Anda di halaman 1dari 22

REFLEKSI KASUS

TONSILOFARINGITIS KRONIK EKSASERBASI AKUT

DISUSUN OLEH :
Hilman Suhaili (01.211.6410)
Marianti (01.211.6443)
Ficky Fitriani Damayanti (01.211.6394)

KPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN THT


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KODYA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNISSULA
2015

BAB I
LAPORAN KASUS
I.1. Identitas Pasien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Agama
Alamat
Pekerjaan

:
:
:
:
:
:

Sdr. A
20 tahun
Laki-laki
Islam
Karangawen
Pelajar

I.2. Anamnesis
Keluhan Utama
Sakit tenggorokan
Riwayat Penyakit Sekarang
Sakit tenggorokan dirasakan sejak 1 minggu yang lalu, sakit tenggorokan
dirasakan hilang timbul. Pasien mengeluhkan tenggorokan terasa mengganjal.
Tenggorokan terasa kering, pasien tidak mengeluhkan terasa ada dahak di dalam
tenggorokan. Pasien tidak mengalami kesulitan dalam membuka mulut. Pasien
merasakan mulutnya bau. Pasien mengeluhkan rasa sakit saat menelan makanan,
namun tidak mengalami kesulitan dalam menelan makanan (padat/lunak) dan
minum. Pasien tidak mual dan muntah. Karena rasa sakit saat menelan, pasien
mengaku nafsu makannya juga menjadi menurun. Tidak terjadi penurunan berat
badan pada pasien. Pasien mengalami demam. Demam dirasakan sejak 1 minggu
yang lalu, demam terus menerus. Demam muncul dirasakan oleh pasien sejak
timbulnya keluhan nyeri tenggorokan tersebut. Pasien mengeluhkan badannya
terasa lemas dan pusing. Pasien tidak mengeluhkan batuk dan pilek. Pasien tidak
mengeluhkan suaranya serak, tidur tidak mendengkur. Pasien tidak sesak nafas.
Pasien tidak mengeluhkan adanya gangguan pada telinga, telinga
berdenging, dan keluarnya cairan dari telinga. pasien juga tidak mengeluhkan
hidung tersumbat, sering bersin di pagi hari dan keluar darah dari hidung.
Riwayat Penyakit Dahulu
2

Riwayat ISPA

:+

Riwayat alergi

: disangkal

Riwayat penyakit serupa

: pasien pernah mengalami keluhan yang

sama sejak 1 tahun yang lalu


Riwayat sakit gigi

: disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat alergi

: disangkal

Riwayat penyakit serupa

: disangkal

Riwayat Pengobatan
Pasien belum melakukan pengobatan

penyakit yang dikeluhankannya

tersebut.
Riwayat pribadi
Pasien

mengaku

sering

memakan

makanan

yang

pedas,

jajan

sembarangan, kurang menjaga higienitas mulut


I.3. Pemeriksaan fisik
1. Status generalis
Kondisi umum

: baik

Kesadaran

: compos mentis

Vital Sign: TD: 110/80mmHg

rr: 20x/menit

Suhu: 37.50C

Nadi: 72x/menit

2. Status lokalis THT (Telinga, Hidung, Tenggorokan)


2.1.
Kepala dan Leher
Kepala: mesocephale
Wajah : simetris
Leher : pembesaran kelenjar limfe (-), nyeri tekan (-)
2.2.

Gigi dan mulut


Gigi geligi

: gigi berlubang

Lidah

: normal, kotor (-), tremor (-)

Pipi
2.3.

: bengkak (-)

Pemeriksaan Telinga
Bagian Auricula

Dextra

Sinistra
3

Auricula

Pre auricular

Retro auricular
Mastoid

CAE

Membran timpani

2.4.

Bentuk normal,

Bentuk normal

nyeri tarik (-)

nyeri tarik (-)

nyeri tragus (-)


Bengkak (-)

nyeri tragus (-)


Bengkak (-)

nyeri tekan (-)

nyeri tekan (-)

fistula (-)
Bengkak (-)

fistula (-)
Bengkak (-)

Nyeri tekan (-)


Bengkak (-)

Nyeri tekan (-)


Bengkak (-),

Nyeri tekan (-)


Serumen (-)

Nyeri tekan (-)


Serumen (-)

eritema (-)

eritema (-)

Sekret (-)
Intak

Sekret (-)
Intak

putih mengkilat

putih mengkilat

refleks cahaya (+)

refleks cahaya (+)

Pemeriksaan Hidung
Bagian Hidung Luar
Bentuk
Inflamasi atau tumor
Nyeri tekan sinus
Deformitas atau septum
deviasi
Rhinoskopi anterior
Vestibulum nasi
Dasar cavum nasi
Sekret
Mukosa
Benda asing
Perdarahan
Adenoid
Konka nasi media
Konka nasi inferior.
Septum
Transluminasi

Dextra
Normal
-

Sinistra
Normal
-

Normal

Normal
Normal

Hiperemis (-)
-

Hiperemis (-)
-

Hipertrofi (-)

Hipertrofi (-)

Hiperemis (-)
Hipertrofi (-)

Hiperemis (-)
Hipertrofi (-)

Hiperemis (-)

Hiperemis (-)
Deviasi (-)
Tidak ada sinusitis
4

2.5.

Pemeriksaan tenggorokan
Lidah
Uvula
Tonsil
Ukuran
Permukaan
Warna
Kripte
Detritus
Faring

Ulcus (-), Stomatitis (-)


Bentuk normal, posisi di tengah
Dextra
Sinistra
T3
T3
Tidak Rata
Tidak Rata
Hiperemis (+)
Hiperemis (+)
Melebar (+)
Melebar (+)
(+)
(+)
Mukosa hiperemis (+), dinding tidak rata,
granular (+)

I.4. Pemeriksaan Penunjang


Usulan Pemeriksaan Penunjang

Swab tenggorok kultur

Pemeriksaan darah rutin : leukosit, Hb, trombosit, CT/BT

Pemeriksaan radiologi foto thorax & Pemeriksaan EKG

I.5. Diagnosis Banding

Tonsilofaringitis kronis eksaserbasi akut

Tonsilitis kronis eksaserbasi akut

Faringitis kronis hiperplastik eksaserbasi akut

I.6. Diagnosis Sementara


Tonsilofaringitis kronis eksaserbasi akut

I.7. Terapi
1. Non medikamentosa

Bed rest
Diet lunak
5

Kumur dengan air hangat atau obat kumur yang mengandung

desinfektan
2. Medikamentosa
Antibiotik
Cefadroxil 3x500mg
Antiinflamasi
Dexamethason 2x0,5 mg
Analgetik dan antipiretik
Paracetamol 3x500mg
Betadine kumur Kumur-kumur selama 30 detik. Ulangi tiap 2-4
jam.
3. Operasi Apabila sudah tidak didapatkan tanda-tanda peradangan dan
keadaan umum baik maka dapat dilakukan tonsilektomi.
4. Edukasi

minum obat secara teratur sesuai petunjuk dokter.

menjaga higiene mulut dengan baik (sikat gigi pagi hari dan
sebelum tidur).

jangan makan makanan atau minuman yang mengiritasi


I.8.

I.9.

Prognosa
-

Qou ad vitam

: dubia ad bonam

Qou ad sanam

: dubia ad bonam

Quo ad functionam

: dubia ad bonam

Komplikasi
-

Rinitis kronik

Sinusitis

Otitis media secara perkontinuitatum

Endokarditis

Artritis

Nefritis

Uveitis

Dermatitis

Furunkulosis

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1 Definisi
Tonsilitis kronis secara umum diartikan sebagai infeksi atau inflamasi
pada tonsilopalatina yang menetap. Tonsilitis kronis disebabkan oleh serangan
ulangan dari tonsillitis akut yang menyebabkan kerusakan permanen pada tonsil.
Organisme pathogen yang menetap untuk sementara waktu ataupun untuk waktu
yang lama dan mengakibatkan gejala-gejala akut kembali ketika daya tahan tubuh
penderita mengalami penurunan.
Tonsilitis kronis adalah peradangan tonsil kronis setelah serangan akut
yang terjadi berulang-ulang atau infeksi subklinis. Tonsillitis berulang terutama
terjadi pada anak-anak dan diantara serangan tidak jarang tonsil tampak sehat.
Tetapi tidak jarang keadaan tonsil diluar serangan terlihat membesar disertai
dengan hiperemis ringan yang mengenai pilar anterior dan apabila tonsil ditekan
keluar detritus.
II. 2 Etiologi dan Predisposisi
Etiologi penyakit ini dapat disebabkan oleh serangan ulangan dari
tonsillitis akut yang mengakibatkan kerusakan permanen pada tonsil,

atau

kerusakan ini dapat terjadi bila pada fase resolusi tidak sempurna. Pada penderita
tonsillitis kronis jenis kuman yang sering adalah streptokokus beta hemolitikus
grup A. Selain itu juga terdapat streptokokus pyogenes, streptokokus beta
hemolitikus grup B, C, adenovirus, Ebstein Barr, bahkan virus herpes. Penelitian
AbdulRahman AS, Kholief LA, dan Beltagy di Mesir tahun 2008 mendapatkan
kuman pathogen terbanyak di tonsil adalah staphilokokus aureus, streptokokus
beta hemolitikus grup A,Ecoli dan Klebsiella.
II. 3 Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari tonsillitis kronis adalah penyakit-penyakit yang
disertai dengan pembentukan pseudomembran yang menutupi tonsil (tonsillitis
membranosa)

1. Tonsila dipteri
Disebabkan oleh kumamn Corynebacterium diphteriae. Tidak semua
orang yang terinfeksi oleh kuman ini akan sakit. Keadaan ini tergantung
pada titer antitoksin dalam darah. Titer antitoksin sebesar 0,003 sat/cc
dapat dianggap cukup memberikan dasar imunitas. Gejalanya terbagi
menjadi 3 golongan besar, umum, local, dan gejala akiat eksotoksin.
Gejala umum sama seperti gejala infeksi lain, demam, subfebris nyeri
kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, nadi lambat, dan keluhan nyeri
menelan. Gejala local yang tampak berupa tonsil yang membengkak
ditutupi bercak putih kotor yang makin lama makin meluas dan
membentuk pseudomembran yang melekat pada dasarnya sehingga bila
diangkat

akan

mudah

berdarah.

Gejala

akibat

eksotoksi

dapat

menimbulkan kerusakan jaringan tubuh, misalnya pada jantung dapat


terjadi miokarditis dan dekompensasi kordis, pada saraf kranial dapat
menyebabkan kelumpuhan otot palatum dan otot pernafasan dan pada
ginjal dapat menyebabkan albuminuria.
2. Angina Plaut Vincent (Stomatitis Ulseromembranosa)
Gejala yang timbul adlaah demam tinggi (39 C), nyeri mulut, gigi, dan
kepala, sakit tenggorok, badan lemah, gusi mudah berdarah, dan
hiprsalivasi,. Pada pemeriksaan tampak membrane putih keabuan di tonsil,
uvula, dinding faring, gusi dan prosesus alveolaris. Mukosa mulut dan
faring hiperemis. Mulut berbau dan kelenjar submandibular membesar.
3. Mononucleosis Infeksiosa
Terjadi tonsillitis ullseromembranosa bilateral. Membran smeu yang
menutup ulkus mudah diangkat tanpa timbul oerdarahan, terdapat
pembesaran kelenjar limfe leher, ketiak dan region inguinal. Gambaran
darah khas yaitu terdapat leukosit mononucleosis dalam jumlah besar.
Tanda khas yang lain adalah kesanggupan serum pasien untuk
beraglutinasi terhadap sel darah merah domba.

2. Penyakit Kronik Faring Granulomatus


a.Faringitis Tuberkulosa

Merupakan proses sekunder dari TBC paru. Keadaan umum pasien buruk
karena anoreksi dan odinofagi. Pasien mengeluh nyeri hebat ditenggorok,
nyeri di telinga (Otalgia) dan pembesaran kelenjar limfaleher.
b.Faringitis Luetika
Gambaran klinis tergantung dari stadium penyakit primer,sekunder atau
tersier. Pada penyakit ini dapat terjadi ulserasisuperficial yang sembuh
disertai

pembentukan

jaringan

ikat.

Sekueledari

gumma

bisa

mengakibatkan perforasi palatum mole dan pilar tonsil.


c.Lepra
Penyakit ini dapat menimbulkan nodul atau ulserasi pada faringkemudian
menyembuh dan disertai dengan kehilangan jaringan yangluas dan
timbulnya jaringan ikat.
D. Aktinomikosis Faring
Terjadi akibat pembengkakan mukosa yang tidak luas, tidak nyeri, bisa
mengalami

ulserasi

dan

proses

supuratif.

Blastomikosis

dapatmengakibatkan ulserasi faring yang ireguler, superficial, dengan


dasar jaringan granulasi yang lunak.
Penyakit-penyakit diatas, keluhan umumnya berhubungan dengan
nyeritenggorok

dan

kesulitan

menelan.

Diagnosa

pasti

berdasarkan

pada pemeriksaan serologi, hapusan jaringan atau kultur, X-ray dan biopsy.
D.Patofisiologi
Patofisiologi tonsillitis yaitu :Kuman menginfiltrasi lapisan epitel,
bilaepitel terkikis maka jaringan limfoid superficial mengadakan reaksi.
Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit poli morfonuklear.
Proses inisecara klinik tampak pada korpustonsil yang berisi bercak kuning
yangdisebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan
epitelyang terlepas, suatu tonsillitis akut dengandetritus disebut tonsillitis
lakunaris, bila bercak detritus berdekatan menjadi satumaka terjadi tonsillitis
9

lakonaris.Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran


semu(Pseudomembran), sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena
prosesradangberulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis.
Sehingga pada prosespenyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan parut.
Jaringanini akanmengkerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus)
yangakan diisi olehdetritus, proses ini meluas sehingga menembus kapsul
danakhirnya timbulperlengkapan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Padaanak
proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe submandibula(Lipton, 2002)

E. Penegkan diagnosis
1. Anamnesis
Penderita sering datang dengan keluhan rasa sakit pada tenggorok
yangterus menerus, sakit waktu menelan, nafas bau busuk, malaise, sakit
padasendi, kadang-kadang ada demam dan nyeri pada leher, Pada anak, tonsilyang
hipertrofi dapat terjadi obstruksi saluran nafas atas yang dapatmenyebabkan
hipoventilasi alveoli yang selanjutnya dapat terjadihiperkapnia dan dapat
menyebabkan kor polmunale. Obstruksi yang beratmenyebabkan apnea waktu
tidur, gejala yang paling umum adalahmendengkur yang dapat diketahui dalam
anamnesis (nurjanna, 2011).
Gejala tonsillitis kronis menurut Mawson (1977), dibagi menjadi :
1.)gejala local, yang bervariasi dari rasa tidak enak di tenggorok, sakittenggorok,
sulit sampai sakit menelan, 2.) gejala sistemik, rasa tidak enak badan atau
malaise, nyeri kepala, demam subfebris, nyeri otot dan persendian, 3.) gejala
klinis tonsil dengan debris di kriptenya (tonsillitisfolikularis kronis), udema atau
hipertrofi tonsil (tonsillitis parenkimatosakronis), tonsil fibrotic dan kecil
(tonsillitis fibrotic kronis), plika tonsilarisanterior hiperemis dan pembengkakan
kelenjar limfe regional (Kurien,2003)

10

2.Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar dengan permukaanyang tidak rata,
kriptus membesar, dan kriptus berisi detritus. Gambaranklinis yang lain yang
sering adalah ketika tonsil yang kecil, biasanya mengukur jarak antara kedua pilar
anterior dibandingkan dengan jarak permukaan medial kedua tonsil, maka gradasi
pembesaran tonsil dapat dibagimenjadi :
a.TO: tonsil masuk di dalam fossa atau sudah diangkat
b.T1: <25% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
c.T2: 25-50% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
d.T3: 50-75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
e.: > 75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring

3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuatdiagnose
tonsilofaringitis akut adalah pemeriksaan laboratorium meliputi(Lipton, 2002):
a.Leukosit
b.Hemoglobin
c.Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas.
Dapat dilakukan kultur dan uji resistensi (sensitifitas) kuman darisediaan apus
tonsil. Biakan swab sering menghasilkan beberapa macamkuman dengan derajat
keganasan yang rendah, seperti Streptokokushemolitikus, Streptokokus viridans,
Stafilokokus, atau Pneumokokus.
F.Penatalaksanaan
1.Medikamentosa

11

pemberian antibiotika sesuai kultur bermanfaat pada penderitaTonsilitis


Kronis Cephaleksin ditambah metronidazole, klindamisin( terutama jika
disebabkan

mononukleosis

atau

abses),

amoksisilin

denganasam

klavulanat ( jika bukan disebabkan mononukleosis) (Lipton, 2002).


2.Nonmedikamentosa
Indikasi tonsilektomi menurut American Academy of Otolaryngology
Head and Neck Surgery Clinical IndicatorsCompendium tahun 1995
menetapkan (Nurjanna, 2011):
a.Serangan

tonsillitis

lebih

dari

kali

pertahun

walaupun

telahmendapatkan terapi yang adekuat.


b.Tonsil

hipertrofi

yang

menimbulkan

maloklusi

gigi

dan

menyebabkangangguan pertumbuhan orofacial.


c.Sumbatan

jalan

nafas

yang

berupa

hipertrofi

tonsil

dengan

sumbatan jalan nafas, sleep apneu, gangguan menelan, gangguan


berbicara, dancor pulmonale.
d.. Rhinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis, abses peritonsil
yangtidak hilang dengan pengobatan.
e.Nafas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan.
f.Tonsillitis

berulang

yang

disebabkan

oleh

bakteri

grub

streptokokus beta hemolitikus.


g.Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan.
h.Otitis media efusi atau otitis media supuratif.
Indikasi relatif (Amarudin, 2005):
a.Penderita dengan infeksi tonsil yang kambuh 3 kali atau lebih
dalamsetahun meskipun dengan terapi yang adekuat

12

b.Bau mulut atau bau nafas yang menetap yang menandakan


tonsilitiskronis tidak responsif terhadap terapi media
c.Tonsilitis kronis atau rekuren yang disebabkan kuman streptococusyang
resisten terhadap antibiotik betalaktamase
d.Pembesaran tonsil unilateral yang diperkirakan neoplasma
Kontra indikasi (Amarudin, 2005):
a.Diskrasia darah kecuali di bawah pengawasan ahli hematologi
b.Usia di bawah 2 tahun bila tim anestesi dan ahli bedah fasilitasnyatidak
mempunyai pengalaman khusus terhadap bayi
c.Infeksi saluran nafas atas yang berulang
d.Perdarahan

atau

penderita

dengan

penyakit

sistemik

yang

tidak terkontrol.
e.Celah pada palatum
3.Preventif
Bakteri dan virus penyebab tonsilitis dapat dengan mudah menyebar
darisatu penderita ke orang lain. Resiko penularan dapat diturunkan
denganmencegah terpapar dari penderita tonsilitis atau yang memiliki
keluhansakit menelan. Gelas minuman dan perkakas rumah tangga untuk
makan tidak dipakai bersama dan sebaiknya dicuci dengan menggunakan
air panas yang bersabun sebelum digunakan kembali. Sikat gigi yang
telahlama sebaiknya diganti untuk mencegah infeksi berulang. Orang
orangyang merupakan karier tonsilitis semestinya sering mencuci tangan
merekauntuk mencegah penyebaran infeksi pada orang lain (Nurjanna,
2007).
G.Prognosis
Tonsilitis

biasanya

sembuh

dalam

beberapa

hari

dengan

beristirahat

dan pengobatan suportif. Menangani gejala gejala yang timbul dapat


13

membuat penderita tonsilitis lebih nyaman. Bila antibiotic diberikan untuk


mengatasiinfeksi,

antibiotika

demi penatalaksanaan

yang

tersebut
lengkap,

harus

dikonsumsi

bahkan

bila

sesuai
penderita

arahan
telah

mengalami perbaikan dalam waktu yang singkat (Nurjanna, 2011).Gejala gejala


yang tetap ada dapat menjadi indikasi bahwa penderitamengalami infeksi saluran
nafas lainnya, infeksi yang paling sering terjadiyaitu infeksi pada telinga dan
sinus. Pada kasus kasus yang jarang,tonsilitis dapat menjadi sumber dari infeksi
serius seperti demam rematik atau pneumonia (Nurjanna, 2011).
H.Komplikasi
Komplikasi dari tonsilitis kronis dapat terjadi secara perkontinuitatumke daerah
sekitar atau secara hematogen atau limfogen ke organ yang jauh daritonsil.
Adapun berbagai komplikasi yang kerap ditemui adalah sebagai berikut(Soepardi,
2001) :
Komplikasi sekitar tonsila
a.Peritonsilitis
Peradangan tonsil dan daerah sekitarnya yang berat tanpa adanya trismusdan
abses.
b.Abses Peritonsilar (Quinsy)
Kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang peritonsil. Sumber infeksi berasal
dari penjalaran tonsilitis akut yang mengalami supurasi, menembuskapsul tonsil
dan penjalaran dari infeksi gigi.

c. Abses Parafaringeal

14

Infeksi dalam ruang parafaring dapat terjadi melaluialiran getah bening atau
pembuluh darah. Infeksi berasal dari daerah tonsil,faring, sinus paranasal,
adenoid, kelenjar limfe faringeal, os mastoid dan os petrosus.
d.Abses Retrofaring
Merupakan pengumpulan pus dalam ruang retrofaring. Biasanya terjadi pada anak
usia 3 bulan sampai 5 tahun karena ruang retrofaring masih berisikelenjar limfe.
e.Kista Tonsil
Sisa makanan terkumpul dalam kripta mungkin tertutup oleh jaringanfibrosa dan
ini menimbulkan kista berupa tonjolan pada tonsil berwarna putih dan berupa
cekungan, biasanya kecil dan multipel.
f.Tonsilolith (Kalkulus dari tonsil)
Terjadinya deposit kalsium fosfat dan kalsium karbonat dalam jaringantonsil yang
membentuk bahan keras seperti kapur.
Komplikasi Organ jauh
a.Demam rematik dan penyakit jantung rematik
b.Glomerulonefritis
c.Episkleritis, konjungtivitis berulang dan koroiditis
d.Psoriasiseritema multiforme, kronik urtikaria dan purpura
e.Artritis dan fibrositis

BAB II
PEMBAHASAN
15

II.2.

Pembahasan kasus
Dari hasil anamnesa keluhan utama pasien adalah sakit tenggorokan. Sakit

tenggorokan merupakan salah satu keluhan yang ditemukan pada organ faring.
Secara anatomis, faring terbagi menjadi tiga bagian penting, yaitu : nasofaring,
orofaring dan laringofaring. Dasar pengetahuan anatomis faring sangat penting,
karena hal ini akan berkaitan dengan adanya kelainan pada bangunan didalamnya
yang akan menimbulkan gejala dan tanda dari suatu penyakit. Dari keterangan
anamnesa selanjutnya yang didapatkan pada pasien ini adalah terdapat nyeri
menelan, tenggorokan terasa mengganjal, tenggorokan terasa kering, tidak
merasakan ada dahak di tenggorokan, bau mulut, nafsu makan mengalami
penurunan, demam muncul dirasakan oleh pasien sejak timbulnya keluhan nyeri
tenggorokan tersebut, nyeri di kedua telinga. hasil pemeriksaan pada pasien
didapatkan pembesaran tonsil T3-T3, permukaan tidak rata, mukosa hiperemis,
kripte melebar, detritus (+). Faring: Mukosa hiperemis (+), dinding tidak rata,
granular (+).
Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan yang didapatkan pasien ini yaitu
tonsilofaringitis. Tonsilofaringitis adalah peradangan pada tonsil dan faring.
Peradangan yang berulang pada tonsil dan faring secara umum dipengaruhi oleh
beberapa faktor predisposisi antara lain rangsangan kronis rokok, beberapa jenis
makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, dan pengobatan
tonsilofaringitis sebelumnya yang tidak adekuat. Pasien pernah mengalami
keluhan yang sama sejak 1 tahun yang lalu. Makanan, higiene mulut yang buruk,
pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat merupakan faktor predisposisi pada
pasien ini sehingga keadaan penyakitnya menjadi kronis. Dilihat dari keadaan
pasien yang menjadi semakin memberat saat ini, pasien ini mengalami tonsillitis
kronis kronis eksaserbasi akut.

Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh
jaringan ikat dan kriptus didalamnya. Tonsillitis adalah peradangan pada tonsil
palatina, merupakan bagian dari cicin waldeyer. Tonsila palatina berperan penting
16

sebagai sistem pertahanan tubuh terutama terhadap benda asing yang masuk ke
saluran makanan atau masuk ke saluran nafas. Apabila patogen menembus lapisan
epitel maka selsel fagositik mononuklear pertamatama akan mengenal dan
mengeliminasi antigen. Normalnya tonsil bertindak seperti filter untuk
memperangkap bakteri dan virus yang masuk ke tubuh melalui mulut dan sinus.
Tonsil juga menstimulasi sistem imun untuk memproduksi antibodi untuk
melawan infeksi. Lokasi tonsil sangat memungkinkan terpapar benda asing dan
patogen, selanjutnya membawanya ke sel limfoid. Jika tonsil tidak mampu
melindungi tubuh, maka akan timbul inflamasi dan akhirnya terjadi infeksi yaitu
tonsillitis.
Patofisiologi

17

streptokokus beta
hemolitikus grup A,yaitu
sekitar 50% dari kasus,
Haemophilus influenza
dan bakteri dari golongan
pnemokokus dan
stafilokokus

Radang berulang yang dipicu oleh faktor predisposisi (rangsangan kronis rokok,
makanan tertentu, higiene mulut yang buruk, pasien yang biasa bernapas melalui
mulut karena hidungnya tersumbat, pengaruh cuaca dan pengobatan
tonsilofaringitis sebelumnya yang tidak adekuat)
Epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis
Jaringan limfoid akan menjadi jaringan parut
Kripti melebar
Kripti diisi oleh detritus
Menembus kapsul tonsil
Perlekatan dengan jaringan di sekitar fosa tonsilaris dan dapat disertai pembesaran
kelenjar submandibula

18

Penatalaksanaan
Non medikamentosa
Bedrest
Diet lunak , minum yang banyak
Kumur dengan air hangat atau obat kumur yang mengandung
desinfektan
Medikamentosa

Antibiotik
Cefadroxil
Dosis : 3x500mg
Indikasi:
Pengobatan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme yang
sensitive (faringitis dan tonsillitis oleh Streptococcus betahemolytis.
Kontraindikasi:
Penderita yang hipersensitif terhadap sefalosporin.
Efek samping: mual,muntah, diare

Antiinflamasi
Dexamethasone
Dosis : 8-16 mg, im,1x. Pada anak-anak 0.08-0.3 mg/kgBB, im,
1x.
Indikasi :
Digunakan sebagai imunosupresan/antialergi, anti inflamasi
pada keadaan yang memerlukan terapi glukokortikoid.
Kontraindikasi :
Penderita yang hipersensitif terhadap deksametason dan
penderita infeksi jamur sistemik.
Efek samping :
Pada terapi jangka pendek hamper tidak ada. Pada jangka
panjang mengakibatkan kelemahan otot, rentan infeksi.

Analgetik & antipiretik


Parasetamol
Dosis : 3x500 mg

19

Dewasa dan anak diatas 12 tahun : 1 tablet, 3-4 kali sehari. Anakanak 6-12 tahun : -1 tablet, 3-4 kali sehari.
Kemasan :
Paracetamol tablet 500 mg. parasetamol sirup 125 mg/5ml,
parasetamol sirup 160 mg/5ml, parasetamol sirup 250 mg/5 ml.
Indikasi :
Parasetamol

adalah obat analgesik dan antipiretik yang

populer

dan digunakan untuk melegakan sakit kepala, sakit ringan,


serta demam.
Mekanisme :
Mekanisme aksi utama dari parasetamol adalah hambatan
terhadap enzim siklooksigenase (COX: cyclooxigenase), dan
penelitian terbaru menunjukkan bahwa obat ini lebih selektif
menghambat COX-2. Meskipun mempunyai aktivitas antipiretik
dan analgesik, tetapi aktivitas antiinflamasinya sangat lemah
karena dibatasi beberapa faktor, salah satunya adalah tingginya
kadar peroksida pada COX-2, sehingga obat ini tidak menghambat
aktivitas tromboksan yang merupakan zat pembekuan darah.
Efek samping :
Pada dosis yang direkomendasikan, parasetamol tidak
mengiritasi

lambung,

memengaruhi

koagulasi

darah,

atau

memengaruhi fungsi ginjal. Namun, pada dosis besar (lebih dari


2000 mg per hari) dapat meningkatkan risiko gangguan pencernaan
bagian atas.

Betadine kumur
Povidon iodin
Indikasi :
20

o Infeksi yang disertai dengan rasa nyeri seperti pada


faringitis, infeksi jamur pada mulut, tonsilitis, sariawan,
stomatitis (radang rongga mulut), gingivitis (radang gusi),
peradangan pada mulut & faring.
o Bakterisida, virusida, protozoasida, sporisida, yeastisida.
o Kebersihan mulut, halitosis (nafas yang bau).
Kemasan : Obat kumur & pembersih mulut 1 % x 100 ml.
Dosis : Kumur-kumur selama 30 detik. Ulangi tiap 2-4 jam.
Operatif
Tonsilektomi adalah operasi pengangkatan seluruh tonsil palatina.
Tonsiloadenoidektomi adalah pengangkatan tonsil palatina dan jaringan limfoid di
nasofaring yang dikenal sebagai adenoid atau tonsil faringeal.
Indikasi tonsilektomi, the American Of Otolaryngology Head and Neck Surgery
Clinical Indicators Compendium:
-

Serangan tonsillitis >3x per tahun walaupun telah mendapat terapi adekuat

Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan menyebabkan


gangguan pertumbuhan orofasial

Sumbatan jalan nafas yang berupa hipertrofi tonsil dengan sumbatan jalan
napas, sleep apnea, gangguan menelan, gangguan berbicara, dan cor
pulmonale

Rhinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis, abses peritonsil yang tidak
berhasil hilang dengan pengobatan

Napas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan

Tonsillitis berulang yang disebabkan oleh bakteri grup A streptococcus


hemoliticus

Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan

Otitis media efusa/otitis media supuratif

Indikasi Absolut:
-

Pembengkakan tonsil yang menyebabkan obstruksi saluran napas, disfagia


berat, gangguan tidur dan komplikasi kardiopulmoner
21

Abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan medis dan drainase

Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam

Tonsilitis yang membutuhkan biopsi untuk menentukan patologi anatomi

Indikasi Relatif:
-

Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan terapi
antibiotik adekuat

Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak membaik dengan pemberian


terapi medis

Tonsilitis kronik atau berulang pada karier streptokokus yang tidak


membaik dengan pemberian antibiotik -laktamase resisten

Pada keadaan tertentu seperti pada abses peritonsilar (Quinsy),


tonsilektomi dapat dilaksanakan bersamaan dengan insisi abses

Kontraindikasi:
-

Gangguan perdarahan

Risiko anestesi yang besar atau penyakit berat

Anemia

Infeksi akut yang berat

Edukasi
-

minum obat secara teratur sesuai petunjuk dokter.


menjaga higiene mulut dengan baik (sikat gigi pagi hari dan sebelum tidur).
jangan makan makanan atau minuman yang mengiritasi

Komplikasi
-

Rinitis kronik

Uveitis

Sinusitis

Dermatitis

Otitis media secara perkontinuitatum

Furunkulosis

Endokarditis

Artritis

Nefritis

22

Anda mungkin juga menyukai