Anda di halaman 1dari 20

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1. Pembahasan Umum


Limbah industri menjadi perhatian penting bagi banyak
pihak

baik

pabrik,

masyarakat

maupun

bagi

pemerintah.

Keberadaannya tidak bisa dipisahkan dari tiap proses produksi.


Terutama pabrik tekstil yang dalam prosesnya melakukan proses
kimiawi maka akan dihasilkan limbah kimia.
Pengolahan limbah menjadi hal yang penting, karena
bukan hanya nilai manfaat produk yang dihasilkan saja yang
dilihat tapi dampak limbah yang ditimbulkan pada lingkungan.
Untuk mengatasi masalah limbah diperlukan pengolahan limbah
supaya limbah yang dibuang kelingkungan tidak menimbulkan
masalah lingkungan.
Lingkungan

memiliki

dalam jumlah kecil.

kemampuan

menetralisir

limbah

Besarnya kontaminasi dari limbah yang

jumlahnya besar maka akan membuat alam tidak mampu


menetralisirnya

dan

akan

menimbulkan

pencemaran

yang

membuat perubahan keseimbangan alam dan juga dampak


buruk terhadap manusia. Untuk mengendalikan pencemaran
terhadap lingkungan maka

diperlukan besaran baku

yang

menjadi standar acuan batas maksimal pencemaran terhadap


lingkungan.
Mengenai ukuran kualitas limbah diperlukan ukuran baku
mutu yang diizinkan oleh pemerintah hingga boleh dibaung ke
lingkungan. Standar baku mutu yang diizinkan dikeluarkan oleh

Laporan Kerja Praktik PT. Malakasari Textile Mills

Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH), dan dipantau oleh


lembaga tersebut. Guna mengetahui kualitas limbah yang
dibuang, maka diperlukan pengujian limbah yang dibuang untuk
diperiksa dilaboratorium.

Dengan adanya pengolahan limbah dan pengujian hasil


pengolahan

yang

mengacu

pada

baku

mutu

pencemaran

lingkungan dari pemerintah, diharapkan akibat negatif dari


proses yang dilakukan manusia dapat dikendalikan dan dampak
negatif kerusakan lingkungan dapat dihindari.

4.2. Pembahasan Khusus


4.2.1.

Proses Industri Perusahaan

Penanganan limbah suatu industri selalu berkaitan dengan


proses produksi serta proses lainnya yang dilakukan perusahaan
tersebut. PT Malakasari Textile Mills bergerak dibidang produksi
kain denim dan grey dan melakukan produksinya melalui
beberapa tahapan yaitu, dengan hasil samping tiap proses
meliputi limbah bersifat asam, limbah pencelupan yang bersifat
basa dan cairan hangat dengan pH netral, dengan mengetahui
jenis dan kondisi limbah yang dihasilkan tiap proses maka dapat
dirancang pengolahan limbah secara keseluruhan pabrik.
Asal limbah cair kebanyakan dari proses penyempurnaan
seperti pencelupan dan merserisasi. Beberapa proses lain pun
menghasilkan limbah cair seperti penghilangan kanji.
Sebagaimana umumnya di pabrik tekstil, limbah yang
dihasilkan sangat banyak, sehingga penanganannya dilakukan
dengan sistem kontinyu. Limbah pabrik diolah secara kimiawi
Laporan Kerja Praktik PT. Malakasari Textile Mills

dan fisika, dengan beberapa proses pada proses kimiawi seperti


koagulasi dan flokulasi dan pada proses fisika dengan pemisahan
menggunakan teknik sedimentasi dan pemisahan dengan alat
beltpress.

Laporan Kerja Praktik PT. Malakasari Textile Mills

DENAH UNIT
PENGOLAHAN
LIMBAH
PT.
MALAKASARI

10

11

SLUDGE

9
12
8
13

14

8
3

14

1. INLET
2. BAK PENAMPUNG LIMBAH
3. BAK EQUALISASI
2
1
4. BAK PENAMBAHAN ASAM
6
5. BAK PENAMBAHAN KOAGULAN
4
6. BAK FLOKULASI - KOAGULASI
7. SALURAN PENGADUKAN
RUANG MAKE-UP
RUANG CHEMICAL
KARYAWAN DAN LABORATORIUM
HIDROLIK
8. CLARIFIER
9. PENAMPUNG SLUDGE
10. BELTPRESS
11. POS PENAMPUNG SLUDGE
4.2.2.
Alat Kerja
12. BAK AERASI
13. MOTOR AERATOR
14. OUTLET
5

Laporan Kerja Praktik PT. Malakasari Textile Mills

Alat yang digunakan sesuai dengan bagan proses dan denah


unit pengolahan limbah diatas.
1. Bak Equalisasi
Bak Equalisasi merupakan bagian pertama dari pengolahan
limbah. Limbah dari berbagai sumber sisa proses produksi
masuk

kedalam

bak

tersebut

untuk

digabungkan.

Bak

equalisasi ini berupa bak berbentuk seperti balok, dengan


dimensi panjang 8 meter, lebar 6 meter dan kedalaman 4
TANK CHEMICAL
meter. Dengan penyimpanan
sebesar itu dirancang untuk

dapat menampung limbah sebanyak + 1800 m3 limbah.


Pada bak equalisasi dipasang motor aerator dengan daya
30 HP dengan tujuan untuk membantu penghomogenan
dengan pengadukan juga bertujuan mengurangi COD. Dengan
adanya

pengadukan

juga

membantu

mengurangi

pengendapan limbah didasar bak sehingga pengurangan daya


tampung limbah lebih kecil dan waktu untuk pembersihan
lumpur didasar bak lebih lama periodenya.
Dari bak equalisasi dialirkan ke proses selanjutnya melalui
pompa yang disambungkan ke valve pengatur volume aliran
dan meteran laju alir.

Gambar 4. Bak equalisasi

Laporan Kerja Praktik PT. Malakasari Textile Mills

2. Bak Pengatur pH
Setelah masuk kedalam bak equalisasi, limbah kemudian
dipompa masuk kedalam bak pengatur pH. Bak tersebut
berbentuk balok dengan dimensi panjang 0,7 meter, lebar 0,7
meter dan kedalaman 1,5 meter. Memiliki lubang masuk
limbah dibagian bawah dan keluaran limbah ada diatas,
dibagian

atasnya

dijatuhkan

lagi

kebawah,

dengan

Penambahan Asam Sulfat


memanfaatkan
gravitasi
gaya
hidrolik aliran, limbah
Aliran limbah dari pompa
yang dan
berasal
dari dibawah

diaduk dan dihomogenkan setelah ditambah asam sulfat


dibagian atasnya. Skema alirannya tampak pada gambar
dibawah.

Gambar 4.

Skema aliran limbah masuk kedalam bak pengatur

pH (kiri) dan Bak Pengatur pH (kanan)

Pengaturan pH limbah bekerja dengan penambahan asam


sulfat 60 % dengan cara otomatis, yaitu dengan pembacaan
pH

larutan

kemudian

melalui

alat

pembaca

dan

membandingkan dengan setingan pH yang telah diatur, dan


apabila perlu penambahan dilakukan pemompaan dengan
dosing pump.
Laporan Kerja Praktik PT. Malakasari Textile Mills

Gambar 4.

Alat pengatur dosis penambahan asam sulfat

3. Bak Koagulasi

Gambar 4.

Bak koagulasi

Bak kogulasi memiliki dimensi panjang 0,7 meter, lebar 0,5


meter dan kedalaman 0,6 meter. Bekerja dengan sistem
pengadukan sama seperti bak pengatur pH yaitu dengan
sistem hidrolik. Penambahan koagulan didekat aliran jatuh.

Laporan Kerja Praktik PT. Malakasari Textile Mills

4. Bak Flokulasi
Bak flokulasi memiliki dimensi panjang 2 meter, lebar 2
meter dan kedalaman 0,75 meter. Pada bak tersebut dipasang
motor pengaduk dengan kecepatan 60 rpm. Dari bak flokulasi
dilanjutkan ke clarifier.

Gambar 4.

Bak Flokulasi

5. Clarifier
Ada 2 buah clarifier yang digunakan pada Unit Pengolahan
Limbah PT. Malakasari. Clarifier pertama dipakai sebagai alat
sedimentasi limbah setelah teatment pengendapan. Memiliki
bentuk tabung dengan kerucut terbalik dibagian bawahnya
dan memiliki dimensi kedalaman 4 meter dan diameter 6
meter dan dengan lebar weir 25-30 centimeter, sedangkan
untuk clarifier kedua dipasang setelah bak aerasi digunakan
sebagai tempat pengendapan kedua bila mana masih ada
endapan yang terbawasetelah bak aerasi. Clarifier kedua
memiliki bentuk yang sama dengan clarifier pertama.

Laporan Kerja Praktik PT. Malakasari Textile Mills

Gambar 4.

Clarifier

6. Beltpress
Beltpress digunakan sebagai alat pemisah air yang masih
tercampur dalam material limbah yang mengandung air
sehingga menghasilkan padatan yang mengandung hanya
sedikit air . Belt press yang digunakan memiliki kapasitas 500
kg/jam.

Gambar 4.

Beltpress

Laporan Kerja Praktik PT. Malakasari Textile Mills

7. Kolam Aerasi
Kolam

aerasi

digunakan

sebagai

tempat

pemberian

oksigen pada air limbah yang sebelumnya telah mengalami


pengendapan. Bak tersebut berbentuk balok dengan dimensi
panjang 16 meter, lebar 8 meter dan kedalaman 4 meter.
Pada bagian tengahnya dipasang motor yang berfungsi
memasukan udara supaya masuk dan bermaksud melarukan
oksigen kedalam air limbah untuk mengurangi nilai COD, daya
motor yang digunakan sebesar 30 HP. Pada akhir kolam aerasi
disediakan pula tempat penambahan koagulan dan flokulan
yang digunakan untuk mengendapkan limbah bilamana air
limbah

masih

mengandung

cukup
limbah

yang terlarut.

Gambar 4. Kolam Aerasi (kiri) dan Saluran keluaran bak aerasi


(kanan)
4.2.3.

Pembahasan Bahan

Bahan yang digunakan adalah :

Laporan Kerja Praktik PT. Malakasari Textile Mills

1. Pengatur pH (Asam Sulfat)


Asam sulfat (H2SO4)
Asam Sulfat merupakan asam mineral (anorganik) yang
kuat. Zat ini larut dalam air pada semua perbandingan. Asam
sulfat mempunyai banyak kegunaan dan merupakan salah
satu

produk

utama industri

kimia.

Kegunaan

utamanya

termasuk pemrosesan bijih mineral, sintesis kimia, bahan


pengolahan air limbah dan pengilangan minyak dan banyak
lagi lainnya.
Asam sulfat yang digunakan memiliki konsentrasi 60 %
dengan

penyimpanan

dihubungkan

dengan

didalan

torn

chemical

dosing

pump

yang

yang
jumlah

pemakaiannya diatur dengan alat elektronik yang terhubung


dengan sensor pembaca pH larutan limbah. Asam sulfat akan
ditambahkan

oleh

pompa

tersebut

ketika

pH

limbah

memenuhi kriteria yang diatur oleh alat elektronik tersebut


sehingga penambahan berjalan secara otomatis.
2. Koagulan
Koagulan berfungsi untuk membentuk endapan limbah.
Ada bermacam-macam koagulan yang ada dipasaran seperti
koagulan alam, tawas, FeSO4 dan lain-lainya. Penggunaan
koagulan di PT. Malakasari digunakan koagulan tawas dengan
rumus kimia Al2(SO4)3 14H2O
Tawas
Tawas atau Aluminium sulfat hidrat atau juga disebut Alum
, dijual dalam bentuk kering atau cair alum Al 2(SO4)3 14H2O.
Alum komersial memiliki massa molekul rata-rata 594. Alum

Laporan Kerja Praktik PT. Malakasari Textile Mills

cair dijual sebagai sekitar 48,8 persen tawas (8,3 persen


Al2(SO4)3) dan 51,2 persen air. Jika itu dijual sebagai lebih
larutan pekat bisa ada masalah dengan kristalisasi tawas
selama pengiriman dan penyimpanan. Sebuah larutan alum
48,8 persen memiliki titik kristalisasi 15,6

C. 50,7 persen

larutan tawas akan mengkristal pada 18.3 oC alternatif lainnya


adalah untuk membeli tawas kering. Namun, tawas kering
biaya sekitar 50 persen lebih dari jumlah yang setara dengan
tawas cair sehingga hanya penggunaan jumlah sangat kecil
membelinya dalam bentuk ini.
Ketika alum ditambahkan ke air mengandung alkalinitas air,
reaksi berikut terjadi:
Al2(SO4 )3.14H2O+ 6 HCO3+ 3 SO4

2Al(OH)3 3H2O(s) + 6CO 2 + 8 H2O

2-

seperti reaksi diatas bahwa setiap mol alum ditambahkan


menggunakan enam mol alkalinitas dan menghasilkan enam
mol karbon dioksida. Reaksi atas menggeser keseimbangan
karbonat dan menurunkan pH. Selama alkalinitas yang cukup
dan CO2 (g) diperbolehkan untuk

berkembang, pH tidak

drastis berkurang dan umumnya tidak mengganggu reaksi.


Ketika alkalinitas tidak cukup ada untuk menetralkan produksi
asam sulfat, pH dapat sangat berkurang:
Al2 (SO4 )3.14 H2O

2 Al(OH)3 .3 H2O(s) + 3 H2SO4 + 2

H2O
Jika reaksi kedua terjadi, kapur atau natrium karbonat dapat
ditambahkan untuk menetralkan asam terbentuk karena
endapan akan larut.

Laporan Kerja Praktik PT. Malakasari Textile Mills

Tawas yang digunakan di unit pengolahan limbah PT.


Malakasari menggunakan tawas padatan yang dikemas dalam
karung dengan berat 50 kg. Untuk penggunaannya dilarutan
terlebih dahulu menggunakan tong berpengaduk dengan
takaran 200 kg per 500 L, kemudian dari tong tersebut
dipompa dengan dosing pump menuju bak koagulasi dengan
dosis yang telah ditentukan.
NGR
Merupakan agen koagulan komersial yang diperoleh dari
suplier perusahaan. Isi dari NGR merupakan basic alum. NGR
berbentuk cair dengan sifat fisik bening dan agak sedikit
kental. Penggunaan NGR sama seperti tawas hanya saja
dengan penggunaan yang lebih mudah dan digunakan
terutama

untuk

Penyimpanannya

limbah

dengan

ditempatkan

dalam

konsentrasi
torn

pekat.

chemical

dialirkan dengan gaya gravitasi.

Gambar 4. Tong pengaduk bahan kimia

Laporan Kerja Praktik PT. Malakasari Textile Mills

dan

3. Flokulan
Polimer Anion Dan Kation
Polimer biasanya merupakan jenis flokulan pembantu yang
banyak digunakan untuk bahan pembantu pengndapan.
Flokulan polimer adalah zat yang bisa terlarut dalam air
dengan berat molekul relatif (Mr) antara 1000 5.000.000
gr/mol dalam proses komersil sering kali sampai 1.000.000
gr/mol yang berbentuk pola kecil dinamik dengan ukuran
beberapa ratus nanometer.
Jika mekanisme flokulasi didominasi oleh jembatan polimer,
efisiensi flokulasi biasa akan bertambah dengan penambahan
berat molekul. Pemanfaatan senyawa molekular yang sangat
besar akan menaikkan berat molekul dan akan menurunkan
sifat pelarutan.
Bahan

kimia

polimer

sering

dipakai

sebagai

koagulan/flokulan pembantu dalam proses flokulasi di Instalasi


Pengolahan Air, polimer berfungsi membantu membentuk
makroflok

yang

akan

menahan

abrasi

setelah

terjadi

destabilisasi dan pembentukan mikroflok disebabkan oleh


koagulan.
Adsorpsi koagulan pembantu pada mikroflok penting,
supaya makroflok dapat terbentuk. Hal ini sangat dipengaruhi
oleh karakteristik batas permukaan antara molekul dan hal ini
sangat tergantung pada komposisi air. Sesuai dengan muatan
elektrostatik dalam larutan air, koagulan/flokulan pembantu
dikelompokkan menjadi non ionogen, anion aktif dan kation
aktif.

Laporan Kerja Praktik PT. Malakasari Textile Mills

Pada masa yang lalu, koagulan pembantu berasal dari


proses alami misalnya lumpur dan gel, sekarang ini hanya ada
beberapa struktur dasar monomer untuk koagulan/flokulan
pembantu, kelompok/grup yang paling penting berasal dari
polimerisasi akrilamida.
Polimer yang digunakan di unit Pengolahan limbah PT.
Malakasari ada dua jenis yaitu polimer anionik dan polimer
kationik. Keduanya dalam bentuk padat dikemas dalam
karung dengan berat 25 kg, penggunaannya dengan cara
dilarutkan dalam tong berpengaduk dengan takaran

280 g

dilarutkan dalam 500 L. Kemudian larutan polimer tadi


dipindahkan kedalam torn penampung untuk berikutnya
dialirkan ke bak flokulasi.
Selain digunakan untuk proses flokulasi, polimer juga
digunakan untuk membantu pembentukan endapan yang
lebih besar pada unit betl-press sehingga slugde yang di press
lebih solid.
4. Zat anti busa ( anti-foaming)
Ketika air limbah masuk ke bak aerasi, limbah diberi udara
dengan

pengadukan

menggunakan

motor.

Pengdukan

tersebut membuat air limbah menjadi berbusa yang sangat


banyak. Busa tersebut dapat menutupi permukaan air limbah
di bak aerasi sehingga proses aerasi terganggu, untuk
menanggulanginya digunakan zat anti busa yang dituangkan
kepermukaan yang berbusa.
Zat anti busa tersebut berbentuk cair dengan warna bening
dan disimpan didalam tong yang diberi keran untuk mengatur
pengeluaran cairan tersebut.

Laporan Kerja Praktik PT. Malakasari Textile Mills

Gambar 4. Cairan anti busa


4.2.4.

Pembahasan Proses

Secara ringkas proses pengolahan limbah diawali dengan


pencampuran seluruh limbah ke dalam bak equalisasi. Kemudian
limbah dialirkan ke dalam bak kogulasi dan flokulasi. sebelum
proses koagulasi dilakukan pengaturan pH dengan penambahan
asam sulfat hingga pH dibawah 10, kemudian ditambahkan
tawas sebagai koagulan. setelah itu ditambahkan flokulan
polimer anionik sambil dilakukan pengadukan cepat setelah itu
limbah dialirkan ke clarifier untuk dipisahkan antara sludge
dengan air limbah. Sludge kemudian dialirkan ke bagian beltpress dan air limbah dimasukan ke bak aerasi. Air limbah
keluaran bak aerasi dimasukan lagi ke clarifier yang kedua untuk
lebih memisahkan air limbah dan endapan yang mungkin dapat
timbul.
Dalam

pembagian

prosesnya

ada

empat

bagian

pengolahan limbah yaitu :

Laporan Kerja Praktik PT. Malakasari Textile Mills

utama

1. Equalisasi
Merupakan tempat dimulainya pengolahan limbah. Semua
limbah dari pabrik dikumpulkan didalamnya seperti dari
proses desizing, pencelupan, merserisasi dan penetralan.
Semua limbah dimasukan dengan kondisi yang berbedabeda, mulai temperatur, pH, konsentrasi zat kimia dan
padatan tidak terlarut. Limbah kemudian dikumpulkan di
bak tersebut untuk kemudian pompa ke bak pengolahan
untuk diolah.
Beberapa parameter seperti pH dan konsentrasi limbah
sangat menentukan pada pengolahan berikutnya. Pada
kondisi limbah yang pekat dan pH tinggi (basa) akan
memerlukan kogulan yang lebih banyak, namun karena
koagulanyang digunakan adalah tawas yang bersifat asam
maka penggunaan asam pun disesuaikan karena bila
terlalu banyak dapat membuat pH lebih rendah dan
membuat endapan alum terlarut kembali.
Kondisi limbah yang pekat membuat pengolahan lebih sulit
dalam pengaturan laju limbah dan bahan, pereaksian
pengendapan

dan

dapat

mengganggu

keseimbangan

pengendapan di clarifier, pada kondisi limbah yang pekat


limbah di bak

koagulasi dapat di encerkan dengan

penambahan air hasil pengolahan.


2. Koagulasi dan Flokulasi
Proeses berikutnya setelah pengumpulan di bak equalisasi
adalah koagulasi dan flokulasi. Preses tersebut bertujuan
untuk membentuk endapan yang berasal dari zat terlarut
pada air limbah. Kebanyakan zat terlarut merupakan zat
warna yang benyaknya dapat terlihat dari kepekatan warna
limbah. Warna limbah sendiri seringnya berwarna biru tapi
kadang berwarna hitam gelap.

Laporan Kerja Praktik PT. Malakasari Textile Mills

Proses pertama dilakukan adalah proses koagulasi yaitu


pembentukan inti endapan yang dimulai dari pembentukan
koagulan. Koagulan akan menarik pertikel-partikel yang
bermuatan menjadi endapan bersama koagulan sehingga
terbentuklah endapan dari limbah.
Koagulan ditambahkan bersamaan dengan pengadukan,
sehingga koagulan terhomogenkan dan menyebar ke
semua bagian air imbah sehingga pembentukan endapan
dapat optimal. Pembentukan endapan dipengaruhi oleh pH
larutan, sehingga perlu pengaturan pH. pH pengendapan
sekitar 6-8. Namun karena tawas sendiri bersifat asam
maka penambahannya dilakukan pada pH sekitar 9-10,
sehingga timbulnya endapan akan terjadi pada pH 6-8 dan
tidak membuat endapan terlarut kembali.
Endapan hasil koagulasi lalu diperbesar dengan flokulan.
Flokulan yang digunakan adalah polymer bermuatan anion
dan kation. Pada bak flukolasi pun dilakukan pengadukan,
namun dengan kecepatan yang lebih lambat. Endapan
limbah yang baik adalah endapan yang besar dan mudah
untuk mengendap. Apabila pada proses pengendapan
pengadukan yang diberikan terlalu cepat dapat membuat
turbulensi dan udara terperangkap dalam air limbah
sehingga

ikut

terbawa

bersama

endapan.

Sehingga

endapan yang terbentuk menjadi ringan dan mengapung


dipermukaan.

Flokukan

pun

digunakan

untuk

proses

pemisahan pada mesin beltpress gunanya untuk membuat


endapan bersifat lebih padat.
Banyaknya penambahan koagulan dan flokulan ke dalam
bak pengolahan dapat diperkirakan dengan melakukan
jartest terlebih dahulu terhadap sampel yang diambil dari
bak equalisasi.
3. Sedimentasi
Laporan Kerja Praktik PT. Malakasari Textile Mills

Proses

sedimentasi

dilakukan

pada

clarifier,

dimana

dengan gaya gravitasi aliran limbah mengalir masuk ke


clarifier dari arah bawah. Aliran yang berisi padatan limbah
kemudian naik keatas permukaan dengan meninggalkan
padatan limbah yang lebih berat didasar clarifier, sehingga
terjadi pemisahan air limbah dengan padatan limbah.
Apabila endapan yang terbentuk sebelumnya ringan maka
pemisahan sulit dilakukan karena akan ikut terbawa
mengapung di permukaan atas claarifier. Disain clarifier
yang sangat menentukan kinerja pemisahan sehingga
perancangannya sangat penting untuk disesuaikan dengan
kapasitas pengolahan sehingga pemisahan dapat optimal.
Air limbah yang terlah terpisahkan kemudian dialirkan ke
bak aerasi untuk diberi udara untuk mengoksidasi zat
kimia dalam air limbah.
Padatan limbah yang berada didasar clarifier kemudian
dikumpulkan dan di dasar tengah clarifier dan dipindahkan
ke bak penampung sludge untuk kemudian dialirkan ke
beltpress untuk diperas dan dipisahkan antara air yang
terperangkap dalam limbah padat dengan padatan yang
akan dipisahkan ke penampung slugde dan diangkut oleh
pihak berwenang.
4. Aerasi
Tahap akhir dari pengolahan limbah adalah pemberian
udara pada air limbah hasil pemisahan. Air limbah setelah
dipisahkan dari limbah terlarut berubah warnnya dari
berwarna menjadi bening tidak berwarna. Air tersebut
belum dapat dibuang ke sungai karena masih mengandung
zat kimia yang masih perlu penanganan. Nilai COD dalam
air

hasil

pengolahan

perlu

diturunkan

dengan

cara

mengoksidasi zat kimia tersebut dengan udara. Proses

Laporan Kerja Praktik PT. Malakasari Textile Mills

oksidasi

dapat

kedalam

air

dilakukan

limbah.

dengan

Udara

pemberian

dimasukan

oksigen

dengan

cara

dipompakan dengan motor. Oksigen akan mengoksidasi zat


kimia sehingga mengurangi nilai COD.
Pada pemompaan udara kedalam air limbah, terdapat buihbuih yang timbul. Buih tersebut sangat banyak sehingga
dapat menutupi permukaan dan dapat naik terus hingga
keluar

bak,

pada

keadaan

seperti

itu

biuh

dapat

ditambahkan zat anti busa untuk mengurangi biuh yang


timbul.
Air keluaran bak aerasi kemudian dialirkan ke clarifier
kedua, untuk mencegah endapan yang masih terbawa
dalam air hasil pengolahan. Pada air hasil pengolahan,
kemudian dapat diperiksa nilai COD nya di laboratorium
untuk mengevaluasi kinerja pengolahan limbah. Setelah
melaui tahapan diatas, air hasil pengolahan dapat dibuang
ke sungai, namun apabila hasil pengolahan masih belum
layak

dibuang

maka

air

hasil

pengolahan

dipompakan kembali ke bak equalisasi.

Laporan Kerja Praktik PT. Malakasari Textile Mills

dapat

Anda mungkin juga menyukai