Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS JURNAL

A.

JUDUL
Nurse Directed Interventions to Reduce Catheter Associated Urinary
Tract Infections : Rencana Pengarahan Perawat untuk Mengurangi Infeksi
Saluran Kemih Akibat Pemasangan Kateter

B.

PUBLIKASI
Diterbitkan oleh the Association for Professionals in Infection
Control and Epidemiology, Inc dan dipublikasikan oleh Published by
Elsevier Inc. All rights reserved pada tahun 2011.

C.

LATAR BELAKANG
1. Latar Belakang Kelompok
Infeksi nosokomial merupakan salah satu masalah utama dalam
keperawatan. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang diperoleh
atau

dialami

oleh

pasien

selama

dirawat

di

rumah

sakit

dan

menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada di rumah sakit serta


infeksi tersebut tidak ditemukan atau diderita pada saat pasien masuk
ke rumah sakit. Faktor yang mempengaruhi seorang pasien terkena
infeksi salah satunya adalah faktor alat. Suatu penelitian klinis
menunjukkan infeksi nosokomial terutama disebabkan oleh infeksi dari
kateter urin, infeksi jarum infus, infeksi dari luka operasi dan
penggunaan alat non steril.
Infeksi saluran kemih pada pasien yang terpasang kateter
merupakan salah satu infeksi yang mungkin terjadi selama masa
perawatan di rumah sakit yang menyebabkan memanjangnya masa
perawatan pasien di rumah sakit dan meningkatkan biaya perawatan.
Banyaknya jumlah pasien yang terpasang kateter di RSUD dr. Soediran
Mangun Soemarso memerlukan perhatian dalam mencegah terjadinya
infeksi saluran kemih pada pasien yang terpasang kateter. Oleh karena
itu terdapat beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya infeksi saluran kemih pada pasien terpasang kateter,
diantaranya adalah memberikan edukasi bagi tenaga kesehatan,
khususnya

perawat,

sehingga

dalam

melakukan

pemasangan,

perawatan, dan pelepasan kateter dapat dimanajemen dengan sebaikbaiknya dan infeksi saluran kemih dapat diminimalisir.
2. Latar Belakang Penulis
Pemasangan kateter yang berakibat pada Infeksi Saluran Kemih
sudah sering terjadi dan menyebabkan peningkatan biaya. Hampir 25%

pasien yang di rawat di rumah sakit dipasang kateter setiap tahunnya


dan 10% diantaranya mengalami infeksi saluran kemih. Hasil laporan
dari praktek pemasangan kateter pada saluran kemih secara luas
adalah penggunaan kateter dalam jangka waktu lama menyebabkan
bakteriuria,

sedangkan

diperkirakan

25%

pasien

rawat

inap

menggunakan kateter selama perawatannya, hampir 50% pasien bedah


menggunakan kateter minimal selama 48 jam setelah operasi dan
sekitar 50% pasien tidak memiliki indikasi yang jelas untuk tetap
menggunakan kateter selama perawatan.
Kateter mungkin tidak tepat dipertahankan selama berhari-hari
karena alasan kenyamanan, kesalahpahaman program, kebutuhan atau
kelayakan, ketidakjelasan permintaan atau order untuk dilepas. Oleh
karena itu untuk mengurangi kejadian infeksi saluran kemih akibat
kateterisasi harus fokus pada penggunaan evidance based indwelling
urinary catheter selama pemasangan, perawatan dan pelepasan kateter.
Panduan untuk mempertahankan pemakaian kateter dalam jangka
waktu

lama

sebenarnya

ada

tetapi

tidak

banyak

diikuti

dan

dilaksanakan.
D.

TUJUAN
1. Tujuan Umum
a. Mengetahui manajemen penanganan infeksi saluran kemih pada
pasien yang terpasang kateter.
b. Mengetahui peran tenaga kesehatan dalam pencegahan infeksi
pasien yang terpasang kateter
2. Tujuan Peneliti
Tujuan dari studi proses ini adalah meningkatkan kualitas
dengan mendorong intervensi perawat untuk meningkatkan manajemen
eliminasi urin pada pasien rawat inap dan mengukur dampak intervensi
pada durasi penggunaan kateter urin dengan kejadian infeksi saluran
kemih akibat pemasangan kateter pada pasien dalam unit perawatan.

E.

METODOLOGI PENELITIAN
1.
Tempat penelitian
Tempat dilaksanakan penelitian adalah Rumah Sakit Universitas
Colorado yang merupakan pusat kesehatan akademik berlokasi di
Aurora Colorado. Ruangan yang digunakan untuk penelitian adalah dua
ruangan bedah dan penyakit dalam yang berdekatan dimana masingmasing ruang mempunyai 18 tempat tidur.

2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan januari sampai dengan juni 2009.
3. Populasi dan Sampel
Terdapat sekitar 150 pasien per bulan yang dirawat di ruang bedah
umum dan 125 pasien per bulannya di ruang perawatan paru-paru yang
terpasang kateter. Jadi total populasi adalah 275 orang pasien.
4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
a. Kriteria Inklusi adalah semua pasien yang terpasang kateter selama
perawatan.
b. Kriteria Eksklusi adalah pasien dengan rencana bedah urologic.
5. Desain Penelitian
Menggunakan desain penelitian pre dan post intervensi.
6. Jalannya penelitian
a. Penelitian ini menggunakan kerangka kerja untuk implementasi :
1) Merekrut sebuah tim multidisiplioner yang terdiri dari perawat,
dokter,

terapis

rehabilisasi,

personel

transport,

bagian

yang

mengontrol pencegahan infeksi, dan perwakilan informasi klinik.


2) Memeriksa bukti-bukti, melakukan kajian literatur, mengevaluasi
literatur yang dirangkum ke dalam tabel bukti. Panduan konsensus
dan melihat ulang sistem digunakan untuk membuat rencana
tindakan.
3) Identifikasi dan memahami produk yang diguanakan, ketersediaan
produk dan biaya.
4) Mengukur Hasil
b. Tahapan penelitian :
1) Fase I
Mengumpulkan data dasar tentang pemasangan kateter urin,
durasi dan kejadian infeksi saluran kemih akibat kateterisasi yang
diperoleh dari 2 unit rawat inap yaitu unit bedah dan unit paru
dipilih untuk mengukur perubahan dalam praktek dan tingkat
infeksi.
2) Fase II
Intervensi rumah sakit secara luas termasuk merevisi kebijakan
rumah sakit pemasangan dan perawatan kateter urin berdasarkan
yang terbaik saat ini bukti dan 2008 Society for Healthcare
Epidemiologi America, Inc / Penyakit Infeksi Society of America
praktek rekomendasi, pelatihan berbasis kompetensi penyisipan
kateter, dan evaluasi produk kateter rumah sakit.
Pencegahan infeksi saluran kemih akibat kateter dapat dilakukan
dengan :
a) Bersihkan area genital pasien menggunakan cairan aseptik
sebelum pemasangan kateter, bersihkan secara rutin setiap

hari dan bersihkan menggunakan produk sabun yang aman


setelah klien BAB.
b) Handschoen bersih seharusnya digunakan saat membersihkan
genetalia dan handshoen steril digunakan saat pemasangan
kateter.
c) Setelah kateter terpasang harus difiksasi ke paha pasien
dengan alat yang aman untuk mencegah iritasi, peradangan,
dan infeksi. Pergerakan kateter menyebabkan faktor risiko
iritasi dan infeksi.
d) Letakkan urine bag lebih rendah dari kandung kemih untuk
mencegah terjadinya aliran balik dan menjaga agar tidak
infeksi.
e) Kosongkan urine bag setiap 8 jam atau saat urine bag sudah
terisi 2/3 atau sebelum pasien dipindahkan atau ambulasi.
f) Jika kateter telah di pasang selama lebih dari 2 hari, berikan
pengingat

harian

ke

penyedia

layanan

kesehatan

untuk

mengevaluasi kebutuhan lebih lanjut untuk tetap dipasang.


g) Mengetahui indikasi klinis pemasangan kateter urine untuk
pasien Anda. Tahukah Anda sebuah kateter urine tidak
diindikasikan untuk pasien dengan mobilitas terbatas, nyeri
yang tidak terkontrol, kenyamanan perawat atau pasien, atau
pencegahan kerusakan kulit.
h) Setelah pelepasan kateter tidak BAK dalam waktu 4-6 jam,
gunakan scanner kandung kemih samping tempat tidur untuk
menentukan volume urine.
i) Setelah kateter dilepas, tawarkan tempat tidur dekat dengan
toilet jika mereka tidak dapat ambulasi dengan aman ke kamar
mandi
3) Fase III
a) Sesi pendidikan enam puluh menit, diadakan beberapa kali
untuk memfasilitasi kehadiran, diberikan oleh para ilmuwan
perawat penelitian dan unit perawat pendidik untuk mengatasi
permasalahan infeksi saluran kemih akibat kateter
b) Peningkatan ketersediaan peralatan toileting di samping tempat
tidur

(dalam

beberapa

ukuran)

untuk

mempromosikan

kepatuhan pasien melakukan beremih dengan aman.


c) Pembelian scanner kandung kemih
d) Membuat
selebaran yang meliputi perawatan

kateter,

perubahan produk kateter, gunakan kandung kemih scanner, dan


hindari penggunaan kateter dalam jangka waktu lama.

e) Bermitra

dengan

pasien

dan

keluarga

keterlibatan dalam perawatan mereka.


7. Analisa Data
Mengelompokkan data demografik pasien

untuk

yaitu

mendorong

umur,

jenis

kelamin, prosedur bedah, dan LOS ( Length of stay) yang telah


dikumpulkan

oleh

menggunakan

uji

rekam
statistik

medis.

Semua

deskriptif

untuk

variabel
tingkat

dianalisis
pengukuran

univariat. Analisis statistik bivariat digunakan untuk membandingakan


perbedaan

antara

pre

dan

post

intervensi

kateter

per

hari

menggunakan uji t test dengan alpha 0,05.


F.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Hasil
Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian
Ruang Perawatan
Ruang Paru-paru
Umur
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
LOS
Ruang Bedah
Umur
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
LOS

Fase I

Fase II

Fase III

58,2
(14,0)

58.1 (14,6)

57,2 (14,9)

57 (58,8)
40 (41,2)
7,2 (7,4)

56 (58,3)
40 (41,7)
6,7 (6,5)

55,3 (14,4)

52,3 (14,8)

76 (50,8)
65 (49,2)
8,0 (9,0)

93 (65,5)
49 (34,5)
6,6 (7,1)

35 (43,8)
45 (56,3)
7,4 (9,8)
52,6
(15,2)
86 (61,9)
53 (38,1)
6,9 (7,1)

Tabel 2. Per-Patient Catheter Duration in Days

Ruang
Paru-paru
Bedah

Koleksi Data berdasarkan waktu


Tahap I
Tahap II
Tahap III

p value studi t test


perbandingan
tahap

3,53

2,81

(3,4)
3,01

(2,7)
3,3 (3,7)

sampai 3
0,076
0,018

2,7 (2,7)
2,2 (2)

(3,3)
a. Durasi kateter
Pada awalnya rata-rata kateter harian adalah 3,53 dan 3,01 pada
masing-masing unit paru dan unit bedah. Pada tabel 2 menunjukkan
periode data penggunaan Kateter harian sedikit meningkat antara

fase 1 dan fase 2 pada unit bedah tetapi menurun dalam semua
tahap pada unit paru. Periode data pada unit bedah menunjukkan
penurunan signifikan (P 0,018) antara fase 1 dan 3. Secara total,
penggunaan kateter harian menurun dari 400 hari dalam fase 1
menjadi 305 hari fase 3.
b. Kejadian infeksi saluran kemih akibat kateter
Kejadian infeksi saluran kemih akibat kateter dihitung untuk setiap
unit menggunakan rumus berikut: jumlah infeksi / jumlah kateter
saluran kemih hari x 1.000. Pada awal, kejadian infeksi saluran
kemih akibat kateter masing-masing adalah 0,0 dan 1,9 pada unit
paru dan unit bedah. Unit paru

tetap memiliki angka kejadian

infeksi sebesar 0,0 sampai setelah dilakukan intervensi pada periode


pengumpulan data. Sedangkan unit bedah

angka kejadiannya

meningkat di periode kedua pengumpulan data menjadi 3,4 dan


mengalami penurunan menjadi 2,2 di periode kedua.
c. LOS (Length of Stay)
Rata-rata LOS pada unit bedah adalah 6.91, 8.03, dan 6,55 hari
untuk masing masing 3 tahap pengumpulan data. Pada unit paru,
terjadi penurunan progresif dalam LOS masing masing pada 3
tahapan pengumpulan data dari 7,39, 7.21, dan 6,72 hari.

2. Pembahasan
Tujuan dari proyek ini adalah peningkatan kualitas dengan
menurunkan kejadian infeksi saluran kemih akibat kateter melalui
implementasi keperawatan di rumah sakit secara luas menggunakan
intervensi yang menekankan pendidikan bagi perawat rawat inap dan
khususnya pada unit praktik keperawatan tertentu misalnya unit paru
dan unit bedah umum. Manajemen dan perawatan berkelanjutan dari
penggunaan urine kateter merupakan lingkup praktik keperawatan.
Fokus intervensi adalah pendidikan kesehatan ulang bagi perawat
tentang

penempatan,

manajemen

dan

indikasi

pemasangan

urin

kateter.
Sedangkan media elektronik untuk pendidikan penyedia layanan
kesehatan merupakan tantangan. Memperbaharui kebijakan rumah
sakit yang ditawarkan konsisten, ringkas, dan konten faktual dalam
menyediakan media yang efektif untuk meningkatkan praktek perawat.
Pendidikan ulang tentang intervensi keperawatan umum (pemasangan

kateter)

merupakan

kemampuan

dasar

yang

dianggap

penting.

Memperluas pendidikan tidak hanya untuk perawat tetapi petugas


tambahan (misalnya, profesional rehabilitasi dan staf transportasi)
dapat mengurangi risiko infeksi sakuran kemih.
Intervensi unit terfokus, khususnya menyediakan rinci pendidikan
retensi

pasca

operasi,

penggunaan

scanner

kandung

kemih,

mengevaluasi retensi urin dan kateterisasi intermiten, dan mendorong


pelepasan

kateter

urin

lebih

awal

mengakibatkan

berkurangnya

penggunaan kateter dalam jangka waktu lama.


Hasil penelitian menunjukkan dampak penting dari intervensi
secara luas di rumah sakit pada durasi pemakaian kateter terjadi pada
fase 2 dan 3. Secara khusus, Unit paru mengalami peningkatan kinerja
pada fase 2 dan mengalami sedikit peningkatan pada fase 3, sedangkan
unit operasi tampaknya mengalami peningkatan hanya setelah fase 3.
Kita tidak bisa mengatakan bahwa fase 2 atau 3 lebih unggul sebagai
strategi intervensi. Namun, perbedaan dalam respon menimbulkan
kemungkinan bahwa ada perbedaan unit tertentu dalam pelaksanaan
dan atau respon dengan fase intervensi yang berbeda.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa

perawat

mengidentifikasi berbagai hambatan untuk penggunaan evidance-based


pemasangan urine kateter dan bahwa hambatan yang teridentifikasi
sangat berbeda pada unit keperawatan dengan populasi pasien yang
berbeda dan atau jangkauan kondisi dirawat. Proyek ini menunjukkan
bahwa unit terfokus intervensi dapat diindikasikan bila ada respon yang
tidak memadai strategi rumah sakit secara luas. Namun, penerapan
tambahan penelitian mungkin diperlukan untuk menentukan strategi
apa yang setuju untuk pengaturan khusus perawatan.
Hasil dari unit bedah menunjukkan berfluktuasinya kejadian infeksi
saluran kemih akibat kateter selama penelitian. Mengingat rendahnya
infeksi

saluran

kemih

di

lembaga

kami,

kami

tidak

mampu

menunjukkan pengurangan kejadian infeksi saluran kemih

selama

penelitian yang bertujuan meningkatkan kualitas. Selain itu, fluktuasi


kecil kami mengamati penurunan tingkat infeksi saluran kemih akibat
kateter mungkin disebabkan karena pengurangan pengguanaan kateter
urin dalam waktu lama. Pendidikan ulang pada ketrampilan dasar
pemasangan kateter dianggap penting untuk meningkatkan kesadaran
intervensi sederhana yang berdampak positif bagi pasien.

Untuk

secara

efektif

mengubah

praktek,

upaya

beragam

diperlukan untuk mengurangi infeksi saluran kemih akibat kateter pada


pasien rawat inap. Pemasangan kateter sering ditunjukkan dalam
pengelolaan pasien di fasilitas rumah sakit perawatan akut, dan upaya
memeriksa kembali praktik dan strategi untuk manajemen perawatan
berdasarkan bukti merupakan cara terbaik yang dibutuhkan dan harus
terus menerus ditinjau kembali. Temuan penetian ini mendukung
efektivitas pelaksanaan program pencegahan infeksi saluran kemih
akibat kateter urin yang meliputi pendidikan keperawatan, pelatihan
kompetensi, peninjauan produk, dan pengawasan untuk dampak positif
bagi pasien.
G. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN JURNAL
1. Kelebihan Jurnal
Merupakan sebuah penelitian yang bermanfaat dalam memberikan
informasi untuk mengurangi dan mencegah infeksi nosokomial
khususnya infeksi saluran kemih akibat pemasangan kateter di rumah
sakit, sehingga mungkin dapat menjadi masukan bagi pihak rumah
sakit.
2. Kekurangan Jurnal
Tidak mudah di aplikasikan di rumah sakit karena membutuhkan
waktu yang lama, melibatkan banyak pihak, membutuhkan rencana
yang matng serta biaya untuk mendapatkan hasil.
H. IMPLIKASI KEPERAWATAN
1. Bagi Mahasiswa
Dapat menjadi sumber informasi baru dan referensi dalam
pembelajaran

sehingga

mahasiswa

juga

dapat

berperan

aktif

membantu melakukan pencegahan infeksi saat praktek lapangan.


2. Bagi Perawat
Dapat menjadi masukan dalam meningkatkan kualitas pelayanan
dengan berperan aktif melakukan pencegahan infeksi nosokomial
khususnya infeksi saluran kemih akibat pemasangan kateter di rumah
sakit sehingga dapat tidak merugikan pasien karena LOS dan cost
yang meningkat.
3. Bagi Institusi Rumah Sakit
Dapat menjadi masukan bagi pihak rumah sakit sehingga mutu dan
kualitas

pelayanan

kesehatan

memuaskan bagi klien.

dapat

menjadi

lebih

baik

dan

I.

APLIKASI
1.
Mengkaji pengetahuan perawat tentang managemen pencegahan
2.

infeksi pada prosedur kateter


Memberikan pendidikan

kesehatan

secara

singkat

tentang

managemen pencegahan infeksi pada prosedur kateter yang dapat


3.

dilakukan dengan mudah dan dapat diteruskan kepada keluarga pasien


Mengkaji kemampuan perawat dalam mengaplikasikan setelah
penkes

J.

Hambatan dan Solusi


1.
Hambatan
Penelitian sulit diaplikasikan jika menggunakan metode yang
dilakukan oleh peneliti dikarenakan membutuhkan waktu, biaya dan
partisipasi semua petugas kesehatan di RS
2. Solusi
Melakukan pendidikan kesehatan kepada perawat ruangan dan
keluarga pasien mengenai pencegahan infeksi saluran kemih akibat
pemasangan kateter

K.

PENUTUP
Untuk secara efektif mengubah praktek, upaya beragam diperlukan
untuk mengurangi infeksi saluran kemih akibat kateter pada pasien rawat
inap. Pemasangan kateter sering ditunjukkan dalam pengelolaan pasien di
fasilitas rumah sakit perawatan akut, dan upaya memeriksa kembali
praktik dan strategi untuk manajemen perawatan berdasarkan bukti
merupakan cara terbaik yang dibutuhkan dan harus terus menerus ditinjau
kembali.

Anda mungkin juga menyukai