Anda di halaman 1dari 102

POLIP HIDUNG

Sub bagian Rinologi


Dept THT FK USU RSUP H Adam Malik
Medan

Definisi
Massa lunak yang

mengandung
banyak cairan didalam
rongga hidung
Putih keabu abuan,
mengkilat

inflamasi mukosa

ETIOLOGI
Belum diketahui dengan pasti
Diduga:
- Reaksi hipersensitif / alergi
inflamasi
- Peranan infeksi
mukosa

Makroskopi
s
Massa bertangkai, permukaan licin,

bulat atau lonjong


Putih keabu abuan, bening
Tunggal atau multipel
Tidak terasa sakit bila ditekan / ditusuk
peradangan / iritasi kronis :
kemerah merahan

Histopatologis
Type
Type
Type
Type
Type

I
II
III
IV

:
:
:
:

allergic (eosinophilic )
chronic inflammation
hyperplasia seromucin
stroma atipical

Gejala
klinis :
Hidung tersumbat

>>>
Rinore
Hiposmia / anosmia
Nyeri pada hidung
Sakit kepala sinusitis
(+)
Snoring
Rinolalia

PEMERIKSAAN FISIK
a) Rinoskopi Anterior
dilihat massa polip dalam kavum
nasi
berbentuk bulat atau
lonjong bewarna putih keabuabuan atau kekuningkuningan,
agak bening, bertangkai berasal
dari dinding lateral hidung.
b) Rinoskopi Posterior
Terutama untuk melihat polip
antrokoanal dimana ditemukan
polip yang menonjol di koana dan
nasofaring.

Naso endoskopi

Radiologi : CT Scan

keadaan di hidung dan SPN


persiapan operasi

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan polip dapat dilakukan
melalui dua cara atau kombinasi
keduanya,
yaitu:
a) Medikamentosa ( konservatif )
b) Pembedahan ( operatif )

MEDICAL POLYPECTOMY
Lund :

Dexamethasone tablet of

0.5mg
12 mg/day for 3 days
8 mg/day for 3 days
4 mg/day for 3 days
Within 9 days of high dose steroid,

dramatically
Only 2-3 x / per year

polyp reduce

Penatalaksanaan

Polipektomi medikamentosa :

- kortikosteroid topikal atau sistemik


tipe eosinofilik memberikan respon yang
lebih baik
GAGAL atau polip sangat masif
OPERATIF :
Polipektomi

PROGNOSIS
Cenderung rekuren apabila penyebabnya

adalah

ALERGI

KELAINAN PADA
SEPTUM

KELAINAN PADA SEPTUM :

Deviasi

Hematoma

Abses

Perforasi

Polip

ANATOMI

SEPTUM DEVIASI

tengah

Ringan

keluhan

Lurus

(-)
Berat

sumbatan

>> Tipe Leptorrhine


Hipertrofi konka

kompensatoir

ETIOLOGI
Trauma langsung ( 90% )

- intrauterine
- sewaktu partus
- sesudah lahir
Kongenital ( 10 % )

ketidak seimbangan pertumbuhan


kartilago terus tumbuh walaupun
batas superior & inferior menetap

BENTUK - BENTUK DEFORMITAS

1. DEVIASI :
- bentuk huruf C atau S
- biasanya melibatkan bagian kartilago
maupun tulang
2. DISLOKASI
bag. bawah kartilago keluar dari krista
maksila rongga hidung

3. PENONJOLAN TLG / TLG RAWAN :

Krista : - memanjang dari ant. ke


post.
- antara os vomer & lamina
perpendikularis os etmoid
Spina : sangat runcing dan pipih
4. SINEKIA
apabila deviasi, krista atau spina
bertemu
dengan konka didepannya

spina

deviasi kaudal

konka media

deviasi septum

GEJALA KLINIS :
Sumbatan hidung

unilateral / bilateral
homolateral
: konka hipotrofi
kontralateral : konka hipertrofi
Nyeri kepala dan sekitar mata
Gangguan penciuman deviasi di bag.
atas
Predisposisi terjadinya sinusitis
ostium tertutup

TERAPI :
Gejala / keluhan ( - )
Operatif :

koreksi ( - )

SEPTOPLASTY
tulang rawan yg bengkok dikeluarkan
bagian yg berlebihan dibuang
tlg rawan disusun kembali
hidung pelana : <<<

HEMATOMA
SEPTUM
TRAUMA p. darah sub mukosa pecah

darah terkumpul diantara perikondium


dan
kondrium septum HEMATOMA

Fx tlg rawan darah masuk ke sisi lain


HEMATOMA SEPTUM BILATERAL

GEJALA KLINIS :
Sumbatan hidung
Nyeri
Rinoskopi anterior :

pembengkakan unilateral / bilateral


pada
bagian anterior septum
bentuk bulat, licin , warna hiperemis
dpt meluas sampai dinding lateral
hidung
obstruksi total

TERAPI :
Drainase segera cegah nekrosis
PUNGSI

INSISI + DRAIN

Tampon hidung
Antibiotika + Analgetik K/P

KOMPLIKASI :
- abses septum
- hidung pelana
nose )

( saddle

hematoma
septum

ABSES SEPTUM
Trauma hematoma infeksi
sekunder

ABSES

GEJALA KLINIS :
- hidung tersumbat progresif
- nyeri yang hebat
- demam dan sakit kepala

TERAPI :
Abses septum kasus darurat nekrosis
Insisi drainase pus
Antibiotika dosis tinggi
Analgetik / antipiretik k/p
Destruksi tlg rawan rekonstruksi septum

KOMPLIKASI :
Destruksi perforasi septum , hidung pelana
Intrakranial dan septikemia

PERFORASI SEPTUM
kerusakan pada mukosa di kedua sisi septum
lubang pada septum

ETIOLOGI :
A. CONGENITAL jarang
B. ACQUIRED
sering
- TRAUMA : surgical, nose picking, kauterisasi
- INFLAMASI KRONIS : TBC, sifilis, lepra,
Wegeners granulomatosis, SLE
- POISONS : industri, kokain, kortikosteroid
topikal
- MALIGNANT DISEASE : malignant tumours
malignant granuloma
- IDIOPATIK

GEJALA KLINIS :
- Asimptomatis pemeriksaan rutin
- Krusta dgn sedikit perdarahan
- Perforasi ant. & kecil peluit pada insp.
( WHISTLING NOISE )
- Perforasi besar tlg dan tlg rawan hilang
SADDLE NOSE

EPISTAKS
IS

Pendahuluan
Perdarahan melalui hidung yang berasal dari

rongga
hidung atau daerah sekitarnya
Keluhan : ringan berat
90 % berhenti spontan
Bukan penyakit, melainkan gejala dari suatu

kelainan
Diagnosis : mudah 95 % dari anterior
rongga
hidung
Penatalaksanaan bergantung lokasi & berat

ANATOMI

External carotid arteries

Facial artery

Internal Maxillary

Superior Labial artery

Sphenopalatine

Septal branch
supply

Ant-nasal floor

Littles area

Descending palatine

Littles area

Posterolateral nasal wall

Lateral Nasal wall

Littles area

Internal carotid arteries

Ophthalmic artery

Ant. ethmoid

Post. ethmoid

Lateral branch

Superior septum & roof of nasal cavity

Septal branch

Littles area

ETIOLOGI
I.

LOKAL

A.

KONGENITAL :
Hereditary Haemorrhagic Telangiectasia ( OSLERS DISEASE)

B.

ACQUIRED :
1. TRAUMA
membuang ingus kuat kuat, bersin, korek hidung, korpus
alienum, fraktur hidung /SPN / basis kranii, post op. hidung
iritasi zat zat kimia.
2. INFEKSI
Hidung : rinitis akut dan kronis
SPN : sinusitis
Granuloma spesifik : SLE, Lepra, Sifilis.
3. NEOPLASMA :
hemangioma, karsinoma, angiofibroma
4. IDIOPATIK

B. SISTEMIK

1. PENY. KARDIOVASKULER :
hipertensi, kel. pemb. darah
2. KELAINAN DARAH :
trombositopenia, hemofilia, leukimia.
3. INFEKSI AKUT :
influenza, demam tifoid, difteri, DHF sering
4. OBAT : antikoagulan, salisilat
5. PERUBAHAN TEK. ATMOSFER : Caisson disease
6. GANGGUAN ENDOKRIN :
hamil, menarche, menopause
7. ALKOHOLISM
8. IDIOPATIK

LOKASI PERDARAHAN
Menentukan lokasi perdarahan yang tepat PENTING
karena :
a. dapat segera melakukan tindakan penghentian perdarahan
b. identifikasi pembuluh darah besar yang mendarahi lokasi
perdarahan.
Lokasi perdarahan :
1. Epistaksis anterior : paling sering dan mudah dikontrol
Sumber Littles area ( pleksus Kiesselbach )
2. Epistaksis superior (ant-superior dan post-superior)
Sumber cabang medial / lateral a.etmoidalis ant. / post.
3. Epistaksis posterior : paling sukar ditanggulangi org tua
( hipertensi, arteriosklerose )
Sumber ruptur arteri sfenopalatina

Plexus
Kiesselbach

GAMBARAN KLINIK
1. Serangan epistaksis :
anak - anak dan dewasa muda trauma
orang tua ( hipertensi ) ruptur spontan pemb. drh sklerotik
2. Jumlah perdarahan :
bervariasi, ringan berat kematian
perdarahan anterior ( Littles area ) 90 %
perdarahan posterior orofaring tertelan hematemesis,
haemoptoe
3. Pasien epistaksis :
gelisah perdarahan berat dan lama shock hipovolemik

DIAGNOSIS
1. Anamnesis yang cermat
2. Pemeriksaan status lokalis dari hidung dan
nasofaring
3. Keadaan umum penderita
4. Pemeriksaan sistemik
5. Pemeriksaan penunjang, seperti :
a. Hematologi lengkap
b. Pemeriksaan radiologi
c. Serologi
d. Elektrokardiografi

PENATALAKSANAAN

1. menghentikan perdarahan
2. mencegah komplikasi
3. mencegah berulangnya epistaksis

I. MENGHENTIKAN PERDARAHAN
a. Bersihkan hidung dari darah / bekuan
darah dengan alat pengisap ( suction )
pasien duduk
b. Cari sumber perdarahan
c. Tampon hidung dengan kapas + adrenalin
d. Periksa TD, nadi dan pernafasan
shock : perbaiki KU
infus / transfusi K/P
injeksi menghentikan perdarahan

1. KAUTERISASI
Ada dua cara :
a. Kauterisasi kimia :
AgNO3 20 - 30 %
Trichlor acetic acid 10 %
b. Kauterisasi listrik ( electrocauter )
Catatan :
Kauterisasi hanya efektif untuk
epistaksis anterior dan sedikit

2. TAMPON ANTERIOR

pd perdarahan yang
minimal
kapas / kasa vaseline
+ salep antibiotika
selama 3 4 hari

3. TAMPON POSTERIOR
Tampon Bellocq
- utk perdarahan
posterior
- sumber perdarahan
sulit
dicari / diatasi
Prinsip :
menutup koana
dan
mencegah darah
dari
hidung ke
nasofaring

4. BALON HIDUNG
- dsbt juga Balon Epistaksis
- dirancang untuk menekan
daerah arteri sfenopalatina
di posterior, regio septum
anterior atau daerah etmoid
- Ada 2 tipe :
1.Foley kateter No.12 16
2.Kateter khusus dg 2
buah balon

5. SPONS PENEKAN

- dsbt Compressed sponge


- sgt efektif utk epistaksis anterior
dan posterior
Prinsip :
- penyerapan cairan
pengembangan dari busa
- busa ini tidak dikeluarkan
lagi diserap oleh mukosa
rongga hidung

6. OPERASI

PRINSIP :
TEKNIK :
Jika dalam 4 - 5 hr

perdarahan tidak
berhenti atau
perdarahan hebat

a. Ligasi pembuluh darah


b. Angiografi dan embolisasi
c. Reseksi submukosa
d. Kauterisasi endoskopi dan
ligasi

II. MENCEGAH KOMPLIKASI


Perdarahan hebat shock, anemia, tensi mendadak

iskemia serebri, insufisiensi koroner, infark miokard


kematian
Terapi :
- IVFD / transfusi secepatnya !
Pemasangan tampon infeksi antibiotika
Komplikasi lain :

- hemotimpanum : darah masuk mll TE


- bloody tears : darah masuk mll duktus nasolakrimalis
- laserasi palatum mole / sudut bibir tampon terlalu kencang

III. MENCEGAH BERULANGNYA


EPISTAKSIS
Epistaksis gejala !!!

perlu :

- cari penyebabnya
- pengobatan yg sesuai

Sering ditemukan anemia def. Fe

SINUS
PARANASAL

Sinus
paranasal
Nasal asessory sinuses

Rongga dalam tulang kepala berisi


udara
Sinus maksila
Sinus frontal
Sinus etmoid
Sinus sfenoid

Perkembangan sinus
S. maksila dan etmoid mulai fetus 3-4

bulan
invaginasi mukosa rongga hidung
S. frontal dari s. etmoid anterior 8 th
S. sfenoid dari pneumatisasi posterior-

superior
rongga hidung 10 th

Sinus maksila
Sinus paranasal terbesar
Anak
dasar sinus setinggi ostium

jarang infeksi
9-12 th dasar sinus = dasar hidung
25 th
dasar sinus rendah dari dasar
hidung
mudah infeksi

Klinis sinus maksila


Dasar sinus dekat akar gigi P1, P2, M1, M2

kadang2
C dan M3 Caries sinusitis
Komplikasi ke orbita
Sinus yang paling sering terinfeksi

Klinis sinus maksila


Ostium sinus maksila:

Lebih tinggi dari dasar sinus (gravitasi)


Letak ostium pada hiatus semilunaris
(sempit)

gangguan drainase

Sinus frontal
Terletak dalam os frontal kiri dan kanan
Dinding tulang tipis membatasi orbita

dan

fosa serebri anterior

komplikasi
Biasanya tidak simetris, dipisah oleh
septum
Orang dewasa: 15 % satu sinus frontal
5 % rudimenter
Ostium : Duktus frontonasal rongga
hidung

Sinus etmoid
Sel-sel terletak di lateral os etmoid, antara

konka media dan dinding orbita (sarang


lebah)
Grup anterior : kecil, banyak
ostium meatus media
Grup posterior : besar, sedikit
ostium meatus
superior
Sel etmoid terbesar : bula etmoid

Sinus sfenoid
Terletak dalam os sfenoid dibelakang sinus

etmoid posterior
Sekat septum intersfenoid
N. optikus dan arteri karotis interna

Pemeriksaan sinus paranasal


Inspeksi : pembengkakan muka, pipi

sinusitis maksila akut.


pembengkakan kelopak mata atas
sinusitis frontal akut

Pemeriksaan sinus
paranasal
Palpasi : nyeri tekan/ketok gigi sinusitis

maksila
nyeri tekan medial atap orbita
sinusitis
frontal
nyeri tekan kantus media
sinusitis etmoid

Pemeriksaan sinus
paranasal
Rinoskopi
anterior

Rinoskopi
posterior

Pemeriksaan sinus
paranasal
Transiluminasi
Penggunaan : s. maksila dan s. frontal
bila fasilitas
radiologik tidak ada
Sumber cahaya : lampu senter
Tempat
: ruangan gelap

Pemeriksaan sinus paranasal


Transiluminasi

Cara sinus maksila : masukkan sumber


cahaya ke
rongga mulut
Penilaian :
Terang pada pipi infra
orbital
normal
Gelap pus, penebalan
mukosa,
neoplasma, jaringan

Pemeriksaan sinus para-nasal


Sinus frontal

Cara
:
Penilaian :

sumber cahaya didasar sinus


terang sinus berkembang baik
gelap sinus tidak
berkembang baik

Pemeriksaan sinus paranasal


Radiologi

: posisi Waters, PA, Lateral dan


Cald well - Luc

CT Scan
MRI

potongan koronal

Posisi Waters

CTScan

Nasoendoscopy

Sinuscopy

Rinosinusitis
Definisi

radang mukosa hidung dan

sinus paranasal
Multi sinusitis

peradangan beberapa sinus

Hemi sinusitis

peradangan satu sisi sinus

Pan sinusitis

peradangan semua sinus

Rinosinusitis akut
Etiologi : Rinitis akut

Faringitis, adenoiditis &


tonsilitis
Karies dentis
Berenang / menyelam
Trauma
Barotrauma

Rinosinusitis akut
Faktor predisposisi :

- obstruksi mekanis : septum deviasi,


korpus alienum
dan tumor
- obstruksi ostium : rinitis kronis & rinitis
alergi
- perubahan mukosa dan silia :
polusi, udara dingin dan kering

Rinosinusitis akut
Gejala klinik:

- Demam, sakit kepala


- Ingus kental (bau), dahak (post nasal
drip)
- Hidung tumpat
- Nyeri pada lokasi sinus yang dikenai
- Nyeri alih

Rinosinusitis akut
Gejala klinik rinosinusitis maksila akut:

- Nyeri pada kelopak mata bawah & gigi


- Nyeri alih :
dahi & depan telinga
Gejala klinis rinosinusitis etmoid akut:

- Nyeri pada pangkal hidung, kantus


media belakang
bola mata bila mata digerakkan
- Nyeri alih :
pelipis

Gejala klinis rinosinusitis frontal akut :

- nyeri pada dahi ( vacum headache ) /


seluruh kepala,
membungkuk nyeri >>
- nyeri alih :
pelipis
Gejala rinosinusitis sfenoid akut :

- nyeri alih pada vertex, oksipital, bola


mata, mastoid
- vertigo

Rinosinusitis akut
Pemeriksaan klinis
Pembengkakan:
- Pipi & kelopak mata bawah s.
maksila
- Dahi & kelopak mata atas s. frontal
Pemeriksaan rinoskopi anterior
Pus : meatus media s. maksila, s.
frontal,
s. etmoid
anterior
meatus superior s.etmoid
posterior

Rinosinusitis akut
Mikrobiologik

Kuman aerob
Stafilokokus

: Pneumokokus,
Streptokokus, H.

Influenzae
Kuman anaerob : Peptokokus
Virus
Jamur

Rinosinusitis akut
Terapi
Medikamentosa

Pembedahan

: Anti biotik (PNC) 14 hr


Dekongestan lokal / oral
Mukolitik
Anti inflamasi
Analgetik / antipiretik
Bila terjadi komplikasi
(selulitis orbita)

Rinosinusitis
kronis
Infeksi sinus menahun ( >3 bln )
Etiologi : - rinosinusitis akut tidak sembuh

sempurna
- rinosinusitis akut berulang
Perubahan mukosa:
Atrofi
Hipertrofi
sukar sembuh
Granulasi

dengan
Fibrosis
medikamentosa
Silia

Rinosinusitis kronis
Mikrobiologik

- Aerob : S.Aureus, S. Viridans, H.


Influenza
- Anaerob : Peptostreptokokus
Fusobakterium

Rinosinusitis kronis
Patofisiologi

sumbatan ostium

PH O2
sekret

edema

infeksi

Rinosinusitis kronis
Gejala:

Hidung
Nasofaring
Faring
nyaman
Telinga
berkurang

sekret, tersumbat & bau


post nasal drip
batuk, rasa tidak
pendengaran
( sumbatan tuba

Eutachius )

Rinosinusitis kronis
: Mata infeksi (duktus
nasolakrimalis)
Saluran napas bronkhitis,
bronkhiektasis
( sinobronkhial sindrom)
asmabronkhial
Saluran cerna : mukus tertelan
Nyeri kepala

Gejala

Rinosinusitis
kronis
Pemeriksaan :

Rinoskopi anterior pus meatus media


Rinoskopi posterior pus meatus
superior
Transiluminasi
gelap unilateral
(S. maksila / S.
frontal )
Radiologik
foto polos SPN
- perselubungan
(penebalan / air - fluid
level)
CT-Scan sinus paranasal

Terapi rinosinusitis kronis


prinsip terapi

perbaiki ventilasi
aktifkan silia
dan drainase

Terapi rinosinusitis kronis


Konservatif

dekongestan topikal / oral


antibiotik (spektrum luas)
mukolitik
analgetik
anti alergi (k/p)

Terapi rinosinusitis kronis


Tindakan irigasi sinus maksila

(Antrum lavage / Kaak spoeling )


Trokar meatus inf / fossa kanina
NaCl 5% / KMNO4 / Betadine
Tindakan irigasi sinus etmoid dan sfenoid

(Proez displacement therapy)

Operasi rinosinusitis
kronis
Cald well-Luc

Anestesi lokal / umum


Insisi fossa kanina

sinus maksila

Trepanasi sinus
frontal

Operasi rinosinusitis kronis


Functional Endoscopic Sinus Surgery
(FESS)
= Bedah Sinus Endoskopik Fungsional
(BSEF)

re-ventilasi dan perbaiki drainase


(non radikal)

Rinosinusitis kronis
Komplikasi orbita:

Sinusitis etmoid, frontal & maksila

edema palpebra
selulitis orbita
abses subperiostal
abses orbita

Rinosinusitis kronis
Komplikasi intra kranial:

- Meningitis (s. sfenoid & etmoid)


- Abses ekstra / subdural, otak (s. frontal)
- Trombosis sinus cavernosus (s. etmoid post &
sfenoid)
Komplikasi paru:

- Bronkhitis (sindrom sinobronkhial)


- Bronkhiektasis

Semoga bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai