TUGAS AKHIR
oleh :
Anggit Yuliartono M
12 – 2005 – 072
TUGAS AKHIR
Disahkan Oleh :
i
Abstrak
Pada saat ini perkembangan motor bakar menuju ke arah motor bakar yang
ramah lingkungan dan menekankan pada pemakaian biaya yang lebih rendah.
Hal ini disebabkan karena semakin menipisnya persediaan bahan bakar fosil
yang tersedia di dunia.
Untuk mendapatkan hasil tersebut digunakan motor bakar berupa motor stirling.
Motor stirling adalah salah satu jenis motor bakar dimana pembakarannya
terjadi di luar.
Pada akhirnya prototype motor stirling yang dibuat tidak dapat beroperasi.
Prototype motor stirling tersebut tidak dapat beroperasi dikarenakan beberapa
hal, salah satu penyebabnya adalah adanya kebocoran.
Abstract
Based on that analysis, purpose of this research is to develop heat engine that
could use low cost fuel and relatively non pollution, it mean is low emission. The
fuel is used for heat source that shall converted by a heat engine into a mechanic
energy. The form of mechanic energy is a translation movement by a piston and
continued to a rotational movement by a crankshaft.
Stirling engine is one kind of heat engine that used to get these result. Oxidation
on stirling engine is happened outside the cylinder chamber, so that, stirling
engine called external combustion engine.
Stirling engine that built can not working. Stirling engine prototype can’t working
because of several things, one of those is leaking that happened on that engine.
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga laporan tugas akhir ini dapat
diselesaikan. Adapun judul dari Laporan tugas akhir adaah “PERANCANGAN
TERMODINAMIKA DAN PENGUJIAN PROTOTYPE STIRLING ENGINE
TIPE ALPHA (α) DENGAN KONVIGURASI V-90”.
Laporan tugas elemen mesin ini merupakan persyaratan dalam menempuh
ujian sarjana strata satu di jurusan Teknik Mesin Itenas, Bandung. Dalam
penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah
memberi bantuan dan bimbingannya. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
penulis secara khusus mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu, Ayah dan adik-adik yang selalu memberi kasih sayang, dukungan dan
dorongannya, baik secara moral maupun materil serta doa sehingga tugas
akhir ini dapat diselesaikan.
2. Bapak Muh. Ridwan, S.T, M.T yang telah banyak memberi saran,
masukan, bimbingan dan motifasi selama melaksanakan tugas akhir.
3. Bapak Liman H, S.T. yang telah banyak memberi saran, masukan,
bimbingan dan motifasi selama melaksanakan tugas akhir.
4. Bapak M. Yuhan, M.T dan Bapak Encu S, M.T selaku dosen wali dan
kepala Jurusan Teknik Mesin Itenas, Bandung.
5. Bapak Oman selaku laboran Lab. CNC, Bapak Idan selaku laboran Lab.
Teknik Produksi, Bapak Nino dan Ari selaku operator mesin MCV-300
yang telah membantu dalam pembuatan beberapa komponen dalam tugas
akhir ini.
6. Bapak Memed, selaku laboran Lab. Konversi Energi dan seluruh rekan-
rekan assisten Lab. Konversi Energi yang telah banyak memberi bantuan
pada saat pengujian dilakukan di laboratorium Konversi energi.
7. Seluruh staf pengajar, tata usaha dan pelaksana di jurusan teknik mesin
Itenas, Bandung yang telah memberi bantuannya.
8. Seluruh rekan-rekan assisten Lab. Konstruksi.
iv
9. Partner Dito Prayudi, S.T yang telah banyak berbagi ilmu selama tugas
akhir.
10. Rekan-rekan, khususnya Wedha A, Asep S dan Whisnu W yang telah
banyak membantu serta seluruh mahasiswa mesin angkatan 2005.
11. Seluruh rekan-rekan anggota HMM Itenas, Bandung.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat terbuka atas saran dan kritik yang
membangun demi kemajuan penulisan laporan berikutnya. Akhirnya, penulis
berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
v
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan i
Abstrak ii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi vi
Daftar Gambar x
Daftar Tabel xii
Bab I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan Perancangan dan Pengujian 2
1.3. Ruang Lingkup Kajian 3
1.4. Metodologi Perancangan dan Pengujian 4
1.5. Sistematika Penulisan 5
vi
2.5.1. Berdasarkan Penggunaannya 26
2.5.2. Berdasarkan Konfigurasi Mekaniknya 27
2.6. Karakteristik Motor Stirling 29
2.6.1. Beberapa Keuntungan Dari Motor Stirling. 29
2.6.2. Beberapa Kelemahan Dari Motor Stirling 30
2.7. Pendekatan Termodinamika Motor stirling 30
2.7.1. Asumsi-asumsi Pada Teori Schmidt 31
2.7.2. Persamaan-persamaan Yang Digunakan Pada Perancangan Mesin
Stirling Tipe Alpha (α) Menurut Teori Schimdt 34
2.8. Perencanaan Sirip 39
2.9. Material Untuk Silinder Panas dan Dingin 41
vii
4.1. Prosedur Pengujian 66
4.1.1. Prosedur Untuk Melakukan Pengujian 66
4.1.2. Pengamatan Pada Pengujian 68
4.1.3. Langkah Pemecahan 69
4.2. Modifikasi Yang Dilakukan 69
4.3. Pengujian Dan Permasalahan 70
4.3.1. Pengujian Dan Prosedur Penentuan Masalah 70
4.3.2. Tahapan Pengujian Yang Dilakukan 72
4.3.2.1. Pengujian I 72
4.3.2.2. Pengujian II 73
4.3.2.3. Pengujian III 75
4.3.2.4. Pengujian IV 75
4.3.2.5. Pengujian V 76
4.3.2.6. Pengujian VI 77
4.3.2.7. Pengujian VII 78
4.3.2.8. Pengujian VIII 79
4.3.2.9. Pengujian IX 80
4.4. Pengukuran Parameter-Parameter Termodinamika 83
viii
5.7. Efisiensi Thermal Yang Dihasilkan (ηt) 95
5.8. Diagram P-V Hasil Pengujian Motor Stirling 95
Bab VI ANALISIS 97
6.1. Analisis Secara Umum 97
6.2. Analisis Perancangan Termodinamika 97
6.3. Analisis Dari Rangkaian Percobaan yang Dilakukan 98
ix
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 2.1 : Proyek Solar Energy dari Solar Array sited di gurun Mojave,
3. Gambar 2.3 Siklis Stirling Ideal dalam Diagram P‐v and dan diagram T‐s 12
5. Gambar 2.5 udara dalam keadaan tekanan atmosfer (a), dipanaskan (b) dan
didinginkan (c) 20
9. Gambar 2.9 grafik sudut engkol VS volume dan sudut engkol VS tekanan 23
x
18. Gambar 3.1 Skema Mesin Stirling Tipe Alpha (a) dan (b), dengan
konfigurasi V (a) 44
23. Gambar 3.4 Konstruksi sirip dan distribusi temperatur pada sirip 62
24. Gambar 4.1 Konfigurasi Motor Stirling (A) Dan Burner Lpg(B) 66
xi
DAFTAR TABEL
xii
BAB I
PENDAHULUAN
sulit untuk diikuti oleh para ahli Indonesia. Kekurangan tenaga ahli,
adalah sebagian dari masalah utama yang sering ditunjuk sebagai penghalang
dalam hal pendanaan riset, maka ide-ide tersebut akhirnya tidak dapat
Dengan adanya masalah tersebut di atas, maka dalam Tugas Akhir ini
dirancang, dibuat dan diuji sebuah prototype Motor Stirling yang merupakan
Stirling adalah mesin kalor yang mengambil kalor dari luar silinder
akan bisa menggerakkan motor stirling ini. Motor ini merupakan salah satu
mesin kalor dengan emisi terbersih. Motor stirling juga merupakan motor
menunjukkan bahwa efisiensi thermal mesin ini sama dengan efisiensi siklus
diproduksi untuk tujuan komersial. Alasan utama mengapa mesin ini tidak di-
dengan mesin yang menggunakan motor bakar pembakaran dalam dari segi
di dalamnya terdapat proses dua temperatur konstan dan dua volume konstan.
Banyak teori yang bisa dijadikan dasar untuk analisis termodinamik mengenai
motor stirling. Salah satunya dikemukakan oleh Schmidt (1871), teori ini
bertujuan untuk:
• Merancang motor stirling dengan dua silinder, bagian panas dan bagian
Tugas Akhir 2
Anggit Yuliartono M | 2010
stirling ini.
Pada penelitian dirancang dan diuji sebuah motor stirling tipe alpha
mencapai volume 110 cc, selain piston, komponen dari Yamaha Jupiter-Z
Tugas Akhir 3
Anggit Yuliartono M | 2010
pengujian pada tugas akhir ini, metodologi yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
1. Studi lapangan
2. Studi literatur
3. Diskusi
Tugas Akhir 4
Anggit Yuliartono M | 2010
Bab I Pendahuluan, Bab ini berisi tentang latar belakang dan rumusan
dan sistematika pembahasan yang menjadi dasar dan kerangka kerja dalam
Bab II Tinjauan Pustaka, Bab ini akan dibahas tentang teori-teori yang
berkaitan dengan hal-hal yang disebutkan dalam tujuan masalah di atas dan
Bab IV Pengujian, Bab ini berisi tentang cara dan hasil pengujian
motor stilring yang telah dibuat, serta riwayat pengujian yang dilakukan di
Tugas Akhir 5
Anggit Yuliartono M | 2010
dari perancangan dan pengujian motor stirling untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
Tugas Akhir 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Stirling adalah mesin kalor yang mengambil kalor dari luar silinder
di dalamnya terdapat proses dua temperatur konstan dan dua volume konstan.
Banyak teori yang bisa dijadikan dasar untuk analisis termodinamik mengenai
motor stirling. Salah satunya dikemukakan oleh Schmidt (1871), teori ini
mesin stirling tidak dengan photovoltaic seperti yang sudah banyak ditemui di
dunia global, tetapi menggunakan parabolic mirror dish seperti yang tertera
Gambar 2.1 : Proyek Solar Energy dari Solar Array sited di gurun Mojave, California Desert
dengan menggunakan SunCatcherTM Technologies dari SES Stirling Energy Systems2
adalah preacher (pendeta) dan penemu. Beliau juga merupakan mentri gereja
negara Skotlandia pada saat itu yang tertarik pada kesehatan fisik dan
Beliau menemukan mesin stirling (yang beliau sebut “air engine") karena
mesin uap pada masa itu seringkali meledak, membunuh dan melukai orang-
orang berada di dekat mesin uap tersebut pada saat meledak. Mesin yang
dibuat Robert Stirling lebih aman dengan alasan tidak akan meledak, dan
mesin-mesin tersebut memproduksi daya yang lebih besar daripada mesin uap
pada saat itu. Pada tahun 1816, Stirling menerima hak paten pertama dari tipe
baru “air engine.” Mesin yang ia bangun, dan mesin-mesin selanjutnya yang
2
Stirling energy system, SES . 2008 . Solar Two . diakses tanggal 15 November 2008 . dari
http://www.stirlingenergy.com/projects/default.asp
Tugas Akhir 8
Anggit Yuliartono M | 2010
menjadi dikenal sebagai “hot air engines.” Mesin-mesin tersebut terus disebut
sebagai “hot air engines“ sampai tahun 1940-an, ketika gas lain seperti
helium dan hydrogen digunakan sebagai fluida kerja. Saudara laki-laki dari
pada akhir abad -19 dan banyaknya penggunaan motor listrik, maka motor
Sejak awalnya mesin Stirling memiliki reputasi kerja yang baik dan masa
kerja yang lama (di atas 20 tahun), antara lain digunakan sebagai mesin
pompa air dengan kapasitas rendah, yaitu pada pertengahan abad ke sembilan
belas sampai sekitar tahun 1920, yaitu ketika mesin pembakaran internal dan
menggunakan berbagai jenis bahan bakar; selain itu operasinya aman, tidak
1
Maier, Cristpoh . Stirling engine . 2007 . University of Gavle
Tugas Akhir 9
Anggit Yuliartono M | 2010
daya keluarannya (output) kecil dan harga investasinya tinggi / mahal (untuk
Lepas dari pada itu, karena biaya operasinya rendah, maka mesin
Stirling dipilih aplikasinya untuk mesin dengan tenaga uap pilihan satu-
satunya pada saat itu yang boros bahan bakar untuk mesin dengan daya yang
hal itu kemudian dapat diatasi setelah dilakukan rekayasa ulang heater head
nya, yang dapat mencegah panas lebih, serta aman pada mesin dengan daya
rendah .
daya saing mesin ini terhadap mesin-mesin pembakaran internal lainnya yang
bermunculan di pasaran pada waktu itu yang harganya jauh lebih murah.
temuan mesin-mesin baru, menjelang dan sesudah perang Dunia - II. Desain
mesin udara panas yang disempurnakan , dengan bobot dan harga yang lebih
murah, konstruksi dan operasinya yang mudah, dan yang lebih penting lagi
adalah variasi bahan bakarnya yang tetap tidak berubah (bisa dengan udara
Tugas Akhir 10
Anggit Yuliartono M | 2010
pada mesin otomotif yang canggih, sistem pembangkit daya (listrik, bukan
Afrika, Asia dan Amerika Latin, sebagai salah satu solusi mesin yang murah
dan hemat energi dengan menggunakan udara atau gas (helium, hydrogen,
Gambar 2.3 memperlihatkan siklus stirling ideal. Siklus ini terdiri dari 4
adalah kerja indikator yang dihasilkan dari siklus tersebut. Kerja dihasilkan
memfasilitasi kontinuitas kerja dari dan menuju sistem, sebuah flywheel harus
Tugas Akhir 11
Anggit Yuliartono M | 2010
storage device untuk energi. Dalam siklus ini, panas harus ditransmisikan
Gambar 2.3 Siklis Stirling Ideal dalam Diagram P‐v and dan diagram T‐s3
direpresentasikan oleh luas area 1‐2‐3‐4 pada diagram P‐V. Dari Hukum
Pertama Termodinamika, kerja output harus sama dengan panas input yang
digunakan untuk mengambil panas dari fluida kerja di proses 4‐1 dan
3
Power from the Sun. (2008a). Power Cycles for Electricity Generation. diakses 12 October 2008 dari
http://www.powerfromthesun.net/chapter12/Chapter12new.htm#12.3.1%20%20%20%20%20Stirling%20Engines
Tugas Akhir 12
Anggit Yuliartono M | 2010
Piston pada silinder panas memberikan kerja pada fluida kerja dan
hal yang sama terjadi juga pembuangan kalor ke lingkungan. Karena fluida
kerja bertekanan rendah pada saat itu, diperlukan kerja yang lebih sedikit
silinder panas.
• W23 = 0
Fluida kerja dengan tekanan tinggi menyerap panas dari area panas dan
pada piston
Tugas Akhir 13
Anggit Yuliartono M | 2010
regenerator ke sisi dingin (silinder dingin) dari mesin. Kalor diserap dari
fluida kerja ketika fluida kerja melewati regenerator, hal ini juga membuat
• W41 = 0
yang bisa dilihat, ada kerja selama proses 2-3 dan 4-1, tidak seperti prediksi
Tugas Akhir 14
Anggit Yuliartono M | 2010
contohnya yaitu fluida kerja yang berada di volume sisa. Martini (2004)
menyatakan bahwa hubungan antara persentasi dari volume sisa dalam sistem
dengan penurunan kerja per siklus adalah linear. Maka dari itu, jika sebuah
motor stirling mempunyai 20% volume sisa, maka kerja output akan 80%
dari kerja apabila tidak ada volume sisa. Pada kenyatannya, volume sisa akan
Tugas Akhir 15
Anggit Yuliartono M | 2010
Kerja output dari siklus Stirling dapat dievaluasi dengan cara integral
tertutup
(2.1)
Hal ini bisa dilihat dengan mudah sebagai luas area di dalam siklus
pada diagram P-v pada Gambar 2.4. Untuk mengevaluasi integral perlu
kompresi berlangsung,
(2.2)
dengan
p.V = mRT
tertutup , maka,
(2.3)
V2 menjadi:
(2.4)
sistem, tanda negatif berarti menandakan arah kemana energi tersebut, masuk
Tugas Akhir 16
Anggit Yuliartono M | 2010
atau keluar sistem. Berdasarkan Persamaan 2.4, kerja output dari siklus
Aliran kalor dari dan ke siklus stirling dinyatakan oleh persamaan berikut :
2
QH = ∫ T dS (2.5)
1
Digambarkan pada luas area dibawah kurva pada diagram T-S. Integral ini
dQ = dU –dW
dimana,
maka
TdS = dU - (- pdV )
jadi aliran kalor selama proses ekspansi isothermal dapat dinyatakan sebagai
bentuk perubahan energi dalam dan dengan melihat persamaan gas ideal :
pV = mRT
(2.6)
V
QH = mRTH ln 4 (2.7)
V3
Tugas Akhir 17
Anggit Yuliartono M | 2010
V
QL = −mRTL ln 2 (2.8)
V1
−W
η=
QH
V
mRT ln 4 (TH − TL )
η= V3 (2.9)
V
mRT ln 4
V3
ηSTIRLING = ηCARNOT
stirling adalah mesin yang secara praktek dimana banyak faktor lain yang
Tugas Akhir 18
Anggit Yuliartono M | 2010
Cara kerja mesin ini memanfaatkan sifat dasar Udara yang akan
mesin dapat berputar. Dari definisi tadi dapat ditarik kesimpulan bahwa
sebuah stirling engine akan bekerja atau berputar jika terdapat perbedaan
inilah yang dimanfaatkan untuk dikonversi menjadi kerja oleh piston yang
a b c
Gambar 2.5 udara dalam keadaan tekanan atmosfer (a), dipanaskan (b) dan didinginkan (c)
Tugas Akhir 19
Anggit Yuliartono M | 2010
Seperti yang dapat dilihat pada gambar di bawah, motor stirling tipe
ini terdiri dari dua silinder dengan susunan saling membentuk sudut antara
saru sudut dengan yang lainnya, silinder tersebut adalah silinder panas
sudut 90o, motor stirling tipe alpha ini disebut juga alpha stirling V-engine.
Motor stirling ini juga memerlukan flywheel. Pada gamber silinder panas di
bawah, ditunjukkan dengan disebelah kiri, yang dipanaskan dengan api dari
a b
Gambar 2.6 Posisi engkol tertentu pada stirling alpha
Gambar 2.6 (a) adalah posisi awal dari penjelasan prinsip kerja ini.
Piston di silinder panas berada pada posisi TMA. Pada posisi ini, diasumsikan
Tugas Akhir 20
Anggit Yuliartono M | 2010
silinder panas melewati regenerator. Pada keadaan ini, fluida kerja mengalami
maka tekanan udara meningkat, lebih tinggi daripada tekanan awal seperti
pada Gambar 2.6(a). Pada kedua posisi engkol tersebut (Gambar 2.6(a) dan
2.6(b)). Volume dari engine ini tetap, tetapi tekanan meningkat pada silinder
panas.
yang bisa mendorong piston dan memberikan torsi bagi putaran flywheel.
Tekanan pada silinder dingin akan sama dengan tekanan pada silinder panas.
Pada Gambar 2.6(b) piston pada silinder dingin berada pada posisi TMA,
tetapi pada posisi ini, meskipun tekanan pada silider dingin sama dengan
silinder panas, gaya yang diakibatkan adanya tekanan tersebut belum cukup
engkol. Maka torsi untuk memutar engkolnya memanfaatkan inersia yang ada
pada flywheel.
a b
Gambar 2.7 Posisi engkol tertentu pada stirling alpha
Tugas Akhir 21
Anggit Yuliartono M | 2010
menghasilkan torsi. Posisi engkol berada pada posisi 180 o, volume udara
menjadi lebih besar pada kedua silinder. Pada posisi ini, ekspansi yang terjadi
dari engkol dari posisi 90 o ke 180o. Udara pada silnder dingin mulai bergerak.
silinder dingin meningkat. Pada posisi yang ditunjukkan pada Gambar 2.7(b)
terjadi pada posisi engkol 255o (lihat Gambar 2.9. dan gambar grafik pada
berikutnya.
Tugas Akhir 22
Anggit Yuliartono M | 2010
Gambar 2.9 grafik sudut engkol VS volume dan sudut engkol VS tekanan
diameter kedua piston sama besar, dengan asumsi kerugian akibat gesekan
dan pressure loss dianggap sangat kecil, sehingga bisa diabaikan. Volume
dan tekanan fluida kerja ditunjukkan pada grafik diatas untuk satu rotasi.
kembali lagi ke posisi awal. Pada perputaran posisi engkol dari 270 o ke 360 o,
diperlukan sejumlah energi yang berasal dari flywheel. seperti yang dijelaskan
Tugas Akhir 23
Anggit Yuliartono M | 2010
energi yang dihasilkan dari ekspansi fluida kerja. Maka selisih energi inilah
2.4.3. Regenerator
Ketika udara dari silinder dingin menuju silinder panas, maka udara
Tetapi apabila hal tersebut dapat dilakukan dengan awalan, dalam artian
udara yang menuju ke silinder panas mengalami pre-heating dan udara yang
regenerator.
sebuah pipa diantara silinder panas dan silinder dingin dan di dalamnya
Tugas Akhir 24
Anggit Yuliartono M | 2010
udara tersebut akan menyimpan panas di wire mesh tersebut. Tetapi udara
tidak akan menjadi dingin seperti yang diinginkan, tetapi setidaknya ada
Pada saat udara berbalik menuju silinder panas, kare terdorong oleh
piston di silinder dingin (pada stirling tipe - α), udara yang telah mengalami
proses pendinginan, mengambil energi kalor yang tadi tersimpan di wire mesh
Dari penjelasan tadi, maka dapat diambil kesimpulan maka kalor yang
dihantarkan dari sumber kalor tidak perlu sebanyak kalor yang dihantarkan
ketika pemanasan pertama kali. Maka efisiensi mesin akan bisa bertambah.4
Jadi, perlu dipilih material untuk pengisi regenerator ini yaitu berupa
cukup besar.
4
Fette, Peter . How Does Stirling Engine Work. diakses 9 Februari 2009 dari
http://www.stirling-fette.de/howdoes.htm#A0#A0
Tugas Akhir 25
Anggit Yuliartono M | 2010
sealed roller bearings, ball bearings atau bushing dari bahan teflon yang
bakar kerjanya, dan putarannya sangat rendah. Kelebihan jenis mesin ini
60 cm, dengan putaran 1 rotasi per detik (cycle per second), mampu
untuk pompa .
yang portable.
Tugas Akhir 26
Anggit Yuliartono M | 2010
jenis, yaitu:
“hot cylinder” dan yang lainnya disebut silinder dingin atau “cold
Motor stirling dengan tipe ini merupakan tipe klasik dan cukup
menggunakan konfigurasi beta. Baik motor stirling tipe beta dan gam-
ma menggunakan displacer.
4
Fette, Peter . How Does Stirling Engine Work.. diakses 9 Februari 2009 dari
http://www.stirling-fette.de/howdoes.htm#A0#A0
Tugas Akhir 27
Anggit Yuliartono M | 2010
Hanya bedanya tipe beta, displacer dan power piston berada dalam
heater cooler
stirling tipe beta dimana displacer dan power piston berada di siinder
tersebut.
Tugas Akhir 28
Anggit Yuliartono M | 2010
Stirling lebih mudah, suara mesin lebih lembut (tenang), tidak berisik /
• Biaya kapital per unit daya ($/kW) dapat ditekan lebih rendah.
sama, maka biaya investasi mesin Stirling untuk saat ini umumya
masih lebih besar dan lebih berat, namun perawatannya jauh lebih
Tugas Akhir 29
Anggit Yuliartono M | 2010
biaya investasi per unit daya di atas, untuk unit generator dengan
• Harga yang cukup mahal karena motor stirling ini masih jarang di-
produksi secara massal. Selain itu, harga yang mahal ini juga
mahal.
elemen mesin, pemilihan bahan dan penentuan dimensi dari prototype motor
stirling tersebut. Salah satu teori yang biasa dipergunakan sebagai pendekatan
Tugas Akhir 30
Anggit Yuliartono M | 2010
dilakukan oleh Urieli, seorang ilmuwan asal Israel. Teori Schmidt yang
untuk mesin stirling. Teori ini merupakan teori yang paling sederhana dan
pada ekspansi isothermal dan kompresi dari gas ideal6. (Hirata, 1995)
Performasi dari mesin dapat dikalkulasi dari diagram P-V. Volume dari mesin
juga dapat dengan mudah dihitung dari geometri internalnya. Jika volume,
massa dari fluida kerja sudah dapat ditentukan, maka tekanan dapat dihitung
(2.11)
(a) Tidak ada pressure loss dan tidak ada perbedaan internal pressure.
6
Hirata, Koichi . Bekkoame Home Page, Schmidt theory for Stirling engines .
Stirling engine home page [online]. diakses tanggal 28 Juli 2009. dari : http://www.bekkoame.ne.jp/_khirata.
Tugas Akhir 31
Anggit Yuliartono M | 2010
(e) Volume sisa pada silinder panas menjaga temperatur gas pada silinder
panas - TE, volume sisa pada silinder dingin menjaga temperatur gas pada
(g) Volume ekspansi (VE) dan volume kompresi (VC) berubah berdasarkan
fungsi sinusioda.
Tugas Akhir 32
Anggit Yuliartono M | 2010
Tugas Akhir 33
Anggit Yuliartono M | 2010
(a) (b)
(c)
Gambar 2.18. Mesin Stirling tipe Alpha
Volume dari silinder ekspansi dan silinder kompresi pada sudut engkol
x. sudut engkol didefinisikan sebagai x=0 ketika piston ekspansi (piston pada
Volume ekspansi sesaat - VE dinyatakan pada persamaan (2) dengan asumsi (g).
(2.12)
Volume kompresi sesaat - VC dapat dihitung dengan persamaan (2.13) dan sudut
fase - dx.
(2.13)
Tugas Akhir 34
Anggit Yuliartono M | 2010
V= VE + VC +VR (2.14)
Dengan menggunakan asumsi (a), (b) dan (c), massa fluida kerja total dalam
(2.15)
Rasio temperatur - t, rasio volume langkah - v dan rasio volume sisa dapat
(2.16)
(2.17)
(2.18)
(2.19)
(2.20)
(2.21)
Tugas Akhir 35
Anggit Yuliartono M | 2010
massa fluida kerja total - m diberikan pada persamaan berikut. Dimana massa
(2.22)
dimana;
(2.23)
(2.24)
(2.25)
persamaan (2.26)
(2.26)
berikut:
(2.27)
Dimana c.
(2.28)
Tugas Akhir 36
Anggit Yuliartono M | 2010
(2.29)
Di lain hal, kasus pada persamaan (16), ketika nilai cos(x-a)=-1, tekanan mesin -
(2.30)
(2.31)
(2.32)
Diagram P-V dari motor stirling tipe alpha dapat dibuat dari persamaan-
persamaan diatas.
Energi indikator (luas area dari diagram P-V) dapat dihitung sebagai solusi
rata-rata - Pmean, tekanan minimum- P min dan tekanan maksimum- P max diberikan
Tugas Akhir 37
Anggit Yuliartono M | 2010
……(2.33)
…….(2.34)
Energi indikator per siklus pada mesin ini - Wi(J) dinyatakan pada persamaan di
bawah ini.
… (2.35)
Hubungan antara Pmean, Pmin and Pmax diberikan pada persamaan di bawah ini.
(2.36)
(2.37)
Tugas Akhir 38
Anggit Yuliartono M | 2010
Daya indikator ekspansi - LE(W), daya indikator kompresi - LC(W) dan daya
(2.38)
(2.39)
(2.40)
(2.41)
silinder juga menjadi panas karena adanya gesekan antara cincin piston
silinder dingin motor stirling, harus dijaga tetap dingin. Karena itu bagian
dinding luar silinder dingin pada motor stirling perlu mendapat pendinginan
dapat dibedakan antara motor bakar dengan pendinginan air dan motor bakar
Tugas Akhir 39
Anggit Yuliartono M | 2010
persamaan:
Q = Ao xU `x(T3 − T4 ) (2.42)
dimana:
digunakan persamaan:
h2 2 w
U `= x x1 + tanh[a(w + 5b )] + s (2.43)
s + b a 2r
dimana :
Tugas Akhir 40
Anggit Yuliartono M | 2010
2h2
a= (2.44)
k ×b
dimana :
mesin adalah fungsi utamanya harus dapat dipenuhi, kemudian harus cukup
kuat atau cukup kaku terhadap pembebanan yang diberikan. Selain itu faktor
kalah pentingnya adalah harga dari material yang akan digunakan, ongkos
kriteria agar kinerja sebuah motor stirling dapat optimal. Berikut ini beberapa
kriteria yang perlu diperhatikan dalam memilih material untuk silinder panas,
tekanan sampai 20 MPa, sifat ini harus bisa dicapai juga pada temperatur
- Tahan panas
Tugas Akhir 41
Anggit Yuliartono M | 2010
Tabung Regenerator :
menjalarkan panas), harus menahan panas dari hot cylinder agar tidak
- Heat Conduction sangat besar, agar panas cepat dibuang ke luar (ke udara
- Tahan panas.
Tugas Akhir 42
BAB III
PERANCANGAN TERMODINAMIKA
cylinder) (dx) = 90o, yang juga merupakan sudut fasa dari motor stirling
yang dirancang.
Anggit Yuliartono M | 2010
ekspansi/slinder panas (VDE) adalah sama, besarnya = 110 cm3 = 1,1 × 10-4
f) Volume sisa pada keadaan piston kompresi (VDC) dan ekspansi (VDE)
Qout
Gambar 3.1 Skema Mesin Stirling Tipe Alpha (a) dan (b), dengan konvigurasi V (a)
Tugas Akhir 44
Anggit Yuliartono M | 2010
website http://www.bekkoame.ne.jp/~khirata/academic/schmidt/schmidt.htm.
(a) Tidak ada pressure loss dan tidak ada perbedaan internal pressure.
(e) Volume sisa pada silinder panas menjaga temperatur gas pada silinder
panas - TE, volume sisa pada silinder dingin menjaga temperatur gas pada
(g) Volume ekspansi (VE) dan volume kompresi (VC) berubah berdasarkan
fungsi sinusioda.
Tugas Akhir 45
Anggit Yuliartono M | 2010
9,68
−4 −5
VSC + VDE 1,103× 10 m + 1,26 × 10 m
3 3
r= =
VDE 1,26 × 10−5 m 3
TC 313K
t= = = 0,52
TE 623K
VSC 1,10310-4 m3
v= 1
VSE 1,10310-4 m3
=
V 1,3×10-5 m3
XDC = VDC = =0,118
SE 1,103×10-4 m3
Tugas Akhir 46
Anggit Yuliartono M | 2010
V 1,310-5 m3
XDE = VDE =
1,10310-4 m3
=0,118
SE
V 2,5 10-5 m3
XR V R 0,227
SE 1,10310-4 m3
Massa udara total (m) yang dimasukkan pada mesin adalah pada saat
+ ,
maka,
+
,
- -
Untuk menghitung massa total, maka posisi volume harus ada dalam
engkol (crank angle) 220o (lihat tabel perhitungan untuk membuat diagram
P-V)
Tugas Akhir 47
Anggit Yuliartono M | 2010
Volume silinder panas pada kedudukan sudut crank 220o (VE) sesuai dengan
persamaan 2.12:
.1 / cos 34 - 5
2
1,103 10
.1 / cos 220°4 - 1,22 107
2
1,09 10
Volume silinder dingin pada kedudukan sudut crank 220o (VC) sesuai dengan
persamaan 2.13:
.1 / cos.3 / 8344 - 5
2
1,103 10
.1 / cos.220° / 90°44 - 1,22 107
2
1,029 10
0,0003005
jadi
>
101325 0,000239
>
286 302 !
.!<. !4
0,000352 !<
Tugas Akhir 48
Anggit Yuliartono M | 2010
2.27.
2,
+?@AB
√
/ D
dimana nilai koefisien a, S dan B sesuai dengan persamaan 2.23, 2.24 dan
T
S t - 2tS5 - MU - V - 2S5
4 0,227
0,404 - .2 0,404 0,1184 - - 1 - .2 0,1184
1 - 0,404
2,94
D √E
- 2EV cos 83 - V
W0,404
- .2 0,404 1 cos 90°4 - 1
D 1,13
maka,
\
Q,QQQP
XY
Z[ .]^.]4 X
+?@AB
,QQ_` ?a W,PPb ,Q b
>
+?@AB 217687,2 217687,2 +:
Tugas Akhir 49
Anggit Yuliartono M | 2010
(tekanan maksimum dan minimum) yang terjadi pada siklus stirling yang
D 1,13
c 0,38
2,91
+?AL 1-c
d
+?@AB 1/c
maka,
1 - 0,38
+?AL d 217687,2 +: 325510,65 +:
1 / 0,38
Dimana tekanan ini terjadi pada sudut engkol 60o (lihat tabel
Tugas Akhir 50
Anggit Yuliartono M | 2010
+?eB 1/c
d
+?@AB 1-c
maka
1 - 0,38
+?eB d 217687,2 +: 148528,84 +:
1 / 0,38
Dimana tekanan ini terjadi pada sudut engkol 240o (lihat tabel
Kerja per siklus merupakan selisih kalor masuk dan kalor keluar atau
hasil penjumlahan kerja ekspansi dan kerja kompresi, seperti pada persamaan
2.35 :
Wi = WE + WC
dimana nilai Wc dan WE akan sama dengan jumlah kalornya7 jadi QC = WC,
begitu juga WE = QE
7
Herzog, Zig . Schmidt theory for Stirling engines.
diakses tanggal 28 Juli 2009. dari : http://mac6.ma.psu.edu/stirling/simulations/isothermal/schmidt.html.
Tugas Akhir 51
Anggit Yuliartono M | 2010
Kerja ekspansi adalah kerja yang dihasilkan pada proses 3-4 pada siklus
f 13,31 ;
Kerja kompresi adalah kerja yang diberikan pada proses 1-2 pada siklus
stirling ideal. Kerja kompresi (WC) diperoleh dengan persamaan 2.34. Tanda
negatif menunjukkan bahwa kerja mengarah ke dalam sistem yang berarti fluida
f /6,9 ;
Jadi kerja indikator per siklusnya, sesuai dengan persamaan 2.53 adalah
Tugas Akhir 52
Anggit Yuliartono M | 2010
dengan asumsi variasi putaran mesin 700 rpm – 1000 rpm. Berikut di bawah ini
800 85,49
900 96,17
1000 106,86
(WI) terhadap energi yang diberikan terhadap sistem. Tetapi kerja ekspansi
(WE) yang ditunjukkan pada persamaan 2.33 juga berarti kalor yang
ditunjukkan pada persamaan 2.34 bernilai sama dengan kalor yang dibuang
fe 6,41 ;
ηl 0,4815
f 13,31 ;
0,4815 100%
48,15%
dimana nilai efisiensi motor stirling ini sama dengan efisiensi Carnot.
7
Herzog, Zig . Schmidt theory for Stirling engines.
diakses tanggal 28 Juli 2009. dari : http://mac6.ma.psu.edu/stirling/simulations/isothermal/schmidt.html.
Tugas Akhir 53
Anggit Yuliartono M | 2010
Tugas Akhir 54
Anggit Yuliartono M | 2010
350000,00
Diagram P-V
300000,00
250000,00
P (Pa)
200000,00
150000,00
100000,00
0,00010 0,00015 0,00020 0,00025 0,00030 0,00035
V (m3)
Gambar 3.2 (a) Diagram P-V hasil perancangan
Diagram V Vs Angle
0,0004000
0,0003000
V (m3)
0,0002000 Vh
0,0001000 Vc
0,0000000 Vtot
0,00 90,00 180,00 270,00 360,00
Angle
Diagram P Vs Angle
400000,00
300000,00
P(Pa)
200000,00
100000,00
0,00
0,00 100,00 200,00 300,00 400,00
Angle
Tugas Akhir 55
Anggit Yuliartono M | 2010
Td Ts
h
k
Tin
t
Ts
Tin
• Td = 400 oC
Tugas Akhir 56
Anggit Yuliartono M | 2010
β = 1,17 x 10-3 / K
(α)
Tugas Akhir 57
Anggit Yuliartono M | 2010
9,81.β .(Ts − T∞ ) L3
Ra L =
υ.α
Ra L = 1,2 × 10 7
Nu L = 0,15.RaL
0, 33
Nu L = 34,86
Nu .k
h=
D
34,06.45,7 × 10 −3
h=
51× 10 −3
h = 29,88 W
m 2 .K
Tugas Akhir 58
Anggit Yuliartono M | 2010
Td Ts
h
k
Q
Tin
t
Qall = Qkond
∆T dT
= k . A.
1 t dx
+
h. A k . A
(TS − Tin ) (T − Td )
A = k . A. s
1 t t
+
h k
(TS − Tin ) (T − Td )
= k. s
1 t t
+
h k
Ts = 728,25 K = 455,25 oC
Tugas Akhir 59
Anggit Yuliartono M | 2010
temperatur 500 oC. Selain itu juga terjadi gesekan antara piston dan dinding
silinder dingin agar tetap dingin, maka perlu mendapat pendinginan yang
kompresi yang dilakukan pada proses 1-2 pada siklus stirling ideal. Kerja
kerja dikenai kerja. Untuk (Q) tandanya berubah menjadi positif, karena arah
n 6,9 ;
Tugas Akhir 60
Anggit Yuliartono M | 2010
= 314,33 Btu/h
Dimana:
Maka,
hc = 0,0002 .(160 + 248,03).3 (123,1) 2 .1301,4 =220,45 Btu/ft2 h oF
Karena perpindahan kalor radiasi sangat kecil, maka dalam perhitungan ini
diabaikan, sehingga hm = hc
Tugas Akhir 61
Anggit Yuliartono M | 2010
Dimana :
L1 L2 w
T1
T2 b
T3 s
Tin
L
T∞
k1 k2
r1
r2
r3
377]
Tugas Akhir 62
Anggit Yuliartono M | 2010
Q out 1141,29
T1 = Tin - = 1121,4 − = 1064,25 R
hc . Aw1 220,45.0,12
h 2 w
U '= 1 + . tanh[a( w + 0,5.b)] + s
s + b a 2r3
Dimana :
h = 7,2 Btu/ft2 h oF
2h 2 × 7,2
a= = = 1,1
k2 × b 1200 × 0,0098
Tugas Akhir 63
Anggit Yuliartono M | 2010
Maka,
7,2 2 0,04
U '= 1 + . tanh[1,1(0,04 + 0,5.0,009)] + 0,009
0,019 1,1 2.0,096
= 27,54
Qout 1141,29
Au = = =0,05 ft2
U ' (Tw3 − Tu ) 27,54(1255,14 − 536,4)
Au 0,054
= = 8 buah
As 0,0064
Jadi, jumlah sirip yang harus dibuat berjumlah 8 sirip, dengan bahan liner dari
besi cor (cast iron) dan bahan blok silinder dari aluminium.
Tugas Akhir 64
Anggit Yuliartono M | 2010
Seperti yang telah dijelaskan pada Bab II, sub bab regenerator.
mempunyai celah yang cukup kecil. Dalam tugas akhir ini perhitungan
seperti yang dijelaskan pada Bab II dan juga harganya cukup terjangkau.
Selain itu, bahan steel wool, yaitu sabut stainless mempunyai thermal
Tugas Akhir 65
BAB IV
motor stirling dapat beroperasi atau tidak, jika sudah dapat beroperasi, maka
digunakan sebagai heat source untuk mesin stirling ini, tetapi setelah
kerosene.
motor stirling bekerja dengan pembakaran luar, dalam hal ini burner
yang digunakan adalah burner dengan bahan bakar kerosene dan burner
panas (Th), temperatur udara dalam silinder dingin (TC) dan tekanan
tachometer.
pada Gambar 4.1. Pengujian awal dilakukan dengan cara membakar bagian
head silinder pada silinder panas dengan menggunakan burner bahan bakar
LPG dan pada silinder dingin hanya mengandalkan pendinginan melalui sirip
saja. Pengujian pada tahap ini dilakukan tanpa adanya modifikasi apapun
selanjutnya.
(a) (b)
Gambar 4.1 konfigurasi motor stirling (a) dan burner LPG(b)
Tugas Akhir 67
Anggit Yuliartono M | 2010
permukaan head silinder panas, motor stirling sama sekali tidak menunjukkan
lem plastic steel yang digunakan untuk mencegah kebocoran pada head
1) Perlu ditambah sedikit volume pada head silinder panas agar udara
regenerator.
Tugas Akhir 68
Anggit Yuliartono M | 2010
kondisi yang tidak diinginkan pada motor stirling ini. Solusi dari
ini.
banyak iterasi agar dapat melihat perbaikan ke arah yang lebih baik pada
setiap pengujiannya..
Tugas Akhir 69
Anggit Yuliartono M | 2010
extension cylinder
Berdasarkan hasil dari beberapa kali pengujian ini, diambil beberapa pokok
ditemui.
2009, hasil dari pengujian ini sama sekali gagal, sebagaimana yang telah
Tugas Akhir 70
Anggit Yuliartono M | 2010
Tugas Akhir 71
Anggit Yuliartono M | 2010
sebagai berikut:
4.3.2.1. Pengujian I
4.3.2.2. Pengujian II
bahar LPG
Tugas Akhir 72
Anggit Yuliartono M | 2010
• Keluar asap dari sambungan napple di head silinder panas, hal ini
• Sambungan napple pada head silinder panas rusak dan akhirnya bocor.
Tugas Akhir 73
Anggit Yuliartono M | 2010
Tugas Akhir 74
Anggit Yuliartono M | 2010
4.3.2.4. Pengujian IV
Setelah diambil solusi no, 4 dan 9 maka konfigurasi pada saat pengujian:
yaitu no. 7
Tugas Akhir 75
Anggit Yuliartono M | 2010
4.3.2.5. Pengujian V
Mulai pada tanggal ini, burner yang digunakan adalah burner dengan
silinder panas.
saat memutar, gaya yang dikeluarkan oleh tangan terasa cukup berat.
Tugas Akhir 76
Anggit Yuliartono M | 2010
di silinder panas.
4.3.2.6. Pengujian VI
Setelah diambil solusi no. 6 dan 7, maka konfigurasi pada saat pengujian
yaitu:
silinder panas.
Tugas Akhir 77
Anggit Yuliartono M | 2010
yaitu no. 8
Setelah diambil solusi no. 8, maka keadaan pada saat pengujian yaitu:
Tugas Akhir 78
Anggit Yuliartono M | 2010
yaitu no. 10
Setelah diambil solusi no. 10, maka keadaan pada saat pengujian yaitu:
Tugas Akhir 79
Anggit Yuliartono M | 2010
yaitu no. 10, dengan massa flywheel yang lebih besar dari sebelumnya.
4.3.2.9. Pengujian IX
Setelah diambil solusi no. 10, maka keadaan pada saat pengujian yaitu:
Tugas Akhir 80
Anggit Yuliartono M | 2010
bertujuan menjalankan motor stirling yang telah dibuat telah dilakukan, tatapi
Tugas Akhir 81
Anggit Yuliartono M | 2010
Tugas Akhir 82
Anggit Yuliartono M | 2010
dalam ruang silinder panas yang telah dipanaskan oleh burner kerosene.
7
Herzog, Zig., Schmidt theory for Stirling engines .
diakses tanggal 2 Agustus 2009. dari : http://mac6.ma.psu.edu/stirling/simulations/isothermal/schmidt.html
Tugas Akhir 83
Anggit Yuliartono M | 2010
tekanan dan temperatur yang yang terjadi di dalam motor stirling pada proses
pemanasan.
diambil solusi no. 10 dan 11, maka Keadaan pada saat pengujian yaitu:
Tugas Akhir 84
Anggit Yuliartono M | 2010
Tugas Akhir 85
Anggit Yuliartono M | 2010
menggunakan batu.
bar absolut = 40,28 psi absolut, sehingga apabila diukur dalam gage
Tugas Akhir 86
Anggit Yuliartono M | 2010
Tugas Akhir 87
Anggit Yuliartono M | 2010
250
200
150 Th
100 Tc
50
0 29,4 29,6 29,8 29,9 30,5 30
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Waktu (menit)
Tugas Akhir 88
BAB V
PENGOLAHAN DATA
Anggit Yuliartono M | 2010
9,68
−4 −5
VSC + VDE 1,103× 10 m + 1,26 × 10 m
3 3
r= =
VDE 1,26 × 10−5 m 3
TC 305,1K
t= = = 0,48
TE 634K
VSC 1,10310-4 m3
v= 1
VSE 1,10310-4 m3
=
V 1,3×10-5 m3
XDC = VDC = =0,118
SE 1,103×10-4 m3
V 1,310-5 m3
XDE = VDE =
1,10310-4 m3
=0,118
SE
V 2,5 10-5 m3
XR V R 0,227
SE 1,10310-4 m3
Massa udara total (m) yang dimasukkan pada mesin adalah pada saat
temperatur kamar dan tekanan lingkungan (atmosfir). Dari Bab III, didapat
Tugas Akhir 90
Anggit Yuliartono M | 2010
persamaan 2.27.
22
-./01
√
4 5
dimana nilai koefisien a, S dan B sesuai dengan persamaan 2.23, 2.24 dan
H
S t E 2tFG E ?I E J E 2FG
4 0,227
0,48 E K2 0,48 0,118L E E 1 E K2 0,118L
1 E 0,48
2,847
5 √7
E 27J cos PQ E J
R0,48
E K2 0,48 1 cos 90°L E 1
5 1,11
maka,
V
!,!!!B
ST
U KWX.WL S
-./01
,!!Z[ .\ R,BB] ,!^]
_
-./01 213435,6 213435,6 -6
Tugas Akhir 91
Anggit Yuliartono M | 2010
5 1,11
` 0,39
2,847
-.0> 1E`
a
-./01 14`
maka,
1 E 0,39
-.0> a 213435,6 -6 321551,45 -6
1 4 0,39
Dimana tekanan ini terjadi pada sudut engkol 60o (lihat tabel
-.b1 14`
a
-./01 1E`
Tugas Akhir 92
Anggit Yuliartono M | 2010
maka
1 E 0,39
-.b1 a 213435,6 -6 141529,04 -6
1 4 0,39
Dimana tekanan ini terjadi pada sudut engkol 240o (lihat tabel
Kerja per siklus merupakan selisih kalor masuk dan kalor keluar atau
hasil penjumlahan kerja ekspansi dan kerja kompresi, seperti pada persamaan
2.35 :
Wi = WE + WC
dimana nilai Wc dan WE akan sama dengan jumlah kalornya7 jadi QC = WC,
begitu juga WE = QE
Kerja ekspansi adalah kerja yang dihasilkan pada proses 3-4 pada siklus
c 13,53 h
7
Herzog, Zig . Schmidt theory for Stirling engines.
diakses tanggal 28 Juli 2009. dari : http://mac6.ma.psu.edu/stirling/simulations/isothermal/schmidt.html.
Tugas Akhir 93
Anggit Yuliartono M | 2010
Kerja kompresi adalah kerja yang diberikan pada proses 1-2 pada siklus
stirling ideal. Kerja kompresi (WC) diperoleh dengan persamaan 2.34. Tanda
negatif menunjukkan bahwa kerja mengarah ke dalam sistem yang berarti fluida
c 46,51 h
Jadi kerja indikator per siklusnya, sesuai dengan persamaan 2.53 adalah
dengan asumsi variasi putaran mesin 700 rpm – 1000 rpm. Berikut di bawah ini
800 93,57
900 105,26
1000 116,86
Tugas Akhir 94
Anggit Yuliartono M | 2010
(WI) terhadap energi yang diberikan terhadap sistem. Tetapi kerja ekspansi
(WE) yang ditunjukkan pada persamaan 2.33 juga berarti kalor yang
ditunjukkan pada persamaan 2.34 bernilai sama dengan kalor yang dibuang
cb 6,51 h
ηj 0,5188
c 13,53 h
0,4815 100%
51,88%
dimana nilai efisiensi motor stirling ini sama dengan efisiensi Carnot.
7
Herzog, Zig . Schmidt theory for Stirling engines.
diakses tanggal 28 Juli 2009. dari : http://mac6.ma.psu.edu/stirling/simulations/isothermal/schmidt.html.
Tugas Akhir 95
Anggit Yuliartono M | 2010
350000,00
Diagram P-V
300000,00
250000,00
P (Pa)
200000,00
150000,00
100000,00
50000,00
0,00
0,00000 0,00005 0,00010 0,00015 0,00020 0,00025 0,00030 0,00035
V (m3)
Gambar 5.2 (a) Diagram P-V hasil pengujian
Tugas Akhir 96
BAB VI
ANALISIS
memenuhi teori-teori yang didapat pada saat tahap studi literatur penyusunan
tugas akhir ini yaitu sudut fasa sebesar 90o sudah dicapai dan temperatur di
dalam silinder panas & dingin sudah mencapai hasil perancangan, tetapi teori
85,49 watt pada putaran 800 rpm dengan kerja indikator per siklusnya sebesar
6,49 J.
Koichi Hirata ini, perhitungan mengenai heat transfer di silinder panas dan
silinder dingin juga tidak ditemukan, padahal perhitungan heat transfer juga
merupakan hal yang penting dalam penentuan material dan dimensinya yang
Motor stirling yang telah dibuat tidak bisa beroperasi seperti yang dipaparkan
• Sambungan napple pada head silinder panas rusak dan akhirnya bocor
Tugas Akhir 98
BAB VII
7.1. Kesimpulan
ekspansi yang lebih tinggi (lebih tinggi dari temperatur perancangan di dalam
material yang tahan terhadap temperatur tinggi seperti baja paduan dengan
komposisi nikel yang cukup tinggi. Selain itu, perlu juga meningkatkan angka
ideal. Mesin stirling pada kenyataanya berbeda dengan siklus idealnya karena
bervolume nol. Hal ini berarti fluida kerja tidak pernah secara sempurna
masuk ke sisi panas dan sisi dingin mesin, dan oleh karena itu, fluida
(b) Proses ekpansi dan kompresi dalam prakteknya lebih kearah politropik
(c) Gesekan fluida yang terjadi ketika terjadi perpindahan fluida kerja.
(d) Faktor lainnya seperti konduksi antara silinder panas dan silinder
Pada penelitian ini, motor stirling yang telah dirancang dan dibuat tidak
dan temperatur kerja motor stirling berhasil didapatkan dari alat ukur yang
7.2. Saran
selanjutnya dapat dicoba teori stirling yang dikembangkan oleh Urieli yang
Schmidt yang berbasis isothermal ada juga metode lain yang juga dapat
adiabatik yang juga dipublikasikan oleh Zig Herzog di website yang sama.
udara ke dalam silinder dingin agar tekanan di seluruh mesin dapar dijaga
konstan. Selain itu material di dalam regenerator juga dapat diubah, pada
1. Maleev, V.L : Internal Combustion Engines –Theory and Design ,2nd edition,
Bandung, 1987
Engineering 4th Edition . John Wiley and Sons, Inc . New York, USA . 2000
6. Stirling energy system, SES . 2008 . Solar Two . diakses tanggal 15 November
8. Power from the Sun. (2008). Power Cycles for Electricity Generation. diakses
12new.htm#12.3.1%20%20%20%20%20Stirling%20Engines
9. Fette, Peter . How Does Stirling Engine Work.. diakses 9 Februari 2009 dari
http://www.stirling-fette.de/howdoes.htm#A0#A0
10. Khirata, Koichi . Bekkoame Home Page, Schmidt theory for Stirling engines .
Stirling engine home page [online]. diakses tanggal 28 Juli 2009. dari :
http://www.bekkoame.ne.jp/_khirata
xiii
11. Herzog, Zig . Schmidt Theory . Diakses pada tanggal 30 Agustus 2009 dari
http://www.ent.ohiou.edu/~urieli/stirling/ engines/engines.html
12. I.M. Yusof, N.A. Farid, Z.A. Zainal, G.B. Horizon, K. Noriman and A.
15. Urieli, Israel and Berchowitz, David M. , Stirling Cycle Engine Analysis
xiv
LAMPIRAN
xv
Foto – Foto Motor Stirling Yang Dibuat Dan Diuji
xvi
1 2 3 4 5 6
A A
B B
C C
D
CHK'D
APPV'D
Assembly all
MFG
Q.A MATERIAL:
DWG NO.
A4
1 2 WEIGHT: SCALE:1:2,5
1 2 3 4
79
B
79
64
A A
C 8, 4 holes
through
64
65
5
10
21
D
59
43
37
56,6
10
E
63
SECTION A-A
UNLESS OTHERWISE SPECIFIED: FINISH: DEBUR AND
DO NOT SCALE DRAWING REVISION
DIMENSIONS ARE IN MILLIMETERS BREAK SHARP
SURFACE FINISH: EDGES
TOLERANCES:
LINEAR:
ANGULAR:
CHK'D
APPV'D
HOT CYLINDER BLOCK
F MFG
Q.A MATERIAL:
DWG NO.
A4
WEIGHT: SCALE:1:1
1 2 3 4
65
59
56,6
B
79
E E
8 (4 holes)
79
8
5
22
D
3
63
3
36
10
SECTION E-E
UNLESS OTHERWISE SPECIFIED: FINISH: DEBUR AND
DO NOT SCALE DRAWING REVISION
DIMENSIONS ARE IN MILLIMETERS BREAK SHARP
SURFACE FINISH: EDGES
TOLERANCES:
LINEAR:
ANGULAR:
CHK'D
Cold Cylinder
APPV'D Block
F MFG
Q.A MATERIAL:
DWG NO.
A4
WEIGHT: SCALE:1:2
22,222
16
20
10
8
25
R2
50
79
50
16 39,500
39,500
78
79
16
79
39,50
A A
39,50
SECTION A-A 10
34
150
12
69
69
5
UNLESS OTHERWISE SPECIFIED: NAME DATE
FRONT COVER
TWO PLACE DECIMAL
THREE PLACE DECIMAL MFG APPR.
A A
B B
26
57
C C
D
CHK'D
APPV'D
CRANKSHAFT PIN
MFG
Q.A MATERIAL:
DWG NO.
A4
A A
R15
13
92
B B
17
7
R25
C C
14
33
43 UNLESS OTHERWISE SPECIFIED: FINISH: DEBUR AND
DO NOT SCALE DRAWING REVISION
DIMENSIONS ARE IN MILLIMETERS BREAK SHARP
SURFACE FINISH: EDGES
TOLERANCES:
LINEAR:
ANGULAR:
D
CHK'D
APPV'D
Connecting Rod
MFG
Q.A MATERIAL:
DWG NO.
A4
1 2 WEIGHT: SCALE:1:1
1 2 3 4 5 6
A A
22
51
B A B
20
34
39
13
C A C
11
SECTION A-A
D
CHK'D
APPV'D
PISTON
MFG
Q.A MATERIAL:
DWG NO.
A4
1 2 WEIGHT: SCALE:1:1
1 2 3 4 5 6
A A
56 13 32 13
B B
26
27
19,3
25
20
19
14
R48
C C
15 28 15
D
CHK'D
APPV'D
CRANKSHAFT
MFG
Q.A MATERIAL:
DWG NO.
A4
34
33,137
52
14
UNLESS OTHERWISE SPECIFIED: NAME DATE
Bearing House
ENG APPR.
TWO PLACE DECIMAL
THREE PLACE DECIMAL MFG APPR.
25,500
85
A
R10,500 11 A
B B
68
85
C 12 4 Holes C
D
CHK'D
APPV'D
PILLOW BLOCK
MFG
Q.A MATERIAL:
DWG NO.
A4
A A
55
A
C 95 (Bahan)
81
B
B 40 B
75
75
81
81
150
6
C C
75 85
81 UNLESS OTHERWISE SPECIFIED: FINISH: DEBUR AND
DO NOT SCALE DRAWING
DIMENSIONS ARE IN MILLIMETERS BREAK SHARP REVISION
SURFACE FINISH: EDGES
150 TOLERANCES:
LINEAR:
ANGULAR:
D
CHK'D
APPV'D
Crankcase
MFG
Q.A MATERIAL:
DWG NO.
A4
A A
B B
C C
APPV'D
Conecting Rod
MFG
Q.A MATERIAL:
DWG NO.
A4
1 2 WEIGHT: SCALE:1:2
1 2 3 4 5 6
A A
B B
C C
CHK'D
Assembly Hot
D
APPV'D Cylinder Block
MFG
Q.A MATERIAL:
DWG NO.
A4
1 2 WEIGHT: SCALE:1:2
1 2 3 4 5 6
A A
B B
C C
CHK'D
Assembly Cold
D
APPV'D Cylinder Block
MFG
Q.A MATERIAL:
DWG NO.
A4
A A
B B
C C
D
CHK'D
APPV'D
Assembly Crankshaft
MFG
Q.A MATERIAL:
DWG NO.
A4
1 2 WEIGHT: SCALE:1:2
1 2 3 4
MFG
& Pipe
Q.A MATERIAL:
DWG NO.
A4
A A
B B
C C
CHK'D
Petunjuk
D
APPV'D
MFG
Perakitan
Q.A MATERIAL:
DWG NO.
A4