Definisi
Massa lunak yang
mengandung
banyak cairan didalam
rongga hidung
Putih keabu abuan,
mengkilat
inflamasi mukosa
ETIOLOGI
Belum diketahui dengan pasti
Diduga:
- Reaksi hipersensitif / alergi
inflamasi
- Peranan infeksi
mukosa
Makroskopi
s
Massa bertangkai, permukaan licin,
Histopatologis
Type
Type
Type
Type
Type
I
II
III
IV
:
:
:
:
allergic (eosinophilic )
chronic inflammation
hyperplasia seromucin
stroma atipical
Gejala
klinis :
Hidung tersumbat
>>>
Rinore
Hiposmia / anosmia
Nyeri pada hidung
Sakit kepala sinusitis
(+)
Snoring
Rinolalia
PEMERIKSAAN FISIK
a) Rinoskopi Anterior
dilihat massa polip dalam kavum
nasi
berbentuk bulat atau
lonjong bewarna putih keabuabuan atau kekuningkuningan,
agak bening, bertangkai berasal
dari dinding lateral hidung.
b) Rinoskopi Posterior
Terutama untuk melihat polip
antrokoanal dimana ditemukan
polip yang menonjol di koana dan
nasofaring.
Naso endoskopi
Radiologi : CT Scan
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan polip dapat dilakukan
melalui dua cara atau kombinasi
keduanya,
yaitu:
a) Medikamentosa ( konservatif )
b) Pembedahan ( operatif )
MEDICAL POLYPECTOMY
Lund :
Dexamethasone tablet of
0.5mg
12 mg/day for 3 days
8 mg/day for 3 days
4 mg/day for 3 days
Within 9 days of high dose steroid,
dramatically
Only 2-3 x / per year
polyp reduce
Penatalaksanaan
Polipektomi medikamentosa :
PROGNOSIS
Cenderung rekuren apabila penyebabnya
adalah
ALERGI
KELAINAN PADA
SEPTUM
Deviasi
Hematoma
Abses
Perforasi
Polip
ANATOMI
SEPTUM DEVIASI
tengah
Ringan
keluhan
Lurus
(-)
Berat
sumbatan
kompensatoir
ETIOLOGI
Trauma langsung ( 90% )
- intrauterine
- sewaktu partus
- sesudah lahir
Kongenital ( 10 % )
1. DEVIASI :
- bentuk huruf C atau S
- biasanya melibatkan bagian kartilago
maupun tulang
2. DISLOKASI
bag. bawah kartilago keluar dari krista
maksila rongga hidung
spina
deviasi kaudal
konka media
deviasi septum
GEJALA KLINIS :
Sumbatan hidung
unilateral / bilateral
homolateral
: konka hipotrofi
kontralateral : konka hipertrofi
Nyeri kepala dan sekitar mata
Gangguan penciuman deviasi di bag.
atas
Predisposisi terjadinya sinusitis
ostium tertutup
TERAPI :
Gejala / keluhan ( - )
Operatif :
koreksi ( - )
SEPTOPLASTY
tulang rawan yg bengkok dikeluarkan
bagian yg berlebihan dibuang
tlg rawan disusun kembali
hidung pelana : <<<
HEMATOMA
SEPTUM
TRAUMA p. darah sub mukosa pecah
GEJALA KLINIS :
Sumbatan hidung
Nyeri
Rinoskopi anterior :
TERAPI :
Drainase segera cegah nekrosis
PUNGSI
INSISI + DRAIN
Tampon hidung
Antibiotika + Analgetik K/P
KOMPLIKASI :
- abses septum
- hidung pelana
nose )
( saddle
hematoma
septum
ABSES SEPTUM
Trauma hematoma infeksi
sekunder
ABSES
GEJALA KLINIS :
- hidung tersumbat progresif
- nyeri yang hebat
- demam dan sakit kepala
TERAPI :
Abses septum kasus darurat nekrosis
Insisi drainase pus
Antibiotika dosis tinggi
Analgetik / antipiretik k/p
Destruksi tlg rawan rekonstruksi septum
KOMPLIKASI :
Destruksi perforasi septum , hidung pelana
Intrakranial dan septikemia
PERFORASI SEPTUM
kerusakan pada mukosa di kedua sisi septum
lubang pada septum
ETIOLOGI :
A. CONGENITAL jarang
B. ACQUIRED
sering
- TRAUMA : surgical, nose picking, kauterisasi
- INFLAMASI KRONIS : TBC, sifilis, lepra,
Wegeners granulomatosis, SLE
- POISONS : industri, kokain, kortikosteroid
topikal
- MALIGNANT DISEASE : malignant tumours
malignant granuloma
- IDIOPATIK
GEJALA KLINIS :
- Asimptomatis pemeriksaan rutin
- Krusta dgn sedikit perdarahan
- Perforasi ant. & kecil peluit pada insp.
( WHISTLING NOISE )
- Perforasi besar tlg dan tlg rawan hilang
SADDLE NOSE
EPISTAKS
IS
Pendahuluan
Perdarahan melalui hidung yang berasal dari
rongga
hidung atau daerah sekitarnya
Keluhan : ringan berat
90 % berhenti spontan
Bukan penyakit, melainkan gejala dari suatu
kelainan
Diagnosis : mudah 95 % dari anterior
rongga
hidung
Penatalaksanaan bergantung lokasi & berat
ANATOMI
Facial artery
Internal Maxillary
Sphenopalatine
Septal branch
supply
Ant-nasal floor
Littles area
Descending palatine
Littles area
Littles area
Ophthalmic artery
Ant. ethmoid
Post. ethmoid
Lateral branch
Septal branch
Littles area
ETIOLOGI
I.
LOKAL
A.
KONGENITAL :
Hereditary Haemorrhagic Telangiectasia ( OSLERS DISEASE)
B.
ACQUIRED :
1. TRAUMA
membuang ingus kuat kuat, bersin, korek hidung, korpus
alienum, fraktur hidung /SPN / basis kranii, post op. hidung
iritasi zat zat kimia.
2. INFEKSI
Hidung : rinitis akut dan kronis
SPN : sinusitis
Granuloma spesifik : SLE, Lepra, Sifilis.
3. NEOPLASMA :
hemangioma, karsinoma, angiofibroma
4. IDIOPATIK
B. SISTEMIK
1. PENY. KARDIOVASKULER :
hipertensi, kel. pemb. darah
2. KELAINAN DARAH :
trombositopenia, hemofilia, leukimia.
3. INFEKSI AKUT :
influenza, demam tifoid, difteri, DHF sering
4. OBAT : antikoagulan, salisilat
5. PERUBAHAN TEK. ATMOSFER : Caisson disease
6. GANGGUAN ENDOKRIN :
hamil, menarche, menopause
7. ALKOHOLISM
8. IDIOPATIK
LOKASI PERDARAHAN
Menentukan lokasi perdarahan yang tepat PENTING
karena :
a. dapat segera melakukan tindakan penghentian perdarahan
b. identifikasi pembuluh darah besar yang mendarahi lokasi
perdarahan.
Lokasi perdarahan :
1. Epistaksis anterior : paling sering dan mudah dikontrol
Sumber Littles area ( pleksus Kiesselbach )
2. Epistaksis superior (ant-superior dan post-superior)
Sumber cabang medial / lateral a.etmoidalis ant. / post.
3. Epistaksis posterior : paling sukar ditanggulangi org tua
( hipertensi, arteriosklerose )
Sumber ruptur arteri sfenopalatina
Plexus
Kiesselbach
GAMBARAN KLINIK
1. Serangan epistaksis :
anak - anak dan dewasa muda trauma
orang tua ( hipertensi ) ruptur spontan pemb. drh sklerotik
2. Jumlah perdarahan :
bervariasi, ringan berat kematian
perdarahan anterior ( Littles area ) 90 %
perdarahan posterior orofaring tertelan hematemesis,
haemoptoe
3. Pasien epistaksis :
gelisah perdarahan berat dan lama shock hipovolemik
DIAGNOSIS
1. Anamnesis yang cermat
2. Pemeriksaan status lokalis dari hidung dan
nasofaring
3. Keadaan umum penderita
4. Pemeriksaan sistemik
5. Pemeriksaan penunjang, seperti :
a. Hematologi lengkap
b. Pemeriksaan radiologi
c. Serologi
d. Elektrokardiografi
PENATALAKSANAAN
1. menghentikan perdarahan
2. mencegah komplikasi
3. mencegah berulangnya epistaksis
I. MENGHENTIKAN PERDARAHAN
a. Bersihkan hidung dari darah / bekuan
darah dengan alat pengisap ( suction )
pasien duduk
b. Cari sumber perdarahan
c. Tampon hidung dengan kapas + adrenalin
d. Periksa TD, nadi dan pernafasan
shock : perbaiki KU
infus / transfusi K/P
injeksi menghentikan perdarahan
1. KAUTERISASI
Ada dua cara :
a. Kauterisasi kimia :
AgNO3 20 - 30 %
Trichlor acetic acid 10 %
b. Kauterisasi listrik ( electrocauter )
Catatan :
Kauterisasi hanya efektif untuk
epistaksis anterior dan sedikit
2. TAMPON ANTERIOR
pd perdarahan yang
minimal
kapas / kasa vaseline
+ salep antibiotika
selama 3 4 hari
3. TAMPON POSTERIOR
Tampon Bellocq
- utk perdarahan
posterior
- sumber perdarahan
sulit
dicari / diatasi
Prinsip :
menutup koana
dan
mencegah darah
dari
hidung ke
nasofaring
4. BALON HIDUNG
- dsbt juga Balon Epistaksis
- dirancang untuk menekan
daerah arteri sfenopalatina
di posterior, regio septum
anterior atau daerah etmoid
- Ada 2 tipe :
1.Foley kateter No.12 16
2.Kateter khusus dg 2
buah balon
5. SPONS PENEKAN
6. OPERASI
PRINSIP :
TEKNIK :
Jika dalam 4 - 5 hr
perdarahan tidak
berhenti atau
perdarahan hebat
perlu :
- cari penyebabnya
- pengobatan yg sesuai
SINUS
PARANASAL
Sinus
paranasal
Nasal asessory sinuses
Perkembangan sinus
S. maksila dan etmoid mulai fetus 3-4
bulan
invaginasi mukosa rongga hidung
S. frontal dari s. etmoid anterior 8 th
S. sfenoid dari pneumatisasi posterior-
superior
rongga hidung 10 th
Sinus maksila
Sinus paranasal terbesar
Anak
dasar sinus setinggi ostium
jarang infeksi
9-12 th dasar sinus = dasar hidung
25 th
dasar sinus rendah dari dasar
hidung
mudah infeksi
kadang2
C dan M3 Caries sinusitis
Komplikasi ke orbita
Sinus yang paling sering terinfeksi
gangguan drainase
Sinus frontal
Terletak dalam os frontal kiri dan kanan
Dinding tulang tipis membatasi orbita
dan
komplikasi
Biasanya tidak simetris, dipisah oleh
septum
Orang dewasa: 15 % satu sinus frontal
5 % rudimenter
Ostium : Duktus frontonasal rongga
hidung
Sinus etmoid
Sel-sel terletak di lateral os etmoid, antara
Sinus sfenoid
Terletak dalam os sfenoid dibelakang sinus
etmoid posterior
Sekat septum intersfenoid
N. optikus dan arteri karotis interna
Pemeriksaan sinus
paranasal
Palpasi : nyeri tekan/ketok gigi sinusitis
maksila
nyeri tekan medial atap orbita
sinusitis
frontal
nyeri tekan kantus media
sinusitis etmoid
Pemeriksaan sinus
paranasal
Rinoskopi
anterior
Rinoskopi
posterior
Pemeriksaan sinus
paranasal
Transiluminasi
Penggunaan : s. maksila dan s. frontal
bila fasilitas
radiologik tidak ada
Sumber cahaya : lampu senter
Tempat
: ruangan gelap
Cara
:
Penilaian :
CT Scan
MRI
potongan koronal
Posisi Waters
CTScan
Nasoendoscopy
Sinuscopy
Rinosinusitis
Definisi
sinus paranasal
Multi sinusitis
Hemi sinusitis
Pan sinusitis
Rinosinusitis akut
Etiologi : Rinitis akut
Rinosinusitis akut
Faktor predisposisi :
Rinosinusitis akut
Gejala klinik:
Rinosinusitis akut
Gejala klinik rinosinusitis maksila akut:
Rinosinusitis akut
Pemeriksaan klinis
Pembengkakan:
- Pipi & kelopak mata bawah s.
maksila
- Dahi & kelopak mata atas s. frontal
Pemeriksaan rinoskopi anterior
Pus : meatus media s. maksila, s.
frontal,
s. etmoid
anterior
meatus superior s.etmoid
posterior
Rinosinusitis akut
Mikrobiologik
Kuman aerob
Stafilokokus
: Pneumokokus,
Streptokokus, H.
Influenzae
Kuman anaerob : Peptokokus
Virus
Jamur
Rinosinusitis akut
Terapi
Medikamentosa
Pembedahan
Rinosinusitis
kronis
Infeksi sinus menahun ( >3 bln )
Etiologi : - rinosinusitis akut tidak sembuh
sempurna
- rinosinusitis akut berulang
Perubahan mukosa:
Atrofi
Hipertrofi
sukar sembuh
Granulasi
dengan
Fibrosis
medikamentosa
Silia
Rinosinusitis kronis
Mikrobiologik
Rinosinusitis kronis
Patofisiologi
sumbatan ostium
PH O2
sekret
edema
infeksi
Rinosinusitis kronis
Gejala:
Hidung
Nasofaring
Faring
nyaman
Telinga
berkurang
Eutachius )
Rinosinusitis kronis
: Mata infeksi (duktus
nasolakrimalis)
Saluran napas bronkhitis,
bronkhiektasis
( sinobronkhial sindrom)
asmabronkhial
Saluran cerna : mukus tertelan
Nyeri kepala
Gejala
Rinosinusitis
kronis
Pemeriksaan :
perbaiki ventilasi
aktifkan silia
dan drainase
Operasi rinosinusitis
kronis
Cald well-Luc
sinus maksila
Trepanasi sinus
frontal
Rinosinusitis kronis
Komplikasi orbita:
edema palpebra
selulitis orbita
abses subperiostal
abses orbita
Rinosinusitis kronis
Komplikasi intra kranial:
Semoga bermanfaat