Anda di halaman 1dari 16

PAPER

MATERI PEMBAHASAN KANKER PAYUDARA


Tugas Mata Kuliah Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular

Disusun oleh :
Raden Roro Yuke R F
Nabila Rizky K
Joang Mahendra
Devi Oktaviani
Annisa Savitri

25010111130230
25010111110252
25010111140259
25010111140269
25010111140290

Kelas D 2011

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS DIPONEGORO
2013

1. Fakta dan Angka (insiden)

Menurut WHO 8-9% wanita akan mengalami kanker payudara dalam hidupnya. Ini
menjadikan kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita
dan kanker tersering nomor dua di dunia. Setiap tahun lebih dari 580,000 kasus baru kanker
payudara terdiagnosa di berbagai negara berkembang dan kurang lebih 372,000 pasien
meninggal karena penyakit ini. Masih menurut WHO, diperkirakan lebih dari 1 juta wanita
terdiagnosis kanker payudara di seluruh dunia tahun ini. Setelah menjalani perawatan, sekitar
50% pasien mengalami kanker payudara metastatik dan hanya bertahan hidup 18 30 bulan.
The America cancer society mencatat lebih dari 193.700 kasus baru dari kanker payudara
(31% dari total kanker) yang telah didiagnosis pada tahun 2001 di Amerika Serikat. Kanker
payudara menduduki tempat kedua setelah karsinoma serviks uteri terbanyak di Indonesia.
Kanker payudara jarang ditemukan pada wanita usia dibawah 20 tahun. Angka tertinggi
terdapat pada usia 45-66 tahun. Insidens karsinoma mamma pada laki-laki hanya 1% dari
kejadian pada wanita.
2. Pengertian Kanker Payudara
Kanker payudara (Carcinoma mammae) dalam bahasa inggrisnya disebut breast cancer
merupakan kanker pada jaringan payudara. Kanker ini paling umum menyerang wanita,
walaupun laki-laki juga punya potensi terkena akan tetapi kemungkinan sangat kecil dengan
perbandingan 1 diantara 1000.
Kanker ini terjadi karena pada kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak
terkendali, atau kanker payudara sering didefinisikan sebagai suatu penyakit neoplasma yang
ganas yang berasal dari parenchyma.
Penyakit ini diklasifikasikan Health Organization (WHO) dimasukkan ke dalam urutan 17.
Fase
Penyebaran penyakit ini sering disebut dengan isntilah Transformasi,

sebagai fase

pertumbuhan penyakit, yaitu terdiri dari fase inisiasi dan fase Promosi, dan fase metastasis
Fase inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel
menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang
disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar
matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen.
Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih

rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel
menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
Progesteron, sebuah hormon yang menginduksi ductal side-branching pada kelenjar payudara
dan lobualveologenesis pada sel epitelial payudara, diperkirakan berperan sebagai aktivator
lintasan tumorigenesis pada sel payudara yang diinduksi oleh karsinogen. Progestin akan
menginduksi transkripsi regulator siklus sel berupa siklin D1 untuk disekresi sel epitelial.
Sekresi dapat ditingkatkan sekitar 5 hingga 7 kali lipat dengan stimulasi hormon estrogen,
oleh karena estrogen merupakan hormon yang mengaktivasi ekspresi pencerap progesteron
pada sel epithelial. Selain itu, progesteron juga menginduksi sekresi kalsitonin sel luminal
dan morfogenesis kelenjar
Fase promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas. Sel
yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi. Karena itu
diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan
suatu karsinogen).
Fase metastasis
Metastasis menuju ke tulang merupakan hal yang kerap terjadi pada kanker payudara,
beberapa diantaranya disertai komplikasi lain seperti simtoma hiperkalsemia, pathological
fractures atau spinal cord compression. Metastasis demikian bersifat osteolitik, yang berarti
bahwa osteoklas hasil induksi sel kanker merupakan mediator osteolisis dan mempengaruhi
diferensiasi dan aktivitas osteoblas serta osteoklas lain hingga meningkatkan resorpsi tulang.
Tulang merupakan jaringan unik yang terbuat dari matriks protein yang mengandung kalsium
dengan kristal hydroxyappatite sehingga mekanisme yang biasa digunakan oleh sel kanker
untuk membuat ruang pada matriks ekstraselular dengan penggunaan enzim metaloproteinase
matriks tidaklah efektif. Oleh sebab itu, resorpsi tulang yang memungkinkan invasi
neoplastik terjadi akibat interaksi antara sel kanker payudara dengan sel endotelial yang
dimediasi oleh ekspresi VEGF. VEGF merupakan mitogen angiogenik positif yang bereaksi
dengan sel endotelial. Tanpa faktor angiogenik negatif seperti angiostatin, sel endotelial yang
berinteraksi dengan VEGF sel kanker melalui pencerap VEGFR-1 dan VEGFR-2, akan
meluruhkan matriks ekstraselular, bermigrasi dan membentuk tubulus.
3. Klasifikasi Kanker Payudara
Berdasarkan WHO Histological Classification of breast tumor, kanker payudara diklasifikasi
menjadi:

1. Non-invasif : intraduktal, lobular karsinoma In situ


2. Invasif: Karsinoma invasif duktal, karsinoma invasif duktal dengan komponen intraduktal
yang predominant, karsinoma invasif lobular, karsinoma mucinous, karsinoma medullary,
karsinoma papillary, karsinoma tubular, karsinoma adenoid cystic, karsinoma sekretori
(juvenile), karsinoma apocrine, karsinoma dengan metaplasia, Tipe squamous, tipe spindlecell, tipe cartilaginous dan asseous, mixed type
3. Pagets disease of the nipple
Beberapa jenis kanker payudara :
1. Karsinoma insitu
Kanker masih berada pada tempatnya, merupakan kanker dini yang belum menyebar
atau menyusup keluar dari tempat asalnya.
2. Karsinoma invasive
Kanker yang telah menyebar dan merusak jaringan lainnya, terlokalisir maupun
3.
4.
5.
6.

metastatik.
Karsinoma Duktal
Kanker yang berasal dari Sel-sel yang melapisi saluran yang menuju putting susu.
Karsinoma Lobuler
Kanker yang mulai tumbuh didalam kelenjar susu, biasanya terjadi setelah menopause
Karsinoma Meduler
Kanker ini berasal dari kelenjar susu
Karsinoma Tubuler
Kanker ini berasal dari kelenjar susu

4. Stadium Kanker Payudara


Klasifikasi penyebaran TNM
1. Tumor Primer
Tx : Tumor primer tidak dapat ditemukan
T0 : Tidak ada pukti adanya tumor primer
Tis : Karsinoma insitu, penyakit pagets pada papilla tanpa teraba tumor
T1 : Tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm dan belum menyebar
T2 : Tumor dengan garis tengah 2-5 cm
T3 : Tumor dengan garis tengah lebih dari 5 cm
T4 : Tumor dengan penyebaran lansung ke dinding thoraks ataupun kulit.
T4a : Memfiksasi dinding thoraks
T4b : Udema (seperti peau dorange), ulserasi kulit
T4c : Gabungan dari T4a dan T4b
T4d : Carsinoma Inflammatory

2. Kelenjar limfe regional


Nx : Kelenjar reginal tidak dapat ditentukan
N0 : Tidak teraba kelenjar aksilar
N1 : Teraba kelenjar aksilar homolateral yang tidak melekat
N2 : Teraba kelenjar aksilar homolateral yang melekat satu sama lainnya atau
melekat pada jaringan sekitarnya
N3 : Terdapat kelenjar mamaria interna homolateral
3. Metastase Jauh
Mx : Tidak dapat ditentukan metastase jauh
M0 : Tidak ada metastase jauh
M1 : Terdapat metastase jauh termasuk ke kelenjar supraklavikular
Klasifikasi stadium kanker payudara:
1.
2.
3.
4.
5.

Stadium O
Stadium I
Stadium II
Stadium III
Stadium IV

yaitu T0 N0 M0
yaitu T1 N0 M0
yaitu T2 N1 M0
yaitu T0-2 N2 M0 / T3 N1-2 M0
yaitu Tsemua Nsemua M1

5. Etiologi Kanker Payudara


Sampai saat ini, penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti. Penyebab
kanker payudara termasuk multifaktorial, yaitu banyak faktor yang terkait satu dengan yang
lain. Beberapa faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh besar dalam terjadinya kanker
payudara adalah riwayat keluarga, hormonal, dan faktor lain yang bersifat eksogen
(Soetrisno, 1988).
Bahan-bahan yang termasuk dalam kelompok karsinogen, yaitu :
1. Senyawa kimia, seperti aflatoxin B1, ethionine, saccharin, asbestos, nikel, chrom, arsen,
arang, tarr, asap rokok, dan oral kontrasepsi.
2. Faktor fisik, seperti radiasi matahari, sinar-x, nuklir, dan radionukleide.
3. Virus, seperti RNA virus (fam. retrovirus), DNA virus (papiloma virus, adeno virus, herpes
virus), EB virus.
4. Iritasi kronis dan inflamasi kronis dapat berkembang menjadi kanker.
5. Kelemahan genetic sel-sel pada tubuh, sehingga memudahkan munculnya kanker.

6. Faktor Resiko Kanker Payudara


Faktor risiko
Menurut Moningkey dan Kodim, penyebab spesifik kanker payudara masih belum diketahui,
tetapi terdapat banyak faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya
kanker payudara diantaranya:
1. Faktor reproduksi: Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan risiko
terjadinya kanker payudara adalah nuliparitas, menarche pada umur muda, menopause
pada umur lebih tua, dan kehamilan pertama pada umur tua. Risiko utama kanker
payudara adalah bertambahnya umur. Diperkirakan, periode antara terjadinya haid
pertama dengan umur saat kehamilan pertama merupakan window of initiation
perkembangan kanker payudara. Secara anatomi dan fungsional, payudara akan
mengalami atrofi dengan bertambahnya umur. Kurang dari 25% kanker payudara
terjadi pada masa sebelum menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor
terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan klinis.
2. Penggunaan hormon: Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker
payudara. Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa terdapat
peningkatan kanker payudara yang signifikan pada para pengguna terapi estrogen
replacement. Suatu metaanalisis menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat risiko
kanker payudara pada pengguna kontrasepsi oral, wanita yang menggunakan obat ini
untuk waktu yang lama mempunyai risiko tinggi untuk mengalami kanker payudara
sebelum menopause. Sel-sel yang sensitive terhadap rangsangan hormonal mungkin
mengalami perubahan degenerasi jinak atau menjadi ganas.
3. Penyakit fibrokistik: Pada wanita dengan adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis, tidak
ada peningkatan risiko terjadinya kanker payudara. Pada hiperplasis dan papiloma,
risiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali. Sedangkan pada hiperplasia atipik, risiko
meningkat hingga 5 kali.
4. Obesitas: Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh
dengan kanker payudara pada wanita pasca menopause. Variasi terhadap kekerapan
kanker ini di negara-negara Barat dan bukan Barat serta perubahan kekerapan sesudah
migrasi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh diet terhadap terjadinya keganasan
ini.
5. Konsumsi lemak: Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko terjadinya
kanker payudara. Willet dkk. melakukan studi prospektif selama 8 tahun tentang

konsumsi lemak dan serat dalam hubungannya dengan risiko kanker payudara pada
wanita umur 34 sampai 59 tahun
6. Radiasi: Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas
meningkatkan terjadinya risiko kanker payudara. Dari beberapa penelitian yang
dilakukan disimpulkan bahwa risiko kanker radiasi berhubungan secara linier dengan
dosis dan umur saat terjadinya eksposur.
7. Riwayat keluarga dan faktor genetik: Riwayat keluarga merupakan komponen yang
penting dalam riwayat penderita yang akan dilaksanakan skrining untuk kanker
payudara. Terdapat peningkatan risiko keganasan pada wanita yang keluarganya
menderita kanker payudara. Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara
berhubungan dengan gen tertentu. Apabila terdapat BRCA 1, yaitu suatu gen
kerentanan terhadap kanker payudara, probabilitas untuk terjadi kanker payudara
sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun. Faktor Usia
sangat berpengaruh -> sekitar 60% kanker payudara terjadi di usia 60 tahun. Resiko
terbesar usia 75 tahun.
Faktor Genetik
Kanker peyudara dapat terjadi karena adanya beberapa faktor genetik yang diturunkan dari
orangtua kepada anaknya. Faktor genetik yang dimaksud adalah adanya mutasi pada
beberapa gen yang berperan penting dalam pembentukan kanker payudara gen yang
dimaksud adalah beberapa gen yang bersifat onkogen dan gen yang bersifat mensupresi
tumor.
Gen pensupresi tumor yang berperan penting dalam pembentukan kanker payudara
diantaranya adalah gen BRCA1 dan gen BRCA2.

7. Gejala Kanker Payudara


Gejala klinis
Ada beberapa Gejala secara klinis kanker payudara dapat berupa:
Benjolan pada payudara
Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mula-mula kecil,
semakin lama akan semakin besar, lalu melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada
kulit payudara atau pada puting susu.

Erosi atau eksema puting susu

Kulit atau puting susu tadi menjadi tertarik ke dalam (retraksi), berwarna
merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema hingga kulit kelihatan seperti
kulit jeruk (peau dorange), mengkerut, atau timbul borok (ulkus) pada payudara. Borok itu
semakin lama akan semakin besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh
payudara, sering berbau busuk, dan mudah berdarah. Ciri-ciri lainnya antara lain:
Pendarahan pada puting susu;
Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul apabila tumor sudah besar, sudah timbul
borok, atau bila sudah muncul metastase ke tulang-tulang. Kemudian timbul pembesaran
kelenjar getah bening di ketiak, bengkak (edema) pada lengan, dan penyebaran kanker ke
seluruh tubuh (Handoyo, 1990).
Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria operbilitas
Heagensen sebagai berikut

terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara);

adanya nodul satelit pada kulit payudara;

kanker payudara jenis mastitis karsinimatosa;

terdapat model parasternal;

terdapat nodul supraklavikula;

adanya edema lengan;

adanya metastase jauh;

serta terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasi kulit, edema kulit,
kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah bening aksila berdiameter lebih 2,5
cm, dan kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain.

Keluarnya cairan (Nipple discharge)


Nipple discharge adalah keluarnya cairan dari puting susu secara spontan dan tidak normal.
Cairan yang keluar disebut normal apabila terjadi pada wanita yang hamil, menyusui dan
pemakai pil kontrasepsi. Seorang wanita harus waspada apabila dari puting susu keluar cairan
berdarah cairan encer dengan warna merah atau coklat, keluar sendiri tanpa harus memijit
puting susu, berlangsung terus menerus, hanya pada satu payudara (unilateral), dan cairan
selain air susu.

8. Epidemiologi Kanker Payudara


Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens relatif tinggi, yaitu
20% dari seluruh keganasan (Tjahjadi, 1995). Dari 600.000 kasus kanker payudara baru yang
yang didiagnosis setiap tahunnya, sebanyak 350.000 di antaranya ditemukan di negara maju,
sedangkan 250.000 di negara yang sedang berkembang (Moningkey, 2000). Di Amerika
Serikat, kira-kira 175.000 wanita didiagnosis menderita kanker payudara yang mewakili 32%
dari semua kanker yang menyerang wanita. Bahkan, disebutkan dari 150.000 penderita
kanker payudara yang berobat ke rumah sakit, 44.000 orang di antaranya meninggal setiap
tahunnya (Oemiati, 1999). American Cancer Society memperkirakan kanker payudara di
Amerika akan mencapai 2 juta dan 460.000 di antaranya meninggal antara 1990-2000
(Moningkey, 2000).
Kanker payudara merupakan kanker kedua terbanyak sesudah kanker leher rahim di
Indonesia (Tjindarbumi, 1995). Sejak 1988 sampai 1992, keganasan tersering di Indonesia
tidak banyak berubah. Kanker leher rahim dan kanker payudara tetap menduduki tempat
teratas. Selain jumlah kasus yang banyak, lebih dari 70%penderita kanker payudara
ditemukan pada stadium lanjut (Moningkey, 2000). Data dari Direktorat Jenderal Pelayanan
Medik Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa Case Fatality Rate (CFR) akibat kanker
payudara menurut golongan penyebab penyakit menunjukkan peningkatan dari tahun 19921993, yaitu dari 3,9 menjadi 7,8 (Ambarsari, 1998)
9. Diagnosis Kanker Payudara
Mamografi- Merupakan pemotretan pada payudara dengan alat khusus menggunakan

radiasi ringan sinar-x yang dapat mendeteksi tumor sangat kecil yang tidak teraba oleh
dokter sekalipun. Selain itu, bermanfaat dalam menemukan lesi berukuran sangat kecil,
sampai 2 mm, yang tidak teraba dalam pemeriksaan klinis (biasanya berukuran di bawah 1
cm).

Biopsi
1. Fine-needle aspiration Biopsy- Dokter dapat menggunakan jarum tipis untuk
mengambil sel atau cairan dari benjolan pada payudara
2. Core biopsy- Dokter menggunakan jarum yang lebar untuk mengambil sampel dari
jaringan payudara
3. Skin biopsy- Bila ditemukan perubahan pada kulit payudara, dokter akan mengambil
sedikit sampel dari kulit

4. Surgical biopsy- Ahli bedah akan mengambil contoh jaringan payudara

Pemeriksaan Biomarker pada jaringan payudara - Berupa pemeriksaan penanda


biokimia pada jaringan payudara (yang diperoleh dari hasil biopsi), yang dihasilkan selama
terjadi abnormalitas pada tubuh dapat membantu menetapkan diagnosis kanker payudara.

Pemeriksaan reseptor hormon - Seperti sel sehat lainnya, tumor payudara memerlukan
hormon untuk tumbuh. Tumor ini memiliki reseptor untuk hormon estrogen, progesteron
atau keduanya. Bila hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa tumor payudara memiliki
reseptor tersebut maka terapi hormon adalah pilihan terapi yang paling direkomendasikan.

Pemeriksaan Her2/neu (Human Epidermal Growth Factor Receptor 2) - Protein


Her2/neu ditemukan pada beberapa jenis sel kanker. Pemeriksaan ini menunjukkan apakah
jaringan memiliki protein her2/neu atau kopi gen yang berlebih. Bila tumor payudara
memiliki jumlah her2/neu dalam jumlah berlebih, terapi tertarget (targeted therapy) bias
menjadi salah satu pilihan pengobatan. Untuk mendapatkan hasil membutuhkan waktu
beberapa minggu. Hasil pemeriksaan ini dapat membantu dokter memutuskan pengobatan
yang tepat.
10. Patofisiologi Kanker Payudara
Patogenesis terjadinya kanker payudara juga disebut karsinogenesis ini terus mengalami
perubahan, seiring dengan diketemukannya peralatan untuk menguak pengetahuan tentang
sel. Pada tahun 1950, diketahui bahwa hormon steroid memegang peranan penting untuk
terjadinya kanker payudara. Tahun 1980 mulai terbuka pengetahuan tentang adanya beberapa
onkogen dan gen suprespor, keduanya memegang peranan penting untuk progresi tumor,
adesi antara sel dan faktor pertumbuhan. Abad 20, mulailah diketahui tentang siklus sel serta
perbaikan DNAdan kematian sel (apoptosis) serta regulasinya. Kemudian abad 21 ini mulai
berkembang pengetahuan yang menganalisa secara mendalam kegagalan terapi kanker juga
tentang mekanisme resistensi terhadap kemoterapi, antiestrogen, radiasi dan pengetahuan
tentang proses invasi, angiogenesis, dan metastase.
Pada tahun 1971, Folkam mengetengahkan bahwa pertumbuhan tumor tergantung pada
angiogenesis dimana tumor akan mengaktifkan endothelial sel dalam kondisi dorman untuk
berproliferasi dengan mengeluarkan isyarat kimia. Hypotesis Folkam ini memperlihatkan
bahwa tumor sangat memerlukan angiogenesis untuk dapat tumbuh di atas ukuran 1-2
milimeter . 21 Angiogenesis ini diatur secara ketat, melalui proses tahapan yang rumit dan
hanya pada keadaan tertentu seperti proses penyembuhan luka serta proliferasi sel kanker.

Penghambatan angiogenesis menjadi target terapi yang mempunyai harapan dimasa depan.
Pembelahan sel tumor yang dipacu oleh angiogenic stimulatory peptides akan menyebabkan
tumor menjadi cepat tumbuh serta akan mudah invasi ke jaringan sekitar dan metastase.
Sebaliknya, pembelahan sel tumor yang diberikan inhibitors angiogenesis akan menghambat
pertumbuhan tumor, invasi, dan mencegah metastase.
11. Pengobatan yang dilakukan
Ada beberapa pengobatan kanker payudara secara klinis medis yang penerapannya banyak
tergantung pada stadium klinik penyakit (Tjindarbumi, 1994), yaitu:
Mastektomi
Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. Ada 3 jenis mastektomi (Hirshaut &
Pressman, 1992):

Modified Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara, jaringan


payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan di sekitar
ketiak.

Total (Simple) Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara saja, tetapi
bukan kelenjar di ketiak.

Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara. Biasanya


disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada jaringan yang mengandung sel
kanker, bukan seluruh payudara. Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian
radioterapi. Biasanya lumpectomy direkomendasikan pada pasien yang besar
tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara.

Radiasi
Penyinaran/radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan
menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang masih
tersisa di payudara setelah operasi (Denton, 1996). Efek pengobatan ini tubuh menjadi
lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan
leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi.
Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker atau sitokina dalam bentuk pil
cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker melalui mekanisme
kemotaksis. Tidak hanya sel kanker pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh (Denton,
1996). Efek dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok
karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi.

Kemoterapi yang biasa digunakan pada kanker payudara bersifat paliatif, terapi
kombinasi yang biasa digunakan:
1. AC, terdiri dari :
a. Adriamycin : 40 mg/m2 IV hari ke-1
b. Cyclophosphamide : 600 mg/m2 IV hari ke-1
c. Lama siklusnya adalah 21 hari
d. Respon 60-70% (Complex Remission (CR) + Parsial Remision (PR))
2. CAF, terdiri dari :
a. Cyclophosphamide : 100 mg/m2 per oral, hari 1 s/d 14
b. Adriamycin : 50 mg/m2 IV hari 1 dan 8
c. 5 Fluourasil : 500 mg/m2 IV hari 1 dan 8
d. Lama siklusnya adalah 28 hari
e. Respon 82 % (CR+PR)
3. CMF, terdiri dari
a. Cyclophosphamide : 100 mg/m2 per oral, hari 1 s/d 14
b. Methotrexate : 40 mg/m2 IV hari ke 1 dan 8
c. 5 Fluourasil : 500 mg/m2 IV hari 1 dan 6
d. Lama siklusnya adalah 26 hari
e. Respon 53 % (CR+PR)
Lintasan metabolisme
Asam bifosfonat merupakan senyawa penghambat aktivitas osteoklas dan resorpsi tulang
yang sering digunakan untuk melawan osteoporosis yang diinduksi oleh ovarian suppression,
hiperkalsemia dan kelainan metabolisme tulang, menunjukkan efektivitas untuk menurunkan
metastasis sel kanker payudara menuju tulang.[17] Walaupun pada umumnya asupan asam
bifosfonat dapat ditoleransi tubuh, penggunaan dalam jangka panjang dapat menimbulkan
efek samping seperti osteonekrosis dan turunnya fungsi ginjal.
CT dapat menginduksi sel kanker payudara untuk memproduksi cAMP dan menghambat
perkembangan sel kanker.[19] Molekul cAMP tersebut terbentuk dari ekspresi pencerap CT
yang terhubung adenylate cyclase oleh paling tidak satu buah guanine nucleotide-binding
protein. Respon cAMP terhadap CT dapat menurun ketika sel terinkubasi senyawa mitogenik
berupa 17 beta-estradiol dan EGF; dan meningkat seiring inkubasi senyawa penghambat
pertumbuhan seperti tamoxifen dan 1,25(OH)2D3; serta oligonukleotida dan proto-onkogen

c-myc. Namun penggunaan tamoxifen meningkatkan risiko terjadi polip endometrial,


hiperplasia dan kanker, melalui mekanisme adrenomedulin.
Respon berupa produksi cAMP yang kuat, tidak ditemukan pada senyawa selain CT.
Senyawa efektor adenylate cyclase seperti forskolin dan senyawa beta-adrenergic receptor
agonist seperti isoproterenol hanya menghasilkan sedikit produksi cAMP.
Pada sel MDA-MB-231, CT akan menginduksi fosforilasi c-Raf pada serina posisi ke 259
melalui lintasan protein kinase A dan menyebabkan terhambatnya fosforilasi ERK1/2 yang
diperlukan bagi kelangsungan hidup sel MDA-MB-231,[21] dan menghambat ekspresi mRNA
uPA yang diperlukan sel MDA-MB-231 untuk invasi dan metastasis. Walaupun demikian
kalsitonin tidak mempunyai efek yang signifan untuk menghambat proliferasi sel MCF-7.
Apoptosis sel MDA-MB-231 juga diinduksi oleh asam lipoat yang menghambat fosforilasi
Akt dan mRNA AKT, aktivitas Bcl-2 dan protein Bax, MMP-9 dan MMP-2, serta
meningkatkan aktivitas kaspase-3.
12. Strategi Pencegahan
Pada prinsipnya, strategi pencegahan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu
pencegahan pada lingkungan, pada pejamu, dan milestone. Hampir setiap epidemiolog
sepakat bahwa pencegahan yang paling efektif bagi kejadian penyakit tidak menular adalah
promosi kesehatan dan deteksi dini. Begitu pula pada kanker payudara, pencegahan yang
dilakukan antara lain berupa:
Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan
karena dilakukan pada orang yang sehat melalui upaya menghindarkan diri dari
keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup sehat. Pencagahan
primer ini juga bisa berupa pemeriksaan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) yang
dilakukan secara rutin sehingga bisa memperkecil faktor risiko terkena kanker payudara.
- Pemeriksaan payudara sendiri

Amati !

Lakukan pemeriksaan dengan berdiri di depan kaca, lengan terletak di samping badan.
Perhatikan bentuk dan ukuran payudara. Jika ukuran satu dengan yang lainnya tidak sama,
hal itu adalah hal yang normal.
Kemudian, perhatikan juga bentuk putting dan warna kulit. Lakukan hal yang sama dengan
posisi tangan yang berbeda-beda (kedua tangan diangkat, tangan diletakkan di pinggang, atau

badan sedikit membungkuk). Lakukan hal ini waktu mandi atau sedang bercermin sehingga
Anda dapat mengenali bentuk payudara Anda.

Rasakan !

Berbaring dengan bantal di bawah pundak kiri. Letakkan tangan kanan di belakang kepala
membentuk sudut 90 derajat. Gunakan 3 jari tangan kiri Anda untuk merasakan benjolan atau
penebalan kulit pada payudara. Tekan dengan baik payudara Anda. Pelajari bagaimana rasa
payudara Anda pada biasanya.
Langkah ini memastikan Anda telah menjelajahi seluruh area dan membantu Anda
mengingatkan bagaimana keadaan payudara Anda. Bila merasa ada perubahan, segera
hubungi dokter.
Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena kanker
payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid normal merupakan populasi at
risk dari kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini.
Beberapa metode deteksi dini terus mengalami perkembangan. Skrining melalui mammografi
diklaim memiliki akurasi 90% dari semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan
terus-menerus pada mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu faktor risiko
terjadinya kanker payudara. Karena itu, skrining dengan mammografi tetap dapat
dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara lai

Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk
assessement survey.

Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk dilakukan mammografi
setiap tahu.

Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai usia
50 tahun.

Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara lebih sedikit pada
wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) dibandingkan
yang tidak. Walaupun sensitivitas SADARI untuk mendeteksi kanker payudara hanya 26%,
bila dikombinasikan dengan mammografi maka sensitivitas mendeteksi secara dini menjadi
75%
Pencegahan tertier

Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita kanker
payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya akan
dapat mengurangi kecatatan dan memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan tertier
ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit
dan meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak
berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah jauh
bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika. Pada stadium tertentu,
pengobatan yang diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan untuk mencari
pengobatan alternatif.
13. Pengobatan dan Pencegahan dengan Herbal
Pengobatan maupun pencegahan selain secara medis klinis, juga dilakukan dengan alternatif
dengan menggunakan herbal kapsul daun sirsak.
Pengobatan
Minum kapsul daun sirsak 3 butir sekali minum pada pagi, siang, sore (3 kali) selama 3
minggu.
Pencegahan
Minum kapsul daun sirsak 3 butir pil sekali minum, sehari cukup sekali saja. Sebaiknya
diminum sore hari atau menjelang tidur.

14. Dampak yang ditimbulkan oleh Kanker Payudara


Jika tidak cepat diatasi, kanker ini akan menyebar ke bagian tubuh lain.
15. Prognosis Kanker Payudara
Kelangsungan hidup pasien kanker payudara dipengaruhi oleh banyak hal seperti
karakteristik tumor, status kesehatan, factor genetik, level stress, imunitas, keinginan untuk
hidup, dan lain-lain. Stadium klinis dari kanker payudara merupakan indikator terbaik untuk
menentukan prognosis penyakit ini. Harapan hidup pasien kanker payudara dalam lima tahun
digambarkan dalam five-year survivak rate (Imaginis, 2009).

Stadium klinis dari kanker payudara merupakan indicator terbaik untuk menentukan
prognosis penyakit ini. Angka kelangsungan hidup 5 tahun pada penderita kanker payudara
yang telah mengalami pengobatan sesuai mendekati:
-

95 % untuk stadium 0

88 % untuk stadium I ( kecil, terbatas pada mamma)

66 % untuk stadium II (tumor lebih besar, kelenjar terhinggapi tetapi bebas dari

sekitarnya)
-

36 % untuk stadium III (kanker lanjut dan penyebaran ke kelenjar lanjut, tetapi

semuanya terbatas dilokoregional)


-

10 % untuk stadium IV (tersebar diluar lokoregional)

Referensi
Digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-13440-Paper.pdf
Perez EA. Current Management of Metastatic Breast Cancer. Seminars in Oncology 1999;
21(Suppl.7):1924.
WHO 2003 (http://www.who.int/mediacentre/releases/2003/pr27/en/)
http://www.artikelkedokteran.com/1330/camamma.html diakses tanggal 3 Oktober 2013

Anda mungkin juga menyukai