Breast Cancer Febrina
Breast Cancer Febrina
Disusun oleh :
Raden Roro Yuke R F
Nabila Rizky K
Joang Mahendra
Devi Oktaviani
Annisa Savitri
25010111130230
25010111110252
25010111140259
25010111140269
25010111140290
Kelas D 2011
Menurut WHO 8-9% wanita akan mengalami kanker payudara dalam hidupnya. Ini
menjadikan kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita
dan kanker tersering nomor dua di dunia. Setiap tahun lebih dari 580,000 kasus baru kanker
payudara terdiagnosa di berbagai negara berkembang dan kurang lebih 372,000 pasien
meninggal karena penyakit ini. Masih menurut WHO, diperkirakan lebih dari 1 juta wanita
terdiagnosis kanker payudara di seluruh dunia tahun ini. Setelah menjalani perawatan, sekitar
50% pasien mengalami kanker payudara metastatik dan hanya bertahan hidup 18 30 bulan.
The America cancer society mencatat lebih dari 193.700 kasus baru dari kanker payudara
(31% dari total kanker) yang telah didiagnosis pada tahun 2001 di Amerika Serikat. Kanker
payudara menduduki tempat kedua setelah karsinoma serviks uteri terbanyak di Indonesia.
Kanker payudara jarang ditemukan pada wanita usia dibawah 20 tahun. Angka tertinggi
terdapat pada usia 45-66 tahun. Insidens karsinoma mamma pada laki-laki hanya 1% dari
kejadian pada wanita.
2. Pengertian Kanker Payudara
Kanker payudara (Carcinoma mammae) dalam bahasa inggrisnya disebut breast cancer
merupakan kanker pada jaringan payudara. Kanker ini paling umum menyerang wanita,
walaupun laki-laki juga punya potensi terkena akan tetapi kemungkinan sangat kecil dengan
perbandingan 1 diantara 1000.
Kanker ini terjadi karena pada kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak
terkendali, atau kanker payudara sering didefinisikan sebagai suatu penyakit neoplasma yang
ganas yang berasal dari parenchyma.
Penyakit ini diklasifikasikan Health Organization (WHO) dimasukkan ke dalam urutan 17.
Fase
Penyebaran penyakit ini sering disebut dengan isntilah Transformasi,
sebagai fase
pertumbuhan penyakit, yaitu terdiri dari fase inisiasi dan fase Promosi, dan fase metastasis
Fase inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel
menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang
disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar
matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen.
Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih
rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel
menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
Progesteron, sebuah hormon yang menginduksi ductal side-branching pada kelenjar payudara
dan lobualveologenesis pada sel epitelial payudara, diperkirakan berperan sebagai aktivator
lintasan tumorigenesis pada sel payudara yang diinduksi oleh karsinogen. Progestin akan
menginduksi transkripsi regulator siklus sel berupa siklin D1 untuk disekresi sel epitelial.
Sekresi dapat ditingkatkan sekitar 5 hingga 7 kali lipat dengan stimulasi hormon estrogen,
oleh karena estrogen merupakan hormon yang mengaktivasi ekspresi pencerap progesteron
pada sel epithelial. Selain itu, progesteron juga menginduksi sekresi kalsitonin sel luminal
dan morfogenesis kelenjar
Fase promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas. Sel
yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi. Karena itu
diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan
suatu karsinogen).
Fase metastasis
Metastasis menuju ke tulang merupakan hal yang kerap terjadi pada kanker payudara,
beberapa diantaranya disertai komplikasi lain seperti simtoma hiperkalsemia, pathological
fractures atau spinal cord compression. Metastasis demikian bersifat osteolitik, yang berarti
bahwa osteoklas hasil induksi sel kanker merupakan mediator osteolisis dan mempengaruhi
diferensiasi dan aktivitas osteoblas serta osteoklas lain hingga meningkatkan resorpsi tulang.
Tulang merupakan jaringan unik yang terbuat dari matriks protein yang mengandung kalsium
dengan kristal hydroxyappatite sehingga mekanisme yang biasa digunakan oleh sel kanker
untuk membuat ruang pada matriks ekstraselular dengan penggunaan enzim metaloproteinase
matriks tidaklah efektif. Oleh sebab itu, resorpsi tulang yang memungkinkan invasi
neoplastik terjadi akibat interaksi antara sel kanker payudara dengan sel endotelial yang
dimediasi oleh ekspresi VEGF. VEGF merupakan mitogen angiogenik positif yang bereaksi
dengan sel endotelial. Tanpa faktor angiogenik negatif seperti angiostatin, sel endotelial yang
berinteraksi dengan VEGF sel kanker melalui pencerap VEGFR-1 dan VEGFR-2, akan
meluruhkan matriks ekstraselular, bermigrasi dan membentuk tubulus.
3. Klasifikasi Kanker Payudara
Berdasarkan WHO Histological Classification of breast tumor, kanker payudara diklasifikasi
menjadi:
metastatik.
Karsinoma Duktal
Kanker yang berasal dari Sel-sel yang melapisi saluran yang menuju putting susu.
Karsinoma Lobuler
Kanker yang mulai tumbuh didalam kelenjar susu, biasanya terjadi setelah menopause
Karsinoma Meduler
Kanker ini berasal dari kelenjar susu
Karsinoma Tubuler
Kanker ini berasal dari kelenjar susu
Stadium O
Stadium I
Stadium II
Stadium III
Stadium IV
yaitu T0 N0 M0
yaitu T1 N0 M0
yaitu T2 N1 M0
yaitu T0-2 N2 M0 / T3 N1-2 M0
yaitu Tsemua Nsemua M1
konsumsi lemak dan serat dalam hubungannya dengan risiko kanker payudara pada
wanita umur 34 sampai 59 tahun
6. Radiasi: Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas
meningkatkan terjadinya risiko kanker payudara. Dari beberapa penelitian yang
dilakukan disimpulkan bahwa risiko kanker radiasi berhubungan secara linier dengan
dosis dan umur saat terjadinya eksposur.
7. Riwayat keluarga dan faktor genetik: Riwayat keluarga merupakan komponen yang
penting dalam riwayat penderita yang akan dilaksanakan skrining untuk kanker
payudara. Terdapat peningkatan risiko keganasan pada wanita yang keluarganya
menderita kanker payudara. Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara
berhubungan dengan gen tertentu. Apabila terdapat BRCA 1, yaitu suatu gen
kerentanan terhadap kanker payudara, probabilitas untuk terjadi kanker payudara
sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun. Faktor Usia
sangat berpengaruh -> sekitar 60% kanker payudara terjadi di usia 60 tahun. Resiko
terbesar usia 75 tahun.
Faktor Genetik
Kanker peyudara dapat terjadi karena adanya beberapa faktor genetik yang diturunkan dari
orangtua kepada anaknya. Faktor genetik yang dimaksud adalah adanya mutasi pada
beberapa gen yang berperan penting dalam pembentukan kanker payudara gen yang
dimaksud adalah beberapa gen yang bersifat onkogen dan gen yang bersifat mensupresi
tumor.
Gen pensupresi tumor yang berperan penting dalam pembentukan kanker payudara
diantaranya adalah gen BRCA1 dan gen BRCA2.
Kulit atau puting susu tadi menjadi tertarik ke dalam (retraksi), berwarna
merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema hingga kulit kelihatan seperti
kulit jeruk (peau dorange), mengkerut, atau timbul borok (ulkus) pada payudara. Borok itu
semakin lama akan semakin besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh
payudara, sering berbau busuk, dan mudah berdarah. Ciri-ciri lainnya antara lain:
Pendarahan pada puting susu;
Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul apabila tumor sudah besar, sudah timbul
borok, atau bila sudah muncul metastase ke tulang-tulang. Kemudian timbul pembesaran
kelenjar getah bening di ketiak, bengkak (edema) pada lengan, dan penyebaran kanker ke
seluruh tubuh (Handoyo, 1990).
Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria operbilitas
Heagensen sebagai berikut
terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara);
serta terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasi kulit, edema kulit,
kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah bening aksila berdiameter lebih 2,5
cm, dan kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain.
radiasi ringan sinar-x yang dapat mendeteksi tumor sangat kecil yang tidak teraba oleh
dokter sekalipun. Selain itu, bermanfaat dalam menemukan lesi berukuran sangat kecil,
sampai 2 mm, yang tidak teraba dalam pemeriksaan klinis (biasanya berukuran di bawah 1
cm).
Biopsi
1. Fine-needle aspiration Biopsy- Dokter dapat menggunakan jarum tipis untuk
mengambil sel atau cairan dari benjolan pada payudara
2. Core biopsy- Dokter menggunakan jarum yang lebar untuk mengambil sampel dari
jaringan payudara
3. Skin biopsy- Bila ditemukan perubahan pada kulit payudara, dokter akan mengambil
sedikit sampel dari kulit
Pemeriksaan reseptor hormon - Seperti sel sehat lainnya, tumor payudara memerlukan
hormon untuk tumbuh. Tumor ini memiliki reseptor untuk hormon estrogen, progesteron
atau keduanya. Bila hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa tumor payudara memiliki
reseptor tersebut maka terapi hormon adalah pilihan terapi yang paling direkomendasikan.
Penghambatan angiogenesis menjadi target terapi yang mempunyai harapan dimasa depan.
Pembelahan sel tumor yang dipacu oleh angiogenic stimulatory peptides akan menyebabkan
tumor menjadi cepat tumbuh serta akan mudah invasi ke jaringan sekitar dan metastase.
Sebaliknya, pembelahan sel tumor yang diberikan inhibitors angiogenesis akan menghambat
pertumbuhan tumor, invasi, dan mencegah metastase.
11. Pengobatan yang dilakukan
Ada beberapa pengobatan kanker payudara secara klinis medis yang penerapannya banyak
tergantung pada stadium klinik penyakit (Tjindarbumi, 1994), yaitu:
Mastektomi
Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. Ada 3 jenis mastektomi (Hirshaut &
Pressman, 1992):
Total (Simple) Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara saja, tetapi
bukan kelenjar di ketiak.
Radiasi
Penyinaran/radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan
menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang masih
tersisa di payudara setelah operasi (Denton, 1996). Efek pengobatan ini tubuh menjadi
lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan
leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi.
Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker atau sitokina dalam bentuk pil
cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker melalui mekanisme
kemotaksis. Tidak hanya sel kanker pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh (Denton,
1996). Efek dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok
karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi.
Kemoterapi yang biasa digunakan pada kanker payudara bersifat paliatif, terapi
kombinasi yang biasa digunakan:
1. AC, terdiri dari :
a. Adriamycin : 40 mg/m2 IV hari ke-1
b. Cyclophosphamide : 600 mg/m2 IV hari ke-1
c. Lama siklusnya adalah 21 hari
d. Respon 60-70% (Complex Remission (CR) + Parsial Remision (PR))
2. CAF, terdiri dari :
a. Cyclophosphamide : 100 mg/m2 per oral, hari 1 s/d 14
b. Adriamycin : 50 mg/m2 IV hari 1 dan 8
c. 5 Fluourasil : 500 mg/m2 IV hari 1 dan 8
d. Lama siklusnya adalah 28 hari
e. Respon 82 % (CR+PR)
3. CMF, terdiri dari
a. Cyclophosphamide : 100 mg/m2 per oral, hari 1 s/d 14
b. Methotrexate : 40 mg/m2 IV hari ke 1 dan 8
c. 5 Fluourasil : 500 mg/m2 IV hari 1 dan 6
d. Lama siklusnya adalah 26 hari
e. Respon 53 % (CR+PR)
Lintasan metabolisme
Asam bifosfonat merupakan senyawa penghambat aktivitas osteoklas dan resorpsi tulang
yang sering digunakan untuk melawan osteoporosis yang diinduksi oleh ovarian suppression,
hiperkalsemia dan kelainan metabolisme tulang, menunjukkan efektivitas untuk menurunkan
metastasis sel kanker payudara menuju tulang.[17] Walaupun pada umumnya asupan asam
bifosfonat dapat ditoleransi tubuh, penggunaan dalam jangka panjang dapat menimbulkan
efek samping seperti osteonekrosis dan turunnya fungsi ginjal.
CT dapat menginduksi sel kanker payudara untuk memproduksi cAMP dan menghambat
perkembangan sel kanker.[19] Molekul cAMP tersebut terbentuk dari ekspresi pencerap CT
yang terhubung adenylate cyclase oleh paling tidak satu buah guanine nucleotide-binding
protein. Respon cAMP terhadap CT dapat menurun ketika sel terinkubasi senyawa mitogenik
berupa 17 beta-estradiol dan EGF; dan meningkat seiring inkubasi senyawa penghambat
pertumbuhan seperti tamoxifen dan 1,25(OH)2D3; serta oligonukleotida dan proto-onkogen
Amati !
Lakukan pemeriksaan dengan berdiri di depan kaca, lengan terletak di samping badan.
Perhatikan bentuk dan ukuran payudara. Jika ukuran satu dengan yang lainnya tidak sama,
hal itu adalah hal yang normal.
Kemudian, perhatikan juga bentuk putting dan warna kulit. Lakukan hal yang sama dengan
posisi tangan yang berbeda-beda (kedua tangan diangkat, tangan diletakkan di pinggang, atau
badan sedikit membungkuk). Lakukan hal ini waktu mandi atau sedang bercermin sehingga
Anda dapat mengenali bentuk payudara Anda.
Rasakan !
Berbaring dengan bantal di bawah pundak kiri. Letakkan tangan kanan di belakang kepala
membentuk sudut 90 derajat. Gunakan 3 jari tangan kiri Anda untuk merasakan benjolan atau
penebalan kulit pada payudara. Tekan dengan baik payudara Anda. Pelajari bagaimana rasa
payudara Anda pada biasanya.
Langkah ini memastikan Anda telah menjelajahi seluruh area dan membantu Anda
mengingatkan bagaimana keadaan payudara Anda. Bila merasa ada perubahan, segera
hubungi dokter.
Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena kanker
payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid normal merupakan populasi at
risk dari kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini.
Beberapa metode deteksi dini terus mengalami perkembangan. Skrining melalui mammografi
diklaim memiliki akurasi 90% dari semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan
terus-menerus pada mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu faktor risiko
terjadinya kanker payudara. Karena itu, skrining dengan mammografi tetap dapat
dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara lai
Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk
assessement survey.
Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk dilakukan mammografi
setiap tahu.
Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai usia
50 tahun.
Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara lebih sedikit pada
wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) dibandingkan
yang tidak. Walaupun sensitivitas SADARI untuk mendeteksi kanker payudara hanya 26%,
bila dikombinasikan dengan mammografi maka sensitivitas mendeteksi secara dini menjadi
75%
Pencegahan tertier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita kanker
payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya akan
dapat mengurangi kecatatan dan memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan tertier
ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit
dan meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak
berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah jauh
bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika. Pada stadium tertentu,
pengobatan yang diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan untuk mencari
pengobatan alternatif.
13. Pengobatan dan Pencegahan dengan Herbal
Pengobatan maupun pencegahan selain secara medis klinis, juga dilakukan dengan alternatif
dengan menggunakan herbal kapsul daun sirsak.
Pengobatan
Minum kapsul daun sirsak 3 butir sekali minum pada pagi, siang, sore (3 kali) selama 3
minggu.
Pencegahan
Minum kapsul daun sirsak 3 butir pil sekali minum, sehari cukup sekali saja. Sebaiknya
diminum sore hari atau menjelang tidur.
Stadium klinis dari kanker payudara merupakan indicator terbaik untuk menentukan
prognosis penyakit ini. Angka kelangsungan hidup 5 tahun pada penderita kanker payudara
yang telah mengalami pengobatan sesuai mendekati:
-
95 % untuk stadium 0
66 % untuk stadium II (tumor lebih besar, kelenjar terhinggapi tetapi bebas dari
sekitarnya)
-
36 % untuk stadium III (kanker lanjut dan penyebaran ke kelenjar lanjut, tetapi
Referensi
Digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-13440-Paper.pdf
Perez EA. Current Management of Metastatic Breast Cancer. Seminars in Oncology 1999;
21(Suppl.7):1924.
WHO 2003 (http://www.who.int/mediacentre/releases/2003/pr27/en/)
http://www.artikelkedokteran.com/1330/camamma.html diakses tanggal 3 Oktober 2013