EDISI II
2015
ISBN 978-602-1099-51-3
1. Judul
I. Plants, Medicinal
2015
ii
P r o f d r T j a n d r a Yo g a A d i t a m a
DAFTAR ISI
1.
2.
3.
4.
Pendahuluan.................................................................................. 1
5.
6.
Saintifikasi Jamu.........................................................................12
7.
8.
9.
iii
PENDAHULUAN
Jamu dapat digunakan untuk pengobatan dan
pemeliharaan kesehatan. Meskipun rasanya pahit, namun sejak
berabad-abad yang lalu Jamu selalu mendapat tempat yang
penting dalam kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia.
Berbagai literatur yang menyatakan bahwa tumbuhan
obat di sekitar lingkungan hidup manusia telah berhasil
mencegah kemusnahan mereka akibat wabah penyakit
menular seperti wabah di masa lalu.
Secara historis, pemanfaatan pelayanan kesehatan
tradisional telah berlangsung lama di Indonesia dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan hingga saat ini. Ada pendapat
bahwa hal ini dapat ditelusuri pada relief Candi, sementara
istilahJamu (Jampi Oesada) mungkin juga dapat ditelusuri
pada peninggalan tulisan jaman dulu, ada yang mengatakan
mungkin ada di naskah Ghatotkacasraya (Mpu Panuluh),Serat
Centhini dan Serat Kawruh Bab Jampi-Jampi Jawi.
Sejarah jamu memang tidak diketahui secara pasti, ada
juga yang menghubungkan dengan kebiasaan pada Kerajaan
Hindu Mataram. Catatan lainpada kebiasaan putri-putri keraton
untuk menjaga kesehatan dan kecantikan diri di depan suami,
mereka menggunakan jamu dan kosmetik herbal. Acaraki
misalnya, adalah sebutan bagi orang yang membuat jamu dan
resep ramuan ituterangkum dalam kitab Madhawapuras.
Sementara itu, jamu sendiriadalah kata dari Jawa, yang
terbentuk dari kataJampi Usododan mempunyai arti ramuan
kesehatan disertai dengan doa. Istilah Jamu sudah dikenal
nenek moyang kita sejak dahulu kala. Sejarah tentang jamu
dapat ditelusuri dari beberapa bukti sejarah yang ada, antara
lain :
P r o f d r T j a n d r a Yo g a A d i t a m a
P r o f d r T j a n d r a Yo g a A d i t a m a
Secara
filosofis
maka
pendekatan
tradisional
komplementer memangberbeda dengan pengobatan
konvensional.Prinsip pengobatan tradisonal&komplementer
a.l adalah :
1. Pendekatan holistik (mind-body-spirit),
2. Modalitas yang dipakai juga komprehensif (intervensimindbody-spirit),
3. Pengobatan lebih kepada mengembalikan vitalitas tubuh
untuk self-healing,
4. Pengukuran hasil pengobatan juga bersifat holistik
(perbaikan fungsi tubuh).
Untuk supaya jamu dapat meningkat perannya dalam
kehidupan masyarakat kita, maka sedikitnya ada lima pihak
yang penting perannya.
Pertama adalah tentu masyarakat sendiri, dan ini
tidak terlalu sulit karena kenyataannya sebagian cukup besar
memang sudah menggunakan salah satu bentuk jamu dalam
rumah tangganya. Ke dua adalah petugas kesehatan, yang
berhadapan langsung dengan pasien / masyarakat. Ini yang
masih butuh tantangan, khususnya bukti ilmiah yang dapat
meyakinkan petugas kesehatan, serta aturan yang mendukung.
Untuk mendapat bukti ilmiah maka diperlukan peran
aktor ke tiga, yaitu peneliti, baik di Lembaga Riset seperti
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes)
Kementerian Kesehatan RI, atau juga dari Universitas. Pihak ke
empat yang juga amat penting adalah para Penentu Kebijakan
Publik, yang dibutuhkan dukungan politik nya dan juga
ketersediaan peraturan per UU an yang diperlukan.
Sementara itu, pihak ke lima yang juga mutlak diperlukan
adalah dunia usaha, yang akan membuat jamu sebagai komoditi
yang dapat dijumpai secara luas.
P r o f d r T j a n d r a Yo g a A d i t a m a
P r o f d r T j a n d r a Yo g a A d i t a m a
10
P r o f d r T j a n d r a Yo g a A d i t a m a
11
12
P r o f d r T j a n d r a Yo g a A d i t a m a
SAINTIFIKASI JAMU
Untuk menjamin tersedianya Jamu yang aman, berkhasiat
dan bermutu, Pemerintah Indonesia melakukan langkah dan
upaya untuk menjamin keamanan Jamu. Untuk memperkuat
data dan informasi ilmiah tentang Jamu -utamanyaformula
Jamu-.
Pemerintah Indonesia melaksanakan Program Saintifikasi
Jamu atau Scientific Based Jamu Development , yaitu penelitian
berbasis pelayanan yang mencakupPengembangan Tanaman
Obat menjadi Jamu Saintifik, meliputi tahap-tahap :
1. Studi etnofarmakologi untuk mendapatkan base-line data
terkait penggunaan tanaman obat secara tradisional.
2. Seleksi formula jamu yang potensial untuk terapi alternatif/
komplementer.
3. Studi klinik untuk mendapatkan bukti terkait manfaat dan
keamanan.
4. Jamu yang terbukti berkhasiat dan aman dapat digunakan
dalam sistem pelayanan kesehatan formal.
Jamu saintifik yang dihasilkan dari program digunakan
untuk terapi komplementer di fasilitas pelayanan kesehatan
dan dijadikan pilihan masyarakat jika mereka menginginkan
untuk mengonsumsi Jamu saja sebagai subyek dalam upaya
preventif, promotif, kuratif, rehabilitatif dan paliatif.
Pengembangan Tanaman Obat menjadi Jamu Saintifik.
1. Studi etnofarmakologi untuk mendapatkan base-line data
terkait penggunaan tanaman obat secara tradisional.
2. Seleksi formula jamu yang potensial untuk terapi alternatif/
komplementer.
3. Studi klinik untuk mendapatkan bukti terkait manfaat dan
keamanan.
13
Nama
Lokal
Nama Latin
Bagian
Tanaman
Kandungan
Seledri
Apium graveolens L
Herba
Flavonoid (apiin,
apigenin), kumarin
Kumis
Kucing
Orthosiphon
aristatus
(Thunb).B.B.S. non
Bth
Daun
Diterpen, flavonoid
Pegagan
Herba
Glikosida
(asiatikosida dan
madekasosida),
triterpen asam
asiatat, quersetin,
kaempferol
Temu
lawak
Curcuma
xanthorrhiza Roxb
Rimpang
Kurkumin,
xhantorizol,
kurkuminoid,
minyak atsiri
Kunyit
Curcuma domestica
Val
Rimpang
Kurkuminoid, resin,
minyak atsiri
Herba
Lignan (filantin,
hipofilantin),
flavonoid, minyak
atsiri
Meniran
Phyllanthus niruri L
14
P r o f d r T j a n d r a Yo g a A d i t a m a
Nama
Lokal
Nama Latin
Bagian
Tanaman
Kandungan
Kepel
Stelechocarpus
burahol (BI.)
Hook.F.&Th
Daun
Flavonoid,
tanin, steroid
Secang
Caesalpinia sappan L
Kayu
Fenol (brazilin,
brazilein)
Daun
Flavonoid
(luteolin,
apigenin),
kumarin
(skopoletin)
Tempuyung
Sonchus arvensis L
Temu lawak
Curcuma
xanthorrhiza Roxb
Rimpang
Kurkumin,
xhantorizol,
kurkuminoid,
minyak atsiri
Kunyit
Curcuma domestica
Val
Rimpang
Kurkuminoid,
resin, minyak
atsiri
Herba
Lignan (filantin,
hipofilantin),
flavonoid,
minyak atsiri
Meniran
Phyllanthus niruri L
15
16
P r o f d r T j a n d r a Yo g a A d i t a m a
17
18
P r o f d r T j a n d r a Yo g a A d i t a m a
19
20
P r o f d r T j a n d r a Yo g a A d i t a m a
1.
2.
3.
4.
21
obat
yang
telah
terkoleksi
segera
22
P r o f d r T j a n d r a Yo g a A d i t a m a
23
24
P r o f d r T j a n d r a Yo g a A d i t a m a
25
26
P r o f d r T j a n d r a Yo g a A d i t a m a
27
28
P r o f d r T j a n d r a Yo g a A d i t a m a
29
30
P r o f d r T j a n d r a Yo g a A d i t a m a
31
32
P r o f d r T j a n d r a Yo g a A d i t a m a
e. Natural pesticide
f. Protein terapeutic
g. Functional Food/nutraceutical food
h. Natural Cosmetic
i. Nano Technology
10. Kemandirian Bahan Baku Obat
Kegiatan Penelitian dan Pengembangan kesehatan di
bidang jamu dan tanaman obat antara lain dilakukan oleh Balai
BesarPenelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional di Tawangmangu, Pusat 4 dan Balai/Loka Litbang di
Indonesia dan juga kegiatan lain di Komisi Saintifikasi Jamu.
Balai BesarPenelitian dan Pengembangan Tanaman Obat
dan Obat Tradisional Balitbangkes pada thn 2014 melakukan 10
kegiatan seperti dibawah ini.
1. Penelitian Saintifikasi Jamu
a. Praklinik
Penelitian praklinik meliputi uji toksisitas dan farmakologi
terhadap formulajamu dispepsia, osteoartritis genu,
diabetes, dan hemoroid.
b. Klinik
1) Pre-post design yaitu formula:
Kegiatan penelitian di klinik Saintifikasi Jamu
Hortus Medicus terhadapformula hiperglikemi,
hiperkolesterolemi, dan hipertensi. Sebelum tahun
2014 telah dilakukan penelitian untuk formula
obesitas,pelancar ASI, aprodisiak, urolitiasis,
anemia, FAM, insomnia, anemia defisiensi Fe,
immunomodulator, dan nyeri kepala tegang otot.
2) Randomized Case Control Trial (RCT)
Meliputi penelitian formula untuk dispepsia,
osteoartritis genu dan hemoroid, dengan melibatkan
96 dokter Saintifikasi Jamu di provinsi Jawa Tengah
33
34
P r o f d r T j a n d r a Yo g a A d i t a m a
35
36
P r o f d r T j a n d r a Yo g a A d i t a m a
di
37
38
P r o f d r T j a n d r a Yo g a A d i t a m a
39
40
P r o f d r T j a n d r a Yo g a A d i t a m a
PENUTUP
Jamu memang selama ratusan tahun sejarah bangsa kita
sudah diketahui dan terbukti secara etnologi bahwa memang
bermanfaat bagi kesehatan.Selain bukti empiris itu makaBadan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan kini juga aktif melakukan penelitian kesehatan bukti
saintifik modern dengan alat dan laboratorium canggih.
Pada pertengahan 2014 dilakukan seminar internasional
dengan tema Indonesia Traditional Medicine for Human
Welfareuntuk Simposium Internasional ini. Tema ini sangat
relevan dengan upaya Pemerintah Indonesia bersama seluruh
lapisan masyarakat- untuk : (1) menempatkan Jamu menjadi
tuan rumah di negeri sendiri, dan (2) mengintegrasikan jamu
dalam pelayanan kesehatan untuk meningkatkan derajat
kesehatan dan kualitas hidup serta kesejahteraan masyarakat.
Di samping itu, di Indonesia, pertanian tanaman obat -yang
digunakan untuk Jamu- mempunyai nilai ekonomi yang mampu
mengangkat tingkat sosial ekonomi dan kesejahteraan petani
tanaman obat. Dengan makin berkembangnya jumlah industri
Jamu, baik industri skala rumah tangga maupun industri
skala menengah keatas, pertanian tanaman obat akan makin
meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat.
Salah satu tantangan yang harus disikapi Indonesia adalah
menguasai teknologi yang mampu menghasilkan sediaan Jamu
yang aman, berkhasiat, bermutu dan praktis. Diharapkan agar
dalam lima tahun ke depan, Indonesia mampu menguasai
teknologi tersebut sehingga masyarakat akan makin menyukai
Jamu dan dapat dimanfaatkan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Selain itu, perlu diwujudkan pula pelayanan kesehatan
yang patient centered dan mampu menyembuhkan secara
41
42
P r o f d r T j a n d r a Yo g a A d i t a m a
43
DAFTAR PUSTAKA
1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Buku 1:
Pokok-pokok Hasil Riskesdas Indonesia Tahun 2013. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; 2014.
2. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat
dan Obat Tradisional Tawangmangu. Laporan Awal Hasil
Ristoja 2012. Tawangmangu: Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional
Tawangmangu; 2012.
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 381/Menkes/
SK/III/2007 tentang Kebijakan Obat Tradisional Tahun 2007.
Jakarta; 2007.
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 003/Menkes/
PER/I/2010 tentang Saintifikasi Jamu dalam Penelitian
Berbasis Pelayanan Kesehatan. Jakarta; 2010.
5. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat
dan Obat Tradisional Tawangmangu. Laporan BBPPTOOT
Tawangmangu 2014. Tawangmangu: Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional
Tawangmangu; 2014.