Anda di halaman 1dari 36

Presentasi Kasus

“Rupture Perineum”

Pembimbing : dr. Shirley Sp.OG


Presentan : Yasin
Oponen : Kholidatul Husna
Novayanti
Syafiq Hasan Futuri
Pendahuluan
• Perdarahan postpartum penyebab utama 40%
kematian ibu Indonesia.
• Perlukaan jalan lahir merupakan penyebab
kedua perdarahan setelah atonia uteri
• Ruptur Perineum dapat terjadi karena adanya
ruptur spontan maupun episiotomi.
• luka perineum mempunyai dampak tersendiri
bagi ibu yaitu gangguan ketidaknyamanan
Anatomi perineum
Ruptur perineum

• Robekan perineum terjadi pada hampir semua


persalinan dan tak jarang juga pada persalinan
berikutnya.
• Robekan ini dapat dihindarkan atau dikurangi .
Etiologi
Robekan pada perineum umumnya terjadi pada
persalinan dimana :
1. Kepala janin terlalu cepat lahir
2. Persalinan tidak dipimpin sebagaimana
mestinya.
3. Sebelumnya pada perineum terdapat banyak
jaringan parut.
4. Pada persalinan dengan distosia bahu.
Klasifikasi Ruptur Perineum

Ruptur Perineum

Disengaja
Spontan
(Episiotomi)
Ruptur Perineum Spontan
• Luka pada perineum yang terjadi karena
sebab-sebab tertentu tanpa dilakukan
tindakan perobekan atau disengaja.
• Luka ini terjadi pada saat persalinan dan
biasanya tidak teratur.
Grade I
Hanya kulit perineum dan
mukosa vagina yang robek.
Grade II
Mengenai selaput lendir vagina juga
mengenai muskulus perinei
transversalis, tapi tidak mengenai
sfingter ani
Grade III
Robekan yang terjadi mengenai
seluruh perineum sampai
mengenai otot-otot sfingter ani
Grade IV
Robekan hingga epitel
anus.
End to end over lap
Ruptur perineum disengaja (episiotomi)

• Episiotomi adalah suatu tindakan insisi pada


perineum yang menyebabkan terpotongnya
selaput lendir vagina, cincin selaput dara,
jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot
dan fasia perineum dan kulit sebelah depan
perineum.
Indikasi
Gawat janin dan bayi akan segera dilahirkan dengan
tindakan.

Penyulit kelahiran pervaginam ( sungsang, distosia


bahu, ekstraksi cunam (forcep) atau ekstraksi vakum
)

Jaringan parut pada perineum atau vagina yang


memperlambat kemajuan persalinan
Jenis episiotomi
Reparasi pada Rupture Perineum
1.Tingkat I :
• Penjahitan robekan perineum tingkat I dpt
dilakukan hanya degan memakai catgut yang
dijahitkan secara jelujur (continuous suture)
atau degan cara angka delapan (figure of
eight)
Reparasi pada Rupture Perineum
Tingkat II :
• Sblm dilakukan penjahitan, jika dijumpai pinggir yang tidak
rata atau bergerigi  diratakan terlebih dahulu dengan
menggunakan gunting.
• Mula-mula otot dijahit dengan catgut  selaput lendir vagina
dijahit dengan catgut secara terputus-putus atau jelujur.
• Penjahitan selaput lendir vagina dimulai dari puncak robekan .
terakhir kulit perineum dijahit dengan benang sutera secara
terputus-putus.
Reparasi pada Rupture Perineum
Tingkat III
• Pertama dinding depan rectum yang robek dijahit.
Kemudian fasia peirektal & fasia septum
rektovaginal dijahit dengan catgut kromik 
bertemu kembali.
• Ujung2 otot sfingter ani yang terpisah karena
robekan diklem dengan klem pean lurus  dijahit
2-3 jahitan catgut kromik  bertemu kembali.
• Selanjutnya robekan dijahit lapis demi lapis seperti
menjahit robekan perineum tingkat II
Reparasi pada Rupture Perineum
Tingkat IV
• Pasien dirujuk ke fasilitas dan tenaga yang
memadai.
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Ny. SS
• Umur : 29 tahun
• Alamat : Lenteng Agung, Jagakarsa
• Suku : Jawa
• Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
• Pendidikan : Tamat SLTA
• Tanggal masuk: 12 Februari 2010
Autoanamnesis tgl 12 Februari 2010, 23.00 WIB

Keluhan Utama
Mules-mules sejak 1 hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan rujukan bidan dengan keluhan mules-


mules sejak 1 hari SMRS. Keluar darah (+), ANC teratur di PKM.
Nyeri kepala (-), mual (-), sesak (-), pandangan kabur (-). G1 P0
hamil 39 minggu, HPHT tidak ingat. ANC rutin di bidan, USG 1x
saat usia 32 minggu dan keadaan baik. Pasien datang ke RS dalam
keadaan mengamuk.
RPD: Hipertensi (-), Asma (-), DM (-)

RPK : Hipertensi (-), Asma (-), DM (-)


Riwayat Menstruasi :
menarche:12 tahun, siklus 28 hari, banyaknya 2 pembalut

Riwayat Pernikahan:
Menikah 1x
Usia pernikahan : 11 bulan

Riwayat Kehamilan:
1. Ini

Riwayat Kontrasepsi:
(-)

Riwayat Operasi:
(-)
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Compos mentis
TD : 130/80 mmHg
FN : 80 x/m
RR : 20 x/m
S : 36,2 o C

Mata : CA -/-, SI -/-


Cor : S1S2 reguler, murmur (-), gallop ( -)
Pulmo : Sn ves, rh -/- , wh -/-
Abdomen : membuncit ~ kehamilan
Extremitas : akral hangat, oedem -/-

TB : 153 cm
BB : 62 kg
Status obstetri
TFU : 33 cm, TBJ : 3550 gr, His: 1-2 x/10’/ 25”
DJJ : 145 dpm,2/5
• I : V/U tenang
• VT : portio lunak, axial, t: 1 cm,  8 cm, ketuban (+),
kepala H 3
LABORATORIUM
• Hematologi : 12,4 / 39%/ 18.000/ 317.000
• GDS : 84 mg/dl
• SGOT/SGPT : 18 U/I /18 U/I
USG CTG
JPKTH • Frekuensi dasar : 140 dpm
BPD : 8,76 cm • Valiabilitas : 5-20 dpm
HC : 30,0 cm • Akselerasi : (+)
AC: 31,1 cm • Deselerasi : (-)
FL : 7,16 cm • Gerak janin : (+)
TBJ : 2800 gr • His : (-)
ICA : 9
Plasenta korpus kanan
Kesan : hamil aterm, JPKTH
A : G1 hamil aterm, JPKTH, e.c susp oksiput posterior.
P : Rdx : Observasi tanda-tanda vital, his,djj /jam
Cek DPL, UL, GDS
Rtx/:
• Awal partus pervaginam
• Akselerasi oksitosin 5 IU/500 cc RL mulai 8 tpm dinaikkan 4 tetes/30
menit sampai tercapai his adekuat
• Antibiotik profilaksis ceftriaxone 1 x 2 gr
• 00.30  pembukaan lengkap
• Pasien di pimpin untuk meneran akan tetapi pasien
tidak tahan sakit sehingga pasien hanya menjerit-jerit
dan berguling-guling

• 01.00 : Ø lengkap, ketuban (-), kepala di H III-IV,


teraba oksiput di posterior EF
• Lahir bayi perempuan 3100gr, oksiput posterior
• Ruptur perineum gr III B
Th : co amoksiklav 3 x 625 mg
Na diclofenak 2 x 30 mg
Laxadine sirup 3 x C I
Minum air putih 2-3 liter/ hari
Diet tinggi serat
Resume
• Wanita 29 tahun datang dengan keluhan mules-
mules sejak 1 hari SMRS. Merasa hamil 9 bulan.
• Status generalis : dbn
• Status obstetri
TFU : 33 cm, TBJ : 3550 gr, His: 1-2 x/10’/ 25”
DJJ : 145 dpm

I : V/U tenang
VT : portio lunak, axial, t: 1 cm,  8 cm, ketuban
(+), kepala H III
00.30  pembukaan lengkap
• Pasien dipimpin untuk meneran akan tetapi
pasien tidak tahan sakit sehingga pasien hanya
menjerit-jerit dan berguling-guling
A : inersia PK II pada G1 hamil aterm, JPKTH e.c
susp oksiput posterior  percepat PK II dengan
EF.
• Lahir bayi perempuan 3100gr, oksiput posterior
• Ruptur perineum gr III B
• Dilakukan penjahitan sfingter ani eksterna
overlap
• Dilakukan haemostasis dan perineorafi dengan
chromic catgut 2.0
ANALISIS KASUS
• Pada kasus ini didapatkan ruptur perineum
grade IIIb.
• Dari anamnesis pasien, didapatkan bahwa ini
adalah kehamilannnya yang pertama
( primipara )  risiko ruptur perineum masih
tinggi.
• Pada pasien ini, persalinan dilakukan EF dimana
dapat meningkatkan risiko terjadinya ruptur
perineum.
• Pada pasien ini tidak ditemukan adanya
jaringan parut pada perineum dan adanya
distosia bahu pada janin selama proses
persalinan sehingga penyebab ruptur
perineum dari sebab-sebab ini dapat
disingkirkan.
• Rupture perineum grade III  dilakukan
penjahitan sfingter ani eksterna overlap &
dilakukan haemostasis dan perineorafi
dengan chromic catgut 2.0.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai