Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TINJAUAN PUSTAKA
Indonesia
No.1027/Menkes/SK/IX/2004
tentang
Standar
kehidupan pasien
Landasan Hukum Apotek
Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang
diatur dalam landasan hukum :
a. Undang-undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1997 tentang
Psikotropika.
b. Undang-undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 tentang
Narkotika.
Indonesia
No.
Republik
Indonesia
No.
Indonesia
No.
A. Organisasi Apotek
Organisasi apotek sangat diperlukan dalam mendirikan apotek yang
digunakan untuk mengoptimalkan suatu kinerja apotek dalam melakukan
pelayanan kesehatan yang baik. Struktur organisasi apotek diperlukan dalam
pelayanan kefarmasian sehingga terciptanya pelayanan kesehatan yang lancar
tanpa adanya suatu kendala, karena setiap anggota di apotek memiliki tugas
dan kewajiban masing-masing. Sebelum adanya organisasi apotek harus
memiliki persyaratan untuk mendirikan suatu apotek.
1. Persyaratan Pendirian Apotek
Suatu apotek baru dapat beroperasi setelah mendapat Surat Izin
Apoteker (SIA). Surat Izin Apoteker adalah surat yang diberikan Menteri
Nomor
Republik
Indonesia
Nomor
mereka
yang
berdasarkan
peraturan
10
Republik
Indonesia
Nomor
11
meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan
terhadap kesiapan apoteker melakukan kegiatan.
c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala
Dinas Kesehatan Kapupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan
menggunakan formulir APT-3.
d. Pemeriksaan sebagaimana dimaksud di dalam butir (b) dan (c), jika tidak
dilaksanakan maka apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap
melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat
dengan tembusan kepada Kepala Dinas Provinsi dengan menggunakan formulir
APT-4.
e. Jangka waktu 12 hari kerja setelah diterima laporan pemeriksaan sebagaimana
yang dimaksud butir (c) dan (d) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
setempat mengeluarkan Surat Izin Apotek dengan menggunakan formulir APT-5.
f. Hasil pemeriksaan tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM
sebagaimana dimaksud pada butir (C) jika masih belum memenuhi syarat, maka
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam waktu 12 hari kerja
mengeluarkan surat penundaan menggunakan formulir ATP-6.
g. Surat penundaan sebagaimana dimaksud dalam butif (f), apoteker diberi
kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambatlambatnya dalam jangka waktu 1 bulan sejak tanggal surat penundaan.
h. Apabila apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka pengguna sara
dimaksudkan wajib didasarkan atas perjanjian kerjasama antara apoteteker dan
pemilik sarana.
i. Pemilik sah yang dimaksud tersebut memenuhi persyaratan tidak pernah terlibat
dalam pelanggaran peraturanperundang-undangan di bidang obat sebagaimana
dinyatakan dalam surat pernyataan yang bersangkutan
12
j. Permohonan izin apotek dan APA atau lokasi tidak sesuai dengan pemohon, maka
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam jangka waktu selambatlambatnya 12 hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan
alasan menggunakan formulir APT-7.
B. Kegiatan Pokok Apotek
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014,
Pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan.
a. Perencanaan
Pembuatan perencaan pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola
konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat.
b. Pengadaan
Pengadaan untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka
pengendalian pengadaan sediaan farmasi haru melalui jalur resmi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Penerimaan
Kegiatan menjamin jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan
dan harga dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
d. Penyimpanan
1) Obat atau bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik.
Pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain,
maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis
informasi yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang-kurangnya
memuat nama obat, nomor batch dan tanggal kadaluarsa.
13
2) Semua obat atau bahan obat harus disimpan pada kondisi yang
sesuai sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
3) Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk
sediaan dan kelas terapi obat serta disusun secara alfabetis.
4) Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expire Fist Out) dan
FIFO (First In First Out).
e. Pemusnahan
1) Obat kadaluarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis
dan bentuk sediaan. Pemusnahan obat kadaluarsa atau rusak yang
mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh apoteker
dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan
obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan
disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin
praktek atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita
acara pemusnahan menggunakan Formulir 1 sebagaimana terlampir.
2) Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun
dapat dimusnahkan. Pemusnahanresep dilakukan oleh Apoteker
disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan
cara dibakar atau pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita
Acara Pemusnahan Resep menggunakan Formulir 2 sebagaimana
terlampir dan selanjutnya dilaporkan kepada dinas kesehatan
Kabupaten/Kota.
f. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem
pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal tersebut
bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan,
14
15
Menurut
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Tahun
1993,
16
17
Indonesia. Awal mula pada tahun 1917 nama perusahaan awalnya bernama
NV Chemicalien Handle Rathcamp & Co perusahaan pertama di Hindia
Timur. Tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi
menjadi PNF Bhineka Kimia Farma, selanjutnya pada tangal 16 Agustus
1971, bentuk badan hukum PNF diubah menjadi Perseroan Terbatas,
sehingga nama perusahaan berubah menjadi PT. Kimia Farma (Persero).
Tanggal 4 Juli 2001, PT. Kimia Farma (Persero) tercatat sebagai
perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya.
Berbekal tradisi yang panjang selama lebih dari 187 tahun dan nama yang
identik dengan mutu, sekarang Kimia Farma telah berkembang menjadi
sebuah perusahaan pelayanan kesehatan utama di Indonesia yang kian
memainkan peranan penting dalam pengembangan dan pembangunan
bangsa dan masyarakat (Anonim, 2015).
2.
Pabrik Kimia Farma
Hasil riset dan pengembangan segmen usaha dikelola oleh perusahaan
induk memproduksi obat jadi dan obat tradisional, yodium, kina dan
produk-produk turunannya, serta minyak nabati. Lima fasilitas produksi
yang tersebar di kota-kota besar Indonesia sebagai salah satu segmen
industri yang terpenting.
Plant jakarta memproduksi sediaan tablet, tablet salut, kapsul, granul, sirop
kering, suspensi/sirop, tetes mata, krim, antibiotik dan injeksi. Unit ini
merupakan satu-satunya pabrik obat di Indonesia yang mendapat tugas
dari pemerintah untuk memproduksi obat golongan narkotika. Industri
formulasi telah memperoleh sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik
(CPOB) clan ISO-9001.
18
19
5.
mampu
20
penelitian
dan
perusahaan.
Maksud dan Tujuan PT. Kimia Farma (Persero), Tbk.
Maksud dan tujuan Perseroan adalah turut melaksanakan dan menunjang
program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada
umumnya, khususnya kegiatan usaha di bidang industrikimia, farmasi,
biologi dan kesehatan serta industri makanan dan minuman dengan
menerapkan prinsip-prinsip tata kelola usaha perusahaan yang baik untuk
mencapai maksud dan tujuan tersebut, Perseroan melaksanakan kegiatan
usaha, baik dilakukan sendiri ataupun kerjasama dengan pihak lain,
sebagai berikut :
1) Mengadakan, menghasilkan, mengolah bahan kimia, farmasi, biologi
dan lainnya yang diperlukan guna pembuatan sediaan farmasi,
kontrasepsi, kosmetik, obat tradisional, alat kesehatan, produk makanan
atau minuman dan produk lainnya termasuk bidang perkebunan dan
pertambahan yang ada hubungannya dengan produksi sebagaimana
disebutkan.
2) Memproduksi produk unggulan baik dari pengembangan sendiri
maupun kerjasama dengan pihak luar.
3) Memproduksi produk unggulan baik dari pengembangan sendiri
maupun kerjasama dengan pihak luar.
4) Menyelenggarakan kegiatan pemasaran, perdagangan dan distribusi dari
hasil produksi seperti pada poin (a), baik hasil produksi sendiri maupun
hasil produksi pihak ketiga, termasuk barang umum, baik di dalam
21
dan
22
23