Anda di halaman 1dari 20

ISOLEK MELAYU JAMBI SEBERANG DIDAERAH ALIRAN SUNGAI BATANG HARI

(STUDY KASUS KELURAHAN SENGETI, BREMBANG, DAN SIMPANG PULAI)

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK

: I ( SATU )

NAMA

:1. NOVA DWISUHESTI


2. QORI
3. RIRIN ANGGRAENI
4. SYARIPUDIN
5. YULIANA SAFITRI

SEM/ JUR

: VB / BSI

DOSEN PEMBIMBING

: Dr. DIANA ROZELIN. SS, M. Hum

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA


INSTITUT AGAM ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2015/2016

BAB I
PENDAHULUAN

Bahasa merupaka bagian yang tidak dapat di pisahkan dari kehidupan manusia,
karena dengan bahasa seseorag dapat menyampaikan maksud dan keiginan pada orang lain.
Dengan kata lain, dengan bahasa seseorang dapat berkomunikasi dengan yang lain.
Pada dasarnya bahasa tersebut mempunyai dua aspek mendasar, yaitu aspek bentuk
dan aspek makna. Aspek bentuk berkaitan dengan bunyi sedangkan aspek makna berkaitan
dengan leksikal, fungsional maupun gramatikalnya. Apabila kita perhatikan dengan teliti
bahasa itu dalam bentuk dan maknanya menunjukan perbedaan antar pengungkapnya, antara
penutur satu dengan yang lain. Perbedaan-perbedaan bahasa itu menghasilkan ragam bahasa
atau variasi bahasa. Variasi bahasa muncul karena kebutuhan penutur akan adanya alat
komunikasi dan kondisisosial, serta faktor-faktor tertentu yang mempengaruhinya, seperti
letak geografis, kelompok sosial, situasi berbahasa atau tingkat formalitas dan perubahan
waktu.
Tiap-tiap orang mempunyai variasi sendiri, yang disebut dialek. Tiap-tiap dialek
memiliki perbedaan-perbedaan dalam pegunaannya. Para penutur dalam suatu dialek,
meskipun mempunyai dialek masing-masing tetapi mereka juga memiliki ciri yang khas
untuk menandai bahwa mereka berada dalam satu dialek, misalnya Bahasa Jambi Seberang.
Pengunaan Bahasa Jambi Seberang digunakan oleh masyarakat sebagai alat
komunikasi masyarakat baik resmi ataupun tidak. Begitu pula dalam kesehariannya, dapat
ditemukan penguna Bahasa Jambi Seberang dalam berkomunikasi. Pada penelitian
peneliti hanya meneliti tiga diantaranya yaitu Sengeti, Brembang, dan Simpang Pulai.

ini,

Ketiga daerah tersebut memiliki persamaan dan perbedaan dialek dari segi leksikal.
Biasaya apabila daerahnya berdekatan dialek yang digunakan relative sama. Namun, ada
dasarnya setiap dialek memiliki ciri khas masing-masing. Karena setiap bahasa memiliki
dialek, maka dialek tersebut digunakan untuk membedakan dengan kelopok masyarakat lain.
Selanjutnya, penelitian ini membahas tentang dialek Bahasa Jambi Seberang. Secara
khusus penelitian ini meneliti tentang variasi dialek baik secara ponologi ataupun leksikal.
Khusunya di didaerah Sengeti, Brembang, dan Simpang Pulai.

Alasan peneliti memilih variasi antar dialek Bahasa Jambi Seberang karena dalam
bahasa Jambi Seberang. Terdiri dari banyak dialek yang berbeda. Perbedaan itu dapat dilihat
dari segi ponologi dan leksikal dari bedanya pilihan kata yang digunakan masing-masing
daerah untuk menunjukan suatu makna. Variasi leksikal sangat terlihat jelas pada setiap
daerah begitu pula variasi ponologinya.

BAB II
LANDASAN TEORI

Lingusitik

Ruang lingkup ilmu linguistik mencakup dua bagian yaitu internal dan eksternal.
Linguistik internal tentu saja mencakup: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan
analisis wacana sedangkan linguistik eksternal mencakup bidang kajian ilmu bahasa itu
sendiri yang bergabung dengan ilmu lainnya seperti: etnolinguistik, psikolinguistik,
neurolinguistik, sosiolinguistik,dialektologi, dan lain-lain.

Dialek
Chambers dan Trudgill (1998: 3) mengatakan bahwa language is a collection of
mutually intelligible dialects. Bahasa adalah kumpulan dari dialek-dialek yang saling
dapat dipahami, sehingga definisi ini memiliki keuntungan bagi dialek sebagai
subbagian dari bahasa yang memiliki kriteria untuk membedakan antara satu bahasa
dengan bahasa yang lain. Dialek merupakan bagian dari bahasa tetapi bahasa bukan
bagian dari dialek.
Dialect refers to varieties which are grammatically (and perhaps lexically) as well
as phonologically different from other varieties. If two speakers say, respectively, I done
it last night and I did it last night, we can say that they are speaking different dialects.

(Chambers dan Trudgill, 1998: 5). Perbedaan dialek di dalam sebuah bahasa dapat dilihat
pada perbedaan grammatikal atau fonologinya. Perhitungan dalam mencari apakah suatu
isolek masuk kedalam ranah dialek atau subdialek menggunakan teknik dialektometri.
Istilah dialektometri diperkenalkan oleh Jean Seguy (1973) dalam karangannya
yang berjudul La Dialectometrie dans latlas Linguistique de la Gascogne. Revier
dalam (Ayatrohaedi, 1983: 32) menyatakan bahwa dialektometri adalah ukuran secara
statistik dipergunakan untuk melihat berapa jauh perbedaan dan persamaan kosakata
yang terdapat di tempat-tempat yang diteliti dengan membandingkan sejumlah bahan
yang terkumpul dari tempat yang diteliti tersebut. Rumus yang digunakan untuk
perhitungan dialektometri adalah:
(S x 100)
_______ = d %
n
Keterangan:
S= jumlah kosa kata atau leksikon yang beda
n= jumlah peta yang diperbandingkan
d=Hasil
jarakpersentase
kosa kata dalam
persentase.
pada daerah
pengamatan tersebut dikorelasikan dengan perhitungan
persentase status isolek untuk mengetahui posisinya dalam struktur kebahasaan. Guiter
(dalam Ayatrohaedi, 1983: 32), perhitungan pada bidang leksikon, yaitu:
81% ke atas
51- 80%
31- 50%
20 - 30%
di bawah 20%
b

: dianggap perbedaan bahasa


: dianggap perbedaan dialek
: dianggap perbedaan subdialek
: dianggap perbedaan wicara
: dianggap tidak ada perbedaan.

Fonologi
Salah satu kajian ilmu yang membahas tentang sistem bunyi dalam bahasa manusia

adalah fonologi. Tujuannya adalah untuk merumuskan kesemestaan bahasa, yaitu


menemukan karakteristik dari dasar bunyi bahasa manusia. Hyman (1975: 2)
menjelaskan bahwa phonology has been defined as the study of sound systems, that is,

the study of how speech sounds structure and function in languages. Fonologi juga
mempelajari ciri-ciri sistem bunyi yang digunakan manusia dalam berkomunikasi.

Kontak Bahasa
Salah satu fungsi dari bahasa adalah sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan apa

yang ada dalam pikiran pembicara atau mitra wicara, harapan terhadap sesuatu, serta untuk
mengidentifikasikan diri. Komunikasi itu sendiri merupakan proses pertukaran informasi dari
penutur terhadap mitra wicara dengan menggunakan simbol atau tanda baik berupa bahasa
formal, informal, bahasa lisan, tulisan, ataupun bahasa isyarat.

Bahasa Melayu Dialek Jambi


Bahasa Melayu dialek Jambi dibagi menjadi dua (2) bagian, yaitu dialek Kota Jambi

dan dialek Jambi Seberang. Bahasa Melayu dialek Kota Jambi telah diteliti oleh Leigh
(2010:110), khususnya pada ranah sosiolinguistik yang menyatakan bahwa The usage of
Jambi Malay is high, especially in the Low domains. Its strength with regard to other
languages in the area is relatively strong. And attitudes towards Jambi Malay are
positive.
Pemakaian bahasa Melayu dialek Kota Jambi masih sangat kuat khususnya pada
kelompok masyarakat kelas menengah ke bawah. Khusus nya di desa penyengat olak,
senaung, dan setiris Oleh karena itulah, pengaruh bahasa Melayu dialek Kota Jambi
(bahasa yang digunakan oleh masyarakat desa disekitar seberang mempunyai pengaruh
yang cukup kuat terhadap isolek Melayu yang mengakibatkan terjadinya language shift
secara perlahan-lahan.

BAB III
METODE PENELITIAN

a. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di tiga (3) dusun. Daerah Simpang Pulai, Brembang, dan
Sengeti.

b. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan ada 2 (dua) yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian
kualitatif. Penelitian ini digunakan secara bergantian. Pada tahap awal menggunakan
penelitian kuantitatif untuk menetukan status isolek bahasa yang diperbandingkan. Tahap
kedua peneliti menggunakan penelitian kualitatif untuk mendeskripsikan data yang terkait
dengan data fonem, leksikon.
Penelitian kuantitatif menggunakan metode komparatif, yaitu hasil perhitungan data
yang ditemukan di lapangan diperbandingkan antara satu daerah dengan daerah lainnya yang
berada diProvinsi Jambi. Dalam kajian tipologi bahasa, metode komparatif digunakan untuk
mengamati persamaan dan perbedaan tipe bahasa-bahasa di dunia berdasarkan kajian struktur
berbagai tataran kebahasaan secara sinkronis (Fernandez, 1993: 2-3).
Teknik yang digunakan dalam penelitian kuantitatif adalah teknik dialektometri yang
bertujuan untuk mengetahui status isolek bahasa sebrang di Provinsi Jambi. Kemudian,
penelitian kualitatif menggunakan dua (2) teknik yakni teknikrekonstruksi dari bawah ke atas
(botton-up reconstruction) dan teknik rekonstruksi dari atas ke bawah (top-down
reconstruction). Botton-up reconstructiondigunakan untuk merekonstruksi fonem vokal purba
dan fonem konsonan purba OR. Top-down reconstruction digunakan untuk mencari unsur
inovasi dan relik.

c. Data dan Sumber Data


Data penelitian diperoleh dari informan terpilih. Data kebahasaan ini berupa leksikon,
dan fonem. Data dapat juga disebut sebagai bahan penelitian atau lebih tepatnya bahan jadi
penelitian (Sudaryanto, 1990: 9). Data yang terkumpul dimasukkan ke dalam excel,
sehingga data tersimpan dengan baik.
Sumber data penelitian ini terdiri atas 3 bagian yaitu: narasumber (informan), tempat
atau lokasi, dokumen dan arsip (Sutopo, 1996: 48-51). Penelitian ini menggunakan
narasumber (informan), tempat atau lokasi, dokumen dan arsip sebagai sumber data.

Informan yang telah dipilih haruslah memenuhi kriteria yang ditentukan. Chambers dan
Trudgill (1998: 33) mengatakan the majority of informants has in all cases consisted of
nonmobile, older, and rural males. Informan yang dipilih tersebut adalah penduduk asli
seberang yang daerahnya di teliti. Pemilihan informan tersebut menggunakan teknik
purposive sampling.

d. Teknik Pengumpulan Data


Menurut Goetz dan Lecompte dalam (Sutopo, 1996: 55-65) metode pengumpulan data
dapat dikelompokkan ke dalam dua (2) cara yaitu: metode interaktif dan metode
noninteraktif. Metode interaktif meliputi teknik wawancara dan observasi berperan pasif,
sedangkan metode noninteraktif meliputi teknik kuesioner dan perekaman.Penelitian ini
menggunakan teknik wawancara, observasi berperan pasif, perekaman, dan quesioner.

e. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data merupakan tahap lanjutan setelah data ditabulasi dan diklasifikasi.
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola,
kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskannya
hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moleong , 2007: 248).
Dalam analisis data, penelitian ini menggunakan metode komparatif. Kemudian, teknik
yang digunakan adalah teknik hubung banding menyamakan (HBS), teknik hubung banding
membedakan (HBB). Teknik ini digunakan untuk menganalisis fonem, leksikon.

BAB IV
ANALYSIS

Dalam penelitian ini akan terlihat berbagai bentuk perbedaan dari tiga desa yang
diteliti yaitu beda ponologi dan leksikal, serta persamaan yaitu zero. Terlihat pada tabel
dibawah ini.

NO

GLOS

satu

SIMAPNG PULAI
FATIMA/45
sek

BEREMBANG
ERNA/48
sek

SENG
RITA/
sek

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

dua
tiga
empat
lima
enam
delapan
sembilan
sepuluh
sebelas
dua belas
tiga belas
dua puluh
dua puluh dua
dua puluh lima
lima puluh
enam puluh
seratus
seribu
pertama
kedua
terakhir
bagian (sebagian)
satu setengah
kuintal
ru(14m)
bahu,satu bahu (700m)

28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46

satu patok (200m)


setandan pisang
dingin
sore
senja
malam;ke-an
tengah malam
tahun
sehari semalam
tujuh hari
tiga puluh hari
seratus hari
seratus tahun
ubun-ubun
mulut
lidah
geraham
pipi
botak

D o
Tigo
empat
Limo
enam
Lapan
sembilan
sepolo
sebelas
do belas
tigo belas
do puloh
do poloh do
do pulu limo
limo polo
enam polo
seRatus
seRibu
peRtamo
kedo
teRakhir
separo
setea
100 kilu
ru (14m)
bahu,satu bahu
(700m)
sik pato (200m)
setandan
Diin
Senjo
Senjo
malam
Dal
Tan
sehaRi semalam
tujuh haRi
tigo puluh haRi
seRatus haRi
seRatus taon
ubun-ubun
mult
Lidah
geRaham
Pipi
gundul

do
tigo
empat
limo
enam
lapan
sembilan
sepolo
sebelas
do belas
tigo belas
do puloh
do poloh do
do pulu limo
limo polo
enam polo
seRatus
seRibu
peRtamo
kedo
teRakhir
separo
setea
100 kilu
ru (14m)
bahu, satu bahu
(700m)
sik pato (200m)
setandan
diin
senjo
senjo
malam
dal
tan
sehaRi semalam
tujuh haRi
tigo puluh haRi
seRatus haRi
seRatus taon
ubun-ubun
mult
lidah
geRaham
pipi
gundul

Do
Tigo
Emp
Lim
enam
Lapa
Sembi
Sepo
Sebel
Do
tigo be
do pu
do polo
do pulu
limo p
enam p
SeRat
SeRib
PeRta
Ked
TeRak
Sepa
Sete
100 k
ru (14
bahu,satu
(700
sik pato
Setand
Dii
Senj
Senj
Mala
Dal
Ta
sehaRi se
tujuh h
tigo puluh
seRatus
seRatus
ubun-u
Mul
Lida
GeRah
Pip
Gund

47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59

leher
punggung
bahu
pinggang
lengan
pergelangan tangan
tangan
jari
jari manis
kelingking
kuku
telapak tangan
garis-garis telapak tangan

60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84

kaki
pantat
paha
tulang betis
tumit
mata kaki
empedu
usus
tembani (ginjal)
urat
tulang
isi tulang
tali
rambut dikepala
alis
kumis
bulu diatas tahi lalat
bulu kuduk
bulu ketiak
rambut/bulu/kemaluan
bulu pada ibu jari kaki
rambut lurus
rambut putih
tahi lalat
warna hitam pada kulit sejak
lahir
Kamu
Kami
Kita
Mereka
Nama;me-kan;di-i
Istri

85
86
87
88
89
90

LeheR
pugu
bahu
piga
Lean
pergelaa taa
Taan
JaRi
jaRi manis
keliki
Kuku
telapak taan
garis-garis telapak
taan
Kaki
pantat
Paha
tula betis
Tumit
mato kaki
empedu
Usus
ginjal
URat
Tula
sum-sum
Tali
Rambut
Alis
kumis
bulu tai lalat
bulu kudu
bulu ketia
Bulu
bulu ibu jari
Rambut luRus
Uban
tai lalat
tando lahir

leheR
pugu
bahu
piga
lean
pergelaa taa
taan
jaRi
jaRi manis
keliki
kuku
telapak taan
garis-garis telapak
taan
kaki
pantat
paha
tula betis
tumit
mato kaki
empedu
usus
ginjal
uRat
tula
sum-sum
tali
Rambut
alis
kumis
bulu tai lalat
bulu kudu
bulu ketia
bulu
bulu ibu jari
Rambut luRus
Uban
Tai Lalat
tando lahir

KaU
Awak
Kito
Mereka
Namo
Bini

kaU
awak
koti
Mereka
namo
bini

Lehe
Pug
bahu
Piga
Leg
pergelaa
Taa
JaR
jaRi m
kelik
kuk
telapak t
garis-garis
taa
kak
pant
pah
tula b
tum
mato k
empe
usu
ginja
uRa
tula
sum-s
tali
Ramb
alis
kum
bulu tai
bulu ku
bulu ke
bulu
bulu ibu
Rambut
Uba
Tai La
tando l

kaU
awa
kito
Mere
nam
bin

91
92
93
94
95
96
98

Suami
Anak
Anak Kandung
Kakak Laki-Laki
Adik
Payudara
susu

Laki
ana
ana kandu
kaka laki-laki
Aba
ade
Susu

laki
ana
ana kandu
kaka laki-laki
aba
ade
susu

Dengan terdapatnya perbedaan dan persamaan tersebut penelitian ini akan


mengambarkan variasi leksikal dan ponologi serta persamaan atau zero. Bahasa memiliki
sistem dan subsistem yang dipahami sama oleh semua penutur bahasa itu. Namun, hal itu
karena penutur berada dalam masyarakat yang sama. Dengan kata lain, bahasa yang
digunakan bervariasi dari berbagai segi, salah satunya dari segi leksikal dan ponologi.
Terjadinya variasi isolek ini bukan hanya disebabkan oleh para penuturnya yang tidak
homogen, tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam.
Setiap kegiatan memerlukan atau menyebabkan terjadinya keragaman bahasa. Hal ini dapat
terlihat pada keragaman atau variasi bahasa yang terjadi di Jambi Seberang khususnya
kelurahan, Sengeti, Brembang, dan Simpang Pulai yang disebabkan oleh wilayah yang
berbeda serta golongan yang berbeda.
Dalam variasi atau ragam bahasa ada dua pandangan. Pertama, ragam tersebut dilihat
sebagai adanya keragaman fungsi bahasa tersebut. Kedua, variasi bahasa sudah ada untuk
memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam.
Membedakan isolek Jambi Seberang dapat dilihat dari (a) latar belakang geografi atau sosial
penutur (b) media dan siapa lawan bicara.
Berdasarkan pengunaannya, pengunaan bahasa disana dapat dilihat dari :

laki
ana
ana ka
kaka lak
aba
ade
susu

a. Dilihat dari penuturnya, adalah bahasa yang variasi bahasanya berdasarkan


perorangan. Karena setiap orang memiliki variasi bahasa atau idiolek masingmasing. Variasi ini berkenaan dengan suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan
kalimat, dan segala hal yang berhubungan dengan pribadi penutur.
b. Dilihat dari sosial penuturnya, adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur
yang jumlahnya relatif, yang berada pada satu tempat, wilayah atau area tertentu.
Dalam segi ini meskipun setiap penutur memiliki variasi bahasa masing-masing
tetapi ia tetap akan menggunakan variasi kelompok mereka.
Sesuatu yang dikatakan beda leksikal jika leksem- leksem yang digunakan untuk
merealisasikan suatu makna yang sama tetapi tidak berada dalam kata yang berbeda,
danperbedaan itu ada lebih dari 4 logat. Sebagai contoh pada tabel berikut:

LEXICAL Isolek Melayu Jambi


Seberang
N

GLOS

SIMPANG

BEREMBAN

SENGETI

Seperempat
Seperempat

FATIMA/45
Seperempat
seperempat dep

ERNA/48
Tenggah do
seset

RITA/49
Seperempat
seperempat dep

Dingin
Sebentar
Pelipis
Gigi
yang

sejuk
sekejap
pelipis
joos

sejuk
degat
kecupak
tkk

nelatak
degat
pelipis
bon3

Gigi

t3k3k

si

t3kl3k

ompo
jakun
jambang

taal
t3l3kun
god3?

pacol
t3l3kun
B3r3wo?

PULAI
1
2

Depo
3
4
5
6
maju
7
8
9
10

tersusun
Gigi lepas
Jakun
Jambang

yang

11

Mayat

12

Manusia
Anak

13

umur 5th
Wanita

kecil
paruh

mayat

bnta

bakai

bda?

keci?

spia?

bibi

Nyai

buyut

paman

dat?

pa? ah/ pa? d

baya
14

Sodara

laki-

15

laki dari ayah


Anak

spik

anak to

ayuk/aba

16
17
18
19

perempuan tertua
Kening
Kerongkongan
Tengkuk
Rambut ikal

Dahi
LeheR
t3k?
Rambut Ikal

Keni
LeheR
Kdo?
Rambut Kriti

Dahi
KeRokan
t3k?
Rambut Krt

Setelah itu untuk mengetahui perbedaan apakah yang ada di antara 3 desa tersebut
adalah dengan cara membandingkan antara desa pertama kepada desa kedua, kemudian desa
pertama pada desa ketiga,dan juga desa kedua kepada desa ketiga. Seperti berikut:

Seperti rumus yang telah di jelaskan di atas, maka hasil dari perbandingan ada 3,
pertama desa pertama dan kedua dengan jumlah 15 maka 1519100%= 78,9%. Lima belas
adalah hasil dari perbandingan antara desa pertama dan kedua, sedangkan sembilan belas
adalah hasil keseluruhan perbedaan yang ada kemudian di bagi seratus persen. Kemudian di
temukan hasilnya yaitu 78,9% dan ini menentukan jika perbedaan yang ada diantara desa
pertama dan kedua adalah perbedaan dialek.
Perbandingan antara desa pertama dan desa ketiga, 14 maka 1419100%= 73,6%.
Empat belas adalah hasil perbedaan antara desa pertama dan desa ketiga, Sembilan Belas
adalah hasil semua perbedaan secara lexical kemudian di kali seratus persen. Kemudian
hasilnya adalah73,6% dan ini menentukan jika perbedaan yang ada pada desa pertama dan
ketiga adalah perbedaan Dialek.

Perbandingan terakhir adalah perbandingan antara desa kedua dan desa ketiga,
171900%= 89,4%. Hasil perbandingan antara desa kedua dan terakhir adalah tujuh belas,
kemudiandi bagi sembilan belas lalu dikali seratus persen dan hasilnya adalah 89,6% maka
termasuk perbedaan bahasa.

BAB V
KESIMPULAN

Kesimpulan yang kami dapatsetelah meneliti beberapa desa tersebut adalah bahwa
masih banyakterdapat perbedaan logat (cara pengucapan) di anata wilayah mereka meskipun
mereka hidup berdampingan.
Terdapat beberapa isolek yang cukup dekat secara kekerabatan bahasa denagn bahasa
melayu. Begitu pula dengan isolek Bahasa Melayu Jambi Seberang, yang mana isolek mereka
dipengaruhi oleh letak geografis dan latar belakang penutur atau sosial mereka.
Bahkan meskipun mereka berada dalam satu wilayah juga redapat perubahan bahsa
atau kata yang mereka gunakan dalam keseharian mereka. Baik itu berupa suara, pilihan kata,
gaya bahasa, susunan kalimat, dan segala hal yang berhubungan dengan pribadi penutur.
Terjadinya variasi isolek ini bukan hanya disebabkan oleh para penuturnya yang tidak
homogen, tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam.
Setiap kegiatan memerlukan atau menyebabkan terjadinya keragaman bahasa.
Sekian dan terimakasih.

Daftar pustaka
Alisjahbana, S. Takdir. 1978. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jakarta: Dian
Rakyat.

Anggraeni, Bea dan Handayani, Dwi. 2002. Kesantunan Imperatif Dalam Bahasa
Jawa Dialek Surabaya: Analisis Pragmatik. Surabaya: Lembaga Penelitian Universitas
Airlangga.

Brown, P. dan Levinson, S. 1978. Universals in Language Usage: Politeness


Phenomena. In Goody, Esther N., ed. Questions and Politeness: Strategies in Social
Interaction (Cambridge Papers in Social Anthropology). Cambridge: Cambridge University
Press, 56-310.

Chaer, Abdul dan Agustina, Leoni. 1993. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta:
Rineka Cipta.

Dhofier, Zamakhsyari. 1985. Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup


Kyai. Jakarta: LP3ES.

Djajasudarma, Fatimah. 1993. Metode Linguistik Ancangan Metode Penelitian dan


Kajian. Bandung: PT Eresco.

1994. Wacana: Pemahaman dan Hubungan Antarunsur. Bandung: PT Eresco.

Hasbullah, Drs. 1999. Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia: Lintasan Sejarah


Pertumbuhan dan Perkembangan, (hl 24-27, 138-161). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai