Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam 24
jam setelah anak lahir (Rustam Mochtar, 2012).
Hemoragi Postpartum (PPH) adalah kehilangan darah sebanyak 500 ml atau
lebih dari traktus genitalia setelah melahirkan (Modul Kebidanan Nifas : Hemoragi
Postpartum, 2012).
Perdarahan post partum adalah Perdarahan yang melebihi 500 ml setelah bayi
lahir (Wiknjosastro,2008).
Perdarahan pasca persalinan adalah kehilangan darah lebih dari 500 ml
melalui jalan lahir yang terjadi selama atau setelah persalinan kala III (Yetti, 2010).
Perdarahan pasca persalinan ialah perdarahan lebih dari 500 ml yang terjadi
setelah lahirnya bayi (Achadiyat, 2004).
B. Tanda dan Gejala
Gejala Klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah yang
banyak (> 500 ml), nadi lemah, pucat,lochea berwarna merah, haus, pusing, gelisah,
letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rendah,ekstremitas dingin,
mual. Gejala Klinis berdasarkan penyebab:
1. Atonia Uteri, gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek
dan perdarahan segera setelah anak lahir (perdarahan post partum primer).
Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah, denyut
nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain)
2. Robekan jalan lahir, gejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar
mengalir segera setelah bayi lahir, kontraksi uteru baik, plasenta baik.
Gejala yang kadang-kadang timbul: pucat, lemah, menggigil.
3. Retensio plasenta, gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30
menit, perdarahan segera, kontraksi uterus baik. Gejala yang kadangkadang timbul: tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inversi uteri akibat
tarikan, perdarahan lanjutan.
4. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta), gejala yang selalu ada : plasenta
atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah ) tidak lengkap
dan perdarahan segera. Gejala yang kadang-kadang timbul: Uterus
berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang.
5. Inversio uterus, gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina
terisi massa, tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan
segera, dan nyeri sedikit atau berat. Gejala yang kadang-kadang timbul:
Syok neurogenik dan pucat.
C. Pemeriksaan Penunjang
a. Golongan darah : menentukan Rh, ABO dan percocokan silang
b. Jumlah darah lengkap : menunjukkan penurunan Hb/Ht dan peningkatan
jumlah sel darah putuih (SDP). (Hb saat tidakhamil:12-16gr/dl, saat hamil:
10-14gr/dl. Ht saat tidak hamil:37%-47%, saat hamil:32%-42%. Total SDP
saat tidak hamil4.500-10.000/mm3. saat hamil 5.000-15.000)
c. Kultur uterus dan vagina : mengesampingkan infeksi pasca partum
d. Urinalisis : memastikan kerusakan kandung kemih
e. Profil koagulasi : peningkatan degradasi, kadar produk fibrin/produk split
fibrin (FDP/FSP), penurunan kadar fibrinogen: masa tromboplastin partial
diaktivasi, masa tromboplastin partial (APT/PTT), masa protrombin
memanjang pada KID
f. Sonografi : menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan
D. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan perdarahan post partum menurut Khaidir (2008), adalah :
a.
Penatalaksanaan umum
1)
2)
3)
4)
6)
Pastikan plasenta telah lahir lengkap dan eksplorasi kemungkinan robekan jalan
lahir
8)
9)
10) Lakukan observasi ketat pada 2 jam pertama paska persalinan dan lanjutkan
pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya.
b.
Penatalaksanaan khusus
1)
Atonia uteri
a)
b)
pengurutan uterus.
c)
Pastikan plasenta lahir lengkap dan tidak ada laserasi jalan lahir.
d)
1)
dengan jalan saling mendekatkan kedua belah telapak tangan yang melingkupi uteus.
Bila perdarahan berkurang kompresi diteruskan, pertahankan hingga uterus dapat
kembali berkontraksi atau dibawa ke fasilitas kesehatan rujukan
2)
Kompresi bimanual internal yaituv uterus ditekan diantara telapak tangan pada
dinding abdomen dan tinju tangan dalam vagina untuk menjempit pembuluh darah
didalam miometrium.
3)
Kompresi aorta abdominalis yaitu raba arteri femoralis dengan ujung jari tangan
kiri, pertahankan posisi tersebut genggam tangan kanan kemudian tekankan pada
daerah umbilikus, tegak lurus dengan sumbu badan, hingga mencapai kolumna
vertebralis, penekanan yang tepat akan menghetikan atau mengurangi, denyut arteri
femoralis.
2)
a)
Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan yang akan
diambil.
b)
Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengejan, bila ekspulsi tidak
Bila traksi terkontrol gagal melahirkan plasenta, lakukan manual plasenta secara
f)
g)
supp/oral ).
3)
Plasenta inkaserata
a)
b)
Siapkan peralatan dan bahan untuk menghilangkan kontriksi serviks yang kuat,
tetapi siapkan infus fluothane atau eter untuk menghilangkan kontriksi serviks yang
kuat, tetapi siapkan infus oksitosin 20 Untuk500 NS atau RL untuk mengantisipasi
gangguan kontraksi uterus yang mungkin timbul.
c)
Bila bahan anestesi tidak tersedia, lakukan manuver sekrup untuk melahirkan
plasenta.
d)
Pasang spekulum Sims sehingga ostium dan sebagian plasenta tampak jelas.
e)
Jepit porsio dengan klem ovum pada jam 12, 4 dan 8 dan lepaskan spekulum
f)
Tarik ketiga klem ovum agar ostium, tali pusat dan plasenta tampak jelas.
g)
Tarik tali pusat ke lateral sehingga menampakkan plasenta disisi berlawanan agar
dapat dijepit sebanyak mungkin, minta asisten untuk memegang klem tersebut.
h)
i)
Satukan kedua klem tersebut, kemudian sambil diputar searah jarum jam tarik
Ruptur uteri
a)
Berikan segera cairan isotonik (RL/NS) 500 cc dalam 15-20 menit dan siapkan
laparatomi.
b)
Bila luka mengalami nekrosis yang luas dan kondisi pasien mengkwatirkan
lakukan histerektomi
e)
f)
5)
Sisa plasenta
a)
dilahirkan.
b)
c)
atau jaringan, bila serviks hanya dapat dilalui oleh instrument, lakukan evakuasi sisa
plasenta dengan dilatasi dan kuret.
d)
hari.
6)
a)
perdarahan.
b)
c)
Jepit dengan ujung klem sumber perdarahan kemudian ikat dengan benang yang
dapat diserap.
d)
e)
Khusus pada ruptur perineum komplit dilakukan penjahitan lapis demi lapis
Setelah prosedur aseptik- antiseptik, pasang busi rektum hingga ujung robekan.
g)
Mulai penjahitan dari ujung robekan dengan jahitan dan simpul sub mukosa,
Lanjutkan penjahitan ke lapisan otot perineum dan sub mukosa dengan benang
Mukosa vagina dan kulit perineum dijahit secara sub mukosa dan sub kutikuler.
j)
Berikan antibiotik profilaksis. Jika luka kotor berikan antibiotika untuk terapi.
7)
Robekan serviks
a)
Sering terjadi pada sisi lateral, karena serviks yang terjulur akan mengalami
Bila kontraksi uterus baik, plasenta lahir lengkap, tetapi terjadi perdarahan
banyak maka segera lihat bagian lateral bawah kiri dan kanan porsio
c)
Jepitan klem ovum pada kedua sisi porsio yang robekv sehingga perdarahan
dapat segera di hentikan, jika setelah eksploitasi lanjutkan tidak dijumpai robekan
lain, lakukan penjahitan, jahitan dimulai dari ujung atas robekan kemudian kearah
luar sehingga semua robekan dapat dijahit.
d)
Setelah tindakan periksa tanda vital, kontraksi uterus, tinggi fundus uteri dan
f)
Bila terjadi defisit cairan lakukan restorasi dan bila kadar Hb dibawah 8 gr%
https://mulandari.wordpress.com/2010/12/03/perdarahan-postpartum/
http://tommy-nurse.blogspot.com/2009/05/hemoragie-postpartum-hppatau.html
http://rinidwiyanarosa.blogspot.com/2013/06/perdarahan-post-partum.html
http://himmaafidah.blogspot.com/p/perdarahan-post-partum-sekunder.html
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. W
Umur : 27 tahun
Nikah/ lamanya : 1 kali/ 6 tahun
Suku : Manado
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl.Sea, Lingkungan 9
b. Identitas Penanggung Jawab (Suami)
Nama : Tn. M
Umur : 29 tahun
Nikah/ lamanya : 1 kali/ 6 tahun
Suku : Manado
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh harian.
Alamat : Jl.Sea, Lingkungan 9
2. Data Biologis
1) Keluhan utama : ibu mengatakan merasa mual disertai pengeluaran
darah yang banyak dari jalan lahir.
2) Riwayat keluhan utama:
a. Pengeluaran darah yang banyak mulai dirasakan segera setelah
melahirkan tanggal 18-01-2011 jam : 09.15.
b. Sifat keluhan terus menerus.
c. Ibu merasa demam dan lemah.
3) Riwayat kesehatan dahulu dan sekarang
a. Tidak ada riwayat alergi.
b. Tidak ada riwayat penyakit DM, tumor, hipertensi, PMS, dan TBC.
c. Tidak ada riwayat penyakit yang menyertai kehamilan seperti nyeri
perut hebat, sakit kepala hebat, dan kejang.
d. Tidak ada riwayat ketergantungan obat, alkohol, dan merokok.
e. Ibu memiliki penyakit sindrom nefrotik.
4) Riwayat Reproduksi.
a. Riwayat haid :
- Menarche : 15 tahun
- Siklus haid : 28-30 hari
- Lamanya : 5 7 hari
- Perlangsungan : Normal
- Dismenore : tidak ada
b. Riwayat obstetric
- Ibu mengatakan ini adalah kehamilannya yang ke dua dan tidak
-
nyeri kepala.
c. Riwayat gynekologi
- Ibu tidak pernah menderita penyakit kandungan.
d. Riwayat KB
- Ibu pernah menjadi akseptor KB jenis suntikan 3 bulan.
e. Riwayat Persalinan
- Kala I pembukaan :
Ibu masuk dengan pembukaan 3 cm jam 06.00 WITA (18-
01-2011).
Kala II
Pembukaan lengkap 10 cm pu.kul 09.00 WITA.
Bayi lahir tanggal 18-01-2011 Jam:09.15 WITA.
Bayi lahir dengan PBK dan segera menangis.
Jenis kelamin perempuan, BBL :3.400 gram , PB :50 cm.
A/s ;8/10.
Kala III
Penyuntikan oksitoksin dilakukan 2 kali karena setelah 15
kecoklatan.
BAK : 3-4 x sehari, warna kuning, bau amoniak.
Perubahan setelah partus: BAB dan BAK belum pernah selama
melahirkan.
c. Personal hygine
Kebiasaan :
Mandi : 2 x sehari.Pakai sabun mandi.
Gosok gigi : tiap setelah mandi dan sebelum tidur, pakai pasta
gigi.
Keramas : 2x seminggu ,pakai shampoo.
Pakaian diganti tiap kali sudah mandi.
Perubahan setelah partus: Ibu belum mandi, gosok gigi, dan
keramas
d. Istirahat :
Kebiasaan :
- Tidur siang : 1 2 jam sehari.
- Tidur malam : 7-8 jam sehari.
- Perubahan setelah partus: Ibu belum pernah tidur.
6) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum ibu tidak baik.
b. Kesadaran apatis.
c. TTV :
- Tekanan Darah : 100/70 mmHg
- Nadi : 86 x / menit.
- Pernapasan : 36 x/ menit
- Suhu badan : 36 O C.
d. Kepala
- Inspeksi :Rambut hitam lurus,tidak berketombe, tidak rontok.
- Palpasi : tidak ada benjolan dan nyeri tekan
-
1) Wajah
Inspeksi : Ekspresi wajah tampak meringis
Palpasi : tidak ada oedema pada wajah.
2) Mata
Inspeksi : Simetris ki/ka, sklera tampak putih dan konjungtiva
merah muda.
3) Hidung
Inspeksi : Simetris ki/ ka, tidak terdapat polip dan peradangan
4) Gigi dan mulut
Inspeksi : Tampak bersih, tidak ada caries dan gigi
Diagnosa Keperawatan
Kekurangan
volume
Rencana Tindakan
cairan 1) Tidurkan pasien dengan posisi kaki
tetap terlentang.
R/ Dengan kaki lebih tinggi akan
meningkatkan venous return dan
simpisis
mencegah
vagina
meningkatkan
serta
rektum
terjadinya
cepat,
pasien
merasa
Cairan
intravena
meningkatkan
dapat
volume
intravaskular .
8) Berikan
uterotonika
(bila
Uterotonika
merangsang
mungkin
terjadi
karena
perdarahan
10) Berikan transfusi whole blood
( bila perlu ).
R/ Whole blood membantu
menormalkan
2.
Perubahan
perfusi
volume
cairan
tubuh.
jaringan 1) Monitor tanda vital tiap 5-10
menit.
R/ Perubahan perfusi jaringan
menimbulkan
tanda vital
perubahan
pada
2) Catat
perubahan
warna
kuku,
Dengan
vasokontriksi
dan
jaingan
perifer
berkurang
prolaktin
dimana
diperlukan
memaksimalkan
untuk
transportasi
sirkulasi jaringan ).
3.
Cemas/ketakutan
berhubungan 1) Kaji
respon
terhadap
ancaman kematian
persalinan
psikologis
perdarahan
klien
paska
Kaji
respon
fisiologis
klien
R/
Perubahan
menimbulkan
tanda
vital
perubahan
pada
respon fisiologis
3) Perlakukan pasien secara kalem,
empati, serta sikap mendukung
R/ Memberikan dukungan emosi
4) Berikan
informasi
tentang
Ungkapan
perasaan
dapat
mengurangi cemas
6) Kaji
mekanisme
koping
yang
digunakan klien
R/ Cemas yang berkepanjangan
dapat dicegah dengan mekanisme
4.
indikasi
terjadinya
infeksi
2) Catat
adanya
tanda
lemas,
Tanda-tanda
tersebut
merupakan
indikasi
terjadinya
involusi
uterus
dan
pengeluaran lochea
R/ Infeksi uterus menghambat
involusi dan terjadi pengeluaran
lokea yang berkepanjangan
4) Perhatikan kemungkinan infeksi
di tempat lain, misalnya infeksi
saluran nafas, mastitis dan saluran
kencing
R/
Infeksi
di
tempat
lain
memperburuk keadaan
5) Berikan perawatan perineal,dan
pertahankan
agar
pembalut
menjadi
media
untuk
pertumbuhan bakteri,peningkatan
resiko infeksi.
6) Tindakan kolaborasi
a. Berikan
zat
(Anemi
besi
memperberat
keadaan)
b. Beri antibiotika ( Pemberian
antibiotika
diperlukan
yang
untuk
tepat
keadaan
infeksi ).
5.
minum
R/ Peningkatan intake cairan dapat
meningkatkan
intravascular
volume
sehingga
dapat
meningkatkan
volume
intravascular
yang
dapat
merupakan
indikator
terhadap
tanda-tanda
dehidrasi.
R/ Dehidrasi merupakan terjadinya
shock
bila
dehidrasi
tidak
volume
intravaskular
yang
dapat
dapat
mencegah
terjadinya shock
b. Pemberian
koagulantia
dan
uterotonika
R/ Koagulan membantu dalam
proses pembekuan darah dan
uterotonika
kontraksi
merangsang
uterus
mengontrol perdarahan.
dan