalam
aturan lain masih belum jelas. Pengamatan data gagal mengidentifikasi asupan vitamin B6
sebagai faktor risiko pembentukan batu pada pria. Pada wanita, dengan dosis vitamin B6 yang
besar dapat mengurangi risiko pembentukan batu ginjal.
Fosfor
Fosfor mengurangi penyerapan diet kalsium. Suplementasi netral fosfat dapat menurunkan ekskresi kalsium pada ginjal. Data-data untuk mendukung peran diet fosfor sebagai faktor
risiko untuk batu kalsium sangat kurang.
n-3 asam lemak
Telah dianjurkan bahwa diet asam lemak mengatur ekskresi kalsium oksalat dan bahwa
suplemen minyak ikan yang menurunkan kalsium urin dan oksalat. Namun, sebuah penelitian
prospektif terbaru menunjukkan tidak ada hubungan antara asupan asam lemak n-3 dan risiko
batu ginjal
Kalori
Indeks massa tubuh yang lebih tinggi, berat berlebih, pembesaran lingkar pinggang, dan
peningkatan berat badan adalah berhubungan dengan peningkatan risiko pembentukan batu
ginjal. Walaupun tidak ada data saat ini untuk mendukung berat badan sebagai pengobatan untuk
penyakit batu, Mereka harus berlatih dan memodulasi asupan kalori yang diperlukan untuk
mempertahankan berat badan yang sehat.
MINUMAN DAN BATU KALSIUM
Total cairan
Nephrolithiasis adalah penyakit konsentrasi. Memodifikasi konsentrasi

dari faktor

lithogenic merupakan fokus dari pencegahan batu. Misalnya, konsentrasi kalsium, dapat

diturunkan dengan mengurangi kalsium urin atau meningkatkan volume urin. Dengan demikian,
asupan cairan adalah komponen kritis dari pencegahan batu. Pengamatan studi dan uji acak
terkontrol telah menunjukkan bahwa asupan cairan yang lebih tinggi mengurangi risiko
pembentukan batu. Namun, pasien perlu diberikan nasihat khusus, berapa banyak minum agar
terbentuk setidaknya 2L urin setiap hari. Selain asupan cairan, faktor-faktor lainnya seperti
insensible loss dan air yang terkandung dalam makanan mempengaruhi volume urin. Kami
merekomendasikan delapan gelas air per hari, rekomendasi ini dapat direncanakan untuk pasien
dengan menggunakan informasi volume total urin 24 jam. Misalnya, jika seorang individu
menghasilkan 1,5L urin per hari, mengkonsumsi Dua kali tambahan akan delapan gelas/ons (240
ml) air Meningkatkan output mereka untuk target 2L.
Beberapa dokter percaya bahwa pasien harus memiliki urin yang terang dan harus bangun
setidaknya sekali per malam. Tidak ada data yang mendukung panduan menggunakan warna, dan
keinginan untuk terus-menerus mencairkan urin perlu seimbang terhadap kebutuhan untuk tidur.
Minuman individu
Pasien selalu ingin tahu apa yang mereka harus dan tidak boleh minum. Peran tertentu
minuman pada pembentukan batu ginjal digambarkan dalam tabel 3. Minuman beralkohol, kopi,
dan teh tidak mening-katkan risiko pembentukan batu. Bahkan, pengamatan Studi telah
menemukan bahwa kopi, teh, bir, dan anggur mengurangi Risiko pembentukan batu. Meskipun
jus jeruk secara teoritis dapat mengurangi risiko pembentukan batu; asupan jus jeruk terkait
dengan risiko lebih tinggi 40% pembentukan batu. Jus anggur dikenal memiliki sejumlah efek
terhadap enzim usus, tetapi tidak diketahui mekanisme untuk terjadinya peningkatan risiko
tersebut. Penelitian sebelumnya mengatakan terdapat pening-katan risiko pada konsumsi soda.
Dalam pengamatan studi, terdapat hasil yang juga terjadi peningkatan risiko. Namun, setelah
mengatur komponen lain makanan kon-sumsi soda (dengan atau tanpa kafein; Diet atau manis)
tidak terkait dengan risiko batu. Asupan susu mungkin mengurangi risiko pembentukan batu
ginjal kalsium. Dalam penerbitkan data observasi, skim dan susu yang tidak terdapat resiko.
Namun, bahaya rasio multivarian yang disajikan dalam studi ini disesuaikan untuk asupan
kalsium.
MENCEGAH KEKAMBUHAN BATU-JENIS BATU LAIN

Untuk jenis batu yang kurang umum, ada sedikit data untuk mendukung peran
rekomendasi diet khusus. Oleh karena itu, rekomendasi berikut berdasarkan Patofisiologi.
Batu-batu asam urat
Dua pendorong utama untuk pembentukan kristal asam urat adalah konsentrasi asam urat
dan urin pH (kelarutan asam urat meningkat substansial seperti meningkatkan pH urin dari 5.0
menjadi 6.5). Mengurangi konsumsi daging, ayam, dan makanan laut akan menurunkan asupan
purin dan produksi asam urat, dan juga dapat meningkatkan pH kemih. Asupan tinggi buahbuahan dan sayuran dapat meningkatkan pH urin dan mengurangi risiko pembentukan kristal
asam urat.

Tabel 3. Jenis minuman dan kemungkinan efek pada pembentukan batu kalsium.
Jenis
Dugaan
Minuma
resiko
n
Kopi dan Menurun
teh

Alcohol

Menurun

Usulan mekanisme

Kafein mengganggu
anti diuretic hormon
tindakan,
yang
mengarah
ke
penurunan
urin
konsentrasi
Alkohol

menghambat
sekresi antidiuretic
hormon, mengarah
ke penurunan urin
konsentrasi
Susu
Menurun Pengikatan
Diet
oksalat di usus
Jus
Meningka Tidak diketahui
anggur
t
* Jus jeruk dan cola dibahas dalam text
Batu Sistin
Penyakit batu sistin biasanya membutuhkan obat untuk pencegahan. Namun, dengan
membatasi natrium diet dapat mengurangi ekskresi urin sistin. Karena kelarutan sistin
meningkatkan pH kemih, konsumsi buah dan sayuran mungkin bermanfaat. Meskipun ada
sedikit bukti untuk mendukung pembatasan Diet protein tinggi sistin, mengurangi asupan protein
hewani mungkin bermanfaat untuk meningkatkan pH urin.
Batu Kalsium Fosfat
Info tentang faktor-faktor diet yang berkaitan dengan pembentukan batu kalsium fosfat
terbatas. Karena pasien dengan tipe 1 ginjal asidosis tubulus dan penyakit batu dapat mengambil
manfaat dari alkali suplementasi, umumnya dalam bentuk kalium sitrat, mereka juga dapat
memperoleh manfaat dari diet tinggi dalam buah-buahan dan sayur-sayuran. Perlu dicatat, bahwa
peningkatan pH kemih dapat meningkatkan risiko kristal kalsium fosfat. Diet manuver diarahkan
pada penurunanekskresi kalsium (Lihat tabel 2) juga diharapkan untuk penurunan kekambuhan
batu kalsium fosfat.
KESIMPULAN
Faktor-faktor diet memainkan peran penting pada pembentukan ginjal dan modifikasi diet
dapat mengurangi risiko kekambuhan batu. Sayangnya, data percobaan acak kurang untuk
kebanyakan intervensi Diet. Mengingat kompleksitas penyakit batu, gejala klinis harus
didasarkan Studi kajian pembentukan batu ginjal. Kebanyakan batu pembentuk akan perlu
meningkatkan asupan cairan untuk menghasilkan setidaknya 2 L urin per hari, dan batu kalsium
oksalat dengan hypercalciuria harus didorong untuk makan diet dengan kalsium yang memadai

dan rendah protein hewani serta natrium. Makanan intervensi dan evaluasi dari terapi efektivitas,
harus didasarkan pada hasil kolektif urin 24 jam.

Anda mungkin juga menyukai