DISUSUN OLEH :
Hilman Suhaili (01.211.6410)
Marianti (01.211.6443)
Ficky Fitriani Damayanti (01.211.6394)
BAB I
LAPORAN KASUS
I.1. Identitas Pasien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Agama
Alamat
Pekerjaan
:
:
:
:
:
:
Sdr. A
20 tahun
Laki-laki
Islam
Karangawen
Pelajar
I.2. Anamnesis
Keluhan Utama
Sakit tenggorokan
Riwayat Penyakit Sekarang
Sakit tenggorokan dirasakan sejak 1 minggu yang lalu, sakit tenggorokan
dirasakan hilang timbul. Pasien mengeluhkan tenggorokan terasa mengganjal.
Tenggorokan terasa kering, pasien tidak mengeluhkan terasa ada dahak di dalam
tenggorokan. Pasien tidak mengalami kesulitan dalam membuka mulut. Pasien
merasakan mulutnya bau. Pasien mengeluhkan rasa sakit saat menelan makanan,
namun tidak mengalami kesulitan dalam menelan makanan (padat/lunak) dan
minum. Pasien tidak mual dan muntah. Karena rasa sakit saat menelan, pasien
mengaku nafsu makannya juga menjadi menurun. Tidak terjadi penurunan berat
badan pada pasien. Pasien mengalami demam. Demam dirasakan sejak 1 minggu
yang lalu, demam terus menerus. Demam muncul dirasakan oleh pasien sejak
timbulnya keluhan nyeri tenggorokan tersebut. Pasien mengeluhkan badannya
terasa lemas dan pusing. Pasien tidak mengeluhkan batuk dan pilek. Pasien tidak
mengeluhkan suaranya serak, tidur tidak mendengkur. Pasien tidak sesak nafas.
Pasien tidak mengeluhkan adanya gangguan pada telinga, telinga
berdenging, dan keluarnya cairan dari telinga. pasien juga tidak mengeluhkan
hidung tersumbat, sering bersin di pagi hari dan keluar darah dari hidung.
Riwayat Penyakit Dahulu
2
Riwayat ISPA
:+
Riwayat alergi
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat Pengobatan
Pasien belum melakukan pengobatan
tersebut.
Riwayat pribadi
Pasien
mengaku
sering
memakan
makanan
yang
pedas,
jajan
: baik
Kesadaran
: compos mentis
rr: 20x/menit
Suhu: 37.50C
Nadi: 72x/menit
: gigi berlubang
Lidah
Pipi
2.3.
: bengkak (-)
Pemeriksaan Telinga
Bagian Auricula
Dextra
Sinistra
3
Auricula
Pre auricular
Retro auricular
Mastoid
CAE
Membran timpani
2.4.
Bentuk normal,
Bentuk normal
fistula (-)
Bengkak (-)
fistula (-)
Bengkak (-)
eritema (-)
eritema (-)
Sekret (-)
Intak
Sekret (-)
Intak
putih mengkilat
putih mengkilat
Pemeriksaan Hidung
Bagian Hidung Luar
Bentuk
Inflamasi atau tumor
Nyeri tekan sinus
Deformitas atau septum
deviasi
Rhinoskopi anterior
Vestibulum nasi
Dasar cavum nasi
Sekret
Mukosa
Benda asing
Perdarahan
Adenoid
Konka nasi media
Konka nasi inferior.
Septum
Transluminasi
Dextra
Normal
-
Sinistra
Normal
-
Normal
Normal
Normal
Hiperemis (-)
-
Hiperemis (-)
-
Hipertrofi (-)
Hipertrofi (-)
Hiperemis (-)
Hipertrofi (-)
Hiperemis (-)
Hipertrofi (-)
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Deviasi (-)
Tidak ada sinusitis
4
2.5.
Pemeriksaan tenggorokan
Lidah
Uvula
Tonsil
Ukuran
Permukaan
Warna
Kripte
Detritus
Faring
I.7. Terapi
1. Non medikamentosa
Bed rest
Diet lunak
5
desinfektan
2. Medikamentosa
Antibiotik
Cefadroxil 3x500mg
Antiinflamasi
Dexamethason 2x0,5 mg
Analgetik dan antipiretik
Paracetamol 3x500mg
Betadine kumur Kumur-kumur selama 30 detik. Ulangi tiap 2-4
jam.
3. Operasi Apabila sudah tidak didapatkan tanda-tanda peradangan dan
keadaan umum baik maka dapat dilakukan tonsilektomi.
4. Edukasi
menjaga higiene mulut dengan baik (sikat gigi pagi hari dan
sebelum tidur).
I.9.
Prognosa
-
Qou ad vitam
: dubia ad bonam
Qou ad sanam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
Komplikasi
-
Rinitis kronik
Sinusitis
Endokarditis
Artritis
Nefritis
Uveitis
Dermatitis
Furunkulosis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1 Definisi
Tonsilitis kronis secara umum diartikan sebagai infeksi atau inflamasi
pada tonsilopalatina yang menetap. Tonsilitis kronis disebabkan oleh serangan
ulangan dari tonsillitis akut yang menyebabkan kerusakan permanen pada tonsil.
Organisme pathogen yang menetap untuk sementara waktu ataupun untuk waktu
yang lama dan mengakibatkan gejala-gejala akut kembali ketika daya tahan tubuh
penderita mengalami penurunan.
Tonsilitis kronis adalah peradangan tonsil kronis setelah serangan akut
yang terjadi berulang-ulang atau infeksi subklinis. Tonsillitis berulang terutama
terjadi pada anak-anak dan diantara serangan tidak jarang tonsil tampak sehat.
Tetapi tidak jarang keadaan tonsil diluar serangan terlihat membesar disertai
dengan hiperemis ringan yang mengenai pilar anterior dan apabila tonsil ditekan
keluar detritus.
II. 2 Etiologi dan Predisposisi
Etiologi penyakit ini dapat disebabkan oleh serangan ulangan dari
tonsillitis akut yang mengakibatkan kerusakan permanen pada tonsil,
atau
kerusakan ini dapat terjadi bila pada fase resolusi tidak sempurna. Pada penderita
tonsillitis kronis jenis kuman yang sering adalah streptokokus beta hemolitikus
grup A. Selain itu juga terdapat streptokokus pyogenes, streptokokus beta
hemolitikus grup B, C, adenovirus, Ebstein Barr, bahkan virus herpes. Penelitian
AbdulRahman AS, Kholief LA, dan Beltagy di Mesir tahun 2008 mendapatkan
kuman pathogen terbanyak di tonsil adalah staphilokokus aureus, streptokokus
beta hemolitikus grup A,Ecoli dan Klebsiella.
II. 3 Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari tonsillitis kronis adalah penyakit-penyakit yang
disertai dengan pembentukan pseudomembran yang menutupi tonsil (tonsillitis
membranosa)
1. Tonsila dipteri
Disebabkan oleh kumamn Corynebacterium diphteriae. Tidak semua
orang yang terinfeksi oleh kuman ini akan sakit. Keadaan ini tergantung
pada titer antitoksin dalam darah. Titer antitoksin sebesar 0,003 sat/cc
dapat dianggap cukup memberikan dasar imunitas. Gejalanya terbagi
menjadi 3 golongan besar, umum, local, dan gejala akiat eksotoksin.
Gejala umum sama seperti gejala infeksi lain, demam, subfebris nyeri
kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, nadi lambat, dan keluhan nyeri
menelan. Gejala local yang tampak berupa tonsil yang membengkak
ditutupi bercak putih kotor yang makin lama makin meluas dan
membentuk pseudomembran yang melekat pada dasarnya sehingga bila
diangkat
akan
mudah
berdarah.
Gejala
akibat
eksotoksi
dapat
Merupakan proses sekunder dari TBC paru. Keadaan umum pasien buruk
karena anoreksi dan odinofagi. Pasien mengeluh nyeri hebat ditenggorok,
nyeri di telinga (Otalgia) dan pembesaran kelenjar limfaleher.
b.Faringitis Luetika
Gambaran klinis tergantung dari stadium penyakit primer,sekunder atau
tersier. Pada penyakit ini dapat terjadi ulserasisuperficial yang sembuh
disertai
pembentukan
jaringan
ikat.
Sekueledari
gumma
bisa
ulserasi
dan
proses
supuratif.
Blastomikosis
dan
kesulitan
menelan.
Diagnosa
pasti
berdasarkan
pada pemeriksaan serologi, hapusan jaringan atau kultur, X-ray dan biopsy.
D.Patofisiologi
Patofisiologi tonsillitis yaitu :Kuman menginfiltrasi lapisan epitel,
bilaepitel terkikis maka jaringan limfoid superficial mengadakan reaksi.
Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit poli morfonuklear.
Proses inisecara klinik tampak pada korpustonsil yang berisi bercak kuning
yangdisebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan
epitelyang terlepas, suatu tonsillitis akut dengandetritus disebut tonsillitis
lakunaris, bila bercak detritus berdekatan menjadi satumaka terjadi tonsillitis
9
E. Penegkan diagnosis
1. Anamnesis
Penderita sering datang dengan keluhan rasa sakit pada tenggorok
yangterus menerus, sakit waktu menelan, nafas bau busuk, malaise, sakit
padasendi, kadang-kadang ada demam dan nyeri pada leher, Pada anak, tonsilyang
hipertrofi dapat terjadi obstruksi saluran nafas atas yang dapatmenyebabkan
hipoventilasi alveoli yang selanjutnya dapat terjadihiperkapnia dan dapat
menyebabkan kor polmunale. Obstruksi yang beratmenyebabkan apnea waktu
tidur, gejala yang paling umum adalahmendengkur yang dapat diketahui dalam
anamnesis (nurjanna, 2011).
Gejala tonsillitis kronis menurut Mawson (1977), dibagi menjadi :
1.)gejala local, yang bervariasi dari rasa tidak enak di tenggorok, sakittenggorok,
sulit sampai sakit menelan, 2.) gejala sistemik, rasa tidak enak badan atau
malaise, nyeri kepala, demam subfebris, nyeri otot dan persendian, 3.) gejala
klinis tonsil dengan debris di kriptenya (tonsillitisfolikularis kronis), udema atau
hipertrofi tonsil (tonsillitis parenkimatosakronis), tonsil fibrotic dan kecil
(tonsillitis fibrotic kronis), plika tonsilarisanterior hiperemis dan pembengkakan
kelenjar limfe regional (Kurien,2003)
10
2.Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar dengan permukaanyang tidak rata,
kriptus membesar, dan kriptus berisi detritus. Gambaranklinis yang lain yang
sering adalah ketika tonsil yang kecil, biasanya mengukur jarak antara kedua pilar
anterior dibandingkan dengan jarak permukaan medial kedua tonsil, maka gradasi
pembesaran tonsil dapat dibagimenjadi :
a.TO: tonsil masuk di dalam fossa atau sudah diangkat
b.T1: <25% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
c.T2: 25-50% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
d.T3: 50-75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
e.: > 75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuatdiagnose
tonsilofaringitis akut adalah pemeriksaan laboratorium meliputi(Lipton, 2002):
a.Leukosit
b.Hemoglobin
c.Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas.
Dapat dilakukan kultur dan uji resistensi (sensitifitas) kuman darisediaan apus
tonsil. Biakan swab sering menghasilkan beberapa macamkuman dengan derajat
keganasan yang rendah, seperti Streptokokushemolitikus, Streptokokus viridans,
Stafilokokus, atau Pneumokokus.
F.Penatalaksanaan
1.Medikamentosa
11
mononukleosis
atau
abses),
amoksisilin
denganasam
tonsillitis
lebih
dari
kali
pertahun
walaupun
hipertrofi
yang
menimbulkan
maloklusi
gigi
dan
jalan
nafas
yang
berupa
hipertrofi
tonsil
dengan
berulang
yang
disebabkan
oleh
bakteri
grub
12
atau
penderita
dengan
penyakit
sistemik
yang
tidak terkontrol.
e.Celah pada palatum
3.Preventif
Bakteri dan virus penyebab tonsilitis dapat dengan mudah menyebar
darisatu penderita ke orang lain. Resiko penularan dapat diturunkan
denganmencegah terpapar dari penderita tonsilitis atau yang memiliki
keluhansakit menelan. Gelas minuman dan perkakas rumah tangga untuk
makan tidak dipakai bersama dan sebaiknya dicuci dengan menggunakan
air panas yang bersabun sebelum digunakan kembali. Sikat gigi yang
telahlama sebaiknya diganti untuk mencegah infeksi berulang. Orang
orangyang merupakan karier tonsilitis semestinya sering mencuci tangan
merekauntuk mencegah penyebaran infeksi pada orang lain (Nurjanna,
2007).
G.Prognosis
Tonsilitis
biasanya
sembuh
dalam
beberapa
hari
dengan
beristirahat
antibiotika
demi penatalaksanaan
yang
tersebut
lengkap,
harus
dikonsumsi
bahkan
bila
sesuai
penderita
arahan
telah
c. Abses Parafaringeal
14
Infeksi dalam ruang parafaring dapat terjadi melaluialiran getah bening atau
pembuluh darah. Infeksi berasal dari daerah tonsil,faring, sinus paranasal,
adenoid, kelenjar limfe faringeal, os mastoid dan os petrosus.
d.Abses Retrofaring
Merupakan pengumpulan pus dalam ruang retrofaring. Biasanya terjadi pada anak
usia 3 bulan sampai 5 tahun karena ruang retrofaring masih berisikelenjar limfe.
e.Kista Tonsil
Sisa makanan terkumpul dalam kripta mungkin tertutup oleh jaringanfibrosa dan
ini menimbulkan kista berupa tonjolan pada tonsil berwarna putih dan berupa
cekungan, biasanya kecil dan multipel.
f.Tonsilolith (Kalkulus dari tonsil)
Terjadinya deposit kalsium fosfat dan kalsium karbonat dalam jaringantonsil yang
membentuk bahan keras seperti kapur.
Komplikasi Organ jauh
a.Demam rematik dan penyakit jantung rematik
b.Glomerulonefritis
c.Episkleritis, konjungtivitis berulang dan koroiditis
d.Psoriasiseritema multiforme, kronik urtikaria dan purpura
e.Artritis dan fibrositis
BAB II
PEMBAHASAN
15
II.2.
Pembahasan kasus
Dari hasil anamnesa keluhan utama pasien adalah sakit tenggorokan. Sakit
tenggorokan merupakan salah satu keluhan yang ditemukan pada organ faring.
Secara anatomis, faring terbagi menjadi tiga bagian penting, yaitu : nasofaring,
orofaring dan laringofaring. Dasar pengetahuan anatomis faring sangat penting,
karena hal ini akan berkaitan dengan adanya kelainan pada bangunan didalamnya
yang akan menimbulkan gejala dan tanda dari suatu penyakit. Dari keterangan
anamnesa selanjutnya yang didapatkan pada pasien ini adalah terdapat nyeri
menelan, tenggorokan terasa mengganjal, tenggorokan terasa kering, tidak
merasakan ada dahak di tenggorokan, bau mulut, nafsu makan mengalami
penurunan, demam muncul dirasakan oleh pasien sejak timbulnya keluhan nyeri
tenggorokan tersebut, nyeri di kedua telinga. hasil pemeriksaan pada pasien
didapatkan pembesaran tonsil T3-T3, permukaan tidak rata, mukosa hiperemis,
kripte melebar, detritus (+). Faring: Mukosa hiperemis (+), dinding tidak rata,
granular (+).
Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan yang didapatkan pasien ini yaitu
tonsilofaringitis. Tonsilofaringitis adalah peradangan pada tonsil dan faring.
Peradangan yang berulang pada tonsil dan faring secara umum dipengaruhi oleh
beberapa faktor predisposisi antara lain rangsangan kronis rokok, beberapa jenis
makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, dan pengobatan
tonsilofaringitis sebelumnya yang tidak adekuat. Pasien pernah mengalami
keluhan yang sama sejak 1 tahun yang lalu. Makanan, higiene mulut yang buruk,
pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat merupakan faktor predisposisi pada
pasien ini sehingga keadaan penyakitnya menjadi kronis. Dilihat dari keadaan
pasien yang menjadi semakin memberat saat ini, pasien ini mengalami tonsillitis
kronis kronis eksaserbasi akut.
Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh
jaringan ikat dan kriptus didalamnya. Tonsillitis adalah peradangan pada tonsil
palatina, merupakan bagian dari cicin waldeyer. Tonsila palatina berperan penting
16
sebagai sistem pertahanan tubuh terutama terhadap benda asing yang masuk ke
saluran makanan atau masuk ke saluran nafas. Apabila patogen menembus lapisan
epitel maka selsel fagositik mononuklear pertamatama akan mengenal dan
mengeliminasi antigen. Normalnya tonsil bertindak seperti filter untuk
memperangkap bakteri dan virus yang masuk ke tubuh melalui mulut dan sinus.
Tonsil juga menstimulasi sistem imun untuk memproduksi antibodi untuk
melawan infeksi. Lokasi tonsil sangat memungkinkan terpapar benda asing dan
patogen, selanjutnya membawanya ke sel limfoid. Jika tonsil tidak mampu
melindungi tubuh, maka akan timbul inflamasi dan akhirnya terjadi infeksi yaitu
tonsillitis.
Patofisiologi
17
streptokokus beta
hemolitikus grup A,yaitu
sekitar 50% dari kasus,
Haemophilus influenza
dan bakteri dari golongan
pnemokokus dan
stafilokokus
Radang berulang yang dipicu oleh faktor predisposisi (rangsangan kronis rokok,
makanan tertentu, higiene mulut yang buruk, pasien yang biasa bernapas melalui
mulut karena hidungnya tersumbat, pengaruh cuaca dan pengobatan
tonsilofaringitis sebelumnya yang tidak adekuat)
Epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis
Jaringan limfoid akan menjadi jaringan parut
Kripti melebar
Kripti diisi oleh detritus
Menembus kapsul tonsil
Perlekatan dengan jaringan di sekitar fosa tonsilaris dan dapat disertai pembesaran
kelenjar submandibula
18
Penatalaksanaan
Non medikamentosa
Bedrest
Diet lunak , minum yang banyak
Kumur dengan air hangat atau obat kumur yang mengandung
desinfektan
Medikamentosa
Antibiotik
Cefadroxil
Dosis : 3x500mg
Indikasi:
Pengobatan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme yang
sensitive (faringitis dan tonsillitis oleh Streptococcus betahemolytis.
Kontraindikasi:
Penderita yang hipersensitif terhadap sefalosporin.
Efek samping: mual,muntah, diare
Antiinflamasi
Dexamethasone
Dosis : 8-16 mg, im,1x. Pada anak-anak 0.08-0.3 mg/kgBB, im,
1x.
Indikasi :
Digunakan sebagai imunosupresan/antialergi, anti inflamasi
pada keadaan yang memerlukan terapi glukokortikoid.
Kontraindikasi :
Penderita yang hipersensitif terhadap deksametason dan
penderita infeksi jamur sistemik.
Efek samping :
Pada terapi jangka pendek hamper tidak ada. Pada jangka
panjang mengakibatkan kelemahan otot, rentan infeksi.
19
Dewasa dan anak diatas 12 tahun : 1 tablet, 3-4 kali sehari. Anakanak 6-12 tahun : -1 tablet, 3-4 kali sehari.
Kemasan :
Paracetamol tablet 500 mg. parasetamol sirup 125 mg/5ml,
parasetamol sirup 160 mg/5ml, parasetamol sirup 250 mg/5 ml.
Indikasi :
Parasetamol
populer
lambung,
memengaruhi
koagulasi
darah,
atau
Betadine kumur
Povidon iodin
Indikasi :
20
Serangan tonsillitis >3x per tahun walaupun telah mendapat terapi adekuat
Sumbatan jalan nafas yang berupa hipertrofi tonsil dengan sumbatan jalan
napas, sleep apnea, gangguan menelan, gangguan berbicara, dan cor
pulmonale
Rhinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis, abses peritonsil yang tidak
berhasil hilang dengan pengobatan
Indikasi Absolut:
-
Abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan medis dan drainase
Indikasi Relatif:
-
Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan terapi
antibiotik adekuat
Kontraindikasi:
-
Gangguan perdarahan
Anemia
Edukasi
-
Komplikasi
-
Rinitis kronik
Uveitis
Sinusitis
Dermatitis
Furunkulosis
Endokarditis
Artritis
Nefritis
22