Anda di halaman 1dari 9

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Syok anafilaktik adalah syok yang terjadi secara akut yang disebabkan oleh reaksi
alergi. Anafilaksis termasuk dalam reaksi yang serius yang terjadi secara cepat dan dapat
menyebabkan kematian . Reaksi tersebut dapat terjadi dalam hitungan detik atau menit.
Insect Bite atau gigitan serangga adalah kelainan akibat gigitan atau tusukan
serangga yang disebabkan reaksi terhadap toksin atau alergen yang dikeluarkan artropoda
penyerang.
2. Insiden
Insidens syok anafilaktik 40 60 persen adalah akibat gigitan serangga, 20-40
persen akibat zat kontras radiografi, dan 10 20 persen akibat pemberian obat penicillin.
. 3. Patogenesis dan patofisiologi
Gigitan atau sengatan serangga akan menyebabkan kerusakan kecil pada kulit,
lewat gigitan atau sengatan antigen yang akan masuk langsung direspon oleh sistem imun
tubuh. Racun dari serangga mengandung zat-zat yang kompleks. Reaksi terhadap antigen
tersebut biasanya akan melepaskan histamin, serotonin, asam formic atau kinin. Lesi
yang timbul disebabkan oleh respon imun tubuh terhadap antigen yang dihasilkan melalui
gigitan atau sengatan serangga. Reaksi yang timbul melibatkan mekanisme imun.
Reaksi immediate merupakan reaksi yang sering terjadi dan ditandai dengan
reaksi lokal atau reaksi sistemik. Lesi juga timbul karena adanya toksin yang dihasilkan
oleh gigitan atau sengatan serangga. Nekrosis jaringan yang lebih luas dapat disebabkan
karena trauma endotel yang dimediasi oleh pelepasan neutrofil. Spingomyelinase D
adalah toksin yang berperan dalam timbulnya reaksi neutrofilik. Enzim Hyaluronidase
yang juga ada pada racun serangga akan merusak lapisan dermis sehingga dapat
mempercepat penyebaran dari racun tersebut.

Skema perubahan patofisiologi pada syok anafilaktik

4. Manifestasi Klinis
Banyak jenis spesies serangga yang menggigit dan menyengat manusia, yang
memberikan respon yang berbeda pada masing-masing individu,
5. Pemeriksaan Penunjang

Dari gambaran histopatologis pada fase akut didapatkan adanya edema antara selsel epidermis, spongiosis, parakeratosis serta sebukan sel polimorfonuklear. Infiltrat dapat
berupa eosinofil, neutrofil, limfosit dan histiosit. Pada dermis ditemukan pelebaran ujung
reaksi yang timbul dapat berupa lokal atau generalisata. Reaksi lokal yang biasanya
muncul dapat berupa papular urtikaria. Papular urtikaria dapat langsung hilang atau juga
akan menetap, biasa disertai dengan rasa gatal, dan lesi nampak seperti berkelompok
maupun menyebar pada kulit. Papular urtikaria dapat muncul pada semua bagian tubuh
atau hanya muncul terbatas disekitar area gigitan. Pada awalnya, muncul perasaan yang
sangat gatal disekitar area gigitan dan kemudian muncul papul-papul. Papul yang
mengalami ekskoriasi dapat muncul dan akan menjadi prurigo nodularis. Vesikel dan
bulla dapat muncul yang dapat menyerupai pemphigoid bullosa, sebab manifestasi klinis
yang terjadi juga tergantung dari respon sistem imun penderita masing-masing. Infeksi
sekunder adalah merupakan komplikasi tersering yang bermanifestasi sebagai folikulitis,
selulitis atau limfangitis.
Pada beberapa orang yang sensitif dengan sengatan serangga dapat timbul
terjadinya suatu reaksi alergi yang dikenal dengan reaksi anafilaktik. Anafilaktik syok
biasanya disebabkan akibat sengatan serangga golongan Hymenoptera, tapi tidak
menutup kemungkinan terjadi pada sengatan serangga lainnya. Reaksi ini akan
mengakibatkan pembengkakan pada muka, kesulitan bernapas, dan munculnya bercakbercak yang terasa gatal (urtikaria) pada hampir seluruh permukaan badan. Prevalensi
terjadinya reaksi berat akibat sengatan serangga adalah kira-kira 0,4%, ada 40 kematian
setiap tahunnya di Amerika Serikat. Reaksi ini biasanya mulai 2 sampai 60 menit setelah
sengatan. Dan reaksi yang lebih berat dapat menyebabkan terjadinya syok dan kehilangan
kesadaran dan bisa menyebakan kematian nantinya. sehingga diperlukan penanganan
yang cepat terhadap reaksi ini.pembuluh darah dan sebukan sel radang akut.
6. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan
penunjang. Dari anamnesis dapat ditemukan adanya riwayat aktivitas diluar rumah yang
mempunyai resiko mendapat serangan serangga seperti di daerah perkebunan dan taman.
Bisa juga ditanyakan mengenai kontak dengan beberapa hewan peliharaan yang bisa saja
3

merupakan vektor perantara dari serangga yang dicurigai telah menggigit atau
menyengat.
Pemeriksaan pembantu lainnya yakni dengan pemeriksaan laboratorium dimana
terjadi peningkatan jumlah eosinofil dalam pemeriksaan darah. Dapat juga dilakukan tes
tusuk dengan alergen tersangka.
7. Pengelolaan Syok Anafilaksis
Secara umum terapi anafilaksis bertujuan :
1. Mencegah efek mediator

Menghambat sintesis dan pelepasan mediator


Blokade reseptor

2. Mengembalikan fungsi organ dari perubahan patofisiologik akibat efek


mediator.
Titik tangkap terapi berdasarkan perubahan patofisiologi

A. Terapi

medikamentosa

Prognosis suatu syok anafilaktik amat tergantung dari kecepatan diagnosa dan
pengelolaannya:
1.Adrenalin merupakan drug of choice dari syok anafilaktik. Hal ini disebabkan 3 faktor
yaitu :

Adrenalin merupakan bronkodilator yang kuat , sehingga penderita dengan cepat

terhindar dari hipoksia yang merupakan pembunuh utama.


Adrenalin merupakan vasokonstriktor pembuluh darah dan inotropik yang kuat

sehingga tekanan darah dengan cepat naik kembali.


Adrenalin merupakan histamin bloker, melalui peningkatan produksi cyclic AMP
sehingga produksi dan pelepasan chemical mediator dapat berkurang atau
berhenti.
5

Dosis dan cara pemberiannya :


0,3 0,5 ml adrenalin dari larutan 1 : 1000 diberikan secara intramuskuler yang
dapat diulangi 5 10 menit. Dosis ulangan umumnya diperlukan, mengingat lama
kerja adrenalin cukup singkat. Jika respon pemberian secara intramuskuler kurang
efektif, dapat diberi secara intravenous setelah 0,1 0,2 ml adrenalin dilarutkan
dalam spuit 10 ml dengan NaCl fisiologis, diberikan perlahan-lahan. Pemberian
subkutan, sebaiknya dihindari pada syok anafilaktik karena efeknya lambat
bahkan mungkin tidak ada akibat vasokonstriksi pada kulit, sehingga absorbsi
obat tidak terjadi.
2.Aminofilin
Dapat diberikan dengan sangat hati-hati apabila bronkospasme belum hilang
dengan pemberian adrenalin. 250 mg aminofilin diberikan perlahan-lahan selama 10
menit intravena. Dapat dilanjutkan 250 mg lagi melalui drips infus bila dianggap perlu.
3. Antihistamin dan kortikosteroid.
Merupakan pilihan kedua setelah adrenalin. Kedua obat tersebut kurang
manfaatnya pada tingkat syok anafilaktik, sebab keduanya hanya mampu menetralkan
chemical mediators yang lepas dan tidak menghentikan produksinya. Dapat diberikan
setelah gejala klinik mulai membaik guna mencegah komplikasi selanjutnya berupa
serum sickness atau prolonged effect. Antihistamin yang biasa digunakan adalah
difenhidramin HCl 5 20 mg IV dan untuk golongan kortikosteroid dapat digunakan
deksametason 5 10 mg IV atau hidrocortison 100 250 mg IV.
B. Terapi Supportif
1. Pemberian Oksigen
Jika laring atau bronkospasme menyebabkan hipoksi, pemberian O2 3 5 ltr /
menit harus dilakukan. Pada keadaan yang amat ekstrim tindakan trakeostomi atau
krikotiroidektomi perlu dipertimbangkan.
2. Posisi Trendelenburg
6

Posisi trendeleburg atau berbaring dengan kedua tungkai diangkat (diganjal


dengan kursi) akan membantu menaikan venous return sehingga tekanan darah ikut
meningkat.
3.Pemasangan infus.
Jika semua usaha-usaha diatas telah dilakukan tapi tekanan darah masih tetap
rendah maka pemasangan infus sebaiknya dilakukan. Cairan plasma expander (Dextran)
merupakan pilihan utama guna dapat mengisi volume intravaskuler secepatnya. Jika
cairan tersebut tak tersedia, Ringer Laktat atau NaCl fisiologis dapat dipakai sebagai
cairan pengganti. Pemberian cairan infus sebaiknya dipertahankan sampai tekanan darah
kembali optimal dan stabil.
4. Resusitasi Kardio Pulmoner (RKP)
Seandainya terjadi henti jantung (cardiac arrest) maka prosedur resusitasi kardiopulmoner
segera harus dilakukan sesuai dengan falsafah ABC dan seterusnya. Mengingat
kemungkinan terjadinya henti jantung pada suatu syok anafilaktik selalu ada, maka
sewajarnya ditiap ruang praktek seorang dokter tersedia selain obat-obat emergency,
perangkat infus dan cairannya juga perangkat resusitasi(Resucitation kit ) untuk
memudahkan tindakan secepatnya.
8. Prognosis
Prognosis dari gigitan serangga sebenarnya baik, tapi tergantung jenis serangga
serta racun yang dimasukkannya ke dalam tubuh manusia. Dan apabila terjadi syok
anafilaktik maka prognosisnya bergantung dari penangan yang cepat dan tepat.

DAFTAR PUSTAKA
1 . Siregar RS. Prof. Dr. Atlas berwarna Saripati Penyakit Kulit. Indonesia. Jakarta :
EGC ; 2000
2.Rohmi Nur. Insect Bites. Diunduh dari: http://www.fkuii.org/tiki-

index.php?

page=Insect+Bites7
3. Bites and Sting. In: Bolognia JL Lorizzo JL, Rapini RP,eds. Dermatology Volume.1.
London: Mosby; 2003
4.Ngan

Vanessa

Insect

Bite

and

http://www.dermnet.com/image.cfm?imageID=1875

Stings.

Available

from

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab Ii Tinjauan Pustaka
    Bab Ii Tinjauan Pustaka
    Dokumen6 halaman
    Bab Ii Tinjauan Pustaka
    PutriYuriandiniYulsam
    Belum ada peringkat
  • Sampah Medis
    Sampah Medis
    Dokumen7 halaman
    Sampah Medis
    PutriYuriandiniYulsam
    Belum ada peringkat
  • Gizi
    Gizi
    Dokumen16 halaman
    Gizi
    PutriYuriandiniYulsam
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi
    PutriYuriandiniYulsam
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    PutriYuriandiniYulsam
    Belum ada peringkat
  • Case Diare
    Case Diare
    Dokumen24 halaman
    Case Diare
    PutriYuriandiniYulsam
    Belum ada peringkat
  • Syok Anafilaktik Ib
    Syok Anafilaktik Ib
    Dokumen20 halaman
    Syok Anafilaktik Ib
    PutriYuriandiniYulsam
    Belum ada peringkat
  • Kasus Kematian
    Kasus Kematian
    Dokumen21 halaman
    Kasus Kematian
    PutriYuriandiniYulsam
    Belum ada peringkat
  • Case Tonsilitis Uti
    Case Tonsilitis Uti
    Dokumen39 halaman
    Case Tonsilitis Uti
    PutriYuriandiniYulsam
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    PutriYuriandiniYulsam
    Belum ada peringkat
  • BRONKIOLITIS
    BRONKIOLITIS
    Dokumen9 halaman
    BRONKIOLITIS
    PutriYuriandiniYulsam
    Belum ada peringkat
  • Tinjauan Pustaka
    Tinjauan Pustaka
    Dokumen7 halaman
    Tinjauan Pustaka
    PutriYuriandiniYulsam
    Belum ada peringkat
  • Case Spondilitis TB
    Case Spondilitis TB
    Dokumen19 halaman
    Case Spondilitis TB
    PutriYuriandiniYulsam
    Belum ada peringkat
  • Referat Radiologi Uti
    Referat Radiologi Uti
    Dokumen15 halaman
    Referat Radiologi Uti
    PutriYuriandiniYulsam
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen14 halaman
    Bab 1
    Dini Amalia
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen14 halaman
    Bab Ii
    Mia Siti Hikmayanti
    Belum ada peringkat
  • Dermatitis Atopik Case
    Dermatitis Atopik Case
    Dokumen14 halaman
    Dermatitis Atopik Case
    vorez
    Belum ada peringkat
  • Cover Referat Radiologi Uti
    Cover Referat Radiologi Uti
    Dokumen1 halaman
    Cover Referat Radiologi Uti
    PutriYuriandiniYulsam
    Belum ada peringkat
  • Sudden Deafness
    Sudden Deafness
    Dokumen10 halaman
    Sudden Deafness
    PutriYuriandiniYulsam
    Belum ada peringkat
  • Keluar Nanah Dari Saluran Kencing
    Keluar Nanah Dari Saluran Kencing
    Dokumen2 halaman
    Keluar Nanah Dari Saluran Kencing
    PutriYuriandiniYulsam
    Belum ada peringkat
  • Case Paranokia
    Case Paranokia
    Dokumen5 halaman
    Case Paranokia
    PutriYuriandiniYulsam
    Belum ada peringkat
  • Case Paranokia
    Case Paranokia
    Dokumen5 halaman
    Case Paranokia
    PutriYuriandiniYulsam
    Belum ada peringkat
  • Dermatitis Atopik Case
    Dermatitis Atopik Case
    Dokumen14 halaman
    Dermatitis Atopik Case
    vorez
    Belum ada peringkat
  • Case Herpes Zoster
    Case Herpes Zoster
    Dokumen7 halaman
    Case Herpes Zoster
    PutriYuriandiniYulsam
    Belum ada peringkat
  • GLOMERULONEFRITIS
    GLOMERULONEFRITIS
    Dokumen32 halaman
    GLOMERULONEFRITIS
    PutriYuriandiniYulsam
    Belum ada peringkat
  • Laporan BST 1 RINA
    Laporan BST 1 RINA
    Dokumen3 halaman
    Laporan BST 1 RINA
    PutriYuriandiniYulsam
    Belum ada peringkat
  • Case
    Case
    Dokumen25 halaman
    Case
    PutriYuriandiniYulsam
    Belum ada peringkat
  • Case Herpes Zoster
    Case Herpes Zoster
    Dokumen6 halaman
    Case Herpes Zoster
    PutriYuriandiniYulsam
    Belum ada peringkat
  • Referat Sumbatan Hidung - Uti
    Referat Sumbatan Hidung - Uti
    Dokumen31 halaman
    Referat Sumbatan Hidung - Uti
    PutriYuriandiniYulsam
    Belum ada peringkat