Anda di halaman 1dari 66

PEMERIKSAAN KOGNITIF TEST YOUR MEMORY (TYM) SEBAGAI

DETEKSI DINI PENYAKIT ALZHEIMER DITINJAU


DARI KEDOKTERAN DAN ISLAM

Oleh :
RAMACIL AFSAN AWANG NOTOPRAWIRO
1102009235

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Dokter Muslim
pada

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI


JAKARTA
APRIL 2013

ABSTRAK
PEMERIKSAAN KOGNITIF TEST YOUR MEMORY (TYM) SEBAGAI
DETEKSI DINI PENYAKIT ALZHEIMER DITINJAU DARI KEDOKTERAN
DAN ISLAM

Penyakit Alzheimer merupakan penyakit neurodegeneratif otak yang sering terjadi dan merupakan
bentuk paling umum dari demensia. Prevalensi penyakit ini terus meningkat setiap tahunnya
khususnya di negara dengan angka harapan hidup yang tinggi diatas 60 tahun. Oleh karena itu
dibutuhkan pemeriksaan yang secara cepat dan akurat yang dapat secara praktis digunakan oleh
dokter. Salah pemeriksaan yang dapat mendiagnosis penyakit ini ialah pemeriksaan kognitif
(cognitive assessment). Pemeriksaan kognitif dapat digunakan untuk menilai fungsi kognitif yang
merupakan gangguan utama pada penyakit ini. Pemeriksaan kognitif yang saat ini dikenal adalah
pemeriksaan MMSE, ACE, dan TYM. Test Yor Memory (TYM) merupakan pemeriksaan kognitif
terkini yang digunakan dalam mendeteksi penyakit Alzheimer karena memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan dengan pemeriksaan kognitif lainnya. Pemeriksaan ini dapat menilai beberapa domain
kognitif seperti memori, bahasa, kemampuan visuopatial, dan fungsi eksekutif. Pemeriksaan yang
digunakan selain praktis dan cepat juga harus sesuai dengan syariat dan ajaran agama Islam. Islam
sangat menekankan keutamaan dalam memelihara akal, dimana akal itu merupakan rahmat Allah yang
luar biasa kepada manusia yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Hukum Islam
terhadap terhadap pemeriksaan ini adalah boleh dilakukan berdasarkan asas manfaat, halal, dan
mencegah dari mudharat. Menurut hukum Islam, asal atas sesuatu yang membahayakan adalah
dilarang dan yang bermanfaat boleh (ibadah), serta bahwa segala sesuatu yang datang dari Allah SWT
adalah halal dan mubah. TYM merupakan pemeriksaan yang sensitif dan spesifik dalam mendeteksi
penyakit Alzheimer atau gangguan kognitif ringan.
Kata kunci : Pemeriksaan kognitif, Alzheimer, dan Test your memory

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Komisi Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.

Jakarta, April 2013

Penguji Bidang Medik

Penguji Bidang Agama

dr.Ida Ratna Nurhidayati, SpS

Dr.H.Zuhroni, M.Ag

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, serta shalawat serta salam tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, dan para sahabat serta pengikutnya hingga akhir
zaman. Karena atas rahmat dan ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul PEMERIKSAAN KOGNITIF TEST YOUR MEMORY (TYM)
SEBAGAI DETEKSI DINI PENYAKIT ALZHEIMER DITINJAU DARI
KEDOKTERAN DAN ISLAM sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan
gelar profesi Dokter Muslim di Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
Berbagai kendala yang telah dihadapi penulis hingga skripsi ini selesai tidak
terlepas dari bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Atas bantuan yang telah
diberikan, baik moril maupun materil, maka selanjutnya penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1.

Prof. Dr. Hj. Qomariyah, MS, PKK, AIFM selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas YARSI Jakarta.

2.

Dr.Wan Nedra, SpA selaku Wakil Dekan I bidang kemahasiswaan yang telah
memberikan semangat dan motivasi dalam pembuatan skripsi ini.

3.

Dr. Ida Ratna Nurhayati, SpS selaku dosen Pebimbing Akademik yang telah
banyak memberikan motivasi, inspirasi, bimbingan, ilmu, dan masukan kepada
penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

4.

Dr.H Zuhroni, M.Ag selaku dosen Pembimbing Agama Islam yang telah
banyak memberikan bimbingan, nasihat, serta masukan kepada penulis.

5.

Dr.H. Kusmardi, SpPD selaku pembimbing akademik, yang telah banyak


memberikan semangat, motivasi, saran dan nasihat kepada penulis selama
mengenyam masa pendidikan sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas
YARSI.

6.

Dosen-dosen pengajar Fakultas Kedokteran Universitas YARSI Jakarta atas ilmu


pengetahuan serta bimbingannya yang telah diberikan kepada penulis.

7.

Kedua orang tua tercinta, ayahanda Awang Notoprawiro dan ibunda Siti
Nuraini Soegito atas segala doa, kasih sayang, perhatian, semangat, nasihat
serta segala dukungan yang telah diberikan kepada penulis, baik berupa moril
maupun materiil.

8.

Kakak dan adik-adik tersayang, Redha Aynin, Riamsard Aldin, dan Rilla
Asmadhani atas segala dukungan dan semangat yang diberikan.

9.

Sahabat-sahabat tercinta Nuraini Hanifiah, Adhit Wicaksono, Aditya


Tirtakusuma, Aldi Fauzan, Bassam Alkatiri, Farhana Oktoriana, Hutomo
Rezky, Inneke, Michel, Mochamad Zulfar, Mohammad Rizki, Muamar,
Norman, Radi, Reza Akbar, Ricky, Topo, Wemdi Priya, dan Wisnu
Penangsang yang selalu menyediakan waktu untuk berbagi cerita dan keceriaan.
Terima kasih untuk selalu ada disaat penulis sedang jenuh dalam membuat
skripsi.

10. Staf dan karyawan Universitas YARSI Jakarta atas bantuan yang telah diberikan
kepada penulis.

11. Teman-teman seperjuangan skripsi Andi, Shirin, Akhmad, Lili, calon sejawat
angkatan 2009 khususnya Reza Ervanda, Yudith Aisyah dan anggota Kosmo
khususnya Tri Wahyu dan Harry Yurianda Fiba, yang senantiasa memberikan
semangat dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
12. Para junior dan senior serta rekan-rekan mahasiswa Universitas YARSI Jakarta
yang namanya tidak dapat ditulis satu per satu, yang sudah memberikan
dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini, kesalahan
dan kekurangan tidak dapat dihindari, baik dari segi materi maupun tata bahasa yang
disajikan. Untuk itu penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan kekhilafan
yang dibuat. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan
pembaca dalam memberikan sumbang pikir dan perkembangan ilmu pengetahuan di
dunia kedokteran. Kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan demi
memperoleh hasil yang lebih baik di dalam penyempurnaan skripsi ini.
Akhir kata, dengan mengucapkan Alhamdulillah, semoga Allah SWT selalu
merahmati kita semua.

Jakarta, April 2013

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................................i
ABSTRAK ..ii
LEMBAR PERSETUJUAN.....iii
KATA PENGANTAR.......iv
DAFTAR ISI......vi
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL.........ix
BAB I

PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1.

Latar Belakang..1

1.2.

Permasalahan3

1.3.

Tujuan...4
1.3.1. Tujuan Umum......4
1.3.2. Tujuan Khusus.4

1.4.
BAB II

Manfaat....4

PEMERIKSAAN KOGNITIF TEST YOUR MEMORY (TYM)


SEBAGAI

DETEKSI

DINI

PENYAKIT

ALZHEIMER

DITINJAU DARI KEDOKTERAN..................................................6


2.1

Penyakit Alzheimer...................................................................6

2.2

Pemeriksaan Kognitif Test Your Memory (TYM) sebagai


Deteksi Dini Penyakit Alzheimer ...........................................10

2.3

Perbandingan pemeriksaan TYM dengan pemeriksaan kognitif


lainnya.................................16

2.3.1

Perbandingan pemeriksaan TYM dengan pemeriksaan


MMSE.........................................................................16

2.3.2

Perbandingan pemeriksaan TYM dengan pemeriksaan


Addenbrookes Cognitive examination (ACE)...........20

BAB III

PEMERIKSAAN KOGNITIF TEST YOUR MEMORY (TYM)


SEBAGAI

DETEKSI

DINI

PENYAKIT

ALZHEIMER

DITINJAU DARI AGAMA ISLAM................................................23


3.1

Menjaga Kesehatan Jiwa Menurut Syariat Islam...........23

3.2

Larangan Merusak Akal dan Jiwa Menurut Syariat Islam.28

3.3

Pandangan Islam Mengenai Pemeriksaan Kognitif Test Your


Memory

(TYM)

Sebagai

Deteksi

Dini

Penyakit

Alzheimer............................................................................32
BAB IV

KAITAN

PANDANGAN

TERHADAP

KEDOKTERAN

PEMERIKSAAN

MEMORY (TYM) SEBAGAI

KOGNITIF

DAN
TEST

ISLAM
YOUR

DETEKSI DINI PENYAKIT

ALZHEIMER35
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................38


5.1 Kesimpulan..38
5.2 Saran.....39

DAFTAR PUSTAKA....41
LAMPIRAN.......45

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

Gambar 1. Patofisiologi penyakit Alzheimer...............................................................7


Gambar 2. Gambar 2 MRI dan CT pada pasien normal, MCI, dan penderita
Alzheimer................................................................................................8
Gambar 3. Klasifikasi memori...................................................................................13
Tabel 1.

Terapi farmakologi penyakit Alzheimer....................................................9

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penyakit Alzheimer merupakan penyakit otak yang bersifat degeneratif
dan progresif, di mana penyakit ini merupakan penyebab paling sering dari
demensia (Purba, 2006). Lebih dari 5 juta orang di Amerika dan 17 juta orang
diseluruh dunia menderita penyakit ini dan diperkirakan pada tahun 2050 angka
ini akan meningkat menjadi 11-16 juta di wilayah Amerika (Salloway & Correia,
2009). Penderita penyakit Alzheimer pada umumnya ditemukan pada usia lanjut
namun bisa juga ditemukan pada usia muda (Purba, 2006). Peningkatan kejadian
tahunan pada penyakit Alzheimer yaitu 1% pada rentang usia 60-70 tahun dan
6-8% pada usia 85 tahun ke atas. Di negara-negara dimana kelangsungan hidup
sampai usia 80 tahun atau lebih masih tinggi, didapatkan proporsi orang dengan
penyakit Alzheimer mencapai 30% dan diperkirakan akan terus meningkat
secara substansial (Mayeux, 2010).
Secara epidemiologi semakin meningkatnya usia harapan hidup maka
jumlah penderita demensia dan penyakit Alzheimer akan terus meningkat
(Japardi, 2002). Peningkatan prevalensi dari penyakit ini harus dicegah, salah
satu caranya adalah dengan memperhatikan gejala klinis yang muncul (Purba,
2006). Gejala yang muncul pada penderita penyakit Alzheimer berupa gangguan
kognitif yang mencakup dua atau lebih domain, seperti memori, bahasa,
perhitungan, orientasi, dan penilaian (Kawas, 2003).

Banyak tes kognitif yang tersedia dan dapat digunakan untuk


mendiagnosis Alzheimer, tetapi tidak semua memenuhi persyaratan penting
dalam diagnosis dini Alzheimer, yaitu waktu pemeriksaan yang minimal, tes
yang rasional terhadap fungsi kognitif, dan sensitif terhadap Alzheimer ringan.
Untuk itu pada tahun 2007, seorang neurolog asal Cambridge merancang sebuah
pemeriksaan kognitif yaitu TYM (Test Your Memory) untuk digunakam dalam
mendeteksi dini penyakit Alzheimer yang telah memenuhi persyaratan tersebut,
di mana secara keseluruhan test ini membutuhkan waktu yang minimal dalam
pengujian dan memungkinkan pasien untuk mengisi tes sendiri (Brown, et al,
2009).
Dalam perspektif Islam akal dan pikiran mendapat kedudukan yang
tinggi. Ada beberapa sebutan yang digunakan untuk menggambarkan akal dan
pikiran dalam Islam seperti ulu al-bab (orang-orang yang berpikir); ulu alabsar (orang-orang yang melihat dengan akalnya); ulu al-ilm (orang yang
mengetahui) (May, 2010). Otak manusia tidak hanya dipersiapkan untuk
beriman dan beribadah kepada Allah SWT, tetapi juga dipersiapkan untuk
melindungi keberadaan dirinya dari bahaya yang mungkin menyerangnya
(penyakit). Salah satu penyakit yang dapat mengganggu akal dan proses berpikir
adalah penyakit Alzheimer, dimana salah satu gangguan yang ditimbulkan ialah
gangguan fungsi intelektual khususnya gangguan memori atau daya ingat
(Elzaky, 2011).

Aku pernah berada di samping Rasulullah, lalu datanglah serombongan Arab


dusun. Mereka bertanya, Wahai Rasulullah, bolehkah kami berobat? Beliau
menjawab: Iya, wahai para hamba Allah, berobatlah. Sebab Allah tidaklah
meletakkan sebuah penyakit melainkan meletakkan pula obatnya, kecuali satu
penyakit. Mereka bertanya: Penyakit apa itu? Beliau menjawab: Penyakit
tua (pikun). (HR. Ahmad, Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, Abu Dawud,
Ibnu Majah, dan At-Tirmidzi) (Adib,2012).
Pentingnya menjaga kesehatan jiwa dan larangan merusak akal dalam
agama Islam, menjadikan syariat Islam dapat ditegakkan. Syariat Islam hanya
dapat ditegakkan bagi orang yang berakal dan berjiwa sehat karena ia mampu
berfikir, menelaah, dan menganalisa, mana yang baik dan mana yang benar (Nur,
2012). Pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi penyakit Alzheimer harus
sesuai dengan syariat dan memperhatikan halal dan haramnya bahan serta cara
pemeriksaan (Zuhroni, 2010).
Mengingat dampak penyakit Alzheimer terhadap kehidupan manusia
khususnya dalam fungsi intelektual dan pemeriksaan TYM yang secara cepat
dan sensitif dapat digunakan untuk mendeteksi penyakit Alzheimer, maka
penulis merasa perlu untuk membahas lebih lanjut mengenai Pemeriksaan
Kognitif TYM Sebagai Diagnosis Dini Alzheimer Ditinjau dari Kedokteran dan
Islam.

1.2. Permasalahan
a. Bagaimanakah pemeriksaan kognitif Test Your Memory (TYM) dalam
mendeteksi penyakit Alzheimer ditinjau dari kedokteran ?

b. Bagaimanakah pemeriksaan kognitif Test Your Memory (TYM) dalam


mendeteksi penyakit Alzheimer ditinjau dari pandangan Islam ?

1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami pemeriksaan kognitif Test Your Memory
(TYM) sebagai deteksi

dini penyakit Alzheimer ditinjau dari

kedokteran dan Islam.


1.3.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami tentang pemeriksaan kognitif Test Your
Memory (TYM) untuk deteksi dini penyakit Alzheimer dintinjau dari
kedokteran.
b. Mengetahui dan memahami tentang pemeriksaan kognitif Test Your
Memory (TYM) untuk deteksi dini penyakit Alzheimer dintinjau dari
pandangan Islam.

1.4. Manfaat
a. Bagi Penulis

Penulisan skripsi dapat memenuhi persyaratan kelulusan sebagai mahasiswa


Fakultas Kedokteran Universitas YARSI dan belajar mengenai pembuatan
karya tulis ilmiah yang baik dan benar, dan diharapkan dapat menambah
pengetahuan mengenai pemeriksaan kognitif Test Your Memory (TYM)
untuk deteksi dini penyakit Alzheimer ditinjau dari kedokteran dan Islam.

b. Bagi Fakultas Kedokteran Universitas YARSI

Penulisan skripsi ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta


menjadi sumber kepustakaan bagi civitas akademika khususnya mengenai
pemeriksaan kognitif Test Your Memory (TYM) untuk deteksi dini penyakit
Alzheimer ditinjau dari kedokteran dan Islam.
c. Bagi Masyarakat
Penulisan skripsi ini dapat menambah pengetahuan masyarakat sehingga
dapat lebih memahami mengenai penyakit Alzheimer dan mensosialisasikan
pemeriksaan kognitif Test Your Memory (TYM) untuk deteksi dini penyakit
Alzheimer ditinjau dari kedokteran dan Islam.

BAB II
PEMERIKSAAN KOGNITIF TEST YOUR MEMORY (TYM) SEBAGAI
DETEKSI DINI PENYAKIT ALZHEIMER DITINJAU DARI KEDOKTERAN

4.1 Penyakit Alzheimer


Penyakit Alzheimer pertama kali ditemukan pada tahun 1906 oleh Alois
Alzheimer, seorang neurolog dan psikiater Jerman (Purba, 2006). Alzheimer
sendiri merupakan bentuk paling umum dari demensia, sebagai akibat
degenerasi neuron yang terjadi secara progresif (Gilroy,2000). Sampai sekarang
belum diketahui dengan pasti etiologi penyakit Alzheimer (Salloway dan
Correia, 2009). Namun, beberapa peneliti memberikan teori kemungkinan
sebagai penyebab dan faktor resiko terhadap penyakit ini atas dasar kelainan
yang ditemukan, diantaranya (1) Faktor umur, hal ini dikaitkan dengan proses
penuaan (aging) (2) Faktor hormonal, yaitu hormon- tiroid (TSH), insulin, serta
hormon estrogen dan testosteron (Carrillo et al, 2009) (3) Faktor genetik,
autoimun dan inflamasi, radikal bebas, trauma kapitis, serta stres yang
berlebihan (psychological distress) (Mayeux, 2010 ; Geyer, James D, et al,
2002).
Sejumlah tanda-tanda patologis penyakit Alzheimer ditemukan sangat
spesifik baik di tingkat makro anatomik maupun seluler. Secara makroskopik
ditemukan

atrofi

pada

daerah-daerah

tertentu

di

otak

seperti

regio

temporoparietal dengan pelebaran sulkus dan menipisnya girus yang tidak


ditemukan pada kontrol dengan umur yang sama. Secara mikroskopik ditemukan
kelainan histopatologis yang sangat spesifik di korteks serebrum antara lain

berupa NFT (neurofibrillary tangles) dan SP (senile plaques). NFT merupakan


petanda patologik dalam penyakit Alzheimer (Querfurth,Henry.W and Frank M.
LaFerla, 2010).

Hipometilasi DNA menyeluruh, hipermetilasi yang menyimpang, penurunan metilasi, modifikasi


kromatin

Proses Amiloid
APP
BACE
-sekretase
PSEN1,2,NCSTN

-sekretase

Penuaan
Stres oksidatif

Proses Tau
MAPT
Protein Tau

Gangguan
homeostasis kalsium

A
NEP
Degradasi
Plak
Neuritik
Fibril A larut

Penurunan kapasitas
perbaikan DNA

Hiperfosforilasi
Neurofibrillary
Tangle

Ketidakstabilan
kromosom

Disfungsi sinaps
dan neuron

Kerusakan
DNA
Gangguan

keutuhan sinaps
dan neuron
Hilangnya
sinaps dan
neuron

Demensia

Patofisiologi AD ditandai dengan interaksi yang kompleks antara faktor-faktor yang terlibat dalam penuaan,
proses menyimpang dari prekursor protein amiloid dan tau. APP = Prekursor Protein Amiloid, Ab = betaamiloid, BACE = Bagain Beta Pembelah Enzim APP 1. PS1 = Presenilin-1. PS2 =Ppresenilin-2. NCSTN =
Nikastrin, NEP = Neprilisin. MAPT = Mikrotubulus terkait protein tau . Gen yang terbukti berperan
pada regulasi epigenetik dari ekspresi gen yang digambarkan dalam huruf miring dan garis bawah.

Gambar 1. Patofisiologi Penyakit Alzheimer (dikutip dari :L. Chouliaras et al. /


Progress in Neurobiology 90 (2010) 498510).
Gejala yang dominan seringkali mencerminkan kepribadian premorbid
(prasakit) pasien. Tanda fokal, termasuk afasia (gangguan berbahasa), anomia,

agnosia, apraksia, disleksia, diskalkulia, disgrafia, dapat berkembang setiap


saat. Selain itu juga ditemukan adanya kehilangan memori jangka pendek serta
kejang, dimana biasanya kejang terjadi pada sekitar 10% pasien Alzheimer
(Gilroy, 2000; Geyer, James D, Janice M.Keating, and Daniel C.Potts, 2002).
Penegakan diagnosis Alzheimer dapat menggunakan kriteria DSM IV
(Lampiran 1) karena secara nyata dapat mendiagnosis tipe demensia Alzheimer
(Geyer, James D, Janice M.Keating, and Daniel C.Potts, 2002). Pemeriksaan
dengan computer-tomography (CT), electroencephalography (EEG), dapat
digunakan untuk mengetahui etiologi penyakit Alzheiemer (Purba, 2006).

Gambaran bentuk hipokampus dan atrofi progresif dari kondisi normal (Panel A) ke gangguan
kognitif ringan atau mild cognitive impairment (Panel B) dan penyakit Alzheimer (Panel C).

Gambar 2 MRI dan CT pada pasien normal, MCI, dan penderita Alzheimer
(sumber: Peterson, Ronald C. 2011. Mild Cognitive Impairment. The New
England Journal of Medicine. 364:2227-34, pp.2230-2231).
Menilai

penurunan

kemampuan

kognitif

dapat

digunakan

The

Alzheimers Disease Assesment Scale-cognitive Subscale (ADAS-cog), MiniMental State Examination (MMSE), dan Test Your Memory (TYM).
Penggunaan metode pencitraan seperti Positron Emission Tomography (PET),
Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT), dan pemeriksaan
genetik

dapat

digunakan

dalam

mendiagnosis

penyakit

Alzheimer

(Purba,2006).
Penanggulangan penyakit Alzheimer membutuhkan penanganan secara
komprehensif mencakup terapi farmakologik dan non-farmakologik (Purba,
2006).

Cholinesterase

galantamin)

dan

inhibitor

antagonis

(tacrine, donepezil,

reseptor

rivastigmin,

N-methyl-D-aspartate

dan

merupakan

penatalaksanaan farmakologi untuk penyakit Alzheimer yang telah disetujui


oleh Lembaga Administrasi Makanan dan Obat (Mayeux, 2010).
Dosis awal

Rekomendasi
dosis akhir

Efek samping

Tacrine
(Cognex)

4x 10 mg/hari selama 4
minggu; dosis
ditingkatkan 10 mg
setiap 4 minggu

4x 20-40 mg/hari

Peningkatan
aminotransferase,
nausea, muntah

Donepezil
(Aricept)

5 mg/hari selama 4-6


minggu; dosis
meningkat menjadi 10
mg tiap hari

10 mg/hari

Nausea, diare,
insomnia, muntah

Rivastigmin
(Axelon)

2x 15 mg/hari (dengan
makanan); dosis
ditingkatkan sebesar
1,5 mg setiap 2 minggu

2x 3-6 mg/hari
(dengan makanan)

Nausea, diare, muntah,


penurunana berat badan

2x 8-12 mg/hari
(dengan makanan)

Nausea, muntah,
penurunan berat badan

Nama Obat

Galantamin
(Reminyl)

2x 4mg/hari (dengan
makanan); dosis
ditingkatkan sebesar

4mg setiap 4 minggu

Tabel 1 Terapi farmakologi penyakit Alzheimer (dikutip dari: Kawas,


Claudia.H. 2003. Early Alzheimers Disease. The New England Journal of
Medicine, 349 (11), pp.1059).

Selain kedua golongan obat di atas, dapat juga menggunakan terapi hormonal,
obat-obat anti inflamasi non-steroid (OAINS), dan anti oksidan seperti vitamin
C, vitamin E, dan glutation yang dapat mereduksi kerusakan neuron
(Purba,2006). Terapi non farmakologik juga dibutuhkan dalam perawatan
penyakit Alzheimer yang meliputi psikoterapi, psikoedukasi, terapi suportif,
dan terapi multikomponen (Alzheimers Association, 2012).
3.2 Pemeriksaan Kognitif Test Your Memory (TYM) Sebagai Deteksi Dini

Penyakit Alzheimer.
Pemeriksaan kognitif ialah pemeriksaan yang bertujuan untuk menilai
fungsi kognitif seseorang, dimana dapat dilakukan oleh seorang ahli jiwa,
neurolog, ataupun pakar pendidikan (psikolog). Pemeriksaan ini meliputi
beberapa domain kognitif diantaranya atensi, orientasi, bahasa, memori, fungsi
eksekutif atau fungsi luhur, praxis, kemampuan visuospatial, dan kesan umum.
Salah satu jenis metode yang digunakan menilai fungsi kognitif pada penderita
Alzheimer ialah pemeriksaan TYM (Kipps, CM dan J.R Hodges, 2005).
Pemeriksaan TYM merupakan pemeriksaan kognitif terbaru yang
dirancang untuk membantu para tenaga medis profesional dalam mendiagnosis
penyakit Alzheimer (Ross, 2010). Pemeriksaan ini ditemukan oleh Jeremy
M.Brown, seorang neurolog asal Cambridge pada tahun 2007, dan pertama kali
dipublikasikan pada tahun 2009 (Brown, 2013). TYM adalah pemeriksaan

yang terdiri atas 10 tugas yang harus dikerjakan oleh pasien pada selembar
kertas bersisi ganda. Tugas-tugasnya meliputi orientasi, kemampuan menyalin
sebuah kalimat, pengetahuan, kalkulasi, kefasihan verbal, kesamaan,
penamaan, kemampuan visuospatial, dan mengingat sebuah kalimat salinan
(Lihat lampiran 2). Kemampuan dalam mengerjakan tes ini juga mendapat
nilai. Total nilai keseluruhan dari tes ini adalah 50 poin, dimana pasien dengan
nilai 42 pada TYM dapat didiagnosis mengalami Alzheimer (Brown, et al
2009).
Secara umum penilaian kualitatif dari fungsi kognitif pada penyakit
Alzheimer dapat tergambarkan melalui beberapa domain kognitif, diantaranya
adalah atensi, bahasa, memori, kemampuan visuospatial, dan fungsi eksekutif.
Yang pertama adalah atensi, ini merupakan kemampuan untuk fokus terhadap
tugas. Tes yang paling sederhana adalah dengan meminta pasien untuk
mengurutkan angka dengan urutan terbalik (misalnya untuk mengurutkan
angka 20 sampai dengan 1, atau mengurutkan daftar bulan sampai dengan
tahun), atau meminta pasien untuk mengurangi 7 angka dari 100, dan
kemudian kurangi 7 angka dari jumlah yang tersisa. Atensi adalah dasar
persyaratan untuk mampu melakukan penilaian kognitif selanjutnya. Ketika hal
ini terganggu, hasil tes berikutnya kemungkinan akan sulit untuk ditafsirkan
(Woodford, 2007).
Domain

yang

kedua

ialah

bahasa,

yaitu

kemampuan

untuk

mengkodekan ide menjadi kata-kata atau simbol untuk berkomunikasi dengan


orang lain yang melibatkan kemampuan berbicara, memahami, membaca, dan
menulis. Gangguan pada domain kognitif ini menunjukkan adanya masalah

yang dominan pada hemisfer otak. Afasia sering dikaitkan dengan penyakit
Alzheimer, dimana pasien memiliki gangguan produksi bahasa, pemahaman
bahasa, atau keduanya termasuk kemampuan membaca dan menulis (Tang-Wai
dan Graham, 2008). Pasien akan diminta untuk mengulang sebuah frase kata
atau kalimat (misal west register street) atau bisa juga diidentifikasi dengan
meminta pasien untuk sebuah nama benda seperti sebuah jam, dan kemudian
nama komponen yang lebih kecil seperti tali, tangan, dll. Gangguan bahasa
lainnya yang dapat terlihat ialah hilangnya prosodi (kualitas ritmis dan
melodis) (Woodford, 2007).
Ketiga ialah memori, secara umum terbagi atas 2, yaitu memori jangka
panjang (long-term memory) dan memori jangka pendek (short-term memory)
(Lihat gambar 3). Memori jangka pendek dipengaruhi oleh keutuhan sistem
limbik (terutama di lobus temporal) sedangkan memori jangka panjang
dipengaruhi oleh beberapa bagian seperti lobus temporal, area Broca, korteks,
dan hipotalamus. Secara khusus memori dibagi atas 4 subtipe yaitu memori
episodik, semantik, prosedural, dan kerja/working (Woodford, 2007). Memori
episodik berfungsi untuk mengingat pengalaman pribadi seperti cerita pendek
atau pengalaman makan malam terakhir. Apabila terdapat gangguan pada
memori episodik, maka kemampuan untuk mempelajari informasi baru akan
terganggu (amnesia anterograde) (Budson, 2005).
Memori semantik ialah memori yang mengacu pada konsep dan fakta
pengetahuan, seperti warna singa atau presiden pertama Amerika Serikat.
Penurunan fungsi ini dapat dinilai apabila pasien mengalami kesulitan dalam
penamaan barang yang sebelumnya telah diketahui namanya. Pasien dengan

gangguan memori semantik ringan akan menunjukkan pengurangan kata-kata


dalam pengetahuan semantiknya, misalnya jumlah nama-nama hewan yang
dapat dihasilkan dalam satu menit. Hal ini sering dikaitkan dengan gangguan
pengetahuan semantik yaitu kemampuan yang berkenaan dalam penamaan atau
arti (Budson, 2005).

Memori
Memori jangka pendek
(memori kerja atau working
memory)

Memori jangka
panjang

Eksplisit (sadar)

Memori Episodik

Memori Semantik

Implisit (tidak sadar)

Memori Prosedural

Gambar 3 Klasifikasi Memori (Dikutip dari : Anonim. Long Term Memory.


Diunduh dari http://www.positscience.com/brain-resource).
Memori prosedural mengacu pada kemampuan untuk belajar perilaku,
kemampuan kognitif, dan algoritma. Memori ini dapat terjadi secara eksplisit
(seperti belajar mengendarai mobil dengan transmisi standar) atau implisit
(seperti belajar urutan angka pada telepon). Memori kerja ialah kombinasi
antara perhatian, konsentrasi, dan memori jangka pendek. Memori ini
memungkinkan seseorang untuk sementara waktu dapat mempertahankan dan
memanipulasi informasi yang perlu diingat, seperti mengingat nomor telepon
bagi sesorang tanpa mencatatnya (proses fonologis informasi). Gangguan

memori kerja dapat dilihat dengan cara yaitu pasien akan menunjukkan
ketidakmampuan untuk berkonsentrasi atau memperhatikan. Kesulitan
melakukan tugas baru yang melibatkan instruksi dengan banyak langkah atau
aturan (Budson, 2005).
Domain kognitif keempat ialah kemampuan visuospatial, yaitu
kemampuan yang terkait pemahaman dan konseptualisasi representasi visual
dan hubungan spasial atau ruang dalam belajar dan melakukan tugas
(Rosenzweigh, 2010). Gangguan pada domain ini biasanya disebabkan karena
adanya lesi pada kedua bagian hemisfer. Metode yang dapat digunakan untuk
mendeteksi defisit domain ini adalah dengan meminta pasien untuk menyalin
diagram atau gambar yang paling umum seperti sebuah jam (Woodford, 2007).
Domain terakhir yang berperan pada penilaian fungsi kognitif ialah
fungsi eksekutif atau fungsi luhur yang merupakan istilah untuk fungsi otak
yang lebih tinggi, terutama berasal dari lobus frontal dengan melibatkan
hubungan antara subkortikal, ganglia basalis, dan thalamus. Domain ini
memiliki beberapa peran seperti perencanaan, berpikir abstrak, dan penilaian
(judgement). Berbagai teknik penilaian dapat digunakan untuk menilai fungsi
eksekutif secara klinis. Salah satu bentuk penilaian yang sederhana adalah
dengan meminta pasien untuk menggabungkan dan mengurutkan nomor yang
tersebar di seluruh halaman ( secara berurutan 123...) ataupun dengan
menyelipkan huruf secara bergantian seperti 1 A2B3C, dst.
Sedangkan untuk penilaian berpikir abstrak dapat dilakukan dengan meminta
pasien untuk menafsirkan peribahasa ataupun dengan meminta pasien untuk
menggambarkan kesamaan dan perbedaan antar kata-kata, misalnya cinta dan

benci. Untuk penilaian dapat dilakukan dengan meminta pasien untuk membuat
daftar hewan dalam waktu 1 menit atau membuat daftar kata yang dimulai
dengan huruf tertentu (Woodford, 2007).
Secara keseluruhan, pemeriksaan TYM dapat menilai 5 domain kognitif
yang dapat digunakan untuk diagnosis penyakit Alzheimer, diantara adalah
orientasi, bahasa, memori, kemampuan visuospatial, dan fungsi eksekutif. Pada
fungsi orientasi dapat dinilai dengan meminta pasien untuk menuliskan nama,
waktu secara lengkap dimulai dari tanggal, hari, bulan, tahun, musim, dan
umur pasien. Membaca kalimat dan menyalin kalimat (tanpa mengingatnya)
merupakan penilaian fungsi bahasa. Penilaian fungsi memori dapat diuji
dengan menanyakan tentang siapa presiden atau perdana menteri Amerika ?
ataupun kapan perang dunia 1 terjadi ? serta dengan meminta pasien untuk
menuliskan kembali kalimat yang telah ditulis di lembar jawaban pertama.
Kemampuan visuospatial dapat dinilai dengan meminta pasien untuk
menggambar sebuah jam lengkap sesuai dengan instruksi waktu yang
diberikan, selain untuk menilai fungsi visuospatial, tugas menggambar jam
juga merupakan penilaian terhadap fungsi eksekutif. Selain itu dapat juga
dilakukan dengan meminta pasien untuk membentuk sebuah huruf dari sebaran
lingkaran dan kubus kecil. Fungsi eksekutif dapat dinilai dengan meminta
pasien menghitung, menuliskan beberapa nama binatang yang berawal dengan
huruf tertentu seperti huruf S serta dengan meminta pasien untuk
menjelaskan tentang perbedaan antara singa dengan serigala atau persamaan
wortel dengan kentang.

Berdasarkan fokus penelitian yang dilakukan oleh Brown dan rekan-rekan


kepada 94 pasien Alzheimer dengan rata-rata usia sekitar 69 tahun, ditemukan
adanya korelasi yang kuat dan signifikan antara semua nilai TYM terkait
dengan kemampuan kognitif pasien Alzheimer. Pasien dengan penyakit
Alzheimer secara khusus memiliki gangguan pada memori anterograde yang
berperan pada penyimpanan informasi baru. Selain itu hasil yang buruk juga
didapat pada pengetahuan, kefasihan verbal, kemampuan visuospatial, dan
fungsi eksekutif. Pemeriksaan TYM ini memiliki spesifisitas dan sensitivitas
yang baik dalam mendeteksi dini Alzheimer (Brown,et al, 2009).
Spesifisitas TYM yaitu sekitar 93% dan sensitivitasnya mencapai 86%
dalam mendeteksi penyakit Alzheimer. Skor beberapa subjek perbandingan
pada subset pemeriksaan TYM menunjukkan penurunan yang signifikan pada
pasien dengan penyakit Alzheimer dibandingkan dengan orang normal
(kontrol), kecuali pada bagian menyalin kalimat tidak ditemukan perbedaan
yang signifikan antara penderita Alzheimer dan kontrol. Hal ini membuktikan
bahwa uji TYM dapat dijadikan alternatif dalam mendiagnosis penyakit Alzheimer,

karena pemeriksaan ini mudah untuk dikontrol dan memungkinkan penegakkan


diagnosis yang akurat (Brown,et al, 2009).

2.3

Perbandingan Pemeriksaan TYM dengan Pemeriksaan Kognitif Lainnya

2.3.1 Perbandingan Pemeriksaan TYM dengan pemeriksaan MMSE


Pemeriksaan MMSE (Mini Mental State Examination) merupakan jenis
pemeriksaan kognitif yang lebih dahulu digunakan dalam mendiagnosis
penyakit Alzheimer. Pemeriksaan MMSE merupakan pemeriksaan kognitif

standar yang sudah digunakan selama 30 tahun. Pemeriksaan ini pertama kali
diperkenalkan pada tahun 1975 oleh Folstein et al. Dalam praktik klinis
penggunaan utama MMSE adalah untuk membantu para dokter dalam
mendiagnosis gangguan fungsi kognitif khususnya dementia dan delirium
(Larner, 2012).
Pemeriksaan ini terdiri atas 11 pertanyaan dan mencakup beberapa
domain kognitif, yaitu orientasi, registrasi, perhatian atau kalkulasi, ingatan,
bahasa (penamaan, pemahaman, pengulangan, menulis), dan kemampuan
visuospatial. Nilai keseluruhan dari pemeriksaan ini antara 0 (ada gangguan)30 (normal), dimana dengan nilai pemeriksaan 24 atau 27 pasien dianggap
memiliki gangguan kognitif. (Lihat Lampiran 3) ( Mitchell, 2013; Ridha and
Rossor, 2005). Pemeriksaan ini memiliki beberapa kekuatan salah satunya
adalah nilai pada pemeriksaan ini cukup dipahami dengan baik oleh tenaga
kesehatan sehingga sangat aplikatif (Larner, 2012). Di samping memiliki
keuntungan, pemeriksaan ini juga memiliki kelemahan. MMSE tidak dapat
memenuhi salah satu dari 3 persyaratan tes skrining singkat penyakit
Alzheimer untuk non spesialis yang mencakup waktu pemeriksaan yang
singkat,

pengujian berbagai domain kognitif (atensi, memori, bahasa,

kemampuan visuospatial, dan fungsi), dan sensitifitas terhadap deteksi


Alzheimer atau gangguan kognitif ringan (Brown,et al, 2009).
Pemeriksaan MMSE membutuhkan alokasi waktu pemeriksaan yang
lebih lama dibandingkan TYM yaitu sekitar 8 menit. Banyak dokter dapat
menyelesaikan pemeriksaan ini dalam jangka waktu tersebut, tetapi
kebanyakan dokter di Eropa membutuhkan tambahan waktu hingga 10 menit

untuk konsultasi dengan pasien. Sekitar 58% dokter praktik di Rumah Sakit
berpikir bahwa pengelolaan pemeriksaan MMSE membutuhkan waktu yang
cukup lama dan dianggap kurang efisien sebagai metode untuk menegakkan
diagnosis penyakit Alzheimer (Brown,et al, 2009).
Pemeriksaan MMSE telah mencakup domain kognitif yang berbeda,
tetapi memiliki bias terhadap domain parietal dan fungsi lobus temporal,
dimana domain ini berfungsi sebagai uji orientasi. Pemeriksaan ini memiliki
keterbatasan dalam menilai fungsi eksekutif dan visuospatial, dimana pada
tugas pentagon pasien hanya diminta untuk menyalin gambar, dan tidak
menilai perencanaan keterampilan (skill). Hal ini berbeda dengan salah satu
tugas pada TYM dimana pasien akan diminta untuk menggambarkan jam
lengkap dengan waktu yang telah disesuaikan dengan instruksi. Selain itu tes
bahasa dan memori pada pemeriksaan ini dirasa terlalu mudah dan hanya
terdapat satu poin penilaian untuk tugas visuospatial (Brown,et al, 2009).
Pemeriksaan MMSE memiliki rentang nilai yang kecil, dimana kisaran
nilainya hanya berkisar antara 14-30 poin sehingga kurang begitu sensitif
dalam menilai gangguan kognitif ringan. Nilai pada pemeriksaan MMSE pun
juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia, lokasi pemeriksaan, dan
tingkat pendidikan sedangkan pemeriksaan TYM tidak dipengaruhi oleh
faktor- faktor di atas (Ridha dan Rossor, 2005). Kelemahan-kelemahan inilah
yang menjadi masalah utama, dimana uji ini dianggap tidak sensitif dalam
diagnosis Alzheimer ringan. Pemeriksaan ini lebih spesifik dan sensitif dalam
mendeteksi demensia sedang sampai berat dibandingkan dengan gangguan

kognitif ringan yang berkaitan dengan disfungsi eksekutif frontal (Brown,et al,
2009; Ridha dan Rossor, 2005).
Pemeriksaan TYM sebagai pemeriksaan kognitif yang terkini dianggap
telah memenuhi 3 persyaratan pemeriksaan tersebut dibandingkan dengan
MMSE, yakni waktu pemeriksaan yang singkat, pengujian berbagai domain
kognitif, dan sensitif terhadap penyakit Alzheimer atau gangguan kognitif
ringan. Pertama, seorang pasien dapat melakukan test ini di ruang tunggu
dengan diawasi oleh seorang supervisi, perawat, atau resepsionis, dimana hasil
dari pemeriksaan ini dapat dianalisa dalam kurun waktu 2 menit. Kedua,
pemeriksaan TYM menilai domain kognitif lebih baik daripada pemeriksaan
MMSE, dengan bias yang kurang terhadap fungsi bahasa pada Hemisfer
(Brown,et al, 2009).
Tes bahasa dan memori pada pemeriksaan ini memiliki tingkat kesulitan
yang lebih jika dibandingkan dengan MMSE. Pada pemeriksaan TYM terdapat
dua tugas visuospatial, dimana tes ini berperan penting dalam membedakan
penyakit Alzheimer dari sindrom amnestik murni. Ketiga, pemeriksaan ini
memiliki sensitifitas yang tinggi dalam mendeteksi Alzheimer. Dalam
penelitian Brown, et al TYM dapat mendeteksi 93% kasus Alzheimer
dibandingkan dengan pemeriksaan MMSE yang hanya dapat mendeteksi
sebesar 52% dari kasus Alzheimer (Brown,et al, 2009).
Seperti halnya pemeriksaan kognitif yang lain, selain memiliki
keunggulan tentunya TYM juga memiliki kekurangan. Kekurangan dari
pemeriksaan ini jika dibandingkan dengan pemeriksaan MMSE ialah bawah
TYM tidak menilai domain atensi. Akan tetapi walaupun tidak menilai domain

kognitif tersebut, pemeriksaan ini menilai kemampuan bahasa, memori, dan


visuospatial yang lebih baik dibandingkan dengan MMSE (Brown, et al, 2009).

2.3.2 Perbandingan pemeriksaan TYM dengan Addenbrookes Cognitive


Examination (ACE)
Pemeriksaan kognitif Addenbrooke merupakan salah satu pemeriksaan
yang spesifik dan sensitif dalam menegakkan diagnosis Alzheimer.
Pemeriksaan ini pertama kali diperkenalkan oleh P.S Mathuranath seorang
dokter asal India pada tahun 2000 (Yoshida, et al, 2011). Pemeriksaan ini
terdiri atas 6 komponen untuk mengevaluasi domain kognitif secara terpisah
yang meliputi orientasi, perhatian, memori, kefasihan verbal, bahasa, dan
kemampuan visuospatial (Lihat lampiran 4). Nilai keseluruhan untuk
pemeriksaan ini adalah 100 poin, dengan nilai untuk diagnosis alzheimer
adalah 83 poin (Mathuranath, 2000).
Pada pemeriksaan ACE, komponen orientasi dan perhatian memiliki
sistem penilaian dan bentuk pertanyaan yang sama seperti MMSE. Pasien akan
diminta

untuk menuliskan secara berurutan mulai dari tahun, bulan, hari,

tanggal, dan waktu pada kolom orientasi, atau menuliskan 3 objek yang ada di
sekitar tempat pemeriksaan lalu mengulang nama objek yang dituliskan.
Komponen memori digunakan untuk mengevaluasi memori episodik dan
semantik. Pertanyaan paling sederhana yaitu menulis ulang kata yang sudah
disebutkan pada komponen orientasi, terdapat pula pertanyaan mengenai nama
dan alamat yang harus diingat oleh pasien, serta pertanyaan yang mencakup
mengenai fakta ataupun sejarah (Mathuranath, 2000).

Komponen berikutnya ialah komponen bahasa yang meliputi penamaan


12 gambar, pemahaman, kata dan kalimat berulang, membaca kata teratur dan
tidak teratur, serta menulis. Kemampuan visuospatial diuji dengan menyalin
pentagon (sama seperti pada MMSE) tetapi ditambahkan dengan sebuah kubus
kawat dan menggambar jam (sama seperti pada TYM), serta menghitung titik.
Komponen terakhir ialah kefasihan verbal (fluency), pasien akan diminta untuk
menulis kata sesuai dengan huruf awal yang telah ditentukan, contohnya kata
yang dimulai dengan huruf C atau P. Nilai untuk masing-masing domain dapat
dihitung secara terpisah dengan total keseluruhan yaitu 100 poin. Pengerjaan
test ini dapat dilakukan dalam waktu 15-20 menit (Mathuranath, 2000).
Pemeriksaan

Addenbrooke

memiliki

beberapa

kekuatan

dalam

mendeteksi dini penyakit Alzheimer. Pemeriksaan ini memiliki cakupan


domain kognitif yang lebih luas dan tidak bias, seperti konsep memori, bahasa
dan visuospatial, serta dengan menambahkan tes kefasihan lisan. Pemeriksaan
ini sensitif terhadap penyakit Alzheimer. Sensitifitas dari pemeriksaan ini
sangat baik antara

80-90%, dikarenakan pertanyaan yang spesifik untuk

menilai beberapa domain kognitif khususnya kemampuan memori, verbal, dan


visuospatial yang merupakan tanda utama pada penyakit Alzheimer. (Brock,
2012).
Kelemahan dari pemeriksaan Addenbrooke adalah bahwa pemeriksaan
ini tidak memenuhi persyaratan waktu test untuk non spesialis, dimana
pemeriksaan ini membutuhkan waktu 20 menit untuk

pengerjaan dan

pengelolahan nilai. Secara domain, pemeriksaan ini mencakup jumlah domain


kognitif yang sama dengan TYM dan sensitif terhadap Alzheimer ringan.

Kedua tes ini memberikan catatan permanen kinerja pasien, yang dapat dinilai
dan digunakan untuk diagnosis penyakit Alzheimer (Brown,et al, 2009).

BAB III
PEMERIKSAAN KOGNITIF TEST YOUR MEMORY (TYM) SEBAGAI
DETEKSI DINI PENYAKIT ALZHEIMER DITINJAU
DARI AGAMA ISLAM

6.1

Kesehatan Jiwa Menurut Syariat Islam


Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari lima kemashlahatan yang ingin
dituju dan diciptakan dalam syariat Islam. Mashlahah, secara bahasa
merupakan lawan dari mafsadah, berarti manfaat atau suatu pekerjaan yang
mengandung manfaat. Imam al-Ghazali mengemukakan definisi mashlahah
adalah mengambil manfaat dan menolak kemudharatan dalam rangka
memelihara tujuan-tujuan syarak. Lima kemashlahatan tersebut dikenal sebagai
Mawashid Al- Syariah. Imam al-Syathibi menyebutkan lima kemashlahatan
tersebut meliputi :
1. Memelihara agama (hifzh ad-Din)
2. Memelihara jiwa (hifzh al-Nafs)
3. Memelihara keturunan/kehormatan (hifzh an-Nasb)
4. Memelihara akal (hifzh al-Aql)
5. Memelihara harta (hifzh al-Mal) (Zuhroni, 2010).
Para ulama cenderung mendahulukan pemeliharaan agama sebagai
prioritas utama, berikutnya adalah menjaga jiwa, sebab dengan adanya
kehidupan maka akan diperoleh kemashlahatan agama dengan melakukan
ibadah, ibadah hanya bisa dilakukan jika jiwa seseorang dalam keadaan baik.
Urutan ketiga dan keempat adalah menjaga keturunan yang diikuti dengan

menjaga akal, sebab tanpa akal yang baik orang sama dengan binatang, berarti
tidak termasuk mukallaf (muslim yang dikenai kewajiban agama atau dibebani
melakukan apa yang telah ditetapkan syri). Urutan yang terakhir adalah
menjaga harta. (Zuhroni, 2010). Keberadaan lima kemashlahatan di atas sesuai
dengan firman Allah SWT :

Artinya : Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu
yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah
terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak
kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan
kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang
keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah
kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan
dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang diperintahkan
kepadamu supaya kamu memahami(nya). Dan janganlah kamu dekati harta
anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia
dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak
memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan

apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia


adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu
diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat. (Q.S. Al-AnAm (6): 151152).
Di dalam Al-Quran ada beberapa istilah yang dapat dikategorikan sebagai
potensi kejiwaan manusia seperti istilah nafsu, qalbu (qalb), akal (aql), dan roh
(Kholid, 2011). Roh diartikan sebagai semangat atau ciri khas sesuatu
yang hidup. Dapat diartikan sebagai faktor adanya kehidupan dan
dapat diartikan sebagai kesadaran segala apa yang telah, sedang
dan akan diperbuat (Tajudin, 2012). Roh seperti yang tercantum dalam

firman Allah SWT:

Artinya : Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah


meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya
dengan bersujud (Q.S Al-Hijr (15):29).
Akal berasal dari bahasa Arab, yaitu kata jadian Aqala Yaqilu-Aqlan,
yang secara etimologi berarti mengikat, menahan, mengerti, dan membedakan.
Dari pengertian ini kemudian dihubungkan bahwa akal adalah merupakan daya
yang terdapat dalam diri manusia yang dapat menahan atau mengikat
pemiliknya dari perbuatan buruk dan jahat (Kosasih, 2010)
Selain akal yang merupakan bagian penting dari jiwa ialah qalbu. Qalbu
berasal dari kata qalaba yang berarti berubah, berpindah, atau berbalik.
Menurut kondisinya, qalbu pada manusia terbagi menjadi 3 yaitu: (1) qalbu
yang selamat, yaitu qalbu yang terbebas dari setiap syahwat, keinginan yang
bertentangan dengan perintah Allah dan dari setiap shubhat, ketidakjelasan

yang menyeleweng dari kebenaran; (2) qalbu yang mati, adalah qalbu yang
tidak mengenal siapa Rabbnya. Ia tidak beribadah kepadanya, enggan
menjalankan perintah-Nya atau menghadirkan sesuatu yang dicintai dan
diridhai-Nya; (3) qalbu yang sakit, adalah qalbu

yang hidup namun

mengandung penyakit. Ia akan cenderung mengikuti unsur yang kuat, apakah


pada keimanannya atau cenderung kepada syahwat (Kania, 2012).
Qalbu sebenarnya dapat berfungsi untuk mengendalikan keputusankeputusan akal agar berjalan di atas nilai-nilai moral seperti kebaikan. Qalbu
secara psikologis memiliki daya-daya emosi (al-infialiy) yang menimbulkan
daya rasa (al-syuur). Fungsi qalbu selain berdaya emosi juga berdaya
kognisi. Hal itu menunjukkan bahwa qalbu memiliki dua daya, yaitu daya
kognisi dan daya emosi. Daya emosi qalbu lebih banyak ditangkap daripada
daya kognisinya, sehingga para ahli sering menganggap qalbu sebagai aspek
nafsani yang berdaya emosi (Kania, 2012).
Adapun nafsu (dalam bahasa Arab al-hawa, dalam bahasa Indonesia
sering disebut hawa nafsu) adalah suatu kekuatan yang mendorong manusia
untuk mencapai keinginannya. Dorongan-dorongan ini sering disebut dengan
dorongan primitif, karena sifatnya yang bebas tanpa mengenal baik dan buruk.
Oleh karena itu, nafsu sering disebut sebagai dorongan kehendak bebas. Untuk
mengendalikan nafsu, manusia menggunakan akalnya sehingga dorongandorongan tersebut dapat menjadi kekuatan positif yang menggerakkan manusia
ke arah tujuan yang jelas dan baik. Nafsu yang terkendali oleh akal dan berada

pada jalur yang ditunjukkan agama inilah yang disebut an-nafs almuthmainnah atau jiwa yang tenang (Kosasih, 2012). Firman Allah SWT :

Artinya Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati
yang puas lagi diridhai-Nya.Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hambaKu, masuklah ke dalam surga-Ku. (Q.S Al-Fajr (89): 27-30).
Dengan demikian keutuhan jiwa manusia adalah manusia yang mampu
menjaga, mengelola, dan memadukan potensi akal, qalbu, dan nafsunya secara
harmonis, dimana konsep ini menggambarkan manusia yang menuruti hukumhukum Allah secara keseluruhan dan dilandasi dengan berserah diri, tunduk,
dan ikhlas kepada Allah untuk menjadi muslim yang kaffah dengan jiwa yang
sehat (Kosasih, 2012). Adapun indikasi jiwa yang sehat adalah jiwa yang dapat
mengatasi segala gangguan, seperti selalu dalam keadaan gelisah, takut mati,
dan berbagai ketakutan yang lain. Kegelisahan jiwa menyebabkan jantung
berdebar-debar, tidak bisa tidur, makan tidak enak, merasa cemas dan tertekan.
Menurut Islam hal yang dapat dilakukan untuk mengobati kegelisahan jiwa
ialah dengan dzikir Allah (Zuhroni, et al, 2003).
Menurut Elzaky dalam bukunya yang berjudul Mukjizat kesehatan ibadah,
bahwa shalat memiliki peran yang sangat penting bagi terciptanya ketenangan

serta hilangnya kegelisahan dan stres. Penyebabnya yang paling utama ialah
karena orang yang melaksanakan shalat akan memiliki kepercayaan diri bahwa
ia mampu menghadapai berbagai persoalan hidup karena semuanya merupakan
kehendak Allah SWT. Gerakan sujud dapat menyembuhkan nyeri leher, sakit
kepala, radang sendi, kelelahan, dan gangguan saraf ( Elzaky, 2011).
Selain shalat, ibadah dalam Islam yang sudah terbukti memiliki pengaruh
terhadap masalah kejiwaan dan tingkat stres seseorang ialah zakat. Perasaan
senang dan rida dapat muncul pada diri seseorang setelah mengeluarkan zakat
atau sedekah. Di sisi lain, menunaikan zakat dan memberikannya kepada para
mustahik akan menghilangkan amarah, dendam, kebencian, dan kedengkian
dari hati kaum fakir dan miskin (Elzaky, 2011). Secara sosial ekonomi ibadah
zakat diharapkan dapat mengurangi tingkat stres kaum miskin yang terlalu
berat memikirkan beban ekonomi. Berbagai praktik keagamaan, disamping
bernilai ubudiah, juga bernilai sebagai salah satu bentuk menjaga kesehatan
fisik dan psikis (Zuhroni, et al, 2003).
4.2

Larangan Merusak Akal Menurut Syariat Islam


Islam sangat menekankan pemeliharaan akal. Akal diposisikan sebagai
sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan insani. Manusia dimuliakan dari
makhluk lain karena eksistensi akalnya (Zuhroni, 2010). Begitu pentingnya
akal dalam Islam dapat terlihat dari firman Allah SWT :

Artinya : Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami)


kepada orang-orang berfikir (Q.S. Yunus (10):24).
Dari ayat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa, segala bentuk
kekuasaan Allah ditunjukkan kepada para hamba yang mempergunakan
akalnya. Akal itu merupakan rahmat Allah yang luar biasa kepada manusia,
sehingga manusia memperoleh kedudukan yang lebih tinggi dari makhluk
lainnya. Oleh sebab itu akal juga yang membedakan manusia dari hewan.
Kalaupun ada hewan yang cerdas, maka secerdas-cerdasnya hewan itu
bukanlah merupakan produk akalnya akan tetapi itu merupakan kecerdasan
instingnya. Akan tetapi manakala manusia yang tidak memanfaatkan akal
pikirannya dengan baik maka nilai manusia itu tidak akan lebih baik dari
hewan yang cerdas tadi. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam berbagai surat

dalam al-Quran agar manusia benar-benar memanfaatkan akal fikirannya


dalam mengkaji agama Allah (May, 2010).

Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih


bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal, yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan

langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami
dari siksa neraka. (Q.S.Ali-Imran: (3): 190-191).
Dari makna ayat tersebut di atas, jelas sekali betapa Allah menganjurkan
kepada manusia memberdayakan fungsi akalnya untuk mengingat kebesaranNya. Allah menyuruh kepada manusia untuk memperhatikan, merenungkan,
mengkaji dan meneliti betapa canggihnya fenomena alam hasil ciptaan-Nya.
Dengan pemberdayaan fungsi akal pikiran itu , maka rasa kagum kepada Allah
akan tercipta, dan dengan kekaguman itu juga maka keimanan itu akan menjadi
kokoh (May, 2010).
Syariat Islam sangat menekankan memelihara akal dengan mengharamkan
berbagai tindakan yang dapat merusak potensi akal, seperti larangan
mengonsumsi khamar dan narkoba, memberikan sanksi berat bagi pelakunya.
Akal diberikan kebebasan untuk memahami, memikirkan, dan menggunakan
dalil atau bukti logis dan menolak taqlid buta dan dianjurkan menjaga
kecerdasan

akal,

baik

secara

fisik

maupun

psikis.

Islam

sangat

mengistimewakan akal, dianjurkan untuk memikirkan berbagai objek di alam


semesta. Diharamkan mengikuti sesuatu yang hanya didasarkan pada
dongengan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya (Zuhroni,
2010). Sesuai dengan firman Allah SWT :

Artinya : Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai

pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,


semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya (Q.S. Al-Isra (17): 36).
Berbagai upaya medis yang termasuk dalam upaya menjaga akal, antara lain,
berupaya menyembuhkan stres fisik untuk menjaga kesehatan mental,
menghindari penyalahgunaan alkohol, obat, dan zat adiktif lainnya yang
mengakibatkan

penurunan

daya

intelektualitas.

Dilihat

dari

segi

kepentingannya, memelihara akal dapat dibedakan menjadi tiga peringkat :


1.

Memelihara akal peringkat dlarriyyah (primer), seperti diharamkannya


minum-minuman keras. Jika ketentuan ini dilanggar, akan berakibat
terancamnya eksistensi akal dan diancam siksa di akhirat. Bahkan, dalam
batasan hukum islam dikenai sanksi cambuk.

2.

Memelihara akal peringkat hajjiyah (sekunder), seperti dianjurkannya


menuntut ilmu pengetahuan, belajar keterampilan tertentu dalam kaitannya
dengan olah otak, jika tidak dilakukan tidak akan merusak akal tetapi akan
mempersulit diri seseorang dalam kaitannya dengan pengembangan ilmu
pengetahuan. Sesuai dengan riwayat daripada Abu Hurairah, radhiallahu
`anhu, dia berkata, bahwa Rasulullah SAW telah bersabda:

Artinya : Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu,


nescaya dimudahkan oleh Allah baginya jalan menuju ke Syurga (HR
Muslim).
3.

Memelihara akal peringkat tahsiniyyah (tersier), seperti menghindarkan


diri dari menghayal, berandai-andai, melamun kosong atau mendengarkan

sesuatu yang tidak berguna, yang secara etika tidak akan mengancam
eksistensi akal secara langsung, hanya akan menjadikan kehidupannya
kurang bernilai. (Zuhroni, 2010).
Seperti pada firman Allah yang tercantum dalam surat Yunus : 100, agar
manusia harus mempergunakan akal pikiran secara jernih dengan tetap
berpegang teguh kepada Allah dan Rasul-Nya agar terhindar dari murka Allah
SWT (May, 2010).

Artinya : Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah,
Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak
mempergunakan akalnya. (Q.S Yunus (10): 100).

3.3

Pandangan Islam Terhadap Pemeriksaan Kognitif Test Your Memory


(TYM).
Pemeriksaan TYM merupakan pemeriksaan kognitif yang terdiri atas 10
jenis tugas yang harus dikerjakan pada selembar kertas yang dilakukan oleh
seorang pasien dibawah pengawasan supervisi. Pemeriksaan ini bertujuan
untuk mendeteksi penyakit Alzheimer secara tepat dan akurat (A.J,Larner,
2012). Ada beberapa kaidah yang dapat digunakan untuk menetapkan hukumhukum yang terkait masalah penggunaan tes kognitif ini dilihat dari perspektif
Islam, diantaranya ialah prinsip manfaat dan kehalalan sesuatu (Zuhroni,2010).
Prinsip manfaat dalam kaidah Islam yang berbunyi (Hukum) asal atas
sesuatu yang membahayakan adalah dilarang dan yang bermanfaat boleh

(ibadah). Seperti yang telah dibahas pada Bab II, penyakit Alzheimer ini dapat
mengakibatkan penurunan fungsi kognitif atau intelektual seseorang, dimana
dapat berakibat terhadap gangguan bicara, motorik, dan memori. Pemeriksaan
kognitif TYM bermanfaat untuk mendeteksi penyakit Alzheimer pada stadiumstadium awal sehingga penanganan medis pun dapat segera diberikan untuk
mencegah dampak yang lebih berat dari penyakit ini. Segala sesuatu yang
memberikan manfaat adalah diperbolehkan di dalam islam. dan semua ciptaan
Allah SWT yang terbentang di dunia ini seperti air, pepohonan, barang
tambang, tanah, bebatuan, makanan, minuman, pakaian, berbagai sarana
prasarana hidup adalah halal untuk dimanfaatkan (Zuhroni, 2010). Sesuai
Firman Allah SWT :

Artinya : Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk
kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh
langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (Q.S. Al-Baqarah (2):29).
Selain prinsip manfaat di atas, terdapat prinsip yang juga dapat
digunakan sebagai dalil dalam menjalankan pemeriksaan ini yaitu prinsip
kehalalan sesuatu, dimana asal segala sesuatu yang datang dari Allah SWT
adalah halal dan mubah. Tidak ada yang haram kecuali apa yang disebutkan
oleh nash yang shahih (Qardhawi, 2000).

Artinya: Yang halal ialah apa yang dihalalkan Allah di dalam kitab-Nya, dan
yang haram ialah apa yang diharamkan Allah di dalam kitab-Nya; sedang apa
yang didiamkan oleh-Nya berarti dimaafkan untukmu (HR. At Tirmidzi).
Pemeriksaan TYM tidak mengandung unsur haram karena pemeriksaan
ini hanya terdiri atas dua buah lembar kertas yang terdiri atas gambar dan
tulisan yang mencakup penilaian fungsi kognitif seseorang. Pemeriksaan
kognitif pada Alzheimer ini juga bermanfaat sebagai bentuk pencegahan
terhadap mudharat. Penjagaan diri pada waktu sehat, lebih baik dari pada
pengobatan pada waktu sakit. Allah SW melarang manusia membiarkan dirinya
binasa. Sunnah nabi pada riwayat para sahabat menunjukan berbagai upaya
untuk melakukan tindakan pencegahan penyakit (Taufiq, 2012). Sesuai dengan
firman Allah SWT :

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang


yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah
mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, maka Dia
akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Q.S. AlMaidah(5) 105).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dijadikan sebuah landasan
berpikir bahwa pemeriksaan kognitif Test Your Memory (TYM) pada penderita
Alzheimer adalah boleh dilakukan. Pentingnya pemeriksaan kognitif TYM ini
dikarenakan merupakan suatu tindakan pencegahan dari mudharat yang
mendatangkan manfaat. Mudharat ialah sesuatu yang membahayakan atau

merugikan, dimana penyakit Alzheimer ini dapat mengakibatkan gangguan


fungsi tubuh khususnya fungsi intelektual yang mencakup fungsi memori,
bicara, dan motorik, yang dapat mengakibatkan penderitanya tidak dapat
menjalankan ibadah sesuai dengan syariat agama Islam. Selain itu pemeriksaan
TYM juga tidak melanggar ketentuan agama karena tidak mengandung unsur
yang haram.

BAB IV
KAITAN PANDANGAN ILMU KEDOKTERAN DAN ISLAM TERHADAP
PEMERIKSAAN KOGNITIF TEST YOUR MEMORY (TYM) SEBAGAI
DETEKSI DINI PENYAKIT ALZHEIMER

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada Bab II dan Bab III, maka
menurut penulis terdapat keterkaitan pandangan antara bidang ilmu kedokteran dan
agama Islam mengenai pemeriksaan kognitif TYM untuk deteksi dini penyakit
Alzheimer. Menurut ilmu kedokteran, penyakit Alzheimer merupakan penyakit
neurodegeneratif otak yang sering terjadi dan merupakan bentuk paling umum dari
demensia. Penyebab dari penyakit ini belum diketahui secara pasti, tetapi
diperkirakan adanya beberapa faktor resiko yang berperan pada terjadinya penyakit
Alzheimer, seperti faktor usia, hormonal, riwayat keluarga dan genetik, autoimun,
inflamasi, radikal bebas, trauma kapitis, dan beberapa faktor pencetus lainnya.
Neuropatologi dari penyakit ini disebabkan karena adanya atrofi dari
hipokampus dan NFT (neurofibrillary tangles) yang berhubungan dengan adanya
penurunan kualitas memori dan perlambatan verbal recall. Gejala tersering ialah
afasia, anomia, agnosia, apraksia, disleksia, diskalkulia, dan disgrafia. Selain itu juga
sering ditemukan adanya kehilangan memori jangka pendek serta kejang. Banyaknya
gejala klinis yang ditimbulkan pada penyakit ini sehingga diperlukan adanya alat
atau metode yang dengan cepat dan tepat dapat mendiagnosis dini penyakit ini.
Penegakkan diagnosis klinis yang cepat dan akurat akan sangat membantu tenaga
medis dalam memberikan terapi yang komprehensif mencakup terapi farmakologik
dan non-farmakologik kepada penderita Alzheimer.

Pemeriksaan TYM adalah pemeriksaan kognitif untuk mendiagnosis penyakit


Alzheimer. Pemeriksaan ini terdiri dari 10 tugas yang meliputi orientasi, kemampuan
menyalin sebuah kalimat, pengetahuan, kalkulasi, kefasihan verbal, kesamaan,
penamaan, kemampuan visuospatial, dan mengingat sebuah kalimat salinan, serta
kemampuan dalam mengerjakan tes ini. Pemeriksaan TYM ini memiliki spesifisitas
dan sensitivitas yang baik dalam mendeteksi dini Alzheimer dibandingkan dengan
pemeriksaan Mini Mental State Examination (MMSE). Spesifisitas TYM yaitu
sekitar 93% dan sensitivitasnya mencapai 86 %.
Pemeriksaan TYM telah memenuhi 3 persyaratan tes skrining singkat untuk
non spesialis yaitu waktu pemeriksaan yang singkat, pengujian berbagai domain
kognitif, dan sensitifitas dalam mendeteksi Alzheimer. Pemeriksaan TYM hanya
membutuhkan alokasi waktu sekitar 5 menit dalam pengerjaan dan interpretasi hasil,
sedangkan pemeriksaan MMSE membutuhkan 9 menit dan Addenbrooke
membutuhkan alokasi waktu sampai dengan 20 menit. Persayaratan yang kedua ialah
pengujian yang sudah mencakup berbagai domain kognitif diantaranya orientasi,
memori, bahasa, kemampuan visuospatial, dan fungsi eksekutif. Selain itu kepekaan
TYM dalam mendeteksi penyakit Alzheimer juga merupakan tolak ukur kesuksesan
sebuah alat diagnosis. Oleh karena itu pemeriksaan TYM menjadi pilihan utama
dalam mendeteksi Alzheimer.
Dalam agama Islam seseorang yang menderita penyakit Alzheimer sangat erat
hubungannya dengan penurunan fungsi memori dan kesehatan jiwa. Oleh karena itu
sangat diwajibkan kepada seorang muslim untuk dapat memelihara jiwa (hifzh alNafs) dan akal (hifzh al-Aql) yang merupakan bagian dari kemashlahatan syariat
Islam atau yang dikenal sebagai Mawashid Al- Syariah. Potensi kejiwaan manusia

seperti nafsu, qalbu (qalb), akal (aql), dan roh haruslah dijaga agar menjadi satu
kesatuan yang harmonis sebagai manusia yang utuh dengan jiwa yang sehat. Jiwa
yang sehat ialah jiwa yang tenang yang dapat mengatasi segala gangguan, seperti
kegelisahan dan ketakutan. Menurut Islam hal yang dapat dilakukan untuk menjaga
agar jiwa manusia tetap sehat ialah dengan menjalankan syariat-syariat agama Islam,
seperti dzikir, sholat, dan zakat.
Islam sangat menekankan keutamaan dalam memelihara akal, dimana akal itu
merupakan rahmat Allah yang luar biasa kepada manusia yang membedakan manusia
dengan makhluk lainnya. Seperti firman Allah SWT pada surat Yunus ayat 24 yang
artinya Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada
orang-orang berfikir. Ayat tersebut dengan jelas menyatakan bahwa hanya orang
yang berpikir atau yang menggunakan akal pikirannya yang dapat mengetahui dan
memahami kebesaran dan kekuasaan Allah SWT. Oleh karena itu manusia dituntut
untuk menggunakan akal pikiran secara jernih dengan tetap berpegang teguh kepada
syariat agama Islam, karena Allah akan menimpakan kemurkaan kepada orangorang yang tidak menggunakan akal. Syariat Islam sangat menekankan pemeliharaan
akal dengan mengharamkan berbagai tindakan yang dapat merusak akal, seperti
larangan mengonsumsi khamar dan narkoba.
Menurut pandangan Islam, seseorang diperbolehkan untuk melakukan
pemeriksaan kognitif seperti pemeriksaan TYM. Adanya beberapa kaidah dalam
islam yang dapat dijadikan landasan diperbolehkannya pemeriksaan tersebut adalah
prinsip manfaat dan kehalalan sesuatu. Pemeriksaan TYM sangat cepat dalam
mendeteksi penyakit Alzheimer, tentunya hal ini berkesinambungan dengan ajaran
agama Islam dimana pengobatan yang mendatangkan manfaat ialah boleh dilakukan.

Manfaat dalam artian tidak merugikan pasien, karena dengan pemeriksaan ini maka
pasien tidak harus menghabiskan banyak waktu, karena pemeriksaan ini dapat
diselesaikan dalam kurun waktu 5 menit.
Pemeriksaan TYM juga berperan dalam menilai domain kognitif seperti
memori, bahasa, kemampuan visuospatial, dan fungsi eksekutif, dimana domaindomain tersebut berhubungan erat dengan akal dan pikiran manusia. Sehingga
dengan melakukan pemeriksaan ini kita menjalankan salah satu dari kewajiban
agama ataupu tujuan syariat Islam yaitu memelihara akal (hifzh al-Aql) dan jiwa
((hifzh al-Nafs). Akal dan jiwa yang terpelihara secara baik akan menjadikan
seseorang sebagai muslim yang kaffah serta memiliki jiwa yang sehat sehingga dapat
menjalankan ajaran dan syariat agama Islam. Sesuatu yang mendatangkan manfaat
dan tidak mengandung unsur-unsur yang haram (halal) maka diperbolehkan untuk
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Penyakit Alzheiemr memiliki manifestasi klinis yang bervariasi mulai dari
kehilangan memori, gangguan bicara, sampai dengan gangguan motorik. Oleh karena
itu dengan pemeriksaan TYM yang sensitif dan spesifik dalam mendeteksi penyakit
Alzheimer akan sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya keparahan penyakit
ini yang nantinya akan berpengaruh terhadap kualitas hidup insani dalam
menjalankan ibadah. Prinsip mencegah dari mudharat juga menjadi pendukung
dalam penggunaan TYM sebagai alat deteksi dini penyakit Alzheimer, karena Allah
melarang manusia membiarkan dirinya binasa, dan pemeriksaan ini merupakan
bentuk pencegahan dari sebuah mudharat. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan
bahwa kedokteran dan Islam sependapat bahwa pemeriksaan TYM adalah baik
dilakukan untuk mendeteksi dini penyakit Alzheimer.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1

Kesimpulan
1. Pemeriksaan kognitif Test Your Memory (TYM) merupakan pemeriksaan
terkini yang baik digunakan untuk mendiagnosis dini penyakit Alzheimer.
Pemeriksaan ini telah memenuhi 3 syarat tes skrinning untuk dokter yaitu,
waktu pemeriksaan yang singkat, penilaian mencakup beberapa domain
kognitif (atensi, bahasa, memori, kemampuan visuospatial, dan fungsi
eksekutif), serta yang terpenting adalah sensitif dan spesifik dalam
mendeteksi penyakit Alzheimer atau gangguan kognitif ringan.
2. Islam memperbolehkan pemeriksaan kognitif TYM sebagai alat diagnosis
untuk penyakit Alzheimer dikarenakan sesuai dengan kaidah agama Islam
yaitu prinsip manfaat dan halal. Menurut hukum Islam, asal atas sesuatu
yang membahayakan adalah dilarang dan yang bermanfaat boleh (ibadah),
serta bahwa segala sesuatu yang datang dari Allah SWT adalah halal dan
mubah. Pentingnya pemeriksaan kognitif TYM ini dikarenakan merupakan
suatu tindakan pencegahan dari mudharat yang mendatangkan manfaat.
Selain itu juga karena adanya anjuran untuk memelihara jiwa serta larangan
merusak akal sebagai syarat dalam menjalan syariat Islam. Oleh karena itu
pemeriksaan ini dapat diterapkan dalam praktik kedokteran.

5.2

Saran
1. Bagi keluarga atau penderita penyakit Alzheimer diharapkan mengetahui
dan mengenali gejala-gejala khas dari penyakit alzheimer dan segera
melakukan pengobatan atau konsultasi medis ke puskesmas, RS, ataupun
tempat yang memiliki fasilitas yang memadai untuk diagnosis dini penyakit
Alzheimer.
2. Bagi para tenaga medis, agar dapat menyediakan sarana pelayanan
kesehatan yang memadai dalam melakukan diagnosis kerja secara cepat dan
tepat serta memberikan terapi secara komprehensif kepada pasien Alzheimer
yang mencakup terapi farmako (obat-obatan) dan terapi non farmakologi
(pemberian asuhan atau caregiving) dengan bantuan keluarga. Selain itu
para tenaga medis hendaknya selalu memperbaharui ilmu tentang penyakit
dan teknologi kedokteran khususnya mengenai penyakit Alzheimer yang
angka kejadiannya semakin meningkat setiap tahunnya.
3. Bagi para ulama, penulis berharap memberikan perhatian besar tentang
hukum berobat yang berlaku sesuai syariat Islam kepada hal-hal yang
berkaitan dengan ilmu kedokteran modern. Khususnya pembahasan
penyakit Alzheimer dalam sudut pandang islam yang dirasa penulis masih
minim akan referensi.
4. Bagi pemerintah, penulis berharap dapat memberikan perhatian lebih
kepada penderita Alzheimer seperti menyediakan pusat pelayanan dan
pengobatan yang terpadu, agar mempermudah masyarakat, keluarga atau
penderita Alzheimer dapat mengakses informasi yang lengkap tentang
penyakit Alzheimer mulai dari penyebab sampai dengan penatalaksanaan.

Selain itu diharapkan dapat membuat sebuah lembaga atau asosiasi


Alzheimer sebagai komunitas para penderita Alzheimer dan sebagai
lembaga penelitian kasus Alzheimer, dikarenakan data penelitian kasus
Alzheimer di Indonesia yang masih minim.

DAFTAR PUSTAKA
Alquran. 2004. Departemen Agama Republik Indonesia, Jakarta.I
Adib, Abu. 2012. Allah Menurunkan Penyakit Dan Obatnya. Diunduh dari
http://almadinah.or.id/483-allah-menurunkan-penyakit-dan-obatnya.html pada
Sabtu, 9 Maret 2013.
Anonim. 2009.Test Your Memory. Diunduh
specialists.org pada Rabu, 27 Februari 2013.

dari

http://www.neurology-

Anonim. 2012. Long Term Memory. Diunduh dari


science.com/brain-resourcey pada Kamis, 21 Maret 2013.

http://www.posit-

Barber R, Scheltens P, Gholkar A, et al. 1999. White matter lession on magnetic


resonance imaging in dementia with Lewy Bodies, Alzheimers disease,
vascular dementia, and normal aging. J Neurol Neurosurger Pscychiatry, 67,
pp.66-72.
Brock. 2012. Addenbrookes Cognitive Examination Revised (ACE-R). Diunduh dari
http://mh4ot.com/2012/05/17/addenbrookes-cognitive-examinationrevised-ace-r/ pada Senin, 25 Maret 2013.
Brown Jeremy M. 2008. Test Your Memory. BMJ diunduh dari http://www.bmj.com
pada Senin, 25 Februari 2013.
Brown, Jeremy M. 2013. Cognitive Screening Instrument : TYM (Test Your
memory)
Testing.
United
Kingdom:
Sringer.
Diunduh
dari
http://link.springer.com pada Senin, 18 Maret 2013.
Brown, Jeremy, K Dowsan, L Brown, and P Clatworthy. 2009. Self administered
cognitive screening test (TYM) for detection of Alzheimers disease: cross
sectional study. BMJ, 338, pp.1.
Budson, Andrew. E dan Bruce H.Price. 2005. Memory Dysfunction. The New
England Journal of Medicine, 352:7, pp.692-699.
Carillo, Maria.C et al. 2009. Early Risk Assessment for Alzheimers Disease. The
Journal of Alzheimers Association, volume 5, pp.182-196.
Chouliaras Leonidas, B P F Rutten, G Kenis, et al. 2010. Epigenic Regulation In The
Pathophysiology of Alzheimers Disease. Progress in Neurobiology, 90 pp.501.
Elzaky, Jamal. 2011. Buku Induk Mukjizat Kesehatan Ibadah. Jakarta : Zaman.
Geyer,James D, J. M. Keating, and D.C.Potts. 2002. Neurology for The Boards
Second Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Gilroy, John. 2000. Third Edition : Basic Neurology. America: The McGraw-Hill
Companies.
Japardi, Iskandar. 2002. Penyakit Alzheimer. Universitas Sumatera Utara. Diunduh
dari http://repository.usu.ac.id pada Minggu, 17 Februari 2013.
Kania, Dinar Dewi. 2012. Konsep Aql dan Qalb dalam Perspektif Islam. Diunduh
dari http://insistnet.com/index.php pada Selasa, 26 Februari 2013.
Kawas, Claudia.H. 2003. Early Alzheimers Disease. The New England Journal of
Medicine, 349 (11), pp.1057.
Kholid, SST. 2011. Kesehatan Jiwa dari Sudut Pandang Islam. Diunduh dari
http://kholid45.wordpress.com/kesehatan-jiwa/ pada Senin, 25 Februari 2013..
Kipps, C.M dan J.R Hodges. 2005. Cognitive assessment for Clinicians. NCBI, 76,
pp.22-30. Diunduh dari www.ncbi.nlm.nih.gov pada Senin, 1 April 2013.
Kosasih, Aceng. 2012. Konsep Manusia Utuh Dalam Pendidikan Umum Diunduh
dari http://file.upi.edu/browse.php pada Selasa, 26 Februari 2013.
Larner Andrew J. 2012. Cognitive Screening Instruments : A Springer: Liverpool.
Diunduh dari http://books.google.co.id/books pada Minggu, 24 Maret 2012.
Mathuranath, P.S, P.J.Nestor, G.E.Berios, et al. 2000. A brief cognitive test battery to
differentiate Alzheimers disease and frontotemporal dementia. National
Center for Biotechnology Information, 55, pp.1613-1630.
May, Abdurrachman. 2010. Kedudukan Akal dalam Islam. Diunduh dari
http://wordpress.com pada Minggu, 17 Februari 2013.
Mayeux, Richard. 2010. Early Alzheimers Disease. The New England Journal of
Medicine, 362 (23), pp.2194.
Mitchell, Alex J. 2012. Cognitive Screening Instruments : MMSE An Update on Its
Diagnostic Validity for Cognitive Disorders. Springer : Liverpool. Diunduh
dari http://books.google.co.id/books pada Senin, 25 Maret 2012.
Nur,

Sobirin. 2012. Kedudukan Akal Dalam Islam. Diunduh dari


http://semangatislam.blogspot.com/2012/06/kedudukan-akal-dalam-islam.html
pada Kamis, 14 Maret 2013.

Peterson, Ronald C. 2011. Mild Cognitive Impairment. The New England Journal of
Medicine, 364, pp.2227-34. Diunduh dari http://www.nejm.org pada Kamis, 21
Februari 2012 pukul 21.43 WIB.

Purba, Jan Sudir. 2006. Demensia dan Penyakit Alzheimer Etiologi & Terapi Edisi II.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Qardhawi, M.Yusuf. 2000. Halal Dan Haram Dalam Islam. Diunduh dari
http://media.isnet.org/islam/Qardhawi/Halal/index.html pada Minggu, 17
Maret 2013.
Querfurth,Henry.W and Frank M. LaFerla, 2010. Alzheimers Disease. The New
England Journal of Medicine, 362, pp.329-44. Diunduh dari
http://www.nejm.org pada Kamis, 21 Februari 2012.
Ridha, Basil dan Martin Rossor. 2005. The Mini Mental State Examination. British
Medical Jornals, 5. pp.298-303. Diunduh dari http://pn.bmj.com pada Minggu,
24 Maret 2012.
Rosenzweigh,
Andrew.
2010.
Visuospatial Ability.
Diunduh
http://alzheimers.about.com/od/glossary/g/Visuospatial_Ability.htm
Senin 1 april 2012.

dari
pada

Salloway, Stephen dan Stephen Correia. 2009. Alzheimer disease: Time to improve
its diagnosis and treatment. Cleveland Clinic Journal of Medicine, volume 76,
no.1, pp.49.
Tajudin. 2012. Jiwa Dan Kedudukannya Dalam Pandangan Islam. Diunduh dari
http://www.fai.umj.ac.id/index.php pada Selasa, 26 Februari 2013.
Tang-Wai, David F dan N L Graham. 2008. Assessment of Language Function in
Dementia. Diunduh dari http://www.medscape.com/viewarticle/573859 pada
Senin, 1 april 2013.
Taufiq, Istana. 2012. Dalil-Dalil Al-Quran Tentang Pentingnya Menjaga Kesehatan
dan Kebersihan. Diunduh dari http://www.fkspp-ntb.com pada Rabu, 26
Februari 2013.
Woodford, H.J dan J.George. 2007. Cognitive assessment in the elderly: a review of
clinical methods. Quarterly Journal of Medicine, 100, pp.469484. Diunduh
dari http://qjmed.oxfordjournals.org pada Kamis, 21 Maret 2013.
Yoshida, Hidenori, S.Terada, H.Honka, et al. 2011. Validation of the revised
Addenbrookes Cognitive Examination (ACE-R) for detecting mild cognitive
impairment and dementia in a Japanese population. International
Psychogeriatric Association. Diunduh dari http://journals.cambridge.org pada
Selasa, 26 Maret 2013.
Zuhroni, Nur Riani, dan Nirwan Nazaruddin. 2003. Islam Untuk Disiplin Ilmu
Kesehatan dan Kedokteran 2 (Fiqih Kontemporer). Direktorat Jenderal
Kelembagaan Agama Islam, Departemen Agama RI, Jakarta.

Zuhroni. 2010. Pandangan Islam Terhadap Masalah Kedokteran dan Kesehatan.


Jakarta : Bagian Agama Universitas YARSI.

Lampiran 1
Kriteria diagnosis pada Alzheimer
(DSM IV)
A. Perkembangan penurunan kognitif multipel ditentukan oleh :
1. Gangguan memori (gangguan dalam mempelajari informasi baru untuk
mengingat informasi yang dipelajari sebelumnya).
2. Satu atau lebih dari gangguan kognitif berikut :
a. Afasia (gangguan bahasa)
b. Apraksia (gangguan untuk melaksanakan fungsi motorik)
c. Agnosia (kegagalan mengenali atau mengidentifikasi benda meskipun
fungsi sensorik utuh)
d. Gangguan pada fungsi eksekutif ( seperti perencanaan, pengaturan,
pengurutan, abstraksi)
B. Penurunan fungsi kognitif dalam kriteria A1 dan A2 masing-masing
menyebabkan penurunan secara signifikan dalam fungsi sosial atau
pekerjaan. Penurunan tidak terjadi secara khusus selama delirium.
C. Program ini ditandai dengan onset bertahap dan penurunan kognitif secara
terus menerus.
(Sumber: Gilroy, John. 2000. Third Edition : Basic Neurology. America: The
McGraw-Hill Companies, pp.348).

Lampiran 2

SILAHKAN MENULIS NAMA LENGKAP ANDA.................


HARI INI ADALAH HARI......
TANGGAL HARI INI : .....(HARI)/ .....(BULAN)/ 20.....
BERAPA UMUR ANDA ? ...... TAHUN
KAPAN TANGGAL LAHIR ANDA ? ........../.............(BULAN).......19.....(TAHUN)

TOLONG SALIN KALIMAT BERIKUT


GOOD CITIZENS ALWAYS WEAR STOUT SHOES
.................................................................................................................................................
TOLONG BACA KALIMAT TERSEBUT DAN COBA UNTUK DIINGAT

SIAPAKAH PRESIDEN SEKARANG ?


PADA TAHUN BERAPA PERANG DUNIA 1 TERJADI ?

HITUNG

TULISLAH BEBERAPA
BENDA YANG DIMULAI DARI
HURUF S, CONTOH
SHARK

APA PERSAMAAN WORTEL DAN KENTANG ?


APA PERSAMAAN SINGA DAN SERIGALA ?

INGAT GOOD CITIZENS ALWAYS WEAR STOUT SHOES

TOLONG BERI NAMA BENDA YANG


DITUNJUK

TOLONG GABUNGKAN LINGKARAN LINGKARAN KECIL MENJADI


SEBUAH HURUF ( HILANGKAN KOTAK KECIL)

TOLONG GAMBARKAN JAM DENGAN ANGKA 1-12 LALU TEMPATKAN


WAKTU PADA PUKUL 9.20

TANPA MEMBUKA HALAMAN SEBELUMNYA SILAHKAN TULIS KALIMAT YANG


TELAH ANDA SALIN DAN INGAT PADA KERTAS SEBELUMNYA

Sumber : Brown Jeremy M, 2008. Test Your Memory, diunduh dari http://www.bmj.com, 24
Februari 2013.

Lampiran 3

Sumber :Anonim. MMSE diunduh dari http://www.guysandstthomas.nhs.uk pada Jumat, 15


Maret 2013

Lampiran 4

Sumber : Anonim. Addenbrookes


http://neura.edu.au/sites/neura.edu.au

Cognitive

Examination

2012

diunduh

dari

Anda mungkin juga menyukai