Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN
Diperkirakan sekitar 4-5% kehamilan mengalami komplikasi berupa
perdarahan pervaginam pada trimester ketiga kehamilan. Perdarahan dapat
bervariasi dari bercak perdarahan hingga perdarahan yang dapat mengancam
nyawa. Bercak perdarahan lebih sering terjadi dibandingkan dengan perdarahan
berat, namun perdarahan berat merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas maternal dan fetal. Dua penyebab tersering perdarahan yang signifikan
adalah placenta previa (merupakan keadaan plasenta yang terletak berdekatan
dengan ostium cervical) dan abruption placenta (separasi prematur dari plasenta).
(Beckman, 2010)
Dalam bahasa latin, previa berarti medahului dan dalam hal ini, plasenta
terletak di dekat ostium serviks, mendahului fetus dan dapat menghalangi jalan
lahir. Dalam ilmu obstetric, plasenta previa merupakan keadaan plasenta yang
terletak di segmen bawah uterus, dan dapat menutupi keseluruhan atau hanya
terletak di tepi ostium cervical interna. Terkadang terminologi placenta previa
dapat membingungkan, karena hubungan anatomis ini tidak dapat selalu
didefinisikan secara pasti, dank arena terjadinya perubahan yang terus terjadi
selama kehamilan (Cunningham, 2014)
Placenta previa dapat memiliki konsekuensi serius terhadap ibu dan bayi,
termasuk peningkatan resiko mortalitas maternal dan neonatal, fetal growth
restriction dan kelahiran premature, perdarahan antenatal dan intrapartum, dan
wanita yang mengalami plasenta previa mungkin memerlukan tranfusi darah, atau
bahkan memerlukan tindakan seperti histerektomi emergensi. (Ipek Gurol-Uganci,
2011)
Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang terfokus namun komprehensif dalam
menilai perdarahan obstetri ketika pasien dalam keadaan stabil dan detak jantung
janin dalam keadaan normal. Hal yang juga penting adalah menilai kuantitas
perdarahan dan gejala yang menyertai seperti nyeri perut. Riwayat perdarahan

akibat suatu prosedur pada pasien atau pada keluarga dapat mengarahkan
diagnosis pada gangguan pembekuan darah. Adanya riawayat displasia serviks
dan tidak adanya pemeriksaan pap sebelumnya harus dicurigai adanya kanker
serviks. Penting juga untuk mengetahui sumber perdarahan apakah berasal dari
hemoroid atau gangguan urinarius. Pemeriksaan fisik harus selalu dimulai dengan
pemeriksaan tanda vital. Pemeriksaan detak jantung janin mesti dilakukan baik
dengan menggunakan doppler atau dengan monitoring fetal eletronik.
Pemeriksaan umum pada sistem respirasi dan jantung juga dilakukan pada semua
pasien. Akses intravenosus harus dilakukan pada perdarahan yang berat, darah
yang keluar signifikan atau pada pasien yang tidak stabil. Inspeksi untuk mencari
petekia atau perdarahan dapat mengindikasikan adanya gangguan pembekuan
darah. Perhatian harus diberikan pada abdomen dan pelvis. Inspeksi yang hati-hati
pada vulva dapat diikuti dengan pemeriksaan spekulum pada vagina dan serviks.
(Beckman, 2010)
Perdarahan yang signifikan memerlukan penanganan yang langsung, termasuk
monitoring tanda-tanda vital dan pemberian cairan fisiologis. Pemeriksaan darah
lengkap, fungsi koagulasi dan pemeriksaan golongan darah juga perlu dilakukan.
Pasien dengan rhesus negatif memerlukan imunoglobulin untuk perlindungan
terhadap antigen rhesus dan Kleihauer-Betke test atau tes lain untuk menentukan
perdarahan feto-maternal. Tes ini dilakukan untuk mengetahui jumlah
imunoglobin yang diperlukan ketika perdarahan telah terkontrol. Semua tenaga
kesehatan harus bersiap untuk persalinan atau operasi Caesar. Pemeriksaan
ultrasonografi dapat dilakukan untuk mengetahui lokasi plasenta dan kondisi
janin. (Beckman, 2010)

Anda mungkin juga menyukai