Anda di halaman 1dari 24

SELASA, 19 NOVEMBER 2013

MATERI PEMBELAJARAN KELAS X-BAB III-BENTUK NEGARA DAN


SISTEM PEMERINTAHAN
BAB III
BENTUK NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN
A. Bentuk Negara dan Bentuk Kenegaraan
1. Bentuk Negara
Bentuk negara ada dua macam yaitu negara kesatuan dan negara serikat.
a. Negara Kesatuan (Unitaris)
Negara Kesatuan adalah negara bersusunan tunggal, yakni kekuasaan
untuk mengatur seluruh daerahnya ada di tangan pemerintah pusat.
Pemerintah pusat memegang kedaulatan sepenuhnya, baik ke dalam
maupun ke luar. Hubungan antara pemerintah pusat dengan rakyat dan
daerahnya dapat dijalankan secara langsung. Dalam negara kesatuan
hanya ada satu konstitusi, satu kepala negara, satu dewan menteri
(kabinet), dan satu parlemen. Demikian pula dengan pemerintahan, yaitu
pemerintah pusatlah yang memegang wewenang tertinggi dalam segala
aspek pemerintahan. Ciri utama negara kesatuan adalah supremasi
parlemen pusat dan tiadanya badan-badan lain yang berdaulat.
Bentuk negara kesatuan memiliki ciri - ciri sebagai berikut :
1. Terdapat
maupun
2. Terdapat
3. Terdapat
4. Terdapat

1.

1)
2)
3)

pemerintah pusat yang memiliki kedaulatan baik ke dalam


ke luar.
satu UUD yang berlaku untuk seluruh wilayah negara.
satu kepala negara atau pemerintahan.
satu badan perwakilan rakyat.

Negara kesatuan dapat dibedakan menjadi dua macam sistem, yaitu:


Sentralisasi
Dalam negara kesatuan bersistem sentralisasi, semua hal diatur dan diurus
oleh pemerintah pusat, sedangkan daerah hanya menjalankan perintahperintah dan peraturan-peraturan dari pemerintah pusat. Daerah tidak
berwewenang membuat peraturan-peraturan sendiri dan atau mengurus
rumah tangganya sendiri.
Keuntungan sistem sentralisasi:
adanya keseragaman (uniformitas) peraturan di seluruh wilayah negara;
adanya kesederhanaan hukum, karena hanya ada satu lembaga yang
berwenang membuatnya;
penghasilan daerah dapat digunakan untuk kepentingan seluruh wilayah
negara.

1)
2)
3)

4)
5)

Kerugian sistem sentralisasi:


bertumpuknya pekerjaan pemerintah pusat, sehingga sering menghambat
kelancaran jalannya pemerintahan;
peraturan/ kebijakan dari pusat sering tidak sesuai dengan keadaan/
kebutuhan daerah;
daerah-daerah lebih bersifat pasif, menunggu perintah dari pusat sehingga
melemahkan sendi-sendi pemerintahan demokratis karena kurangnya
inisiatif dari rakyat;
rakyat di daerah kurang mendapatkan kesempatan untuk memikirkan dan
bertanggung jawab tentang daerahnya;
keputusan-keputusan pemerintah pusat sering terlambat.

2. Desentralisasi.
Dalam negara kesatuan bersistem desentralisasi, daerah diberi kekuasaan
untuk mengatur rumah tangganya sendiri (otonomi, swatantra). Untuk
menampung aspirasi rakyat di daerah, terdapat parlemen daerah. Meskipun
demikian, pemerintah pusat tetap memegang kekuasaan tertinggi.
Keuntungan sistem desentralisasi:
1) pembangunan daerah akan berkembang sesuai dengan ciri khas daerah itu
sendiri;
2) peraturan dan kebijakan di daerah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
daerah itu sendiri;
3) tidak bertumpuknya pekerjaan pemerintah pusat, sehingga pemerintahan
dapat berjalan lancar;
4) partisipasi dan tanggung jawab masyarakat terhadap daerahnya akan
meningkat;
5) penghematan biaya, karena sebagian ditanggung sendiri oleh daerah.
Kerugian sistem desentralisasi:
ketidakseragaman peraturan dan kebijakan serta kemajuan pembangunan.
b. Negara Serikat (Federasi)
Negara Serikat adalah negara bersusunan jamak, terdiri atas beberapa
negara bagian yang masing-masing tidak berdaulat. Kendati negara-negara
bagian boleh memiliki konstitusi sendiri, kepala negara sendiri, parlemen
sendiri, dan kabinet sendiri, yang berdaulat dalam negara serikat adalah
gabungan negara-negara bagian yang disebut negara federal.
Setiap negara bagian bebas melakukan tindakan ke dalam, asal tak
bertentangan dengan konstitusi federal. Tindakan ke luar (hubungan
dengan negara lain) hanya dapat dilakukan oleh pemerintah federal.

Ciri-ciri negara serikat/ federal:


1. tiap negara bagian memiliki kepala negara, parlemen, dewan menteri
(kabinet) demi kepentingan negara bagian;
2. tiap negara bagian boleh membuat konstitusi sendiri, tetapi tidak boleh
bertentangan dengan konstitusi negara serikat;
3. hubungan antara pemerintah federal (pusat) dengan rakyat diatur melalui
negara bagian, kecuali dalam hal tertentu yang kewenangannya telah
diserahkan secara langsung kepada pemerintah federal.
Dalam praktik kenegaraan, jarang dijumpai sebutan jabatan kepala negara
bagian (lazimnya disebut gubernur negara bagian). Pembagian kekuasaan
antara pemerintah federal dengan negara bagian ditentukan oleh negara
bagian, sehingga kegiatan pemerintah federal adalah hal ikhwal kenegaraan
selebihnya (residuary power).

a.

b.
c.

d.
e.

Pada umumnya kekuasaan yang dilimpahkan negara-negara bagian


kepada pemerintah federal meliputi:
hal-hal yang menyangkut kedudukan negara sebagai subyek hukum
internasional, misalnya: masalah daerah, kewarganegaraan dan perwakilan
diplomatik;
hal-hal yang mutlak mengenai keselamatan negara, pertahanan dan
keamanan nasional, perang dan damai;
hal-hal tentang konstitusi dan organisasi pemerintah federal serta azas-azas
pokok hukum maupun organisasi peradilan selama dipandang perlu oleh
pemerintah pusat, misalnya: mengenai masalah uji material konstitusi
negara bagian;
hal-hal tentang uang dan keuangan, beaya penyelenggaraan pemerintahan
federal, misalnya: hal pajak, bea cukai, monopoli, matauang (moneter);
hal-hal tentang kepentingan bersama antarnegara bagian, misalnya:
masalah pos, telekomunikasi, statistik.

2. Bentuk Kenegaraan
1. Perserikatan Negara
Perserikatan Negara pada hakikatnya bukanlah negara, melainkan suatu
perserikatan yang beranggotakan negara-negara yang masing-masing
berdaulat. Dalam menjalankan kerjasama di antara para anggotanya,
dibentuklah alat perlengkapan atau badan yang di dalamnya duduk para
wakil dari negara anggota.
Contoh Perserikatan Negara yang pernah ada:
Perserikatan Amerika Utara (1776-1787)
Negara Belanda (1579-1798)

Jerman (1815-1866)

a)
b)
c)
a)
b)
c)
c)

Perbedaan antara negara serikat dan perserikatan negara:


Dalam negara serikat
keputusan yang diambil oleh pemerintah negara serikat dapat langsung
mengikat warga negara bagian;
negara-negara bagian tidak boleh memisahkan diri dari negara serikat itu;
negara bagian hanya berdaulat ke dalam
Dalam serikat negara
keputusan yang diambil oleh serikat itu tidak dapat langsung mengikat
warga negara dari negara anggota.
negara-negara anggota boleh memisahkan diri dari gabungan itu.
negara-negara anggota tetap berdaulat ke dalam maupun ke luar.
2. Koloni atau Jajahan
Negara koloni atau jajahan adalah suatu daerah yang dijajah oleh bangsa
lain. Koloni biasanya merupakan bagian dari wilayah negara penjajah.
Hampir semua soal penting negara koloni diatur oleh pemerintah negara
penjajah. Karena terjajah, daerah/ negara jajahan tidak berhak
menentukan nasibnya sendiri. Dewasa ini tidak ada lagi koloni dalam arti
sesungguhnya.
3. Trustee (Perwalian)
Negara Perwalian adalah suatu negara yang sesudah Perang Dunia II diurus
oleh beberapa negara di bawah Dewan Perwalian dari PBB. Konsep
perwalian ditekankan kepada negara-negara pelaksana administrasi.
Menurut Piagam PBB, pembentukan sistem perwalian internasional
dimaksudkan
untuk
mengawasi
wilayah-wilayah
perwalian
yang
ditempatkan di bawah PBB melalui perjanjian-perjanjian tersendiri dengan
negara-negara yang melaksanakan perwalian tersebut.
Perwalian berlaku terhadap:
wilayah-wilayah yang sebelumnya ditempatkan di bawah mandat oleh Liga
Bangsa-Bangsa setelah Perang Dunia I;
wilayah-wilayah yang dipisahkan dari negara-negara yang dikalahkan
dalam Perang Dunia II;
wilayah-wilayah yang ditempatkan secara sukarela di bawah negara-negara
yang bertanggung jawab tentang urusan pemerintahannya.
Tujuan pokok sistem perwalian adalah untuk meningkatkan kemajuan
wilayah perwalian menuju pemerintahan sendiri. Mikronesia merupakan
negara trustee terakhir yang dilepas Dewan Perwalian PBB pada tahun
1994.

4. Dominion
Bentuk kenegaraan ini hanya terdapat di dalam lingkungan Kerajaan
Inggris. Negara dominion semula adalah negara jajahan Inggris yang setelah
merdeka dan berdaulat tetap mengakui Raja/ Ratu Inggris sebagai lambang
persatuan mereka. Negara-negara itu tergabung dalam suatu perserikatan
bernama The British Commonwealth of Nations (Negara-negara
Persemakmuran).
Tidak semua bekas jajahan Inggris tergabung dalam Commonwealth karena
keanggotaannya bersifat sukarela. Ikatan Commonwealth didasarkan pada
perkembangan sejarah dan azas kerja sama antaranggota dalam bidang
ekonomi, perdagangan (dan pada negara-negara tertentu juga dalam bidang
keuangan). India dan Kanada adalah negara bekas jajahan Inggris yang
semula berstatus dominion, namun karena mengubah bentuk
pemerintahannya menjadi republik/ kerajaan dengan kepala negara sendiri,
maka negara-negara itu kehilangan bentuk dominionnya. Oleh karena itu
persemakmuran itu kini dikenal dengan nama Commonwealth of Nations.
Anggota-anggota persemakmuran itu antara lain: Inggris, Afrika Selatan,
Kanada, Australia, Selandia Baru, India, Malaysia, etc. Di sebagian dari
negara-negara itu Raja/ Ratu Inggris diwakili oleh seorang Gubernur
Jenderal, sedangkan di ibukota Inggris, sejak tahun 1965 negara-negara itu
diwakili oleh High Commissioner.
5. Uni
Bentuk kenegaraan Uni adalah gabungan dari dua negara atau lebih yang
merdeka dan berdaulat penuh, memiliki seorang kepala negara yang sama.
Pada umumnya Uni dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1) Uni Riil (Uni Nyata)
yaitu suatu uni yang terjadi apabila negara-negara anggotanya memiliki alat
perlengkapan negara bersama yang telah ditentukan terlebih dulu.
Perlengkapan negara itu dibentuk untuk mengurus kepentingan bersama.
Uni sengaja dibentuk guna mewujudkan persatuan yang nyata di antara
negara-negara anggotanya.
Contoh: Uni Austria Hungaria (1867-1918), Uni Swedia Norwegia (18151905), Indonesia Belanda (1949).
2) Uni Personil
yaitu suatu uni yang memiliki seorang kepala negara, sedangkan segala
urusan dalam negeri maupun luar negeri diurus sendiri oleh negara-negara
anggota.
Contoh: Uni Belanda Luxemburg (1839-1890), Swedia Norwegia (18141905), Inggris Skotlandia (1603-1707;
Selain itu ada yang dikenal dengan nama Uni Ius Generalis, yaitu bentuk
gabungan negara-negara yang tidak memiliki alat perlengkapan bersama.

Tujuannya adalah untuk bekerja sama dalam bidang hubungan luar negeri.
Contoh: Uni Indonesia Belanda setelah KMB.

6. Protektorat
Sesuai namanya, negara protektorat adalah suatu negara yang ada di
bawah perlindungan negara lain yang lebih kuat. Negara protektorat tidak
dianggap sebagai negara merdeka karena tidak memiliki hak penuh untuk
menggunakan hukum nasionalnya. Contoh: Monaco sebagai protektorat
Prancis.
Negara protektorat dibedakan menjadi dua (2) macam, yaitu:
Protektorat Kolonial,
jika urusan hubungan luar negeri, pertahanan dan sebagian besar urusan
dalam negeri yang penting diserahkan kepada negara pelindung. Negara
protektorat semacam ini tidak menjadi subyek hukum internasional.
Contoh: Brunei Darussalam sebelum merdeka adalah negara protektorat
Inggris.
Protektorat Internasional,
jika negara itu merupakan subyek hukum internasional. Contoh: Mesir
sebagai negara protektorat Turki (1917), Zanzibar sebagai negara protektorat
Inggris (1890) dan Albania sebagai negara protektorat Italia (1936).
7. Mandat
Negara Mandat adalah suatu negara yang semula merupakan jajahan dari
negara yang kalah dalam Perang Dunia I dan diletakkan di bawah
perlindungan suatu negara yang menang perang dengan pengawasan dari
Dewan Mandat LBB. Ketentuan-ketentuan tentang pemerintahan perwalian
ini ditetapkan dalam suatu perjanjian di Versailles. Contoh: Syria, Lebanon,
Palestina (Daerah Mandat A); Togo dan Kamerun (Daerah Mandat B); Afrika
Barat Daya (Daerah Mandat C).
B. Sistem Pemerintahan Negara
1. Pengertian Sistem Pemerintahan
Sistem berasal dari bahasa inggris system berarti suatu keseluruhan yang
terdiri atas beberapa bagian yang mempunyai hubungan fungsional.
Sedangkan pemerintahan awalnya berasal dari kata pemerintah.
Pemerintah merupakan alat negara yang dapat menetapkan aturan serta
memiliki kekuatan untuk memerintah.
Pemerintahan dalam arti luas
adalah lembaga-lembaga Negara yang menjalankan segala tugas pemerintah
baik sebagai lembaga eksekutif, legislatif maupun yudikatif dalam rangka
mencapai tujuan penyelenggaraan negara.
Sedang dalam arti sempit

pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang dilakukan lembaga


eksekutif
beserta
jajarannya
dalam
rangka
mencapai
tujuan
penyelenggaraan negara.

Sistem pemerintahan diartikan sebagai tatanan yang terdiri dari komponen


pemerintahan yang saling mempengaruhi dalam pencapaian tujuan dan
fungsi pemerintahan.
Kekuasaan dalam suatu Negara menurut Montesquieu diklasifikasikan
menjadi tiga, yaitu :
Kekuasaan Eksekutif yang berarti kekuasaan menjalankan undangundang atau kekuasaan menjalankan pemerintahan,
kekuasaan Legislatif yang berati kekuasaan membentuk undang-undang,
danKekuasaan Yudikatif yang berati kekuasaan mengadili terhadap
pelanggaran atas undang-undang.
Komponen-komponen tersebut secara garis besar meliputi lembaga
legislatif, eksekutif dan yudikatif.
2. Pengelompokkan Sistem Pemerintahan
a. Sistem Pemerintahan Presidensial
Sistem pemerintahan presidential merupakan sistem pemerintahan di mana
kepala pemerintahan dan kepala negara dipegang oleh presiden dan
pemerintah tidak bertanggung jawab kepada parlemen (legislative). Menteri
bertanggung jawab kepada presiden karena presiden berkedudukan sebagai
kepala Negara sekaligus kepala pemerintahan. Beberapa negara yang
menganut sistem pemerintahan presidensial diantaranya Amerika Serikat,
Pakistan, Argentina, Filiphina, termasuk Indonesia.
Ciri pemerintahan Presidensial:
a)
b)
c)
d)

Pemerintahan Presidensial didasarkan pada prinsip pemisahan kekuasaan.


Eksekutif tidak mempunyai kekuasaan untuk menyatu dengan Legislatif.
Kabinet bertanggung jawab kepada presiden.
Eksekutif dipilih melalui pemilu.

Kelebihan Sistem Pemerintahan Presidensial :


1) Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya karena tidak tergantung pada
parlemen.
2) Masa jabatan badan eksekutif lebih jelas dengan jangka waktu tertentu.
Misalnya, masa jabatan Presiden Amerika Serikat adalah empat tahun,
Presiden Indonesia adalah lima tahun.
3) Penyusun program kerja kabinet mudah disesuaikan dengan jangka waktu
masa jabatannya.

4) Legislatif bukan tempat kaderisasi untuk jabatan-jabatan eksekutif karena


dapat diisi oleh orang luar termasuk anggota parlemen sendiri.
Kekurangan Sistem Pemerintahan Presidensial :
1) Kekuasaan eksekutif diluar pengawasan langsung legislatif sehingga dapat
menciptakan kekuasaan mutlak.
2) Sistem pertanggungjawaban kurang jelas.
3) Pembuatan keputusan atau kebijakan publik umumnya hasil tawarmenawar antara eksekutif dan legislatif sehingga dapat terjadi keputusan
tidak tegas dan memakan waktu yang lama.
b. Sistem Pemerintahan Parlementer
Sistem pemerintahan parlementer merupakan suatu sistem pemerintahan
di mana pemerintah (eksekutif) bertanggung jawab kepada parlemen.
Dalam sistem pemerintahan ini, parlemen mempunyai kekuasaan yang
besar dan mempunyai kewenangan untuk melakukan pengawasan terhadap
eksekutif. Menteri dan perdana menteri bertanggung jawab kepada
parlemen. Beberapa negara yang menggunakan sistem pemerintahan ini
diantaranya kerajaan Inggris, Belanda, India, Australia, serta Malaysia.
Ciri Pemerintahan Parlementer:
a) Pemerintahan Parlementer didasarkan pada prinsip pembagian kekuasaan.
b) Adanya tanggung jawab yang saling menguntungkan antara legislatif
dengan eksekutif, dan antara presiden dan kabinet.
c) Eksekutif dipilih oleh kepala pemerintahan dengan persetujuan legislatif.
Kelebihan Sistem Pemerintahan Parlementer:
1) Pembuat kebijakan dapat ditangani secara cepat karena mudah terjadi
penyesuaian pendapat antara eksekutif dan legislatif. Hal ini karena
kekuasaan eksekutif dan legislatif berada pada satu partai atau koalisi
partai.
2) Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan public
jelas.
3) Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga
kabinet menjadi barhati-hati dalam menjalankan pemerintahan.
Kekurangan Sistem Pemerintahan Parlementer :
1) Kedudukan badan eksekutif/kabinet sangat tergantung pada mayoritas
dukungan parlemen sehingga sewaktu-waktu kabinet dapat dijatuhkan oleh
parlemen.

2) Kelangsungan kedudukan badan eksekutif atau kabinet tidak bias


ditentukan berakhir sesuai dengan masa jabatannya karena sewaktu-waktu
kabinet dapat bubar.
3) Kabinet dapat mengendalikan parlemen. Hal itu terjadi apabila para anggota
kabinet adalah anggota parlemen dan berasal dari partai meyoritas. Karena
pengaruh mereka yang besar diparlemen dan partai, anggota kabinet dapat
mengusai parlemen.
4) Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif.
Pengalaman mereka menjadi anggota parlemen dimanfaatkan dan manjadi
bekal penting untuk menjadi menteri atau jabatan eksekutif lainnya.
Dalam sistem pemerintahan presidensial, badan eksekutif dan legislatif
memiliki kedudukan yang independen. Kedua badan tersebut tidak
berhubungan secara langsung seperti dalam sistem pemerintahan
parlementer. Mereka dipilih oleh rakyat secara terpisah.
c. Sistem Pemerintahan Campuran
Sistem pemerintahan campuran ini merupakan kombinasi/campuran dari
sistem pemerintahan presidensial dan parlementer. Mengapa demikian? Ini
ditandai dengan adanya presiden sebagai kepala negara dan perdana
menteri sebagai kepala pemerintahan.Contoh Negara yang menggunakan
sistem pemerintahan campuran yaitu Perancis.
3. Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara Indonesia
Setiap
negara
memiliki
sistem
untuk
menjalankan
kehidupan
permerintahannya. Sistem tersebut adalah sistem pemerintahan. Ada
beberapa macam sistem pemerintahan di dunia ini. Setiap sistem
pemerintahan memiliki kelebihan dan kekurangan, karakteristik, dan
perbedaan masing-masing sistem.
A. Sistem Pemerintahan dari Awal Kemerdekaan
Sistem Pemerintahan Indonesia pada waktu awal kemerdekaan menganut
sisten pemerintahan presidensial.
Berdasarkan Undang-undang Dasar 1945 maka Presiden memiliki
kekuasaan tertinggi dan dibantu oleh menteri-menteri sebagai pembantu
presiden yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dan bertanggung
jawab langsung kepada Presiden. Pada tanggal 12 September 1945
dibentuklah Kabinet Presidensial( Kabinet RI I) dengan 12 departemen dan
4 menteri negara. Selain itu wilayah Indonesia yang begitu luas dibagi
menjadi 8 provinsi dan 2 daerah istimewa yang masing-masing wilayah
dipimpin oleh gubernur.

Sistem Presidensial pernah berganti Sistem Parlementer yang dipimpin oleh


kepala pemerintahan Perdana Menteri. Perdana Menteri Pertama Indonesia
adalah Sutan Syahrir. Berubahnya sistem pemerintahan di Indonesia pada
saat itu adalah pengaruh kuat dari kaum sosialis (KNIP). Selain itu
Indonesia pada awal kemerdekaan juga masih belajar tentang bagaimana
menjalankan pemerintahan. Dengan sistem parlementer ini maka Di
Indonesia saat itu memiliki DPR yang anggotanya dipilih oleh rakyat. Sistem
ini juga memungkinkan adanya banyak partai. Maksud dari sistem ini
adalah untuk membatasi kewenangan presiden. Jika pada sistem
presidensial kabinet bertanggungjawab kepada presiden maka sistem
parlementer, Presiden bertanggungjawab kepada parlemen/DPR.
Sebenarnya sistem parlementer ini adalah sebuah penyimpangan ketentuan
UUD 1945 yang menyebutkan "pemerintahan harus dijalankan menurut
sistem kabinet presidensial, dimana menteri sebagai pembantu presiden".
Karena sering mengalami kegagalan kabinet, dan banyak menimbulkan
gerakan-gerakan pemberontakan yang menyebabkan stabilitas negara
terganggu, Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit pada 5 Juli 1959 yang
isinya antara lain mengembalikan konstitusi ke UUD 1945 dan bentuk
pemerintahan kembali ke sistem presidensial.
B. Periodisasi Sistem Pemerintahan Indonesia
1. Sistem Pemerintahan Periode 1945-1949
Lama periode
: 18 Agustus 1945 27 Desember 1949
Bentuk Negara
: Kesatuan
Bentuk Pemerintahan : Republik
Sistem Pemerintahan
: Presidensial
Konstitusi
: UUD 1945
Presiden & Wapres
: Ir. Soekarno & Mohammad Hatta(18 Agustus
1945 - 19 Desember 1948)Syafruddin Prawiranegara (ketua PDRI)(19
Desember 1948 - 13 Juli 1949)Ir. Soekarno & Mohammad Hatta(13 Juli
1949 27 - Desember 1949)
Pernyataan van Mook untuk tidak berunding dengan Soekarno adalah salah
satu faktor yang memicu perubahan sistem pemerintahan dari presidensiil
menjadi parlementer. Gelagat ini sudah terbaca oleh pihak Republik
Indonesia, karena itu sehari sebelum kedatangan Sekutu, tanggal 14
November 1945, Soekarno sebagai kepala pemerintahan republik diganti
oleh Sutan Sjahrir yang seorang sosialis dianggap sebagai figur yang tepat
untuk dijadikan ujung tombak diplomatik, bertepatan dengan naik daunnya
partai sosialis di Belanda.Setelah munculnya Maklumat Wakil Presiden
No.X tanggal 16 November 1945, terjadi pembagian kekuasaan dalam dua
badan, yaitu kekuasaan legislatif dijalankan oleh Komite Nasional Indonesia
Pusat (KNIP) dan kekuasaan-kekuasaan lainnya masih tetap dipegang oleh

presiden sampai tanggal 14 November 1945. Dengan keluarnya Maklumat


Pemerintah 14 November 1945, kekuasaan eksekutif yang semula
dijalankan oleh presiden beralih ke tangan menteri sebagai konsekuensi
dari dibentuknya sistem pemerintahan parlementer.
2. Sistem Pemerintahan Periode 1949-1950
Lama periode
: 27 Desember 1949 15 Agustus 1950
Bentuk Negara
: Serikat (Federasi)
Bentuk Pemerintahan : Republik
Sistem Pemerintahan
: Parlementer Semu (Quasi Parlementer)
Konstitusi
: Konstitusi RIS
Presiden & Wapres
: Ir.Soekarno = presiden RIS (27 Desember 1949 15 Agustus 1950)Assaat = pemangku sementara jabatan presiden RI(27
Desember 1949 - 15 Agustus 1950)
Pada tanggal 23 Agustus sampai dengan 2 september 1949 dikota Den Hagg
(Netherland) diadakan konferensi Meja Bundar (KMB). Delegasi RI dipimpin
oleh Drs. Moh. Hatta, Delegasi BFO (Bijeenkomst voor Federale Overleg)
dipimpin oleh Sultan Hamid Alkadrie dan delegasi Belanda dipimpin olah
Van Harseveen.Adapun tujuan diadakannya KMB tersebut itu ialah untuk
meyelesaikan persengketaan Indonesia dan Belanda selekas-lekasnya
dengan cara yang adil dan pengakuan kedaulatan yang nyata, penuh dan
tanpa syarat kepada Republik Indonesia Serikat (RIS).Salah satu keputusan
pokok KMB ialah bahwa kerajaan Balanda mengakui kedaulatan Indonesia
sepenuhnya tanpa syarat dam tidak dapat dicabut kembali kepada RIS
selambat-lambatnya pada tanggal 30 Desember 1949.Demikianlah pada
tanggal 27 Desember 1949 Ratu Juliana menandatangani Piagam
Pengakuan Kedaulatan RIS di Amesterdam. Bila kita tinjau isinya konstitusi
itu jauh menyimpang dari cita-cita Indonesia yang berideologi pancasila dan
ber UUD 1945 karena :
1) Konstitusi RIS menentukan bentuk negara serikat (federalisme) yang terbagi
dalam 16 negara bagian, yaitu 7 negara bagian dan 9 buah satuan
kenegaraan (pasal 1 dan 2, Konstitusi RIS).
2) Konstitusi RIS menentukan suatu bentuk negara yang leberalistis atau
pemerintahan berdasarkan demokrasi parlementer, dimana menterimenterinya bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah
kepada parlemen (pasal 118, ayat 2 Konstitusi RIS)3. Mukadimah Konstitusi
RIS telah menghapuskan sama sekali jiwa atau semangat pembukaan UUD
proklamasi sebagai penjelasan resmi proklamasi kemerdekaan negara
Indonesia (Pembukaan UUD 1945 merupakan Decleration of independence
bangsa Indonesia, kata tap MPR no. XX/MPRS/1996).Termasuk pula dalam
pemyimpangan mukadimah ini adalah perubahan kata- kata dari kelima
sila pancasila. Inilah yang kemudian yang membuka jalan bagi penafsiran

pancasila secara bebas dan sesuka hati hingga menjadi sumber segala
penyelewengan didalam sejarah ketatanegaraan Indonesia.
3. Sistem Pemerintahan Periode 1950-1959
Lama periode
: 15 Agustus 1950 5 Juli 1959
Bentuk Negara
: Kesatuan
Bentuk Pemerintahan : Republik
Sistem Pemerintahan
: Parlementer
Konstitusi
: UUDS 1950
Presiden & Wapres
: Ir.Soekarno & Mohammad Hatta
UUDS 1950 adalah konstitusi yang berlaku di negara Republik Indonesia
sejak 17 Agustus 1950 hingga dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli
1959.UUDS 1950 ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1950 tentang Perubahan Konstitusi Sementara Republik Indonesia Serikat
menjadi Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia, dalam
Sidang Pertama Babak ke-3 Rapat ke-71 DPR RIS tanggal 14 Agustus 1950
di Jakarta.Konstitusi ini dinamakan "sementara", karena hanya bersifat
sementara, menunggu terpilihnya Konstituante hasil pemilihan umum yang
akan menyusun konstitusi baru.
Pemilihan Umum 1955 berhasil memilih Konstituante secara demokratis,
namun Konstituante gagal membentuk konstitusi baru hingga berlarutlarut.Dekrit Presiden 1959 dilatarbelakangi oleh kegagalan Badan
Konstituante untuk menetapkan UUD baru sebagai pengganti UUDS 1950.
Anggota konstituante mulai bersidang pada 10 November 1956. Namun
pada kenyataannya sampai tahun 1958 belum berhasil merumuskan UUD
yang diharapkan. Sementara, di kalangan masyarakat pendapat-pendapat
untuk kembali kepada UUD '45 semakin kuat. Dalam menanggapi hal itu,
Presiden Soekarno lantas menyampaikan amanat di depan sidang
Konstituante pada 22 April 1959 yang isinya menganjurkan untuk kembali
ke UUD '45. Pada 30 Mei 1959 Konstituante melaksanakan pemungutan
suara. Hasilnya 269 suara menyetujui UUD 1945 dan 199 suara tidak
setuju. Meskipun yang menyatakan setuju lebih banyak tetapi pemungutan
suara ini harus diulang, karena jumlah suara tidak memenuhi kuorum.
Pemungutan suara kembali dilakukan pada tanggal 1 dan 2 Juni 1959.
Dari pemungutan suara ini Konstituante juga gagal mencapai kuorum.
Untuk meredam kemacetan, Konstituante memutuskan reses yang ternyata
merupkan akhir dari upaya penyusunan UUD.Pada 5 Juli 1959 pukul
17.00, Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit yang diumumkan dalam
upacara resmi di Istana Merdeka.Isi dekrit presiden 5 Juli 1959.
4. Sistem Pemerintahan Periode 1959-1966 (Demokrasi Terpimpin)
Lama periode
: 5 Juli 1959 22 Februari 1966

Bentuk Negara
Bentuk Pemerintahan
Sistem Pemerintahan
Konstitusi
Presiden & Wapres

: Kesatuan
: Republik
: Presidensial
: UUD 1945
: Ir.Soekarno & Mohammad Hatta

Pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden.


Latar belakang dikeluarkannya dekrit ini adalah:
a) Kehidupan politik yang lebih sering dikarenakan sering jatuh bangunnya
kabinet dan persaingan partai politik yang semakin menajam.
b) Kegagalan konstituante dalam menyusun Undang-undang dasar
c) Terjadinya gangguan keamanan berupa pemberontakan bersenjata di
daerah-daerahBerikut Isi Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959:
1. Tidak berlakunya UUDS 1950 dan berlakunya kembali UUD 1945.
2. Pembubaran Badan Konstitusional
3. Membentuk DPR sementara dan DPA sementara
Pelaksanaan Demokrasi Terpimpin
1) Bentuk pemerintahan Presidensial Ir. Soekamo sebagai Presiden dan
Perdana menteri dengan kabinetnya dinamakan Kabinet Kerja.
2) Pembentukkan MPR sementara dengan penetapan Presiden No. 2 tahun
1959. Keanggotaan MPRS terdiri dari 583 anggota DPR ditambah dengan
utusan-utusan daerah dan 200 wakil-wakil golongan.
3) Pembentukkan DPR sementara berdasarkan penetapan Presiden No.3 tahun
1959 yang diketuai oleh Prcsiden dengan 45 orang anggotanya.
4) Pembentukkan Front Nasional melalui penetapan Prcsiden No.13 tahun
1959. tertanggal 31 Desember 1959. Tujuan Front Nasional adalah: a.
Menyelesaikan Revolusi Nasional b. Melaksanakan pembangunan semesta
nasional c. Mengembalikan Irian Barat dalam wilayah RI. Front Nasional
banyak dimanfaatkan oleh PKI dan simpatisannya sebagai alat untuk
mencapai tujuan politiknya.
5) Pembentukkan DPRGR Presiden Soekarno pada 5 Maret 1959 melalui
penetapan Presiden No.3 tahun 1959 membubarkan DPR hasil Pemilu
sebagai gantinya melalui penetapan Presiden No.4 tahun I960 Presiden
membentuk DPRGR yang keanggotaannya ditunjuk oleh Soekarno.
6) Manipol USDEK Manifesto politik Republik Indonesia (Manipol) adalah isi
pidato Presiden Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1959. Atas usul DPA
Manipol dijadikan GBHN dengan Ketetapan MPRS No. 1 MPRS/I960,
Menurut Presiden Soekano intisari dari Manipol ada lima yaitu : UUD 1945,
Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin dan
Kepribadian Indonesia. Disingkat menjadi USADEK. Berkembang pula

ajaran Presiden Soekano yang dikenal dengan NASAKOM (Nasionalisme,


Agama dan Komunis).
7) Berdasarkan Keputusan Presiden No.200 dan 201 tahun 1960 Presiden
membubarkan Partai Masyumi dan PSI dengan alasan para pemimpin
partai tersebut mendukung pemberontakan PRRI/Permesta.
Keadaan Ekonomi Mengalami Krisis, terjadi kegagalan produksi hampir di
semua sektor. Pada tahun 1965 inflasi mencapai 65 %, kenaikan hargaharga antara 200-300 %. Hal ini disebabkan oleh :
a) penanganan dan penyelesaian masalah ekonomi yang tidak rasional, lebih
bersifat politis dan tidak terkontrol.
b) adanya proyek merealisasikan dan kontroversi.
Pada masa demokrasi terpimpin ini, terdapat berbagai penyimpangan UUD
1945, diantaranya:
Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR/DPR dan MA serta Wakil
Ketua DPA menjadi Menteri Negara
MPRS menetapkan Soekarno sebagai presiden seumur hidup
Pemberontakan Partai Komunis Indonesia melalui Gerakan 30 September
Partai Komunis Indonesia
5. Sistem Pemerintahan Periode 1966-1998 (Orde Baru)
Lama periode
: 22 Februari 1966 21 Mei 1998
Bentuk Negara
: Kesatuan
Bentuk Pemerintahan : Republik
Sistem Pemerintahan
: Presidensial
Konstitusi
: UUD 1945
Presiden & Wapres
: Soeharto (22 Februari 1966 27 Maret
1968)Soeharto (27 Maret 1968 24 Maret 1973)Soeharto & Adam Malik (24
Maret 1973 23 Maret 1978)Soeharto & Hamengkubuwono IX(23 Maret
1978 11 Maret 1983)Soeharto & Try Sutrisno (11 Maret 1983 11 Maret
1988)Soeharto & Umar Wirahadikusumah(11 Maret 1988 11 Maret
1993)Soeharto & Soedharmono (11 Maret 1993 10 Maret 1998)Soeharto &
BJ Habiebie (10 Maret 1998 21 Mei 1998)
Pada masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan akan
menjalankan UUD 1945 dan Pancasila secara murni dan konsekuen.
Namun pelaksanaannya ternyata menyimpang dari Pancasila dan UUD
1945
yang
murni,terutama
pelanggaran
pasal
23
(hutang
Konglomerat/private debt dijadikan beban rakyat Indonesia/public debt)
dan 33 UUD 1945 yang memberi kekuasaan pada fihak swasta untuk
menghancur hutan dan sumberalam kita.Pada masa Orde Baru, UUD 1945
juga menjadi konstitusi yang sangat "sakral", diantara melalui sejumlah
peraturan: Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa

MPR berketetapan untuk mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak


akan melakukan perubahan terhadapnya Ketetapan MPR Nomor
IV/MPR/1983 tentang Referendum yang antara lain menyatakan bahwa bila
MPR berkehendak mengubah UUD 1945, terlebih dahulu harus minta
pendapat rakyat melalui referendum. Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1985 tentang Referendum, yang merupakan pelaksanaan TAP MPR Nomor
IV/MPR/1983.
Perbandingan Sistem Pemerintahan Indonesia Sebelum dan Setelah
Amandemen

1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Berdasarkan UUD 1945 Sebelum Diamandemen.


Pokok-pokok sistem pemerintahan Indonesia berdasarkan UUD 1945
sebelum diamandemen tertuang dalam Penjelasan UUD 1945 tentang tujuh
kunci pokok sistem pemerintahan negara tersebut sebagai berikut:
Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat).
Sistem Konstitusional.
Kekuasaan negara yang tertinggi di tangan Majelis Permusyawaratan
Rakyat.
Presiden adalah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi dibawah
Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Menteri negara ialah pembantu presiden, menteri negara tidak
bertanggungjawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.
Berdasarkan tujuh kunci pokok sistem pemerintahan, sistem pemerintahan
Indonesia menurut UUD 1945 menganut sistem pemerintahan presidensial.
Sistem pemerintahan ini dijalankan semasa pemerintahan Orde Baru di
bawah kepemimpinan Presiden Suharto. Ciri dari sistem pemerintahan
masa itu adalah adanya kekuasaan yang amat besar pada lembaga
kepresidenan. Hampir semua kewenangan presiden yang di atur menurut
UUD 1945 tersebut dilakukan tanpa melibatkan pertimbangan atau
persetujuan DPR sebagai wakil rakyat. Karena itu tidak adanya pengawasan
dan tanpa persetujuan DPR, maka kekuasaan presiden sangat besar dan
cenderung dapat disalahgunakan. Mekipun adanya kelemahan, kekuasaan
yang besar pada presiden juga ada dampak positifnya yaitu presiden dapat
mengendalikan seluruh penyelenggaraan pemerintahan sehingga mampu
menciptakan pemerintahan yang kompak dan solid. Sistem pemerintahan
lebih stabil, tidak mudah jatuh atau berganti. Konflik dan pertentangan
antar pejabat negara dapat dihindari. Namun, dalam praktik perjalanan
sistem pemerintahan di Indonesia ternyata kekuasaan yang besar dalam
diri presiden lebih banyak merugikan bangsa dan negara daripada
keuntungan yang didapatkanya.

Memasuki masa Reformasi ini, bangsa Indonesia bertekad untuk


menciptakan sistem pemerintahan yang demokratis. Untuk itu, perlu
disusun pemerintahan yang konstitusional atau pemerintahan yang
berdasarkan pada konstitusi. Pemerintah konstitusional bercirikan bahwa
konstitusi negara itu berisi:
a) adanya pembatasan kekuasaan pemerintahan atau eksekutif,
b) jaminan atas hak asasi manusia dan hak-hak warga negara.
Berdasarkan hal itu, Reformasi yang harus dilakukan adalah melakukan
perubahan atau amandemen atas UUD 1945. dengan mengamandemen
UUD 1945 menjadi konstitusi yang bersifat konstitusional, diharapkan
dapat terbentuk sistem pemerintahan yang lebih baik dari yang
sebelumnya. Amandemen atas UUD 1945 telah dilakukan oleh MPR
sebanyak empat kali, yaitu pada tahun 1999, 2000, 2001, dan 2002.
berdasarkan UUD 1945 yang telah diamandemen itulah menjadi pedoman
bagi sistem pemerintaha Indonesia sekarang ini.
Berdasarkan UUD 1945 Setelah Diamandemen
Setelah dilakukan amandemen terhadap konstitusi Indonesia, Undangundang dasar Negara Indonesia tahun 1945, maka terjadi perubahan pula
pada pokok, pokok sistem pemerintahan sebagai berikut:

1)
2)
3)
4)
5)

6)

Pokok-pokok Sistem Pemerintahan Indonesia


Bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi daerah yang luas. Wilayah
negara terbagi dalam beberapa provinsi.
Bentuk pemerintahan adalah republik konstitusional, sedangkan sistem
pemerintahan presidensial.
Presiden adalah kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Presiden
dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat dalam satu paket.
Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab kepada
presiden.
Parlemen terdiri atas dua bagian (bikameral), Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Para anggota dewan
merupakan anggota MPR. DPR memiliki kekuasaan legislatif dan
kekuasaan mengawasi jalannya pemerintahan.
Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Makamah Agung dan badan peradilan
dibawahnya.

Sistem pemerintahan ini juga mengambil unsur-unsur dari


pemerintahan parlementer dan melakukan pembaharuan

sistem
untuk

menghilangkan kelemahan-kelemahan yang ada dalam sistem presidensial.


Beberapa variasi dari sistem pemerintahan presidensial di Indonesia adalah
sebagai berikut;
1) Presiden sewaktu-waktu dapat diberhentikan oleh MPR atas usul dari DPR.
Jadi, DPR tetap memiliki kekuasaan mengawasi presiden meskipun secara
tidak langsung.
2) Presiden dalam mengangkat penjabat negara perlu pertimbangan atau
persetujuan dari DPR.
3) Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu pertimbangan atau
persetujuan dari DPR.
4) Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk undangundang dan hak budget (anggaran)
Dengan demikian, ada perubahan-perubahan baru dalam sistem
pemerintahan Indonesia. Hal itu diperuntukan dalam memperbaiki sistem
presidensial yang lama. Perubahan baru tersebut, antara lain adanya
pemilihan secara langsung, sistem bikameral, mekanisme cheks and
balance, dan pemberian kekuasaan yang lebih besar kepada parlemen
untuk melakukan pengawasan dan fungsi anggaran.
Amandemen UUD 1945 juga membawa banyak perubahan dalam sistem
ketatanegaraan(struktur pemerintahan) Indonesia seperti MPR bukan lagi
lembaga tertinggi negara. Terdapat pula perubahan fungsi tugas dan
wewenang lembaga negara. Serta ada juga lembaga yang dibentuk dan
dihapuskan.

1.

2.

a.
b.

C. Kedaulatan Negara
Pengertian kedaulatan negara
Kata daulat dalam pemerintahan berasal dari kata daulah (bahasa Arab)
yang berarti kekuasaan tertinggi. Pemerintah yang berdaulat berarti
pemerintahan yang mempunyai kekuasaan tertinggi atas rakyatnya di
dalam suatu Negara. Menurut Jean Bodin (1500 1596), seorang ahli pikir
dari Prancis, kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi untuk menentukan
hukum dalam suatu Negara.
sifat-sifat pokok Kedaulatan
Kedaulatan mempunyai sifat-sifat pokok, yaitu asli, permanen, tunggal, dan
tidak terbatas.
Asli, artinya kekuasaan itu tidak berasal dari kekuasaan lain yang lebih
tinggi.
Permanen, artinya kekuasaan itu tetap ada selama Negara itu berdiri
sekalipun pemegang kedaulatan sudah berganti-ganti.

c. Tunggal (bulat), artinya kekuasaan itu merupakan satu-satunya kekuasaan


tertinggi dalam Negara yang tidak diserahkan atau dibagi-bagikan kepada
badan-badan lain.

d. Tidak terbatas (absolut), artinya kekuasaan itu tidak dibatasi oleh


kekuasaan lain. Sebab, kalau ada kekuasaan lain yang membatasinya,
tentu kekuasaan tertinggi yang dimilikinya itu akan lenyap.
Kedaulatan / Kekuasaan tertinggi yang dimiliki oleh pemerintah
mempunyai kekuataan yang berlaku ke dalam dan ke luar.
a. Kedaulatan ke dalam, artinya pemerintah memiliki wewenang tertinggi
dalam mengatur dan menjalankan organisasi Negara sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
b. Kedaulatan ke luar, artinya pemerintah berkuasa bebas, tidak terikat dan
tidak tunduk kepada kekuatan lain, selain ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan. Demikian juga, Negara lain harus pula menghormati kekuasaan
Negara yang bersangkutan, dengan tidak mencampuri urusan dalam
negerinya.
3. Teori Kedaulatan
Beberapa teori kedaulatan yang terkenal ialah: teori kedaulatan tuhan, teori
kedaulatan rakyat, teori kedaulatan negara, dan teori kedaulatan hukum.
1.) Teori Kedaulatan Tuhan (Teokrasi)
Teori ini mengajarkan, bahwa pemerintah/negara memperoleh kekuasaan
yang tertinggi dari Tuhan. Para penganjur teori ini berpendapat, bahwa
dunia beserta segala isinya adalah hasil ciptaan Tuhan. Apapun yang ada di
dunia ini berasal dari Tuhan. Demikian pula halnya dengan kedaulatan
yang ada pada pemerintahan ataupun raja-raja yang waktu itu memegang
pemerintahan, adalah berasal dari Tuhan juga. Oleh karena itu, raja atau
pemerintah harus mempergunakan kedaulatan yang diperolehnya sesuai
dengan kehendak Tuhan. Pada masa lampau raja-raja menganggap dirinya
sebagai Tuhan, seperti dalam cerita wayang, dimana raja menganggap
dirinya sebagai anak Tuhan. penganjur paham ini antara lain: Augustinus,
Thomas Aquinas, dan lain-lain.
2.) Teori Kedaulatan Rakyat (Demokrasi)
Menurut teori ini, negara memperolah kekuasaan dari rakyatnya dan bukan
dari Tuhan atau dari raja. Teori ini tidak sependapat dengan teori
kedaulatan Tuhan dan mengemukakan kekayaan-kekayaan yang tak sesuai
dengan apa yang diajarkan oleh teori kedaulatan Tuhan:

Raja yang seharusnya memerintahkan rakyat dengan adil, jujur, dan


baik hati (sesuai dengan kehendak Tuhan), namun kenyataannya, raja-raja

bertindak dengan sewenang-wenang terhadap rakyat; ingat akan


pemerintahan Raja Louis XIV di prancis;
Apabila kedaulatan raja itu berasal dari Tuhan, mengapakah dalam
suatu peperangan antara raja yang satu dengan raja yang lain dapat
mengakibatkan kalahnya salah seorang raja.
Kenyataan-kenyataan ini menimbulkan keragu-raguan yang mendorong ke
arah timbulnya pemikiran baru yang memberi tempat pada pemikiran
manusia (Renaissance). Alam pikiran baru ini dalam bidang kenegaraan
melahirkan suatu paham baru, yakni teori kedaulatan rakyat.
Paham ini merupakan reaksi terhadap teori kedaulatan Tuhan dan teori
kedaulatan raja, kemudaian menjelma dalam Revolusi prancis dan dapat
menguasai seluruh dunia hingga sekarang dalam bentuk mitos abad XIX
yang memuat paham kedaulatan rakyat dan perwakilan (demokrasi).
Para penganjur paham ini adalah Rousseau, Montesquieu, dan John Locke.
Dari ketiga sejarah ini, Montesquieu adalah yang terkenal karena ajarannya
tentang pemisahan kekuasaan negara yang oleh Immanuel Kant disebut
Trias Politica.
3.) Teori Kedaulatan Negara
Menurut teori ini, adanya negara merupakan kodrat alam, demikian pula
kekuasaan tertinggi yang ada pada pemimpin negara itu. Adapun
kedaulatan itu sudah ada sejak lahirnya suatu negara. Jadi jelaslah, bahwa
negara merupakan sumber dari kedaulatan. Hukum itu mengikat karena
yang demikian dikehendaki oleh negara yang menurut kodrat mempunyai
kekuasaan mutlak. Penganjur teori ini di antaranya: Paul Laband dan Georg
Jellinek.
4.) Teori Kedaulatan Hukum (Supremacy of Law)
Teori ini mengajarkan, bahwa pemerintah memperoleh kekuasaan bukanlah
dari Tuhan ataupun dari raja maupun negara, akan tetapi berdasarkan
hukum; yang berdaulat adalah hukum. Baik pemerintah maupun rakyat
memperoleh kekuasaan itu dari hukum. Penganjur teori ini antara lain;
hugo de Groot, krabbe, Immanuel Kant, dan Leon Duguit.
SEKIAN TERIMA KASIH
Diposkan oleh nurhadi yudosuroso di 16.07
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Reaksi:

Tidak ada komentar:


Poskan Komentar
Link ke posting ini

Buat sebuah Link

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)

free music at divine-music.info

MENGENAI SAYA

nurhadi yudosuroso
Lihat profil lengkapku

SMADA DALAM KEGIATAN

ARSIP BLOG

2014 (1)

2013 (11)
Nov
ember (2)
M
ATERI
PEMBELAJARAN
KELAS X-BAB IIIBENTUK NEGARA
...

o
o
o
o
o

M
PENGIKUT
ATERI
PEMBELAJARAN
PPKn KELAS XBAB 2-UUD 1945
Okt
ober (1)
Mei
(1)
Apri
l (1)
Febr
uari (4)
Janu
ari (2)
2012 (12)
KURIKULUM SMADA PACITAN-PROV. JATIM. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai