Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MKP NUTRITION GERIATRIC

Kelompok 4
Nabila Fauziah R/145070301111048
Novalia Intan K/145070301111050
Waritsah Assilmi/145070301111054
Retno Kartika H/145070307111016
Ismi Ningtyas/145070307111026

Program Studi Gizi Kesehatan


Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Malang 2016

KORELASI ANTARA GERIATRIC NUTRITIONAL RISK INDEX DENGAN


LAMA RAWAT PASIEN GERIATRI DI RUMAH SAKIT SANGLAH, DENPASAR
Pasien yang dirawat di rumah sakit diketahui memiliki prevalensi
malnutrisi yang tinggi dan kebanyakan dokter tidak menilai status gizi pasien saat
masuk rumah sakit. Pasien yang menderita malnutrisi semakin bertambah
berhubungan dengan semakin lamanya rawat inap, adanya komplikasi dan
kematian. Penilaian status gizi pada lansia sangat bervariasi antar rumah sakit
menyebabkan laporan angka malnutrisi pun berbeda-beda. Screening tool yang
digunakan diantaranya adalah MNA (Mini Nutritional Assessment), kombinasi
BMI dan penurunan berat badan, dan Nutritional Risk Index (NRI) namun belum
ada yang dirasa cocok untuk digunakan pada lansia. Kemudian, Boillanne
berusaha memodifikasi NRI yang khusus digunakan pada Lansia dan diberi
nama Geriatric Nutritional Risk Index (GNRI). GNRI ini kemudian dianggap lebih
bagus dalam memprediksi outcome pasien lansia yang menjalani rawat inap.
Penelitian tentang penggunaan GNRI masih belum banyak dan
khususnya pada pasien lansia di RSUP Sanglah Denpasar belum ada. Oleh
karena itu, penulis membuat penelitian mengenai prediksi outcome pasien lansia
yang dirawat di RS menggunakan GNRI. Selain GNRI, peneliti juga
menggunakan alat lain dalam menentukan status gizi pasien dengan MNA, IMT,
dan kadar serum albumin. Kemudian hasil akan dibandingkan dan diprediksi
dengan menggunakan metode yang lain.
Sample penelitian yang digunakan adalah pasien geriatri yang menjalani
rawat inap di Bagian Penyakit Dalam RSUP Sanglah. Rata-rata umur pasien
pada penelitian ini adalah 67,2 tahun (range 60-82 tahun). Dari 50 subjek
penelitian, terdiri dari laki-laki 32 (62%) dan wanita 18 (38%) dengan masalah
utama adalah masalah paru (54%) dan gastrointestinal (26%). Untuk status gizi
pasien jika diukur menggunakan BMI, didapatkan pasien gizi kurang (IMT<18)
sebesar 24% dan tergolong cukup tinggi. Malnutrisi pada pasien tersebut
berkolerasi secara signifikan dengan lama rawat pasien. Pasien yang meninggal
(3 orang dari 50 subjek) semuanya berada pada kelompok GNRI resiko mayor.
Pada penelitian ini didapatkan prevalensi gizi kurang dengan metode IMT
sebesar 34%, dengan metode MNA 48%, dan albumin < 3,5 (malnutrisi sedang
dan berat) sebesar 60%. Peran GNRI dalam memprediksi lama rawat pada

penelitian ini menunjukkan korelasi yang paling kuat dibandingkan metode MNA,
IMT dan albumin tersebut. GNRI merupakan alat untuk menilai resiko terkait
nutrisi pada pasien geriatri yang cukup sederhana dan mudah digunakan karena
hanya memerlukan pemeriksaan kadar albumin, berat badan dan tinggi lutut.
Kelemahan penelitian ini adalah tidak menilai beratnya penyakit saat MRS
secara khusus.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ambarukminingsih, dkk (2014)
menunjukkan bahwa lama rawat pasien di rumah sakit dipengaruhi oleh nilai
GNRI dan depresi, tetapi tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin dan nilai Hb.
Meskipun demikian, nilai GNRI memiliki hubungan yang negatif terhadap lama
rawat inap dan angka kematian pada lansia di rumah sakit.
Pelaksanaan GNRI hanya memerlukan beberapa menit (pengukuran
berat badan dan tinggi lutut serta pengambilan sampel darah) dan memerlukan
partisipasi rendah dari pasien. Oleh karena itu, GNRI sepertinya dapat diterapkan
juga pada lansia yang baru saja dirawat dalam memberikan pertanda risiko
kematian jangka pendek. (Cereda, et al. 2006)

Kesimpulan
Dalam menilai risiko malnutrisi pada pasien lansia rawat inap di suatu
rumah sakit sebaiknya digunakan Geriatric Nutritional Risk Index (GNRI) karena
dapat memperkirakan lama rawat

inap

pasien dan angka kematian jangka

pendek di rumah sakit tersebut. Tetapi ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi lama rawat inap pasien lansia selain nilai GNRI, yaitu tingkat
depresi pasien itu. Kelebihan dari GNRI sendiri adalah tidak memerlukan waktu
yang lama dan partisipasi tinggi dari pasien. Meskipun begitu, nilai GNRI tidak
memiliki hubungan yang positif terhadap lamanya rawat inap pasien dan angka
kematian di suatu rumah sakit.

Referensi
Ambarukminingsih, R., dkk. 2014. Relationship of Geriatric Nutritional Risk Index
(GNRI) with Length of Hospitalization and Mortality Rate in Elderly Patients.
Journal of Medical Science, Vol 46, No.1: 32-40.
Andriyasa, K., dkk. 2011. Korelasi Antara Geriatric Nutritional Risk Index dengan
Lama Rawat Pasien Geriatri di Rumah Sakit Sanglah, Denpasar. Jurnal
Penyakit Dalam, Vol.12, No.2. Denpasar: Universitas Udayana.
Cereda, E., et al. 2006. Geriatric Nutritional Risk Index: A Possible Indicator of
Short-term Mortality in Acutely Hospitalized Older People. JAGS, Vol. 54,
No.6: 1011

Anda mungkin juga menyukai