Oleh:
Wisnu Agung Bhaskoro
125040201111110
Oleh:
Wisnu Agung Bhaskoro
125040201111110
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN MAGANG KERJA
Disetujui Oleh :
Pembimbing Lapangan
Pembimbing Utama
(Sugiono)
NIP 19591106 199309 100
Mengetahui
a.n. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
Ketua Jurusan Tanah
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan Magang Kerja dengan
Topik Teknologi Produksi Getah Pohon Pinus (Pinus merkusii Jungh et de Vriese)
pada Hutan Produksi Perum Perhutani Unit II, BKPH Pujon, KPH Malang, Jawa
Timur. Laporan ini merupakan syarat setelah pelaksanaan magang kerja dilaksanakan.
Pada kesempatan kali ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak dan Ibu saya yang senantiasa mendoakan saya dan memberi dukungan materiil
maupun moriil.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Mochammad Munir, M.S. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan masukan dalam penyusunan laporan ini.
3. Bapak Sugiono selaku Kepala Resort Pemangkuan Hutan Punten sekaligus dosen
pembimbing lapang saya yang telah bersedia membagi ilmunya selama di lapang dan
membimbing kegiatan magang saya.
4. Segenap mandor RPH Punten dan segenap petugas di Perhutani BKPH Pujon yang
selama ini membantu selama kegiatan magang saya selama di lapang.
5. Saudara-saudara seperjuangan saya yang senantiasa membantu saya dalam
melaksanakan persiapan magang kerja hingga pelaksanaan kegiatan magang kerja,
dan selalu memberi dukungan kepada saya.
Penulis menyadari bahwa laporan ini membutuhkan perbaikan dan jauh dari kata
sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan oleh penulis.
Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat baik bagi rekan-rekan mahasiswa,
instansi pemerintah, pihak-pihak di lokasi penulis melaksanakan magang kerja,
masyarakat umum, dan berbagai pihak yang lainnya sekedar sebagai bahan ilmu
pengetahuan serta bermanfaat bagi penulis khususnya.
Malang, Januari 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... v
1. PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Tujuan Kegiatan Magang Kerja ..............................................................................2
1.3 Sasaran Kompetensi yang Ditargetkan....................................................................2
2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 3
2.1 Penyebaran dan Tempat Tumbuh Pohon Pinus.......................................................3
2.2 Pinus Sebagai Penghasil Getah ...............................................................................4
2.3 Mekanisme Pembentukan Getah pada Pinus...........................................................4
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Produksi Getah Pinus.................................................5
2.5 Teknologi Produksi Getah Pinus .............................................................................8
3. METODE PELAKSANAAN ..................................................................................... 11
3.1 Waktu dan Tempat .................................................................................................11
3.2 Pelaksana Magang..................................................................................................11
3.3 Pembimbing Magang .............................................................................................11
3.4 Metode Pelaksanaan...............................................................................................11
3.5 Jadwal Pelaksanaan Magang FP-UB .....................................................................12
4. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................................. 13
4.1 Hasil .......................................................................................................................13
4.2 Pembahasan............................................................................................................16
5. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 24
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................24
5.2 Saran.......................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 25
LAMPIRAN ................................................................................................................... 26
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hubungan Antara Produksi Getah Pinus dengan Umur Daur Tegakan Pinus ... 7
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR LAMPIRAN
1. PENDAHULUAN
2. TINJAUAN PUSTAKA
: Spermatophyta
Sub Divisi
: Gymnospermae
Ordo
: Coniferales
Famili
: Pinaceae
Genus
: Pinus
Species
Saluran resin dibentuk serta dikelilingi sel-sel parenkim jari-jari atau sel-sel epitel.
Getah pinus sendiri dibentuk didalam sel-sel tersebut sebagai akibat proses metabolisme
atau translokasi karbohidrat dari daun. Apabila ada perubahan tekanan (keseimbangan
osmotik) antara sel-sel sekitar saluran dengan saluran itu sendiri, maka terjadi penetrasi
bahan-bahan cairan atau resin kedalam rongga- rongga saluran resin tersebut. Keadaan
ini akan lebih dipercepat apabila dilakukan pelukaan atau sayatan terhadap saluransaluran resin sehingga saluran menjadi terbuka dan memungkinkan aliran getah ke luar
dengan cepat (Fahutan IPB dalam Adhi, 2008).
Sel atau jaringan yang berfungsi untuk menghasilkan getah pinus adalah jaringan
epitel. Jaringan epitel adalah jaringan yang bersifat parenkimatis yang terdapat
mengelilingi, dan sekaligus membatasi ruang-ruang kosong antar sel (saluran interselluler
yang disebut saluran damar). Pada pohon pinus saluran damar terdapat pada bagian xylem
batang dan berdasarkan orientasi salurannya dibagi atas saluran damar axial dan saluran
damar radial. Pada tempat-tempat tertentu kedua macam saluran ini saling berhubungan
(interkoneksi). Akan tetapi beberapa penelitian menunjukan bahwa pada kayu tusam
(Pinus merkusii) saluran damar radial tidak dijumpai (Fahutan IPB dalam Adhi, 2008).
Pada bagian yang mengalami pelukaan, sebelum disintegrasi sel terjadi
peningkatan metabolisme dan dalam beberapa hal terjadi peningkatan kadar ethylene.
Pelepasan ethylene akan memicu pembentukan getah oleh jaringan epitel (Hillis dalam
Adhi, 2008). Lebih lanjut disebutkan bahwa tekanan air (moisture stress) juga meningkat.
Sumantri dalam Adhi (2008) dalam menyatakan jika kayu dilukai melalui satu
arah yaitu arah radial pada kambium kayu, getah dari arah axial dapat bermuara ke arah
saluran radial sehingga dapat tertampung pada luka sadapan tersebut. Dengan demikian
maka pelukaan sampai kambium kayu dapat mengalirkan getah pinus meskipun yang
terlukai hanya saluran arah radial. Namun demikian keluarnya getah arah radial ini tidak
terlalu banyak dapat menampung getah dari arah axial sehingga yang keluar hanya
sedikit.
pohon, elevasi, kesuburan tanah, dan iklim) serta faktor dinamis (cara dan alat
penyadapan, kadar stimulan dan keterampilan tenaga penyadap).
Panshin et al. dalam Adhi (2008) menyebutkan bahwa naval store yang baik yaitu
pohon dengan hasil getah yang banyak, dicirikan dengan lingkaran tahun yang lebar,
tajuk rata atau penuh dan berbentuk kerucut, dan memiliki tinggi tajuk yang berukuran
setengah dari tinggi pohonnya.
Kasmudjo (1982) dalam Sugiyono (2001) mengungkapkan bahwa pinus yang
menghasilkan getah terdapat beberapa jenis dengan produksi berbeda-beda.
Panshin et al. (1950) dalam Adhi (2008) menyatakan bahwa volume kayu gubal
dan bentuk tajuk juga berpengaruh terhadap produksi getah. Saluran saluran getah yang
terbanyak terdapat dalam kayu gubal.
Produktivitas getah pinus dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor dari
dalam pohon itu sendiri seperti jenis, diameter dan umur tegakan. Menurut Wibowo
dalam Adhi (2008), pengaruh getah pohon pinus berhubungan dengan diameter pohon.
Dengan adanya pertumbuhan diameter pohon, maka volume kayu gubal semakin besar.
Oleh karena itu semakin besar volume kayu gubal, maka saluran getah yang terkandung
pada pohon pinus akan semakin banyak dan produksi getah pinus akan semakin
meningkat. Produktivitas getah pinus juga dipengaruhi oleh faktor tempat tumbuh pohon
dan perlakuan yang diberikan terhadap pohon seperti cara penyadapannya
Hadipurnomo (1972) dalam Sugiyono (2001) mengatakan bahwa perbedaan
umur pohon berpengaruh terhadap jumlah produksi getah. Semakin tua umur pohon maka
getah yang dihasilkan akan semakin banyak sampai pada batas umur tertentu.
Berpengaruhnya kelas umur terhadap produksi getah juga dikatakan oleh
Poerdjorahardjo dan Kamarudin dalam Adhi (2008) yang telah melakukan penelitian di
Jawa Timur pada bulan November 1990, sebagai berikut :
Tabel 1. Hubungan Antara Produksi Getah Pinus dengan Umur Daur Tegakan Pinus
Umur Daur
Produksi getah
(th)
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
(cm)
28
34
38
41
43
45
46
48
49
49
(g/ph/hr)
6
7
7
8
8
9
10
10
11
12
Faktor cuaca berpengaruh terhadap aliran getah dari sadapan. Pada suhu yang
rendah dan kelembaban yang tinggi, getah yang membeku akan menyumbat saluran
getah dan muara akan tertutup akibatnya getah yang mengalir akan terhenti (Sugiyono
2001).
Pengaruh suhu dan kelembaban udara sangat menentukan jumlah keluarnya getah
sadapan dari tiap-tiap pohon per satuan waktu. Hal ini disebabkan karena suhu yang
rendah (dibawah 20 C) dan kelembaban udara yang tinggi (diatas 70%) sangat besar
pengaruhnya pada kondisi saluran getah. Saluran getah menyempit bahkan buntu, dan
apabila masih ada getah yang bisa keluar dengan segera mengalami pembekuan di mulut
saluran getah sehingga menyumbat getah yang seharusnya masih bisa keluar (Kasmudjo
dalam Adhi, 2008).
Dengan berpengaruhnya keadaan cuaca terhadap produksi getah, tindakan
penjarangan (yang berarti pembukaan tajuk) dapat diarahkan untuk membentuk kondisi
yang baik agar getah keluar dengan lancar (Silitonga dalam Adhi, 2008).
Pohon yang ditebang saat penjarangan adalah pohon yang terserang hama atau
penyakit, bentuknya jelek, tertekan, yang abnormal, jaraknya terlalu rapat dengan pohon
lain dan tanaman selain pokok yang mengganggu tanaman pokok. Pada umumnya
penjarangan dilakukan setiap 5 tahun sekali.
10
3. METODE PELAKSANAAN
b.
Mengamati dan meninjau secara langsung terhadap kegiatan yang yang dilakukan
c.
Melakukan diskusi langsung dengan pembimbing lapang dan para pekerja yang ada
di lingkungan perusahaan.
d.
e.
Mempelajari dan memahami kegiatan yang dilakukan dan melakukan studi pustaka
untuk membandingkan dengan objek pengamatan yang dilakukan.
11
f.
Mempelajari dam memahami kegiatan yang dilakukan dan melakukan studi pustaka
untuk membandingkan dengan objek pengamatan yang dilakukan.
12
4.1 Hasil
Kegiatan yang dilakukan selama kegiatan magang di Perhutani Unit II Jawa
Timur, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Malang, Bagian Kesatuan Pemangkuan
Hutan (BKPH) Pujon oleh peserta magang antara lain adalah pengelolaan hasil hutan
pinus yang berupa getah pinus, pembuatan petak coba penjarangan (PCP), pengelolaan
wisata, pengawasan keamanan hutan, pengelolaan objek wana wisata, dan melakukan
koordinasi dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) setempat dalam
menjalankan program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM), kegiatan
penebangan pohon, serta persiapan kegiatan penanaman hutan. Kegiatan yang paling
sering dilakukan oleh peserta magang adalah pengelolaan hasil hutan pinus berupa getah
pinus. Pembahasan pada laporan ini difokuskan pada teknologi produksi untuk
menghasilkan getah pinus saja.
Daerah hutan lokasi magang, Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Punten terletak
pada ketinggian > 900 mdpl, dan daerah hutan yang termasuk dalam wilayah RPH Punten
termasuk dalam kawasan hutan dengan kelas hutan pinus.
Pada dasarnya, produksi getah pohon pinus dilakukan dengan membuat pelukaan
pada batang pohon pinus untuk merangsang keluarnya getah dari batan Metode pelukaan
yang digunakan untuk memproduksi getah pohon pinus di lokasi magang adalah metode
koakan atau yang lebih sering disebut sebagai metode quare.
Pelukaan dengan metode quare ini dilakukan dengan melukai batang pohon pinus
dengan menggunakan alat yang bernama pethel/kedukul/pathuk. Pelukaan diawali dengan
membersihkan kulit kayu sampai terlihat kayu pohon pinus. Setelah itu, pelukaan
dilakukan dengan menggunakan pethel/kedukul/pathuk, dengan cara membuat sebuat
koakan yang membentuk huruf U terbalik. Lebar pelukaan, letak pelukaan, dan kedalam
pelukaan sudah diatur dalam Standar Operasional Prosedur (SOP) yang dimiliki oleh
Perum Perhutani.
Lebar untuk pelukaan selebar 4-6 cm (selebar mata pathuk/pethel/kedukul),
dengan panjang luka sadapan pertama (sadap buka), pangkal pelukaan terletak pada tinggi
10 cm dari permukaan tanah, dan kedalaman pelukaan yang diizinkan hanya 1.5 cm dari
bagian terluar kayu (tanpa kulit kayu).
13
Setelah itu, pada dasar pelukaan dipasang talang sadap yang terbuat dari seng yang
telah disiapkan oleh mandor yang bertugas, atau sebagai pengganti seng, para penyadap
juga bisa menggunakan kayu-kayu sisa dari pembuatan luka (tatal) sebagai pengganti dari
talang sadap yang terbuat dari seng. Dan di bawah talang sadap diletakkan penampung,
bisa botol bekas atau tempurung kelapa yang sudah disiapkan untuk menampung getah
yang keluar dari pelukaan yang telah dibuat. Jarak antara talang sadap dan penampung
getah adalah 5 cm.
Sadap buka ini dapat dilakukan pada pohon pinus yang sudah berumur 11 tahun
dan 80% batangnya sudah mencapai keliling 65 cm (tanpa kulit), dan pada kegiatan
sadap buka hanya diperkenankan membuat 1 quare saja dengan tinggi maksimal 10 cm.
Seiring berjalannya bertambahnya umur pohon dan berjalannya produksi getah
dari hasil sadap buka dan membuat sadap buka pada pohon-pohon baru, akan terus
diadakan kegiatan yang disebut sadap lanjut.
Sadap lanjut adalah kegiatan pembaruan luka (penambahan luka) yang dilakukan
secara vertikal, menambah ketinggian dari quare yang ada, dan melakukan pembukaan
quare baru pada bidang batang lain pada pohon yang sama. Bila pada sadap buka hanya
boleh membuat 1 (satu) quare per pohon bila syarat-syaratnya sudah memenuhi untuk
dilakukan produksi getah pinus pada satu phon (dijelaskan pada subbab sebelumnya) dan
mempertahankan produksi dari quare tersebut saja.
Bila umur pohon pinus sudah mencapai 16 tahun dan diameter sudah mencapai
125-175 cm, maka dalam satu pohon diperkenankan untuk membuat 2 quare aktif per
pohonnya, dan bila diameter suatu pohon pinus sudah mencapai diameter diatas 176 cm
diizinkan untuk membuat 4 quare aktif pada pohon itu.
Selain menambah jumlah quare, kegiatan pada sadap lanjut adalah melakukan
pembaruan luka (penambahan luka) yang dilakukan secara vertikal, menambah
ketinggian dari quare yang ada. Penambahan luka ini hanya diperbolehkan setinggi 0.5
cm, dengan lebar dan kedalaman pelukaan yang sama dengan sadap buka (lebar 4-6 cm
dan kedalaman 1.5 cm).
Pembaruan luka dilakukan setiap 3 hari atau 5 hari sekali (tergantung pada
pemakaian Cairan Asam Stimulansia). Pembaruan dilakukan setiap 3 hari sekali bila tidak
menggunakan CAS, namun bila menggunakan CAS, pembaruan dilakukan setiap 5 hari
sekali. Dengan demikian, luka tambahan dalam 1 bulan maksimal setinggi :
14
30
3
0.5 cm = 5 cm.
Dalam
tahun
luka
tambahan
maksimal
setinggi
terus
melakukan
kegiatan
penyadapan,
penyadap
juga
harus
diunduh sampai bersih. Getah yang terkumpul harus disetorkan ke Tempat Penampungan
Getah (TPG) terdekat secepatnya.
4.2 Pembahasan
Pinus merkusii merupakan tumbuhan hutan yang tidak dapat tumbuh di
sembarang tempat, dan memiliki beberapa syarat tumbuh. Menurut Direktorat Jenderal
Kehutanan dalam Adhi (2008), Pinus merkusii di Indonesia dapat tumbuh pada
ketinggian 200-2000 mdpl, dengan pertumbuhan optimum dicapai pada ketinggian 4001500 mdpl dan pertumbuhan maksimum pada ketinggian 900-1500 mdpl. Ketinggian
daerah hutan di kawasan RPH Punten terletak di kisaran 1000-1100 mdpl, sehingga bisa
dikatakan bahwa kawasan hutan RPH Punten sudah layak ditanami pinus bila ditinjau
dari syarat ketinggian tempat (elevasi).
Namun, syarat tumbuh tanaman pinus bukan hanya dari aspek elevasi saja.
Menurut Alrasjid dkk. dalam Adhi (2008) pinus tidak membutuhkan persyaratan yang
tinggi terhadap tempat tumbuh, namun pertumbuhannya dipengaruhi berbagai faktor
seperti sifat-sifat tanah, iklim dan altitude. Untuk menghasilkan pertumbuhan yang baik
pinus membutuhkan : (1) Tanah yang cukup kesuburannya, walaupun unsur hara yang
dipergunakan pinus relatif lebih rendah dibandingkan dengan jenis pohon daun lebar ; (2)
Tanah beraerasi baik dan tidak terlalu asam dan basis (pH : 4,5 5,5) ; (3) Tipe iklim A
dan B menurut klasifikasi Schmidt & Ferguson ; (4) Temperatur udara berkisar 18 - 30C
; (5) Bulan basah (5 6 bulan) yang diselingi dengan bulan kering yang pendek (3 4
bulan). Namun peserta magang tidak memiliki data sifat kimia tanah, kesuburan tanah
dan klimatologi di lokasi magang di kawasan hutan RPH Punten, sehingga tidak bisa
ditentukan kesesuaian pinus untuk tumbuh dengan lingkungan sekitar tumbuhnya.
Metode sadap yang digunakan untuk memproduksi getah pinus di lokasi magang
di kawasan hutan RPH Punten, BKPH Pujon, KPH Malang adalah metode quare.
Sebenarnya selain metode quare, masih ada 3 metode lain untuk memproduksi getah
pinus, antara lain metode mujitech, metode bor dan metode riil. Namun pembahasan
difokuskan pada metode quare karena metode inilah yang digunakan oleh seluruh
penyadap yang bekerja lokasi magang.
Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Sukadaryati (2014) menemukan bahwa
penyadapan dengan cara kedukul (quare) menghasilkan getah lebih banyak dibandingkan
dengan metode bor dan mujitech. Penyadapan dengan cara kedukul (quare) menghasilkan
16
rata-rata produksi getah pinus sebanyak 18,01 g/petak/pengambilan, sedangkan cara bor
dan mujitech masing-masing menghasilkan rata-rata produksi getah pinus sebanyak 11,5
01 g/petak/pengambilan dan 11,2 01 g/petak/pengambilan. Namun getah pinus yang
dihasilkan dari metode bor memiliki tingkat kebeningan yang lebih tinggi daripada dua
metode lain (mujitech dan kedukul/quare).
Diyakini jumlah getah yang tinggi yang dihasilkan melalui metode quare inilah
yang membuat para penyadap yang berada di kawasan RPH Punten memilih metode
quare untuk memproduksi getah pinus. Metode bor dan metode mujitech membutuhkan
alat khusus yang biaya penyediaannya mahal dan membutuhkan sumberdaya manusia
yang terampil menggunakan alat tersebut sehingga masih mengurungkan niat Perum
Perhutani untuk menerapkan metode ini untuk memproduksi getah pinus. Metode riil
pernah digunakan di beberapa lokasi hutan milik Perum Perhutani di daerah lain, namun
di kawasan RPH Punten masih belum menerapkan metode ini. Metode riil tidak
menghabiskan banyak biaya, namun diduga metode ini tidak digunakan di lokasi magang
karena pengetahuan dan sosialisasi yang kurang terkait metode ini sehingga belum ada
penyadap yang menggunakan metode riil untuk memproduksi getah pinus.
Sebelum dilaksanakannya teknis sadap buka, ada beberapa hal yang harus
dilakukan menurut Perum Perhutani (2005), yaitu sensus dan pemberian nomor pohon,
pembagian pohon dan blok sadapan, pembersihan lapangan sadapan dari rerumputan
yang menghalangi pandangan untuk pemeriksaan mandor, pembersihan kulit pohon rutin
setiap tahun, dan pembuatan rencana quare (mal sadap).
Sensus dan penomoran pohon dilakukan untuk menaksir jumlah produksi getah,
menetapkan jumlah pohon bagi masing-masing penyadap dan mempermudah monitoring
oleh mandor. Pembagian blok sadapan untuk menetapkan batasan-batasan blok hutan
yang disadap oleh masing-masing penyadap. Pembersihan lapangan sadapan dilakukan
untuk mempermudah monitoring oleh mandor, serta pembuatan rencana quare (mal
sadap) dilakukan dengan membuat gambar (sketsa) pelukaan quare untuk 1 tahun ke
depan pada kulit kayu yang digambar menggunakan cat berwarna putih, berguna untuk
mempermudah dalam pembuatan quare yang baik sehingga penyadap selalu memiliki
batas penambahan pelukaan kayu pada setiap bulannya, tidak melakukan penambahan
pelukaan melebihi batas yang telah ditentukan oleh SOP. Berikut ini adalah bentuk dari
17
rencana quare (mal sadap) yang digambar di kulit kayu pinus untuk jangka waktu 1 tahun
penyadapan :
Keterangan :
I
II
: Talang sadap
Sebenarnya, setiap sebelum quare baru akan dibuat, rencana quare (mal sadap).
Harus terlebih dahulu dibuat untuk mempermudah untuk menentukan batas tinggi luka
sadap lanjut yang akan dibuat. Jadi, pada pembuatan quare untuk sadap lanjut, rencana
quare (mal sadap) ini harus tetap dibuat sebelum dilakukan pelukaan pertama.
Namun pada pelaksanaannya di lapang, para penyadap yang ada dan para mandor
tidak melakukan beberapa tahap dalam SOP prasadap getah pinus ini. Sensus, pemberian
nomor pohon, dan pembagian blok sadapan terkadang dilewatkan, dan langsung
dilimpahkan pembagian blok sadapan kepada masing-masing penyadap. SOP yang
18
dilewatkan ini terkadang untuk alasan kepraktisan pekerjaan dan untuk mendapatkan
target produksi getah dalam waktu yang terbatas (biasanya dalam ton per tahun).
Terkadang pembersihan lapangan sadapan dari rumput dan pembersihan kulit pohon
secara rutin pun dilewatkan saja. Alasannya pun sama, karena pemeriksaan rutin oleh
mandor jarang dilakukan secara menyeluruh. Pembersihan kulit pohon pun dilakukan
bersamaan dengan pelukaan pada pohon, baik sadap lanjut maupun sadap buka.
Pembuatan rencana quare (mal sadap) pun sangat jarang dilakukan oleh para
penyadap untuk efisiensi waktu kerja. Pihak RPH Punten (KRPH dan para mandor) tidak
terlalu mempermasalahkan SOP ini, jika memang para penyadap sudah bersedia untuk
berpartipasi dalam kegiatan produksi getah pinus yang diusahakan oleh Perum Perhutani
dan menyetorkan getah tepat waktu ke TPG terdekat.
Pembuatan sadap buka pun juga diatur dalam SOP, dimana lebar,tinggi,
kedalaman pelukaan, serta letak pangkal pelukaan untuk sadap buka maupun sadap lanjut.
Jumlah quare aktif per pohon menurut diameter pohonnya pun diatur dan jumlah quare
yang boleh dibuka saat sadap buka dan pohon dengan diameter tertentu pun sudah diatur
dalam SOP yang ada.
Namun pada pelaksanannya di lapang, para penyadap pada umumnya tidak terlalu
mengindahkan SOP tersebut, karena selain dituntut dengan target produksi getah yang
tinggi, para penyadap pada umumnya tidak mau direpotkan dengan hal seperti SOP yang
terkadang dianggap merepotkan. Para mandor pun tidak ingin mempersulit pekerjaan
para penyadap dengan memaksa mereka mengikuti SOP baku secara penuh, karena
dikhawatirkan para penyadap yang bekerja tidak nyaman dan meninggalkan pekerjaan
mereka sebagai penyadap dan menurunkan produksi getah, dan akhirnya target produksi
getah tidak tercapai.
Namun pada dasarnya, tujuan dari Perum Perhutani membuat SOP yang
membatasi lebar pelukaan selebar 6 cm, kedalaman pelukaan sedalam 1.5 cm, tinggi luka
pada sadap buka 10 cm, dan tinggi penambahan luka setinggi 0.5 cm pada setiap
pembaruan luka adalah untuk meminimalisir kerusakan pada pohon pinus akibat
pembuatan quare. Dikhawatirkan bila pelukaan yang dibuat jauh melebihi dari ketentuan
yang ditetapkan dalam SOP, malah mengakibatkan kerusakan pada pohon pinus sehingga
bukan meningkatkan produksi getah, malah menurunkan produksi getah. Namun pada
beberapa kasus yang terjadi di lapang, masih ada penyadap yang membuat pangkal luka
19
sadapan lebih tinggi atau lebih rendah dari 10 cm, atau membuat pelukaan yang lebih
dalam dari 1,5 cm, atau membuat quare hidup ketika sadap buka sebanyak lebih dari 1
quare bahkan tanpa membuat rencana quare (mal sadap) terlebih dahulu.
Penelitian yang dilakukan oleh Adhi (2008) menunjukkan bahwa ada korelasi
positif antara jumlah koakan (quare) dengan jumlah produksi getah pinus per pohonnya,
pohon dengan 6 quare mengeluarkan getah dengan massa tertinggi. Namun setelah
dilakukan Uji Tuckey pada data hasil pengamatan, diketahui bahwa pohon dengan jumlah
quare hidup 4, 5, dan 6 memberi pengaruh nyata terhadap produksi getah pinus
dibandingkan pohon dengan jumlah quare hidup 1, 2, dan 3. Namun, nilai produksi getah
pinus pada pohon yang disadap dengan 4, 5, dan 6 quare hidup tidak berbeda nyata
sehingga dapat dikatakan bahwa penyadapan dengan 4 buah quare hidup per pohonnya
adalah yang paling efisien, dan hasil penelitian ini membuktikan SOP yang ditetapkan
oleh Perum Perhutani tentang pengaturan jumlah quare hidup per pohonnya juga tepat.
Adhi (2008) dalam penelitiannya juga mencoba mensimulasikan pengaruh
banyaknya jumlah quare terhadap kerusakan pohon dengan kedalaman quare sedalam 5
cm, lebar koakan 10 cm dan tinggi koakan 19.5 cm. Hasilnya menunjukkan bahwa
kehilangan kayu yang disebabkan oleh penyadapan dengan cara quare ini menyebabkan
jumlah kehilangan kayu dalam volume yang tidak kecil, dan bisa menyebabkan pohon
tumbang di kemudian hari bila pohon terkena angina kencang atau diterpa badai. Inilah
yang mendasari Perum Perhutani dalam membuat SOP yang mengatur tentang kedalam,
lebar dan tinggi koakan.
Adapun memberi pelukaan terlalu banyak pada pohon pinus tidak akan
meningkatkan produksi getah secara signifikan. Menurut Hillis dalam Adhi (2008) pohon
pinus sensitif sekali terhadap pelukaan, yaitu bila terjadi luka segera dibentuk saluran
resin dan resinnya sendiri langsung menutup luka dan mencegah infeksi akibat luka tadi
(teori Muller dan Borger). Saluran resin dikelilingi sel-sel parenkim jari-jari atau sel-sel
epitel. Getah pinus sendiri dibentuk di dalam sel-sel epitel sebagai akibat proses
metabolisme atau translokasi karbohidrat dari daun (Fahutan dalam Adhi, 1988).
Hal ini mengakibatkan jumlah getah yang diproduksi oleh pohon meningkat untuk
menutupi luka tersebut, sementara getah adalah hasil dari proses metabolisme pinus. Hal
inilah yang dapat mengganggu metabolisme yang terjadi pada pohon pinus yang
menyebabkan pertumbuhan pinus terganggu dan dikhawatirkan hasil dari produksi getah
20
pinus tidak bisa dinikmati dalam jangka waktu yang lama, dan pohon pinus menjadi
rentan oleh serangan hama dan penyakit.
Pembaruan luka dibuat setelah kegiatan sadap buka dilakukan, dilakukan setiap 3
atau 5 hari sekali, tergantung pada penggunaan CAS. Pada SOP yang dikeluarkan oleh
Perum Perhutani pada Pedoman Penyadapan Getah Pinus pada tahun 2009, dituliskan bila
menggunakan CAS, pembaruan luka dilakukan setiap 5 hari sekali, bila tidak
menggunakan CAS, pembaruan luka dilakukan setiap 3 hari sekali.
Penggunaan CAS .pada pelukaan yang digunakan dengan cara penyemprotan ke
bagian yang dilukai membuat luka yang telah dibuat dapat terbuka dalam waktu yang
lebih lama dan membuat getah lebih encer, sehingga dapat memperpanjang jangka waktu
pelukaan dari 3 hari sekali menjadi 5 hari sekali dan membuat getah mengucur deras
sehingga dapat memperpanjang umur quare hidup dan meningkatkan volume getah yang
keluar dari pelukaan. Hal ini diperkuat oleh pendapat Kasmudjo dalam Surbakti dkk.
(2014) yang berpendapat bahwa penggunaan stimulansia asam dapat menyebabkan
terbukanya saluran getah yang menyempit atau tersumbat melalui proses penghangatan
asam. Akibatnya, saluran getah dan sel-sel parenkim terhidrolisis, tekanan menurun,
cairan sel keluar sehingga getah menjadi lebih encer dan lebih lama keluarnya.
Terdapat beberapa jenis CAS yang dapat dipakai sebagai stimulan getah. Jenis
CAS yang digunakan oleh para penyadap di lokasi magang adalah CAS kimiawi yang
didatangkan dari kantor KPH Malang. Asam Sulfat (H2SO4) juga bisa menjadi CAS yang
efektif sebagai stimulan untuk meningkatkan produksi getah pinus. Namun,
dikhawatirkan bila terlalu sering menggunakan CAS kimiawi, dapat berdampak buruk
pada lingkungan dan kesehatan pohon serta kualitas getah yang dihasilkan, oleh sebab itu
saat ini sudah ada penelitian yang dilakukan untuk mencari pengganti dari CAS kimiawi
yang berbahan ramah lingkungan.
Sukadaryati dan Dulsalam (2013) mencoba mengembangkan berbagai macam
stimulan hayati dalam penelitiannya dan menemukan stimulan berbahan lengkuas mampu
meningkatkan produksi getah pinus sebesar 268% (dibandingkan dengan tanpa
pengaplikasian stimulan), lebih tinggi daripada dua stimulan lain, stimulan berbahan
kencur mampu meningkatkan produksi sebesar 206% dan stimulan berbahan bawang
merah mampu meningkatkan produksi getah pinus sebesar 180%. Peningkatan produksi
menggunakan stimulan hayati ini masih lebih rendah nilainya dibandingkan dengan
21
22
mempengaruhi mutu dari getah yang akan disetorkan. Begitu juga dengan pembersihan
dari air dan kotoran, dilakukan untuk menjaga mutu dari getah.
Perlu dilakukan juga penggantian talang sadap secara rutin ketika talang sadap
sudah memiliki karatan yang banyak sehingga karat itu dapat bersampur dengan getah
dan sulit untuk dibersihkan. Namun beberapa penyadap yang didatangkan dari luar daerah
menggunakan talang sadap yang dibuat dari tatal pohon, sisa kayu yang terkelupas akibat
pelukaan, sehingga getah yang dihasilkan lebih bening karena tidak terkena karat. Hal ini
juga meminimalisir anggaran dana yang digunakan untuk penyediaan talang, sehingga
dapat menghemat anggaran dana yang disediakan oleh Perum Perhutani untuk
menyediakan sarana dan prasarana sadap bagi para penyadap.
Getah yangsudah dikumpulkan di dalam ember harus segera disetorkan ke TPG
terdekat sebelum mencapai tanggal 15 atau 30 pada setiap bulannya. Tanggal 15 dan
tanggal 30 adalah 2 tanggal terakhir untuk satu periode pembayaran yang berlaku di
Perum Perhutani. Maksudnya adalah, Perum Perhutani membagi satu bulan menjadi 2
periode pembayaran. Getah yang disetorkan melewati batas tanggal pada 1 periode akan
dibayarkan pada periode berikutnya. Meskipun penyadap menyetor getah kepada mandor
dari RPH Perhutani, namun getah ini diserahkan ke TPG dengan transaksi jual beli. Perum
Perhutani membayar upah para penyadap bukan dengan gaji tetap, melainkan dari jumlah
getah yang mereka bisa bawa ke TPG yang dihargai per kilogram.
23
5.1 Kesimpulan
Metode yang digunakan para penyadap di kawasan hutan RPH Punten, BKPH
Pujon, KPH Malang adalah metode quare karena metode ini mampu menghasilkan
produksi getah lebih tinggi dibandingkan dengan metode lain yakni metode bor dan
metode mujitech.
Segala teknologi produksi getah pinus yang baik dan benar sudah diatur dalam
Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah digunakan oleh Perum Perhutani.
Namun SOP yang sudah ada tidak bisa seutuhnya dilakukan di lapang karena
alasan kepraktisan oleh para penyadap, target produksi getah yang tinggi dalam jangka
waktu satu tahun sehingga banyak SOP yang tidak bisa dilakukan secara utuh di lapangan.
Kekhawatiran akan tidak tersedianya sumberdaya manusia untuk menyadap dari
manapun karena tidak ingin direpotkan dengan SOP yang baku juga membuat KRPH
serta para mandor sengaja tidak mempermasalahkan SOP di lapang, asalkan para
penyadap masih bersedia untuk berpartisipasi dalam kegiatan pengelolaan hasil hutan
berupa getah pinus yang diusahakan oleh Perum Perhutani.
5.2 Saran
Untuk meningkatkan produksi getah pinus di RPH Punten, BKPH Pujon, KPH
Malang perlu adanya teknologi penyadapan baru yang lebih praktis dalam hal SOP dan
tidak membingungkan masyarakat sehingga masyarakat mampu bekerjasama dengan
Perum Perhutani dengan baik dalam rangka pengelolaan hasil hutan berupa getah pinus.
Tetapi untuk saat ini, perlu adanya pengawasan SOP di lapangan yang berkaitan
dengan kelangsungan hidup pohon yang disadap getahnya seperti hilangnya kayu yang
berlebih karena penyadapan yang dilakukan terlalu jauh dari SOP penyadapan yang telah
dibuat, mengingat Bila beberapa SOP yang terkait dengan hal ini diabaikan, pohon pinus
dapat tumbang sebelum masa daurnya, karena rentan terserang hama penyakit dan
tumbang terkena bencana alam seperti angin kencang.
24
DAFTAR PUSTAKA
Adhi, Y. A. . 2008. Pengaruh Jumlah Sadapan Terhadap Produksi Getah Pinus (Pinus
merkusii) dengan Metode Koakan Di Hutan Pendidikan Gunung Walat Kabupaten
Sukabumi Jawa Barat. (Skripsi). Bogor : Institut Pertanian Bogor
Anonim. 2009. Pedoman Penyadapan Getah Pinus. Jakarta : Perum Perhutani
Sugiyono Y. 2001. Peningkatan Produksi Getah Pinus. Duta Rimba 247(15) : 23-28.
Sukadaryati. 2014. Pemanenan Getah Pinus Menggunakan Tiga Cara Penyadapan. Jurnal
Penelitian Hasil Hutan. 32(1) : 62-70
Sukadaryanti dan Nursalam. 2013. Teknik Penyadapan Pinus untuk Peningkatan
Produksi Melalui Stimulan Hayati. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 31(3) : 221227
Sukarno, A., Eko B. H., Sri N. M., Mohammad N. . 2013. Hubungan Perbedaan Ukuran
Mata Bor Terhadap Produksi Getah Pinus merkusii Jungh Et De Vriese. J-PAL.
4(1) : 38-42
Sukarno, A., Eko B. H., Sri N. M., Mohammad N. . 2013. Pengaruh Perbedaan Kelas
Umur terhadap Produktivitas Getah Pinus merkusii Jungh et de Vriese Ras Lahan
Jawa melalui Penyadapan Getah Metode Bor. J-PAL. 3(1) : 28-31
Surbakti, A. R. E., Batubara, R, Muhdi. 2014. Penggunaan Asam Sulfat (H2SO4) sebagai
Stimulansia dalam Meningkatkan Produktivitas Getah Pinus (Pinus merkusii
Jungh et de Vriese) dengan Metode Riil . Peronema Forestry Science Journal.
3(1) : 33-37
25
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan
26
27
28
29
30
Judul Kegiatan
April
Mei
Juni
Juli
Agust
Sept
Okt
Nop
Des
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penetapan Tim Magang Kerja oleh SK
1
4.
5. Pembuatan Laporan
6. Persiapan Magang Kerja
7. Pelaksanaan Magang Kerja
8. Supervisi dosen Pembimbing / Panitia
Magang Kerja
9.
32
CURRICULUM VITAE
DATA PRIBADI
Nama
Kode Pos
: 20122
Telepon
: 085791965798
: bhaskoroshop@gmail.com
Status
: Belum Kawin
Kuliah
Tempat
Tahun
TK Maharani
1999-2001
2001-2007
2007-2009
2009-2012
33
PENGALAMAN KERJA
Spesifikasi
Asisten Pratikum
Keterangan
Tahun
2013 - 2014
2014 - 2015
PENGUASAAN
Microsoft Word 2007-2013
Microsoft Excel 2007-2013
Microsoft PowerPoint 2007-2013
ArcGIS 9.3 dan 10.3
Garmin Basecamp
Google Earth
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.
34
Hari
Senin
Tanggal
03-Agt-15
Nama Kegiatan
Pengarahan kegiatan di kantor BKPH
Jam Kerja
Durasi
Paraf
(WIB)
(jam)
Pembimbing
08.00-09.00
09.00-10.00
10.00-11.00
11.00-14.00
Istirahat
14.00-15.00
15.00-16.00
08.00-09.00
Selasa
04-Agt-15
35
09.00-12.00
Istirahat
12.00-13.00
13.00-14.30
1.5
14.30-15.30
08.00-08.30
0.5
08.30-09.00
0.5
09.00-11.30
2.5
Istirahat
11.30-12.30
12.30-14.00
1.5
14.00-15.00
Rabu
05-Agt-15
36
4.
Kamis
06-Agt-15
08.00-08.30
0.5
08.30-11.00
2.5
Istirahat
11.00-12.00
12.00-13.30
1.5
08.00-08.30
0.5
08.30-11.00
2.5
11.00-13.00
13.00-14.30
1.5
Patroli hutan
14.30-16.00
1.5
09.00-09.30
0.5
09.30-12.30
Jumat
07-Agt-15
6.
Sabtu
08-Agt-15
37
Hari
Senin
Tanggal
10-Agt-15
Nama Kegiatan
Jam Kerja
Durasi
Paraf
(WIB)
(jam)
Pembimbing
2.
Selasa
11-Agt-15
09.00-12.00
Istirahat
12.00-13.00
13.00-16.00
3.
Rabu
12-Agt-15
Persemaian pinus
08.30-12.00
3.5
Istirahat
12.00-13.00
Persemaian pinus
13.00-15.00
38
Perbandingan
sadapan
tenaga
kerja 08.30-11.30
sadapan
tenaga
11.30-12.30
kerja 12.30-15.30
Kamis
13-Agt-15
09.00-12.00
Istirahat
12.00-13.00
TPG 13.00-16.00
Pengumpulan
getah
pinus
di
Jumat
14-Agt-15
09.30-11.30
Istirahat
11.30-12.30
12.30-15.30
3
39
6.
Sabtu
15-Agt-15
09.30-11.30
Istirahat
11.30-12.00
0.5
12.00-15.00
Jam Kerja
Durasi
Paraf
(WIB)
(jam)
Pembimbing
Hari
Tanggal
1.
Senin
17-Agt-15
2.
Selasa
18-Agt-15
Nama Kegiatan
LIBUR
3.
Rabu
19-Agt-15
09.00-12.00
Istirahat
12.00-13.00
13.00-16.00
40
4.
Kamis
20-Agt-15
08.30-09.30
09.30-12.30
Istirahat
12.30-13.30
13.30-15.30
12.00-13.00
Jumat
21-Agt-15
10.00-11.30
1.5
Istirahat
11.30-12.30
Sortimen kayu
12.30-14.30
2
41
6.
Sabtu
22-Agt-15
PCP No. 1
Pelaksanaan kegiatan PCP No. 2
12.30-14.30
Istirahat
14.30-15.30
Jam Kerja
Durasi
Paraf
(WIB)
(jam)
Pembimbing
Hari
Senin
Tanggal
24-Agt-15
Nama Kegiatan
09.00-12.00
Istirahat
12.00-13.00
Pujon
Perawatan bibit pinus
14.00-16.00
42
2.
Selasa
25-Agt-15
Coban Rais
Istirahat
14.00-15.00
Rais
3.
Rabu
26-Agt-15
2.5
11.30-12.30
Istirahat
12.30-13.30
13.30-17.00
3.5
43
4.
Kamis
27-Agt-15
5.
Jumat
28-Agt-15
Persemaian Eukaliptus
09.00-12.00
Istirahat
12.00-13.00
13.00-15.00
2.5
11.30-12.30
12.30-15.30
44
Hari
Senin
Tanggal
31-Agt-15
Nama Kegiatan
Jam Kerja
Durasi
Paraf
(WIB)
(jam)
Pembimbing
09.00-11.00
Wisata 11.00-15.00
15.00-16.00
Perencanaan
pembukaan
Selasa
01-Sept-15
10.00-13.00
Istirahat
13.00-14.00
14.00-16.00
45
3.
Rabu
02-Sept-15
4.
Kamis
03-Sept-15
Istirahat
14.00-15.00
15.00-16.00
PCP No. 3
5.
Jumat
04-Sept-15
Istirahat
12.00-13.00
13.00-15.00
1.5
11.30-12.30
1
46
Sabtu
05-Sept-15
Songgoriti
Harian Kerja Minggu Ke-VI
No.
1.
Hari
Senin
Tanggal
07-Sept-15
Nama Kegiatan
Jam Kerja
Durasi
Paraf
(WIB)
(jam)
Pembimbing
2.
Selasa
08-Sept-15
09.00-12.00
Isirahat
12.00-13.00
13.00-16.00
47
09.00-10.00
10.00-12.00
Istirahat
12.00-13.00
13.00-15.00
tanam)
3.
Rabu
09-Sept-15
4.5
dan laboratoris
4.
Kamis
10-Sept-15
Istirahat
13.30-14.30
Evaluasi kegiatan
14.30-15.00
0.5
1.5
tanaman)
Pembuatan laporan BAP
10.30-15.30
Istirahat
15.30-
48
Kunjungan ke LMDH
5.
Jumat
11-Sept-15
18.00-20.00
09.00-10.30
1.5
1
11.30-12.30
Sabtu
12-Sept-15
PCP No. 2
Istirahat
12.00-13.00
13.00-15.00
15.00-17.00
49
Hari
Senin
Tanggal
14-Sept-15
Nama Kegiatan
Jam Kerja
Durasi
Paraf
(WIB)
(jam)
Pembimbing
Pujon
2.
Selasa
15-Sept-15
10.00-12.00
Isirahat
12.00-13.00
13.00-16.00
08.00-09.00
Pengarahan kegiatan
09.00-09.30
0.5
09.30-12.00
2.5
Istirahat
12.00-13.00
13.00-14.00
50
3.
Rabu
16-Sept-15
4.
Kamis
17-Sept-15
09.00-12.00
Istirahat
12.00-13.00
Praktik tebangan
13.00-15.00
tanaman
Istirahat
12.00-13.00
tanaman
5.
Jumat
18-Sept-15
hutan
Istirahat
16.30-18.00
1.5
51
Sabtu
19-Sept-15
18.00-21.00
tanaman
Istirahat
11.00-12.00
tanaman
Hari
Senin
Tanggal
21-Sept-15
Nama Kegiatan
Jam Kerja
Durasi
Paraf
(WIB)
(jam)
Pembimbing
PCP No. 1
Istirahat
12.00-13.00
13.00-15.30
2.5
52
2.
Selasa
22-Sept-15
12.00-13.00
13.00-15.00
3.
Rabu
23-Sept-15
IJIN
4.
Kamis
24-Sept-15
LIBUR
5.
Jumat
25-Sept-15
IJIN
6.
Sabtu
26-Sept-15
IJIN
Hari
Tanggal
Nama Kegiatan
Jam Kerja
Durasi
Paraf
(WIB)
(jam)
Pembimbing
Senin
28-Sept-15
Malang
Pengangkutan prasarana sadap (ember dan
jirigen)
09.00-10.30
1.5
53
10.30-12.30
Istirahat
12.30-13.30
13.30-15.30
Selasa
29-Sept-15
Malang
Pengumpulan getah di TPG Payan
09.00-11.00
11.00-13.00
Istirahat
13.00-14.00
14.00-16.00
Rabu
30-Sept-15
Malang
Penimbangan getah di Payan
09.00-11.00
11.00-12.00
Istirahat
12.00-13.00
13.00-15.00
Kamis
01-Okt-15
Malang
54
09.00-10.00
10.00-12.00
Istirahat
12.00-13.00
13.00-14.30
1.5
Pengumpulan getah
14.30-16.00
1.5
Jam Kerja
Durasi
Paraf
(WIB)
(jam)
Pembimbing
08.00-09.00
09.00-12.00
Istirahat
12.00-13.00
13.00-15.00
08.00-09.00
Pujon
Hari
Tanggal
Nama Kegiatan
Pengarahan dan persiapan kegiatan di
Senin
5-Okt-15
Selasa
06-Okt-15
55
09.00-12.00
08.00-09.00
09.00-12.00
12.00-13.00
13.00-16.00
07.00-08.00
08.00-11.00
11.00-15.00
07.00-09.00
Rabu
07-Okt-15
Kamis
08-Okt-15
Jumat
09-Okt-15
56
09.00-10.00
10.00-11.00
11.00-15.00
Jam Kerja
Durasi
Paraf
(WIB)
(jam)
Pembimbing
07.00-08.00
08.00-09.00
09.00-10.30
1.5
10.30-12.00
1.5
Kasembon
Menuju lokasi pengambilan sampel
(Desa Pondokagung)
Pengambilan sampel di petak 128 B
(Desa Pondokagung)
Hari
Senin
Tanggal
12-Okt-15
Nama Kegiatan
Pengarahan dan persiapan kegiatan oleh
pembimbing dari KPH Malang
Pengarahan dan persiapan kegiatan di
kantor RPH Bambang Selatan, KPH
Malang
Perjalanan menuju petak 73 B (Desa
Bambang)
Pengambilan sampel di petak 73 B (Desa
Bambang)
57
Istirahat
Perjalanan menuju petak 76 C (Desa
Bambang)
Pengambilan sampel di petak 76 C (Desa
Bambang)
2
Selasa
13-Okt-15
Rabu
14-Okt-15
12.00-13.00
13.00-14.30
1.5
14.30-15.30
07.00-08.00
08.00-09.00
09.00-09.30
1.5
09.30-11.00
1.5
11.00-12.30
1.5
12.30-13.30
13.30-15.00
1.5
LIBUR
58
Kamis
15-Okt-15
08.00-09.00
09.00-10.00
10.00-12.30
1.5
12.30-13.30
13.30-15.30
15.30-16.00
0.5
07.00-08.00
08.00-10.00
10.00-11.30
1.5
11.30-12.30
12.30-13.30
Malang
Penimbangan dan pengumpulan getah di
TPG Kekep
Penimbangan dan pengumpulan getah di
TPG Talun
Istirahat
Penimbangan dan pengumpulan getah di
TPGS Payan
Persiapan pengiriman getah ke pabrik
5
Jumat
16-Okt-15
59
13.30-14.30
14.30-16.00
1.5
08.00-09.00
09.00-12.00
Istirahat
12.00-13.00
13.00-16.00
Jam Kerja
Durasi
Paraf
(WIB)
(jam)
Pembimbing
08.00-09.00
09.00-12.00
Istirahat
12.00-13.00
13.00-16.00
Dalisodo)
Pengambilan sampel di petak 188 C
(Desa Dalisodo)
Pengarahan dan persiapan kegiatan di
6
Sabtu
17-Okt-15
Hari
Tanggal
Nama Kegiatan
Pengarahan dan persiapan kegiatan di
Senin
19-Okt-15
60
Selasa
20-Okt-15
08.00-09.00
09.00-12.00
Istirahat
12.00-13.00
13.00-16.00
08.00-09.00
09.00-12.00
12.00-13.00
13.00-16.00
08.00-09.00
09.00-12.00
Istirahat
12.00-13.00
13.00-16.00
Rabu
21-Okt-15
Kamis
22-Okt-15
61
Hari
Jam Kerja
Durasi
Paraf
(WIB)
(jam)
Pembimbing
08.00-09.00
09.00-12.00
12.00-13.00
13.00-16.00
08.00-09.00
09.00-12.00
Istirahat
12.00-13.00
13.00-16.00
Tanggal
Nama Kegiatan
Pengarahan dan persiapan kegiatan di
Jumat
6-Nov-15
Sabtu
7-Nov-15
62
Hari
Jam Kerja
Durasi
Paraf
(WIB)
(jam)
Pembimbing
08.00-09.00
09.00-12.00
12.00-13.00
13.00-16.00
08.00-09.00
09.00-12.00
Istirahat
12.00-13.00
13.00-16.00
08.00-09.00
Tanggal
Nama Kegiatan
Pengarahan dan persiapan kegiatan di
Senin
9-Nov-15
Selasa
10-Nov-15
Rabu
11-Nov-15
63
09.00-12.00
Istirahat
12.00-13.00
13.00-16.00
08.00-09.00
09.00-12.00
Istirahat
12.00-13.00
13.00-16.00
08.00-09.00
09.00-12.00
12.00-13.00
13.00-16.00
08.00-09.00
Kamis
12-Nov-15
Jumat
13-Nov-15
Sabtu
14-Nov-15
64
09.00-12.00
Istirahat
12.00-13.00
13.00-16.00
Jam Kerja
Durasi
Paraf
(WIB)
(jam)
Pembimbing
08.00-09.00
09.00-12.00
12.00-13.00
13.00-16.00
08.00-09.00
09.00-12.00
Istirahat
12.00-13.00
13.00-16.00
Hari
Senin
Tanggal
16-Nov-15
Nama Kegiatan
Pengarahan dan persiapan kegiatan di
kantor RPH Punten
Penimbangan dan pengumpulan getah di
TPG Talun
Istirahat
Penimbangan dan pengumpulan getah di
TPG Kekep
Selasa
17-Nov-15
65