,*4{iii-4&j'9:r@;'
i..:-'irll}t"
T,-* -l
_:_.r_-i__
iffiffi;i\\
S{*:ft{{<:+er?,r:
d#{ffiffi)fi1
\
trr,,
-thti#er ,t
\-/''--l
-r^rrS
ffiffirsi;
Abstrak
Paresis saraf fasial dapat tirnbul akibat komplikasi dari infeksi telinga tengah
dengan kolesteatom. Pengangkatan sumber penyakit dan dekompresi segera saraf fasial
menentukan kesembuhan yang lebih bak. Dilaporkan suatu kasus paresis saraf fasial
akibat otitis media supuratif kronis maligna, yang telah dilakukan mastoidektomi radikal
dan timpanoplasti tipe lll. Terdapat kolestealoma dan jaringan granulasi yang luas dan
tidak terdapat defek saraf fasial. Pengangkatan kolesteatoma dan jaringan granulasi
berhasil memulihkan fungsi saraf fasial kembali normal.
Kata kunci :saraf fasial, paresis, kolesteatoma, terapioperatif
Abstract
Facial nerue paralysis may occur as
media with cholesteatoma. An appropriate eradication of the source of the infection as well
as a facial nerue
decotnpresslon
maximum
therapeutic result. A case of facial paralysis caused by malignant CSOM treated by radical
mastoidectomy and type V tympanoplasly is reporfed. There was exfensiye cholesteatoma
and granulafbn fissue, no defect of facial nerue. The facial nerue function returned to
normal conditian.
Pendahuluan
Saraf fasial merupakan saraf kranial terpanjang yang berjalan di dalam tulang dan
sebagian besar kelainan saraf fasial terletak di dalam fulang temporal. Kelumpuhan saraf
fasial menyebabkan kelumpuhan otot-otot wajah. Pasien tidak atau kurang dapat
menggerakkan otot wajah, sehingga wajah pasien tampak tidak simetris.l
Paresis saraf fasial merupakan suatu gejala, sehingga harus dicari penyebabnya.
Penyebab paresis saraf fasial antara lain trauma, virus dan infeksi. Saraf fasial sangat
Qtt.resk
oleh Yetiser
tengah (OMSK) terutama dengan kolesteatom. Takahashi seperti dikutip
melaporkan dari 1639 kasus paresis saraf fasial 3,1
2,
penyebab iersering
Penelitian yang dilakukan oleh lvlakeham dkkt melaporkan bahwa
paresis saraf fasial adalah oMA dan OMSK.dengan kolesteatom.
terjadi akibat
saraf fasial dan fistula labirin juga kornplikasi inkakranial.+ Paresis
edema,
proses infeksi yang menyebabkan osteitis, erosi tulang, penekanan dari luar oleh
untuk menentukan
jenis juga
untuk
menentukan
pilihan terapi baik konservatif maupun opgratif, macam-macam pendekatan operatif, serta
prognosis penyakit.s,e Pada kasus paresis iasial akibat otitis rned!a sunuratif kron!s denqan
penyakit dan dekompresi
kolesteatom, harus segera dilakukan pengangkatan dari surnber
darisaraf fasial.s,z
Kekerapan
2,
paresis saraf
Takahashi seperti dikutip oleh Yetiser melaporkan dari 1639 kasus
fasial 3,1
telah dilakukan
dengan kolesteatom.
T
: :;l
'il!i.!rf
.ir .!,:.,i.1*,nA,*,@r*"****td*flffi&
Anatomi
Saraf fasial (N Vll), merupakan saraf kranial terpanjang yang berjalan di dalam
tulang, sehingga sebagian besar kelainan saraf fasial terletak di dalam tulang temporal.
Saraf fasial terdiri dari 3 komponen saraf yaitu, komponen sensoris, komponen rn*torik,
dan komponen parasimpatis.t'z
Komponen sensoris memper$arafi anterior lidah untuk mengecap, melalui korda
timpani. lnti traktus solitarius terletak di medula oblongata, mempersarafi 2/3 lidah bagian
depan. Serabut dari inti-inti ini berjalan mengelilingi inti saraf abdusen (n. Vl), kemudian
meninggalkan pons bersama-sama n. Vlll (saraf koklea) dan n. intermedius (Whrisberg),
masuk ke daiam tulang temporal melalui ponis akustiku:i internus. Setelah masuk ke
ciaiam tuiang temporaisarei'fasial berjalari iiaiairr suatu saiuian iuieilS yans disebur kanal
FalloPi.t'o,to
superior. Selain otot wajah saraf fasial juga rnernpersarafi m. stapedius dan ventei
posterior m. digastikus. lnti motorik terletak dibagian kaudal pons rli oelakang inti saiivari
superior rlan trapezoid body. lnti ini terdiri dari dua bagian, bagian superior dan inferior.
Bagian superior dipersarafi secara bilateral oleh korteks serebri, serabut saraf menuju ke
m. frontal dan m. orbikularis okuli. Bagian inferior wajah dipersarafi secara unilateral.l'8'11
hidung, kelenjar Submaksila dan kelenjar Lingual. lnti salivari superior, terletak di dorsal
dari bagian kaudal inti motorik n Vll,r's
Perjalanan saraf fasial dibagi menjadi 6 segmen : I
1.
12
lntrakranial : Komponen cabang ftontal dari nukleus fasialis, diinervasi oleh traktus
kortikonr.lklear dari sisi kanan dan kiri, sebelum saraf iasial meninggalkan ftatang
l"
Qaresis
Sod
tersempit didalam fanatis falopii (kanalis fasialis) dan merupakan bagian yang
sering terperangkap bila terjadi inflarnasi.
,lfiterior, saraf fasiai mempersarafl sar*f petrosus i*i.besar dengan serabui$erabuti:1ra ke glanciuia lakrimal dam glandula mukosa nasal. Saraf fasiai berputar
tajam kebawah dan terletak posterior dari ganglion genikulatum, membentuk genu
pertama.
Timpani (panjang 8-11 mm) : terletak di antara bagian distal ganglion genikulatum
dan berjalan ke arah posterior telinga tengah, kemudian naik ke arah tingkapi::njcng *::ne;ila cvaiis) dan stapss,
iai:
s.
tipis.
Mastoid (panjang 10-14 mm) : Di rgngga mastoid saraf fasial dibagi menjadi pars
horizontal atau pars timpani yang terletak dikavum timpani dan pars vertikal atau
pars mastoid yang terletak di rongga mastoid. Perubahan posisi dari segmen
timpani menjadi segmen mastoid disebut sebagai segmen piramidal atau genu
eksterna. Bagian ini merupakan bagian paling posterior dari saraf fasial, sehingga
mudah terkena trauma pada saat operasi, selanjutnya segmen ini berjalan ke arah
kaudal menuju foramen stilomastoid. Tepat sebelum keluar dari foramen ini, saraf
fasial mempersarJri korda timpani. Pada pars matoid ini keluar 3 cabang, satu
cabang motorik ke m. stapedius satu cabang sensorik ke lidah sebagai korda
timpani dan satu cabang sensorik dari cabang auricular saraf vagus yang
mempersarafi posterior liang teiinga
0'
Ekstrakranial
kedalam glandula parotis dan membagi diri untuk mensarafi otot-otot wajah.
i
$'
,{
tr
Saraf fasial mempunyai neuron motorik tunggarl yarg ierietak daiam sisteni sarai
pusat (SSP). Akson sel motorik dibungkus oleh sel sc,lwvr.jnn yang rrembentuk tubulus
neuralis. Nodus Ranvier yang merupakan batas antar sel schwann dapat ieilihat iiap satL;
millimeter. Saraf fasial merupakan saraf tepi yang dihungkus oleh 3 lapis jaringan yang
mempunyai sifat berbeda. Dari luar ke dalam terdapat epineurium, perineurium dan
endoneurium.la
Patogenesis
Paresis saraf fasial akibat otitis media kronis dapat terjadi akibat be[rerepa sehab:
osteitis, erosi tulang, penekanan oleh eclema, inflamasi langsung akibat infeksi, atau
neurotoksik dari sekret kolesteatoma
2,15,16
meialui beberapa jalur antara lain penyebaran secara langsung dari telinga tengah atau
mastoid. Terbukanya kanal Fallopi merupakan risiko untuk timbulnya paresis fasial
otogenik akibat otitis medla supuratif kronis khususnya bila terlihat adanya kolesteotoma.
Pada saraf fasial akan terjadi proses peradangan dan edema yang menghasilkan cedera
saraf. Proses tersebut akan menimbulkan penekanan pacla saraf, yang menyebabkan
invaginasi dari nodus Ranvier dan demielinis6si.5,6,15 Kondisi tersebut menyebabkan
serabut saraf tidak mampu meneruskan impuls. Besamya tekanan menentukan berat clan
cepatnya kejadian kelumpuhan saraf. Bila proses penekanan tersebut <iihilangkan maka
akan terjadi suatu penyembuhan spontan.
&
t'
t,
i
f.
ii
l;
Qc"re.tts
,t/;ii
lF a-t"ic,{
|iEterw ,}u\ofrsteai:otft
2.
cedera tingkat
3.
Cedera tingkat
lll
neflrehtkar
srkineis
z.
Fada cedera sara{ tingkat lV dan V tidak axan dilumpai penyenrbuhan sp0nlan, iidn,ur,
harus dengan tindakan operatif. Pada OMSK serabut saraf biasanya tidak terpotong, teiapi
mengalarni penekanan.s'14
Slte of
Rqcoverv 6rcul}
1"1
A
J
40
.:
,"
*"* ""-.-**.r*e***i
4-_
factor seluler. Akumulasi keratin pada kolesteatoma juga bertindak sebagai benda asing
yang rflerengsang aktilitas makrofag, Sejumlah endotoksin cian enzim dilepaskan oieh
di sekitar kolesteatoma.
dapat
merghancurkan tulang.lz
Gejala klinis
dapat atau kurang dapat menggerakkan otot wajah, sehingga penderita tidak dapat
mdngerutkan dahi, menutup fisuia palpebra dan mengangkat sudut mulut. Kelumpuhan
otototot wajah akan menimbulkan kelainan ekspresi wajah dan kesulitan makan.
Paela
kelainan unilateral, saat penderita menggembungkan pipi dan mengerutkan dahi tampak
wajah penderita tidak sims[1b.1'1a,le
Adanya
pendengaran, vertigo dan tinitus merupakan gejala yang sering terjadi dan bersamaan
paresis saraf fasial.
Diagnosis
berdasarkan anamnesis, gejala klinis, pemeriksaan fungsi saraf fasial dan beberapa..-*--*vvv9rsys
penneriksaan penunjang. Pemeriksaan fungsi saraf fasial diperlukan untuk menentukan
,$rigffdj..;,.
Qd.resis
letak lesi, beratnya kelumpuhbn dan prognosis. Pemeriksaan meliputi fungsi motorik otot
wajah, ada tidaknya sinkinesis atau hemispasme, gustatometri, tes schimer dan tes
ra
g sei'i
Terdapai bebero,*a macam sistem pelaponan r.rntuk penilaian fungsi saraf fasial.
dientaranya pelanoran dengan sistem House-Brackmann, Botmsp and Jongkeae,
i\.,lsy
Adour and Swanson dan Yanagihara. sistem pelaporan ini sangat penting untuk
mengevaluasi kesuksesan atau kegagalan berbagai ,ienis
terapi.
American academy of
zo
ncrrtai tli semua area. Detajat 2 disfungsi ringan, dapat ditemukan kelemahan pada otot
wajah, saat istirahat tonus otot normal dan simetris, gerakan kerutan dahi normal atau
terdapat gangguan ringan, mata dapat menutup sempurna dengan usaha minimal,
gerakan mulut asimetri minimal. Derajat
koiltralit'rii, atau spasnre helnifasial, saat istirahat ionus otot normal den simetris, gerakan
keru;tsn dnbi ter'"laiat gangg'ran ringan sedang, mata dapat menutup sempurna dengan
usal:a, ;erekarr
rlil,.lic"rt
terCapat kelemahan yang jelas pada. satu sisi wajah, saat istirahat tonus otot normal dan
:rmetris, tidak terdapat gerakan keruran dahi, mata tidak dapat menutup sempurna,
gerakan mulut asimetris dengan usaha maksimal. Derajat 5 disfungsi berat, saat istirahat
wajah asimetris, tidak terdapat gerakan kerutan dahi, mata tidak dapat menufup sempurna,
gerairen niuiut nniilirriei, D,lrlelut S paralisis tot;;..Ii
yaitu
pemeriksaan fungsi motorik, tonus, sinkinesis dan hemispasme. Pada pemeriksaan sistem
motorik, wajah dibagi menjadi 10 area, berdasarkan 10 otot yang bertanggung jawab
terhadap mimik dan ekspresi wajah. Untuk setiap gerakan dari kesepuluh otot tersebut
dibandingkan antara sisi kanan dan sisi kiri dan diberi nilai 0-3, dengan keteranEan nilai 3
bila gerakan normaldan simetris, nilai2 bila ada gerakan antara nilai 1dan2, nilai 1 bila
terdapat sedikit gerakan, nilai 0 bila tidak ada gerakan sama sekali. Pada keaclaan istirahat
tat;pol i:;'':ireksi,
-:.,,,-ii,;_:i:jrl
ekiJl:'li
,.,'11;tti:.
Pemeriksaan tonus wajah dinilai dengan membagi wajah menjadi 5 area. Menurut Freyss,
pemeriksaan tonus merupikan hal penting dan penilaian tidak harus dilakukan untuk
setiap otot, melainkan cukup untuk setiap tingkatan otot-otot wajah. Nilai untuk tonus
bemilai 0-3, nilai 3 untuk tonus normal, 0 bila tidak ada tonus, Apabila terdapat hipo atau
hipertonus maka nilai
iudut
dikurangi 1 atau
2 tergantung
tertawa lebar sambil memperlihatkan gigi, kemudian pemeriksa memperhatikan ada atau
tidaknya gerakan otot-otot sudut mata bawah, diberi nilai ? bila tidak ada sinkinesis. Bila
terdapat sinkinesis nilai dikurangi
Pemeriksaan
ketiga sinkinesis juga dapat terlihat saat serang berbicara (gerakan emosi). Pemeriksa
memperhatikan ada tidaknya gerakan otot sekitar mulut, diberi nilai '1 bila tidak ada
sinkinesis, bila terdapat sinkinesis diberi nilai 0. Bila ticjak terdepet i-teinispasiyre tjibeti nilai
1. Bila terdapat hemispasme diberi nilai minus
Pemertksaan Penunjang
P em
eriks a a n T op ognosti k
Untuk mengetahui letak lesi digunakan uji topognostik. Uji ini meliputi pemeriksaan
adanya rasa nyeri ditelinga, fungsi pengecapan, protluksi air mata, saliva dan adanya
reflex stapedial.t
1.
Nerue excitability test (NET) dilakukan dengan bantuan alat stimulator saraf fasial,
yanE rnernpr.lnyai kekuatan 22,5 volt dan mengalirkan arus listrik secara konstan
dengan ambang 0-10 mA. Pemeriksaan ini melibatkan rangsang saraf fasial secara
perkutaneus yang dimulaidari sudut rahang atau foramen stylomastoid. Laumans danJcngkees s*pertidiliutip dariSjarifuddiar, pad:: t;hl:n 19fl;,,i,i,il.::lian peneliiian pada
-l
,.-*a**e*i:
Qa,resis
.9 a1f
fasiaf futrena'l(ofesteatom
l4lpasienyangdiperiksadenganNETdantidapatkanper,edaannilaiambangsisi
yang buruk'
n0rmal dengan sisi paresis lebih dari 3,5 mA merunjukkan Fgnosis
2.
,_
secara
ini dapat dilakukan dengan menggunakdn alat strruhs saraf yang tersedia
mata, area
komersil. Perneriksaan dilakukan pada 5 area wajat yaitu : Dahi dan alis
pla$sma'
periorbita, pipi, bibir atas dan ala nasi, bibir bawrh area servikal dan
(minimally
Respon pada sisi cedera dinilai sebagai sama (eqr.nl, berkurang minimal
(absenf) dibandingkan
decrease),berkurang bermakna (markedlydecrease),idak ada
bila respon
dengan sisi normal. Berkurang minimal {Minimally dcreasedJ ditetapkan
kontraksi otot pad: sisi cedera sebesar 50% dari
1isi
3.
ElectoneuronograPhY(ENoG)
(EEMG) digunakan
Electoneuronography atau disebut juga evoked electomyograp/ry
peningkatan respon
respon puncak amplitudo (yang didefinisikan bila lidak ada
10
amplitudo dengan peningkatan arus listrik) maka arus listrik ditingkatkan
-20
Yo
hai!
normar
istirahat,
.secara
tri
iespon
ffr;t;tukkan
kB*{letfril
ttontl
dan
;lektrik,
'...
10
,t
5'
22
Blink refleks
BlinkreflekdigunakanuntukmenEevaluasisaraftrigeminusdansaraffasial.Namun
Beil's Palsy' F'efleks
peda i:mumnya bllnk refleks digunakan untuk mengevaluasi
pada fase kronis paresis fasialis, ElvlG rnerupakan pemeriksasn yang palirig baik
mengevaluasi sisa dufisii neurologis' $aat
untuk memperkirakan onset penyembuhan dan
banyak serabut ctr:t lneiei:ihi
proses regenerasi berjalan, unit motor menjadi besar kerena
regenera-ri
normalyang dipersarafi oleh neuron yang mengalami
Pegobatan
pada paresis saraf fasial akibat otitis media supuratif kronik peEobatan konservatif
hanya diberikan untuE-'dengan antibiotlk, anti inflamasi, kortikosteroid, dan neurotonik
paresis'
persiapan pembedahan mencegah semakin memburuknya
tindakan pembedahan
Pada otitis media supuratif kronik rjengan paresis fasialis,
yeritu rnasrioidekt+nnl ung"lil meri:bersihkan sejur;lh
r;nlga mastoifi
del;'i
untuk
--;
cParesis
terkena adalah segmen timpani dan biasanya kanal falopi hancur. Biasanya
sarafnya
sendiri intak dan kolesteatom hanya perlu diangkat dari sarafnya.2,6
Bila terdapat kerusakan saraf, rnaka saraf yang rusak harus di potong dan
segera
difgkOnStn.rkSi r)enaan qnrl-ta-enr!-an4sJrtrnr,al,, >j-qt1 f,,in2r.v I r ". r.1,y,t,;1t .../ ".,t,r1, ,,.. ,n
FT A;*
tz- z!- -/ '/IJ' ;:','u
-r/
LenUnpfas;i gJla\';ASra, d|fiV|;X.,at iJlt..tpat:r"|littt\'illkoo..): jJ Vllr'Jtrr'rLit
,_
elektroneurografi didapatkan reduksi sebesar 90%, yang berarti telah terjadi kerusakan
pada selubung myelin saraf.22
Prognosis
Beberapa faktor prognostik yang dinilai pada paresis saraf fasial adalah umur,
dan
pergerrkan spontan. Berdasark;n penelitian yang dilakukan oleh lkeda dkks melaporkan
bal',wa faktor yang paling prediktif d.lam prognosis paresis fasial adalah neive excrtability
,esf (NET).
Laporan kasus
Seorang laki-laki, umur 25 tahun datang ke poli THT RSMI-{ dengan keluhan mulut
mencong ke kanan. Penderita juga mengeluh keluar caii'an bau berwarna kuning dari
teliriga it)ri, pusii:; b*rp*tar, teilnga kiri berd*ilglng
**r
ini diderita sejak 3 bulan yang lalu. Riwayat keluar cairan dari kedua telinga
sejak
Dari anamnesis didapatkan wajah mencong ke kanan, dan matanya tidak bisa
ditutup rapat sejak 3 bulan sebelumnya. Riwayat keluar cairan dari kedua telinga sejak
usia 2 tahun. Pendengaran telinga kiri sangat herliurang dibanding i*iinga kanari. frasa
pusing berputar ada, keluhan gangguan air mata tidak ada, sakit kepala disisi kiri.
Pemeriksaan fisik secara umum dalam batas norlmal. Telinga kiri iiang telinga
sagEing dan terdapat sekret mukopurulen dengan bau khas kolesteatonta.
'lelinga
kanan
didapatkan perforasi subtotal tenang, hidung clan tenggorok tidak acja keiainan.
Pada pemeriksaan audiogram didapatkan telinga kiri tuli camptrr sangat berat {120
dB). Telinga kanan didapatkan tuli konduktif 40d8. Hasil pemeriksaan labotarium darah
leukosit 11800 /mme, hemoglobin 14,9 Edl dan yang lain dalam batas normal. Hasil
pemeriksaan
kolesteatom pada telinga kiri dan OMSK tanpa kolesteatom pada telinga kanan. Dari
tontografi komputer mastoid didapatkan kesan mastoiditis tipe skierotik kanan, agenesis
telinga tengah klr! dan kolesteatom telinga kiri dengan destn;kst ti:iang. Tes gusiatonretri
da;s:-il l)i;!fi$ nat'u:;,i.
**ida;*f';::n klasifikas;
l"ir-:i,rrq*-.ii;*ckrn*:l;r
{i;l;i-,;r:iiian pait::iirt
r,;i:tiiji
fasial derajat lV. Mengingat keterbatasan alat yang ada di bagian Tl-lT-KL. RSMH, maka
pemeriksaan penunjang lainnya tidak dapat dilakukan.
Diagnosa kerja pada penderita ini adalar otitis media supuratif kronis rnaligna
telinga kiri dengan paresis saraf fasial perifer HB derajat lV
dan
kronik benigna telinga kanan fase tenang. Pada pasien ini telah diberikan pengobatan
antibiotik oral, kortikosteroid, antibiotik tetes telinga, analgetik dan H2023 % sebagai cuci
tellnga.
Pasien lalu dilakukan radikal mastoidektomi. lnra operatif ditemukan pada kavum
timpani terdapat kolesteatom luas, jaringan ikat oan jaringan granulasi, Tulang
pendengaran hanya ditemukan serpihan prosesus brevis inkus. Tidak ditemukan defek
pada kanal fasial. Dinding posterior sudah runtuh, terdapat bridge lalu diamputasi.
Kolesteatorna dan jaringan granulasi sangat iuas pacja kavL:i"n rnas{olcj. D'ure tern.rpar
tipe
Pasca
l.
Luka jahitan---
tenang.
fasial.
t,
l3
S,rrttit
5 orol'1,tsia
[ futrena'{o[es
r-ctr;-,0-*
Faresis fasiairs meri.ipakan suatu i(elumpuhan dari otot-otot wajah. Penderita tidak
dapat atau kurang dapat menggerakkan otot-otot wajah, sehingga tampak wajah pasien
tidak simetris. Otitis media supuratif kronis sangat berpotensi menimbulkan komplikasi
diantaranya paresis ervus fasial. Pengobatan modern dengan pemberian antibiotik telah
Dilaporkan kasus seo;ang laki-laki umur 25 tahun dengan otitis media supuratif
k',:Ii:l *Uiign*
l;riii;:il1; 1,:"
:r:ilga,t pares'. , :r'li li:".,iel pf ;r:.i ;";l .':llajei l'"" ,-:,r,'; ::i:lis
Dari anamnesis didapatkan keluhan muka menceing dan adanya riwayat keluar
cairan yang cukup lama. Keluhan muka mencong menunjukkan wajah yang tidak simetris,
Flal tersebut sesuai dengan kepustakaan yang rnenyebutkan bahura kelumpuhan saraf
fasial ditandai dengan asimetri wajah. Adanya riwayat keluar cairan yang cukup lama
menunjukkan adanya OMSK yang merupakan penyebab kelumpuhan saraf fasial^1,2
karena operasi yang dikerjakan mampu menghilangkan infeksi dan kolesteatoma yang
menjadi sumber penekanan atau kompresi saraf. Bila kompresi tersebut dihilangkan maka
akan terjadi penyembuhafl sp0nt66.7,17
Daftar Pustaka
1.
Sjarifuddin, Bashiruddin
J,
2.
yetiser S, Tosun F, Kazkayasi M. Facial Nerve Paralysis Due to Chronic Otitis Media. Otology &
lieuntclogy ?l)02;2'?:580-8.
Mahekam Tp, Croxson GR, Coulson S. lnfective Causes
-t''t
of
:i{
,i
;f tulasttld
findings
*l
A Review of 13
euaranta N, Cassano M, Quaranta A. Facial Paralysis Assosiatecj Wiih Cholesteatoma:
Cases. Otology & I'leu rotology 2007 ;28:405'7
for Choiesteatoma.
Selesnick SH, Macrae AGL. The lncidence of Facia{ Nerve Dehiscence at Surgery
Otology & Neurotology 2001 ;22:129-32.
,$
,,1
7.
$
t
u
Ear
lkeda M, Nakazato H, Onoda K, Hirai R, Kida A. Facial Nerve Paralysis Caused by Middle
Cholesteatoma and Effects of Surgical lntervention. Acta Oto-Laryngologica 2006;126:95-100
il
18.
'l
Yoo JK. Facial Nerve Paralysis, Dept. 0f Otolaryngology, UTMB, Grand Rounds
Nrrrve
lkeda M, Abiko Y, Kukimoto l,l et al. Clinical Factors that lnffuence the Prognosis of Facial
i:
l,
Wazen
J et al.
in lnner
Ear
'
R et al. Clinically Relevant Anatomy, Function and Evaluation of Facial Nerve. ln:
Basic
13.
No
Name.
Human Face.
a1a1trqr.qgjf1idnl$-q.rliltornyiilqlgl''em|i!i,ri,:,i.i
14.
Available
' Cited Ocober,
13th
al
2008'
Buku Ajar
Maisel RH, Levine SC. Gangguan Saraf Fasialis. Dalarn : Adams Gl . Boies LR, Higler FA.
Penyakit THT. Ed 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC.1997:139-52
15.
Management
Joseph EM, $pe1ing Nlr,4. Facial Nerve Paralysis in Acute Otitis Media: Cause and
i:
il
T:
&
Zinis LRD, Gamba P, Balzanelli C. Acute Otitis tr4edia and Facial Nerve Paralysis. Otology
17
1989:159-62
Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Ed 5. Jakarta, PT. Dian RakVat,
'j
li{i
I
i
-.l*s*b-*.-
cParesis
Saraf
m. Yen TL, Driscoll CLW, Lalwani AK. Significance of House-Brackmann Facial Nerve Grading Global
Score in the Sefting of Differential Facial Nervg Function. Otology & Neurotology 2003:24:118-122.
21. AMandi W. Sistem-sistem Pemeriksaan Fun$si Saraf Fasialis. Dalam makalah PITO tahun 2007 di
Medan.
22.
Ballenger JJ. Paralisis Nervus Fasial. Dalam : Ballenger JJ. Penyakit Telinga Hidung Tenggorok. Ed 13.
Jakarta. Bina Rupa Aksara, 1994:55465,
23. Bailey BJ, Calhoun KH. Head and Neck Surgery Otolaryngology.
tf,
2.4.
2nd
1998:2041-62.
Lichius OG, Sudhoff S, Hildmann H. Facial Nerve Surgery. ln: Middle Ear Surgery. Germany: Spinger,
2006:103-111.
1{
=__d