ANTIHISTAMIN
Oleh :
Albert Ivan Parasian Mangunsong ( 1301-1211-0149 )
Rizky Amalia (1301-1211-0024)
Ajeng Anugrah (1301-1211-0014)
Preceptor :
Inne Arline Diana, dr., SpKK(K)
I. PENDAHULUAN
Anti histamin adalah zat yang digunakan untuk mencegah atau
menghambat kerja histamin pada reseptornya. Histamin sendiri berasal
dari
bahasa Yunani yaitu histos yang berarti jaringan, adalah autakoid yang berperan
penting pada aktivitas organ tubuh baik pada proses yang fisiologis maupun
patologis
Aktivitas blokade histamin pertama kali diketahui pada tahun 1937 oleh
Bovet dan Staub pada sebuah rangkaian amin dengan fungsi eter fenolik. Senyawa
ini, 2-isopropil-5-metilfenoksietildietilamin, melindungi babi guinea dari berbagai
dosis letal histamin, mengantagonisasi spasme berbagai otot polos yang diinduksi
oleh histamine, dan menurunkan gejala-gejala renjatan anafilaksis. Obat ini terlalu
toksis untuk penggunaan klinis, tetapi pada tahun 1944, Bovet dkk telah
memperkenalkan pirilamin maleat yang hingga saat ini masih menjadi salah satu
antagonis histamin yang efektif,
Wolverton
Fitzpatrick, Rooks,
Wolverton
kulit. Reseptor histamin intraseluler dan reseptor H4 dilaporkan terdapat pada selsel dan jaringan tubuh tetapi tidak terdapat di kulit. Fitzpatrick
Dalam bidang dermatologi, antihistamin secara luas telah digunakan
sebagai terapi. Sangatlah penting untuk mengetahui farmakologi antihistamin
yang akan diberikan. Pada makalah ini akan dibahas mengenai klasifikasi,
farmakologi, efek samping maupun beberapa penggunaan klinis dari antihistamin
terutama antihistamin (AH1) baik klasik maupun non sedasi yang sering
digunakan diantaranya klorfeniramin, difenhidramin, hidroksizin, loratadin,
cetirizin dan fexofenadin. Rooks, Wilkin, Katzung, Lippincot, Wolverton
Alkilamin (propilamin)
dan
hidroklorida,
doksilamin
suksinat,
embramin
Piperidin
azatadin
maleat,
siproheptadin
hidroklorida,
Rumus bangun
Difenhidramin
Tripelenamin
Ciproheptadin
Hidroksizin
Klorfeniramin
Prometazin
Akrivastin
Astemizole
Cetirizin
Loratadin
Mizolastin
Terfenadin
Ebastin
Rumus bangun
Cetirizine
Levocetirizin
Desloratadin
Fexofenadin
Rumus bangun
Fexofenadine
Desloratadine
Levocetirizine
2. Antihistamin tipe H-2
Yang termasuk golongan ini adalah :
Simetidin
Ranitidin
Famotidin
Nizatidin
Rumus bangun
Mekanisme kerja:
Antihistamin tipe H1 bekerja dengan cara competitif inhibitor terhadap
histamin pada reseptor jaringan, sehingga mencegah histamin berikatan serta
mengaktivasi reseptornya.
(Fitzpatrick,
Katzung).
Dengan
Farmakologi
Setelah pemberian secara oral, antihistamin akan diabsorbsi dengan baik
dalam saluran cerna. Efeknya dapat terlihat dalam 30 menit, mencapai konsentrasi
puncak plasma dalam 1-2 jam, dan dapat bertahan 4-6 jam, dan beberapa obat
lainnya dapat bertahan lebih lama. (Fitzpatrick,
(Fitzpatrick, Wilkin)
antihistamin tipe H1 tidak efektif, maka dapat diganti dengan obat dari kelompok
yang lain. (Fitzpatrick)
Antihistamin tipe H1 digunakan untuk terapi pruritus pada penderita
dermatitis atopik. Efeknya berhubungan dengan menekan ansietas dan sedasinya.
Pruritus yang disebabkan hal lain, seperti dermatitis kontak alergi dan bentuk lain
dermatitis, liken planus, gigitan nyamuk dan pruritus yang terjadi sekunder karena
penyakit lain atau yang bersifat idiopatik, juga dapat dihilangkan dengan
penggunaan antihistamin tipe H1. (Fitzpatrick)
Kontraindikasi pemberian obat ini adalah pada bayi baru lahir atau bayi
prematur, kehamilan, ibu menyusui, glaukoma sudut sempit, retensi urin, dan
asma. (Wilkin)
Panduan penggunaan antihistamin tipe H1 wanita hamil terbatas. Sebagian
besar antihistamin tipe H1 pada wanita hamil oleh United States of Food and Drug
Administration (FDA) digolongkan sebagai kategori B atau C. (Fitzpatrick)
Efek samping:
Sifat lipofilik dari antihistamin AH1 klasik menyebabkan distribusi
jaringan yang luas dan dapat melewati sawar darah otak, plasenta dan air susu ibu,
(Wilkin)
dapat terjadi:
Gastrointestinal
Jantung
Takikardia, disritmia, hipotensi yang bersifat sementara
(Wolverton,
Fitzpatrick)
Genitourinaria
Disuria, disfungsi ereksi, retensi urin (Wolverton, Simon and Simon, Arndt)
Darah
Klorfeniramin dapat menebabkan pansitopenia, agranulositosis,
trombositopenia, leukopenia dan anemia aplastik.
(Wilkin, Fitzpatrick,
Kulit
Reaksi kulit yang dapat terjadi berupa dermatitis, petekie, fixed
drug eruption dan fotosensitif. (Fitzpatrick)
Interaksi obat
Efek depresi SSP akan semakin meningkat apabila antihistamin tipe H1
diminum bersamaan dengan alkohol atau obat lain yang bersifat depresif terhadap
SSP seperti diazepam. Antihistamin kelompok fenotiazin menghambat dan
sebaliknya epinefrin mempunyai efek vasosupresi. Kontra indikasi pemberian
antihistamin tipe H1 adalah penderita yang mendapat inhibitor monoamine
oksidase,
seperti
isokarboksazid,
nialamid,
fenelzim(Fitzpatrick)
10
moklobemid,
ranilsipromin,
(Wolverton, Wilkin,
sawar darah otak, dan lebih mengikat reseptor H1 di perifer secara lebih spesifik.
(Fitzpatrick, Wilkin, Wolverton, Arndt)
efek seperti kuinidine pada otot jantung, dan menyebabkan perpanjangan masa
refraksi jantung serta aritmia ventrikuler torsades de pointes.
(Fitzpatrick)
Walaupun
golongan ini sering dikatakan nonsedasi, obat-obat ini tetap dapat menyebabkan
efek sedasi, namun dalam banyak penelitian dikatakan insidensi sedasi jauh lebih
sedikit
dibandingkan
antihistamin
H1
klasik,
demikian
pula
efek
(Wilkin)
Cetirizine berpengaruh pada perpindahan sel dalam kulit dan jaringan lainnya,
pelepasan atau pembuatan dan pelepasan mediator inflamasi serta ekspresi
molekul adhesi. (Fitzpatrick)
Farmakologi:
Antihistamin tipe H1 low sedating diabsorbsi dari saluran cerna dan
mencapai puncak konsetrasi plasma dalam 2 jam. Obat tersebut menghilangkan
urtikaria dan reaksi eritema sekitar 1-24 jam. Terfenadin, astemizol, loratadin,
aktivastin, mizolastin, ebastin dan oksatomid dimetabolisme di hepar melalui
sisitem enzim CYP dalam hepar CYP3A4. Cetirizin, metabolit asam karboksilik
dari terfenadin, dan desloratadin tidak dimetablisme dalam hepar. (Fitzpatrick)
Astemizol mempunyai efek jangka panjang, namun onset mulai kerjanya
dan konsentrasi dalam keadaan stabil dicapai dalam 3-4 minggu. Efek astemizol
berlangsung lama dan obat harus dihentikan 4-6 minggu sebelum dilakukan uji
tusuk. Waktu paruh eliminasi cetirizin dan feksofenadin pada anak-anak sama
dengan dewasa (Fitzpatrick)
11
Kegunaan klinis
Antihistamin tipe ini terutama digunakan untuk pengobatan rinitis alergi
dan urtikaria kronis. (Katzung, Wilkin)
Kontra indikasi dari antihistamin low sedating ini adalah pada kehamilan
dan ibu menyusui. (Wilkin)
Efek samping
Antihistamin tipe low sedating memiliki efek sedasi dan antikolinergik
yang sedikit, juga mempunyai efek samping yang lebih sedikit dibandingkan
dengan antihistamin tipe H1 klasik. (Fitzpatrick)
Kardiovaskular
Efek
samping
kardiovaskular
berupa
fibrilasi
ventrikel,
(Murphy)
Kulit
Fotosensitivitas, urtikaria, erupsi makulopapular, eritema serta
pengelupasan kulit tangan dan kaki. Selain itu juga dilaporkan
adanya reaksi fotoalergi dan alopesia yang diduga berhubungan
dengan penggunaan terfenadin. Dilaporkan juga suatu kasus
psoriasis yang mengalami eksaserbasi selama menggunakan
terfenadin. (Wilkin)
12
Hepar
Hepatotoksisitas jarang terjadi, namun dilaporkan adanya kasus
hepatitis yang berhubungan dengan penggunaan terfenadin selama
5 bulan. Peningkatan serum transaminase dengan kadar ringan
sampai sedang kadang-kadang dapat terjadi. (wilkin)
13
pusat.(Jalbani, Murphy). Sebanyak 50% dari dosis yang diberikan diekskresikan terutama
melalui urin dalam waktu 12 jam dalam bentuk asal dan metabolitnya.
(Murphy)
Lama kerja dari klorfeniramin adalah 4-6 jam.(Goodman and Gilman) Dosis yang
diberikan 4-6 mg peroral dapat diberikan 3-4x/hari, dengan dosis maksimal 24 mg
per hari baik pada anak-anak dan dewasa. (Arndt)
Sediaan:
-
Difenhidramin
Difenhidramin adalah derivat etanolamin yang sering digunakan dalam
praktek sehari-hari, diabsorbsi dengan baik setelah pemberian per oral. Obat ini
mengalami metabolisme pertama di hati, dan hanya 40%-60%
dari dosis
14
Hidroksizin
Hidroksizin merupakan derivat dari piperazin, sering digunakan sebagai
transquilizer, sedatif, antipruritus dan antiemetik. Kadar plasma biasanya dicapai
dalam 2-3 jam setelah pemberian per oral, dengan waktu paruh 6 jam kemudian
diekskresikan ke dalam urin.
(Murphy)
Loratadin
Loratadin adalah trisiklik piperidin long acting yang mempunyai aktivitas
yang selektif dengan efek sedatif dan antikolinergik yang minimal pada dosis
yang direkomendasikan, merupakan antihistamin yang mempunyai masa kerja
yang lama. Metabolik utamanya, deskarboetoksi-loratadin, adalah biologikal
aktifnya.
Loratadin cepat diabsorbsi setelah pemberian dosis 10 mg, sekali sehari
dan mencapai konsentrasi plasma maksimum dalam 1-1,5 jam. Eliminasi waktu
paruhnya sekitar 8-11 jam, diekskresikan melalui urine 40%, feses 42% dan air
susu 0,029%. Loratadin diindikasikan untuk rinitis alergi dan urtikaria kronik
idiopatik pada pasien diatas 6 tahun. Loratadin mempunyai efek terhadap fungsi
dari miokardial potasium channel tetapi tidak menyebabkan disritmia jantung.
15
Cetirizin
Merupakan metabolit karboksil asid dari hidroksin. Obat ini pada manusia
hanya mempunyai transformasi metabolik yang minimal menjadi bentuk metabolit
aktif dan obat ini terutama diekskresi lewat urin. Karena cetirizin cepat diabsorbsi
dan sedikit yang dimetabolisme, dan juga diekskresi lewat urin, maka dosis obat
ini harus dikurangi pada pasien dengan gangguan ginjal.
Kadar puncak plasma dicapai dalam 1 jam dan waktu paruh plasma sekitar
7 jam, diekskresikan dalam urine sebanyak 60% dan feses 10%. Cetirizin dapat
menghambat eosinofil, netrofil dan basofil dan menghambat IgE serta
menurunkan prostaglandin D2. Cetirizin diindikasikan untuk terapi urtikaria
kronik di Amerika Serikat. Beberapa studi kemudian mendukung khasiat cetirizin
untuk kondisi ini dan juga ditemukan khasiatnya untuk terapi cold urtikaria.
Dosis yang direkomendasikan untuk dewasa 10 mg/hari (maksimal 20 mg)
dosis tunggal, pada anak-anak adalah 0,3 mg/kgBB sedangkan pada pasien dengan
gangguan ginjal kronik dan hepar dosis yang diberikan adalah 5 mg/hari. Lama
kerja dari cetirizin adalah 12-24 jam. (Goodman and Gilman)
Sediaan:
-
Feksofenadin
16
(Wolverton)
17
DAFTAR PUSTAKA
1.
Katzung GB, Julius DJ. Histamine, serotonin, and the ergot alkaloids. Dalam:
Katzung BG, penyunting. Basic and clinical pharmacology. Edisi ke-6. San
Fransisco: Prentice-Hall International Incorporation; 1995.
2.
Mycek MJ, Harvey RA, Champe PC. Farmakologi Ulasan Bergambar, autacoid
dan antagonis autacoid Edisi ke-2. Philadelphia: Lippincott; 2000.
3.
Soter NA. Antihistamines. Dalam: Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen
KF, Goldsmith LA, Katz SI, penyunting. Fitzpatricks dermatology in
general medicine. Edisi ke-6. New York: McGraw-Hill Incorporation; 2003.
4.
18