Oleh :
RAMACIL AFSAN AWANG NOTOPRAWIRO
1102009235
ABSTRAK
PEMERIKSAAN KOGNITIF TEST YOUR MEMORY (TYM) SEBAGAI
DETEKSI DINI PENYAKIT ALZHEIMER DITINJAU DARI KEDOKTERAN
DAN ISLAM
Penyakit Alzheimer merupakan penyakit neurodegeneratif otak yang sering terjadi dan merupakan
bentuk paling umum dari demensia. Prevalensi penyakit ini terus meningkat setiap tahunnya
khususnya di negara dengan angka harapan hidup yang tinggi diatas 60 tahun. Oleh karena itu
dibutuhkan pemeriksaan yang secara cepat dan akurat yang dapat secara praktis digunakan oleh
dokter. Salah pemeriksaan yang dapat mendiagnosis penyakit ini ialah pemeriksaan kognitif
(cognitive assessment). Pemeriksaan kognitif dapat digunakan untuk menilai fungsi kognitif yang
merupakan gangguan utama pada penyakit ini. Pemeriksaan kognitif yang saat ini dikenal adalah
pemeriksaan MMSE, ACE, dan TYM. Test Yor Memory (TYM) merupakan pemeriksaan kognitif
terkini yang digunakan dalam mendeteksi penyakit Alzheimer karena memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan dengan pemeriksaan kognitif lainnya. Pemeriksaan ini dapat menilai beberapa domain
kognitif seperti memori, bahasa, kemampuan visuopatial, dan fungsi eksekutif. Pemeriksaan yang
digunakan selain praktis dan cepat juga harus sesuai dengan syariat dan ajaran agama Islam. Islam
sangat menekankan keutamaan dalam memelihara akal, dimana akal itu merupakan rahmat Allah yang
luar biasa kepada manusia yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Hukum Islam
terhadap terhadap pemeriksaan ini adalah boleh dilakukan berdasarkan asas manfaat, halal, dan
mencegah dari mudharat. Menurut hukum Islam, asal atas sesuatu yang membahayakan adalah
dilarang dan yang bermanfaat boleh (ibadah), serta bahwa segala sesuatu yang datang dari Allah SWT
adalah halal dan mubah. TYM merupakan pemeriksaan yang sensitif dan spesifik dalam mendeteksi
penyakit Alzheimer atau gangguan kognitif ringan.
Kata kunci : Pemeriksaan kognitif, Alzheimer, dan Test your memory
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Komisi Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
Dr.H.Zuhroni, M.Ag
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, serta shalawat serta salam tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, dan para sahabat serta pengikutnya hingga akhir
zaman. Karena atas rahmat dan ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul PEMERIKSAAN KOGNITIF TEST YOUR MEMORY (TYM)
SEBAGAI DETEKSI DINI PENYAKIT ALZHEIMER DITINJAU DARI
KEDOKTERAN DAN ISLAM sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan
gelar profesi Dokter Muslim di Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
Berbagai kendala yang telah dihadapi penulis hingga skripsi ini selesai tidak
terlepas dari bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Atas bantuan yang telah
diberikan, baik moril maupun materil, maka selanjutnya penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1.
Prof. Dr. Hj. Qomariyah, MS, PKK, AIFM selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas YARSI Jakarta.
2.
Dr.Wan Nedra, SpA selaku Wakil Dekan I bidang kemahasiswaan yang telah
memberikan semangat dan motivasi dalam pembuatan skripsi ini.
3.
Dr. Ida Ratna Nurhayati, SpS selaku dosen Pebimbing Akademik yang telah
banyak memberikan motivasi, inspirasi, bimbingan, ilmu, dan masukan kepada
penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
4.
Dr.H Zuhroni, M.Ag selaku dosen Pembimbing Agama Islam yang telah
banyak memberikan bimbingan, nasihat, serta masukan kepada penulis.
5.
6.
7.
Kedua orang tua tercinta, ayahanda Awang Notoprawiro dan ibunda Siti
Nuraini Soegito atas segala doa, kasih sayang, perhatian, semangat, nasihat
serta segala dukungan yang telah diberikan kepada penulis, baik berupa moril
maupun materiil.
8.
Kakak dan adik-adik tersayang, Redha Aynin, Riamsard Aldin, dan Rilla
Asmadhani atas segala dukungan dan semangat yang diberikan.
9.
10. Staf dan karyawan Universitas YARSI Jakarta atas bantuan yang telah diberikan
kepada penulis.
11. Teman-teman seperjuangan skripsi Andi, Shirin, Akhmad, Lili, calon sejawat
angkatan 2009 khususnya Reza Ervanda, Yudith Aisyah dan anggota Kosmo
khususnya Tri Wahyu dan Harry Yurianda Fiba, yang senantiasa memberikan
semangat dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
12. Para junior dan senior serta rekan-rekan mahasiswa Universitas YARSI Jakarta
yang namanya tidak dapat ditulis satu per satu, yang sudah memberikan
dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini, kesalahan
dan kekurangan tidak dapat dihindari, baik dari segi materi maupun tata bahasa yang
disajikan. Untuk itu penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan kekhilafan
yang dibuat. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan
pembaca dalam memberikan sumbang pikir dan perkembangan ilmu pengetahuan di
dunia kedokteran. Kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan demi
memperoleh hasil yang lebih baik di dalam penyempurnaan skripsi ini.
Akhir kata, dengan mengucapkan Alhamdulillah, semoga Allah SWT selalu
merahmati kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................................i
ABSTRAK ..ii
LEMBAR PERSETUJUAN.....iii
KATA PENGANTAR.......iv
DAFTAR ISI......vi
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL.........ix
BAB I
PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1.
Latar Belakang..1
1.2.
Permasalahan3
1.3.
Tujuan...4
1.3.1. Tujuan Umum......4
1.3.2. Tujuan Khusus.4
1.4.
BAB II
Manfaat....4
DETEKSI
DINI
PENYAKIT
ALZHEIMER
Penyakit Alzheimer...................................................................6
2.2
2.3
2.3.1
2.3.2
BAB III
DETEKSI
DINI
PENYAKIT
ALZHEIMER
3.2
3.3
(TYM)
Sebagai
Deteksi
Dini
Penyakit
Alzheimer............................................................................32
BAB IV
KAITAN
PANDANGAN
TERHADAP
KEDOKTERAN
PEMERIKSAAN
KOGNITIF
DAN
TEST
ISLAM
YOUR
ALZHEIMER35
BAB V
DAFTAR PUSTAKA....41
LAMPIRAN.......45
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Permasalahan
a. Bagaimanakah pemeriksaan kognitif Test Your Memory (TYM) dalam
mendeteksi penyakit Alzheimer ditinjau dari kedokteran ?
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami pemeriksaan kognitif Test Your Memory
(TYM) sebagai deteksi
1.4. Manfaat
a. Bagi Penulis
BAB II
PEMERIKSAAN KOGNITIF TEST YOUR MEMORY (TYM) SEBAGAI
DETEKSI DINI PENYAKIT ALZHEIMER DITINJAU DARI KEDOKTERAN
atrofi
pada
daerah-daerah
tertentu
di
otak
seperti
regio
Proses Amiloid
APP
BACE
-sekretase
PSEN1,2,NCSTN
-sekretase
Penuaan
Stres oksidatif
Proses Tau
MAPT
Protein Tau
Gangguan
homeostasis kalsium
A
NEP
Degradasi
Plak
Neuritik
Fibril A larut
Penurunan kapasitas
perbaikan DNA
Hiperfosforilasi
Neurofibrillary
Tangle
Ketidakstabilan
kromosom
Disfungsi sinaps
dan neuron
Kerusakan
DNA
Gangguan
keutuhan sinaps
dan neuron
Hilangnya
sinaps dan
neuron
Demensia
Patofisiologi AD ditandai dengan interaksi yang kompleks antara faktor-faktor yang terlibat dalam penuaan,
proses menyimpang dari prekursor protein amiloid dan tau. APP = Prekursor Protein Amiloid, Ab = betaamiloid, BACE = Bagain Beta Pembelah Enzim APP 1. PS1 = Presenilin-1. PS2 =Ppresenilin-2. NCSTN =
Nikastrin, NEP = Neprilisin. MAPT = Mikrotubulus terkait protein tau . Gen yang terbukti berperan
pada regulasi epigenetik dari ekspresi gen yang digambarkan dalam huruf miring dan garis bawah.
Gambaran bentuk hipokampus dan atrofi progresif dari kondisi normal (Panel A) ke gangguan
kognitif ringan atau mild cognitive impairment (Panel B) dan penyakit Alzheimer (Panel C).
Gambar 2 MRI dan CT pada pasien normal, MCI, dan penderita Alzheimer
(sumber: Peterson, Ronald C. 2011. Mild Cognitive Impairment. The New
England Journal of Medicine. 364:2227-34, pp.2230-2231).
Menilai
penurunan
kemampuan
kognitif
dapat
digunakan
The
Alzheimers Disease Assesment Scale-cognitive Subscale (ADAS-cog), MiniMental State Examination (MMSE), dan Test Your Memory (TYM).
Penggunaan metode pencitraan seperti Positron Emission Tomography (PET),
Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT), dan pemeriksaan
genetik
dapat
digunakan
dalam
mendiagnosis
penyakit
Alzheimer
(Purba,2006).
Penanggulangan penyakit Alzheimer membutuhkan penanganan secara
komprehensif mencakup terapi farmakologik dan non-farmakologik (Purba,
2006).
Cholinesterase
galantamin)
dan
inhibitor
antagonis
(tacrine, donepezil,
reseptor
rivastigmin,
N-methyl-D-aspartate
dan
merupakan
Rekomendasi
dosis akhir
Efek samping
Tacrine
(Cognex)
4x 10 mg/hari selama 4
minggu; dosis
ditingkatkan 10 mg
setiap 4 minggu
4x 20-40 mg/hari
Peningkatan
aminotransferase,
nausea, muntah
Donepezil
(Aricept)
10 mg/hari
Nausea, diare,
insomnia, muntah
Rivastigmin
(Axelon)
2x 15 mg/hari (dengan
makanan); dosis
ditingkatkan sebesar
1,5 mg setiap 2 minggu
2x 3-6 mg/hari
(dengan makanan)
2x 8-12 mg/hari
(dengan makanan)
Nausea, muntah,
penurunan berat badan
Nama Obat
Galantamin
(Reminyl)
2x 4mg/hari (dengan
makanan); dosis
ditingkatkan sebesar
Selain kedua golongan obat di atas, dapat juga menggunakan terapi hormonal,
obat-obat anti inflamasi non-steroid (OAINS), dan anti oksidan seperti vitamin
C, vitamin E, dan glutation yang dapat mereduksi kerusakan neuron
(Purba,2006). Terapi non farmakologik juga dibutuhkan dalam perawatan
penyakit Alzheimer yang meliputi psikoterapi, psikoedukasi, terapi suportif,
dan terapi multikomponen (Alzheimers Association, 2012).
3.2 Pemeriksaan Kognitif Test Your Memory (TYM) Sebagai Deteksi Dini
Penyakit Alzheimer.
Pemeriksaan kognitif ialah pemeriksaan yang bertujuan untuk menilai
fungsi kognitif seseorang, dimana dapat dilakukan oleh seorang ahli jiwa,
neurolog, ataupun pakar pendidikan (psikolog). Pemeriksaan ini meliputi
beberapa domain kognitif diantaranya atensi, orientasi, bahasa, memori, fungsi
eksekutif atau fungsi luhur, praxis, kemampuan visuospatial, dan kesan umum.
Salah satu jenis metode yang digunakan menilai fungsi kognitif pada penderita
Alzheimer ialah pemeriksaan TYM (Kipps, CM dan J.R Hodges, 2005).
Pemeriksaan TYM merupakan pemeriksaan kognitif terbaru yang
dirancang untuk membantu para tenaga medis profesional dalam mendiagnosis
penyakit Alzheimer (Ross, 2010). Pemeriksaan ini ditemukan oleh Jeremy
M.Brown, seorang neurolog asal Cambridge pada tahun 2007, dan pertama kali
dipublikasikan pada tahun 2009 (Brown, 2013). TYM adalah pemeriksaan
yang terdiri atas 10 tugas yang harus dikerjakan oleh pasien pada selembar
kertas bersisi ganda. Tugas-tugasnya meliputi orientasi, kemampuan menyalin
sebuah kalimat, pengetahuan, kalkulasi, kefasihan verbal, kesamaan,
penamaan, kemampuan visuospatial, dan mengingat sebuah kalimat salinan
(Lihat lampiran 2). Kemampuan dalam mengerjakan tes ini juga mendapat
nilai. Total nilai keseluruhan dari tes ini adalah 50 poin, dimana pasien dengan
nilai 42 pada TYM dapat didiagnosis mengalami Alzheimer (Brown, et al
2009).
Secara umum penilaian kualitatif dari fungsi kognitif pada penyakit
Alzheimer dapat tergambarkan melalui beberapa domain kognitif, diantaranya
adalah atensi, bahasa, memori, kemampuan visuospatial, dan fungsi eksekutif.
Yang pertama adalah atensi, ini merupakan kemampuan untuk fokus terhadap
tugas. Tes yang paling sederhana adalah dengan meminta pasien untuk
mengurutkan angka dengan urutan terbalik (misalnya untuk mengurutkan
angka 20 sampai dengan 1, atau mengurutkan daftar bulan sampai dengan
tahun), atau meminta pasien untuk mengurangi 7 angka dari 100, dan
kemudian kurangi 7 angka dari jumlah yang tersisa. Atensi adalah dasar
persyaratan untuk mampu melakukan penilaian kognitif selanjutnya. Ketika hal
ini terganggu, hasil tes berikutnya kemungkinan akan sulit untuk ditafsirkan
(Woodford, 2007).
Domain
yang
kedua
ialah
bahasa,
yaitu
kemampuan
untuk
yang dominan pada hemisfer otak. Afasia sering dikaitkan dengan penyakit
Alzheimer, dimana pasien memiliki gangguan produksi bahasa, pemahaman
bahasa, atau keduanya termasuk kemampuan membaca dan menulis (Tang-Wai
dan Graham, 2008). Pasien akan diminta untuk mengulang sebuah frase kata
atau kalimat (misal west register street) atau bisa juga diidentifikasi dengan
meminta pasien untuk sebuah nama benda seperti sebuah jam, dan kemudian
nama komponen yang lebih kecil seperti tali, tangan, dll. Gangguan bahasa
lainnya yang dapat terlihat ialah hilangnya prosodi (kualitas ritmis dan
melodis) (Woodford, 2007).
Ketiga ialah memori, secara umum terbagi atas 2, yaitu memori jangka
panjang (long-term memory) dan memori jangka pendek (short-term memory)
(Lihat gambar 3). Memori jangka pendek dipengaruhi oleh keutuhan sistem
limbik (terutama di lobus temporal) sedangkan memori jangka panjang
dipengaruhi oleh beberapa bagian seperti lobus temporal, area Broca, korteks,
dan hipotalamus. Secara khusus memori dibagi atas 4 subtipe yaitu memori
episodik, semantik, prosedural, dan kerja/working (Woodford, 2007). Memori
episodik berfungsi untuk mengingat pengalaman pribadi seperti cerita pendek
atau pengalaman makan malam terakhir. Apabila terdapat gangguan pada
memori episodik, maka kemampuan untuk mempelajari informasi baru akan
terganggu (amnesia anterograde) (Budson, 2005).
Memori semantik ialah memori yang mengacu pada konsep dan fakta
pengetahuan, seperti warna singa atau presiden pertama Amerika Serikat.
Penurunan fungsi ini dapat dinilai apabila pasien mengalami kesulitan dalam
penamaan barang yang sebelumnya telah diketahui namanya. Pasien dengan
Memori
Memori jangka pendek
(memori kerja atau working
memory)
Memori jangka
panjang
Eksplisit (sadar)
Memori Episodik
Memori Semantik
Memori Prosedural
memori kerja dapat dilihat dengan cara yaitu pasien akan menunjukkan
ketidakmampuan untuk berkonsentrasi atau memperhatikan. Kesulitan
melakukan tugas baru yang melibatkan instruksi dengan banyak langkah atau
aturan (Budson, 2005).
Domain kognitif keempat ialah kemampuan visuospatial, yaitu
kemampuan yang terkait pemahaman dan konseptualisasi representasi visual
dan hubungan spasial atau ruang dalam belajar dan melakukan tugas
(Rosenzweigh, 2010). Gangguan pada domain ini biasanya disebabkan karena
adanya lesi pada kedua bagian hemisfer. Metode yang dapat digunakan untuk
mendeteksi defisit domain ini adalah dengan meminta pasien untuk menyalin
diagram atau gambar yang paling umum seperti sebuah jam (Woodford, 2007).
Domain terakhir yang berperan pada penilaian fungsi kognitif ialah
fungsi eksekutif atau fungsi luhur yang merupakan istilah untuk fungsi otak
yang lebih tinggi, terutama berasal dari lobus frontal dengan melibatkan
hubungan antara subkortikal, ganglia basalis, dan thalamus. Domain ini
memiliki beberapa peran seperti perencanaan, berpikir abstrak, dan penilaian
(judgement). Berbagai teknik penilaian dapat digunakan untuk menilai fungsi
eksekutif secara klinis. Salah satu bentuk penilaian yang sederhana adalah
dengan meminta pasien untuk menggabungkan dan mengurutkan nomor yang
tersebar di seluruh halaman ( secara berurutan 123...) ataupun dengan
menyelipkan huruf secara bergantian seperti 1 A2B3C, dst.
Sedangkan untuk penilaian berpikir abstrak dapat dilakukan dengan meminta
pasien untuk menafsirkan peribahasa ataupun dengan meminta pasien untuk
menggambarkan kesamaan dan perbedaan antar kata-kata, misalnya cinta dan
benci. Untuk penilaian dapat dilakukan dengan meminta pasien untuk membuat
daftar hewan dalam waktu 1 menit atau membuat daftar kata yang dimulai
dengan huruf tertentu (Woodford, 2007).
Secara keseluruhan, pemeriksaan TYM dapat menilai 5 domain kognitif
yang dapat digunakan untuk diagnosis penyakit Alzheimer, diantara adalah
orientasi, bahasa, memori, kemampuan visuospatial, dan fungsi eksekutif. Pada
fungsi orientasi dapat dinilai dengan meminta pasien untuk menuliskan nama,
waktu secara lengkap dimulai dari tanggal, hari, bulan, tahun, musim, dan
umur pasien. Membaca kalimat dan menyalin kalimat (tanpa mengingatnya)
merupakan penilaian fungsi bahasa. Penilaian fungsi memori dapat diuji
dengan menanyakan tentang siapa presiden atau perdana menteri Amerika ?
ataupun kapan perang dunia 1 terjadi ? serta dengan meminta pasien untuk
menuliskan kembali kalimat yang telah ditulis di lembar jawaban pertama.
Kemampuan visuospatial dapat dinilai dengan meminta pasien untuk
menggambar sebuah jam lengkap sesuai dengan instruksi waktu yang
diberikan, selain untuk menilai fungsi visuospatial, tugas menggambar jam
juga merupakan penilaian terhadap fungsi eksekutif. Selain itu dapat juga
dilakukan dengan meminta pasien untuk membentuk sebuah huruf dari sebaran
lingkaran dan kubus kecil. Fungsi eksekutif dapat dinilai dengan meminta
pasien menghitung, menuliskan beberapa nama binatang yang berawal dengan
huruf tertentu seperti huruf S serta dengan meminta pasien untuk
menjelaskan tentang perbedaan antara singa dengan serigala atau persamaan
wortel dengan kentang.
2.3
standar yang sudah digunakan selama 30 tahun. Pemeriksaan ini pertama kali
diperkenalkan pada tahun 1975 oleh Folstein et al. Dalam praktik klinis
penggunaan utama MMSE adalah untuk membantu para dokter dalam
mendiagnosis gangguan fungsi kognitif khususnya dementia dan delirium
(Larner, 2012).
Pemeriksaan ini terdiri atas 11 pertanyaan dan mencakup beberapa
domain kognitif, yaitu orientasi, registrasi, perhatian atau kalkulasi, ingatan,
bahasa (penamaan, pemahaman, pengulangan, menulis), dan kemampuan
visuospatial. Nilai keseluruhan dari pemeriksaan ini antara 0 (ada gangguan)30 (normal), dimana dengan nilai pemeriksaan 24 atau 27 pasien dianggap
memiliki gangguan kognitif. (Lihat Lampiran 3) ( Mitchell, 2013; Ridha and
Rossor, 2005). Pemeriksaan ini memiliki beberapa kekuatan salah satunya
adalah nilai pada pemeriksaan ini cukup dipahami dengan baik oleh tenaga
kesehatan sehingga sangat aplikatif (Larner, 2012). Di samping memiliki
keuntungan, pemeriksaan ini juga memiliki kelemahan. MMSE tidak dapat
memenuhi salah satu dari 3 persyaratan tes skrining singkat penyakit
Alzheimer untuk non spesialis yang mencakup waktu pemeriksaan yang
singkat,
untuk konsultasi dengan pasien. Sekitar 58% dokter praktik di Rumah Sakit
berpikir bahwa pengelolaan pemeriksaan MMSE membutuhkan waktu yang
cukup lama dan dianggap kurang efisien sebagai metode untuk menegakkan
diagnosis penyakit Alzheimer (Brown,et al, 2009).
Pemeriksaan MMSE telah mencakup domain kognitif yang berbeda,
tetapi memiliki bias terhadap domain parietal dan fungsi lobus temporal,
dimana domain ini berfungsi sebagai uji orientasi. Pemeriksaan ini memiliki
keterbatasan dalam menilai fungsi eksekutif dan visuospatial, dimana pada
tugas pentagon pasien hanya diminta untuk menyalin gambar, dan tidak
menilai perencanaan keterampilan (skill). Hal ini berbeda dengan salah satu
tugas pada TYM dimana pasien akan diminta untuk menggambarkan jam
lengkap dengan waktu yang telah disesuaikan dengan instruksi. Selain itu tes
bahasa dan memori pada pemeriksaan ini dirasa terlalu mudah dan hanya
terdapat satu poin penilaian untuk tugas visuospatial (Brown,et al, 2009).
Pemeriksaan MMSE memiliki rentang nilai yang kecil, dimana kisaran
nilainya hanya berkisar antara 14-30 poin sehingga kurang begitu sensitif
dalam menilai gangguan kognitif ringan. Nilai pada pemeriksaan MMSE pun
juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia, lokasi pemeriksaan, dan
tingkat pendidikan sedangkan pemeriksaan TYM tidak dipengaruhi oleh
faktor- faktor di atas (Ridha dan Rossor, 2005). Kelemahan-kelemahan inilah
yang menjadi masalah utama, dimana uji ini dianggap tidak sensitif dalam
diagnosis Alzheimer ringan. Pemeriksaan ini lebih spesifik dan sensitif dalam
mendeteksi demensia sedang sampai berat dibandingkan dengan gangguan
kognitif ringan yang berkaitan dengan disfungsi eksekutif frontal (Brown,et al,
2009; Ridha dan Rossor, 2005).
Pemeriksaan TYM sebagai pemeriksaan kognitif yang terkini dianggap
telah memenuhi 3 persyaratan pemeriksaan tersebut dibandingkan dengan
MMSE, yakni waktu pemeriksaan yang singkat, pengujian berbagai domain
kognitif, dan sensitif terhadap penyakit Alzheimer atau gangguan kognitif
ringan. Pertama, seorang pasien dapat melakukan test ini di ruang tunggu
dengan diawasi oleh seorang supervisi, perawat, atau resepsionis, dimana hasil
dari pemeriksaan ini dapat dianalisa dalam kurun waktu 2 menit. Kedua,
pemeriksaan TYM menilai domain kognitif lebih baik daripada pemeriksaan
MMSE, dengan bias yang kurang terhadap fungsi bahasa pada Hemisfer
(Brown,et al, 2009).
Tes bahasa dan memori pada pemeriksaan ini memiliki tingkat kesulitan
yang lebih jika dibandingkan dengan MMSE. Pada pemeriksaan TYM terdapat
dua tugas visuospatial, dimana tes ini berperan penting dalam membedakan
penyakit Alzheimer dari sindrom amnestik murni. Ketiga, pemeriksaan ini
memiliki sensitifitas yang tinggi dalam mendeteksi Alzheimer. Dalam
penelitian Brown, et al TYM dapat mendeteksi 93% kasus Alzheimer
dibandingkan dengan pemeriksaan MMSE yang hanya dapat mendeteksi
sebesar 52% dari kasus Alzheimer (Brown,et al, 2009).
Seperti halnya pemeriksaan kognitif yang lain, selain memiliki
keunggulan tentunya TYM juga memiliki kekurangan. Kekurangan dari
pemeriksaan ini jika dibandingkan dengan pemeriksaan MMSE ialah bawah
TYM tidak menilai domain atensi. Akan tetapi walaupun tidak menilai domain
tanggal, dan waktu pada kolom orientasi, atau menuliskan 3 objek yang ada di
sekitar tempat pemeriksaan lalu mengulang nama objek yang dituliskan.
Komponen memori digunakan untuk mengevaluasi memori episodik dan
semantik. Pertanyaan paling sederhana yaitu menulis ulang kata yang sudah
disebutkan pada komponen orientasi, terdapat pula pertanyaan mengenai nama
dan alamat yang harus diingat oleh pasien, serta pertanyaan yang mencakup
mengenai fakta ataupun sejarah (Mathuranath, 2000).
Addenbrooke
memiliki
beberapa
kekuatan
dalam
pengerjaan dan
Kedua tes ini memberikan catatan permanen kinerja pasien, yang dapat dinilai
dan digunakan untuk diagnosis penyakit Alzheimer (Brown,et al, 2009).
BAB III
PEMERIKSAAN KOGNITIF TEST YOUR MEMORY (TYM) SEBAGAI
DETEKSI DINI PENYAKIT ALZHEIMER DITINJAU
DARI AGAMA ISLAM
6.1
menjaga akal, sebab tanpa akal yang baik orang sama dengan binatang, berarti
tidak termasuk mukallaf (muslim yang dikenai kewajiban agama atau dibebani
melakukan apa yang telah ditetapkan syri). Urutan yang terakhir adalah
menjaga harta. (Zuhroni, 2010). Keberadaan lima kemashlahatan di atas sesuai
dengan firman Allah SWT :
Artinya : Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu
yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah
terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak
kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan
kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang
keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah
kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan
dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang diperintahkan
kepadamu supaya kamu memahami(nya). Dan janganlah kamu dekati harta
anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia
dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak
memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan
yang menyeleweng dari kebenaran; (2) qalbu yang mati, adalah qalbu yang
tidak mengenal siapa Rabbnya. Ia tidak beribadah kepadanya, enggan
menjalankan perintah-Nya atau menghadirkan sesuatu yang dicintai dan
diridhai-Nya; (3) qalbu yang sakit, adalah qalbu
pada jalur yang ditunjukkan agama inilah yang disebut an-nafs almuthmainnah atau jiwa yang tenang (Kosasih, 2012). Firman Allah SWT :
Artinya Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati
yang puas lagi diridhai-Nya.Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hambaKu, masuklah ke dalam surga-Ku. (Q.S Al-Fajr (89): 27-30).
Dengan demikian keutuhan jiwa manusia adalah manusia yang mampu
menjaga, mengelola, dan memadukan potensi akal, qalbu, dan nafsunya secara
harmonis, dimana konsep ini menggambarkan manusia yang menuruti hukumhukum Allah secara keseluruhan dan dilandasi dengan berserah diri, tunduk,
dan ikhlas kepada Allah untuk menjadi muslim yang kaffah dengan jiwa yang
sehat (Kosasih, 2012). Adapun indikasi jiwa yang sehat adalah jiwa yang dapat
mengatasi segala gangguan, seperti selalu dalam keadaan gelisah, takut mati,
dan berbagai ketakutan yang lain. Kegelisahan jiwa menyebabkan jantung
berdebar-debar, tidak bisa tidur, makan tidak enak, merasa cemas dan tertekan.
Menurut Islam hal yang dapat dilakukan untuk mengobati kegelisahan jiwa
ialah dengan dzikir Allah (Zuhroni, et al, 2003).
Menurut Elzaky dalam bukunya yang berjudul Mukjizat kesehatan ibadah,
bahwa shalat memiliki peran yang sangat penting bagi terciptanya ketenangan
serta hilangnya kegelisahan dan stres. Penyebabnya yang paling utama ialah
karena orang yang melaksanakan shalat akan memiliki kepercayaan diri bahwa
ia mampu menghadapai berbagai persoalan hidup karena semuanya merupakan
kehendak Allah SWT. Gerakan sujud dapat menyembuhkan nyeri leher, sakit
kepala, radang sendi, kelelahan, dan gangguan saraf ( Elzaky, 2011).
Selain shalat, ibadah dalam Islam yang sudah terbukti memiliki pengaruh
terhadap masalah kejiwaan dan tingkat stres seseorang ialah zakat. Perasaan
senang dan rida dapat muncul pada diri seseorang setelah mengeluarkan zakat
atau sedekah. Di sisi lain, menunaikan zakat dan memberikannya kepada para
mustahik akan menghilangkan amarah, dendam, kebencian, dan kedengkian
dari hati kaum fakir dan miskin (Elzaky, 2011). Secara sosial ekonomi ibadah
zakat diharapkan dapat mengurangi tingkat stres kaum miskin yang terlalu
berat memikirkan beban ekonomi. Berbagai praktik keagamaan, disamping
bernilai ubudiah, juga bernilai sebagai salah satu bentuk menjaga kesehatan
fisik dan psikis (Zuhroni, et al, 2003).
4.2
langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami
dari siksa neraka. (Q.S.Ali-Imran: (3): 190-191).
Dari makna ayat tersebut di atas, jelas sekali betapa Allah menganjurkan
kepada manusia memberdayakan fungsi akalnya untuk mengingat kebesaranNya. Allah menyuruh kepada manusia untuk memperhatikan, merenungkan,
mengkaji dan meneliti betapa canggihnya fenomena alam hasil ciptaan-Nya.
Dengan pemberdayaan fungsi akal pikiran itu , maka rasa kagum kepada Allah
akan tercipta, dan dengan kekaguman itu juga maka keimanan itu akan menjadi
kokoh (May, 2010).
Syariat Islam sangat menekankan memelihara akal dengan mengharamkan
berbagai tindakan yang dapat merusak potensi akal, seperti larangan
mengonsumsi khamar dan narkoba, memberikan sanksi berat bagi pelakunya.
Akal diberikan kebebasan untuk memahami, memikirkan, dan menggunakan
dalil atau bukti logis dan menolak taqlid buta dan dianjurkan menjaga
kecerdasan
akal,
baik
secara
fisik
maupun
psikis.
Islam
sangat
Artinya : Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
penurunan
daya
intelektualitas.
Dilihat
dari
segi
2.
sesuatu yang tidak berguna, yang secara etika tidak akan mengancam
eksistensi akal secara langsung, hanya akan menjadikan kehidupannya
kurang bernilai. (Zuhroni, 2010).
Seperti pada firman Allah yang tercantum dalam surat Yunus : 100, agar
manusia harus mempergunakan akal pikiran secara jernih dengan tetap
berpegang teguh kepada Allah dan Rasul-Nya agar terhindar dari murka Allah
SWT (May, 2010).
Artinya : Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah,
Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak
mempergunakan akalnya. (Q.S Yunus (10): 100).
3.3
(ibadah). Seperti yang telah dibahas pada Bab II, penyakit Alzheimer ini dapat
mengakibatkan penurunan fungsi kognitif atau intelektual seseorang, dimana
dapat berakibat terhadap gangguan bicara, motorik, dan memori. Pemeriksaan
kognitif TYM bermanfaat untuk mendeteksi penyakit Alzheimer pada stadiumstadium awal sehingga penanganan medis pun dapat segera diberikan untuk
mencegah dampak yang lebih berat dari penyakit ini. Segala sesuatu yang
memberikan manfaat adalah diperbolehkan di dalam islam. dan semua ciptaan
Allah SWT yang terbentang di dunia ini seperti air, pepohonan, barang
tambang, tanah, bebatuan, makanan, minuman, pakaian, berbagai sarana
prasarana hidup adalah halal untuk dimanfaatkan (Zuhroni, 2010). Sesuai
Firman Allah SWT :
Artinya : Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk
kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh
langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (Q.S. Al-Baqarah (2):29).
Selain prinsip manfaat di atas, terdapat prinsip yang juga dapat
digunakan sebagai dalil dalam menjalankan pemeriksaan ini yaitu prinsip
kehalalan sesuatu, dimana asal segala sesuatu yang datang dari Allah SWT
adalah halal dan mubah. Tidak ada yang haram kecuali apa yang disebutkan
oleh nash yang shahih (Qardhawi, 2000).
Artinya: Yang halal ialah apa yang dihalalkan Allah di dalam kitab-Nya, dan
yang haram ialah apa yang diharamkan Allah di dalam kitab-Nya; sedang apa
yang didiamkan oleh-Nya berarti dimaafkan untukmu (HR. At Tirmidzi).
Pemeriksaan TYM tidak mengandung unsur haram karena pemeriksaan
ini hanya terdiri atas dua buah lembar kertas yang terdiri atas gambar dan
tulisan yang mencakup penilaian fungsi kognitif seseorang. Pemeriksaan
kognitif pada Alzheimer ini juga bermanfaat sebagai bentuk pencegahan
terhadap mudharat. Penjagaan diri pada waktu sehat, lebih baik dari pada
pengobatan pada waktu sakit. Allah SW melarang manusia membiarkan dirinya
binasa. Sunnah nabi pada riwayat para sahabat menunjukan berbagai upaya
untuk melakukan tindakan pencegahan penyakit (Taufiq, 2012). Sesuai dengan
firman Allah SWT :
BAB IV
KAITAN PANDANGAN ILMU KEDOKTERAN DAN ISLAM TERHADAP
PEMERIKSAAN KOGNITIF TEST YOUR MEMORY (TYM) SEBAGAI
DETEKSI DINI PENYAKIT ALZHEIMER
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada Bab II dan Bab III, maka
menurut penulis terdapat keterkaitan pandangan antara bidang ilmu kedokteran dan
agama Islam mengenai pemeriksaan kognitif TYM untuk deteksi dini penyakit
Alzheimer. Menurut ilmu kedokteran, penyakit Alzheimer merupakan penyakit
neurodegeneratif otak yang sering terjadi dan merupakan bentuk paling umum dari
demensia. Penyebab dari penyakit ini belum diketahui secara pasti, tetapi
diperkirakan adanya beberapa faktor resiko yang berperan pada terjadinya penyakit
Alzheimer, seperti faktor usia, hormonal, riwayat keluarga dan genetik, autoimun,
inflamasi, radikal bebas, trauma kapitis, dan beberapa faktor pencetus lainnya.
Neuropatologi dari penyakit ini disebabkan karena adanya atrofi dari
hipokampus dan NFT (neurofibrillary tangles) yang berhubungan dengan adanya
penurunan kualitas memori dan perlambatan verbal recall. Gejala tersering ialah
afasia, anomia, agnosia, apraksia, disleksia, diskalkulia, dan disgrafia. Selain itu juga
sering ditemukan adanya kehilangan memori jangka pendek serta kejang. Banyaknya
gejala klinis yang ditimbulkan pada penyakit ini sehingga diperlukan adanya alat
atau metode yang dengan cepat dan tepat dapat mendiagnosis dini penyakit ini.
Penegakkan diagnosis klinis yang cepat dan akurat akan sangat membantu tenaga
medis dalam memberikan terapi yang komprehensif mencakup terapi farmakologik
dan non-farmakologik kepada penderita Alzheimer.
seperti nafsu, qalbu (qalb), akal (aql), dan roh haruslah dijaga agar menjadi satu
kesatuan yang harmonis sebagai manusia yang utuh dengan jiwa yang sehat. Jiwa
yang sehat ialah jiwa yang tenang yang dapat mengatasi segala gangguan, seperti
kegelisahan dan ketakutan. Menurut Islam hal yang dapat dilakukan untuk menjaga
agar jiwa manusia tetap sehat ialah dengan menjalankan syariat-syariat agama Islam,
seperti dzikir, sholat, dan zakat.
Islam sangat menekankan keutamaan dalam memelihara akal, dimana akal itu
merupakan rahmat Allah yang luar biasa kepada manusia yang membedakan manusia
dengan makhluk lainnya. Seperti firman Allah SWT pada surat Yunus ayat 24 yang
artinya Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada
orang-orang berfikir. Ayat tersebut dengan jelas menyatakan bahwa hanya orang
yang berpikir atau yang menggunakan akal pikirannya yang dapat mengetahui dan
memahami kebesaran dan kekuasaan Allah SWT. Oleh karena itu manusia dituntut
untuk menggunakan akal pikiran secara jernih dengan tetap berpegang teguh kepada
syariat agama Islam, karena Allah akan menimpakan kemurkaan kepada orangorang yang tidak menggunakan akal. Syariat Islam sangat menekankan pemeliharaan
akal dengan mengharamkan berbagai tindakan yang dapat merusak akal, seperti
larangan mengonsumsi khamar dan narkoba.
Menurut pandangan Islam, seseorang diperbolehkan untuk melakukan
pemeriksaan kognitif seperti pemeriksaan TYM. Adanya beberapa kaidah dalam
islam yang dapat dijadikan landasan diperbolehkannya pemeriksaan tersebut adalah
prinsip manfaat dan kehalalan sesuatu. Pemeriksaan TYM sangat cepat dalam
mendeteksi penyakit Alzheimer, tentunya hal ini berkesinambungan dengan ajaran
agama Islam dimana pengobatan yang mendatangkan manfaat ialah boleh dilakukan.
Manfaat dalam artian tidak merugikan pasien, karena dengan pemeriksaan ini maka
pasien tidak harus menghabiskan banyak waktu, karena pemeriksaan ini dapat
diselesaikan dalam kurun waktu 5 menit.
Pemeriksaan TYM juga berperan dalam menilai domain kognitif seperti
memori, bahasa, kemampuan visuospatial, dan fungsi eksekutif, dimana domaindomain tersebut berhubungan erat dengan akal dan pikiran manusia. Sehingga
dengan melakukan pemeriksaan ini kita menjalankan salah satu dari kewajiban
agama ataupu tujuan syariat Islam yaitu memelihara akal (hifzh al-Aql) dan jiwa
((hifzh al-Nafs). Akal dan jiwa yang terpelihara secara baik akan menjadikan
seseorang sebagai muslim yang kaffah serta memiliki jiwa yang sehat sehingga dapat
menjalankan ajaran dan syariat agama Islam. Sesuatu yang mendatangkan manfaat
dan tidak mengandung unsur-unsur yang haram (halal) maka diperbolehkan untuk
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Penyakit Alzheiemr memiliki manifestasi klinis yang bervariasi mulai dari
kehilangan memori, gangguan bicara, sampai dengan gangguan motorik. Oleh karena
itu dengan pemeriksaan TYM yang sensitif dan spesifik dalam mendeteksi penyakit
Alzheimer akan sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya keparahan penyakit
ini yang nantinya akan berpengaruh terhadap kualitas hidup insani dalam
menjalankan ibadah. Prinsip mencegah dari mudharat juga menjadi pendukung
dalam penggunaan TYM sebagai alat deteksi dini penyakit Alzheimer, karena Allah
melarang manusia membiarkan dirinya binasa, dan pemeriksaan ini merupakan
bentuk pencegahan dari sebuah mudharat. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan
bahwa kedokteran dan Islam sependapat bahwa pemeriksaan TYM adalah baik
dilakukan untuk mendeteksi dini penyakit Alzheimer.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan
1. Pemeriksaan kognitif Test Your Memory (TYM) merupakan pemeriksaan
terkini yang baik digunakan untuk mendiagnosis dini penyakit Alzheimer.
Pemeriksaan ini telah memenuhi 3 syarat tes skrinning untuk dokter yaitu,
waktu pemeriksaan yang singkat, penilaian mencakup beberapa domain
kognitif (atensi, bahasa, memori, kemampuan visuospatial, dan fungsi
eksekutif), serta yang terpenting adalah sensitif dan spesifik dalam
mendeteksi penyakit Alzheimer atau gangguan kognitif ringan.
2. Islam memperbolehkan pemeriksaan kognitif TYM sebagai alat diagnosis
untuk penyakit Alzheimer dikarenakan sesuai dengan kaidah agama Islam
yaitu prinsip manfaat dan halal. Menurut hukum Islam, asal atas sesuatu
yang membahayakan adalah dilarang dan yang bermanfaat boleh (ibadah),
serta bahwa segala sesuatu yang datang dari Allah SWT adalah halal dan
mubah. Pentingnya pemeriksaan kognitif TYM ini dikarenakan merupakan
suatu tindakan pencegahan dari mudharat yang mendatangkan manfaat.
Selain itu juga karena adanya anjuran untuk memelihara jiwa serta larangan
merusak akal sebagai syarat dalam menjalan syariat Islam. Oleh karena itu
pemeriksaan ini dapat diterapkan dalam praktik kedokteran.
5.2
Saran
1. Bagi keluarga atau penderita penyakit Alzheimer diharapkan mengetahui
dan mengenali gejala-gejala khas dari penyakit alzheimer dan segera
melakukan pengobatan atau konsultasi medis ke puskesmas, RS, ataupun
tempat yang memiliki fasilitas yang memadai untuk diagnosis dini penyakit
Alzheimer.
2. Bagi para tenaga medis, agar dapat menyediakan sarana pelayanan
kesehatan yang memadai dalam melakukan diagnosis kerja secara cepat dan
tepat serta memberikan terapi secara komprehensif kepada pasien Alzheimer
yang mencakup terapi farmako (obat-obatan) dan terapi non farmakologi
(pemberian asuhan atau caregiving) dengan bantuan keluarga. Selain itu
para tenaga medis hendaknya selalu memperbaharui ilmu tentang penyakit
dan teknologi kedokteran khususnya mengenai penyakit Alzheimer yang
angka kejadiannya semakin meningkat setiap tahunnya.
3. Bagi para ulama, penulis berharap memberikan perhatian besar tentang
hukum berobat yang berlaku sesuai syariat Islam kepada hal-hal yang
berkaitan dengan ilmu kedokteran modern. Khususnya pembahasan
penyakit Alzheimer dalam sudut pandang islam yang dirasa penulis masih
minim akan referensi.
4. Bagi pemerintah, penulis berharap dapat memberikan perhatian lebih
kepada penderita Alzheimer seperti menyediakan pusat pelayanan dan
pengobatan yang terpadu, agar mempermudah masyarakat, keluarga atau
penderita Alzheimer dapat mengakses informasi yang lengkap tentang
penyakit Alzheimer mulai dari penyebab sampai dengan penatalaksanaan.
DAFTAR PUSTAKA
Alquran. 2004. Departemen Agama Republik Indonesia, Jakarta.I
Adib, Abu. 2012. Allah Menurunkan Penyakit Dan Obatnya. Diunduh dari
http://almadinah.or.id/483-allah-menurunkan-penyakit-dan-obatnya.html pada
Sabtu, 9 Maret 2013.
Anonim. 2009.Test Your Memory. Diunduh
specialists.org pada Rabu, 27 Februari 2013.
dari
http://www.neurology-
http://www.posit-
Gilroy, John. 2000. Third Edition : Basic Neurology. America: The McGraw-Hill
Companies.
Japardi, Iskandar. 2002. Penyakit Alzheimer. Universitas Sumatera Utara. Diunduh
dari http://repository.usu.ac.id pada Minggu, 17 Februari 2013.
Kania, Dinar Dewi. 2012. Konsep Aql dan Qalb dalam Perspektif Islam. Diunduh
dari http://insistnet.com/index.php pada Selasa, 26 Februari 2013.
Kawas, Claudia.H. 2003. Early Alzheimers Disease. The New England Journal of
Medicine, 349 (11), pp.1057.
Kholid, SST. 2011. Kesehatan Jiwa dari Sudut Pandang Islam. Diunduh dari
http://kholid45.wordpress.com/kesehatan-jiwa/ pada Senin, 25 Februari 2013..
Kipps, C.M dan J.R Hodges. 2005. Cognitive assessment for Clinicians. NCBI, 76,
pp.22-30. Diunduh dari www.ncbi.nlm.nih.gov pada Senin, 1 April 2013.
Kosasih, Aceng. 2012. Konsep Manusia Utuh Dalam Pendidikan Umum Diunduh
dari http://file.upi.edu/browse.php pada Selasa, 26 Februari 2013.
Larner Andrew J. 2012. Cognitive Screening Instruments : A Springer: Liverpool.
Diunduh dari http://books.google.co.id/books pada Minggu, 24 Maret 2012.
Mathuranath, P.S, P.J.Nestor, G.E.Berios, et al. 2000. A brief cognitive test battery to
differentiate Alzheimers disease and frontotemporal dementia. National
Center for Biotechnology Information, 55, pp.1613-1630.
May, Abdurrachman. 2010. Kedudukan Akal dalam Islam. Diunduh dari
http://wordpress.com pada Minggu, 17 Februari 2013.
Mayeux, Richard. 2010. Early Alzheimers Disease. The New England Journal of
Medicine, 362 (23), pp.2194.
Mitchell, Alex J. 2012. Cognitive Screening Instruments : MMSE An Update on Its
Diagnostic Validity for Cognitive Disorders. Springer : Liverpool. Diunduh
dari http://books.google.co.id/books pada Senin, 25 Maret 2012.
Nur,
Peterson, Ronald C. 2011. Mild Cognitive Impairment. The New England Journal of
Medicine, 364, pp.2227-34. Diunduh dari http://www.nejm.org pada Kamis, 21
Februari 2012 pukul 21.43 WIB.
Purba, Jan Sudir. 2006. Demensia dan Penyakit Alzheimer Etiologi & Terapi Edisi II.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Qardhawi, M.Yusuf. 2000. Halal Dan Haram Dalam Islam. Diunduh dari
http://media.isnet.org/islam/Qardhawi/Halal/index.html pada Minggu, 17
Maret 2013.
Querfurth,Henry.W and Frank M. LaFerla, 2010. Alzheimers Disease. The New
England Journal of Medicine, 362, pp.329-44. Diunduh dari
http://www.nejm.org pada Kamis, 21 Februari 2012.
Ridha, Basil dan Martin Rossor. 2005. The Mini Mental State Examination. British
Medical Jornals, 5. pp.298-303. Diunduh dari http://pn.bmj.com pada Minggu,
24 Maret 2012.
Rosenzweigh,
Andrew.
2010.
Visuospatial Ability.
Diunduh
http://alzheimers.about.com/od/glossary/g/Visuospatial_Ability.htm
Senin 1 april 2012.
dari
pada
Salloway, Stephen dan Stephen Correia. 2009. Alzheimer disease: Time to improve
its diagnosis and treatment. Cleveland Clinic Journal of Medicine, volume 76,
no.1, pp.49.
Tajudin. 2012. Jiwa Dan Kedudukannya Dalam Pandangan Islam. Diunduh dari
http://www.fai.umj.ac.id/index.php pada Selasa, 26 Februari 2013.
Tang-Wai, David F dan N L Graham. 2008. Assessment of Language Function in
Dementia. Diunduh dari http://www.medscape.com/viewarticle/573859 pada
Senin, 1 april 2013.
Taufiq, Istana. 2012. Dalil-Dalil Al-Quran Tentang Pentingnya Menjaga Kesehatan
dan Kebersihan. Diunduh dari http://www.fkspp-ntb.com pada Rabu, 26
Februari 2013.
Woodford, H.J dan J.George. 2007. Cognitive assessment in the elderly: a review of
clinical methods. Quarterly Journal of Medicine, 100, pp.469484. Diunduh
dari http://qjmed.oxfordjournals.org pada Kamis, 21 Maret 2013.
Yoshida, Hidenori, S.Terada, H.Honka, et al. 2011. Validation of the revised
Addenbrookes Cognitive Examination (ACE-R) for detecting mild cognitive
impairment and dementia in a Japanese population. International
Psychogeriatric Association. Diunduh dari http://journals.cambridge.org pada
Selasa, 26 Maret 2013.
Zuhroni, Nur Riani, dan Nirwan Nazaruddin. 2003. Islam Untuk Disiplin Ilmu
Kesehatan dan Kedokteran 2 (Fiqih Kontemporer). Direktorat Jenderal
Kelembagaan Agama Islam, Departemen Agama RI, Jakarta.
Lampiran 1
Kriteria diagnosis pada Alzheimer
(DSM IV)
A. Perkembangan penurunan kognitif multipel ditentukan oleh :
1. Gangguan memori (gangguan dalam mempelajari informasi baru untuk
mengingat informasi yang dipelajari sebelumnya).
2. Satu atau lebih dari gangguan kognitif berikut :
a. Afasia (gangguan bahasa)
b. Apraksia (gangguan untuk melaksanakan fungsi motorik)
c. Agnosia (kegagalan mengenali atau mengidentifikasi benda meskipun
fungsi sensorik utuh)
d. Gangguan pada fungsi eksekutif ( seperti perencanaan, pengaturan,
pengurutan, abstraksi)
B. Penurunan fungsi kognitif dalam kriteria A1 dan A2 masing-masing
menyebabkan penurunan secara signifikan dalam fungsi sosial atau
pekerjaan. Penurunan tidak terjadi secara khusus selama delirium.
C. Program ini ditandai dengan onset bertahap dan penurunan kognitif secara
terus menerus.
(Sumber: Gilroy, John. 2000. Third Edition : Basic Neurology. America: The
McGraw-Hill Companies, pp.348).
Lampiran 2
HITUNG
TULISLAH BEBERAPA
BENDA YANG DIMULAI DARI
HURUF S, CONTOH
SHARK
Sumber : Brown Jeremy M, 2008. Test Your Memory, diunduh dari http://www.bmj.com, 24
Februari 2013.
Lampiran 3
Lampiran 4
Cognitive
Examination
2012
diunduh
dari