Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih
tergolong tinggi. Indonesia pun salah satu negara yang memiliki Angka Kematian
Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang masih sangat tinggi. Menurut
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2002 Angka
Kematian Ibu (AKI) sebesar 307/ 100.000 kelahiran hidup, dan Angka Kematian
Bayi (AKB) sebesar 35/ 1000 kelahiran hidup, sedangkan tahun 2007 Angka
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 228/100.000 kelahiran hidup dan Angka
Kematian Bayi (AKB) sebesar 34/ 1.000 kelahiran hidup.
Angka kematian Ibu saat melahirkan telah ditargetkan dalam MDGs pada tahun
2015 yaitu nilainya 110. Tiap tahun terdapat 14.778 kematian ibu atau tiap dua jam
terdapat dua ibu hamil, bersalin, maupun nifas yang meninggal karena berbagai
penyebab. Pada tahun 1990 Angka Kematian Ibu 450 per 1000 kelahiran hidup,
namun target dari MDGs tahun 2015 senilai 110 per 1000 kelahiran hidup sangat
berat dalam pencapaiannya, jika tanpa dilakukan upaya percepatan penurunan.
Percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) sangat dibutuhkan, karena untuk
mencapai target tersebut nilainya masih cukup jauh, sehingga diperlukan upaya
untuk percepatan penurunan. Menurut data pemerintah, Angka Kematian balita
mengalami penurunan yang cukup tajam dari 82,6 per 1.000 menjadi 46 per 1.000
kelahiran hidup. Namun, kasus kematian bayi saat ini lebih banyak terjadi pada
keluarga miskin dan sebagian besar penyebab utamanya adalah karena akses,
biaya, pelayanan kesehatan yang tidak terjangkau keluarga miskin, serta
kurangnya pengetahuan dan perilaku mengenai kesehatan ibu dan anak.
Kenyataan ini menunjukkan ketidakseriusan pemerintah dalam menangani
masalah kematian ibu melahirkan dan kematian bayi. Selain itu tingginya Angka
Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi dapat menunjukkan masih sangat
1

rendahnya kualitas pelayanan kesehatan. Dengan demikian, upaya peningkatan


kesehatan perinatal tidak dapat dipisahkan dengan upaya peningkatan kesehatan
ibu dan anak. Salah satu upaya Kementerian Kesehatan dalam percepatan
penurunan AKI dan AKB adalah kegiatan Audit Maternal Perinatal (AMP) yang
mencakup audit terhadap kematian ibu yang disebabkan karena masalah
kehamilan, persalinan dan nifas, serta kematian janin/bayi (perinatal dan neonatal).
Oleh karena itu, dalam penulis membahas mengenai Audit Maternal Perinatal,
yang pelaksanaannya perlu dilakukan secara lebih optimal dan terarah, sebagai
upaya percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah yang diambil yaitu :
1. Apa pengertian dari AKB dan AKI ?
2. Apa yang menyebabkan AKB dan AKI meningkat di indonesia ?
3. Adakah pengaruh antara kemiskinan dengan AKB dan AKI di Indonesia ?
4. Bagaimana upaya menurunkan AKB dan AKI di Indonesia ?

C. Tujuan Makalah
Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui materi tentang Model-model stres,
yang meliputi ;
1. Untuk mengetahui pengertian dari AKB dan AKI
2. Untuk mengetahui penyebab peningkatan AKB dan AKI di Indonesia
3. Untuk mengetahui adakah hubungan antara kemiskinan dengan AKB dan
AKI di Indonesia
4. Untuk mengetahui upaya menurunkan AKB dan AKI di Indonesia

D. Manfaat Makalah
Makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi, dan
pengembangan ilmu kesehatan khususnya keperawatan, yang meliputi :
1. Pengertian dari AKB dan AKI
2. Penyebab AKB dan AKI meningkat di indonesia
3. Pengaruh antara kemiskinan dengan AKB dan AKI di Indonesia
4. Upaya menurunkan AKB dan AKI di Indonesia

BAB II
PERMASALAHAN

Masalah kematian ibu dan bayi di Indonesia yang masih tinggi merupakan
fokus utama pemecahan masalah kesehatan di Indonesia. Mortalitas dan
morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara
berkembang. Menurut SDKI (2003) terdata 307 per 100.000 kelahiran hidup dan
angka kematian perinatal adalah 35 per 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu
(AKI) tahun 2005 mencapai 262/100000 kelahiran hidup, tahun 2006 mencapai
255/100000 kelahiran hidup dan tahun 2007 mencapai 248/100000 kelahiran hidup
(SDKI 2006/2007). Ini berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan
masih memerlukan perbaikan kesehatan yang bersifat menyeluruh dan lebih
bermutu.
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan
indikator penting untuk menilai tingkat kesejahteraan suatu negara dan status
kesehatan masyarakat. Angka kematian bayi sebagian besar adalah kematian
neonatal yang berkaitan dengan status kesehatan ibu saat hamil, pengetahuan ibu
dan keluarga terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan dan peranan tenaga
kesehatan serta ketersediaan fasilitas kesehatan.

MMR
400

390 334
307

359
228

200

0
1992 1995 2000 2007 2012

A. Kematian ibu
Kematian pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara
berkembang. Di negara berkembang sekitar 25 50% kematian terjadi pada
wanita usia subur. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama
kematian wanita muda pada masa puncak produktivitasnya. Angka kematian ibu
merupakan tolok ukur untuk menilai keadaan pelayanan obstetri disuatu negara.
Bila AKI masih tinggi berarti sistim pelayanan obstetri masih buruk, sehingga
memerlukan perbaikan.
Kematian ibu adalah kematian seorang wanita yang terjadi saat hamil, bersalin
dan masa nifas (dalam 42 hari) setelah persalinan. Jumlah kematian ibu
melahirkan di Indonesia mencapai angka yang spektakuler yaitu 307 per 100.000
kelahiran dari rata rata kelahiran sekitar 3-4 juta setiap tahun.
Angka yang dihimpun dari Survay Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2003 menunjukkan sekitar 15.000 ibu meninggal karena melahirkan setiap
tahun atau 1.279 setiap bulan atau 172 setiap pekan atau 43 orang setiap hari
atau hampir 2 orang ibu meninggal setiap jam.
Berdasarkan penyebabnya Kematian ibu bisa dibedakan menjadi langsung dan
tidak langsung.
1. Penyebab Langsung
a. Perdarahan (42%)
b. Keracunan kehamilan/eklamsi (13%)
c. Keguguran/abortus (11%)
d. Infeksi (10%)
e. Partus lama/persalinan macet (9%)
f. Penyebab lain (15%)
2. Penyebab tidak langsung
a. Pendidikan ibu-ibu terutama yang ada di pedesaan masih rendah. Masih
banyaknya ibu yang beranggapan bahwa kehamilan dan persalinan
merupakan sesuatu yang alami yang berarti tidak memerlukan
5

pemeriksaan dan perawatan, serta tanpa mereka sadari bahwa ibu hamil
termasuk kelompok risiko tinggi. Ibu hamil memiliki risiko 50 % dapat
melahirkan dengan selamat dan 50 % dapat mengakibatkan kematian.
b. Sosial ekonomi dan sosial budaya Indonesia yang mengutamakan
bapak dibandingkan ibu, sebagai contoh dalam hal makanan, sang
bapak didahulukan untuk mendapat makanan yang bergizi sedangkan
bagian yang tertinggal diberikan kepada ibu, sehingga angka anemia
pada ibu hamil cukup tinggi mencapai 40 %.
c. 4 terlalu dalam melahirkan, yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering
dan terlalu banyak.
d. 3 terlambat, yaitu terlambat mengambil keputusan, terlambat untuk
dikirim ke tempat pelayanan kesehatan dan terlambat mendapatkan
pelayanan kesehatan.
e. Selain itu 60 70% ibu yang melahirkan masih ditolong oleh dukun
tradisionil. Tiga terlambat ini juga sangat dipengaruhi oleh dana dari
keluarga ibu bersalin, walaupun cepat dirujuk, tetapi oleh karena tidak
tersedianya

uang

maka,

niat

merujuk

dibatalkan

sendiri

oleh

keluarganya. Dana yang diperlukan tidak saja untuk transportasi dan


biaya perawatan di puskesmas atau RS, tetapi diperlukan juga untuk
keluarga yang mengantar, sehingga jumlah dana yang dibutuhkan cukup
besar. Dana sehat yang diperoleh dari masyarakat dan pemerintah
masih sangat terbatas (20%), sehingga faktor dana ini masih merupakan
kendala yang memerlukan perhatian yang serius.

B. Kematian bayi
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi saat setelah bayi lahir sampai bayi
belum berusia tepat 1 tahun. Angka Kematian Bayi (AKB) 35 per 1.000 kelahiran
hidup.

Penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) dan angka kematian balita (Akba)
pada kurun waktu yang sama cukup tajam, yaitu AKB dari 51 per 1.000 menjadi 35
per 1.000 kelahiran hidup, dan Akba 82,6 per 1.000 menjadi 46 per 1.000 kelahiran
hidup pada kurun waktu yang sama. Angka kematian bayi baru lahir (neonatal)
penurunannya lambat, yaitu 28,2 per 1.000 menjadi 20 per 1.000 kelahiran hidup.
Target nasional 2010 Angka Kematian Bayi adalah 40/1.000 sedangkan target
nasional 2010 Angka Kematian Balita adalah 58/1.000. Penyebab Kematian Bayi
meliputi asfiksi, infeksi, hipotermi, BBLR, trauma persalinan, penyebab lain
pemberian makan secara dini, pengetahuan yang kurang tentang perawatan bayi,
tradisi (masyarakat tidak percaya pada tenaga kesehatan), serta sistem rujukan
yang kurang efektif.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kematian bayi yaitu :
1. Peningkatan kegiatan imunisasi pada bayi.
2. Peningkatan ASI eksklusif, status gizi, deteksi dini dan pemantauan tumbuh
kembang.
3. Pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi.
4. Program Manajemen Tumbuh kembang Balita sakit dan Manajemen
Tumbuh kembang Balita Muda.
5. Pertolongan persalinan dan penatalaksanaan Bayi Baru lahir dengan tepat.
6. Diharapkan keluarga memiliki pengetahuan, pemahaman, dan perawatan
pasca persalinan sesuai standar kesehatan.
7. Program Asuh.
8. Keberadaan Bidan Desa.
9. Perawatan neonatal dasar meliputi perawatan tali pusat, pencegahan
hipotermi dengan metode kanguru, menyusui dini, usaha bernafas spontan,
pencegahan infeksi, penanganan neonatal sakit, audit kematian neonatal.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Angka Kematian Ibu dan Bayi


Penurunan angka kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup masih terlalu
lamban untuk mencapai target Tujuan PembangunanMillenium (Millenium
Development Goals/MDGs) dalam rangka mengurangi tiga per empat jumlah
perempuan yang meninggal selama hamil dan melahirkan pada 2015.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam pernyataan yang diterbitkan di
laman resmi WHO itu dijelaskan, untuk mencapai target MDGs penurunan angka
kematian ibu antara 1990 dan 2015 seharusnya 5,5 persen pertahun .
Data WHO, UNICEF, UNFPA dan Bank Dunia menunjukkan angka kematian ibu
hingga saat ini masih kurang dari satu persen per tahun. Tahun 2005, sebanyak
536.000 perempuan meninggal dunia akibat masalah persalinan, lebih rendah dari
jumlah kematian ibu tahun 1990 yang sebanyak 576.000.
Menurut data WHO, sebanyak 99 persen kematian ibu akibat masalah
persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio kematian
ibu di negara-negaraberkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian
ibu per 100.000 kelahiran bayihidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu
di sembilan negara maju dan 51 negara persemakmuran.
Terlebih lagi, rendahnya penurunan angka kematian ibu global tersebut
merupakan cerminanbelum adanya penurunan angka kematian ibu secara
bermakna.
Sebanyak 20-30 persen dari kehamilan mengandung resiko atau komplikasi
yang dapat menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayinya. Salah satu
indikator utama derajat kesehatan suatu negara adalah Angka Kematian
Ibu (AKI).
Angka Kematian Ibu adalah jumlah wanita yang meninggal mulai dari saat
hamil hingga 6 minggu setelah persalinan per 100.000 persalinan. Angka
8

Kematian Ibu menunjukkan kemampuan dan kualitas pelayanan kesehatan,


kapasitas

pelayanan

kesehatan,

kualitas

pendidikan

dan

pengetahuan

masyarakat, kualitas kesehatan lingkungan, sosial budaya serta hambatan dalam


memperoleh akses terhadap pelayanan kesehatan. Tingginya AKI dan lambatnya
penurunan angka ini menunjukkan bahwa pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA) sangat mendesak untuk ditingkatkan baik dari
segi jangkauan maupun kualitas pelayanannya.
Menurut WHO tahun 2010, sebanyak 536.000 perempuan meninggal akibat
persalinan. Sebanyak 99 persen kematian ibu akibat masalah persalinan atau
kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di negaranegara berkembang merupakan tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100.000
kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di 9 negara maju
dan 51 negara persemakmuran.
Jumlah angka kematian ibu di Indonesia masih tergolong tinggi diantara
negara-negara ASEAN lainnya. Menurut Depkes tahun 2008 jikadibandingkan AKI
Singapura adalah 6 per 100.000 kelahiran hidup, AKIMalaysia mencapai 160 per
100.000 kelahiran hidup. Bahkan AKI Vietnam sama seperti Negara Malaysia,
sudah mencapai 160 per 100.000 kelahiran hidup, filipina 112 per 100.000
kelahiran hidup, brunei 33 per 100.000 per kelahiran hidup, sedangkan

di

Indonesia 228 per 100.000 kelahiran hidup.


Menurut depkes pada tahun 2010, penyebab langsung kematian maternal di
Indonesia terkait kehamilan dan persalinan terutama yaitu perdarahan 28 persen.
Sebab lain, yaitu eklampsi 24 persen, infeksi 11 persen, partus lama 5 persen, dan
abortus 5 persen.

B. Penyebab Tingginya AKI di Indonesia


Penyebab utama kematian ibu akibat pendarahan, eklamsi, infeksi dan lainlain. Kemudian masalah kematian ibu ada yang bersifat medis karena mengalami
3 keterlambatan yaitu terlambat mengenal tanda bahaya memutuskan, terlambat
9

merujuk dan terlambat menangani. Dan juga masalah kematian ibu karena non
medis terkait dengan masalah sosial budaya, ekonomi dan agama.
1. Sosial ekonomi dan sosial budaya
Di indonesia sendiri dari segi nutrisi banyak yang mengutamakan bapak
dibandingkan ibu, sebagai contoh dalam hal makanan, sang bapak
didahulukan untuk mendapat makanan yang bergizi sedangkan bagian yang
tertinggal diberikan kepada ibu, sehingga angka anemia pada ibu hamil
cukup tinggi mencapai 40 %.
2. Pendidikan Ibu Sangat Vital Bagi Kesehatan Anak
Penyerapan informasi yang beragam dan berbeda sangat dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan seorang ibu. Latar pendidikan formal serta informal akan
sangat berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan para ibu mulai dari segi
pikiran, perasaan maupun tindakannya.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seorang ibu, maka akan semakin tinggi
pula kemampuan dasar yang dimiliki ibu dalam merawat anaknya mulai dari
proses kehamilan hingga pemberian Air Susu Ibu (ASI). Tingkat pendidikan
dapat mendasari sikap seorang ibu dalam menyerap dan mengubah sistem
informasi tentang ASI. Dimana ASI merupakan makanan utama dan terbaik
untuk bayi usia 0-2 tahun.
3. Lebih dari 33 persen Ibu di Indonesia Tidak Tamat SD
Angka Kematian Ibu yang begitu tinggi salah satunya karena tingkat
pendidikan para ibu di Indonesia yang masih sangat rendah.

Jika kita

melihat dari jenjang pendidikan, data Badan Pusat Statistik tahun 2010
menyatakan bahwa mayoritas ibu di Indonesia tidak memiliki ijazah SD,
yakni sebesar 33,34 persen. Selanjutnya sebanyak 30,16 persen ibu hanya
memiliki ijazah SD atau sederajat.
Hanya terdapat 16,78 persen ibu yang berpendidikan setara SMA. Hanya
7,07 persen ibu yang berpendidikan perguruan tinggi. Tingkat kematian ibu
serta gizi bayi di Indonesia begitu buruk. Mau tidak mau cara paling
10

struktural untuk membenahi kesehatan para ibu dan anaknya adalah


dengan memberi mereka pendidikan yang layak terlebih dahulu.
Bagaimana mungkin seorang ibu bisa mengetahui nutrisi yang mereka
butuhkan selama masa kehamilan jika sama sekali tak pernah mendengar
nama asam folat dan kolin.

Padahal keduanya sangat vital pada masa

kehamilan sang ibu. Tentunya pelajaran Biologi dan Kimia di sekolah perlu
lebih mengedepankan nilai-nilai yang mempersiapkan calon-calon ibu di
masa depan dengan mantap.

C. Upaya peningkatan AKB dan AKI


Kegiatan yang dilakukan dalam menurunkan AKI yaitu :
1. Peningkatan kualitas dan cakupan pelayanan, melalui:
a. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan antara lain berupa
penyediaan tenaga bidan di desa, kesinambungan keberadaan bidan
desa, penyediaan fasilitas pertolongan persalinan pada polindes/pustu
dan puskesmas, kemitraan bidan dan dukun bayi, serta berbagai
pelatihan bagi petugas.
b. Penyediaan pelayanan kegawatdaruratan yang berkualitas dan sesuai
standar, antara lain bidan desa di polindes/pustu, puskesmas PONED
(Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar), Rumah sakit PONEK
(Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Kualitas) 24 jam.
c. Mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan
komplikasi keguguran, antara lain dalam bentuk KIE untuk mencegah
terjadinya 4 terlalu, pelayanan KB berkualitas pasca persalinan dan
pasca keguguran, pelayanan asuhan pasca keguguran, meningkatkan
partisipasi aktif pria.
d. Pemantapan kerjasama lintas program dan sektor, antara lain dengan
jalan menjalin kemitraan dengan pemda, organisasi profesi (IDI, POGI,
IDAI, IBI, PPNI), Perinasia, PMI, LSM dan berbagai swasta.
11

e. Peningkatan partisipasi perempuan, keluarga dan masyarakat, antara


lain dalam bentuk meningkatkan pengetahuan tentang tanda bahaya,
pencegahan terlambat 1 dan 2, serta menyediakan buku KIA. Kesiapan
keluarga

dan

masyarakat

dalam

menghadapi

persalinan

dan

kegawatdaruratan (dana, transportasi, donor darah), jaga selama hamil,


cegah 4 terlalu, penyediaan dan pemanfaatan yankes ibu dan bayi,
partisipasi dalam jaga mutu pelayanan.
2. Peningkatan kapasitas manajemen pengelola program, melalui peningkatan
kemampuan

pengelola

program

agar

mampu

melaksanakan,

merencanakan dan mengevaluasi kegiatan (P1 P2 P3) sesuai kondisi


daerah.
3. Sosialisasi dan advokasi, melalui penyusunan hasil informasi cakupan
program dan data informasi tentang masalah yang dihadapi daerah sebagai
substansi untuk sosialisasi dan advokasi. Kepada para penentu kebijakan
agar lebih berpihak kepada kepentingan ibu dan anak.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kematian bayi yaitu :


1. Peningkatan kegiatan imunisasi pada bayi.
2. Peningkatan ASI eksklusif, status gizi, deteksi dini dan pemantauan tumbuh
kembang.
3. Pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi.
4. Program Manajemen Tumbuh kembang Balita sakit dan Manajemen
Tumbuh kembang Balita Muda.
5. Pertolongan persalinan dan penatalaksanaan Bayi Baru lahir dengan tepat.
6. Diharapkan keluarga memiliki pengetahuan, pemahaman, dan perawatan
pasca persalinan sesuai standar kesehatan.
7. Program Asuh.
8. Keberadaan Bidan Desa.

12

9. Perawatan neonatal dasar meliputi perawatan tali pusat, pencegahan


hipotermi dengan metode kanguru, menyusui dini, usaha bernafas spontan,
pencegahan infeksi, penanganan neonatal sakit, audit kematian neonatal.

Partisipasi bidan dalam mencegah kematian bayi yaitu dengan :


1. Menerapkan program ASUH (Awal Sehat Untuk Hidup Sehat) yang
memfokuskan kegiatan pada keselamatan dan kesehatan bayi baru lahir (17 hari).
2. Mengintensifkan kegiatan kunjungan rumah 7 hari pertama pasca
persalinan berisi pelayanan dan konseling perawatan bayi dan ibu nifas
yang bermutu.

Partisipasi masyarakat dalam mencegah kematian bayi yaitu dengan :


1. Menyebarluaskan pengetahuan tentang pentingnya 7 hari pertama pasca
persalinan bagi kehidupan bayi selanjutnya.
2. Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kunjungan rumah 7 hari
pertama pasca persalinan oleh Bidan di Desa.
3. Mencatat dan melaporkan adanya ibu hamil, ibu melahirkan, dan bayi
meninggal

pada

merencanakan

bidan
tindakan/

di

Desa,
kunjungan

agar
dan

diperoleh

masukan

memecahkan

untuk

sekaligus

mengantisipasi masalah kematian bayi.


4. Mendukung dan mempertahankan keberadaan bidan di desa.

13

BAB IV
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Hak atas kesehatan reproduksi termasuk hak untuk mendapat informasi dan
pendidikan yang berkait dengan masalah kesehatan reproduksi; hak untuk
kebebasan berpikir, termasuk kebebasan dari penafsiran ajaran agama,
kepercayaan, filosofi, dan tradisi secara sempit yang akan membatasi kebebasan
berpikir tentang pelayanan reproduksi; hak atas kebebasan dan keamanan individu
untuk mengatur kehidupan reproduksinya, termasuk untuk hamil atau tidak hamil;
hak untuk hidup, yaitu dibebaskan dari risiko kematian karena kehamilan; hak
mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan, termasuk hak atas informasi,
keterjangkauan, pilihan, keamanan, kerahasiaan; hak memilih bentuk keluarga;
dan hak kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang termasuk
jaminan atas hak untuk mendesak pemerintah agar menempatkan masalah
kesehatan reproduksi sebagai prioritas dalam kebijakan politik negara.
Dalam konteks prioritas kebijakan negara, maka sudah saatnya sekarang ini
memahami kesehatan sebagai suatu kebutuhan utama dan investasi berharga
yang pelaksanaannya didasarkan pada sebuah paradigma baru yang biasa dikenal
dengan paradigma sehat, yakni paradigma yang mengutamakan upaya promotif
dan preventif tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif.

B. Saran
Dengan

adanya

pergeseran

paradigma

baru

kebijakan

pembangunan

kesehatan Indonesia melalui program "Indonesia Sehat 2010", maka persoalan


kesehatan penduduk dipandang sebagai investasi terpenting, pemenuhan hak
asasi manusia, menekankan pada pencegahan daripada pengobatan, terintegrasi
dengan sistem pembangunan lainnya, dan kemitraan. Dalam rangka implementasi

14

paradigma sehat tersebut, dibutuhkan sebuah Peraturan Daerah yang lebih


memberi bobot pada hidup sehat, bukan pada hidup sakit.

15

DAFTAR PUSTAKA

Behrman. Kliegman. Arvin. (2000). Ilmu Kesehatan Anak (Nelson Textbook of


Pediatrics). EGC. Jakarta.
Depkes RI. (2002). Pelatihan Konseling Pasca Keguguran. Depkes. Jakarta.
Depkes RI. (2002). Standar Profesi Kebidanan. Jakarta.
Depkes RI. (2002). Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta.
Depkes RI. (2002). Kompetensi Bidan Indonesia. Jakarta.
Depkes RI, (2006) Modul Manajemen Terpadu Balita Sakit, Direktorat Bina
Kesehatan Anak, Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta.
Depkes RI. (2006). Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan
Anak (PWS-KIA). Direktorat Bina Kesehatan Anak, Direktorat Bina
Kesehatan Masyarakat, Jakarta.
Depkes RI. (2006). Manajemen BBLR untuk Bidan. Depkes. Jakarta.
Depkes RI. (2003). Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta.
Depkes. (2007). Kurikulum dan Modul Pelatihan Bidan Poskesdes dan
Pengembangan Desa Siaga. Depkes. Jakarta.
Depkes RI. (2007) Rumah Tangga Sehat Dengan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat. Pusat Promosi Kesehatan.
Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat, 2010. Pedoman Audit Maternal Perinatal
(AMP). Kementerian Kesehatan Direktur Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat.
Effendy Nasrul. (1998). Dasar Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. EGC.
Jakarta.
Widyastuti, Endang. (2007). Modul Konseptual Frame work PWS-KIA Pemantauan
dan Penelusuran Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Neonatal. Unicef.

16

Anda mungkin juga menyukai