Bultek SAP No 19 Akuntansi Bansos Akrual Fin
Bultek SAP No 19 Akuntansi Bansos Akrual Fin
Jakarta,
Agustus 2015
Ketua
A.B. Triharta
Wakil Ketua
Sonny Loho
Sekretaris
Jan Hoesada
Anggota
Anggota
Dwi Martani
Anggota
Sumiyati
Anggota
Firmansyah N. Nazaroedin
Anggota
Hamdani
Anggota
Buletin Teknis SAP Nomor 19 tentang Akuntansi Bantuan Sosial Berbasis Akrual
DAFTAR ISI
Hal
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang.....................................................................
1.2.
2.2.
2.3.
5
13
13
14
3.2.
16
3.3.
17
3.4.
18
Pengakuan..........................................................................
20
4.2.
Pengukuran.........................................................................
22
4.3.
Pencatatan.......
22
4.4.
Penyajian.............................................................................
28
4.5.
Pengungkapan....................................................................
28
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
29
ii
Buletin Teknis SAP Nomor 19 tentang Akuntansi Bantuan Sosial Berbasis Akrual
BAB I
PENDAHULUAN
3
4
5
6
7
8
9
1.1.
Latar Belakang
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
Buletin Teknis SAP Nomor 19 tentang Akuntansi Bantuan Sosial Berbasis Akrual
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
1.2.
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
Buletin Teknis SAP Nomor 19 tentang Akuntansi Bantuan Sosial Berbasis Akrual
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
pencatatan beban bantuan sosial harus sesuai dengan substansi dan kriteria beban
bantuan sosial, sehingga entitas akuntansi dapat melakukan koreksi/penyesuaian
atas kesalahan penganggaran di LRA.Hal ini dilakukan agar LO dapat menyajikan
beban sesuai dengan definisi dan kriteria masing-masing beban.
1.2.1. Belanja Bantuan Sosial sebagai Fungsi Perlindungan Sosial atau Jenis
Belanja
Dalam PSAP Nomor 02 dijelaskan bahwa belanja dapat dikategorikan
berdasarkan fungsi dan jenis belanja.Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 90 Tahun
2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Angaran Kementerian
Negara/Lembaga menjelaskan bahwa RKA-K/L disusun secara terstruktur dan
dirinci menurut klasifikasi organisasi, fungsi dan jenis belanja. Penyusunan
anggaran tersebut menggunakan instrumen indikator kinerja, standar biaya dan
evaluasi kinerja. PP ini tidak memberikan rincian secara detail fungsi dan jenis
belanja yang telah dijelaskan, namun PP tersebut menjelaskan peraturan
pelaksanaan atas PP Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja
dan Angaran Kementerian Negara/Lembaga tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan PP Nomor 90 Tahun 2010.
Mengingat dalam PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran
Berbasis Kas disebutkan bahwa belanja bantuan sosial merujuk pada jenis belanja,
maka pengeluaran bantuan sosial tidak dapat hanya dikaitkan dengan fungsi
perlindungan sosial. Dengan kata lain tidak semua pengeluaran dalam fungsi
perlindungan sosial merupakan belanja bantuan sosial. Belanja bantuan sosial
dapat dikeluarkan oleh instansi pemerintah sepanjang pengeluaran tersebut
memenuhi kriteria sebagai belanja bantuan sosial.
1.2.2. Kesulitan Mendefinisikan Belanja dan Beban Bantuan Sosial
Dalam beberapa regulasi terdapat beragam contoh aktivitas yang
dikategorikan belanja bantuan sosial. Dalam sebuah regulasi disebutkan belanja
bantuan sosial merupakan bagian dari kegiatan perlindungan sosial. Namun dalam
regulasi lain disebutkan terdapat aktivitas yang tidak terkait dengan perlindungan
dan kesejahteraan sosial diklasifikasikan sebagai belanja bantuan sosial.
Dalam beberapa literatur, tidak ada definisi yang jelas mengenai belanja
bantuan sosial. Bantuan sosial sering disamakan dengan social assistance
atausocial aid yang diartikan manfaat (benefit) diperoleh dalam bentuk uang atau
barang yang diberikan oleh negara atau lembaga sosial lain kepada pihak yang
memiliki kerentanan (vulnerable) sosial. Masyarakat rentan sosial adalah kelompok
masyarakat yang memiliki kemungkinan besar tertimpa suatu risiko sosial. Namun
pengertian social assistance bermakna luas karena termasuk pemberian langsung
kepada masyarakat dan subsidi.
1.2.3. Penyusunan Anggaran
Permasalahan belanja bantuan sosial pada proses penyusunan anggaran
antara lain berupa:
48
a.
49
b.
50
51
c.
Belanja bantuan sosial dianggarkan oleh institusi selain institusi yang memiliki
tugas dan fungsi melaksanakan program perlindungan sosial, rehabilitasi sosial,
Buletin Teknis SAP Nomor 19 tentang Akuntansi Bantuan Sosial Berbasis Akrual
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
d.
12
13
14
a.
15
16
17
b.
18
19
20
c.
Belanja bantuan sosial tidak disalurkan untuk kegiatan yang berkaitan dengan
perlindungan sosial dan kesejahteran sosial serta penerimanya tidak berhak
menerima belanja bantuan sosial.
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
d.
32
33
a.
34
35
36
37
38
b.
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
c.
Buletin Teknis SAP Nomor 19 tentang Akuntansi Bantuan Sosial Berbasis Akrual
1
2
3
4
5
2.1.
6
7
BAB II
REGULASI TERKAIT DENGAN BANTUAN SOSIAL
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
a.
35
36
b.
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
Jaminan sosial dimaksudkan untuk menjamin fakir miskin, anak yatim piatu
terlantar, lanjut usia terlantar, penyandang cacat fisik, cacat mental, cacat fisik dan
mental, eks penderita penyakit kronis yang mengalami masalah ketidakmampuan
sosial-ekonomi agar kebutuhan dasarnya terpenuhi dan menghargai pejuang,
perintis kemerdekaan, keluarga pahlawan atas jasa-jasanya. Jaminan sosial
diberikan dalam bentuk asuransi kesejahteraan sosial, bantuan langsung
berkelanjutan atau dalam bentuk tunjangan berkelanjutan.
49
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
Buletin Teknis SAP Nomor 19 tentang Akuntansi Bantuan Sosial Berbasis Akrual
1
2
3
4
5
6
7
a.
8
9
10
b.
11
12
13
14
c.
15
d.
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
2.1.2
39
40
41
42
43
44
45
a.
Fakir miskin dan orang tidak mampu untuk tahap awal diawali dengan program
jaminan kesehatan.
46
47
b.
48
c.
Buletin Teknis SAP Nomor 19 tentang Akuntansi Bantuan Sosial Berbasis Akrual
1
2
2.1.3
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
a.
19
20
21
b.
22
23
24
c.
25
26
27
d.
28
29
30
31
32
e.
33
34
35
36
f.
37
38
39
40
41
42
g.
43
44
45
46
47
48
49
Buletin Teknis SAP Nomor 19 tentang Akuntansi Bantuan Sosial Berbasis Akrual
1
2
2.1.4
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Kegiatan pada tahap pra bencana meliputi kegiatan dalam situasi tidak
terjadi bencana atau dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana. Kegiatan
dalam situasi tidak terjadi bencana terdiri dari perencanaan penanggulangan
bencana, pengurangan risiko bencana, pencegahan, pemaduan dalam
perencanaan pembangunan, persyaratan analisis risiko bencana, pelaksanaan dan
penegakan rencana tata ruang, pendidikan dan pelatihan, dan persyaratan standar
teknis penanggulangan bencana. Sedangkan kegiatan dalam situasi terdapat
potensi terjadinya bencana terdiri dari kesiapsiagaan, peringatan dini, dan mitigasi
bencana.
16
17
18
19
20
Kegiatan pada tahap tanggap darurat meliputi pengkajian secara cepat dan
tepat terhadap lokasi, kerusakan, kerugian dan sumber daya, penentuan status
keadaan darurat bencana, penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena
bencana, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan terhadap kelompok rentan,
dan pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
2.1.5
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
a.
49
Buletin Teknis SAP Nomor 19 tentang Akuntansi Bantuan Sosial Berbasis Akrual
1
2
3
4
b.
Dana siap pakai, yaitu dana yang selalu tersedia dan dicadangkan oleh
Pemerintah untuk digunakan pada saat tanggap darurat bencana sampai
dengan batas waktu tanggap darurat berakhir dan ditempatkan dalam anggaran
Badan Penanggulangan Bencana untuk kegiatan pada saat tanggap darurat.
5
6
7
c.
Dana bantuan sosial berpola hibah, yaitu dana yang disediakan Pemerintah
kepada pemerintah daerah sebagai bantuan penanganan pasca bencana yang
merupakan block grant.
8
9
10
11
12
13
2.1.6
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
2.1.7
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
Buletin Teknis SAP Nomor 19 tentang Akuntansi Bantuan Sosial Berbasis Akrual
1
2
2.1.8
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
a.
bantuan sosial;
48
b.
10
Buletin Teknis SAP Nomor 19 tentang Akuntansi Bantuan Sosial Berbasis Akrual
c.
2
3
4
bantuan hukum
a.
bantuan langsung;
b.
c.
penguatan kelembagaan.
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
a.
28
29
b.
30
31
32
33
34
a.
35
b.
36
c.
37
d.
38
39
40
41
a.
42
b.
43
c.
44
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
11
Buletin Teknis SAP Nomor 19 tentang Akuntansi Bantuan Sosial Berbasis Akrual
1
2
a.
b.
5
6
a.
b.
c.
10
11
d.
12
13
14
15
16
17
18
19
20
a.
menjamin fakir miskin, anak yatim piatu terlantar, lanjut usia terlantar,
penyandang cacat fisik, cacat mental, cacat fisik dan mental, eks penderita
penyakit kronis yang mengalami masalah ketidakmampuan sosial ekonomi agar
kebutuhan dasarnya terpenuhi.
21
22
b.
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
2.1.9
37
38
39
40
a.
41
b.
42
c.
2014
tentang
Program
12
Buletin Teknis SAP Nomor 19 tentang Akuntansi Bantuan Sosial Berbasis Akrual
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Dalam Buletin Teknis ini diberikan contoh ilustrasi belanja bantuan sosial.
Sebagai contoh, pemberian bantuan kepada nelayan agar kehidupan nelayan
tersebut menjadi lebih baik. Bantuan tersebut tidak perlu dikembalikan oleh
masyarakat, sehingga diklasifikasikan sebagai belanja bantuan sosial. Sedangkan
contoh lainnya berupa pemberian bantuan kepada nelayan dengan maksud agar
kehidupan nelayan tersebut lebih baik namun diniatkan untuk ditarik kembali jika
telah berhasil dan kemudian digulirkan kembali ke nelayan lain. Pengeluaran ini
tidak dapat dikategorikan sebagai belanja bantuan sosial tetapi sebagai bentuk
pembiayaan. Pengeluaran tersebut akan menimbulkan investasi non permanen
dalam bentuk dana bergulir.
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
Mengingat
kondisi
penganggaran,
pelaksanaan
anggaran,
dan
pertanggungjawaban pemerintah, maka Buletin Teknis ini mendefinisikan belanja
dan beban bansos sesuai dengan interpretasi kedua. Sejalan dengan Bultek Nomor
04, buletin teknis bantuan sosial menganggap bahwa semua aktivitas yang
dijelaskan dalam UU Kesejahteraan sosial merupakan aktivitas yang dapat didanai
dari bantuan sosial. Dalam PP Nomor 45 Tahun 2013, risiko sosial adalah kejadian
atau peristiwa yang dapat mempengaruhi kesejahteraan masyarakat sebagai
dampak krisis sosial, krisis ekonomi, krisis politik, fenomena alam dan bencana
alam. Jika melihat definisi dalam PP tersebut, pemahaman risiko sosial memiliki arti
luas, karena peristiwa yang mempengaruhi kesejahteraan sosial akibat krisis
merupakan risiko sosial.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
13
Buletin Teknis SAP Nomor 19 tentang Akuntansi Bantuan Sosial Berbasis Akrual
1
2
3
4
5
6
7
8
BAB III
KETENTUAN BELANJA DAN BEBAN BANTUAN SOSIAL DALAM BULETIN
TEKNIS
3.1.
9
10
11
12
Belanja Bantuan Sosial adalah transfer uang atau barang yang diberikan
oleh Pemerintah Pusat/Daerah kepada masyarakat guna melindungi dari
kemungkinan terjadinya risiko sosial. Transfer uang/barang/jasa tersebut memiliki
ketentuan berikut ini:
13
14
a.
15
b.
16
17
18
c.
19
20
21
d.
22
23
e.
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
3.1.2
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
14
Buletin Teknis SAP Nomor 19 tentang Akuntansi Bantuan Sosial Berbasis Akrual
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
a.
Risiko yang terkait dengan siklus hidup, misalnya kelaparan, penyakit, cacat,
usia tua, dan kematian.
17
18
19
b.
20
21
c.
22
23
d.
24
25
26
27
Risiko tersebut dapat terjadi secara mandiri atau bersamaan. Demikian juga
risiko tersebut dapat mempengaruhi secara langsung kepada individu, ataupun
mempengaruhi kelompok masyarakat yang pada akhirnya akan mempengaruhi
individu.
28
29
30
31
32
33
Risiko sosial menurut Buletin Teknis ini adalah kejadian atau peristiwa yang
dapat menimbulkan potensi terjadinya kerentanan sosial yang ditanggung oleh
individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat sebagai dampak krisis sosial,
krisis ekonomi, krisis politik, fenomena alam dan bencana alam yang jika tidak
diberikan belanja bantuan sosial akan semakin terpuruk dan tidak dapat hidup
dalam kondisi wajar.
34
35
Keadaan yang memungkinkan adanya risiko sosial antara lain, namun tidak
terbatas pada:
36
37
a.
Wabah penyakit yang apabila tidak ditanggulangi maka akan meluas dan
memberikan dampak yang memburuk kepada masyarakat.
38
39
b.
Wabah kekeringan atau paceklik yang bila tidak ditanggulangi akan membuat
petani/nelayan menjadi kehilangan penghasilan utamanya.
40
41
c.
Cacat fisik dan/atau mental yang bila tidak dibantu tidak akan bisa hidup secara
mandiri.
42
d.
Penyakit kronis yang bila tidak dibantu tidak akan bisa hidup secara mandiri.
43
e.
Usia lanjut yang bila tidak dibantu tidak akan bisa hidup secara mandiri.
44
45
f.
Putus sekolah yang bila tidak dibantu akan semakin terpuruk dan tidak dapat
hidup secara mandiri.
46
47
g.
Kemiskinan yang bila tidak dibantu akan semakin terpuruk dan tidak dapat
hidup secara wajar.
15
Buletin Teknis SAP Nomor 19 tentang Akuntansi Bantuan Sosial Berbasis Akrual
1
2
h.
3
4
i.
5
6
3.2.
7
8
9
10
11
a.
Tujuan penggunaan;
12
b.
13
c.
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
a.
24
25
26
27
b.
28
29
30
c.
31
32
d.
33
34
35
36
e.
37
38
39
f.
40
41
42
43
44
45
46
47
16
Buletin Teknis SAP Nomor 19 tentang Akuntansi Bantuan Sosial Berbasis Akrual
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
3.3.
22
23
24
Bentuk pemberian belanja dan beban bantuan sosial berupa uang, barang,
atau jasa yang diterima langsung atau tidak langsung oleh penerima bantuan sosial.
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
Belanja bantuan sosial dalam bentuk uang yang diberikan langsung kepada
penerima bantuan sosial. Belanja bantuan sosial tidak boleh diberikan kepada
pegawai pemerintah atau instansi pemerintah lain yang terkait dengan pelaksanaan
tugas dan fungsinya.
38
39
40
41
42
43
44
45
Belanja bantuan sosial dalam bentuk barang diberikan dalam bentuk barang
dan diserahkan kepada penerima. Belanja tersebut karena tujuan penggunaannya
untuk kegiatan yang sesuai dengan kriteria belanja bantuan sosial, maka tidak boleh
dikelompokan ke dalam jenis belanja barang. Barang yang belum didistribusikan
kepada penerima bantuan sosial akan dicatat sebagai persediaan. Namun, belanja
barang untuk aktivitas instansi pemerintah dalam rangka kegiatan penanganan
risiko sosial tidak dimasukkan dalam belanja bantuan sosial tetapi tetap
dikategorikan sebagai belanja barang.
46
47
48
49
50
Belanja bantuan sosial dalam bentuk barang yang pada saat pembelian tidak
ditujukan untuk diserahkan kepada pihak penerima bantuan sosial tetapi sebagai
aset instansi tidak dapat diklasifikasikan sebagai belanja bantuan sosial. Demikian
juga belanja barang untuk kepentingan kegiatan instansi pemerintah tidak dapat
diklasifikasikan sebagai belanja bantuan sosial. Contohnya adalah pembelian
17
Buletin Teknis SAP Nomor 19 tentang Akuntansi Bantuan Sosial Berbasis Akrual
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Belanja bantuan sosial tidak dapat diberikan kepada pegawai negeri terkait
dengan pelaksanaan tugas dan fungsinya sebagai pegawai negeri. Contohnya
beasiswa yang diberikan oleh suatu kementerian kepada pegawainya untuk
mengikuti pendidikan di sebuah universitas atau beasiswa yang diberikan kepada
pegawai instansi pemerintah lainnya untuk mengikuti pendidikan atau pelatihan.
Belanja bantuan sosial hanya dapat diberikan kepada pegawai negeri dalam
kedudukannya sebagai anggota masyarakat yang terkena risiko sosial. Contohnya
adalah pemberian bantuan kebutuhan dasar kepada korban bencana, termasuk di
dalamnya pegawai negeri yang menjadi korban bencana dan berada pada kondisi
krisis seperti tempat tinggal yang hancur/hilang karena bencana.
20
21
22
23
24
25
26
3.4
Jenis Kegiatan yang Didanai dengan Belanja dan Beban Bantuan Sosial
Jenis kegiatan yang didanai dengan belanja bantuan sosial harus sesuai
dengan kriteria belanja bantuan sosial. Satuan kerja perlu melakukan pengkajian
sebelum menentukan apakah suatu kegiatan yang akan dilakukan dikategorikan
sebagai belanja bantuan sosial.
27
Belanja Bantuan Sosial dapat diberikan untuk mendanai kegiatan berikut ini:
28
29
30
31
32
a.
33
34
35
36
37
38
b.
39
40
41
42
43
44
c.
45
46
47
48
49
50
d.
18
Buletin Teknis SAP Nomor 19 tentang Akuntansi Bantuan Sosial Berbasis Akrual
1
2
3
4
5
6
e.
7
8
9
10
11
12
13
f.
19
Buletin Teknis SAP Nomor 19 tentang Akuntansi Bantuan Sosial Berbasis Akrual
BAB IV
AKUNTANSI BELANJA DAN BEBAN BANTUAN SOSIAL
4.1.
Pengakuan
Bansos dapat berupa uang yang diberikan dengan mekanisme penyaluran langsung ke
masing-masing rekening penerima bansos yang ada pada lembaga penyalur
(Perbankan/Kantor Pos/Agen Layanan Keuangan Digital). Pengakuan beban bansos
tergantung dari status kepemilikan rekening penerima dimaksud.
20
Buletin Teknis SAP Nomor 19 tentang Akuntansi Bantuan Sosial Berbasis Akrual
a. Jika rekening tersebut merupakan milik Penerima, maka beban bansos diakuipada
saat kas diserahkan kepada penyalur atau pada saat kas dikeluarkan dari
RKUN/RKUD.
b. Jika rekening tersebut merupakan rekening penyalur atau rekening pemerintah,
maka beban bansos diakui pada saat kas diterima oleh penerima.
Terhadap sisa Kas yang yang belum diambil oleh yang berhak dan masih tersisa di
rekening penyalur, perlakuan akuntansinya adalah sebagai berikut:
i.
Jika penerima masih memiliki hak untuk mengambil uangnya pada periode
berikutnya maka akan diakui Kas yang Dibatasi Penggunaannya;
ii. Jika penerima tidak dapat menerima bansos tersebut pada periode berikutnya,
maka apabila belum disetorkan kembali ke Kas Negara/Daerah akan diakui
sebagai Kas Lainnya.
2.
Bansos dapat disalurkan melalui lembaga penyalur, dan akan diserahkan kepada
penerima setelah diambil langsung di lembaga penyalur. Dalam hal ini, beban bansos
diakui jika penerima telah mengambil bansos dari lembaga penyalur. Entitas perlu
mengidentifikasi jumlah uang yang masih ada di lembaga penyalur atau belum diambil
oleh penerima Bantuan Sosial.Jika masih terdapat uang yang belum disalurkan, dan
entitas mempunyai hak pengendalian atas uang tersebut maka:
a. Disajikan sebagai Kas yang Dibatasi Penggunaannya apabila uang tersebut akan
disalurkan kembali kepada penerima, atau
b. Disajikan sebagai Kas Lainnya jika uang tersebut harus disetorkan kembali kepada
kas negara/kas daerah.
Atas uang tersisa tersebut tidak diakui sebagai beban bansos. Beban bansos diakui jika
kas telah diserahkan kepada penerima atau dengan kata lain telah kas telah disalurkan
oleh lembaga penyalur. Entitas harus mengungkapkan pada Laporan Keuangan, jika
terdapat sisa dana bansos yang belum disalurkan dan masih ada komitmen untuk
menyalurkannya pada periode berikutnya.
3.
Bantuan Sosial dapat berupa barang yang diberikan secara langsung oleh instansi
pemerintah kepada penerima Bantuan Sosial, atau disalurkan melalui lembaga penyalur
non pemerintah untuk diberikan kepada penerima Bantuan Sosial. Pengakuan beban
bansos berupa barang diakui pada saat barang telah diterima oleh pihak penerima
Bantuan Sosial maupun lembaga penyalur. Barang yang dibeli dari Belanja Bantuan
Sosial namun masih ada pada instansi pemerintah dan belum diterima oleh penerima,
maka beban bansos belum dapat diakui dan dilaporkan sebagai persediaan Satuan
Kerja/SKPD. Untuk Barang yang belum disalurkan oleh lembaga penyalur non
pemerintah dan masih berada dalam pengendalian pemerintah, maka beban bansos
belum dapat diakui dan dilaporkan sebagai persediaan Satuan Kerja/SKPD.
Jika barang tersebut masih ada di lembaga penyalur lembaga non pemerintah dan
berada di luar pengendalian pemerintah, maka barang yang tersisa tersebut diakui
sebagai beban bansos dan tidak dapat diakui sebagai persediaan Satuan Kerja/SKPD.
Entitas perlu mengungkapkan kebijakan/ketentuan penyaluran Bantuan Sosial berupa
barang termasuk perlakuan barang yang masih berada di lembaga penyalur non
pemerintah dan belum disalurkan kepada penerima.
21
Buletin Teknis SAP Nomor 19 tentang Akuntansi Bantuan Sosial Berbasis Akrual
4.2.
Pengukuran
b.
c.
Pencatatan
22
Buletin Teknis SAP Nomor 19 tentang Akuntansi Bantuan Sosial Berbasis Akrual
Uraian
Belanja Bantuan Sosial
Akun Antara
Debet
Kredit
500.000.000
500.000.000
Uraian
Beban Bantuan Sosial
Kas di Rekening Kas Umum Negara
Debet
Kredit
500.000.000
500.000.000
Contoh 2:
Satuan Kerja ABC melakukan pengeluaran bansos sebesar 700juta. Dana tersebut
ditansfer melalui lembaga penyalur untuk diberikan kepada penerima. Atas transaksi
tersebut Belanja Bantuan Sosial dicatat pada saat telah terbit Surat Perintah Pencairan
Dana dengan jurnal:
Kode
Akun
XXXXXX
YYYYYY
Uraian
Belanja Bantuan Sosial
Akun Antara
Debet
Kredit
700.000.000
700.000.000
Uraian
Beban Bantuan Sosial
Kas di Rekening Kas Umum Negara
Debet
Kredit
700.000.000
700.000.000
Apabila pada akhir tahun masih terdapat sisa uang bansos tersebut pada rekening
penyalur sebesar Rp100juta dan uang tersebut akan disalurkan kepada penerima
berdasarkan perjanjian penyaluran bansos antara Satuan Kerja ABC dengan lembaga
penyalur, jika Satker ABC masih memiliki kontrol terhadap sisa uang tersebut, maka
dilakukan penyesuaian beban bansos sebagai berikut:
Kode
Akun
XXXXXX
YYYYYY
Uraian
Kas yang dibatasi penggunaaannya
Beban Bantuan Sosial
Debet
Kredit
100.000.000
100.000.000
Apabila pada akhir tahun masih terdapat sisa uang bansos tersebut pada rekening
penyalur sebesar Rp100juta, dan uang tersebut akan disetorkan kembali ke rekening kas
23
Buletin Teknis SAP Nomor 19 tentang Akuntansi Bantuan Sosial Berbasis Akrual
umum negara berdasarkan perjanjian penyaluran bansos antara Satuan Kerja ABC dengan
lembaga penyalur, maka dilakukan penyesuaian beban bansos sebagai berikut:
Kode
Akun
XXXXXX
YYYYYY
Uraian
Kas Lainnya
Beban Bantuan Sosial
Debet
Kredit
100.000.000
100.000.000
Uraian
Belanja Bantuan Sosial
Akun Antara
Debet
Kredit
1.500.000.000
1.500.000.000
Uraian
BebanBantuan Sosial
Kas di Rekening Kas Umum Negara
Debet
Kredit
1.500.000.000
1.500.000.000
24
Buletin Teknis SAP Nomor 19 tentang Akuntansi Bantuan Sosial Berbasis Akrual
Contoh 4:
Satker ABC melakukan pengeluaran bansos untuk melakukan penyuluhan kepada
nelayan miskin di desa tertinggal yang baru terkena bencana sebesar Rp100 juta yang
dilakukan oleh Pihak Ketiga/Rekanan penyelenggara jasa. Belanja diakui pada saat Surat
Perintah Pencairan Dana diterbitkan sehingga uang kas ditransfer dari rekening BUN ke
rekening rekanan penyelenggara jasa.
Kode
Akun
XXXXXX
YYYYYY
Uraian
Belanja Bantuan Sosial
Akun antara
Debet
Kredit
100.000.000
100.000.000
Uraian
Beban Bantuan Sosial
Kas di Rekening Kas Umum Negara
Debet
Kredit
100.000.000
100.000.000
Uraian
Belanja Bantuan Sosial
Akun Antara
Debet
Kredit
100.000.000
100.000.000
Debet
Kredit
100.000.000
100.000.000
Contoh 2:
PPKD Pemda DEF melakukan pengeluaran bansos sebesar Rp700 juta. Dana
tersebut ditansfer melalui lembaga penyalur untuk diberikan kepada penerima. Belanja
diakui pada saat telah diterbitkan Surat Perintah Pencairan Dana/uang kas keluar dari
RKUD, maka Belanja dicatat dengan jurnal sebagai berikut:
25
Buletin Teknis SAP Nomor 19 tentang Akuntansi Bantuan Sosial Berbasis Akrual
Bendahara PPKD
Kode
Uraian
Akun
XXXXXX Belanja Bantuan Sosial
YYYYYY Akun Antara
Debet
Kredit
700.000.000
700.000.000
Uraian
Beban Bantuan Sosial
Kas di Kas Daerah
Debet
Kredit
700.000.000
700.000.000
Apabila pada akhir tahun masih terdapat sisa uang bansos tersebut pada rekening
penyalur sebesar Rp100 juta, dan nantinya uang tersebut akan disalurkan kepada
penerima yang sama pada periode berikutnya berdasarkan perjanjian penyaluran bansos
antara Pemda dengan lembaga penyalur, jika masih terdapat kontrol dari Pemda terhadap
sisa uang tersebut, maka dilakukan penyesuaian beban bansos sebagai berikut:
Kode
Akun
XXXXXX
YYYYYY
Uraian
Kas yang dibatasi penggunaaannya
Beban Bantuan Sosial
Debet
Kredit
100.000.000
100.000.000
Apabila pada akhir tahun masih terdapat sisa uang bansos tersebut pada rekening
penyalur sebesar Rp100 juta, dan nantinya uang tersebut akan disetorkan kembali ke
rekening kas umum daerah berdasarkan perjanjian penyaluran bansos antara Pemda
dengan lembaga penyalur, maka dilakukan penyesuaian beban bansos sebagai berikut:
Kode
Akun
XXXXXX
YYYYYY
Uraian
Kas Lainnya
Beban Bantuan Sosial
Debet
Kredit
100.000.000
100.000.000
Uraian
Belanja Bantuan Sosial
Akun Antara
Debet
Kredit
80.000.000
80.000.000
26
Buletin Teknis SAP Nomor 19 tentang Akuntansi Bantuan Sosial Berbasis Akrual
Untuk pencatatan Beban Bantuan Sosial maka perlu diperhatikan hal-hal berikut:
Apabila pengadaan barang dilakukan oleh SKPD dan SKPD yang secara langsung
menyalurkan barang tersebut kepada penerima Bantuan Sosial,
SKPD :
Kode
Akun
XXXXXX
YYYYYY
Uraian
Beban Bantuan Sosial
RK-PPKD
Debet
Kredit
80.000.000
80.000.000
Jika pada akhir periode barang yang ada pada SKPD tersebut belum seluruhnya
diserahkan maka perlu dilakukan penyesuaian atas Beban Bantuan Sosial dan persediaan
yang dilakukan dengan jurnal sebagai berikut:
Kode
Uraian
Debet
Kredit
Akun
XXXXXX Persediaan
20.000.000
YYYYYY Beban Bantuan Sosial
20.000.000
*) Ilustrasi ini hanya contoh, tergantung dari penerapan kebijakan pencatatan persediaan
dan beban persediaan pemerintah
Apabila penyaluran Belanja Bantuan Sosial dengan mekanisme pengadaan barang
dan penyalurannya menjadi tanggung jawab Pihak Ketiga, maka beban diakui pada saat
uang kas ditransfer ke rekening rekanan karena berdasarkan perjanjian rekanan dapat
menagih setelah melampirkan BAST penyerahan kepada masyarakat petani miskin.
c. Belanja Bantuan Sosial dalam bentuk jasa
Belanja bansos diberikan kepada masyarakat atau penerima dalam bentuk jasa yang
diberikan kepada penerima. Jasa diberikan dalam bentuk aktivitas sosial dalam rangka
pemberdayaan, perlindungan, rehabilitasi masyarakat. Atas pengadaan jasa kemudian
dibayarkan kepada penyedia jasa yang memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Contoh 4:
Pemda HIJ melakukan pengeluaran bansos untuk melakukan penyuluhan
pemberdayaan petani kepada masyarakat miskin di desa tertinggal sebesar Rp50
juta.Pengeluaran ini dilakukan dengan LS, belanja diakui pada saat uang kas keluar dari
RKUD untuk ditransfer ke rekening rekanan penyelenggara jasa.
SKPD:
Kode
Akun
XXXXXX
YYYYYY
Uraian
Belanja Bantuan Sosial
Akun Antara
Debet
Kredit
50.000.000
50.000.000
Pencatatan Beban Bantuan Sosial dilakukan pada saat pembayaran kepada penyelenggara
jasa tersebut, dicatat dengan jurnal:
SKPD:
Kode
Akun
XXXXXX
YYYYYY
Uraian
Beban Bantuan Sosial
RK-PPKD
Debet
Kredit
50.000.000
50.000.000
27
Buletin Teknis SAP Nomor 19 tentang Akuntansi Bantuan Sosial Berbasis Akrual
4.4 Penyajian
Belanja bantuan sosial disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran dalam laporan
keuangan entitas pelaporan atau entitas akuntansi. Beban bantuan sosial disajikan dalam
Laporan Operasional dalam laporan keuangan entitas pelaporan atau entitas akuntansi.
Persedian yang timbul dari Belanja bantuan sosial disajikan dalam neraca sebagai
persediaan.
4.5 Pengungkapan
Entitas akuntansi yang menyalurkan belanja bantuan sosial, mengungkapan Belanja
Bantuan Sosial pada catatan atas laporan keuangan sebagai berikut:
a. Jenis belanja bantuan sosial menurut penerima atau kelompok penerima bantuan sosial.
b. Jenis bantuan sosial menurut jenis kegiatan utama.
c. Belanja bantuan sosial yang belum disalurkan kepada masyarakat penerima sehingga
masih disajikan dalam Neraca.
d. Penjelasan-penjelasan tambahan lain yang diperlukan untuk diungkapkan oleh
entitas/full disclosure dan/atau untuk pemenuhan ketentuan peraturan perundangundanganan
28
Buletin Teknis SAP Nomor 19 tentang Akuntansi Bantuan Sosial Berbasis Akrual
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
29