Anda di halaman 1dari 13

Nama : Novi yantika br kaban

Nim

: 112014286

1. Perdarahan menurut ATLS (Advanced Trauma Life Support)


Perdarahan merupakan penyebab kematian setelah trauma. Oleh karena itu penting
melakukan penilaian dengan cepat status hemodinamik dari pasien, yakni dengan menilai
tingkat kesadaran, warna kulit dan nadi.
a. Tingkat kesadaran
Bila volume darah menurun perfusi otak juga berkurang yang menyebabkan
penurunan tingkat kesadaran.
b. Warna kulit
Wajah yang keabu-abuan dan kulit ektremitas yang pucat merupakan tanda
hipovolemia.
c. Nadi
Pemeriksaan nadi dilakukan pada nadi yang besar seperti a. femoralis dan a. karotis
(kanan kiri), untuk kekuatan nadi, kecepatan dan irama
Perdarahan eksternal harus cepat dinilai, dan segera dihentikan bila ditemukan dengan
cara menekan pada sumber perdarahan baik secara manual maupun dengan menggunakan
perban elastis. Bila terdapat gangguan sirkulasi harus dipasang sedikitnya dua IV
line, yang berukuran besar. Kemudian lakukan pemberian larutan Ringer laktat sebanyak
2 L sesegera mungkin (ATLS, 2004).

Perdarahan kelas 1, didefinisikan sebagai kehilangan darah <15% dari total volume darah,
mendorong pada tidak adanya perubahan terukur pada kecepatan jantung atau pernafasan,
tekanan darah, atau tekanan nadi dan membutuhkan sedikit atau tidak adanya perawatan
sama sekali.
Perdarahan kelas 2 didefinisikan sebagai kehilangan darah 15-30% volume darah (7501500 ml), dengan tanda-tanda klinis termasuk takikardia dan takipnoe. Tekanan darah sistolik
mungkin hanya sedikit menurun, khususnya ketika pasien berada pada posisi supinasi, akan
tetapi tekanan nadi menyempit. Urin output hanya menurun sedikit (yaitu, 20-30 ml/jam).
Pasien dengan perdarahan kelas 2 biasanya dapat diresusitasi dengan larutan kristaloid saja,
namun beberapa pasien mungkin membutuhkan transfusi darah.
Perdarahan kelas 3 didefinisikan sebagai kehilangan 30-40% (1500-2000 ml) volume
darah. Perfusi yang tidak adekuat pada pasien dengan perdarahan kelas 3 mengakibatkan
tanda takikardia dan takipnoe, ekstremitas dingin dengan pengisian kembali kapiler yang
terhambat secara signifikan, hipotensi, dan perubahan negatif status mental yang signifikan.
Perdarahan kelas 3 menampakkan volume kehilangan darah terkecil yang secara konsisten
menghasilkan penurunan pada tekanan darah sistemik. Resusitasi pada pasien ini seringnya
membutuhkan transfusi darah sebagai tambahan terhadap pemberian larutan kristaloid.

Perdarahan kelas 4 didefinisikan sebagai kehilangan darah > 40% volume darah (> 2000
ml) mewakili perdarahan yang mengancam jiwa. Tanda-tandanya termasuk takikardia,
tekanan darah sistolik yang tertekan secara signifikan, dan tekanan nadi yang menyempit
atau tekanan darah diastolik yang tidak dapat diperoleh. Kulit menjadi dingin dan pucat, dan
status mental sangat tertekan. Urin output sedikit. Pasien-pasien ini membutuhkan transfusi
segera untuk resusitasi dan seringkali membutuhkan intervensi bedah segera.

2. Perbedaan infus set dengan blood set


Infus set
a. Infus set (macro)
Merupakan bagian dari infusion set untuk menampung cairan dengan volume tertentu
dengan jumlah tetesan 60 tetes/ml. mempunyai ukuran 19,21,23,25 G.
b. Infus set (micro)
Infus set micro merupakan seperangkat alat infus yang digunakan untuk pemberian
cairan dalam volume besar (100-1000 ml) mempunyai ukuran 23,25,27 G
Blood set
Alat untuk mengambil darah dari donor disebut penyambung darah/taking set atau blood
transfusion set. Darah yang keluar melalui alat ini kemudian di tamping dalam botol atau
kantong penampung darah, yang disebut blood bag/blood collecting pack
3.

Asidosis metabolic dan alkalosis metabolic


Keseimbangan asam basa adalah homeostasis dari kadar ion hidrogen dalam tubuh.
Kadar normal ion hidrogen (H) arteri adalah: 4x10-8 atau pH = 7,4 (7,35 7,45).
Asidosis = asidemia kadar pH darah <7,35 Alkalemia = alkalosis kadar pH darah
>7,45.
Kadar pH darah <6,8 atau >7,8 tidak dapat diatasi oleh tubuh.
Sistem Buffer Tubuh
[HCO3-] faktor metabolik, dikendalikan ginjal.
PaCO2 faktor respiratorik, dikendalikan paru.
pH 6,1 efek buffer dari asam karbonat-bikarbonat.
Selama perbandingan [HCO3-] : PaCO2 = 20 : 1 pH darah selalu = 6,1 + 1,3 = 7,4.
Gangguan Asam Basa Darah
Asidosis metabolik [HCO3-] dikompensasi dengan PaCO2

Alkalosis metabolik [HCO3-] dikompensasi dengan PaCO2

AsidosisMetabolik
Ciri: [HCO3-] <22mEq/L dan pH <7,35 kompensasi dengan hiperventilasi PaCO2,
kompensasi akhir ginjal ekskresi H+, sebagai NH4+ atau H3PO4

Penyebab: Penambahan asam terfiksasi: ketoasidosis diabetik, asidosis laktat (henti


jantung atau syok), overdosis aspirin. Gagal ginjal mengekskresi beban asam. Hilangnya HCO3basa diare

Gejala Asidosis Metabolik: tidak jelas dan asimptomatis. Kardiovaskuler: disritmia,


penurunan kontraksi jantung, vasodilatasi perifer dan serebral. Neurologis: letargi, stupor, koma
Pernafasan: hiperventilasi (Kussmal). Perubahan fungsi tulang: osteodistrofi ginjal (dewasa) dan
retardasi pada anak

Penatalaksanaan Asidosis Metabolik. Tujuannya: meningkatkan pH darah hingga ke kadar aman


(7,20 hingga 7,25) dan mengobati penyakit dasar

NaHCO3 dapat digunakan bila pH <7,2 atau [HCO3-] <15mEq/L

Risiko NaHCO3 yang berlebihan: penekanan pusat nafas, alkalosis respiratorik, hipoksia
jaringan, alkalosis metabolik, hipokalsemia, kejang, tetani

Alkalosis Metabolik
Ciri: [HCO3-] >26mEq/L dan pH >;7,45 kompensasi dengan hipoventilasi PaCO2,
kompensasi

akhir

oleh

ginjal

ekskresi

[HCO3-]

yang

berlebihan.

Penyebab:

Hilangnya H+ (muntah, diuretik, perpindahan H+dari ECF ke ICF pada hipokalemia)


Retensi [HCO3-] (asidosis metabolik pasca hiperkapnia)

Gejala Alkalosis Metabolik (Gejala dan tanda tidak spesifik)

Kejang dan kelemahan otot akibat hipokalemia dan dehidrasi

Disritmia jantung, kelainan EKG hipokalemi

Parestesia, kejang otot hipokalsemia

Penatalaksanaan Alkalosis Metabolik. Tujuan: menghilangkan penyakit dasar

Pemberian KCl secara IV dalam salin 0,9% (diberikan jika Cl- urine <10mEq/L)
menghilangkan rangsangan aldosteron ekskresi NaHCO3 Jika Cl- urine >20mEq/L
disebabkan aldosteron yang berlebihan tidak dapat diobati dengan salin IV, tapi dengan
diuretic.
4. Pola pernapasan berdasarkan lesi di otak
Gangguan kontrol respirasi sentral mungkin memiliki peranan langsung pada gangguan respirasi
akibat penyakit saraf pusat, misalnya pada stroke, sklerosis multipel, atau penyakit
Parkinson.Central periodic breathing (CPB), termasuk pernapasan Cheyne-Stokes dan central
sleep apnea (CSA) ditemukan pada penderita stroke.5-7
Pernapasan Cheyne-Stokes adalah suatu pola pernapasan yang amplitudonya mula-mula naik
kemudian turun bergantian dengan periode apnea. Pola pernapasan ini sering dijumpai pada
pasien stroke, akan tetapi tidak memiliki korelasi anatomis yang spesik. Salah satu penelitian
melaporkan CPB terjadi pada kurang lebih 53% pasien penderita stroke Selain menimbulkan
gangguan kontrol respirasi sentral, hemiplegi akut pada stroke berhubungan dengan risiko
kematian akibat infeksi paru. Kemungkinan infeksi paru cukup besar pada pasien dengan aspirasi
dan hipoventilasi. Kontraksi otot diafragma pada sisi yang lumpuh akibat stroke akan berkurang
pada pernapasan volunter, tidak berpengaruh pada pernapasan involunter. Emboli paru juga
pernah dilaporkan terjadi pada 9% kasus stroke
Central neurogenic hyperventilation pertama kali digambarkan oleh Plum dan Swanson tahun
1959, merupakan hiperpnea yang terjadi saat bangun dan tidur akibat gangguan di pons.
Pernapasan klaster adalah hiperventilasi bergantian dengan apnea secara cepat yang
disebabkan gangguan di mesensefalon. Pernapasan ataksik merupakan pernapasan yang memiliki
irama dan amplitudo ireguler disebabkan gangguan pada medula oblongata. Gangguan medula
oblongata bagian bawah membuat pernapasan tidak dipengaruhi oleh respon kimiawi, akan tetapi
kontrol volunter masih intak (Ondines curse). Bila tidak diatasi dengan support ventilator malam
hari, dapat menyebabkan kematian mendadak. Lesi herniasi transtentorial akan memberikan
gambaran respirasi progresif mulai dari pernapasan Cheyne-Stokes, kemudian mengalami central
neurogenic hyperventilation, dan akhirnya irregular gasping

yang merupakan keadaan

preterminal.Pasien dengan lesi batang otak atau medula spinalis servikal atas akan mengalami

gangguan pernapasan volunter dan involunter. Pada kondisi ini diperlukan bantuan ventilator,
dan tindakan trakeostomi untuk pembersihan trakea (tracheal suction).
Pernapasan Apneustik, Ditandai oleh jeda inspirasi singkat sekitar 2-3 detik sering bergantuan
dengan jeda akhir ekspirasi. Pola ini khas untuk infrak didaerah pons, dapat ditemukan pada
ensefalopati anoksik atau meningitis berat. Ataksik, Tidak ada pola napas. Terjadi kerusakan
medulla oblongata.

5. Wanita umur 27 tahu, datang ke igd Rs Koja cedera pinggul akibat dilindas container,
30 menit SMRS, os sedanga jalan keserempet motor, kelindas tronton karena jatuh
dibawah. Tidak bisa menggerakan kaki, keluar darah dar vagina dan terjadi
pemanjngan kaki. N: 120x/m, Td: 100/60 mmHg, somnolen, napas cepat >30x akral
dingin. Foto x ray tampak fraktur pelvic B2, sebagai dr Igd apa yg harus dilakukan?
Primary survey dan resusitasi
Airway
Look: lihat adanya agitasi (tanda hipoksia), sianosis, retraksi, dan penggunaan

otot napas tambahan


Listen: adakan suara napas tambahan (snoring, gurgling, crowing dan stridor) +
tanda adanya obstruksi jalan nafas chin lift atau jaw thrust bersihkan airway

dari benda asing.


Feel: raba lokasi trakea.

Breathing

Tentukan frekuensi napas


Inspeksi dan palpasi leher dan thoraks untuk menilai adanya deviasi. penggunaan

otot pernapasan tambahan juga harus diperhatikan.


Perkusi untuk tentukan redup atau hipersonor menilai adanya udara atau darah

dalam rongga pleura


Auskultasi thorak bilateral untuk memastikan masuknya udara ke dalam kedua

paru
Pemberian oksigen konsentrasi tinggi

Circulation

Look:mencari adanya sumber perdarahan eksternal yang fatal dan perdarahan


internal (rongga thoraks.abdomen, sekitar fraktur tulang panjang, retroperitoneal
akibat fraktur pelvis. Menilai warna kulit wajah dan kulit yang pucat keabu-

abuan tanda hipoksia


Feel :menilai nadi: kecepatan, kualitas, keteraturan, pulsus parodoksus (nadi cepat

dan kecil tanda hypovolemia), menilai tekanan darah


Meberikan cairan RL dan pemberian darah (indikasi perdarahan kelas 3 menurut

ATLS pada kasus)


Mengambil sample darah untuk pemeriksaan darah rutin

Disability

Tentukan tingkat kesadaran menggunakan GCS

Exposure

Buka seluruh pakaian pasien untuk memeriksan dan evaluasi penderita. Setelah
dibuka diberi kehangatan dengan memberi selimut agar tidak kedinginan

Secondary survey:

Kepala : adakah jejas, luka, hematom


Mata : adakah jejas, luka, hematom
THT : keluar cairan/darah, rhinorrhea, otorrhea
Leher : adakah jejas, luka, hematom, deviasi trakea, deformitas, pembengkakan,

nyeri
Thorax : adakah jejas, luka, hematom, penggunaan otot pernapasan tambahan,

nyeri tekan, krepitasi, suara redup/sonor/hipersonor, bunyi napas dan jantung


Abdomen : adakah jejas, luka, hematom, nyeri tekan, defans meskular, perkusi

suara pekak/timpani, bising usus


Extremitas : adakah jejas, luka, hematom, akral dingin/hangat, tonus otot, nyeri
tekan, CRT

Status lokalis region pelvis

PP

Look : adakah jejas, luka, hematom, pembengkakan, deformitas


Feel : nyeri tekan, muscle spasm, pulsasi
Move : nyeri gerak, ROM
Pemeriksaan sensibilitas

darah rutin (Hb, Ht, leu, trombosit)


x-foto region pelvic AP/lat fraktur pelvis B2

Penatalaksanaan
Nacl 0,9% 20 tpm
Bactesyn 2 x 1,5 gr IV
Ketorolac 3 x 30 mg IV
Injeksi asam traneksamat 3 x 1
Tetanus toksoid 0,5 ml
Transfuse PRC 250 cc bila Hb < 10 dan terdapat perdarahan aktif
Konsul ke spesialis orthopedi, obgyn dan urologi
6. Jelaskan cara insersi chest tube
Resusitasi cairan dan monitor tanda vital
Tentukan tempat insersi, biasanya setinggi putting (sela iga IV) anterior linea

midaksilaris pada area yg terkena


Siapkan pembedahan dan tempat insersi ditutup dengan kain
Anestesi local kulit dan periosteum iga
Insisi transversal 2-3 cm pada yang telah ditentukan dan diseksi tumpul melalui

jaringan subkutan tepat diatas iga


Tusuk pleura parietal dengan ujung klem masukan jari ke dalam tempat insisi

untuk mecegah melukai organ yang lain dan melepaskan perlekatan bekuan darah
Klem ujung proskimal tube torakostomi dan dorong tube ke dalam rongga pleura

sesuai panjang yang diinginkan


Cari adanya fogging pada chest tube pada saat ekspirasi atau dengan aliran udara
Sambung ujung tube torakostomi ke WSD
Jahit tube ditempatnya
Tutup dengan kain/kassa dan plaster
Buat foto rontgen

Water Seal Drainage (WSD) atau chest tube adalah Suatu sistem drainage yang menggunakan
water seal untuk mengalirkan udara atau cairan dari cavum pleura ( rongga pleura)
Tujuan :

Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk


mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut

Dalam keadaan normal rongga pleura memiliki tekanan negatif dan hanya terisi
sedikit cairan pleura / lubrican.

7. Reflex fisologis dan patologis


Reflek fisiologis
a. Reflek bisep:
Posisi:dilakukan dengan pasien duduk, dengan membiarkan lengan untuk
beristirahat di pangkuan pasien, atau membentuk sudut sedikit lebih dari 90

derajat di siku
Identifikasi tendon:minta pasien memflexikan di siku sementara pemeriksa
mengamati dan meraba fossa antecubital. Tendon akan terlihat dan terasa seperti

b.

tali tebal.
Cara : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon m.biceps

brachii, posisi lengan setengah diketuk pada sendi siku.


Respon : fleksi lengan pada sendi siku
Reflek trisep :
Posisi :dilakukan dengan pasien duduk. dengan Perlahan tarik lengan keluar dari
tubuh pasien, sehingga membentuk sudut kanan di bahu. atau Lengan bawah

harus menjuntai ke bawah langsung di siku


Cara : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi pada sendi siku dan

sedikit pronasi - Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku


Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku
c. Reflek brachiradialis
Posisi: dapat dilakukan dengan duduk. Lengan bawah harus beristirahat longgar

di pangkuan pasien.
Cara : ketukan pada tendon otot brakioradialis (Tendon melintasi (sisi ibu jari
pada lengan bawah) jari-jari sekitar 10 cm proksimal pergelangan tangan. posisi

lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi.


Respons: flexi pada lengan bawah, supinasi pada siku dan tangan

d. Reflek patella
posisi klien: dapat dilakukan dengan duduk atau berbaring terlentang

Cara : ketukan pada tendon patella


Respon : plantar fleksi kaki karena kontraksi m.quadrisep femoris
e. Reflek achiles
Posisi : pasien duduk, kaki menggantung di tepi meja ujian. Atau dengan
berbaring terlentang dengan posisi kaki melintasi diatas kaki di atas yang lain

atau mengatur kaki dalam posisi tipe katak.


Identifikasi tendon:mintalah pasien untuk plantar flexi.
Cara : ketukan hammer pada tendon achilles - Respon : plantar fleksi kaki krena
kontraksi m.gastroenemius

Reflex patologis
a. Reflek babinski:
Pesien diposisikan berbaring supinasi dengan kedua kaki diluruskan,tangan kiri
pemeriksa memegang pergelangan kaki pasien agar kaki tetap pada tempatnya,

Lakukan penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior ke anterior


Respon : posisitf apabila terdapat gerakan dorsofleksi ibu jari kaki dan

pengembangan jari kaki lainnya


b. Reflek chaddok
Penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar maleolus lateralis dari

posterior ke anterior
Respon amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari, disertai mekarnya

(fanning) jari-jari kaki lainnya.


c. Reflek schaeffer
Menekan tendon achilles.
Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari kaki, disertai mekarnya (fanning)
jari-jari kaki lainnya.
d. Reflek oppenheim
Pengurutan dengan cepat krista anterior tibia dari proksiml ke distal
Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari kaki, disertai mekarnya (fanning)
jari-jari kaki lainnya.
e. Reflek Gordon
menekan pada musculus gastrocnemius (otot betis)
Amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari kaki, disertai mekarnya (fanning)
jari-jari kaki lainnya.
f. Reflek gonda
Menekan (memfleksikan) jari kaki ke-4, lalu melepaskannya dengan cepat.

Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari kaki, disertai mekarnya
(fanning) jari-jari kaki lainnya.

Anda mungkin juga menyukai