Anda di halaman 1dari 9

PEMANFAATAN EKSTRAK KELOPAK DAN BIJI BUNGA ROSELLA SEBAGAI

BAHAN PENGGUMPAL LATEKS


(study pengaruh volume, waktu pencampuran, dan pH)
Ir. Hj. Farida Ali, DEA(1), Anna Stasiana(2), Noviyanti Puspasari(2)
Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
(1)
Dosen, (2)Mahasiswa
Abstrak
Telah dilakukan penelitian ekstrak bunga rosella (Hevea brasiliensis) sebagai bahan
penggumpal lateks. Koagulasi lateks menggunakan ekstrak kelopak rosella dan bunga rosella
berbiji. Kandungan asam amino dan asam lemak pada kelopak dan biji rosella merupakan
bahan pengganti penggumpal lateks. Pada penelitian ini variabel yang digunakan adalah
volume, waktu kontak dan pH ekstrak bunga rosella. Kondisi optimal berat karet yang
dihasilkan untuk volume yaitu 10 ml, waktu kontak 20 jam, dan pH 2,3.
Kata Kunci : koagulasi, lateks, ekstrak rosella, asam.
Abstract
The research about Hevea brasiliensis extract as coagulant of latex has been done.
The latex coagulation used calyx rosella and rosella flower with seeds extract. The content
of amino acid and fatty acid in calyx and seeds rosella that are materials as an alternative
latex coagulant. In research, the variables are used volume, contact time, and pH rosella
flower extract. The optimum condition for the latex weight result are volume 10 ml, contact
time 20 hours, and pH 2,3.
Key Words : coagulation, latex, rosella extract, acid
I.
I.1.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Karet adalah tanaman perkebunan
berupa pohon batang lurus. Pohon ini
pertama kali tumbuh di Brazil, Amerika
Selatan, tetapi setelah percobaan Henry
Wickham yang dilakukan berkali kali,
pohon ini berhasil dikembangkan di Asia
Tenggara, di mana sekarang tanaman ini
banyak dikembangkan sehingga Asia
menjadi sumber karet yang alami.
Klasifikasi botani dari tanaman karet
adalah sebagai berikut:
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Keluarga
: Euphorbiaceae
Genus
: Hevea
Spesies
: Hevea brasiliensis
Karet adalah polimer hidrokarbon ya
ng terkandung pada lateks beberapa jenis
tumbuhan.
Dalam
perdagangan
internasional, sumber utama dari produksi

karet
adalah
Hevea
brasiliensis.
Penggumpalan dapat dilakukan dengan
adanya penambahan suatu karbohidrat ke
dalam lateks. Karbohidrat dalam lateks
akan mengalami fermentasi dengan
mikroba yang ada di dalam lateks dan
membentuk asam.
Pembentukan asam ini berlangsung
sangat lambat dan penggumpalan akan
sempurna ketika dibiarkan kira kira 20
jam dan koagulan yang dihasilkan akan
berongga. Penggumpalan karet yang biasa
dilakukan adalah dengan penambahan
asam dalam lateks yaitu untuk memecah
getah karet. Asam yang biasa digunakan
adalah asam formiat, asam oksalat, asam
asetat, asam stearat, dan asam sulfat yang
relative mahal, sehingga perlu dicari
alternatif lain untuk memecah emulsi
dalam lateks.
Di dalam lateks mengandung 25 40
% bahan karet mentah (crude rubber) dan
60 75 % serum yang kandungannya
1

terdiri dari air dan zat yang terlarut. Lateks


mengandung alkaloid,
gula,
minyak,
protein, pati, tanin, resin, dan gom. Bahan
karet mentah mengandung persentase 0,2
% gula, 1 2% asam lemak, 90 95 %
karet murni, 2 3 % protein, dan 0,5 %
jenis garam dari Na, K, Mg, Cu, Mn dan
Fe.
Lateks merupakan suspensi koloidal
dari air dan juga bahan bahan kimia yang
terkandung di dalamnya. Bagian bagian
yang terkandung tersebut tidak larut secara
sempurna, melainkan terpencar secara
homogen dan merata di dalam air. Partikel
karet di dalam lateks terletak saling
menjauh karena masing masing partikel
memiliki muatan listrik.
Lateks kebun akan menggumpal atau
membeku secara alami dalam waktu
beberapa jam setelah diambil atau
dikumpulkan. Penggumpalan alami atau
spontan dapat terjadi karena timbulnya
asam asam akibat terurainya bahan
bukan karet yang terdapat dalam lateks
akibat aktivitas mikroorganisme. Terdapat
beberapa jenis zat antikoagulan yang
umumnya digunakan oleh perkebunan
besar atau perkebunan rakyat diantaranya
adalah amoniak, natrium karbonat,
formaldehida dan juga natrium sulfit.
Rosella mengandung kalsium, niasin,
riboflavin dan besi yang cukup tinggi.
Kelopak rosella segar juga mengandung
zat besi, protein, serat kasar, sodium,
vitamin C, dan vitamin A. Kandungan
asam pada rosella ada dua komponen yang
dominan yaitu asam sitrat dan asam malat.
Dengan kandungan kandungan pada
rosella, maka dilakukan penelitian dengan
memvariasikan berat bunga rosella, waktu
kontak, derajat keasaman dan menghitung
berat karet.
I.2.

Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan ditinjau
adalah mengenai penambahan ekstrak
kelopak rosella (tidak berbiji dan berbiji)
sebagai
bahan
pengganti
untuk
penggumpalan lateks. Oleh karena itu
harus
dicari
faktor-faktor
yang

mempengaruhi penggumpalan lateks dan


kondisi
optimum.
Adapun
uraian
permasalahan tersebut adalah:
1. Bagaimana pengaruh volume rosella
terhadap berat karet yang dihasilkan.
2. Bagaimana pengaruh waktu kontak
antara rosella dan lateks terhadap berat
karet yang dihasilkan.
3. Bagaimana pengaruh pH rosella
terhadap berat karet yang dihasilkan.
1.3. Tujuan
2. Menentukan pengaruh waktu kontak
terhadap berat karet yang dihasilkan.
3. Menentukan pengaruh berat kelopak
bunga rosella terhadap berat karet yang
dihasilkan.
4. Menetukan pengaruh pH terhadap
berat karet yang dihasilkan.
1.4.
Manfaat
1. Memberikan alternatif sebagai media
penggumpal karet selain asam formiat.
2. Dapat memanfaatkan kelopak bunga
rosella sebagai media penggumpal
karet yang lebih ekonomis.
II.

Tinjauan Pustaka

Lateks
Lateks karet adalah suspensi koloid
poliisopren yang diperoleh dari tumbuhan
Hevea bransiliensis.
Berikut ini komposisi dari lateks Hevea
Bransiliensis:
Tabel 1. Komposisi Lateks Hevea
Bransiliensis
Komposisi
Jumlah (%)
Hidrokarbon karet

30 40

Protein

1,9 2,5

Asam Lemak

0,9 1

Gula

1 1,5

Air

5,5 6,5

Kadar Abu

0,4 0,6

Sumber : Premamoy Ghosh, 2002.

Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan
partikel koloid, sehingga kestabilan sistem
koloid menjadi hilang. Ada beberapa hal
yang menyebabkan terjadinya koagulasi
pada sistem koloid diantaranya karena ada
pengaruh
pemanasan,
pendinginan,
penmabahan elektrolit dan karena proses
elektroforesis yang berlangsung lama.
Penggumpalan lateks dilakukan
dengan menambahkan bahan yang dapat
menyerap lapisan molekul air disekeliling
partikel karet yang bersifat pelindung.
Bahan tersebut misalnya alkohol, aseton,
dan sebagainya. Penurunan pH lateks
dapat terjadi karena terbentuk asam format
(asam semut). Penurunan pH sampai ke
titik isoelektrik menyebabkan partikel
karet kehilangan muatan sehingga lateks
menggumpal ridak mantap disebut daerah
potensial stabilitas kritis atau darah tidak
mantap, yaitu pada daerah pH berkisar 3,7
5,5.
Rosella
Tanaman
rosella
(Hibiscus
sabdariffa L.) termasuk famili malvaceae
dan terdapat dua tipe utama, yaitu
Hibiscus sabdariffa var. altassima dan
Hibiscus sabdariffa var. sabdriffa.
Hibiscus sabdariffa var. altassima lebih
mempunyai nilai ekonomi dibandingkan
varietas kedua, karena ditanam untuk
menghasilkan serat. Serat ini merupakan
bahan baku pembuatan tali dan pengganti
rami untuk karung goni. Tanaman
penghasil serat ini memiliki batang lurus
dan serat yang kuat, tinggi batang bisa
mencapai 4, 8 meter (Anonim, 2006).
Varietas altassima webster ditanam
untuk mendapatkan seratnya, karena
kandungan sertanya tinggi. Varietas ini
tidak memiliki kelopak bunga yang
berwarna merah dan dapat dimakan, bunga
berwarna kuning. Tipe ini hampir sama
dengan penghasil serat (kenaf) yang
banyak dibudidayakam di India Timur,
Nigeria, dan beberapa negara di Amerika
(Anonim, 2006).

Kandungan Kimia Rosella


Hidayat (2008) menyatakan bahwa
dalam kelopak bunga rosella juga
mengandung vitamin C, vitamin A, dan
asam amino termasuk arginin dan lignin
yang berperan dalam proses peremajaan
sel tubuh. Kandungan vitamin C pada
kelopak rosella tiap 100 gram adalah 260
280 mg vitamin C. Atau pernah juga
dilakukan penelitian terhadap kadar
vitamin C ekstraksi rosella segar adalah
144 mg/100 gram, kadar air 73,415 % dan
pH rosella segar yaitu 2 (Siti Aminah,
2010).
Satu hal yang unik dari rosela adalah
rasa masam pada kelopak rosela yang
menyegarkan, karena memiliki dua
komponen senyawa asam yang dominan
yaitu asam sitrat dan asam malat.
Kandungan masing masing asam sitrat
dan asam malat pada rosella adalah 13 %.
Kandungan sterol utama pada lemak
rosela adalah b sitosterol mencapai
61,3%. Kandungan asam lemak dalam biji
rosela dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Kandungan Asam Lemak
dalam Biji Rosella
Jenis asam lemak
Jumlah (%)
Asam oleat
34
Asam linoleat
14.4
Asam palmitat
35,2
Asam miristat
2,12
Asam palmitoleat
2
Asam stearat
3,4
Sumber: Maryani, Kristiana L. (2005)
Tabel 4. Kandungan Asam Amino dalam
Kelopak Bunga Rosella
Jenis Asam Amino
Kandungan
(mg/100 gram)
Arginin
3,6
Cystine
Histidin
Isoleusin
Leusin
Lisin
Metionin
Fenilalanin

1,3
1,5
3,0
5,0
3,9
1,0
3,2
3

Threonine
Triptopan
Tirosin
Valin
Asam aspartat
Asam glutamat
Alanin
Glisin
Prolin
Serin
Sumber: Mardiah, dkk.

3,0

2,2
3,8
16,3
7,2
3,7
3,8
5,6
3,5

Penggumpalan Lateks
Kandungan di dalam lateks berupa
25 40 % bahan karet mentah (crude
rubber) dan 60 75 % serum yang terdiri
dari air dan zat yang terlarut. Kandungan
lateks terdiri dari kandungan antara
lain protein, alkaloid, pati, gula,
(poli)
terpena, minyak, tanin, resin, dan gom.
Bahan karet mentah mengandung 90
95% karet murni, 2 3 % protein, 1 2 %
asam lemak, 0,2 % gula, 0.5 % jenis garam
dari Na, K, Mg, Cu, Mn dan Fe.
Asam yang biasa digunakan adalah
asam formiat, asam oksalat, asam asetat,
asam stearat, dan asam sulfat yang relative
mahal, sehingga perlu dicari alternatif lain
untuk memecah emulsi dalam lateks.
Sebagai
contohnya
adalah
penggumpalan lateks menggunakan nanas.
Di dalam nanas mengandung asam
asam organik (0,6 %) seperti asam sitrat,
asam malat dan asam oksalat dengan
jumlah asam terbanyak adalah asam sitrat
(87 %). Selain asam, nanas juga
mengandung enzim bromelin. Keduanya
dapat di gunakan untuk menggumpalkan
lateks dan menurunkan kadar nitrogen
karet. Penggumpalan lateks salah satunya
dapat terjadi karena penurunan pH lateks.
Selama ini penggumpalan lateks banyak
dilakukan dengan penambahan asam
format.
III.
Metode Penelitian
III.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian
dilaksanakan
di
laboratorium Balai Riset dan Standardisasi
Industri Km 9, Palembang. Waktu

penelitian berlangsung pada bulan


November 2013 sampai dengan Februari
2014.
III.2. Alat dan Bahan yang Digunakan
Alat yang Digunakan
Gelas ukur, beker gelas, erlenmeyer,
aluminium foil, timbangan digital, oven,
tabung reaksi, pipet tetes, kain saring,
corong, pH meter.
Bahan yang Digunakan
Lateks karet dan bunga rosella.
III.3. Prosedur Penelitian
Tahap Persiapan Bahan
Sediakan
rosella
yang
telah
dipisahkan kelopak dan kelopak beserta
bijinya. Cuci sampai bersih lalu tiriskan.
Potong kecil kecil kelopak dan biji
rosella tersebut. Lalu ambil bagian kelopak
rosella saja dan masukkan dalam blender,
tunggu sampai halus. Tuang kedalam
wadah kemudian disaring menggunakan
kain dan hasil penyaringan di peras.
Perlakuan yang sama juga dilakukan untuk
kelopak dan biji rosella. Tuang lateks segar
dari botol dan siapkan dalam wadah.
Rancangan Penelitian
Pada tahap awal, bunga rosella yang
digunakan terdiri dari dua jenis, yaitu
kelopak bunga rosella (tidak berbiji) dan
bunga rosella berbiji. Lalu kedua jenis
bunga rosella tersebut dihaluskan dan
dibuat menjadi fase cair menjadi berbagai
volume. Selanjutnya dicampurkan pada
lateks dengan volume yang constan yaitu
(2; 4; 6; 8; 10) ml dan dibiarkan selama 24
jam.
Selanjutnya adalah menimbang berat
karet yang dihasilkan dari berbagai variasi
volume kelopak bunga rosella. Selain itu
dengan mengatur variabel waktu dan
volume lateks pada perlakuan, dapat
diketahui waktu kontak optimum untuk
karet yang dihasilkan. Waktu kontak yang
digunakan yaitu (5; 10; 15; 20) jam.
Dan untuk menentukan pH optimum
dari kelopak bunga rosella terhadap berat
karet yang dihasilkan, dapat diperoleh
4

dengan memvariasikan pH kelopak bunga


rosella yaitu pH 2,3; 2,5; 3,0; 4,0. Masing
masing perlakuan ini dilakukan sebanyak
dua kali.
IV.
IV.1.

Hasil Dan Pembahasan


Pengaruh Volume Optimum
antara Ekstrak Kelopak dan Biji
Bunga Rosella dengan Lateks
terhadap
Pemecahan
Emulsi
Lateks Karet.

Hasil berat karet dari pengaruh


volume optimum antara ekstrak bunga
rosella dengan lateks ditunjukkan pada
tabel 5 dan 6. Perlakuan dilakukan
sebanyak dua kali pada masing masing
ekstrak kelopak rosella (tanpa biji)
maupun yang berbiji untuk memperoleh
rata rata berat karet akhir.

Gambar 2. Hubungan antara volume


ekstrak bunga rosella dan berat
karet akhir dengan variasi ekstrak
kelopak bunga rosella (tanpa biji) dan
bunga rosella berbiji.
Gambar 2 menunjukkan hubungan
antara berat karet akhir dengan variasi
volume ekstrak rosella. Variasi volume
ekstrak bunga rosella yang digunakan
adalah 2 ml, 4 ml, 6 ml, 8 ml, dan 10 ml.
Berat karet akhir dihitung setelah
dilakukan penelitian sebanyak 2 kali.
Gambar 2 menunjukkan dua garis dengan
warna biru dan merah. Garis yang
berwarna biru mewakili ekstrak kelopak
rosella (tanpa biji) sedangkan garis yang
berwarna merah mewakili ekstrak bunga

rosella berbiji. Masing-masing variabel


mendapatkan perlakuan yang sama dan
didiamkan selama 24 jam.
Dari kelima variasi ekstrak volume
bunga rosella, berat karet akhir yang
paling tinggi adalah pada volume ekstrak
bunga rosella 10 ml. Hal ini berlaku untuk
kedua variabel ekstrak kelopak rosella
(tanpa biji) dan berbiji. Ekstrak bunga
rosella yang berperan sebagai koagulan
bereaksi dengan air, lalu partikel partikel
terdispersi akan lebih mudah bergabung
membentuk agrerat yang lebih besar yang
menyebabkan lateks menggumpal.
Kandungan asam pada kelopak
rosella yang dominan merupakan asam
aspartat, asam sitrat dan asam maleat.
Sedangkan pada biji rosella, kandungan
asam yang dominan merupakan asam
palmitat, asam oleat, dan asam linoleat.
Asam asam ini merupakan turunan asam
karboksilat yang mampu memecah
ketahanan lateks karet dan dapat mengikat
air.
Dari hasil penelitian, semua berat
akhir karet dengan variasi ekstrak kelopak
rosella
(tanpa
biji)
lebih
tinggi
dibandingkan bunga rosella berbiji.
Volume
optimum
untuk
proses
penggumpalan lateks yaitu 10 ml. Dan
presentasi berat karet akhir
ekstrak
kelopak rosella (tanpa biji) sebesar 63 %
dan ekstrak bunga rosella berbiji sebesar
53,08 %.
4.2. Pengaruh
Waktu
Kontak
Optimum antara Ekstrak Kelopak
dan Biji Bunga Rosella dengan
Lateks
terhadap
Pemecahan
Emulsi Lateks Karet.
Hasil berat karet dari pengaruh
variasi waktu kontak antara ekstrak bunga
rosella dengan lateks yang ditunjukkan
pada tabel 7 dan 8, serta gambar 3.
Perlakuan dilakukan sebanyak dua kali
untuk memperoleh rata rata berat karet
akhir.

Gambar 3.
Hubungan antara waktu
kontak ekstrak bunga rosella dan berat
karet akhir dengan variasi ekstrak kelopak
bunga rosella (tanpa biji) dan bunga
rosella berbiji.
Gambar 3 menunjukkan hubungan
antara berat karet akhir dengan variasi
waktu kontak antara lateks dengan ekstrak
bunga rosella sebanyak 10 ml. Berat karet
akhir dihitung setelah dilakukan penelitian
sebanyak 2 kali. Pada gambar 3 terdapat
dua garis dengan warna biru dan merah.
Garis yang berwarna biru mewakili ekstrak
kelopak rosella (tanpa biji) sedangkan
garis yang berwarna merah mewakili
ekstrak bunga rosella berbiji.
Variasi waktu kontak yang digunakan
pada penelitian koagulasi lateks yaitu 5
jam, 10 jam, 15 jam, dan 20 jam. Pada
penelitian sebelumnya telah diketahui
bahwa
volume
optimum
untuk
menghasilkan berat karet akhir paling
tinggi adalah 10 ml. Maka untuk
mengetahui waktu kontak optimum
penggumpalan lateks, volume ekstrak
bunga rosella yang digunakan adalah
sebanyak 10 ml.
Berdasarkan data hasil penelitian,
peningkatan berat karet akhir sebanding
dengan semakin lama waktu kontak antara
lateks dan ekstrak bunga rosella. Hal ini
berlaku untuk kedua variabel ekstrak
kelopak rosella (tanpa biji) dan bunga
rosella berbiji. Ketika ekstrak bunga
rosella dicampurkan kedalam lateks,
proses
koagulasi
lateks
dengan

penambahan ekstrak kelopak rosella (tanpa


biji) lebih cepat dibandingkan ekstrak
kelopak rosella dan biji.
Asam aspartat, asam sitrat, dan asam
malat pada kelopak rosella merupakan
faktor yang mempengaruhi peningkatan
berat karet akhir serta waktu koagulasi
lateks. Ketiga asam tersebut memiliki
gugus karboksilat (COOH) yang lebih
banyak daripada gugus karboksilat yang
terdapat pada asam palmitat, asam oleat,
maupun asam linoleat yang terkandung
pada biji rosella. Meskipun persentase
kandungan asam lemak pada biji rosella
lebih tinggi daripada kelopak rosella,
namun gugus karboksilat yang lebih
banyak pada kandungan asam kelopak
rosella menyebabkan kekuatan asam ini
lebih besar untuk menggumpalkan lateks.
Dari hasil penelitian, semua berat
karet akhir dengan variasi waktu kontak
antara lateks dan ekstrak kelopak rosella
(tanpa biji) lebih tinggi dibandingkan
bunga rosella berbiji. Waktu optimum
pemecahan emulsi lateks yaitu 20 jam
dengan presentasi berat karet akhir ekstrak
kelopak rosella (tanpa biji) 53,08 % dan
ekstrak bunga rosella berbiji 47,70 %.
4.3. Pengaruh pH Optimum antara
Ekstrak Kelopak dan Biji Bunga
Rosella dengan Lateks terhadap
Pemecahan Emulsi Lateks Karet.
Hasil berat karet dari pengaruh
variasi pH antara ekstrak kelopak bunga
(tanpa biji) dan berbiji dengan lateks
ditunjukkan pada tabel 9 dan 10, serta
digambarkan pula penjelasan dalam bentuk
grafik pada gambar 4. Perlakuan dilakukan
sebanyak dua kali pada masing masing
ekstrak kelopak rosella (tanpa biji)
maupun yang berbiji untuk memperoleh
rata rata berat karet akhir.

Gambar 4. Hubungan antara pH ekstrak


rosella dan berat akhir dengan variasi
ekstrak kelopak rosella (tanpa biji) dan
bunga rosella berbiji.
Gambar 4 menunjukkan hubungan
antara berat karet akhir dengan variasi pH
antara lateks dengan ekstrak bunga rosella.
Gambar 4 menunjukkan dua garis dengan
warna biru dan merah. Garis yang
berwarna biru mewakili ekstrak kelopak
rosella (tanpa biji) sedangkan garis yang
berwarna merah mewakili ekstrak bunga
rosella berbiji.
Ekstrak kelopak rosella (tanpa biji)
memiliki pH awal 2,3 dan ekstrak bunga
rosella berbiji memiliki pH awal 2,7.
Untuk meningkatkan nilai pH menjadi
lebih asam maupun basa, kedua ekstrak
bunga rosella ditambahkan Asam Klorida
(HCl) dan Natrium Hidroksida (NaOH)
hingga menunjukkan nilai pH yang sesuai
untuk digunakan.
Berdasarkan
penelitian
yang
dilakukan dua kali, berat karet akhir
semakin meningkat dengan nilai pH
ekstrak bunga rosella yang semakin
rendah. Hal ini berlaku untuk kedua
variabel ekstrak kelopak rosella (tanpa
biji) dan bunga rosella berbiji.
Lateks yang dicampurkan dengan
bunga rosella mempunyai kandungan

protein yang bermuatan negatif. Protein


berfungsi sebagai lapisan pelindung lateks.
Pada ekstrak kelopak rosella (tanpa biji)
dan bunga rosella berbiji terdapat
kandungan asam amino dan asam lemak
yang merupakan turunan asam karboksilat.
Ketika lateks ditambahkan dengan asam
akan terjadi penurunan pH sampai titik
isoelektrik sehingga partikel karet menjadi
tidak bermuatan.
Pencampuran antara lateks dan
ekstrak kelopak rosella (tanpa biji)
maupun berbiji menyebabkan ion H+ dari
asam tersebut akan bertemu dengan ion
negatif dari protein sehingga menetralkan
muatan negatif penyelubung partikel karet.
Partikel partikel koloid menjadi tidak
stabil dan struktur protein pada lateks akan
terganggu akibat terjadinya tumbukan
antara muatan positif asam dan negatif
protein. Struktur protein yang tidak stabil
menyebabkan emulsi pecah. Pada kondisi
ini semua emulgator telah pecah dan akan
terbentuk karet.
Dari hasil penelitian, berat akhir
karet dengan variasi pH antara lateks dan
ekstrak kelopak rosella (tanpa biji) lebih
tinggi dibandingkan bunga rosella berbiji.
Maka diperoleh pH optimum 2,3 dengan
presentase berat karet akhir ekstrak
kelopak rosella (tanpa biji) 63,02 % dan
ekstrak bunga rosella berbiji 57,30 %.
V.

KESIMPULAN DAN
SARAN
Kesimpulan
1.
Pemanfaatan ekstrak bunga rosella
sebagai koagulan untuk penggumpalan
lateks.
2.
Volume optimum ekstrak bunga
rosella tanpa biji dan berbiji adalah:
a. Pada volume ekstrak bunga rosella
tanpa biji 10 ml, berat karet akhir
yang dihasilkan 62,72 (%wt).
b. Pada volume ekstrak bunga rosella
berbiji 10 ml, berat karet akhir
yang dihasilkan 52,44 (%wt).

3.

Waktu kontak optimum ekstrak


bunga rosella tanpa biji dan berbiji
adalah:
a. Pada waktu kontak ekstrak bunga
rosella tanpa biji 20 jam dengan
volume 10 ml, berat karet akhir
yang dihasilkan 54,72 (%wt).
b. Pada waktu kontak ekstrak bunga
rosella tanpa biji 20 jam dengan
volume 10 ml, berat karet akhir
yang dihasilkan 47,92 (%wt).
4.
pH optimum ekstrak bunga rosella
tanpa biji dan berbiji adalah:
a. Nilai pH optimum ekstrak bunga
rosella tanpa biji adalah 2,3; berat
karet akhir yang dihasilkan 62,84
(%wt).
b. Nilai pH optimum ekstrak bunga
rosella tanpa biji adalah 2,7; berat
karet akhir yang dihasilkan 57,80
(%wt).
Saran
Setelah dilakukan penelitian ini perlu
adanya uji kualitas dari gumpalan karet
hasil
penelitian
untuk
mengetahui
komposisi karet tersebut yang sesuai
dengan standar agar dapat digunakan pada
industri.
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K.A, dkk. 1985. Ilmu Pangan.
Jakarta : Univeristas Indonesia.
Faridasari
dan
Mulyantini.
2008.
Pengeringan Kelopak Bunga Rosella
Menggunakan Tray Dryer. Skripsi.
Semarang : Fakultas Teknik,
Universitas Diponegoro.
Helina, Merry dan Yulia. 2009.
Penggunaan Ekstrak Buah Rambutan
Sebagai Penggumpal Lateks (Studi
Pengaruh
Volume,
Waktu
Pencampuran dan pH). Universitas
Sriwijaya. Palembang.

Pengolahan Rosela Si Merah


Segudang Manfaat. Jakarta : PT
Agromedia Pustaka.
Markodanet, Willy. 2004. Karakteristik
Mutu Karet Jenis Pb 217 dengan
Pembekuan Deorub dan Asam
Semut. Palembang : Politeknik
Negeri Sriwijaya.
Martina dan Farsdhita P.U. 2011.
Pemanfaatan Limbah Cair Industri
Tahu Sebagai Bahan Penggumpal
Lateks.
Universitas
Sriwijaya.
Palembang.
Maryani, H. dan L. Kristiana. 2005.
Khasiat dan Manfaat Rosella. Jakarta
: Agromedia Pustaka.
Mukaromah, Ummu, dkk. 2010. Kadar
Vitamin c, Mutu Fisik, pH dan Mutu
Organoleptik
Sirup
Rosella
(Hibiscus
Sabdariffa,
L)
Berdasarkan Cara Ekstraksi. Jurnal
Pangan dan Gizi, (3) : 45-49.
Paimin, Farry B dan Nazaruddin. 1998.
Karet, Strategi Pemasaran Budidaya
dan Pengolahan. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Reza,

Ahmad. 2010. Budidaya dan


Pengolaan Tanaman Karet (Online).
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/
123456789/29867/4/Chapter
%20II.pdf. Diakses pada tanggal 10
November 2013).

Sartika.
2009.
Pengertian
Asam
Karboksilat dan Kegunaan Isomer
Sintetis
(Online).
(http://perpustakaancyber.blogspot.c
om/2013/09/pengertian-asamkarboksilat-sifat-kegunaan-isomersintesis.html. Diakses pada tanggal
10 November 2013).

Mardiah, Arifah R., Reji W.A., dan


Sawarni., 2005. Budidaya dan
8

Anda mungkin juga menyukai