Anda di halaman 1dari 31

HANDOUT ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

MATERI I
ASPEK SOSIAL BUDAYA DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

1.1. ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEHATAN BAYI

Kesehatan anak sekarang ini sangan memprihatinkan. Banyak sekali kasus


anak-anak yang terkena penyakit tertentu karena tidak tercukupi kebutuhan gizinya.
Seperti banyak anak-anak di pelosok desa yang orangtuanya hanya sekedar
memberi kebutuhan gizi sekedarnya saja pada anak mereka. Terutama mitos
mengenai kesehatan anak, orang zaman dahulu mempercayai bahwa jika
melakukan sesuatu yang telah lama dilakukan oleh pendahulunya maka mereka
juga akan melakukan itu pada anak-anak mereka. Padahal ini malah akan menjadi
penghambat kesehatan anak. Sehingga anak mudah sekali terserang penyakit.
Aspek budaya (mitos) yang berkembang di masyarakat yang berhubungan
dengan kesehatan anak :
1. Jika rambut anak anda basah maka anak anda akan masuk angin. Seorang Pakar
Kesehatan Jims Scars mengatakan dari riset yang pernah dilakukannya di Inggris
dimana setengah kelompok anak dibiarkan berada dalam ruangan hangat
sedangkan sisanya berada di lorong dengan kondisi basah kuyup. Setelah beberapa
jam, kelompok yang berada di lorong tadi tidak mengalami flu. " Kedinginan belum
tentu mempengaruhi sistem kekebalan tubuh secara langsung".
2. Anak perlu makan ketika kedinginan dan meminum banyak air ketika demam
Hal yang seharusnya dilakukan adalah menjaga keseimbangan komposisi cairan
tubuh . Jika seseorang banyak cairan maka akan mudah terserang penyakit
begitupun sebaliknya. Meskipun demikian anak tidak perlu mengkonsumsi minuman
elektrolit bila tidak mengalami dehidrasi ataupun diare.
3. Anak akan kehilangan 75% panas melalui kepala
Mitos ini berkembang karena keharusan bahwa kepala bayi yang baru lahir ditutupi
ketika cuaca dingin ataupun panas. Hal tersebut dibenarkan karena kepala bayi
memiliki presentasi lebih besar daripada bagian tubuh yang lainnya. Tetapi saat
beranjak dewasa , keluarnya panas melalui kepala hanya10%, sisanya keluar
melalui kaki, lengan , dan tangan.

4. Makanan yang keluar dari mulut ibu yang terbaik bagi bayi
Suku Sasak di Lombok, para ibu nifas biasa memberikan nasi pakpak (nasi yang
telah dikunyah oleh ibunya terlebih dahulu) kepada bayinya agar bayinya tumbuh
sehat dan kuat . Mereka percaya bahwa apa yang keluar dari mulut ibu merupakan
yang terbaik untuk bayi.
5. Asupan lain ketika ASI belum keluar
Masyarakat Kerinci di Sumatera Barat , pada usia 1 bulan bayi sudah diberi bubur
tepung, bubur nasi, pisang , dan lain-lain. Dan ada juga kebiasaan memberikan
roti,nasi yang sudah dilumatkan ataupun madu, dan teh manis kepada bayi baru
lahir sebelum ASI keluar.
6. Kolostrum dianggap sebagai susu yang sudah rusak
Masyarakat tradisional menganggap kolostrum sebagai susu yang sudah rusak dan
tak baik diberikan pada bayi karena warnanya yang kekuning-kuningan. Selain itu,
ada yang menganggap kolostrum dapat menyebabkan diare, muntah, dan masuk
angin pada bayi.
Aspek sosial (mitos) yang berkembang di masyarakat yang berkaitan dengan
kesehatan anak :
1. Dukun sebagai penyembuh
Masyarakat pada beberapa daerah beranggapan bahwa bayi yang mengalami
kejang-kejang disebabkan karena kemasukan roh halus, dan dipercaya hanya dukun
yang dapat menyembuhkannya.
2. Timbulnya penyakit sebagai pertanda
Demam atau diare yang terjadi pada bayi dianggap pertanda bahwa bayi tersebut
akan bertambah kepandaiannya, seperti sudah bisa untuk berjalan.
3. Kesehatan anak juga dipengaruhi oleh faktor budaya dan sosial. Dimana hingga kini
masyarakat baik di perkotaan maupun pedesaan masih menjalankan kepercayaan
tersebut. Hal tersebut disebabkan karena kebiasaan yang telah turun temurun terjadi
. Tetapi ada baiknya jika masyarakat juga mempertimbangkan dengan pemahaman
menurut para medis karena para medis lebih memahami tentang mana yang baik
dalam tumbuh kembang kesehatan anak.

1.2. ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEHATAN IBU

Kesehatan Ibu dan anak (KIA) di Indonesia selalu menjadi masalah pelik
yang tak kunjung membaik keadaannya. Situasi kesehatan Ibu dan bayi baru lahir
belum di Indonesia sama sekali belum dikatakan menggembirakan.
Aspek budaya yang berhubungan dengan kesehatan Ibu hamil :
I.3.1.

Jawa Tengah :
Bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan mempersulit persalinan dan
pantang makan daging karena akan menyebabkan perdarahan yang banyak.

I.3.2.

Jawa Barat :
Ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi makannya
agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan.

I.3.3.

Masyarakat Betawi :
Berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena dapat
menyebabkan ASI menjadi asin.

I.3.4.

Daerah Subang :
Ibu hamil pantang makan dengan menggunakan piring yang besar karena khawatir
bayinya akan besar sehingga akan mempersulit persalinan. Dan memang, selain
ibunya kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah.Tentunya hal ini
sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si bayi. Selain itu, larangan untuk
memakan buah-buahan seperti pisang, nenas, ketimun dan lain-lain bagi wanita
hamil juga masih dianut oleh beberapa kalangan masyarakat terutama masyarakat
di daerah pedesaan. (Wibowo,1993).
Selain pada masa hamil, pantangan-pantangan atau anjuran masih
diberlakukan juga pada masa pasca persalinan. Pantangan ataupun anjuraan ini
biasanya berkaitan dengan proses pemulihan kondisi fisik misalnya, ada makanan
tertentu yang sebaiknya dikonsumsi untuk memperbanyak produksi ASI; ada pula
makanan tertentu yang dilarang karena dianggap dapat mempengaruhi kesehatan
bayi. Secara tradisional, ada praktek-praktek yang dilakukan oleh dukun beranak
untuk mengembalikan kondisi fisik dan kesehatan si ibu. Misalnya mengurut perut
yang bertujuan untuk mengembalikan rahim ke posisi semula; memasukkan
ramuan-ramuan seperti daun-daunan ke dalam vagina dengan maksud untuk
membersihkan darah dan cairan yang keluar karena proses persalinan; atau
memberi jamu tertentu untuk memperkuat tubuh (Iskandar et al., 1996).
Aspek sosial yang di kalangan masyarakat terhadap kesehatan Ibu

Pemilihan dukun beranak sebagai penolong persalinan pada dasarnya disebabkan


karena beberapa alasan antara lain dikenal secara dekat, biaya murah, mengerti
dan dapat membantu dalam upacara adat yang berkaitan dengan kelahiran anak
serta merawat ibu dan bayi sampai 40 hari. Disamping itu juga masih adanya
keterbatasan jangkauan pelayanan kesehatan yang ada. Walaupun sudah banyak
dukun beranak yang dilatih, namun praktek-praktek tradisional tertentu rnasih
dilakukan. lnteraksi antara kondisi kesehatan ibu hamil dengan kemampuan
penolong persalinan sangat menentukan hasil persalinan yaitu kematian atau
bertahan hidup.
Penyebab klasik kematian ibu akibat melahirkan adalah perdarahan, infeksi
dan eklamsia (kejang-kejang yangberlebihan). Kondisi-kondisi tersebut bila tidak
ditangani secara tepat dan profesional dapat berakibat fatal bagi ibu dalam proses
persalinan. Namun, kefatalan ini sering terjadi tidak hanya karena penanganan yang
kurang baik tepat tetapi juga karena ada faktor keterlambatan pengambilan
keputusan dalam keluarga.
Umumnya, terutama di daerah pedesaan, keputusan terhadap perawatan
medis apa yang akan dipilih harus dengan persetujuan kerabat yang lebih tua; atau
keputusan berada di tangan suami yang seringkali menjadi panik melihat keadaan
krisis yang terjadi. Kepanikan dan ketidaktahuan akan gejala-gejala tertentu saat
persalinan dapat menghambat tindakan yang seharusnya dilakukan dengan cepat.
Selain dari faktor keterlambatan dalam pengambilan keputusan,adanya suatu
keyakinan dan sikap pasrah dari masyarakat bahwa segala sesuatu yang terjadi
merupakan takdir yang tak dapat dihindarkan.

1.3. HUBUNGAN ASPEK SOSIAL TERHADAP PEMBANGUNAN KESEHATAN

I.3.1.

Pengertian Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan
kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan
termasuk kehamilan dan persalinan. Pendidikan kesehatan adalah proses
membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara

kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal


yang mempengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain.
Definisi yang bahkan lebih sederhana diajukan oleh Larry Green dan para
koleganya

yang

menulis

bahwa

pendidikan

kesehatan

adalah

kombinasi

pengalaman belajar yang dirancang untuk mempermudah adaptasi sukarela


terhadap perilaku yang kondusif bagi kesehatan. Data terakhir menunjukkan bahwa
saat ini lebih dari 80 persen rakyat Indonesia tidak mampu mendapat jaminan
kesehatan dari lembaga atau perusahaan di bidang pemeliharaan kesehatan, seperti
Akses,

Taspen,

dan

Jamsostek.

Golongan

masyarakat

yang

dianggap

'teranaktirikan' dalam hal jaminan kesehatan adalah mereka dari golongan


masyarakat kecil dan pedagang. Dalam pelayanan kesehatan, masalah ini menjadi
lebih pelik, berhubung dalam manajemen pelayanan kesehatan tidak saja terkait
beberapa kelompok manusia, tetapi juga sifat yang khusus dari pelayanan
kesehatan itu sendiri.
UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif
secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat
sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan
di dalamnya kesehatan jiwa merupakanbagian integral kesehatan.
I.3.3.Konsep Sehat dan Sakit Menurut Budaya Masyarakat
Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal
karena ada faktorfaktor lain diluar kenyataan klinis yang mempengaruhinya
terutama faktor sosial budaya. Kedua pengertian saling mempengaruhi dan
pengertian yang satu hanya dapat dipahami dalam konteks pengertian yang lain.
Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedokteran, dan lain-lain
bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian tentang konsep
sehat dan sakit ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit
merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan
manusia beradaptasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun
sosio budaya.
Definisi sakit: seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit
menahun (kronis), atau gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas

kerja/kegiatannya terganggu. Walaupun seseorang sakit (istilah sehari -hari) seperti


masuk angin, pilek, tetapi bila ia tidak terganggu untuk melaksanakan kegiatannya,
maka ia di anggap tidak sakit.
Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante
dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan
manusia, social budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya.
Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagaipsycho socio somatic health
well being , merupakan resultante dari 4 faktor yaitu:
1. Environment atau lingkungan.
2. Behaviour atau

perilaku,

Antara

yang

pertama

dan

kedua

dihubungkan

dengan ecological balance.


3. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan
sebagainya.
4. Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif,
kuratif, dan rehabilitatif.
Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor
yang paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat
kesehatan masyarakat.
Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh
faktor -faktor seperti kelas social,perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka
ancaman kesehatan yang sama (yang ditentukan secara klinis), bergantung dari
variable-variabel tersebut dapat menimbulkan reaksi yang berbeda di kalangan
pasien.
Istilah sehat mengandung banyak muatan kultural, social dan pengertian
profesional yang beragam. Dulu dari sudut pandangan kedokteran, sehat sangat
erat kaitannya dengan kesakitan dan penyakit. Dalam kenyataannya tidaklah
sesederhana itu, sehat harus dilihat dari berbagai aspek. WHO melihat sehat dari
berbagai aspek.
WHO mendefinisikan pengertian sehat sebagai suatu keadaan sempurna baik
jasmani, rohani, maupun kesejahteraan social seseorang. Sebatas mana seseorang
dapat dianggap sempurna jasmaninya.
Oleh para ahli kesehatan, antropologi kesehatan di pandang sebagai disiplin
biobudaya yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial budaya

dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya
sepanjang sejarah kehidupan manusia yang mempengaruhi kesehatan dan
penyakit. Penyakit sendiri ditentukan oleh budaya: hal ini karena penyakit
merupakan pengakuan sosial bahwa seseorang tidak dapat menjalankan peran
normalnya secara wajar.
Seorang pengobat tradisional yang juga menerima pandangan kedokteran
modern, mempunyai pengetahuan yang menarik mengenai masalah sakit-sehat.
Baginya, arti sakit adalah sebagai berikut: sakit badaniah berarti ada tanda-tanda
penyakit di badannya seperti panas tinggi, penglihatan lemah, tidak kuat bekerja,
sulit makan, tidur terganggu, dan badan lemah atau sakit, maunya tiduran atau
istirahat saja.
Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda antara daerah
yang satu dengan daerah yang lain, karena tergantung dari kebudayaan yang ada
dan berkembang dalam masyarakat tersebut. Persepsi kejadian penyakit yang
berlainan dengan ilmu kesehatan sampai saat ini masih ada di masyarakat; dapat
turun dari satu generasi ke generasi berikutnya dan bahkan dapat berkembang luas.
Berikut ini contoh persepsi masyarakat tentang penyakit malaria, yang saat ini
masih ada di beberapa daerah pedesaan di Papua (Irian Jaya). Makanan pokok
penduduk Papua adalah sagu yang tumbuh di daerah rawa -rawa. Selain rawa-rawa,
tidak jauh dari mereka tinggal terdapat hutan lebat. Penduduk desa tersebut
beranggapan bahwa hutan itu milik penguasa gaib yang dapat menghukum setiap
orang yang melanggar ketentuannya.
Pelanggaran dapat berupa menebang, membabat hutan untuk tanah pertanian,
dan lain-lain akan diganjar hukuman berupa penyakit dengan gejala demam tinggi,
menggigil, dan muntah. Penyakit tersebut dapat sembuh dengan cara minta ampun
kepada penguasa hutan, kemudian memetik daun dari pohon tertentu, dibuat
ramuan untuk di minum dan dioleskan ke seluruh tubuh penderita. Dalam beberapa
hari penderita akan sembuh.
Persepsi masyarakat mengenai penyakit diperoleh dan ditentukan dari
penuturan sederhana dan mudah secara turun temurun. Misalnya penyakit akibat
kutukan Allah, makhluk gaib, roh-roh jahat, udara busuk, tanaman berbisa, binatang,
dan sebagainya.

Pada sebagian penduduk Pulau Jawa, dulu penderita demam sangat tinggi
diobati dengan cara menyiram air di malam hari. Air yang telah diberi ramuan dan
jampi-jampi oleh dukun dan pemuka masyarakat yang disegani digunakan sebagai
obat malaria.
I.3.2.

Budaya Masyarakat Daerah Pada Masa Kehamilan

1. Upacara Mengandung Empat Bulan


Dulu Masyarakat Jawa Barat apabila seorang perempuan baru mengandung 2
atau 3 bulan belum disebut hamil, masih disebut mengidam. Setelah lewat 3 bulan
barulah disebut hamil. Upacara mengandung Tiga Bulan dan Lima Bulan dilakukan
sebagai pemberitahuan kepada tetangga dan kerabat bahwa perempuan itu sudah
betul-betul hamil.
Namun sekarang kecenderungan orang-orang melaksanakan upacara pada
saat kehamilan menginjank empat bulan, karena pada usia kehamilan empat bulan
itulah saat ditiupkannya roh pada jabang bayi oleh Allah SWT. Biasanya
pelaksanaan upacara Mengandung empat Bulan ini mengundang pengajian untuk
membacakan doa selamat, biasanya doa nurbuat dan doa lainnya agar bayinya
mulus, sempurna, sehat, dan selamat.
2. Upacara Mengandung Tujuh Bulan/Tingkeban
Upacara Tingkeban adalah upacara yang diselenggarakan pada saat seorang
ibu mengandung 7 bulan. Hal itu dilaksanakan agar bayi yang di dalam kandungan
dan ibu yang melahirkan akan selamat. Tingkeban berasal dari kata tingkeb artinya
tutup, maksudnya si ibu yang sedang mengandung tujuh bulan tidak boleh
bercampur dengan suaminya sampai empat puluh hari sesudah persalinan, dan
jangan bekerja terlalu berat karena bayi yang dikandung sudah besar, hal ini untuk
menghindari dari sesuatu yang tidak diinginkan. Di dalam upacara ini biasa diadakan
pengajian biasanya membaca ayat-ayat Al-Quran surat Yusuf, surat Lukman dan
surat Maryam.
Di samping itu dipersiapkan pula peralatan untuk upacara memandikan ibu
hamil , dan yang utama adalah rujak kanistren yang terdiri dari 7 macam buahbuahan. Ibu yang sedang hamil tadi dimandikan oleh 7 orang keluarga dekat yang
dipimpin seorang paraji secara bergantian dengan menggunakan 7 lembar kain batik
yang dipakai bergantian setiap guyuran dan dimandikan dengan air kembang 7 rupa.

Pada guyuran ketujuh dimasukan belut sampai mengena pada perut si ibu hamil, hal
ini dimaksudkan agar bayi yang akan dilahirkan dapat berjalan lancar (licin seperti
belut). Bersamaan dengan jatuhnya belut, kelapa gading yang telah digambari tokoh
wayang oleh suaminya dibelah dengan golok. Hal ini dimaksudkan agar bayi yang
dikandung dan orang tuanya dapat berbuat baik lahir dan batin, seperti keadaan
kelapa gading warnanya elok, bila dibelah airnya bersih dan manis. Itulah
perumpamaan yang diharapkan bagi bayi yang dikandung supaya mendapatkan
keselamatan dunia-akhirat.
Sesudah selesai dimandikan biasanya ibu hamil didandani dibawa menuju ke
tempat rujak kanistren tadi yang sudah dipersiapkan. Kemudian sang ibu menjual
rujak itu kepada anak-anak dan para tamu yang hadir dalam upacara itu, dan
mereka membelinya dengan menggunakan talawengkar, yaitu genteng yang sudah
dibentuk bundar seperti koin. Sementara si ibu hamil menjual rujak, suaminya
membuang sisa peralatan mandi seperti air sisa dalam jajambaran, belut, bunga,
dsb. Semuanya itu harus dibuang di jalan simpang empat atau simpang tiga. Setelah
rujak kanistren habis terjual selesailah serangkaian upacara adat tingkeban.
3. Upacara Mengandung Sembilan Bulan
Upacara sembilan bulan dilaksanakan setelah usia kandungan masuk
sembilan bulan. Dalam upacara ini diadakan pengajian dengan maksud agar bayi
yang dikandung cepat lahir dengan selamat karena sudah waktunya lahir. Dalam
upacara ini dibuar bubur lolos, sebagai simbul dari upacara ini yaitu supaya
mendapat kemudahan waktu melahirkan, lolos. Bubur lolos ini biasanya dibagikan
beserta nasi tumpeng atau makanan lainnya.
4. Upacara Reuneuh Mundingeun
Upacara Reuneuh Mundingeun dilaksanakan apabila perempuan yang
mengandung lebih dari sembilan bulan,bahkan ada yang sampai 12 bulan tetapi
belum melahirkan juga, perempuan yang hamil itu disebut Reuneuh Mundingeun,
seperti munding atau kerbau yang bunting. Upacara ini diselenggarakan agar
perempuan yang hamil tua itu segera melahirkan jangan seperti kerbau, dan agar
tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Pada pelaksanaannya leher perempuan itu dikalungi kolotok dan dituntun oleh
indung beurang sambil membaca doa dibawa ke kandang kerbau. Kalau tidak ada
kandang kerbau, cukup dengan mengelilingi rumah sebanyak tujuh kali. Perempuan

yang hamil itu harus berbuat seperti kerbau dan menirukan bunyi kerbau sambil
dituntun dan diiringkan oleh anak-anak yang memegang cambuk. Setelah
mengelilingi kandang kerbau atau rumah, kemudian oleh indung beurang
dimandikan dan disuruh masuk ke dalam rumah. Di kota pelaksanaan upacara ini
sudah jarang dilaksanakan.
I.3.3.

Peranan Seorang Bidan


Menjadi seorang bidan bukanlah hal yang mudah. Seorang bidan harus siap
fisik maupun mental, karena tugas seorang bidan sangatlah berat. Di Indonesia ini
jumlah bidan memang tidak sedikit, tetapi untuk di pelosok daerah masih banyak
masyarakat yang belum paham akan arti dari bidan. Bidan yang siap mengabdi di
kawasan pedesaan, artinya ia juga harus siap dengan konsekuensi yang akan
terjadi. Tak mudah mengubah pola pikir ataupun kebiasaan masyarakat. Apalagi,
masalah proses persalinan. Kehadiran tenaga medis dengan spesialisasi melayani
persalinan kaum perempuan, bagi warga Mercu dan Muktitama, termasuk hal baru.
Selama ini, apabila ada yang akan melahirkan mereka pada umumnya
mengandalkan dukun.
Bahkan, terdapat tradisi tujuh bulanan. Ibu hamil dengan usia kandungan tujuh
bulan, telah diharuskan menentukan siapa dukun yang akan membantu persalinan.
Ini tantangan cukup berat. Kita takut nantinya, terjadi risiko yang tidak diinginkan
pasca melahirkan. Misalnya infeksi atau penularan penyakit selama persalinan
berlangsung. Seperti pemotongan tali pusat, ada yang masih pakai gunting biasa.
Padahal, gunting itu sebelumnya harus disterilkan,terang wanita yang menempati
rumah dinas di Puskesmas Pembantu (Pustu) itu.
Ujung-ujungnya, ketika persalinan bermasalah dan dukun sudah angkat
tangan, baru di bawa ke bidan. Pernah suatu kali, kata Yanti, seorang ibu sehari
semalam mengejan kesakitan. Sudah ditolong oleh dukun, tapi sang bayi tak
kunjung keluar. Akhirnya dijemputlah bidan.
Waktu saya datang, bayinya lahir dengan selamat. Saya pikir masyarakat
mulai percaya bidan, tapi ternyata rupanya ndak juga,katanya lalu tersenyum.
Sejak bertugas di kampung yang berpenduduk lebih dari 1.200 jiwa itu, hingga
sekarang, Yanti mengaku baru dua kali menangani proses persalinan. Selebihnya,
membantu pasien rujukan dari dukun. Walau begitu, ia maklum dengan cara berfikir

warga di sana. Secara perlahan, mungkin nantinya mereka akan mengerti juga,
betapa pentingnya tenaga kesehatan dalam hal persalinan,tuturnya tegar.
Informasi yang berhasil dirangkum Padang Ekspres, sedikitnya terdapat tiga
dukun beranak yang masih aktif. Yanti memprediksikan, antara bidan dan dukun,
kisarannya 8:2. Dari sepuluh orang, delapan orang lebih memilih ke dukun dan
hanya dua orang yang lebih percaya pada bidan.
Di tanya apakah kecendrungan ini ada hubungannya dengan tarif persalinan
yang dibanderol oleh bidan? Sontak, Yanti menggeleng. Bahkan, katanya biaya
yang ditawarkan dukun ada yang sedikit lebih tinggi dari bidan. Di samping itu, di
tempat bidan berlaku Jamkesmas atau Jamkesda. Tapi, hal ini bukanlah jaminan
yang bisa menggaet hati para ibu-ibu.
Kendala yang dihadapi bides itu, tak hanya seputar masalah pendekatan
kepada ibu-ibu hamil. Sebagai daerah pedalaman, istri Irmansyah Putra itu, harus
akrab dengan segala keterbatasan infrastruktur. Antara lain, tentang jaringan listrik
yang belum masuk di kampung itu. Begitupula masalah air bersih. Krisis air paling
terasa bila hujan tak kunjung turun.
I.3.4.

Upaya Pemerintah Dalam Pembangunan Kesehatan


Untuk mencapai sasaran Millenium Development Goals (MDGs) yaitu Angka
Kematian Ibu (AKI) sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup (KH) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) menjadi 23 per 1.000 KH pada tahun 2015, perlu upaya
percepatan yang lebih besar dan kerja keras karena kondisi saat ini, AKI 307 per
100.000 KH dan AKB 34 per 1.000 KH. Hal itu sambutan Menkes yang dibacakan
Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan dr. Ratna Rosita Hendardji, MPH dalam
acara Kampanye Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K) dan Penggunaan Buku KIA, bekerja sama dengan Solidaritas Istri Kabinet
Indonesia Bersatu (SIKIB), di Jakarta (3/2/2010).
Surga ada di bawah telapak kaki ibu, pepatah ini menunjukkan betapa
pentingnya posisi ibu di masyarakat, namun kenyataannya perhatian terhadap
keselamatan ibu saat melahirkan masih perlu ditingkatkan, demikian pula bayi yang
dilahirkan harus sehat dan tumbuh kembang dengan baik, ujar Menkes.
Menurut Menkes, Kementerian Kesehatan telah melakukan berbagai upaya
percepatan penurunan AKI dan AKB antara lain mulai tahun 2010 meluncurkan

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) ke Puskesmas di Kabupaten/ Kota yang


difokuskan pada kegiatan preventif dan promotif dalam program Kesehatan Ibu dan
Anak.
Untuk tahun ini, sebanyak 300 Puskesmas di wilayah Jawa, Bali, Kalimantan,
Sumatera, Sulawesi, Maluku dan Papua memperoleh dana operasional sebesar Rp
10 juta per bulan. Mulai tahun 2011, seluruh Puskesmas yang berjumlah 8.500 akan
mendapatkan BOK.
Kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, tekanan darah yang tinggi saat
hamil (eklampsia), infeksi, persalinan macet dan komplikasi keguguran. Sedangkan
penyebab langsung kematian bayi adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan
kekurangan oksigen (asfiksia). Penyebab tidak langsung kematian ibu dan bayi baru
lahir adalah karena kondisi masyarakat seperti pendidikan, sosial ekonomi dan
budaya.
Kondisi geografi serta keadaan sarana pelayanan yang kurang siap ikut
memperberat permasalahan ini. Beberapa hal tersebut mengakibatkan kondisi 3
terlambat (terlambat mengambil keputusan, terlambat sampai di tempat pelayanan
dan terlambat mendapatkan pertolongan yang adekuat) dan 4 terlalu (terlalu tua,
terlalu muda, terlalu banyak, terlalu rapat jarak kelahiran), tambah Menkes.
Keterlambatan pengambilan keputusan di tingkat keluarga dapat dihindari
apabila ibu dan keluarga mengetahui tanda bahaya kehamilan dan persalinan serta
tindakan yang perlu dilakukan untuk mengatasinya di tingkat keluarga, ujar Menkes.
Menkes menambahkan, salah satu upaya terobosan dan terbukti mampu
meningkatkan indikator proksi (persalinan oleh tenaga kesehatan) dalam penurunan
Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi adalah Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K). Program dengan menggunakan
stiker ini, dapat meningkatkan peran aktif suami (suami Siaga), keluarga dan
masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman. Program ini juga
meningkatkan persiapan menghadapi komplikasi pada saat kehamilan, termasuk
perencanaan pemakaian alat/ obat kontrasepsi pasca persalinan.
Selain itu, program P4K juga mendorong ibu hamil untuk memeriksakan
kehamilan, bersalin, pemeriksaan nifas dan bayi yang dilahirkan oleh tenaga
kesehatan terampil termasuk skrining status imunisasi tetanus lengkap pada setiap

ibu hamil. Kaum ibu juga didorong untuk melakukan inisiasi menyusu dini (IMD)
dilanjutkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan.
P4K berperan dalam pencapaian salah satu target program 100 hari
Kementerian Kesehatan yaitu terdatanya ibu hamil di 60.000 desa di seluruh
Indonesia. Saat sudah terdata 3.122.000 ibu hamil di 67.712 desa, papar Menkes.
Perencanaan persalinan dapat dilakukan manakala ibu, suami dan keluarga
memiliki pengetahuan mengenai tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas;
asuhan perawatan ibu dan bayi; pemberian ASI; jadwal imunisasi; serta informasi
lainnya. Semua informasi tersebut ada di dalam Buku KIA yang diberikan kepada ibu
hamil setelah didata melalui P4K. Buku KIA juga berfungsi sebagai alat pemantauan
perkembangan kesehatan ibu hamil serta pemantauan pertumbuhan bayi sampai
usia 5 tahun. Buku ini dapat diperoleh di Puskesmas, jelas Menkes.
Pada kesempatan tersebut Menkes mengajak semua ibu hamil, suami dan
keluarga melaksanakan P4K. Kepada organisasi profesi dan rumah sakit
menyediakan dan menggunakan Buku KIA di sarana kesehatan lebih ditingkatkan.
Menurut Menkes, upaya yang telah dilakukan Kementerian Kesehatan akan
lebih optimal apabila semua khususnya Pemerintah Daerah berperan aktif,
mendukung dan melaksanakan semua program percepatan penurunan AKI dan
AKB. Selain itu juga perlu dukungan pihak swasta baik dalam pembiayaan program
kesehatan melalui CSR-nya maupun partisipasi dalam penyelenggaran pelayanan
kesehatan swasta.
Menkes berharap kampanye ini bermanfaat bagi kesehatan masyarakat
Indonesia dan dapat diikuti oleh pihak-pihak lain sehingga Ibu Selamat, Bayi Sehat,
Suami Siaga menjadi slogan bersama.
Menkes juga menyambut gembira atas keterlibatan SIKIB dalam kampanye
P4K sebagai upaya memajukan kesehatan ibu dan anak. Menkes juga
menyampaikan apresiasi atas peran PKK yang telah bekerja sama dengan
Kementerian Kesehatan dalam pelaksanaan program kesehatan terutama KIA di
lapangan.

1.4. PENGERTIAN PEMBANGUNAN KESEHATAN MASYARAKAT DESA

1.4.1. Pengertian

1. Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) adalah rangkaian kegiatan


masyarakat yang dilakukan berdasarkan gotong-royong, swadaya masyarakat
dalam rangka menolong mereka sendiri untuk mengenal dan memecahkan masalah
atau kebutuhan yang dirasakan masyarakat, baik dalam bidang kesehatan maupun
bidang dalam bidang yang berkaitan dengan kesehatan, agar mampu memelihara
kehidupannya

yang

sehat

dalam

rangka

meningkatkan

mutu

hidup

dan

kesejahteraan masyarakat.
2. PKMD adalah kegiatan pelayanan kesehatan yang pelaksanaannya didasarkan
melalui sistem pelayanan puskesmas, dimana dalam mengembangkan kegiatankegiatan kesehatan oleh lembaga ini diikutsertakan anggota-anggota masyarakat di
Pedusunan melalui segala pengarahan untuk menimbulkan kesadaran secara aktif
di dalam ikut membantu memecahkan dan mengembangkan usaha-usaha
kesehatan di Desanya. (Dirjen Binkesmas Depkes RI, 1976)
3. PKMD adalah kegiatan atau pelayanan kesehatan berdasarkan sistem pendekatan
edukatif masalah kesehatan melalui Puskesmas dimana setiap individu atau
kelompok masyarakat dibantu agar dapat melakukan tindakan-tindakan yang tepat
dalam mengatasi kesehatan mereka sendiri. Disamping itu kegiatan pelayanan
kesehatan yang diberikan juga dapat mendorong timbulnya kreativitas dan inisiatif
setiap individu atau kelompok masyarakat untuk ikut secara aktif dalam programprogram kesehatan di daerahnya dan menentukan prioritas program sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan masyarakat yang bersangkutan. (Kanwil Depkes Jawa
Timur)
4. Pokok-pokok pemikiran yang fundamental yang melandasi definisi PKMD tersebut
diatas ditekankan melalui pendekatan-pendekatan sebagai berikut :
a.

Untuk keberhasilan PKMD di suatu daerah herus memanfaatkan pendekatan


operasional

terpadu

(comprehensive

operational

approach)

yang

meliputi

pendekatan secara sistem (system approach), pendekatan lintas sektoral dan antar
program (inter program and inter sektoral approach), pendekatan multi displiner
(multi displionary approach), pendekatan edukatif (educational approach), dsb.
b. Dalam pembinaan terhadap peran serta masyarakat melalui pendekatan edukatif,
hendaknya faktor ikut sertanya masyarakat ditempatkan baik sebagai komplemen
maupun suplemen terdepan dalam penunjang sistem kesehatan nasional ini.

c.

Sebagai kegiatan yang dikelola sendiri oleh masyarakat, PKMD secara bertahap
dan terus menerus harus mampu didorong untuk membuka kemungkinankemungkinan menumbuhkan potensi swadayanya melalui pemerataan akan
peranserta setiap individu di desa secara lebih luas dan lebih nyata

d. Puskesmas sebagai pengarah (provider) setempat perlu meningkatkan kegiatan


diluar gedung (ourt door activities) untuk mengarahkan intervensinya di dalam
memacu secara edukatif terhadap kelestarian kegiatan PKMD oelh masyarakat
dibawah bimbingan LSD.
e.

Kegiatan masyarakat tersebut diharapkan muncul atas kesadaran dan prakarsa


masyarakat sendiri dengan bimbingan dan pembinaan dari pemerintah secara lintas
program dan lintas sektoral. Kegiatan tersebut tak lain merupakan bagian integral
dari pembangunan nasional umumnya dan pembangunan desa khususnya.
Puskesmas sebagai pusat pengembangan kesehatan di tingkat kecamatan
mengambil prakarsa untuk bersama-sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan
menggerakkan peran serta masyarakat (PSM) dalam bentuk kegiatan PKMD.

1.5. TUJUAN PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA DALAM BIDANG KESEHATAN

1.5.1.

Tujuan umum
Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat menolong diri sendiri dibidang
kesehatan dalam rangka meningkatkan mutu hidup

1.5.2.
a.

Tujuan khusus
Menumbuhkan kesadaran masyarakat akan potensi yang dimilikinya untuk
menolong diri mereka sendiri dalam meningkatkan mutu hidup mereka

b.

Mengembangkan kemampuan dan prakarsa masyarakat untuk berperan secara


aktif dan berswadaya dalam meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri

c.

Menghasilkan lebih banyak tenaga-tenaga masyarakat setempat yang mampu,


terampil serta mau berperan aktif dalam pembangunan desa

d.

Meningkatnya kesehatan masyarakat dalam arti memenuhi beberapa indikator :

Angka kesakitan menurun


Angka kematian menurun, terutama angka kematian bayi dan anak
Angka kelahiran menurun
Menurunnya angka kekurangan gizi pada anak balita

1.6. NILAI-NILAI FILOSOFI DALAM PEMBANGUNAN

Pembangunan nasional pada dasarnya memiliki arti penting dan strategis


dalam kehidupan bangsa Indonesia. Disebabkan karena pembangunan hukum
nasional merupakan upaya untuk mewujudkan cita-cita nasional sebagaimana yang
disyaratkan pada pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa
Indonesia

dan

seluruh

tumpah

darah

Indonesia

dan

untuk

mewujudkan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan


ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Pembangunan hukum yang dilandasi oleh nilai dasar atau nilai ideologis, nilai
historis, nilai yuridis serta nilai filosofinya akan memberikan dampak positif bagi
masyarakat untuk dapat menikmati rasa keadilan, kepastian manfaat hukum yang
pada akhirnya akan bermuara pada pembentukan sikap dan kesadaran masyarakat
terhadap hukum. Pentingnya hukum dibangun agar hukum dapat menjadi sarana
pembangunan dan pembaharuan masyarakat yang kita harapkan. Hukum juga
dapat berperan sebagai objek pembangunan dalam rangka mewujudkan hukum
yang ideal sesuai dengan nilai-nilai hidup di masyarakat.
Dalam hal mengintegrasikan dimensi kependudukan dalam perencanaan
pembangunan (baik nasional maupun daerah) maka manfaat paling mendasar yang
diperoleh adalah besarnya harapan bahwa penduduk yang ada didaerah tersebut
menjadi pelaku pembangunan dan penikmat hasil pembangunan. Itu berarti
pembangunan

berwawasan

kependudukan

lebih

berdampak

besar

pada

peningkatan kesejahteraan penduduk secara keseluruhan dibanding dengan


orientasi

pembangunan

ekonomi

yang

berorientasi

pada

pertumbuhan

(growth). Pembangunan berwawasan kependudukan ada suatu jaminan akan


berlangsung

proses

pembangunan

itu

sendiri.

Pembangunan

berwawasan

kependudukan menekankan pada pembangunan lokal, perencanaan berasal dari


bawah (bottom up planning), disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat
lokal, dan yang lebih penting adalah melibatkan seluruh lapisan masyarakat dalam
proses perencanaan pembangunan.
Pembangunan harus dikembangkan dengan memperhitungkan kemampuan
penduduk agar seluruh penduduk dapat berpartisipasi aktif dalam dinamika

pembangunan tersebut. Sebaliknya, pembangunan tersebut baru dikatakan berhasil


jika mampu meningkatkan kesejahteraan penduduk dalam arti yang luas.Dan juga
keadaan dan kondisi kependudukan yang ada sangat mempengaruhi dinamika
pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Jumlah penduduk yang besar jika
diikuti dengan kualitas penduduk yang memadai akan merupakan pendorong bagi
pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya jumlah penduduk yang besar jika diikuti dengan
tingkat kualitas yang rendah, menjadikan penduduk tersebut sebagai beban bagi
pembangunan.Apa yang dapat dipelajari dari krisis ekonomi yang berlangsung saat
ini adalah bahwa Indonesia telah mengambil strategi pembangunan ekonomi yang
tidak sesuai dengan potensi serta kondisi yang dimiliki.
Pembangunan harus dikembangkan dengan memperhitungkan kemampuan
penduduk agar seluruh penduduk dapat berpartisipasi aktif dalam dinamika
pembangunan tersebut. Sebaliknya, pembangunan tersebut baru dikatakan berhasil
jika mampu meningkatkan kesejahteraan penduduk dalam arti yang luas.Dan juga
keadaan dan kondisi kependudukan yang ada sangat mempengaruhi dinamika
pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Pentingnya filsafat hukum dalam
pembangunan hukum nasional dikarenakan hanya denga filsafat hukum sebagai
salah satu variabel pelaksanaan pembangunan hukum nasional, yang akan
menjawab berbagai kebutuhan masyarakat dan sekaligus dapat merespons
perkembangan seiring dengan dinamika pembangunan nasional. Pembangunan
berwawasan

kependudukan

ada

suatu

jaminan

akan

berlangsung

proses

pembangunan itu sendiri. Pembangunan berwawasan kependudukan menekankan


pada pembangunan lokal, perencanaan berasal dari bawah (bottom up planning),
disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat lokal, dan yang lebih penting
adalah melibatkan seluruh lapisan masyarakat dalam proses perencanaan
pembangunan.

1.7. FAKTOR PENDORONG DAN PENGHAMBAT PEMBANGUNAN KESEHATAN

Pengertian Pembangunan nasional adalah rangkaian kegiatan masyarakat


yang dilakukan berdasarkan gotong-royong, swadaya masyarakat dalam rangka
menolong mereka sendiri untuk mengenal dan memecahkan masalah atau
kebutuhan yang dirasakan masyarakat, baik dalam bidang kesehatan maupun

dalam bidang yang berkaitan dengan kesehatan, agar mampu memelihara


kehidupannya

yang

sehat

dalam

rangka

meningkatkan

mutu

hidup

dan

kesejahteraan masyarakat.
Faktor Pendorong dan Penghambat Pembangunan Nasional :
1. Disparitas Status Kesehatan
Disparitas adalah perbedaan jarak ; adanya upah yang diterima oleh para pekerja
pabrik itu. Menghalangi pemiliknya untuk mendapatkan hak kesehatan yang layak. ,
masyarakat, media massa, politikus bahkan insan kesehatan masih memandang
hak kesehatan hanya pada hak untuk memperoleh pelayanan kuratif di rumah sakit
dan puskesmas . Meskipun secara nasional kualitas kesehatan masyarakat telah
meningkat namun disparitas antar tingkat sosial ekonomi dan antar wilayah masih
cukup tinggi. Selama ini kesehatan dianggap sebagai barang yang mahal,
kesehatan di Indonesia hanya untuk kalangan berpunya orang miskin dilarang sakit
. Tragis, mengingat kekayaan Indonesia yang begitu tetapi tidak ada pertanggung
jawaban tentang keberadaan SDA tersebut.
2. Beban Ganda Penyakit
Bagi masyarakat Indonesia khususnya, penyakit memiliki beban ganda,yang
pertama adalah rasa sakit yang diderita dan yang kedua masalah uang yang cukup
banyak. Untuk mengatasi masalah penyakit yang dideritanya. Hal ini memberikan
dampak negative pada pasien yang bersangkutan, karena keterbatasan dana,
mereka mendapatkan keterbatasan pelayanan kesehatan.
3. Kinerja Pelayanan yang Rendah
Kinerja kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya peningkatan
kualitas kesehatan penduduk. Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan yang
ditandai dengan masih di bawah standarnya kualitas pelayanan sebagian rumah
sakit daerah serta keterbatasan tenaga kesehatan juga menjadi tantangan yang
harus segera di atas. Hingga saat ini jumlah dan distribusi dokter, bidan serta
perawat belum merata dimana disparitas rasio dokter umum per 100.000 penduduk
antar wilayah masih tinggi. Indonesia mengalami kekurangan pada hampir semua
tenaga kesehatan yang diperlukan
4. Perilaku Masyarakat yang Kurang Mendukung Hidup Bersih
Dewasa ini sikap masyarakat Indonesia juga sama buruknya dengan sistem yang
mengatur kesehatan. Sungai di Jakarta kini mengalami perubahan fungsi, fungsi

sungai bukan lagi menjadi tata perairan kota tapi tempat sampah umum. Belum lagi
ada masyarakat yang MCK di sungai, begitu pula di sebagian wilayah pedesaan
Indonesia kesadaraan akan pentingnya kesehatan belum kita temukan di
masyarakat kita.
5. Rendahnya Kondisi Kesehatan Lingkungan
Rendahnya pembangunan ekonomi yang belum merata adalah biang keladi pokok
masalah ini . Hal tersebut menimbulkan kesenjangan soasial baik papan, sandang
dan pangan. Pertanyaan mengapa kesehatan lebih banyak dialamai oleh orang tak
berpunya ? Mungkin jawabannya adalah karena lingkungan tempat tinggal yang
buruk.
Kesehatan Indonesia berada pada kondisi yang saat buruk, pembangunan
kesehatan di Indonesia, dapat dilihat dari berbagai penghambat serta langkah
pendorong untuk mengatasinya . Minimnya pelayan kesehatan, dan rendahnya
pelayanan kesehatan adalah salah satu penghambat pembangunan kesehatan .
Adat kebiasaan masyarakat, serta keadaan ekonomi dan pendidikan turut ikut andil
dalam hal ini.

MATERI II
ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG BERKAITAN DENGAN PRAPERKAWINAN,
PERKAWINAN, KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS DAN BAYI BARU LAHIR

II.1. ASPEK SOSIAL BUDAYA PADA SETIAP PERKAWINAN


ASPEK SOSIAL BUDAYA SETIAP PERKAWINAN BERDASARKAN POLA
PENYESUAIAN PERKAWINAN DILAKUKAN SECARA BERTAHAP. PADA FASE PERTAMA
ADALAH BULAN MADU PASANGAN MASIH MENJALANJ HIDUP DENGAN PENUH
KEBAHAGIAAN, DAN HAL ITU KARENA DIDASARI RASA CINTA DIAWAL PERKAWINAN.
PADA FASE PERKENALAN KENYATAAN, PASANGAN MENGETAHUI KARAKTERISTIK DAN
KEBIASAAN YANG SEBENARNYA DARI PASANGAN. PADA FASE KEDUA MULAI TERJADI
KRISIS PERKAWINAN TERJADI PROSES PENYESUAIAN AKAN ADANYA PERBEDAAN
YANG TERJADI. APABILKA SUKSES DALAM MENERIMA KENYATAAN MAKA AKAN
DILANJUTKAN DENGAN SUKSESNYA FASE MENERIMA KENYATAAN. APABILA
PASANGAN SUKSES MENGATASI PROBLEMA KELUARGA DENGAN BERADAPTASI DAN
MEMBUAT PERATURAN DAN KESEPAKATAN DALAM RUMAH TANGGA MAKA FASE
KEBAHAGIAAN SEJATI AKAN DIPEROLEHNYA.
MENURUT ASPEK SOSIAL BUDAYA, FAKTOR PENDUKUNG KEBERHASILAN
PENYUSUAIAN PERKAWINAN MAYORITAS SUBJEK TERLETAK DALAM HAL SALING
MEMBERI DAN MENERIMA CINTA, EKSPRESI, SALING MENGHORMATI DAN
MENGHARGAI, SALING TERBUKA ANTARA SUAMI ISTRI. HAL TERSEBUT TERCERMIN
PADA BAGAIMANA PASANGAN SUAMI ISTRI MENJAGA KUALITAS HUBUNGAN ANTAR
PRIBADI DAN POLA POLA PERILAKU YANG DIMAINKAN OLEH SUAMI MAUPUN
ISTRI,SERTA KEMAMPUAN MENGHADAPI DAN MENYIKAPI PERBEDAAN YANG MUNCUL,
SEHINGGA KEBAHAGIAN DALAM HIDUP BERUMAH TANGGA AKAN TERCAPAI.

II.1.1. SALAH SATU CONTOH ASPEK SOSIAL BUDAYA PERKAWINAN DI PROVINSI ACEH
PERKAWINAN ADALAH SESUATU YANG SANGAT SAKRAL DI DALAM BUDAYA
MASYARAKAT ACEH SEBAB HAL INI BERHUBUNGAN DENGAN NILAINILAI
KEAGAMAAN. PERKAWINAN MEMPUNYAI NUANSA TERSENDIRI DAN SANGAT
DIHORMATI OLEH MASYARAKAT. UPACARA PERKAWINAN PADA MASYARAKAT ACEH
MERUPAKAN SERANGKAIAN AKTIVITAS YANG TERDIRI DARI BEBERAPA TAHAP, MULAI
DARI PEMILIHAN JODOH (SUAMI/ISTRI), PERTUNANGAN DAN HINGGA UPACARA
PERESMIAN PERKAWINAN.
SUATU KEBIASAAN BAGI MASYARAKAT ACEH, SEBELUM PESTA PERKAWINAN
DILANGSUNGKAN TERLEBIH DAHULU TIGA HARI TIGA MALAM DIADAKAN UPACARA
MEUGACA ATAU BOH GACA (BERINAI) BAGI PENGANTIN LAKI LAKI DAN PENGANTIN
PEREMPUAN DI RUMAHNYA MASING MASING. TAMPAK KEDUA BELAH TANGAN DAN
KAKI PENGANTIN DIHIASI DENGAN INAI.
PADA PUNCAK ACARA PERESMIAN PERKAWINAN, MAKA DIADAKAN ACARA
PERNIKAHAN.SETELAH SELESAI ACARA NIKAH, LINTO BARO DI BIMBING KE
PELAMINAN PERSANDINGAN, DI MANA DARA BARO TELAH TERLEBIH DAHULU DUDUK
MENUNGGU. SEMENTARA ITU DARA BARO BANGKIT DARI PELAMINAN UNTUK
MENYEMBAH SUAMINYA. PENYEMBAHAN SUAMI INI DISEBUT DENGAN SEUMAH TEUOT
LINTO. SETELAH DARA BARO TEUOT LINTO, MAKA LINTO BARO MEMBERIKAN
SEJUMLAH UANG KEPADA DARA BARO YANG DISEBUT DENGAN PENGSEUMEMAH
(UANG SEMBAH).

SELAMA ACARA PERSANDINGAN INI, KEDUA MEMPELAI DIBIMBING OLEH


SEORANG NEK PEUNGAJO. BIASANYA YANG MENJADI PEUNGAJO ADALAH SEORANG
WANITA TUA. KEMUDIAN KEDUA MEMPELAI ITU DIBERIKAN MAKAN DALAM SEBUAH
PINGAN MEUTUTOP (PIRING ADAT) YANG INDAH DAN BESAR BENTUKNYA.
SELANJUTNYA KEDUA MEMPELAI TADI DI PEUSUNTENG (DISUNTINGI) OLEH SANAK
KELUARGA KEDUA BELAH PIHAK YANG KEMUDIAN DIIKUTI OLEH PARA JIRAN
(TETANGGA). KELUARGA PIHAK LINTO BARO MENYUNTINGI (PEUSIJUK / MENEPUNG
TAWARI) DARA BARO DAN KELUARGA PIHAK DARA BARO MENYUNTINGI PULA LINTO
BARO. TIAP TIAP ORANG MENYUNTINGI SELAIN MENEPUNG TAWARI DAN
MELEKATKAN PULUT KUNING DI TELINGA TEMANTEN, JUGA MEMBER SEJUMLAH
UANG YANG DISEBUT TEUMENTUK.
ACARA PEUSUNTENGINI LAZIMNYA DIDAHULUI OLEH IBU LINTO BARO, YANG
KEMUDIAN DISUSUL OLEH ORANG LAIN SECARA BERGANTIAN.
APABILA ACARA PEUSUNTENG SUDAH SELESAI, MAKA ROMBONGAN LINTO
BARO MINTA IJIN UNTUK PULANG KE RMAHNYA. LINTO BARO TURUT PULA DIBAWA
PULANG. ADA KALANYA PULA LINTO BARO TIDAK DIBAWA PULANG, IA TIDUR DI
RUMAH DARA BARO, TETAPI PADA PAGI PAGI BENAR LINTO BARO SUDAH
MENINGGALKAN RUMAH DARA BARO. KARENA MALU MENURUT ADAT, BILA LINTO
BARO MASIH DI RUMAH DARA BARO SAMPAI SIANG.

II.1.2. BERDASARKAN POLA PENYESUAIAN PERKAWINAN DILAKUKAN SECARA BERTAHAP


PADA FASE PERTAMA ADALAH BULAN MADU PASANGAN MASIH MENJALANJ
HIDUP DENGAN PENUH KEBAHAGIAAN, DAN HAL ITU KARENA DIDASARI RASA CINTA
DIAWAL PERKAWINAN. PADA FASE PERKENALAN KENYATAAN, PASANGAN MENGETAHUI
KARAKTERISTIK DAN KEBIASAAN YANG SEBENARNYA DARI PASANGAN. PADA FASE
KEDUA MULAI TERJADI KRISIS PERKAWINAN TERJADI PROSES PENYESUAIAN AKAN
ADANYA PERBEDAAN YANG TERJADI. APABILKA SUKSES DALAM MENERIMA KENYATAAN
MAKA AKAN DILANJUTKAN DENGAN SUKSESNYA FASE MENERIMA KENYATAAN. APABILA
PASANGAN SUKSES MENGATASI PROBLEMA KELUARGA DENGAN BERADAPTASI DAN
MEMBUAT PERATURAN DAN KESEPAKATAN DALAM RUMAH TANGGA MAKA FASE
KEBAHAGIAAN SEJATI AKAN DIPEROLEHNYA.
MENURUT ASPEK SOSIAL BUDAYA, FAKTOR PENDUKUNG KEBERHASILAN
PENYUSUAIAN PERKAWINAN MAYORITAS SUBJEK TERLETAK DALAM HAL SALING
MEMBERI DAN MENERIMA CINTA, EKSPRESI, SALING MENGHORMATI DAN
MENGHARGAI, SALING TERBUKA ANTARA SUAMI ISTRI. HAL TERSEBUT TERCERMIN
PADA BAGAIMANA PASANGAN SUAMI ISTRI MENJAGA KUALITAS HUBUNGAN ANTAR
PRIBADI DAN POLA POLA PERILAKU YANG DIMAINKAN OLEH SUAMI MAUPUN
ISTRI,SERTA KEMAMPUAN MENGHADAPI DAN MENYIKAPI PERBEDAAN YANG MUNCUL,
SEHINGGA KEBAHAGIAN DALAM HIDUP BERUMAH TANGGA AKAN TERCAPAI.
FAKTOR PENGHAMBAT YANG MEMPERSULIT PENYESUAIAN ASPEK SOSIAL
BUDAYA TERLETAK DALAM HAL BAIK SUAMI MAUPUN ISTRI TIDAK BISA MENERIMA
PERUBAHAN SIFAT DAN KEBIASAAN DIAWAL PERNIKAHAN, SUAMI MAUPUN ISTRI TIDAK
BERINISIATIF MENYELESAIKAN MASALAH,PERBEDAAN BUDAYA DAN AGAMA DIANTARA
SUAMI DAN ISTRI, SUAMI MAUPUN ISTRI TIDAK TAHU PERAN DAN TUGAS NYA DALAM
BERUMAH TANGGA. HAL TERSEBUT TERCERMIN PADA BAGAIMANA PASANGAN SUAMI
ISTRI MENYIKAPI PERUBAHAN, PERBEDAAN,POLA PENYESUAIAN SERTA HAL HAL
BARU DALAM PERKAWINAN SEHINGGA MASING MASING PASANGAN GAGAL DALAM
MENYESUAIKAN DIRI SATU SAMA LAIN.

II.2. ASPEK SOSIAL BUDAYA PADA SETIAP TRIMESTER KEHAMILAN

PERAWATAN KEHAMILAN MERUPAKAN SALAH SATU FAKTOR YANG SANGAT


PENTING UNTUK MENCEGAH TERJADINYA KOMPLIKASI DAN KEMATIAN KETIKA
PERSALINAN, DISAMPING ITU JUGA UNTUK MENJAGA PERTUMBUHAN DAN KESEHATAN
JANIN. MEMAHAMI PERILAKU PERAWATAN KEHAMILAN (ANTENATAL CARE) ADALAH
PENTING UNTUK MENGETAHUI DAMPAK KESEHATAN BAYI DAN SI IBU SENDIRI.
MASA KEHAMILAN DIBAGI KE DALAM 3 TRIMESTER. TIGA FASE INI ANTARA LAIN :
1.

TRIMESTER I (MINGGU 1 12)


PADA MASA INI BIASANYA IBU HAMIL MASIH BERTANYA-TANYA, APAKAH BENAR TELAH
HAMIL? TANDA-TANDA KEHAMILAN AWAL SEPERTI MUAL DAN MUNTAH KARENA
PERUBAHAN HORMON TERJADI DI TRIMESTER INI. PERUBAHAN KEBIASAAN
SEPERTI MEROKOK, MINUM ALKOHOL, HARUS DIHENTIKAN DI MASA INI.
MULAILAH MINUM SUSU KHUSUS IBU HAMIL SEJAK AWAL KEHAMILAN. PELAJARI
JUGA PANTANGAN MAKANAN DAN MINUMAN UNTUK IBU HAMIL MUDA.

PERIODE GERMINAL (MINGGU 0 3)


PEMBUAHAN TELUR OLEH SPERMA TERJADI PADA MINGGU KE-2 DARI HARI PERTAMA
MENSTRUASI TERAKHIR. TELUR YANG SUDAH DIBUAHI SPERMA BERGERAK DARI
TUBA FALLOPI DAN MENEMPEL KE DINDING UTERUS (ENDOMETRIUM).

PERIODE EMBRIO (MINGGU 3 8 )

SISTEM SYARAF PUSAT, ORGAN-ORGAN UTAMA DAN STRUKTUR ANATOMI MULAI


TERBENTUK.

MATA, MULUT DAN LIDAH TERBENTUK. HATI MULAI MEMPRODUKSI SEL DARAH.

JANIN BERUBAH DARI BLASTOSIS MENJADI EMBRIO BERUKURAN 1,3 CM DENGAN


KEPALA YANG BESAR

PERIODE FETUS (MINGGU 9 12)

SEMUA ORGAN PENTING TERUS BERTUMBUH DENGAN CEPAT DAN SALING BERKAIT.

AKTIVITAS OTAK SANGAT TINGGI.

2.

TRIMESTER II (MINGGU 13 28)


MUAL DAN MUNTAH MULAI MENGHILANG. BAYI BERKEMBANG PESAT PADA MASA INI
DAN MULAI BERGERAK. OLAH RAGA RINGAN, MENJAGA KEBERSIHAN DAN DIET
IBU HAMIL DIPERLUKAN DI MASA INI.

PADA MINGGU KE-18 ULTRASONGRAFI SUDAH BISA DILAKUKAN UNTUK MENGECEK


KESEMPURNAAN JANIN, POSISI PLASENTA DAN KEMUNGKINAN BAYI KEMBAR.

JARINGAN KUKU, KULIT DAN RAMBUT BERKEMBANG DAN MENGERAS PADA MINGGU
KE 20 21

INDERA PENGLIHATAN DAN PENDENGARAN JANIN MULAI BERFUNGSI. KELOPAK MATA


SUDAH DAPAT MEMBUKA DAN MENUTUP.

JANIN (FETUS) MULAI TAMPAK SEBAGAI SOSOK MANUSIA DENGAN PANJANG 30 CM.

3.

TRIMESTER III (MINGGU 29 KELAHIRAN)


TUBUH IBU HAMIL MAKIN TERLIHAT MEMBESAR. KADANG IBU HAMIL HARUS BERLATIH
MENARIK NAFAS DALAM UNTUK MEMBERIKAN OKSIGEN YANG CUKUP KE BAYI.
IBU HAMIL PERLU ISTIRAHAT YANG CUKUP, JANGAN BERDIRI LAMA-LAMA, DAN
JANGAN MENGANGKAT BARANG BERAT PADA MASA INI.

SEMUA ORGAN TUMBUH SEMPURNA

JANIN MENUNJUKKAN AKTIVITAS MOTORIK YANG TERKOORDINASI (NENDANG,


NONJOK) SERTA PERIODE TIDUR DAN BANGUN. MASA TIDURNYA JAUH LEBIH LAMA
DIBANDINGKAN MASA BANGUN.
PARU-PARU BERKEMBANG PESAT MENJADI SEMPURNA.
PADA BULAN KE-9, JANIN MENGAMBIL POSISI KEPALA DI BAWAH, SIAP UNTUK
DILAHIRKAN.
BERAT BAYI LAHIR BERKISAR ANTARA 3 -3,5 KG DENGAN PANJANG 50 CM.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEHAMILAN TERDIRI DARI 3 MACAM
FAKTOR ANTARA LAIN :

1.

FAKTOR FISIK
FAKTOR FISIK SEORANG IBU HAMIL DIPENGARUHI OLEH STATUS KESEHATAN DAN
STATUS GIZI IBU TERSEBUT. STATUS KESEHATAN INI DAPAT DIKETAHUI DENGAN
MEMERIKSAKAN DIRI DAN KEHAMILANNYA KE PELAYANAN KESEHATAN TERDEKAT,
PUSKESMAS, RUMAH BERSALIN, ATAU POLIKLINIK KEBIDANAN.

2.

FAKTOR PSIKOLOGIS
FAKTOR INI DAPAT MEMPENGARUHI KEHAMILAN SEPERTI STRESS YANG TERJADI PADA
IBU HAMIL DALAM KESEHATAN IBU DAN JANINNYA DAN AKAN BERPENGARUH
TERHADAP PERKEMBANGAN ATAU GANGGUAN EMOSI PADA JANIN YANG TELAH
LAHIR NANTI.
TIDAK HANYA STRESS YANG DAPAT MEMPENGARUHI KEHAMILAN AKAN TETAPI
DUKUNGAN DARI KELUARGA PUN DAPAT MENJADI PEMICU MENENTUKAN
KESEHATAN IBU. JIKA SELURUH KELUARGA MENGHARAPKAN KEHAMILAN
BAHKAN MENDUKUNGNYA DALAM BERBAGAI HAL, MAKA IBU HAMIL TERSEBUT
AKAN MERASA LEBIH PERCAYA DIRI, LEBIH BAHAGIA DAN SIAP DALAM MENJALANI
KEHAMILAN, PERSALINAN, DAN MASA NIFASNYA.

3.

FAKTOR SOSIAL BUDAYA DAN EKONOMI


FAKTOR INI MEMPENGARUHI KEHAMILAN DARI SEGI GAYA HIDUP, ADAT
ISTIADAT, FASILITAS KESEHATAN DAN EKONOMI. GAYA HIDUP YANG SEHAT DAPAT
DILAKUKAN SEPERTI MENGHINDARI ASAP ROKOK KARENA DAPAT BERPENGARUH
TERHADAP JANIN YANG DIKANDUNGNYA. PERILAKU MAKAN JUGA HARUS
DIPERHATIKAN, TERUTAMA YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADAT ISTIADAT SEPERTI
MAKANAN YSNG DIPANTANG ADAT PADAHAL BAIK UNTUK GIZI IBU HAMIL, MAKA
SEBAIKNYA TETAP DIKONSUMSI. IBU HAMIL JUGA HARUS MENJAGA KEBERSIHAN
DIRINYA.
EKONOMI JUGA MERUPAKAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES
KEHAMILAN YANG SEHAT TERHADAP IBU DAN JANIN. DENGAN ADANYA EKONOMI YANG
CUKUP DAPAT MEMERIKSAKAN KEHAMILANNYA SECARA RUTIN, MERENCANAKAN
PERSALINAN DI TENAGA KESEHATAN DAN MELAKUKAN PERSIAPAN LAINNYA DENGAN
BAIK, MAKA PROSES KEHAMILAN DAN PERSALINAN DAPAT BERJALAN DENGAN BAIK.

II.3. ASPEK SOSIAL BUDAYA SELAMA PERSALINAN KALA I, II, III DAN IV
ASPEK SOSIAL DAN BUDAYA SANGAT MEMPENGARUHI POLA KEHIDUPAN SEMUA
MANUSIA. DALAM ERA GLOBALISASI DENGAN BERBAGAI PERUBAHAN YANG BEGITU
EKSTREM PADA MASA INI MENUNTUT SEMUA MANUSIA HARUS MEMPERHATIKAN ASPEK
SOSIAL BUDAYA. SALAH SATU MASALAH YANG KINI BANYAK MEREBAK DI KALANGAN
MASYARAKAT ADALAH KEMATIAN ATAUPUN KESAKITAN PADA IBU DAN ANAK YANG

SESUNGGUHNYA TIDAK TERLEPAS DARI FAKTOR-FAKTOR SOSIAL BUDAYA DAN


LINGKUNGAN DI DALAM MASYARAKAT DIMANA MEREKA BERADA.
DISADARI ATAU TIDAK, FAKTOR-FAKTOR KEPERCAYAAN DAN PENGETAHUAN
BUDAYA SEPERTI KONSEPSI-KONSEPSI MENGENAI BERBAGAI PANTANGAN, HUBUNGAN
SEBAB- AKIBAT ANTARA MAKANAN DAN KONDISI SEHAT-SAKIT, KEBIASAAN DAN
KETIDAKTAHUAN, SERINGKALI MEMBAWA DAMPAK BAIK POSITIF MAUPUN NEGATIF
TERHADAP KESEHATAN IBU DAN ANAK. POLA MAKAN, MISALNYA, PACTA DASARNYA
ADALAH MERUPAKAN SALAH SATU SELERA MANUSIA DIMANA PERAN KEBUDAYAAN
CUKUP BESAR. HAL INI TERLIHAT BAHWA SETIAP DAERAH MEMPUNYAI POLA MAKAN
TERTENTU, TERMASUK POLA MAKAN IBU HAMIL DAN ANAK YANG DISERTAI DENGAN
KEPERCAYAAN AKAN PANTANGAN, TABU, DAN ANJURAN TERHADAP BEBERAPA
MAKANAN TERTENTU.
PERAWATAN KEHAMILAN MERUPAKAN SALAH SATU FAKTOR YANG AMAT PERLU
DIPERHATIKAN UNTUK MENCEGAH TERJADINYA KOMPLIKASI DAN KEMATIAN KETIKA
PERSALINAN, DISAMPING ITU JUGA UNTUK MENJAGA PERTUMBUHAN DAN KESEHATAN
JANIN. MEMAHAMI PERILAKU PERAWATAN KEHAMILAN (ANTE NATAL CARE) ADALAH
PENTING UNTUK MENGETAHUI DAMPAK KESEHATAN BAYI DAN SI IBU SENDIRI.
DI INDONESIA, MASIH BANYAK IBU-IBU YANG MENGANGGAP KEHAMILAN
SEBAGAI HAL YANG BIASA, ALAMIAH DAN KODRATI. MEREKA MERASA TIDAK PERLU
MEMERIKSAKAN DIRINYA SECARA RUTIN KE BIDAN ATAUPUN DOKTER. MASIH
BANYAKNYA IBU-IBU YANG KURANG MENYADARI PENTINGNYA PEMERIKSAAN
KEHAMILAN MENYEBABKAN TIDAK TERDETEKSINYA FAKTOR-FAKTOR RESIKO TINGGI
YANG MUNGKIN DIALAMI OLEH MEREKA. RESIKO INI BARU DIKETAHUI PADA SAAT
PERSALINAN YANG SERING KALI KARENA KASUSNYA SUDAH TERLAMBAT DAPAT
MEMBAWA AKIBAT FATAL YAITU KEMATIAN.
HAL INI KEMUNGKINAN DISEBABKAN OLEH RENDAHNYA TINGKAT PENDIDIKAN
DAN KURANGNYA INFORMASI. SELAIN DARI KURANGNYA PENGETAHUAN AKAN
PENTINGNYA PERAWATAN KEHAMILAN, PERMASALAHAN-PERMASALAHAN PADA
KEHAMILAN DAN PERSALINAN DIPENGARUHI JUGA OLEH FAKTOR NIKAH PADA USIA
MUDA YANG MASIH BANYAK DIJUMPAI DI DAERAH PEDESAAN. DISAMPING ITU, DENGAN
MASIH ADANYA PREFERENSI TERHADAP JENIS KELAMIN ANAK KHUSUSNYA PADA
BEBERAPA SUKU, YANG MENYEBABKAN ISTRI MENGALAMI KEHAMILAN YANG
BERTURUT-TURUT DALAM JANGKA WAKTU YANG RELATIF PENDEK, MENYEBABKAN IBU
MEMPUNYAI RESIKO TINGGI PADA SAAT MELAHIRKAN.
PERMASALAHAN LAIN YANG CUKUP BESAR PENGARUHNYA PADA KEHAMILAN
ADALAH MASALAH GIZI. HAL INI DISEBABKAN KARENA ADANYA KEPERCAYAANKEPERCAYAAN DAN PANTANGAN-PANTANGAN TERHADAP BEBERAPA MAKANAN.
SEMENTARA, KEGIATAN MEREKA SEHARI-HARI TIDAK BERKURANG DITAMBAH LAGI
DENGAN PANTANGAN-PANTANGAN TERHADAP BEBERAPA MAKANAN YANG SEBENAMYA
SANGAT DIBUTUHKAN OLEH WANITA HAMIL TENTUNYA AKAN BERDAMPAK NEGATIF
TERHADAP KESEHATAN IBU DAN JANIN. TIDAK HERAN KALAU ANEMIA DAN KURANG GIZI
PADA WANITA HAMIL CUKUP TINGGI TERUTAMA DI DAERAH PEDESAAN. DIKATAKAN
PULA BAHWA PENYEBAB UTAMA DARI TINGGINYA ANGKA ANEMIA PADA WANITA HAMIL
DISEBABKAN KARENA KURANGNYA ZAT GIZI YANG DIBUTUHKAN UNTUK PEMBENTUKAN
DARAH.
BEBERAPA KEPERCAYAAN YANG ADA MISALNYA DI JAWA TENGAH, ADA
KEPERCAYAAN BAHWA IBU HAMIL PANTANG MAKAN TELUR KARENA AKAN
MEMPERSULIT PERSALINAN DAN PANTANG MAKAN DAGING KARENA AKAN
MENYEBABKAN PERDARAHAN YANG BANYAK. SEMENTARA DI SALAH SATU DAERAH DI
JAWA BARAT, IBU YANG KEHAMILANNYA MEMASUKI 8-9 BULAN SENGAJA HARUS
MENGURANGI MAKANNYA AGAR BAYI YANG DIKANDUNGNYA KECIL DAN MUDAH
DILAHIRKAN. DI MASYARAKAT BETAWI BERLAKU PANTANGAN MAKAN IKAN ASIN, IKAN
LAUT, UDANG DAN KEPITING KARENA DAPAT MENYEBABKAN ASI MENJADI ASIN.

CONTOH LAIN DI DAERAH SUBANG, IBU HAMIL PANTANG MAKAN DENGAN


MENGGUNAKAN PIRING YANG BESAR KARENA KHAWATIR BAYINYA AKAN BESAR
SEHINGGA AKAN MEMPERSULIT PERSALINAN. DAN MEMANG, SELAIN IBUNYA KURANG
GIZI, BERAT BADAN BAYI YANG DILAHIRKAN JUGA RENDAH. TENTUNYA HAL INI SANGAT
MEMPENGARUHI DAYA TAHAN DAN KESEHATAN SI BAYI. SELAIN ITU, LARANGAN UNTUK
MEMAKAN BUAH-BUAHAN SEPERTI PISANG, NENAS, KETIMUN DAN LAIN-LAIN BAGI
WANITA HAMIL JUGA MASIH DIANUT OLEH BEBERAPA KALANGAN MASYARAKAT
TERUTAMA MASYARAKAT DI DAERAH PEDESAAN.
DI DAERAH PEDESAAN, KEBANYAKAN IBU HAMIL MASIH MEMPERCAYAI DUKUN
BERANAK UNTUK MENOLONG PERSALINAN YANG BIASANYA DILAKUKAN DI RUMAH.
BEBERAPA PENELITIAN YANG PERNAH DILAKUKAN MENGUNGKAPKAN BAHWA MASIH
TERDAPAT PRAKTEK-PRAKTEK PERSALINAN OLEH DUKUN YANG DAPAT
MEMBAHAYAKAN SI IBU. PENELITIAN ISKANDAR DKK (1996) MENUNJUKKAN BEBERAPA
TINDAKAN/PRAKTEK YANG MEMBAWA RESIKO INFEKSI SEPERTI "NGOLESI"
(MEMBASAHI VAGINA DENGAN RNINYAK KELAPA UNTUK MEMPERLANCAR PERSALINAN),
"KODOK" (MEMASUKKAN TANGAN KE DALAM VAGINA DAN UTERUS UNTUK
RNENGELUARKAN PLACENTA) ATAU "NYANDA" (SETELAH PERSALINAN, IBU DUDUK
DENGAN POSISI BERSANDARDAN KAKI DILURUSKAN KE DEPAN SELAMA BERJAM-JAM
YANG DAPAT MENYEBABKAN PERDARAHAN DAN PEMBENGKAKAN).
PEMILIHAN DUKUN BERANAK SEBAGAI PENOLONG PERSALINAN PADA
DASARNYA DISEBABKAN KARENA BEBERAPA ALASAN ANTARA LAIN DIKENAL SECARA
DEKAT, BIAYA MURAH, MENGERTI DAN DAPAT MEMBANTU DALAM UPACARA ADAT YANG
BERKAITAN DENGAN KELAHIRAN ANAK SERTA MERAWAT IBU DAN BAYI SAMPAI 40 HARI.
DISAMPING ITU JUGA MASIH ADANYA KETERBATASAN JANGKAUAN PELAYANAN
KESEHATAN YANG ADA. WALAUPUN SUDAH BANYAK DUKUN BERANAK YANG DILATIH,
NAMUN PRAKTEK-PRAKTEK TRADISIONAL TERTENTU RNASIH DILAKUKAN. LNTERAKSI
ANTARA KONDISI KESEHATAN IBU HAMIL DENGAN KEMAMPUAN PENOLONG
PERSALINAN SANGAT MENENTUKAN HASIL PERSALINAN YAITU KEMATIAN ATAU
BERTAHAN HIDUP.
SECARA MEDIS PENYEBAB KLASIK KEMATIAN IBU AKIBAT MELAHIRKAN ADALAH
PERDARAHAN, INFEKSI DAN EKLAMSIA (KERACUNAN KEHAMILAN). KONDISI-KONDISI
TERSEBUT BILA TIDAK DITANGANI SECARA TEPAT DAN PROFESIONAL DAPAT BERAKIBAT
FATAL BAGI IBU DALAM PROSES PERSALINAN. NAMUN, KEFATALAN INI SERING TERJADI
TIDAK HANYA KARENA PENANGANAN YANG KURANG BAIK TEPAT TETAPI JUGA KARENA
ADA FAKTOR KETERLAMBATAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KELUARGA.
TERUTAMA DI DAERAH PEDESAAN, KEPUTUSAN TERHADAP PERAWATAN MEDIS APA
YANG AKAN DIPILIH HARUS DENGAN PERSETUJUAN KERABAT YANG LEBIH TUA; ATAU
KEPUTUSAN BERADA DI TANGAN SUAMI YANG SERINGKALI MENJADI PANIK MELIHAT
KEADAAN KRISIS YANG TERJADI. KEPANIKAN DAN KETIDAKTAHUAN AKAN GEJALAGEJALA TERTENTU SAAT PERSALINAN DAPAT MENGHAMBAT TINDAKAN YANG
SEHARUSNYA DILAKUKAN DENGAN CEPAT.
TIDAK JARANG PULA NASEHAT-NASEHAT YANG DIBERIKAN OLEH TEMAN ATAU
TETANGGA MEMPENGARUHI KEPUTUSAN YANG DIAMBIL. KEADAAN INI SERINGKALI
PULA DIPERBERAT OLEH FAKTOR GEOGRAFIS, DIMANA JARAK RUMAH SI IBU DENGAN
TEMPAT PELAYANAN KESEHATAN CUKUP JAUH, TIDAK TERSEDIANYA TRANSPORTASI,
ATAU OLEH FAKTOR KENDALA EKONOMI DIMANA ADA ANGGAPAN BAHWA MEMBAWA SI
IBU KE RUMAH SAKIT AKAN MEMAKAN BIAYA YANG MAHAL. SELAIN DARI FAKTOR
KETERLAMBATAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN, FAKTOR GEOGRAFIS DAN
KENDALA EKONOMI, KETERLAMBATAN MENCARI PERTOLONGAN DISEBABKAN JUGA
OLEH ADANYA SUATU KEYAKINAN DAN SIKAP PASRAH DARI MASYARAKAT BAHWA
SEGALA SESUATU YANG TERJADI MERUPAKAN TAKDIR YANG TAK DAPAT DIHINDARKAN.
SELAIN PADA MASA HAMIL, PANTANGAN-PANTANGAN ATAU ANJURAN MASIH
DIBERLAKUKAN JUGA PADA MASA PASCA PERSALINAN. PANTANGAN ATAUPUN

ANJURAAN INI BIASANYA BERKAITAN DENGAN PROSES PEMULIHAN KONDISI FISIK


MISALNYA, ADA MAKANAN TERTENTU YANG SEBAIKNYA DIKONSUMSI UNTUK
MEMPERBANYAK PRODUKSI ASI; ADA PULA MAKANAN TERTENTU YANG DILARANG
KARENA DIANGGAP DAPAT MEMPENGARUHI KESEHATAN BAYI. SECARA TRADISIONAL,
ADA PRAKTEK-PRAKTEK YANG DILAKUKAN OLEH DUKUN BERANAK UNTUK
MENGEMBALIKAN KONDISI FISIK DAN KESEHATAN SI IBU. MISALNYA MENGURUT PERUT
YANG BERTUJUAN UNTUK MENGEMBALIKAN RAHIM KE POSISI SEMULA, MEMASUKKAN
RAMUAN-RAMUAN SEPERTI DAUN-DAUNAN KEDALAM VAGINA DENGAN MAKSUD UNTUK
MEMBERSIHKAN DARAH DAN CAIRAN YANG KELUAR KARENA PROSES PERSALINAN
ATAU MEMBERI JAMU TERTENTU UNTUK MEMPERKUAT TUBUH
ADA SUATU KEPERCAYAAN YANG MENGATAKAN MINUM RENDAMAN AIR RUMPUT
FATIMAH AKAN MERANGSANG MULAS. MEMANG, RUMPUT FATIMAH BISA MEMBUAT
MULAS PADA IBU HAMIL, TAPI APA KANDUNGANNYA BELUM DITELITI SECARA MEDIS.
JADI, HARUS DIKONSULTASIKAN DULU KE DOKTER SEBELUM MEMINUMNYA. SOALNYA,
RUMPUT INI HANYA BOLEH DIMINUM BILA PEMBUKAANNYA SUDAH MENCAPAI 3-5 CM,
LETAK KEPALA BAYI SUDAH MASUK PANGGUL, MULUT RAHIM SUDAH LEMBEK ATAU
TIPIS, DAN POSISI UBUN-UBUN KECILNYA NORMAL.JIKA LETAK ARI-ARINYA DI BAWAH
ATAU BAYINYA SUNGSANG, TAK BOLEH MINUM RUMPUT INI KARENA SANGAT BAHAYA.
TERLEBIH JIKA PEMBUKAANNYA BELUM ADA, TAPI SI IBU JUSTRU DIRANGSANG MULAS
PAKAI RUMPUT INI, BISA-BISA JANINNYA MALAH NAIK KE ATAS DAN MEMBUAT SESAK
NAFAS SI IBU. MAU TAK MAU, AKHIRNYA DILAKUKAN JALAN OPERASI.
KELUARNYA LENDIR SEMACAM KEPUTIHAN YANG AGAK BANYAK MENJELANG
PERSALINAN, AKAN MEMBANTU MELICINKAN SALURAN KELAHIRAN HINGGA BAYI LEBIH
MUDAH KELUAR. KELUARNYA CAIRAN KEPUTIHAN PADA USIA HAMIL TUA JUSTRU TAK
NORMAL, APALAGI DISERTAI GATAL, BAU, DAN BERWARNA. JIKA TERJADI, SEGERA
KONSULTASIKAN KE DOKTER. INGAT, BAYI AKAN KELUAR LEWAT SALURAN LAHIR. JIKA
VAGINA TERINFEKSI, BISA MENGAKIBATKAN RADANG SELAPUT MATA PADA BAYI. HARUS
DIKETAHUI PULA, YANG MEMBUAT PERSALINAN LANCAR BUKAN KEPUTIHAN,
MELAINKAN AIR KETUBAN. ITULAH MENGAPA, BILA AIR KETUBAN PECAH DULUAN,
PERSALINAN JADI SERET.
MINUM MINYAK KELAPA MEMUDAHKAN PERSALINAN. MINYAK KELAPA, MEMANG
KONOTASINYA BIKIN LANCAR DAN LICIN. NAMUN DALAM DUNIA KEDOKTERAN, MINYAK
TAK ADA GUNANYA SAMA SEKALI DALAM MELANCARKAN KELUARNYA SANG JANIN.
MUNGKIN SECARA PSIKOLOGIS, IBU HAMIL MEYAKINI, DENGAN MINUM DUA SENDOK
MINYAK KELAPA DAPAT MEMPERLANCAR PERSALINANNYA.
MINUM MADU DAN TELUR DAPAT MENAMBAH TENAGA UNTUK PERSALINAN.
MADU TIDAK BOLEH SEMBARANGAN DIKONSUMSI IBU HAMIL. JIKA BB-NYA CUKUP,
SEBAIKNYA JANGAN MINUM MADU KARENA BISA MENGAKIBATKAN OVERWEIGHT.
BUKANKAH MADU TERMASUK KARBONHIDRAT YANG PALING TINGGI KALORINYA. JADI,
MADU BOLEH DIMINUM HANYA JIKA BB-NYA KURANG. BEGITU BB NAIK DARI BATAS
YANG DITENTUKAN, SEBAIKNYA SEGERA HENTIKAN. AKAN HALNYA TELUR TAK
MASALAH, KARENA MENGANDUNG PROTEIN YANG JUGA MENAMBAH KALORI.
MAKAN DUREN, TAPE, DAN NANAS BISA MEMBAHAYAKAN PERSALINAN. INI
BENAR KARENA BISA MENGAKIBATKAN PERNDARAHAN ATAU KEGUGURAN. DUREN
MENGANDUNG ALKOHOL, JADI PANAS KE TUBUH. BEGITU JUGA TAPE. PUN UNTUK
MASAKAN YANG MENGGUNAKAN ARAK, SEBAIKNYA DIHINDARI. BUAH NANAS JUGA,
KARENA BISA MENGAKIBATKAN KEGUGURAN.
MAKAN DAUN KEMANGI MEMBUAT ARI-ARI LENGKET, HINGGA MEMPERSULIT
PERSALINAN. YANG MEMBUAT LENGKET ARI-ARI BUKAN DAUN KEMANGI, MELAINKAN
IBU YANG PERNAH MENGALAMI DUA KALI KURET ATAU PUNYA BANYAK ANAK, MISAL
EMPAT ANAK. ARI-ARI LENGKET BISA BERAKIBAT FATAL KARENA KANDUNGAN HARUS
DIANGKAT. IBU YANG PERNAH MENGALAMI KURET SEBAIKNYA MELAKUKAN

PERSALINAN DI RS BESAR. HINGGA, BILA TERJADI SESUATU DAPAT DITANGANI


SEGERA.
KELANCARAN PERSALINAN SANGAT TERGANTUNG FAKTOR MENTAL DAN FISIK
SI IBU
1.

FAKTOR FISIK BERKAITAN DENGAN BENTUK PANGGUL YANG NORMAL DAN SEIMBANG
DENGAN BESAR BAYI

2.

FAKTOR MENTAL BERHUBUNGAN DENGAN PSIKOLOGIS IBU, TERUTAMA KESIAPANNYA


DALAM MELAHIRKAN. BILA IA TAKUT DAN CEMAS, BISA SAJA PERSALINANNYA JADI
TIDAK LANCAR HINGGA HARUS DIOPERASI. IBU DENGAN MENTAL YANG SIAP BISA
MENGURANGI RASA SAKIT YANG TERJADI SELAMA PERSALINAN.

3.

FAKTOR LAIN YANG JUGA HARUS DIPERHATIKAN: RIWAYAT KESEHATAN IBU, APAKAH
PERNAH MENDERITA DIABETES, HIPERTENSI ATAU SAKIT LAINNYA; GIZI IBU SELAMA
HAMIL, APAKAH MENCUKUPI ATAU TIDAK; DAN LINGKUNGAN SEKITAR, APAKAH MENSUPPORT ATAU TIDAK KARENA ADA KAITANNYA DENGAN EMOSI IBU. IBU HAMIL TAK
BOLEH CEMAS KARENA AKAN BERPENGARUH PADA BAYINYA. BAHKAN, BERDASARKAN
PENELITIAN, IBU YANG CEMAS SAAT HAMIL BISA MELAHIRKAN ANAK HIPERAKTIF, SULIT
KONSENTRASI DALAM BELAJAR, KEMAMPUAN KOMUNIKASI YANG KURANG, DAN TAK
BISA KERJA.

II.4. ASPEK SOSIAL BUDAYA PADA MASA NIFAS


MASA NIFAS MERUPAKAN MASA SESUDAH PERSALINAN YANG DIPERLUKAN
UNTUK PULIHNYA KEMBALI ALAT KANDUNGAN YANG LAMANYA ENAM MINGGU ASPEK
SOSIAL BUDAYA PADA MASA NIFAS ADALAH SUATU HAL YANG BERKAITAN DENGAN BUDI
DAN AKAL MANUSIA UNTUK MENCAPAI TUJUAN BERSAMA PADA MASA SESUDAH
PERSALINAN.
ADAPUN BERBAGAI MACAM-MACAM ASPEK SOSIAL BUDAYA PADA MASA NIFAS
BAIK DI MASYARAKAT DESA MAUPUN MASYARAKAT KOTA
1.

MACAM-MACAM ASPEK SOSIAL BUDAYA PADA MASA NIFAS PADA MASYARAKAT KOTA

PADA MASA NIFAS IBU DILARANG MEMAKAN TELUR, DAGING, UDANG, IKAN LAUT DAN
LELE, KEONG, DAUN LEMBAYUNG, BUAH PARE, NENAS, GULA MERAH, DAN MAKANAN
YANG BERMINYAK. KARENA PADA MASA NIFAS IBU MEMBUTUHKAN MAKANAN YANG
BERGIZI SEIMBANG AGAR IBU DAN BAYI MENJADI SEHAT .

SETELAH MELAHIRKAN ATAU SETELAH OPERASI, IBU HANYA BOLEH MAKAN TAHU DAN
TEMPE TANPA GARAM ATAU BIASA DISEBUT DENGAN NGAYEP, DILARANG BANYAK
MAKAN DAN MINUM, DAN MAKANAN HARUS DISANGAN / DIBAKAR SEBELUM
DIKONSUMSI. KARENA DAPAT MENGHAMBAT PENYEMBUHAN LUKA SEBAB PADA
DASARNYA MAKANAN YANG SEHAT AKAN MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA .

PADA MASA NIFAS, IBU DILARANG TIDUR SIANG . AKIBATNYA IBU JADI KURANG
ISTIRAHAT DAN BIASA SAKIT AKIBAT KECAPEAN

PADA MASA NIFAS DAN SAAT MENYUSUI, IBU HARUS PUASA, TIDAK MAKAN MAKANAN
YANG PADAT SETELAH WAKTU MAGHRIB. HAL INI DIBENARKAN KARENA DALAM
FAKTANYA MASA NIFAS SETELAH MAGHRIB DAPAT MENYEBABKAN BADAN MASA NIFAS
MENGALAMI PENIMBUNAN LEMAK,DISAMPING ITU ORGAN-ORGAN KANDUNGAN PADA
MASA NIFAS BELUM PULIH KEMBALI. TAPI HAL TERSEBUT MENYEBABKAN IBU MENJADI
KURANG GIZI SEHINGGA PRODUKSI ASI BERKURANG.

IBU SETELAH MELAHIRKAN DAN BAYINYA HARUS DIPIJAT/ DIURUT, DIBERI PILIS /
LERONGAN DAN TAPEL.

JIKA PROSES PEMIJATANNYA BENAR MAKA PEREDARAN DARAH IBU DAN BAYI MENJADII
LANCER. TETAPI JIKA PEMIJATAN YANG DILAKUKAN SALAH SANGAT BERBAHAYA
KARENA DAPAT MERUSAK KANDUNGAN. PILIS DAN TAPEL DAPAT MERUSAK KULIT,
SEDANGKAN BAGI YANG TIDAK KUAT / MENYEBABKAN ALERGI.

MASA NIFAS HARUS MINUM ABU DARI DAPUR DICAMPUR AIR, DISARING, DICAMPUR
GARAM DAN ASAM DIMINUMKAN SUPAYA ASI BANYAK. TINDAKAN TERSEBUT TIDAKLAH
MEMBAWA KEUNTUNGAN KARENA ABU, GARAM DAN ASAM TIDAK MENGANDUNG ZAT
GIZI YANG DIPERLUKAN OLEH IBU MENYUSUI UNTUK MEMPERBANYAK PRODUKSI ASI
NYA.

MASA NIFAS TIDAK DIPERBOLEHKAN UNTUK BERHUBUNGAN INTIM


HAL TERSEBUT DIBENARKAN DARI SISI MEDIS, SANGGAMA MEMANG DILARANG
SELAMA 40 HARI PERTAMA USAI MELAHIRKAN. ALASANNYA, AKTIVITAS YANG SATU INI
AKAN MENGHAMBAT PROSES PENYEMBUHAN JALAN LAHIR MAUPUN INVOLUSI RAHIM,
YAKNI MENGECILNYA RAHIM KEMBALI KE BENTUK DAN UKURAN SEMULA. CONTOHNYA
TERJADI INFEKSI ATAU MALAH PERDARAHAN. BELUM LAGI LIBIDO YANG MUNGKIN
MEMANG BELUM MUNCUL ATAUPUN PENGARUH PSIKOLOGIS, SEMISAL KEKHAWATIRAN
AKAN ROBEKNYA JAHITAN MAUPUN KETAKUTAN BAKAL HAMIL LAGI.

2.

ASPEK SOSIAL BUDAYA PADA MASA NIFAS PADA DAERAH LAIN :

A.

HARUS MEMAKAI SANDAL KEMAN PUN BUFAS PERGI, DALAM KURUN WAKTU 40 HARI.

B.

HARUS MEMAKAI STAGEN/UDET/CENTING.

C.

MINUM JAMU AGAR RAHIM CEPAT KEMBALI KE BENTUK SEMULA.

D.

MEMAKAI LULUR PARAM KOCOK SELURUH BADAN AGAR RASA CAPEK CEPAT HILANG.

E.

TIDAK BOLEH BERBICARA DENGAN SUARA KERAS .

F.

TIAP PAGI HARUS MANDI KERAMAS BIAR BADAN SELALU SEGAR DAN PEREDARAN
DARAH MENJADI LANCAR.

G.

KETIKA TIDUR ATAUPUN SEDANG DUDUK KAKI DILURUSKAN . TIDAK BOLEH DITEKUK/
POSISI MIRING. HAL TESEBUT DAPAT MEMPENGARUHI POSISI TULANG , COS TULANG
PADA BAYI DAN TERJADI VARISES PADA IBU.

H.

HARUS BANYAK MAKAN MAKANAN BERGIZI SEPERTI SAYURAN HIJAU YANG


MENGANDUNG BANYAK VITAMIN.

I.

TIDAK USAH DIPAKAIKAN PERHIASAN KARENA DAPAT MEMPENGARUHI PERGERAKAN


BAYI.

J.

MASA NIFAS TIDAK DIPERBOLEHKAN UNTUK BERHUBUNGAN INTIM.

II.5. ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG BERHUBUNGAN DENGAN BAYI BARU LAHIR (BBL)
III.1.1.

ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG BERHUBUNGAN DENGAN BAYI BARU LAHIR (BBL)
SEORANG BAYI YANG BARU LAHIR UMUMNYA MEMPUNYAI BERAT SEKITAR 2.7
3.6 KG DENGAN PANJANG 45 55 CM. TETAPI IA AKAN KEHILANGAN SAMPAI 10 % DRI
BERAT TUBUHNYA DALAM HARI-HARI SETELAH KELAHIRAN. KEMUDIAN PADA AKHIR
MINGGU PERTAMA BERAT TUBUHNYA AKAN MULAI NAIK KEMBALI.
KARENANYA, TIDAKLAH MENGHERANKAN JIKA SEORANG BAYI YANG BARU LAHIR
MEMERLUKAN BEBERAPA MINGGU UNTUK MENYESUAIKAN DIRI. SEBUAH SELAPUT
KERAS MENUTUPI DUA TITIK LUNAK DARI KEPALA DISEBUT FONTANEL. DIMANA
TULANG-TULANG TENGKORAK BELUM MENYATU DAN MENUTUP DENGAN SEMPURNA.

III.1.2.

PENGERTIAN BAYI YANG BARU LAHIR (BBL)

BBL IALAH BAYI YANG BARU LAHIR DENGAN BERAT BADAN SAAT LAHIR < 2500 G.
ISTILAH BBLR DIGUNAKAN OLEH WHO UNTUK MENGGANTI ISTILAH BAYI PREMATUR.
UNTUK MENDAPATKAN KESERAGAMAN, PADA KONGRES EUROPEAN PERINATAL
MEDICINE II DI LONDONG TAHUN 1970, DIUSULKAN DEFENISI SEBAGAI BERIKUT :
1.

BAYI KURANG BULAN IALAH BAYI DENGAN MASA KEHAMILAN MULAI DARI 37 MINGGU
(249 HARI)

2.

BAYI CUKUP BULAN IALAH BAYI DENGAN MASA KEHAMILAN MULAI DARI 37 SAMPAI
EMPAT PULUH DUA MINGGU (259 SAMPAI 293 HARI)

3.

BAYI LEBIH BULAN IALAH BAYI DENGAN MASA KEHAMILAN MULAI DARI 42 MINGGU ATAU
LEBIH (294 HARI ATAU LEBIH).
DENGAN PENGERTIAN TERSEBUT, MAKA BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR
RENDAH DAPAT DIPAKAI 2 GOLONGAN :

A.

PREMATURITAS MURNI BAYI DENGAN KEHAMILAN KURANG DARI 37 MINGGU DAN


BERAT BADANNYA SESUAI UNTUK MASA KEHAMILAN ITU BIASA DISEBUT DENGAN
NEONATUS KURANG BULAN SESUAI DENGAN MASA KEHAMILAN (NKB SMK)

B.

MATURITAS BAYI YANG LAHIR DENGAN BERAT BADAN KURANG DARI BERAT BADAN
SEHARUSNYA UNTUK KEHAMILAN ITU ATAU BIASA DISEBUT NEONATUS KURANG BULAN
SESUAI UNTUK MASA KEHAMILAN (NKB- SMK). BERARTI BAYI MENGALAMI GANGGUAN
INTRA UTERINE DAN MERUPAKAN BAYI YANG KECIL MASA KEHAMILAN (KMK)
BERKAITAN DENGAN PENANGANAN DAN HARAPAN HIDUPONYA, BAYI BERAT
LAHIR RENDAH DIBEDAKAN DALAM 3 KELOMPOK :

A.
B.
C.

BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) , BERAT LAHIR 1500 2500 GRAM.
BAYI BERAT LAHIR SANGAT RENDAH (BBLSR), BERT LAHIR 1000 1500 GRAM (<1500
GRAM)
BAYI BERAT LAHIR EKSTRIM RENDAH (BBLER), BERAT LAHIR <1000 GRAM.
BAYI BERAT LAHIR RENDAH DIPENGARUHI DARI BEBERAPA FAKTOR :

1.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN IBU SEPERTI: UMUR IBU, UMUR


KEHAMILAN, PARITOS, BERAT BADAN DAN TINGGI BADAN, STATUS GIZI (NUTRISI),
ANEMIA, KEBIASAAN MINUM ALKOHOL DAN MEROKOK, PENYAKIT-PENYAKIT KEADAAN
TERTENTU WAKTU HAMIL (MISALNYA ANEMIA, PENDARAHAN DAN LAIN-LAIN), JARAK
KEHAMILAN, KEHAMILAN GANDA, RIWAYAT ABORTUS.

2.

FAKTOR JANIN MELIPUTI KEHAMILAN KEMBAR DAN KELAINAN BAWAAN

3.

FAKTOR-FAKTOR BAYI SEPERTI JENIS KELAIN DAN RAS

4.

FAKTOR LINGKUNGAN SEPERTI PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU, PEKERJAAN,


DAN STATUS SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA

5.

PELAYANAN KESEHATAN (ANTENATAL CARE)

MATERI III
CARA-CARA PENDEKATAN SOSIAL BUDAYA
DALAM PRAKTEK KEBIDANAN

III.1. Pendekatan Melalui Agama


Agama dapat memberikan petunjuk/pedoman pada umat manusia dalam
menjalani hidup meliputi seluruh aspek kehidupan. Selain itu agama juga dapat
membantu umat manusia dalam memecahkan berbagai masalah hidup yang sedang
dihadapi. Adapun aspek-aspek pendekatan melalui agama dalam memberikan
pelayanan kebidanan dan kesehatan diantaranya:
1.

Agama memberikan petunjuk kepada manusia untuk selalu menjaga kesehatannya.

2.

Agama memberikan dorongan batin dan moral yang mendasar dan melandasi citacita dan perilaku manusia dalam menjalani kehidupan yang bermanfaat baik bagi
dirinya, keluarga, masyarakat serta bangsa.

3.

Agama mengharuskan umat manusia untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa dalam segala aktivitasnya

4.

Agama dapat menghindarkan umat manusia dari segala hal-hal/perbuatan yang


bertentangan

dengan

ajarannya.

Berbagai aspek agama dalam memberikan pelayanan kesehatan terdiri dari upayaupaya pelayanan kesehatan yang ditinjau dari segi agama, diantaranya :
a.

Upaya pemeliharaan kesehatan


Upaya dini yang dilakukan dalam pemeliharaan kesehatan dimulai sejak ibu hamil
yaitu sejak janin di dalam kandungan. Hal tersebut bertujuan agar bayi yang
dilahirkan dalam keadaan sehat begitu juga dengan ibunya. Kesehatan merupakan
faktor utama bagi umat manusia untuk dapat melakukan/menjalani hidup dengan
baik sehingga dapat terhindari dari berbagai penyakit dan kecacatan.

Ada beberapa langkah yang dapat memberikan tuntunan bagi umat manusia untuk
memelihara kesehatan yang dianjurkan oleh agama antara lain :
1.

Makan makanan yang bergizi

2.

Menjaga kebersihan (Hadist mengatakan : kebersihan sebagian dari iman)

3.

Berolah raga

4.

Pengobatan diwaktu sakit

b. Upaya pencegahan penyakit


Dalam ajaran agama pencegahan penyakit lebih baik dari pada pengobatan di
waktu sakit.
Adapun upaya-upaya pencegahan penyakit antara lain:
1. Dengan pemberian imunisasi
Imunisasi dapat diberikan kepada bayi dan balita, ibu hamil, WUS, murid SD kelas 1
sampai kelas 3.
2. Pemberian ASI pada anak sampai berusia 2 tahun
(Surah Al-Baqarah ayat 233). Ayat tersebut pada dasarnya memerintahkan seorang
ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI sampai ia berusia 2 tahun.
3. Memberikan penyuluhan kesehatan. Dapat dilakukan pada kelompok pengajian,
atau kelompok-kelompok kegiatan keagamaan lainnya.
c.

Upaya pengobatan penyakit


Nabi saw bersabda : Bagi setiap penyakit yang diturunkan Allah, ada obat
yang diturunkan-Nya.
Dalam hati ini umat manusia dinjurkan untuk berobat jika sakit.

Anda mungkin juga menyukai