1. LATAR BELAKANG
Perencanaan struktur adalah usaha yang bertujuan untuk menghasilkan
suatu struktur yang stabil, kuat, awet, ekonomis dan mudah dalam pelaksanaaan.
Suatu struktur disebut stabil bila struktur tersebut tidak mudah terguling, miring
atau tergeser selama umur bangunan yang direncanakan. Suatu struktur disebut
cukup kuat dan mampu layan bila kemungkinan terjadinya kegagalan struktur
dan kehilangan kemampuan layan selama masa hidup yang direncanakan adalah
kecil dan dalam batas yang dapat diterima. Suatu struktur disebut awet bila
struktur tersebut dapat menerima keausan dan kerusakan yang diharapkan terjadi
selama umur bangunan yang direncanakan tanpa pemeliharaan yang belebihan.
Kenyamanan yang diinginkan membutuhkan tingkat ketelitian dan
keamanan yang tinggi dalam perhitungan konstruksinya. Faktor yang seringkali
mempengaruhi kekuatan konstruksi adalah beban hidup, beban mati, beban angin,
dan beban gempa. Oleh karena itu, perlu disadari bahwa keadaan atau kondisi
lokasi pembangunan gedung bertingkat akan mempengaruhi pula terhadap
kekuatan gempa yang ditimbulkan yang kemudian berakibat pada bangunan itu
sendiri.
Untuk mencapai tujuan perencanaan tersebut, perencanaan struktur harus
mengikuti peraturan perencanaan yang ditetapkan oleh pemerintah berupa Standar
Nasional Indonesia (SNI).
struktur
dilakukan
dengan
4.1
4. TINJAUAN PUSTAKA
Umum
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai prinsip dasar perencanaan
Beton Bertulang
Beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah
tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum yang disyaratkan dengan atau
tanpa prategang, dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua bahan
tersebut bekerja sama dalam memikul gaya-gaya. (SNI-03-2847-2002, Pasal
3.13).
Beton kuat terhadap tekanan, tetapi lemah terhadap tarik. Oleh karena itu,
perlu tulangan untuk menahan gaya tarik untuk memikul beban-beban yang
bekerja pada beton. Adanya tulangan ini sering kali digunakan untuk memperkuat
daerah tekan pada penampang balok.Tulangan baja tersebut untuk beban-beban
berat dalam hal untuk mengurangi lendutan jangka panjang (Edward G. Nawi
1998).
4.3
2.
Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 03-
3.
2847-2013)
Pedoman Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Gedung dan Non
Gedung (SNI 1726-2012).
4.
4.4
Struktur atas adalah bagian dari struktur bangunan yang berada di atas muka
tanah. Struktur bawah adalah bagian dari struktur bangunan gedung yang terletak
di bawah muka tanah, yang dapat terdiri dari struktur besmen, dan/atau struktur
fondasinya.
Struktur bangunan gedung harus memiliki sistem penahan gaya lateral dan
gaya vertikal yang lengkap, yang mampu memberikan kekuatan, kekakuan, dan
kapasitas disipasi energi yang cukup untuk menahan gerak tanah desain dalam
batasan-batasan kebutuhan deformasi dan kekuatan yang disyaratkan. Gerak tanah
desain diasumsikan terjadi di sepanjang setiap arah horisontal struktur bangunan
gedung.
4.4.2
1. Kolom
Kolom adalah komponen struktur bangunan yang bertugas menyangga
beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang ditopang paling tidak. tiga
kali dimensi lateral terkecil (Dipohisodo, 1994).
2. Balok
Balok merupakan bagian struktur yang digunakan sebagai dudukan lantai
dan pengikat kolom lantai atas. Fungsinya adalah sebagai rangka penguat
horizontal bangunan akan beban-beban.
Pada sistem structural bagunan gedung, elemen balok merupakan
digunakan dengan pola berulang dalam susunan hirarki balok. Susunan hirarki ini
terdiri atas ; susunan satu tingkat, dua tingkat, dan susunan tiga tingkat sebagai
batas maksimum. Tegangan aktual yang timbul pada elemen struktur balok
tergantung pada besar dan distribusi material pada penampang melintang balok
tersebut. Semakin besar ukuran balok, semakin kecil tegangan yang terjadi.
Apabila suatu gelagar balok bentangan sederhana menahan beban yang
mengakibatkan timbulnya momen lentur akan terjadi deformasi (regangan) lentur
di dalam balok tersebut. Regangan-regangan balok tersebut mengakibatkan
timbulnya tegangan yang harus ditahan oleh balok, tegangan tekan di sebelah atas
dan tegangan tarik dibagian bawah. Agar stabilitas terjamin, batang balok sebagai
bagian dari sistem yang menahan lentur harus kuat untuk menahan tegangan tekan
dan tarik tersebut karena tegangan baja dipasang di daerah tegangan tarik bekerja,
di dekat serat terbawah, maka secara teoritis balok disebut sebagai bertulangan
baja tarik saja (Dipohusodo,1996).
3. Pelat
Pelat beton bertulang yaitu struktur tipis yang dibuat dari beton bertulang
dengan bidang yang arahnya horisontal, dan beban yang bekerja tegak lurus pada
bidang struktur tersebut. Ketebalan bidag pelat ini relatif sangat kecil apabila
dibandingkan dengan bentang panjang/lebar bidangnya. Pelat beton bertulang ini
sangat kaku dan arahnya horisontal, sehingga pada bangunan gedung, pelat ini
berfungsi sebagai diafragma/unsur pengku horisontal yang sangat bermanfaat
untuk mendukung ketegaran balok portal (Ali Asroni,2010).
4. Dinding Geser
Dinding geser atau shear wall adallah diding yang dirancang untuk
meningkatkan kekuatan dan menahan gaya-gaya lateral. Dindingg geser yang
diproporsikan untuk menahan kombinasi dari geser, momen dan gaya aksial yang
ditimbulkan oleh gempa.
4.4.3
dangkal dan pondasi dalam. Yang termasuk pondasi dangkal adalah sebagai
berikut :
1. Pondasi Telapak
2. Pondasi Cakar Ayam
3. Pondasi Sarang Laba-laba
Sedangkan yang termasuk pondasi dalam adalah sebagai berikut :
1. Pondasi Sumuran
2. Pondasi Tiang
3. Pondasi Caisson
4.4.4
sesuai Tabel 1 pengaruh gempa rencana terhadapnya harus dikalikan dengan suatu
faktor keutamaan Ie menurut Tabel 2 (SNI Gempa 1726:2012 Pasal 4.1.2). Faktor
keutaman adalah suatu faktor yang menyumbangkan tingkat resiko bagi
kehidupan manusia, kesehatan dan kesejahteraan yang terkait dengan kerusakan
properti kehilangan kegunaan atau fungsi.
4.4.5
2% dalam 50
4.4.6
10
v s , N , dan su
vs
vs
Metode
vs
yang kecil, di dalam lapisan 30 m teratas. Pengukuran
di lapangan dapat
Metode
N ch
atas atau
su
su
Metode
su
N ch
Bila
dan
diberlakukan sesuai dentgan kategori tanah yng lebih lunak. Profil tanah yang
mengandung beberapa lapisan tanah dan/atau batuan yang nyata berbeda, harus
dibagi menjadi lapisan lapisan yang diberi nomer ke-1 sampai ke-n dari atas ke
bawah, sehingga ada total n-lapisan tanah yang berbeda pada lapisan 30 m paling
atas tersebut. Bila sebagian dari lapisan n adalah kohesif yang lainnya nonkohesif,
11
maka k adalah jumlah lapisan kohesif dan m adalah jumlah lapisan non-kohesif.
Simbol i mengacu kepada lapisan antara 1 dan n.
vs
Kecepatan rata-rata gelombang geser
vs
Nilai
i 1
vs
di
di
i 1
v si
n
Dengan,
di
= tebal setiap lapisann antara kedalaman 0 sampai 30 meter.
v si
= kecepatan gelombang geser lapisan i dinytakan dalam m/det.
i 1
di
= 30 meter.
Tahanan rata-rata
N
ch
Nilai
N ch
dan
i 1
i 1
di
di
Ni
12
Ni
Di mana
di
dan
ds
i 1
N ch
di
Ni
Ni
Dimana
di
dan
i 1
di
ds
=
ds
, di mana
Ni
adalah tahanan penetrasi 60% energi (N60) yang terukur langsung di lapangan
tanpa koreksi, dengan nilai tidak lebih dari 305 pukulan/m.
su
Kuat geser niralir rata-rata
dc
su
i 1
di
sui
=
Dengan,
k
i 1
di dc
dc
= ketebalan total dari lapisan-lapisan tanah kohesif di dalamlapisan 30
meter paling atas.
13
sui
= kuat geser niralir (kPa), dengan nilai tidak lebih dari 250 kPa seperti
yang ditentukan dan sesuai dengan tata cara yang berlaku.
PI
4.4.7
spektral
percepatan
gempa
maksimum
yang
14
SDS =
2
SDS =
4.4.8
SMS
SM1
prosedur gerak tanah dari spesifik situs tidak digunakan, maka kurva spektrum
respons desain harus dikembangkan dengan mengacu pada gambar 4.
Untuk perioda (T) < T0, spektrum respons desain, Sa , harus diambil dari
persamaan;
T
0,4 0,6
T0
Sa = SDS
Untuk perioda (T) T0 dan perioda (T) Ts , spektrum respon percepatan desain
Sa , sama dengan SDS;
Untuk perioda (T) > Ts, spektrum respons percepatan desain Sa ,diambil
berdasarkan persamaan:
S D1
T
Sa =
Dengan,
SDS = parameter respons spektral percepatan desain pada perioda pendek
SD1 = parameter respons spektral percepatan desain pada perioda 1 detik
T = perioda getar fundamental struktur
S
0,2 D1
T0
S DS
=
S D1
Ts
S DS
=
15
16
4.4.9
17
dipengaruhi oleh fungsi massa dan kekakuan. Nilai perioda desain akan digunakan
untuk mendapatkan beban gempa rencana. Pada SNI 1726:2012 nilai
perioda/waktu getar
Ta =
hn
Dengan,
Ct
tertinggi struktur, dan koefisien
18
19
terpisah dalam semua dua arah ortogonal. Pengaruh beban paling kritis akibat arah
penerapan gaya gempa pada struktur dianggap terpenuhi jika komponen dan
fondasinya didesain untuk memikul kombinasi beban-beban yang ditetapkan
berikut: 100% gaya untuk satu arah ditambah 30% gaya untuk arah tegak lurus.
Kombinasi yang mensyaratkan kekuatan komponen maksimum harus digunakan.
Untuk kategori desain seismic D, E, F, struktur yang dirancang untuk
kategori desain seimik D, E, atau F harus, minimum, sesuai dengan persyaratan
untuk kategori desain seismic C. Sebagai tambahan, semua kolom atau dinding
yang membentuk bagian dari dua atau lebih sistem penaha gaya gempa yang
berpotongan dan dikenai beban aksial akibat gaya gempa yang bekerja sepanjang
baik sumbu denah utama sama atau melebihi 20% kuat desain aksial kolom atau
dinding harus didesain untuk pengaruh beban paling kritis akibat penerapan gaya
gempa dalam semua arah. Prosedur kombinasi ortogonal, diijinkan untuik
digunakian untuk memenuhi persyaratan ini.
20
21
22
Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian
gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara. Beban angin
ditentukan dengan menganggap adanya tekanan positif dan tekanan negatif
(isapan) yang bekerja tegak lurus pada bidang-bidang yang ditinjau..
4.4.17 Kombinasi Pembebanan
Struktur, komponen-elemen struktur dan elemen-elemen fondasi harus
dirancang sedemikian hingga kuat rencananya sama atau melebihi pengaruh
beban-beban terfaktor dengan kombinasi-kombinasi sebagai berikut:
Kombinasi Beban untuk Metode Ultimit:
1,4D
1,2D + 1,6L + 0,5(Lr atau R)
1,2D + 1,6(Lr atau R) + (L atau 0,5R)
1,2D + 1,0W + L + 0,5(Lr atau R)
1,2D + 1,0E + L
0,9D + 1,0W
0,9D + 1,0E
Dimana:
D = beban mati (dead load)
L = beban hidup (live load)
Lr = beban hidup paada atap (roof live load)
R = beban air hujan (rain load)
W = beban angin (wind load)
23
H = beban tekanan tanah lateral, tekanan air dalam tanah atau tekanan berat
sendiri material (load due to lateral earth preasure, ground water pressure, or
pressure of bulk materials).
E = beban gempa (earthquake load).
Pengaruh yang paling menentukan dari beban angin dan seismik harus
ditinjau, namun kedua beban tersebut tidak perlu ditinjau secara simultan.
4.5
akibat beban gempa, dan direncanakan untuk memikul lentur harus memenuhi
syarat-syarat di bawah ini:
1 Gaya aksial tekan pada komponen struktur tidak boleh melebihi 0,1Agfc.
2 Bentang bersih komponen struktur tidak boleh kurang dari empat kali tinggi
efektifnya.
3 Perbandingan lebar terhadap tinggi tidak boleh kurang dari 0,3
f 'c
bwd
4 fy
4 Jumlah tulangan atas dan tulangan bawah tidak boleh kurang dari
dan
tidak boleh kurang dari 1,4bwd/fy dan rasio tulangan tidak boleh ,melebihi
0,25.
5 Kuat geser nominal yang disumbangkan oleh beton untuk memikul geser
dianggap 0, apabila gaya aksial tekan terfaktor, termasuk akibat gempa lebih
kecil dari Agfc/20
Ve
Untuk balok:
Ve
M pr1 M pr 2
L
Wu L
2
M pr 3 M pr 4
H
Untuk kolom:
6 Kuat lentur kolom harus memenuhi Me (6/5) Mg
24
4.5.1
25
26
Mulai
Studi Literatur
Perencanaan Awal
Perhitungan
Pembebanan
Pemodelan
Dengan Program
Memenuhi Batas Layan dan Batas
Ultimit
No
Ye
Evaluasi Kinerja
Dengan Analisis
Pushover
No
Ye
s
Kesimpulan/Saran
Selesai
27
5.2
umum mengenai model bangunan yang akan didirikan. Adapun data-data umum
perancangan sebagai berikut
1. Material Struktur Atas
a. Mutu Beton
fc : K400
b. Mutu Baja Tulangan
:
1) Diameter 12 mm menggunakan baja tulangan polos BJTP 24
dengan tegangan leleh, fy = 240 Mpa.
2) Diameter > 12 mm menggunakan baja tulangan ulir BJTD 40
dengan tegangan leleh, fy = 400 Mpa.
2. Elemen Struktur
a. Jenis Struktur
: Beton Bertulang
b. Sistem Struktur
: Sistem Ganda
3. Lokasi
: Depok Jawa Barat
Kategori Desain Seismik
:D
28
6. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB 1 PENDAHULUAN
Berisi latar belakang masalah, tujuan Tugas Akhir, batasan masalah, lokasi
Tugas Akhir (kecuali penulisan dengan menggunakan metode kuisioner),
sistematika penulisan, dan jadwal penyelesaian Tugas Akhir.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Berisi uraian sistematika tentang penelitian sebelumnya, hasil-hasil tugas
akhir atau tulisan-tulisan lain yang ada hubungannya dengan Tugas Akhir
yang dilakukan.
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
Berisi tentang penjelasan penelitian, cara pengumpulan data dan cara
menganalisisnya.
BAB 4 DATA PENELITIAN
Berisi tentang data-data kuisioner yang didapat dalam bentuk bagan atau
tabel-tabel
BAB 5 PERHITUNGAN DAN ANALISIS DATA
Berisi tentang bagaimana melakukan pembahasan dan analisis dari data
yang diperoleh dari peniliti
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi tentang kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil pembahasan
pada bab-bab sebelumnya, sehingga merupakan rangkaian yang sistematis
dan mudah dipahami.
7. PERENCANAAN TUGAS AKHIR
Adapun perencanaan jadwal pelaksanaan Tugas Akhir ialah sebagai
berikut :
Waktu
Nama
Kegiatan
Agustus
3
September
1
Oktober
4
Nopember
4
Desembe
r
1
2
Briefing Tugas
Akhir
Pendaftaran
Tugas Akhir
29
Pengumpulan
Draft Seminar
Proposal
Seminar
Proposal
Tugas Akhir
Progress
Report
Seminar Isi
Tugas Akhir
Perbaikanperbaikan
Sidang Akhir
8. DAFTAR PUSTAKA
1. Asroni, Ali. Balok dan Pelat Beton Bertulang. Surakarta: GRAHA
ILMU.2010
2. Dipohusodo, Istimawan Manajemen dan Konstruksi. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama. 1996
3. Dipohusodo, Istimawan.. Struktur Beton Bertolong Berdasarkan SK SNI T15-1991-03 Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama. 1994
4. Indarto Himawan, dkk.Aplikasi SNI 2012 for Dummies. Semarang: UNNES.
2013
5. analysis of RC buildings. California: Elsevier. 2001
6. Nawi, Edward G.. Beton Bertulang: Suatu Pendekatan Dasar. Bandung: PT
Refika Aditama. (penerjemah: Suryatmono, Bambang). 1998
7. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIUG) 1983
8. SNI 1727-2013 (Beban minimum untuk perencanaan bangunan gedung dan
struktur lain)
9. SNI 1726-2012 (Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur
gedung dan non gedung)
10. SNI 1726-2002 (Standar perencanaan ketahanan gempa untuk struktur
bangunan gedung)
30
31