Rukun (Amalan yang jika ditinggalkan maka amalan itu batal. Jika amalan tsb terlupakan, maka rakaat tsb.
Tidak sah) Shalat
-berdiri jika mampu (khusus shalat wajib, namun jika duduk pahalanya setengah dari berdiri)
Bagaimana jika naik pesawat atau kereta?
-Takbiratul Ihram
-Membaca Al-Fatihah
Rajih: al-fatihah wajib setiap rakaat
Apakah makmum wajib membaca al-fatihah? (imam syafi'i: wajib baik sir dan jahr; imam ahmad: jahr imam wajib
mendengarkan imam; keduanya kuat)
-Rukuk dan tuma'ninah
Hadist tentang tuma'ninah: meluruskan punggungnya ketika rukuk
Posisi tangan?
-Sujud dan tuma'ninah
7 bagian yang menyentuh lantai: dahi(serta hidung), telapak tangan, lutut, ujung kaki
-Duduk diantara dua sujud dan tuma'ninah
Dalam shalat kita mengenal ada gerakan atau bacaan yang statusnya sebagai rukun shalat,
wajib shalat, dan sunah shalat. Karena itu, kesalahan yang dilakukan masyarakat ketika
shalat, bisa kita kelompokkan menjadi dua :
Pertama, kesalahan yang bisa membatalkan shalat. Itulah semua kesalahan yang bisa
mengurangi kadar rukun atau wajib shalat. Sehingga dia dianggap belum mengerjakan rukun
atau wajib shalat tersebut.
Kedua, yang tidak sampai membatalkan shalat. Kesalahan ini tidak sampai mengurangi kadar
rukun atau wajib shalat.
Kesalahan yang Sering Terjadi Dalam Shalat
Berikut beberapa kesalahan yang sering dilakukan kaum muslimin ketika shalat. Sebagian
ada yang mengancam keabsahan shalatnya dan sebagian tidak sampai membatalkan shalat.
[1] Tidak thumaninah
Yang dimaksud thumaninah adalah posisi tubuh tenang ketika melakukan gerakan rukun
tertentu. Ukuran tenangnya adalah mencukupi untuk membaca satu kali doa dalam rukun
tersebut. Misalnya, thumaninah ketika ruku, artinya posisi tubuh tenang setelah ruku
sempurna. Kemudian baru membaca doa ruku, minimal sekali.
Sering kita saksikan, beberapa kaum muslimin tidak thumaninah. Mereka ruku dan sujud terlalu
cepat. Begitu sampai titik ruku atau sujud, langsung bangkit. Ada kemungkinan, doa ruku
sudah dibaca ketika bergerak ruku, sebelum ruku sempurna. Shalat model semacam ini batal
karena tidak thumaninah.
Suatu ketika ada seseorang yang masuk masjid kemudian shalat dua rakaat. Seusai shalat, orang
ini menghampiri Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang saat itu berada di masjid. Namun Nabi
menyuruh orang ini untuk mengulangi shalatnya. Setelah diulangi, orang ini balik lagi, dan
disuruh mengulangi lagi shalatnya. Ini berlangsung sampai 3 kali. Kemudian Nabi shallallahu
alaihi wa sallam mengajarkan kepadanya cara shalat yang benar. Ternyata masalah utama yang
menyebabkan shalatnya dinilai batal adalah kareka dia tidak thumaninah. Dia bergerak ruku dan
sujud terlalu cepat. (HR. Bukhari & Muslim).
Hadits ini mejadi dalil bahwa thumaninah dalam shalat termasuk rukun shalat. Untuk
menanggulanginya, tahan ketika kita sudah sempurna ruku, atau sujud, kemudian baru baca doa
ruku atau doa sujud.
[2] Was-was ketika takbiratul ihram
Kesalahan kedua ini banyak dialami oleh mereka yang berkeyakinan harus berbarengan
persis antara niat di hati dan ucapan takbiratul ihram. Jika ada sedikit yang mengganggu
dalam proses niatnya, dia langsung membatalkan diri dan mengulangi takbiratul ihram.
Perbuatan ini sejatinya telah diperingatkan para ulama. Berikut para ulama yang memberikan
peringatan akan hal ini,
1. Ibnul Jauzi mengatakan, Ada juga orang yang bertakbir kemudian dia batalkan takbirnya,
bertakbir lagi, dia batalkan lagi, ketika imam mendekati ruku, barulah orang yang terjangkiti
was-was ini berhasil bertakbir, lalu mengejar ruku imam. Sungguh aneh, mengapa dia baru
berhasil niat ketika itu! Semua ini terjadi karena tipuan iblis yang menggodanya agar dia
kehilangan keutamaan takbiratul ihram bersama imam. (Talbis Iblis, hlm. 169).
2. Imam Asy Syafii mengingatkan, Was-was ketika niat shalat dan bersuci adalah bentuk
kebodohan dengan syariat dan kurang akalnya. (Al Qaulul Mubin fi Akhtha Mushallin, hlm. 93).
Untuk mengobati penyakit ini, yakinkan bahwa anda sudah niat, tidak perlu diulangi, dan baca
takbiratul ihram sekali. Inilah yang diajarkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Apabila
kamu ingin shalat, wudhulah dengan sempurna, lalu menghadaplah ke arah kiblat, dan
bertakbirlah (HR. Bukhari). Anda perhatikan, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tidak
mengajarkan bacaan apapun sebelum shalat dan beliau hanya mengajarkan takbir sekali.
[3] Bacaan Sirr (Pelan) Saat Shalat Wajib Terdengar Oleh Diri Sendiri dengan Menggerakkan Bibir dan Lidah
Imam yang empat berpendapat bahwa menggerakkan lidah saat membaca bacaan shalat
adalah wajib dan tidak cukup hanya dibaca di hati tanpa dilafalkan, berdasarkan sunnah yang
shahih sebagaimanayang biasa mereka lakukan dalam istinbath-istinbath (penyimpulan.penyimpulan hukum) oleh mereka
Dari Abu Qatadah RA, ia berkata: Pada rakaat pertama dan kedua shalat Zhuhur Nabi Saw
membaca Al-Fatihah dan dua surah, pada rakaat pertama surah panjang, dan pada rakaat
kedua surah pendek. Terkadang beliau memperdengarkan ayat dan dalam shalat Ashar beliau
membaca Al-Fatihah dan dua buah surah (HR. Al-Bukhari [2:243] dalam Fathul Bari, dan
Muslim [1:323]
Jika Rasul tidak memperdengarkan bacaannya kepada diri beliau, tentu mereka tidak
mengetahui apa yang dibaca oleh beliau pada shalat Ashar. Ini merupakan dalil yang sangat
.jelas atas hal ini
Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya-nya [1:2787] berkata, Qiraah (bacaan)
adalah mengatur suara dengan huruf, maka dia harus bersuara Minimal didengar
oleh diri sendiri. Jika tidak didengar oleh diri sendiri maka shalat tidak sah.
Dalam Al-Majmu [:295], Imam An-Nawawi mengemukakan, Minimal dari bacaan
sirriyah(pelan) ialah didengar oleh diri sendiri jika pendengarannya normal dan
suasana tidak bising. Ini meliputi bacaan (Al-Quran), takbir, dan tasbih dalam
rukuk dan lainnya, juga tahiyyat, salam dan doa. Baik bacaan wajibnya maupun
sunnahnya tidak dianggap kecuali jika terdengar oleh diri sendiri melalui
pendengaran yang normal dan tidak ada penghalang atau gangguan. Jika ada
gangguan, maka suara ditinggikan agar dapat didengar oleh diri sendiri. Jika
seperti itu keadaannya, maka tidaklah dianggap cukup jika bacaannya tidak
Ketika seseorang merasa tidak bisa baca Al Fatihah dengan baik, seharusnya dia tidak nekat
untuk maju menjadi imam. Karena ini mengancam keabsahan shalat makmumnya. Imam
Syafii mengatakan, Orang yang salah bacaan Al Fatihah-nya yang menyebabkan perubahan
makna (pada ayat-red), menurutku shalatnya tidak sah, tidak sah pula orang yang shalat di
belakangnya. Jika salah di selain Al Fatihah, aku membencinya, meskipun tidak wajib
mengulangi. Karena jika dia tinggalkan selain Al Fatihah dan hanya membaca Al Fatihah,
saya berharap shalatnya diterima. Jika shalatnya sah maka shalat makmum juga sah insya
Allah. Jika kesalahannya pada Al Fatihah atau lainnya, namun tidak mengubah makna,
shalatnya sah, namun saya benci dia jadi imam, apapun keadaannya. (Al Umm, 1/215)
[4] Sedekap miring
Sebagian orang bersedekap dengan meletakkan kedua tangan tepat di atas jantungnya, atau di
atas organ hatinya. Tidak ada satupun yang memberikan dalilnya. Mereka merasa, shalat
dengan cara itu, hatinya atau jantungnya akan lebih tenang.
Kita semua sepakat, shalat yang paling sempurna adalah shalatnya Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam. Namun Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah mengajarkan
bersedekap dengan cara demikian. Artinya, itu bukan metode agar shalat kita menjadi khusyu.
Masalah berikutnya, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melarang shalat seperti layaknya
orang yang berkacak pinggang. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi
wa sallam melarang seseorang shalat sambil ikhtishar (HR. Bukhari).
Ikhtishar adalah meletakkan satu tangan di atas pinggang atau kedua tangan di atas kedua
pinggang. (Sunan Turmudzi keterangan hadits no. 384). Sementara kita memahami, orang yang
bersedekap miring, menyebabkan salah satu sikunya keluar jauh dari tubuhnya, layaknya orang
yang berkacak pinggang.
[5] Tidak ruku atau itidal dengan sempurna
Dari Hudzaifah radhiyallahu anhu, bahwa beliau pernah melihat ada orang yang tidak
menyempurnakan ruku dan sujud ketika shalat. Setelah selesai, ditegur oleh Hudzaifah,
Sudah berapa lama Anda shalat semacam ini? Orang ini menjawab, 40 tahun. Hudzaifah
mengatakan, Engkau tidak dihitung shalat selama 40 tahun (karena shalatnya batal-pen).
Lanjut Hudzaifah, Jika kamu mati dan model shalatmu masih seperti ini, maka engkau mati
bukan di atas fitrah (ajaran) Muhammad shallallahu alaihi wa sallam (HR. Bukhari)
Hadits ini berbicara tentang orang yang tidak sempurna dalam melakukan gerakan rukun
dalam shalat. Misalnya, orang yang ruku, sebelum posisi ruku sempurna, dia sudah bangkit.
Atau orang yang belum sempurna berdiri itidal (tubuh masih condong ke depan), dia sudah
sujud.
[6] Tidak menempelkan hidung ketika sujud
Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengingatkan agar orang yang sujud benar-benar
menempelkan hidungnya ke lantai. Beliau bersabda, Allah tidak menerima shalat bagi
orang yang tidak menempelkan hidungnya ke tanah, sebagaimana dia menempelkan dahinya
ke tanah (HR. Ibnu Abi Syaibah, Abdurrazzaq, dan dinilai shahih oleh Al Albani). Hadits
ini menunjukkan menempelkan hidung ketika sujud hukumnya wajib.
[7] Membuka tangan ketika salam
Salam ke kanan, membuka tangan kanan, salam ke kiri dengan membuka tangan kiri.
Kebiasaan ini pernah dilakukan sebagian sahabat di zaman Nabi shallallahu alaihi wa
sallam. Dari Jabir bin Samurah radhiyallahu anhu, Ketika kami shalat bersama Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam, kami mengucapkan Assalamualaikum wa rahmatullah
Assalamu alaikum wa rahmatullah sambil berisyarat dengan kedua tangan ke samping
masing-masing. Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengingatkan,
Mengapa kalian mengangkat tangan kalian, seperti keledai yang suka lari? Kalian cukup
letakkan tangan kalian di paha kemudian salam menoleh ke saudaranya yang di samping
kanan dan kirinya (HR. Muslim).
salam kepada Nabi kita Muhammad shalallahu alaihi wa sallam, keluarga dan
.sahabatnya dan para pengikutnya
Setelah membahas tentang definisi, hukum dan syarat-syarat shalat pada tulisan
sebelumnya, dalam kesempatan kali ini kita akan membahas masalah rukun, wajib,
dan sunnah-sunnah dalam shalat. Tulisan ini kami sarikan dari kitab Mulakhos
Fiqhiyahkarangan guru kami, Syaikh DR. Shalih bin Fauzan bin Abdullah al
.Fauzan hafidzahullah taala
Sebagaimana kita ketahui bahwa shalat adalah ibadah yang terkandung didalamnya
berbagai macam bacaan/ucapan maupun perbuatan. Ucapan maupun perbuatan
.dalam shalat dapat digolongkan menjadi tiga: rukun, wajib, dan sunnah
Rukun: Jika ditinggalkan maka batal shalatnya baik secara sengaja maupun tidak,
atau batal rekaat yang terlewat rukun tersebut sehingga rekaat yang berikutnya
.menempati kedudukan rekaat tersebut akan dijelaskan berikutnya- [1]
Wajib: Jika menginggalkannya secara sengaja maka batal shalatnya. Jika tidak
.sengaja maka tidak batal, namun harus menggantinya dengan sujud sahwi
Sunnah: Tidak batal shalat jika ditinggalkan baik secara sengaja maupun tidak.
.Namun, mengurangi kesempurnaan shalat
Rasulullah bersabda, Shalatlah kalian sebagaimana melihat aku shalat [2]. Yaitu
.shalat secara sempurna baik rukun, wajib maupun sunnah-sunnahnya
Rukun-Rukun Shalat (14)
Takbiratul ihram .2
Berdasar sabda Rasulullah, Lalu menghadaplah ke kiblat dan bertakbir.[6]. Dan
sabda beliau, yang mengharamkannya (permulaanya) adalah takbir[7]. Lafadz
takbiratul ihram yaitu mengucapkan Allahu Akbar, tidak pernah diriwayatkan dari
.Nabi shalallahu alaihi wassalam selain ini
Membaca al Fatihah .3
Berdasar sabda Rasulullah, Tidak ada shalat bagi yang tidak membaca al
Fatihah. [8]. Membaca al fatihah merupakan rukun di antara rukun-rukun shalat.
Bagi imam dan orang yang sendirian maka wajib membacanya, tidak ada khilaf
disini. Adapun bagi orang yang shalat dibelakang imam ada khilaf di kalangan para
ulama. Sebagai bentuk kehati-hatian hendak makmum tetap membaca al Fatihah
dalam shalat-shalat yang sirriyah (yg tidak dikeraskan bacaanya) dan disaat-saat
.imam diam/tidak membaca
Hai orang-orang yang beriman, rukulah kamu, sujudlah kamu. (QS. al Hajj: 77)
Dan juga berdasar apa yang dikerjakan Rasulullah, banyak hadist yang
.menunjukkan akan hal ini [9]
Sujud .7
,Berdasar firman Allah taala
Hai orang-orang yang beriman, rukulah kamu, sujudlah kamu. (QS. al Hajj: 77)
Sujud adalah meletakkan kening ke permukaan bumi (tempat sujud), dan hendaknya
semua anggota sujud yang tujuh sempurna menyetuh permukaan bumi. Anggota
sujud yang tujuh yaitu : kening serta hidung, dua telapak tangan, dua lutut, dan
ujung kedua telapak kaki. Sujud merupakan salah rukun shalat yang utama karena
.waktu sujud adalah waktu paling dekat antara hamba dengan Allah [10]
Tumaninah .9
Yaitu berdiam barang sesaat. Ini yang sering diremehkan sebagian kaum muslimin.
.Padahal tumaninah termasuk rukun shalat, tidak sah shalat tanpa tumaninah
Salam .14
Berdasar sabda Rasulullah, .dan penutupnya adalah salam. Juga sabda beliau,
..dan yang menghalalkannya adalah salam. [15]
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa meninggalkan rukun membatalkan
shalat baik secara sengaja ataupun tidak. Berikut secara ringkas rincian hukum:hukum tentang meninggalkan rukun shalat
Jika yang ditinggalkan adalah takbiratul ihram maka belum dianggap shalat
Jika yang ditinggalkan selain takbiratul ihram, dengan sejaga maka batal shalatnya.
Jika tertinggal (selain takbiratul ihram, seperti rukuk atau sujud)karena lupa dan
ingat sebelum berdiri tegak untuk membaca al Fatihah rekaat berikutnya
maka kembali mengulangi ke rukun yang ditinggalkan dan yang berikutnya.
Jika tertinggal karena lupa dan sudah berdiri tegak untuk membaca al fatihah rekaat
berkutnya maka rekaat yang tadi (yang tertinggal rukunya) tidak dianggap, sehingga
sekaraat yang sekarang menempati kedudukan rekaat sebelumnya. Dan melakukan sujud
sahwi.
Jika mengetahui rukun yang ditinggalkan setelah salam maka jika rukun tersebut
adalah tasyahud akhir dan salam maka langsung mengerjakannya lagi lalu salam lalu sujud
sahwi. Jika selain keduanya (tasyahud akhir dan salam) seperti sujud dan rukuk maka
mengerjakan satu rekaat secara sempurna, lalu sujud sahwi.
Jika ingat setelah salamnya lama maka mengulangi shalat dari awal. Allahu Alam
Tahmid .3
Yaitu membaca rabbana walakal hamd. Wajib dibaca oleh imam, makmum,
maupun orang yang shalat sendirian. Berdasarkan sabda Rasulullah, Jika imam
membaca samiallahu liman hamidah maka ucapkanlah rabbana walakal
hamd .[16]
.Bacaan rukuk .4
Yaitu seperti bacaan subhaana rabbiyal adzim. Yang wajib sekali, disunnahkan
.membacanya tiga kali. Jika lebih maka tidak mengapa
.Bacaan sujud .5
Yaitu seperti bacaan subhaana rabbiyal ala. Yang wajib sekali, disunnahkan
.membacanya tiga kali
.Bacaan duduk antara dua sujud .6
Yaitu seperti bacaan rabbighfirliy... Yang wajib sekali, disunnahkan membacanya
.tiga kali
Tasyahud awal .7
Yaitu membaca bacaan-bacaan tasyahud yang telah diriwayatkan dari Nabi
.shalallahu alaihi wassalam
Sunah-sunah ini tidak harus dikerjakan, tetapi barang siapa melakukannya maka
ada tambahan pahala atasnya, adapun jika ditinggalkannya maka tidak ada dosa
.baginya
Semoga bermanfaat, sholawat dan salam semoga tercurah kepada Rosulullah serta
.keluarga dan sahabatnya
-Insyaallah bersambung pembahasan tentang tatacara (sifat) shalat Nabi Selesai ditulis di Riyadh, 1 Jumadil Awwal 1432 H (5 April 2011)
Abu Zakariya Sutrisno
Artikel: www.thaybah.or.id / www.ukhuwahislamiah.com
:Note
Misal dalam suatu rekaat terlewat satu sujud, maka rekaat tersebut tidak .[1]
dihitung. Misal shalat isya trus pada rekaat keempat lupa hanya sujud sekali, maka
ia tetap menambah 1 rekaat lagi (shalat sampai 5 rekaat) karena rekaat yang
.keempat tersebut tidak dianggap
Dikeluarkan muslim dari hadist Abu Hurairah (602/152) .[2]
Dari hadist Imran bin Hushain, Bukhari (1117), Abu Dawud(952), Tirmidzi (372) .[3]
Sebagaimana dalam hadist muttafaqun alaihi dari Anas bahwa pada saat .[4]
Rasulullah sakit para sahabat shalat dibelakangnya dengan duduk, Bukhari (379,
.689,805), Muslim (411)
Dikeluarkan Muslim dari hadist Aisyah radhiyallahu anha (730) .[5]
Diriwayatkan dari Abu Hurairah tentang musii shalah (orang yang jelek .[6]
shalatnya), Bukhari (6251), Muslim (397)
Abu Dawud (61), Tirmidzi (3), Ibnu Majah (275) .[7]
Dari hadist Ubadah bin Shamith, Bukhari (756), Muslim(394) .[8]
Hadist tentang rukuk baik yang berupa ucapan (perintah) maupun perbuatan .[9]
.Nabi mencapai tingkatan mutawatir
.[11]
.[12]
.[10]
.[13]
.[14]
.[15]
.[16]