MATERI I
ASPEK SOSIAL BUDAYA DALAM PELAYANAN KEBIDANAN
4. Makanan yang keluar dari mulut ibu yang terbaik bagi bayi
Suku Sasak di Lombok, para ibu nifas biasa memberikan nasi pakpak (nasi yang
telah dikunyah oleh ibunya terlebih dahulu) kepada bayinya agar bayinya tumbuh
sehat dan kuat . Mereka percaya bahwa apa yang keluar dari mulut ibu merupakan
yang terbaik untuk bayi.
5. Asupan lain ketika ASI belum keluar
Masyarakat Kerinci di Sumatera Barat , pada usia 1 bulan bayi sudah diberi bubur
tepung, bubur nasi, pisang , dan lain-lain. Dan ada juga kebiasaan memberikan
roti,nasi yang sudah dilumatkan ataupun madu, dan teh manis kepada bayi baru
lahir sebelum ASI keluar.
6. Kolostrum dianggap sebagai susu yang sudah rusak
Masyarakat tradisional menganggap kolostrum sebagai susu yang sudah rusak dan
tak baik diberikan pada bayi karena warnanya yang kekuning-kuningan. Selain itu,
ada yang menganggap kolostrum dapat menyebabkan diare, muntah, dan masuk
angin pada bayi.
Aspek sosial (mitos) yang berkembang di masyarakat yang berkaitan dengan
kesehatan anak :
1. Dukun sebagai penyembuh
Masyarakat pada beberapa daerah beranggapan bahwa bayi yang mengalami
kejang-kejang disebabkan karena kemasukan roh halus, dan dipercaya hanya dukun
yang dapat menyembuhkannya.
2. Timbulnya penyakit sebagai pertanda
Demam atau diare yang terjadi pada bayi dianggap pertanda bahwa bayi tersebut
akan bertambah kepandaiannya, seperti sudah bisa untuk berjalan.
3. Kesehatan anak juga dipengaruhi oleh faktor budaya dan sosial. Dimana hingga kini
masyarakat baik di perkotaan maupun pedesaan masih menjalankan kepercayaan
tersebut. Hal tersebut disebabkan karena kebiasaan yang telah turun temurun terjadi
. Tetapi ada baiknya jika masyarakat juga mempertimbangkan dengan pemahaman
menurut para medis karena para medis lebih memahami tentang mana yang baik
dalam tumbuh kembang kesehatan anak.
Kesehatan Ibu dan anak (KIA) di Indonesia selalu menjadi masalah pelik
yang tak kunjung membaik keadaannya. Situasi kesehatan Ibu dan bayi baru lahir
belum di Indonesia sama sekali belum dikatakan menggembirakan.
Aspek budaya yang berhubungan dengan kesehatan Ibu hamil :
I.3.1.
Jawa Tengah :
Bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan mempersulit persalinan dan
pantang makan daging karena akan menyebabkan perdarahan yang banyak.
I.3.2.
Jawa Barat :
Ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi makannya
agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan.
I.3.3.
Masyarakat Betawi :
Berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena dapat
menyebabkan ASI menjadi asin.
I.3.4.
Daerah Subang :
Ibu hamil pantang makan dengan menggunakan piring yang besar karena khawatir
bayinya akan besar sehingga akan mempersulit persalinan. Dan memang, selain
ibunya kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah.Tentunya hal ini
sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si bayi. Selain itu, larangan untuk
memakan buah-buahan seperti pisang, nenas, ketimun dan lain-lain bagi wanita
hamil juga masih dianut oleh beberapa kalangan masyarakat terutama masyarakat
di daerah pedesaan. (Wibowo,1993).
Selain pada masa hamil, pantangan-pantangan atau anjuran masih
diberlakukan juga pada masa pasca persalinan. Pantangan ataupun anjuraan ini
biasanya berkaitan dengan proses pemulihan kondisi fisik misalnya, ada makanan
tertentu yang sebaiknya dikonsumsi untuk memperbanyak produksi ASI; ada pula
makanan tertentu yang dilarang karena dianggap dapat mempengaruhi kesehatan
bayi. Secara tradisional, ada praktek-praktek yang dilakukan oleh dukun beranak
untuk mengembalikan kondisi fisik dan kesehatan si ibu. Misalnya mengurut perut
yang bertujuan untuk mengembalikan rahim ke posisi semula; memasukkan
ramuan-ramuan seperti daun-daunan ke dalam vagina dengan maksud untuk
membersihkan darah dan cairan yang keluar karena proses persalinan; atau
memberi jamu tertentu untuk memperkuat tubuh (Iskandar et al., 1996).
Aspek sosial yang di kalangan masyarakat terhadap kesehatan Ibu
I.3.1.
Pengertian Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan
kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan
termasuk kehamilan dan persalinan. Pendidikan kesehatan adalah proses
membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara
yang
menulis
bahwa
pendidikan
kesehatan
adalah
kombinasi
Taspen,
dan
Jamsostek.
Golongan
masyarakat
yang
dianggap
perilaku,
Antara
yang
pertama
dan
kedua
dihubungkan
dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya
sepanjang sejarah kehidupan manusia yang mempengaruhi kesehatan dan
penyakit. Penyakit sendiri ditentukan oleh budaya: hal ini karena penyakit
merupakan pengakuan sosial bahwa seseorang tidak dapat menjalankan peran
normalnya secara wajar.
Seorang pengobat tradisional yang juga menerima pandangan kedokteran
modern, mempunyai pengetahuan yang menarik mengenai masalah sakit-sehat.
Baginya, arti sakit adalah sebagai berikut: sakit badaniah berarti ada tanda-tanda
penyakit di badannya seperti panas tinggi, penglihatan lemah, tidak kuat bekerja,
sulit makan, tidur terganggu, dan badan lemah atau sakit, maunya tiduran atau
istirahat saja.
Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda antara daerah
yang satu dengan daerah yang lain, karena tergantung dari kebudayaan yang ada
dan berkembang dalam masyarakat tersebut. Persepsi kejadian penyakit yang
berlainan dengan ilmu kesehatan sampai saat ini masih ada di masyarakat; dapat
turun dari satu generasi ke generasi berikutnya dan bahkan dapat berkembang luas.
Berikut ini contoh persepsi masyarakat tentang penyakit malaria, yang saat ini
masih ada di beberapa daerah pedesaan di Papua (Irian Jaya). Makanan pokok
penduduk Papua adalah sagu yang tumbuh di daerah rawa -rawa. Selain rawa-rawa,
tidak jauh dari mereka tinggal terdapat hutan lebat. Penduduk desa tersebut
beranggapan bahwa hutan itu milik penguasa gaib yang dapat menghukum setiap
orang yang melanggar ketentuannya.
Pelanggaran dapat berupa menebang, membabat hutan untuk tanah pertanian,
dan lain-lain akan diganjar hukuman berupa penyakit dengan gejala demam tinggi,
menggigil, dan muntah. Penyakit tersebut dapat sembuh dengan cara minta ampun
kepada penguasa hutan, kemudian memetik daun dari pohon tertentu, dibuat
ramuan untuk di minum dan dioleskan ke seluruh tubuh penderita. Dalam beberapa
hari penderita akan sembuh.
Persepsi masyarakat mengenai penyakit diperoleh dan ditentukan dari
penuturan sederhana dan mudah secara turun temurun. Misalnya penyakit akibat
kutukan Allah, makhluk gaib, roh-roh jahat, udara busuk, tanaman berbisa, binatang,
dan sebagainya.
Pada sebagian penduduk Pulau Jawa, dulu penderita demam sangat tinggi
diobati dengan cara menyiram air di malam hari. Air yang telah diberi ramuan dan
jampi-jampi oleh dukun dan pemuka masyarakat yang disegani digunakan sebagai
obat malaria.
I.3.2.
Pada guyuran ketujuh dimasukan belut sampai mengena pada perut si ibu hamil, hal
ini dimaksudkan agar bayi yang akan dilahirkan dapat berjalan lancar (licin seperti
belut). Bersamaan dengan jatuhnya belut, kelapa gading yang telah digambari tokoh
wayang oleh suaminya dibelah dengan golok. Hal ini dimaksudkan agar bayi yang
dikandung dan orang tuanya dapat berbuat baik lahir dan batin, seperti keadaan
kelapa gading warnanya elok, bila dibelah airnya bersih dan manis. Itulah
perumpamaan yang diharapkan bagi bayi yang dikandung supaya mendapatkan
keselamatan dunia-akhirat.
Sesudah selesai dimandikan biasanya ibu hamil didandani dibawa menuju ke
tempat rujak kanistren tadi yang sudah dipersiapkan. Kemudian sang ibu menjual
rujak itu kepada anak-anak dan para tamu yang hadir dalam upacara itu, dan
mereka membelinya dengan menggunakan talawengkar, yaitu genteng yang sudah
dibentuk bundar seperti koin. Sementara si ibu hamil menjual rujak, suaminya
membuang sisa peralatan mandi seperti air sisa dalam jajambaran, belut, bunga,
dsb. Semuanya itu harus dibuang di jalan simpang empat atau simpang tiga. Setelah
rujak kanistren habis terjual selesailah serangkaian upacara adat tingkeban.
3. Upacara Mengandung Sembilan Bulan
Upacara sembilan bulan dilaksanakan setelah usia kandungan masuk
sembilan bulan. Dalam upacara ini diadakan pengajian dengan maksud agar bayi
yang dikandung cepat lahir dengan selamat karena sudah waktunya lahir. Dalam
upacara ini dibuar bubur lolos, sebagai simbul dari upacara ini yaitu supaya
mendapat kemudahan waktu melahirkan, lolos. Bubur lolos ini biasanya dibagikan
beserta nasi tumpeng atau makanan lainnya.
4. Upacara Reuneuh Mundingeun
Upacara Reuneuh Mundingeun dilaksanakan apabila perempuan yang
mengandung lebih dari sembilan bulan,bahkan ada yang sampai 12 bulan tetapi
belum melahirkan juga, perempuan yang hamil itu disebut Reuneuh Mundingeun,
seperti munding atau kerbau yang bunting. Upacara ini diselenggarakan agar
perempuan yang hamil tua itu segera melahirkan jangan seperti kerbau, dan agar
tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Pada pelaksanaannya leher perempuan itu dikalungi kolotok dan dituntun oleh
indung beurang sambil membaca doa dibawa ke kandang kerbau. Kalau tidak ada
kandang kerbau, cukup dengan mengelilingi rumah sebanyak tujuh kali. Perempuan
yang hamil itu harus berbuat seperti kerbau dan menirukan bunyi kerbau sambil
dituntun dan diiringkan oleh anak-anak yang memegang cambuk. Setelah
mengelilingi kandang kerbau atau rumah, kemudian oleh indung beurang
dimandikan dan disuruh masuk ke dalam rumah. Di kota pelaksanaan upacara ini
sudah jarang dilaksanakan.
I.3.3.
warga di sana. Secara perlahan, mungkin nantinya mereka akan mengerti juga,
betapa pentingnya tenaga kesehatan dalam hal persalinan,tuturnya tegar.
Informasi yang berhasil dirangkum Padang Ekspres, sedikitnya terdapat tiga
dukun beranak yang masih aktif. Yanti memprediksikan, antara bidan dan dukun,
kisarannya 8:2. Dari sepuluh orang, delapan orang lebih memilih ke dukun dan
hanya dua orang yang lebih percaya pada bidan.
Di tanya apakah kecendrungan ini ada hubungannya dengan tarif persalinan
yang dibanderol oleh bidan? Sontak, Yanti menggeleng. Bahkan, katanya biaya
yang ditawarkan dukun ada yang sedikit lebih tinggi dari bidan. Di samping itu, di
tempat bidan berlaku Jamkesmas atau Jamkesda. Tapi, hal ini bukanlah jaminan
yang bisa menggaet hati para ibu-ibu.
Kendala yang dihadapi bides itu, tak hanya seputar masalah pendekatan
kepada ibu-ibu hamil. Sebagai daerah pedalaman, istri Irmansyah Putra itu, harus
akrab dengan segala keterbatasan infrastruktur. Antara lain, tentang jaringan listrik
yang belum masuk di kampung itu. Begitupula masalah air bersih. Krisis air paling
terasa bila hujan tak kunjung turun.
I.3.4.
ibu hamil. Kaum ibu juga didorong untuk melakukan inisiasi menyusu dini (IMD)
dilanjutkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan.
P4K berperan dalam pencapaian salah satu target program 100 hari
Kementerian Kesehatan yaitu terdatanya ibu hamil di 60.000 desa di seluruh
Indonesia. Saat sudah terdata 3.122.000 ibu hamil di 67.712 desa, papar Menkes.
Perencanaan persalinan dapat dilakukan manakala ibu, suami dan keluarga
memiliki pengetahuan mengenai tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas;
asuhan perawatan ibu dan bayi; pemberian ASI; jadwal imunisasi; serta informasi
lainnya. Semua informasi tersebut ada di dalam Buku KIA yang diberikan kepada ibu
hamil setelah didata melalui P4K. Buku KIA juga berfungsi sebagai alat pemantauan
perkembangan kesehatan ibu hamil serta pemantauan pertumbuhan bayi sampai
usia 5 tahun. Buku ini dapat diperoleh di Puskesmas, jelas Menkes.
Pada kesempatan tersebut Menkes mengajak semua ibu hamil, suami dan
keluarga melaksanakan P4K. Kepada organisasi profesi dan rumah sakit
menyediakan dan menggunakan Buku KIA di sarana kesehatan lebih ditingkatkan.
Menurut Menkes, upaya yang telah dilakukan Kementerian Kesehatan akan
lebih optimal apabila semua khususnya Pemerintah Daerah berperan aktif,
mendukung dan melaksanakan semua program percepatan penurunan AKI dan
AKB. Selain itu juga perlu dukungan pihak swasta baik dalam pembiayaan program
kesehatan melalui CSR-nya maupun partisipasi dalam penyelenggaran pelayanan
kesehatan swasta.
Menkes berharap kampanye ini bermanfaat bagi kesehatan masyarakat
Indonesia dan dapat diikuti oleh pihak-pihak lain sehingga Ibu Selamat, Bayi Sehat,
Suami Siaga menjadi slogan bersama.
Menkes juga menyambut gembira atas keterlibatan SIKIB dalam kampanye
P4K sebagai upaya memajukan kesehatan ibu dan anak. Menkes juga
menyampaikan apresiasi atas peran PKK yang telah bekerja sama dengan
Kementerian Kesehatan dalam pelaksanaan program kesehatan terutama KIA di
lapangan.
1.4.1. Pengertian
yang
sehat
dalam
rangka
meningkatkan
mutu
hidup
dan
kesejahteraan masyarakat.
2. PKMD adalah kegiatan pelayanan kesehatan yang pelaksanaannya didasarkan
melalui sistem pelayanan puskesmas, dimana dalam mengembangkan kegiatankegiatan kesehatan oleh lembaga ini diikutsertakan anggota-anggota masyarakat di
Pedusunan melalui segala pengarahan untuk menimbulkan kesadaran secara aktif
di dalam ikut membantu memecahkan dan mengembangkan usaha-usaha
kesehatan di Desanya. (Dirjen Binkesmas Depkes RI, 1976)
3. PKMD adalah kegiatan atau pelayanan kesehatan berdasarkan sistem pendekatan
edukatif masalah kesehatan melalui Puskesmas dimana setiap individu atau
kelompok masyarakat dibantu agar dapat melakukan tindakan-tindakan yang tepat
dalam mengatasi kesehatan mereka sendiri. Disamping itu kegiatan pelayanan
kesehatan yang diberikan juga dapat mendorong timbulnya kreativitas dan inisiatif
setiap individu atau kelompok masyarakat untuk ikut secara aktif dalam programprogram kesehatan di daerahnya dan menentukan prioritas program sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan masyarakat yang bersangkutan. (Kanwil Depkes Jawa
Timur)
4. Pokok-pokok pemikiran yang fundamental yang melandasi definisi PKMD tersebut
diatas ditekankan melalui pendekatan-pendekatan sebagai berikut :
a.
terpadu
(comprehensive
operational
approach)
yang
meliputi
pendekatan secara sistem (system approach), pendekatan lintas sektoral dan antar
program (inter program and inter sektoral approach), pendekatan multi displiner
(multi displionary approach), pendekatan edukatif (educational approach), dsb.
b. Dalam pembinaan terhadap peran serta masyarakat melalui pendekatan edukatif,
hendaknya faktor ikut sertanya masyarakat ditempatkan baik sebagai komplemen
maupun suplemen terdepan dalam penunjang sistem kesehatan nasional ini.
c.
Sebagai kegiatan yang dikelola sendiri oleh masyarakat, PKMD secara bertahap
dan terus menerus harus mampu didorong untuk membuka kemungkinankemungkinan menumbuhkan potensi swadayanya melalui pemerataan akan
peranserta setiap individu di desa secara lebih luas dan lebih nyata
1.5.1.
Tujuan umum
Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat menolong diri sendiri dibidang
kesehatan dalam rangka meningkatkan mutu hidup
1.5.2.
a.
Tujuan khusus
Menumbuhkan kesadaran masyarakat akan potensi yang dimilikinya untuk
menolong diri mereka sendiri dalam meningkatkan mutu hidup mereka
b.
c.
d.
dan
seluruh
tumpah
darah
Indonesia
dan
untuk
mewujudkan
berwawasan
kependudukan
lebih
berdampak
besar
pada
pembangunan
ekonomi
yang
berorientasi
pada
pertumbuhan
proses
pembangunan
itu
sendiri.
Pembangunan
berwawasan
kependudukan
ada
suatu
jaminan
akan
berlangsung
proses
yang
sehat
dalam
rangka
meningkatkan
mutu
hidup
dan
kesejahteraan masyarakat.
Faktor Pendorong dan Penghambat Pembangunan Nasional :
1. Disparitas Status Kesehatan
Disparitas adalah perbedaan jarak ; adanya upah yang diterima oleh para pekerja
pabrik itu. Menghalangi pemiliknya untuk mendapatkan hak kesehatan yang layak. ,
masyarakat, media massa, politikus bahkan insan kesehatan masih memandang
hak kesehatan hanya pada hak untuk memperoleh pelayanan kuratif di rumah sakit
dan puskesmas . Meskipun secara nasional kualitas kesehatan masyarakat telah
meningkat namun disparitas antar tingkat sosial ekonomi dan antar wilayah masih
cukup tinggi. Selama ini kesehatan dianggap sebagai barang yang mahal,
kesehatan di Indonesia hanya untuk kalangan berpunya orang miskin dilarang sakit
. Tragis, mengingat kekayaan Indonesia yang begitu tetapi tidak ada pertanggung
jawaban tentang keberadaan SDA tersebut.
2. Beban Ganda Penyakit
Bagi masyarakat Indonesia khususnya, penyakit memiliki beban ganda,yang
pertama adalah rasa sakit yang diderita dan yang kedua masalah uang yang cukup
banyak. Untuk mengatasi masalah penyakit yang dideritanya. Hal ini memberikan
dampak negative pada pasien yang bersangkutan, karena keterbatasan dana,
mereka mendapatkan keterbatasan pelayanan kesehatan.
3. Kinerja Pelayanan yang Rendah
Kinerja kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya peningkatan
kualitas kesehatan penduduk. Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan yang
ditandai dengan masih di bawah standarnya kualitas pelayanan sebagian rumah
sakit daerah serta keterbatasan tenaga kesehatan juga menjadi tantangan yang
harus segera di atas. Hingga saat ini jumlah dan distribusi dokter, bidan serta
perawat belum merata dimana disparitas rasio dokter umum per 100.000 penduduk
antar wilayah masih tinggi. Indonesia mengalami kekurangan pada hampir semua
tenaga kesehatan yang diperlukan
4. Perilaku Masyarakat yang Kurang Mendukung Hidup Bersih
Dewasa ini sikap masyarakat Indonesia juga sama buruknya dengan sistem yang
mengatur kesehatan. Sungai di Jakarta kini mengalami perubahan fungsi, fungsi
sungai bukan lagi menjadi tata perairan kota tapi tempat sampah umum. Belum lagi
ada masyarakat yang MCK di sungai, begitu pula di sebagian wilayah pedesaan
Indonesia kesadaraan akan pentingnya kesehatan belum kita temukan di
masyarakat kita.
5. Rendahnya Kondisi Kesehatan Lingkungan
Rendahnya pembangunan ekonomi yang belum merata adalah biang keladi pokok
masalah ini . Hal tersebut menimbulkan kesenjangan soasial baik papan, sandang
dan pangan. Pertanyaan mengapa kesehatan lebih banyak dialamai oleh orang tak
berpunya ? Mungkin jawabannya adalah karena lingkungan tempat tinggal yang
buruk.
Kesehatan Indonesia berada pada kondisi yang saat buruk, pembangunan
kesehatan di Indonesia, dapat dilihat dari berbagai penghambat serta langkah
pendorong untuk mengatasinya . Minimnya pelayan kesehatan, dan rendahnya
pelayanan kesehatan adalah salah satu penghambat pembangunan kesehatan .
Adat kebiasaan masyarakat, serta keadaan ekonomi dan pendidikan turut ikut andil
dalam hal ini.
MATERI II
ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG BERKAITAN DENGAN PRAPERKAWINAN,
PERKAWINAN, KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS DAN BAYI BARU LAHIR
II.1.1. SALAH SATU CONTOH ASPEK SOSIAL BUDAYA PERKAWINAN DI PROVINSI ACEH
PERKAWINAN ADALAH SESUATU YANG SANGAT SAKRAL DI DALAM BUDAYA
MASYARAKAT ACEH SEBAB HAL INI BERHUBUNGAN DENGAN NILAINILAI
KEAGAMAAN. PERKAWINAN MEMPUNYAI NUANSA TERSENDIRI DAN SANGAT
DIHORMATI OLEH MASYARAKAT. UPACARA PERKAWINAN PADA MASYARAKAT ACEH
MERUPAKAN SERANGKAIAN AKTIVITAS YANG TERDIRI DARI BEBERAPA TAHAP, MULAI
DARI PEMILIHAN JODOH (SUAMI/ISTRI), PERTUNANGAN DAN HINGGA UPACARA
PERESMIAN PERKAWINAN.
SUATU KEBIASAAN BAGI MASYARAKAT ACEH, SEBELUM PESTA PERKAWINAN
DILANGSUNGKAN TERLEBIH DAHULU TIGA HARI TIGA MALAM DIADAKAN UPACARA
MEUGACA ATAU BOH GACA (BERINAI) BAGI PENGANTIN LAKI LAKI DAN PENGANTIN
PEREMPUAN DI RUMAHNYA MASING MASING. TAMPAK KEDUA BELAH TANGAN DAN
KAKI PENGANTIN DIHIASI DENGAN INAI.
PADA PUNCAK ACARA PERESMIAN PERKAWINAN, MAKA DIADAKAN ACARA
PERNIKAHAN.SETELAH SELESAI ACARA NIKAH, LINTO BARO DI BIMBING KE
PELAMINAN PERSANDINGAN, DI MANA DARA BARO TELAH TERLEBIH DAHULU DUDUK
MENUNGGU. SEMENTARA ITU DARA BARO BANGKIT DARI PELAMINAN UNTUK
MENYEMBAH SUAMINYA. PENYEMBAHAN SUAMI INI DISEBUT DENGAN SEUMAH TEUOT
LINTO. SETELAH DARA BARO TEUOT LINTO, MAKA LINTO BARO MEMBERIKAN
SEJUMLAH UANG KEPADA DARA BARO YANG DISEBUT DENGAN PENGSEUMEMAH
(UANG SEMBAH).
MATA, MULUT DAN LIDAH TERBENTUK. HATI MULAI MEMPRODUKSI SEL DARAH.
SEMUA ORGAN PENTING TERUS BERTUMBUH DENGAN CEPAT DAN SALING BERKAIT.
2.
JARINGAN KUKU, KULIT DAN RAMBUT BERKEMBANG DAN MENGERAS PADA MINGGU
KE 20 21
JANIN (FETUS) MULAI TAMPAK SEBAGAI SOSOK MANUSIA DENGAN PANJANG 30 CM.
3.
1.
FAKTOR FISIK
FAKTOR FISIK SEORANG IBU HAMIL DIPENGARUHI OLEH STATUS KESEHATAN DAN
STATUS GIZI IBU TERSEBUT. STATUS KESEHATAN INI DAPAT DIKETAHUI DENGAN
MEMERIKSAKAN DIRI DAN KEHAMILANNYA KE PELAYANAN KESEHATAN TERDEKAT,
PUSKESMAS, RUMAH BERSALIN, ATAU POLIKLINIK KEBIDANAN.
2.
FAKTOR PSIKOLOGIS
FAKTOR INI DAPAT MEMPENGARUHI KEHAMILAN SEPERTI STRESS YANG TERJADI PADA
IBU HAMIL DALAM KESEHATAN IBU DAN JANINNYA DAN AKAN BERPENGARUH
TERHADAP PERKEMBANGAN ATAU GANGGUAN EMOSI PADA JANIN YANG TELAH
LAHIR NANTI.
TIDAK HANYA STRESS YANG DAPAT MEMPENGARUHI KEHAMILAN AKAN TETAPI
DUKUNGAN DARI KELUARGA PUN DAPAT MENJADI PEMICU MENENTUKAN
KESEHATAN IBU. JIKA SELURUH KELUARGA MENGHARAPKAN KEHAMILAN
BAHKAN MENDUKUNGNYA DALAM BERBAGAI HAL, MAKA IBU HAMIL TERSEBUT
AKAN MERASA LEBIH PERCAYA DIRI, LEBIH BAHAGIA DAN SIAP DALAM MENJALANI
KEHAMILAN, PERSALINAN, DAN MASA NIFASNYA.
3.
II.3. ASPEK SOSIAL BUDAYA SELAMA PERSALINAN KALA I, II, III DAN IV
ASPEK SOSIAL DAN BUDAYA SANGAT MEMPENGARUHI POLA KEHIDUPAN SEMUA
MANUSIA. DALAM ERA GLOBALISASI DENGAN BERBAGAI PERUBAHAN YANG BEGITU
EKSTREM PADA MASA INI MENUNTUT SEMUA MANUSIA HARUS MEMPERHATIKAN ASPEK
SOSIAL BUDAYA. SALAH SATU MASALAH YANG KINI BANYAK MEREBAK DI KALANGAN
MASYARAKAT ADALAH KEMATIAN ATAUPUN KESAKITAN PADA IBU DAN ANAK YANG
FAKTOR FISIK BERKAITAN DENGAN BENTUK PANGGUL YANG NORMAL DAN SEIMBANG
DENGAN BESAR BAYI
2.
3.
FAKTOR LAIN YANG JUGA HARUS DIPERHATIKAN: RIWAYAT KESEHATAN IBU, APAKAH
PERNAH MENDERITA DIABETES, HIPERTENSI ATAU SAKIT LAINNYA; GIZI IBU SELAMA
HAMIL, APAKAH MENCUKUPI ATAU TIDAK; DAN LINGKUNGAN SEKITAR, APAKAH MENSUPPORT ATAU TIDAK KARENA ADA KAITANNYA DENGAN EMOSI IBU. IBU HAMIL TAK
BOLEH CEMAS KARENA AKAN BERPENGARUH PADA BAYINYA. BAHKAN, BERDASARKAN
PENELITIAN, IBU YANG CEMAS SAAT HAMIL BISA MELAHIRKAN ANAK HIPERAKTIF, SULIT
KONSENTRASI DALAM BELAJAR, KEMAMPUAN KOMUNIKASI YANG KURANG, DAN TAK
BISA KERJA.
MACAM-MACAM ASPEK SOSIAL BUDAYA PADA MASA NIFAS PADA MASYARAKAT KOTA
PADA MASA NIFAS IBU DILARANG MEMAKAN TELUR, DAGING, UDANG, IKAN LAUT DAN
LELE, KEONG, DAUN LEMBAYUNG, BUAH PARE, NENAS, GULA MERAH, DAN MAKANAN
YANG BERMINYAK. KARENA PADA MASA NIFAS IBU MEMBUTUHKAN MAKANAN YANG
BERGIZI SEIMBANG AGAR IBU DAN BAYI MENJADI SEHAT .
SETELAH MELAHIRKAN ATAU SETELAH OPERASI, IBU HANYA BOLEH MAKAN TAHU DAN
TEMPE TANPA GARAM ATAU BIASA DISEBUT DENGAN NGAYEP, DILARANG BANYAK
MAKAN DAN MINUM, DAN MAKANAN HARUS DISANGAN / DIBAKAR SEBELUM
DIKONSUMSI. KARENA DAPAT MENGHAMBAT PENYEMBUHAN LUKA SEBAB PADA
DASARNYA MAKANAN YANG SEHAT AKAN MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA .
PADA MASA NIFAS, IBU DILARANG TIDUR SIANG . AKIBATNYA IBU JADI KURANG
ISTIRAHAT DAN BIASA SAKIT AKIBAT KECAPEAN
PADA MASA NIFAS DAN SAAT MENYUSUI, IBU HARUS PUASA, TIDAK MAKAN MAKANAN
YANG PADAT SETELAH WAKTU MAGHRIB. HAL INI DIBENARKAN KARENA DALAM
FAKTANYA MASA NIFAS SETELAH MAGHRIB DAPAT MENYEBABKAN BADAN MASA NIFAS
MENGALAMI PENIMBUNAN LEMAK,DISAMPING ITU ORGAN-ORGAN KANDUNGAN PADA
MASA NIFAS BELUM PULIH KEMBALI. TAPI HAL TERSEBUT MENYEBABKAN IBU MENJADI
KURANG GIZI SEHINGGA PRODUKSI ASI BERKURANG.
IBU SETELAH MELAHIRKAN DAN BAYINYA HARUS DIPIJAT/ DIURUT, DIBERI PILIS /
LERONGAN DAN TAPEL.
JIKA PROSES PEMIJATANNYA BENAR MAKA PEREDARAN DARAH IBU DAN BAYI MENJADII
LANCER. TETAPI JIKA PEMIJATAN YANG DILAKUKAN SALAH SANGAT BERBAHAYA
KARENA DAPAT MERUSAK KANDUNGAN. PILIS DAN TAPEL DAPAT MERUSAK KULIT,
SEDANGKAN BAGI YANG TIDAK KUAT / MENYEBABKAN ALERGI.
MASA NIFAS HARUS MINUM ABU DARI DAPUR DICAMPUR AIR, DISARING, DICAMPUR
GARAM DAN ASAM DIMINUMKAN SUPAYA ASI BANYAK. TINDAKAN TERSEBUT TIDAKLAH
MEMBAWA KEUNTUNGAN KARENA ABU, GARAM DAN ASAM TIDAK MENGANDUNG ZAT
GIZI YANG DIPERLUKAN OLEH IBU MENYUSUI UNTUK MEMPERBANYAK PRODUKSI ASI
NYA.
2.
A.
HARUS MEMAKAI SANDAL KEMAN PUN BUFAS PERGI, DALAM KURUN WAKTU 40 HARI.
B.
C.
D.
MEMAKAI LULUR PARAM KOCOK SELURUH BADAN AGAR RASA CAPEK CEPAT HILANG.
E.
F.
TIAP PAGI HARUS MANDI KERAMAS BIAR BADAN SELALU SEGAR DAN PEREDARAN
DARAH MENJADI LANCAR.
G.
KETIKA TIDUR ATAUPUN SEDANG DUDUK KAKI DILURUSKAN . TIDAK BOLEH DITEKUK/
POSISI MIRING. HAL TESEBUT DAPAT MEMPENGARUHI POSISI TULANG , COS TULANG
PADA BAYI DAN TERJADI VARISES PADA IBU.
H.
I.
J.
II.5. ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG BERHUBUNGAN DENGAN BAYI BARU LAHIR (BBL)
III.1.1.
ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG BERHUBUNGAN DENGAN BAYI BARU LAHIR (BBL)
SEORANG BAYI YANG BARU LAHIR UMUMNYA MEMPUNYAI BERAT SEKITAR 2.7
3.6 KG DENGAN PANJANG 45 55 CM. TETAPI IA AKAN KEHILANGAN SAMPAI 10 % DRI
BERAT TUBUHNYA DALAM HARI-HARI SETELAH KELAHIRAN. KEMUDIAN PADA AKHIR
MINGGU PERTAMA BERAT TUBUHNYA AKAN MULAI NAIK KEMBALI.
KARENANYA, TIDAKLAH MENGHERANKAN JIKA SEORANG BAYI YANG BARU LAHIR
MEMERLUKAN BEBERAPA MINGGU UNTUK MENYESUAIKAN DIRI. SEBUAH SELAPUT
KERAS MENUTUPI DUA TITIK LUNAK DARI KEPALA DISEBUT FONTANEL. DIMANA
TULANG-TULANG TENGKORAK BELUM MENYATU DAN MENUTUP DENGAN SEMPURNA.
III.1.2.
BBL IALAH BAYI YANG BARU LAHIR DENGAN BERAT BADAN SAAT LAHIR < 2500 G.
ISTILAH BBLR DIGUNAKAN OLEH WHO UNTUK MENGGANTI ISTILAH BAYI PREMATUR.
UNTUK MENDAPATKAN KESERAGAMAN, PADA KONGRES EUROPEAN PERINATAL
MEDICINE II DI LONDONG TAHUN 1970, DIUSULKAN DEFENISI SEBAGAI BERIKUT :
1.
BAYI KURANG BULAN IALAH BAYI DENGAN MASA KEHAMILAN MULAI DARI 37 MINGGU
(249 HARI)
2.
BAYI CUKUP BULAN IALAH BAYI DENGAN MASA KEHAMILAN MULAI DARI 37 SAMPAI
EMPAT PULUH DUA MINGGU (259 SAMPAI 293 HARI)
3.
BAYI LEBIH BULAN IALAH BAYI DENGAN MASA KEHAMILAN MULAI DARI 42 MINGGU ATAU
LEBIH (294 HARI ATAU LEBIH).
DENGAN PENGERTIAN TERSEBUT, MAKA BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR
RENDAH DAPAT DIPAKAI 2 GOLONGAN :
A.
B.
MATURITAS BAYI YANG LAHIR DENGAN BERAT BADAN KURANG DARI BERAT BADAN
SEHARUSNYA UNTUK KEHAMILAN ITU ATAU BIASA DISEBUT NEONATUS KURANG BULAN
SESUAI UNTUK MASA KEHAMILAN (NKB- SMK). BERARTI BAYI MENGALAMI GANGGUAN
INTRA UTERINE DAN MERUPAKAN BAYI YANG KECIL MASA KEHAMILAN (KMK)
BERKAITAN DENGAN PENANGANAN DAN HARAPAN HIDUPONYA, BAYI BERAT
LAHIR RENDAH DIBEDAKAN DALAM 3 KELOMPOK :
A.
B.
C.
BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) , BERAT LAHIR 1500 2500 GRAM.
BAYI BERAT LAHIR SANGAT RENDAH (BBLSR), BERT LAHIR 1000 1500 GRAM (<1500
GRAM)
BAYI BERAT LAHIR EKSTRIM RENDAH (BBLER), BERAT LAHIR <1000 GRAM.
BAYI BERAT LAHIR RENDAH DIPENGARUHI DARI BEBERAPA FAKTOR :
1.
2.
3.
4.
5.
MATERI III
CARA-CARA PENDEKATAN SOSIAL BUDAYA
DALAM PRAKTEK KEBIDANAN
2.
Agama memberikan dorongan batin dan moral yang mendasar dan melandasi citacita dan perilaku manusia dalam menjalani kehidupan yang bermanfaat baik bagi
dirinya, keluarga, masyarakat serta bangsa.
3.
Agama mengharuskan umat manusia untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa dalam segala aktivitasnya
4.
dengan
ajarannya.
Berbagai aspek agama dalam memberikan pelayanan kesehatan terdiri dari upayaupaya pelayanan kesehatan yang ditinjau dari segi agama, diantaranya :
a.
Ada beberapa langkah yang dapat memberikan tuntunan bagi umat manusia untuk
memelihara kesehatan yang dianjurkan oleh agama antara lain :
1.
2.
3.
Berolah raga
4.