LAPORAN AKHIR
LAPORAN PERENCANAAN
DAN
NOTA PERHITUNGAN
DESA
: GAMPONG BARO
KECAMATAN : JAYA
KABUPATEN : ACEH JAYA
LAPORAN AKHIR
LAPORAN PERENCANAAN
DAN
NOTA PERHITUNGAN
PEKERJAAN
NOMOR KONTRAK
: 074/20/III/2006
TANGGAL
: 1 MARET 2006
NOMOR DIPA
: 0001.0.l/094-01.0/I/2006
31 Desember 2005
TAHUN ANGGARAN
: 2006
DESA
: GAMPONG BARO
KECAMATAN : JAYA
KABUPATEN
: ACEH JAYA
PT. WASTUWIDYAWAN
Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232
Telp. (024) 8442614
Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh
Telp. (0651) 23808
Laporan Perencanaan
Kata Pengantar
Banda Aceh,
April 2006
PT. Wastuwidyawan
Laporan Perencanaan
Daftar Isi
Kata Pengantar ....
Daftar Isi .
Daftar Tabel
Daftar Gambar
BAB
BAB
BAB
BAB
BAB
Halaman
i
ii
vi
viii
I
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
1.5.
1.6.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sasaran
Lingkup Pekerjaan
....
Kebijakan dan Strategi Penanganan
..
Sumber Dana .
I-1
I-1
I-2
I-2
I-3
I-4
II
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
2.6.
2.7.
II-1
II-1
II-2
II-2
II-2
II-2
II-2
III
3.1.
3.2.
3.3.
3.4.
3.5.
3.6.
SURVEY TOPOGRAFI
Umum
III-1
III-1
III-1
III-2
III-2
III-3
III-3
III-3
IV
4.1.
4.2.
4.3.
4.4.
4.5.
4.6.
4.7.
IV-1
IV-2
IV-2
IV-3
IV-3
IV-3
IV-4
V
5.1.
KRITERIA PERENCANAAN
Perencanaan Jalan
V-1
V-2
V-3
V-5
V-5
ii
5.1.5.
5.1.6.
5.1.7.
5.1.8.
5.1.9.
5.1.10.
5.1.11.
5.1.12.
5.1.13.
5.1.14.
5.1.15.
5.1.16.
5.1.17.
5.1.18.
5.1.19.
5.1.20.
5.1.21.
5.1.22.
5.1.23.
5.1.24.
5.1.25.
5.2.
Laporan Perencanaan
Perkerasan Jalan
...
5.1.5.1 Tanah Dasar ..
5.1.5.2 Lapis Pondasi Bawah ..
5.1.5.3 Lapis Pondasi ..
5.1.5.4 Lapis Permukaan
..
Parameter Perencanaan
..
5.1.6.1 Jumlah Jalur ...
5.1.6.2 Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan ..
5.1.6.3 Lalu Lintas Harian Rata-rata dan Rumus-rumus
Lintas Ekivalen
.. ..
Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) dan CBR.
Perencanaan Drainase .
5.2.1. Maksud dan Tujuan
...
5.2.1.1 Maksud
...
5.2.1.2 Tujuan
...
5.2.2. Ruang Lingkup Pekerjaan
..
5.2.3. Pengertian
5.2.4. Persyaratan-persyaratan
..
5.2.5. Ketentuan-ketentuan
...
5.2.5.1 Umum
...
5.2.5.2 Saluran Samping Jalan
.....
5.2.6. Gorong-gorong Pembuang Air ..
5.2.7. Menentukan Debit Aliran
..
5.2.8. Penampang Basah Saluran dan Gorong-gorong ....
5.2.9. Tinggi Jagaan Saluran
5.2.10. Kemiringan Saluran dan Gorong-gorong
.
5.2.11. Kemiringan Tanah
V-6
V-6
V-6
V-7
V-7
V-8
V-8
V-9
V-10
V-10
V-12
V-12
V-14
V-16
V-17
V-17
V-18
V-18
V-19
V-20
V-20
V-21
V-22
V-23
V-24
V-25
V-26
V-27
V-28
V-32
V-32
V-33
V-35
V-35
V-35
V-35
V-35
V-35
V-36
V-36
V-36
V-37
V-38
V-40
V-48
V-50
V-50
V-51
iii
5.3.
5.4.
5.5
5.6
Laporan Perencanaan
5.3.3.1 Fungsi
...
5.3.3.2 Pemasangan Pipa Distribusi
.....
5.3.3.3 Pekerjaan Galian
. .....
5.3.4. Pekerjaan Pengurugan.
5.3.5. Pekerjaan pemasangan pipa.
..
5.3.6. Testing Pekerjaan Pipa
5.3.7. Pekerjaan Penggelontoran atau Flushing ..
5.3.8. Lapisan pelindungan pipa
5.6.1 Umum
5.6.4 Perancangan .
5.6.4.1 Umum .
5.6.4.2 Karakteristik Suplai
..
5.6.4.3 Macam Kebutuhan Listrik
.
5.6.4.4 Suplai Darurat
5.6.4.5 Kondisi Lingkungan
...
5.6.5 Pemasangan Kabel Bawah Tanah
..
5.6.5.1 Umum .
5.6.5.2 Persilangan dan Pendekatan Kabel Tanah Dengan
Kabel Tanah Instalasi Telekomunikasi ....
5.6.5.3 Persilangan dan Pendekatan Kabel Tanah Dengan
Jalan Kereta Api dan Jalan Raya
....
5.6.5.4 Persilangan dan Pendekatan Kabel Tanah Dengan
Saluran Air dan Bangunan Pengairan ....
5.6.5.5 Pendekatan Kabel Tanah Dengan
Instalasi Listrik Diatas Tanah ....
5.6.5.6 Kabel Tanah yang Keluar dari Tanah
....
V-52
V-52
V-52
V-53
V-53
V-54
V-54
V-55
V-56
V-60
V-60
V-60
V-61
V-61
V-62
V-62
V-63
V-65
V-69
V-69
V-69
V-69
V-74
V-76
V-78
V-78
V-80
V-81
V-83
V-85
V-85
V-85
V-87
V-89
V-89
V-90
V-90
V-90
V-90
V-91
V-91
V-92
V-93
V-94
V-95
V-95
iv
BAB
5.7
5.8
VI
6.1.
ANALISA PERHITUNGAN
Analisa Perhitungan Struktur Jalan
6.1.1. Data Yang Diperlukan
6.1.2. Standar Perencanaan
6.1.3. Penggunaan Nomogram.
6.1.4. Pelaksanaan
6.1.5. Bagan Alir Perencanaan Teknis Jalan ...
6.1.6. Flowchart Perencanaan Perkerasan Jalan Baru.
6.1.7. Data-data Teknis Perencanaan
6.1.8. Analisa Perhitungan Perencanaan Jalan Baru.
Analisa Perhitungan Drainase.
6.2.1. Tahapan Perhitungan..
6.2.1.1. Perhitungan Hidrologi dan Debit aliran (Q)..
6.2.1.2. Perhitungan dimensi saluran dan
bangunan pelengkap..
6.2.2. Bagan Alir Perhitungan..
6.2.3. Perhitungan Hidrologi dan Dimensi Saluran.
6.2.4. Perhitungan Volume Pekerjaan.
Analisa Perhitungan Air Bersih .
6.3.1. Proyeksi Jumlah Penduduk dan
Pengembangan Sistim Sarana Air Bersih..
6.3.2. Rencana Pengembangan Sistim Air Bersih Pedesaan...
Analisa Perhitungan Air Kotor
6.4.1. Jamban Umum
6.4.1.1. Bangunan Atas..
6.4.1.2. Bangunan Bawah..
6.4.1.3. Bidang Resapan
Analisa Perhitungan Persampahan.
Analisa Perhitungan Kelistrikan.
Analisa Perhitungan Telepon .
Analisa Perencanaan Lansekap Desa .
6.8.1. Rencana Pemilihan Lansekap
6.8.2. Rencana Lansekap..
6.2.
6.3.
6.4.
6.5.
6.6.
6.7.
6.8.
BAB
Laporan Perencanaan
VII
PENUTUP
7.1
7.2
Kesimpulan
Saran-saran
V-96
V-97
V-97
V-97
V-98
VI-1
VI-1
VI-1
VI-3
VI-4
VI-6
VI-7
VI-9
VI-9
VI-10
VI-10
VI-10
VI-11
VI-13
VI-15
VI-15
VI-16
VI-19
VI-20
VI-23
VI-23
VI-23
VI-25
VI-25
VI-26
VI-28
VI-29
VI-31
VI-31
VI-33
VII-1
VII-1
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Laporan Perencanaan
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 5.1.1.
Tabel 5.1.2.
Tabel 5.1.3.
Tabel 5.1.4.
Tabel 5.1.5.
Tabel 5.1.6.
Tabel 5.1.7.
Tabel 5.1.8.
Tabel 5.1.9.
Koefisien Distribusi
V-8
V-8
V-9
V-12
V-13
V-13
V-14
V-16
V-17
Tabel 5.2.1.
Tabel 5.2.2.
V-37
Tabel 5.2.3.
Tabel 5.2.4.
Tabel 5.2.5.
Tabel 5.2.6.
Tabel 5.2.7.
Tabel 5.2.8.
Tabel 5.2.9.
Tabel 5.3.1.
Tabel 5.3.2.
Tabel 5.3.3.
Tabel 5.3.4.
V-37
V-38
V-41
V-42
V-43
V-45
V-46
V-48
V-54
V-57
V-58
Tabel 5.3.6.
Tabel 5.3.7.
Tabel 5.3.8.
Tabel 5.3.9.
Tabel 5.4.1.
Tabel 5.4.2.
Tabel 5.4.3.
Tabel 5.4.4.
V-74
V-76
V-77
V-77
Tabel 5.5.1.
Tabel 5.5.2.
V-80
V-83
Tabel 5.3.5.
V-59
V-59
V-60
V-60
V-61
V-63
vi
Tabel 6.1.1.
Tabel 6.2.1.
Tabel 6.2.2.
Tabel 6.2.3
Tabel 6.2.4.
Tabel 6.2.5.
Tabel 6.2.6
Tabel 6.2.7.
Tabel 6.2.8.
Tabel 6.2.9.
Tabel 6.2.10.
Laporan Perencanaan
VI-#
VI-#
VI-#
VI-#
VI-#
VI-#
VI-#
VI-#
VI-#
VI-#
VI-#
vii
Laporan Perencanaan
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1.
III-2
Gambar 5.1.
Potongan Melintang Jalan
III-2
V-6
V-11
Gambar 5.2.1.
Gambar 5.2.2.
Gambar 5.2.3.
Gambar 5.2.4.
Gambar 5.2.5.
Gambar 5.2.6.
Pematah Arus ..
Bagian Gorong-gorong
V-36
V-38
V-39
V-40
V-44
V-51
Gambar 5.5.1.
Gambar 5.5.2.
Gambar 5.5.3.
Gambar 5.5.4.
Gambar 5.5.5.
Gambar 5.5.6.
Gambar 5.5.7.
V-78
V-79
V-81
V-81
V-82
V-83
V-83
VI-#
viii
Laporan Perencanaan
Bab I
Pendahuluan
1.1.
Latar Belakang
Bencana Gempa Bumi dan Gelombang Tsunami yang terjadi pada tanggal 26 Desember
2004, telah menyebabkan beberapa wilayah Kota/Kabupaten di Provinsi NAD telah
mengalami kerusakan berat yang diakibatkan oleh bencana tersebut. Kerusakan berat ini
terjadi hampir di seluruh sektor kegiatan perkotaan, pedesaan termasuk sarana dan
prasarana (infrastruktur) di tempat tersebut. Untuk mempercepat/menanggulangi kesulitan
masyarakat dalam mendapatkan pelayanan dari sarana dan prasarana yang hancur maka
Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Propinsi Aceh-Nias telah membuat program
kegiatan guna mempercepat pemulihan atau merehabilitasi dan merekonstruksi kembali
sarana dan prasarana yang hancur tersebut.
Untuk merealisasikan percepatan pemulihan kondisi pedesaan tersebut, diperlukan adanya
tahapan-tahapan yang jelas dari Tahapan awal dengan perencanaan masterplannya sampai
dengan pelaksanaan fisiknya.
Untuk mendukung tahapan tersebut diperlukan adanya tindak lanjut melalui rencana Detail
Engineering Design (DED) yang sifatnya mendesak. Dengan penyusunan DED ini
diharapkan dapat menjadi pedoman dalam pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi sarana
dan prasarana yang hancur, sehingga masyarakat pedesaan tersebut dapat menikmati
kembali dan beraktifitas seperti semula.
1.2.
I-1
Laporan Perencanaan
Adapun Tujuannya adalah mempercepat pemulihan kawasan pedesaan akibat gempa bumi
dan tsunami agar kondisi desa dapat berfungsi kembali seperti sedia kala dan memacu
terciptanya desa yang lebih baik dan lebih aman dari sebelumnya.
1.3.
Sasaran
Sasaran dari pekerjaan ini adalah tersusunnya suatu dokumen Detail Engineering Design
(DED) Infrastruktur Desa untuk Jalan, Drainase, Air Bersih, Air Kotor, Persampahan,
Listrik, Telepon dan Lansekap sebagai pedoman pelaksanaan pekerjaan fisik di lapangan.
1.4.
Lingkup Pekerjaan
Lingkup Pekerjaan Penyusunan DED Infrastruktur Desa ini meliputi 32 Lokasi desa yang
termasuk dalam penyusunan DED ini yang tersebar di beberapa kecamatan dan berada di 3
Daerah Tingkat II yaitu Kota Banda Aceh , Kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten Aceh
Jaya.
Adapun tahapan pekerjaan adalah sebagai berikut :
i)
Survey Teknis
I-2
Laporan Perencanaan
Setelah program kegiatan berupa usulan kegiatan tersusun, maka tindak lanjut dari usulan
program kegiatan tersebut di sempurnakan oleh Konsultan untuk dibuat Detail Engineering
Design (DED). Dari DED itulah yang nantinya digunakan sebagai pedoman pelaksanaan
teknis dalam kegiatan fisik/konstruksi.
1.6.
Sumber Dana
Sumber dana kegiatan penyusunan Detail Engineering Design (DED) Infrastruktur Desa di
Propinsi NAD ini berasal dari APBN - P tahun 2006 yang dikoordinasikan dibawah Satuan
Kerja (Satker) Perencanaan Umum, Perencanaan Teknis dan Manajemen Rantai
Pengadaan, Bappeda Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
I-3
Laporan Perencanaan
BAB II
KONDISI EKSISTING
2.1. Jaringan Jalan
Jalan utama yang ada di Desa Gampong Baro merupakan jalan kolektor dengan lebar 4-5 m
yang menghubungkan Desa Gampong Baro dengan desa-desa sekitar serta merupakan akses
utama desa dari jalan arteri.
Jalan lingkungan yang berada di dalam desa memiliki lebar 3 m yang membentuk pola
jaringan internal pergerakan Desa Gampong Baro. Jalan lorong yang berada pada area
permukiman memiliki lebar 2 -3 m.
Sebelum terjadi bencana konstruksi perkerasan jalan kolektor menggunakan konstruksi
perkerasan aspal (penetrasi makadam). Setelah bencana mengalami kerusakan, dimana
konstruksi lapis perkerasannya terkelupas dan kontruksi pondasi jalannya terangkat
.Sedangkan jalan lingkungan dan jalan lorong masih berupa jalan tanah.
Tabel Kondisi Eksisting Jaringan Jalan Gampong Baro
No
Nama Jalan
Klasifik
asi
Leba
r
(m)
RO
W
(m)
Konstru
ksi
Kondisi Pasca
Tsunami
Jalan A
Utama
Aspal
Rusak
Jalan B, G, H, I, N
Tanah
Rusak sedang
Jalan C, D, E, F
Lokal
Lingkun
gan
Tanah
Rusak sedang
Jalan J, K, L
Lorong
Tanah
Rusak sedang
Tanah
Rusak
Tanah
Rusak sedang
Tanah
Rusak sedang
Dusun Melinteng
5
Jalan A
Jalan B
Utama
Lingkun
gan
Jalan C
Lokal
2.2. Drainase
Sistem drainase yang ada di Gampong Baro menggunakan sistem gravitasi, dimana pola
pengaliran air hujan dan air limbah (buangan) rumah tangga dari area tangkapan dialirkan
secara gravitasi ke tempat yang lebih rendah menuju ke saluran pembuang primer desa yang
ada di sekitar kawasan menuju ke areal persawahan. Jaringan drainase yang ada di Gampong
Baro berupa saluran sekunder di sisi jalan dengan lebar 0,5 m dengan konstruksi batu kali
yang berfungsi sebagai pengumpul air dari blok-blok kawasan untuk dialirkan menuju ke
II - 1
Laporan Perencanaan
sungai dan areal persawahan. Setelah terjadi bencana kondisi konstruksi saluran drainase
mengalami kerusakan dan tertimbun lumpur.
2.3. Air Bersih
Sumber air bersih berasal dari sumur dangkal. Sebelum bencana kualitas air sumur masih
cukup baik. Oleh karena itu dapat digunakan sebagai sumber air minum dan kegiatan yang
membutuhkan air bersih lainnya. Setelah bencana kualitas air sumur mengalami penurunan,
yaitu air berasa asin.
2.4. Persampahan
Sampah di Gampong Baro berasal dari masing-masing rumah penduduk dan kantor atau
fasilitas umum. Sampah ini berupa sampah domestik yang bersifat organik dan mudah
membusuk. Baik sebelum maupun setelah bencana penanganan sampah tiap rumah dibuang
sendiri dengan ditimbun dan dibakar di halaman atau tanah kosong.
2.5. Air Limbah
Sarana sanitasi warga selama ini sudah menggunakan jamban umum dengan tangki septic
bantuan dari Oxfam, Jamban umum yang ada dibedakan antara pria dan wanita.
Kondisi eksisting sistem pembuangan air kotor Gampong Baro
Prasarana Pembuangan
Limbah
No
Jumlah (unit)
Kondisi Fisik
1.
2.
2.6. Listrik
Untuk infrastruktur listrik baik sebelum maupun sesudah bencana disediakan oleh PLN.
Sebelum tsunami jumlah rumah yang menggunakan fasilitas PLN mencapai 61 rumah tangga
(86%).
2.7. Telepon
Sebelum terjadi tsunami, kebutuhan telekomunikasi warga Gampong Baro dilayani oleh
jaringan telepon dari TELKOM. Jaringan kabel telepon dipasang dipinggir jalan menggunakan
tiang-tiang telepon.
Setelah terjadi tsunami kondisi jaringan telepon rusak dan terputus total.
II - 2
Laporan Perencanaan
Bab III
Survey Topografi
3.1.
Umum
Yang dimaksudkan Survey Topografi disini adalah kegiatan di lapangan berupa pekerjaan
pengukuran trace jalan dan saluran drainase pada lokasi pekerjaan yang meliputi
pengukuran poligon dan sipat datar di seluruh lokasi pekerjaan. Adapun tujuannya adalah
untuk mendapatkan gambaran umum secara lengkap tentang kondisi lapangan baik kondisi
prasarana maupun teffrainnya.
Data topografi yang tersedia untuk lokasi rencana didapatkan dari peta masterplan hasil
perencanaan Desa (Village Planning).
Pekerjaan survey topografi ini meliputi pekerjaan pemasangan Benchmark (BM) sebagai
titik tetap, pengukuran titik kontrol vertikal dan horisontal, pembuatan tampang
memanjang dan melintang jalan dan saluran.
3.2.
3.3.
III - 1
Laporan Perencanaan
3.5.
Potongan Melintang
Pembuatan potongan melintang jalan dan drainase dilakukan lebih utama untuk keperluan
perencanaan. Potongan melintang dilakukan tiap jarak 50 m dan untuk tikungan/belokan
tiap jarak 25 meter atau disesuaikan dengan kebutuhan.
Oleh karena itu data yang ditampilkan harus lengkap. Untuk potongan melintang jalan,
data yang ditampilkan adalah :
1. Elevasi as jalan
2. Elevasi tepi jalan
3. Elevasi dasar saluran tepi kiri
4. Elevasi dasar saluran tepi kanan
5. Jarak antar titik.
III - 2
3.6.
Laporan Perencanaan
Pengambaran
Penggambaran hasil pengukuran yang dilakukan adalah :
Pengambaran potongan memanjang jalan
Penggambaran Potongan melintang jalan skala 1 : 100
3.6.2.
III - 3
Laporan Perencanaan
BAB IV
REVIEW PERENCANAAN DESA
4.1. Jalan dan Transportasi
Dusun Melinteng (Non Relokasi)
Perbaikan jalan (Overlay) yang mengalami kerusakan dengan aspal penetrasi
Peningkatan jalan lokal dan peningkatan jalan lingkungan dari lapisan tanah/makadam
dengan aspal penetrasi.
Saluran tepi jalan, yang difungsikan juga sebagai saluran drainase kawasan.
Peningkatan jalan lokal dan peningkatan jalan lingkungan dari lapisan tanah/makadam
dengan aspal penetrasi.
IV-1
Laporan Perencanaan
Saluran tepi jalan, yang difungsikan juga sebagai saluran drainase kawasan.
4.2. Drainase
Dusun Melinteng (Non Relokasi)
Pembangunan saluran drainase
Pembangunan saluran baru di kanan kiri jalan lingkungan, dengan lebar 0,5 m.
Pembangunan saluran baru di kanan kiri jalan lokal, dengan lebar 0,5 m.
Jangka pendek
Sumber air minum desa Gampong Baro Relokasi untuk jangka pendek berasal dari
pembuatan sumur bor yang dialirkan ke kran umum, Kebutuhan air Desa Gampong Baro
Relokasi untuk jangka pendek sampai tahun 2007 adalah 7.710 l/hr
IV-2
Laporan Perencanaan
Jangka Panjang
Proyeksi kebutuhan air bersih warga Desa Gampong Baro Relokasi pada tahun 2016
adalah 0,59 l/dt untuk jangka panjang direncanakan adanya pembuatan sambungan
rumah sesuai dengan kemampuan dan keinginan warga setempat, dengan rencana
bangunan reservoir sebelum air didistribusikan ke warga dengan dimensi panjang 2 m,
lebar 2 m, tinggi 1 m dan free board 0,2 m.
Tahap awal bisa 1:50 dan ditingkatkan maksimum 20 orang pengguna untuk 1 jamban
Penggunaan jamban diatur oleh rumah-rumah tangga dan atau terpisahkan menurut jenis
kelamin
4.5. Persampahan
Dari proyeksi timbulan sampah dan pelayanan prasarana persampahan, maka program
pengelolaan persampahan sampai akhir tahun 2016 adalah:
Pengelolaan persampahan di Desa Gampong Baro non relokasi dan relokasi tidak
bergabung dalam sistem pengelolaan sampah kota karena lokasinya yang jauh dari pusat
kota.
Pengadaan 3 unit tong/bin sampah kapasitas 120 liter pada tahun 2006 dan meningkat
menjadi 4 buah pada tahun 2016.
TPS di Desa Gampong Baro non relokasi tidak berfungsi sebagai tempat penampungan
sampah sementara, tetapi berfungsi sebagai tempat pembakaran sampah.
4.6. Listrik
Jangka Pendek
IV-3
Laporan Perencanaan
Tingkat kebutuhan daya listrik masing-masing rumah diasumsikan 100 watt (3 titik
lampu @ 25 watt = cadangan)
Kebutuhan daya listrik = jumlah Sambungan rumah (224 x 100 watt = 22400 watt)
Jangka Panjang
Idealnya jaringan kabel listrik sistem jaringan distribusinya melalui jaringan bawah
tanah untuk menghindari kesan semrawut/tidak rapi dan pemasangan trafo pada setiap
jarak 50 s/d 100 m.
Kondisi jaringan direncanakan sedemikian rupa supaya teratur dan aman terutama di
pemukiman padat,
Lampu penerangan jalan ditempatkan pada beberapa ruas jalan, dimana ditempatkan
untuk tiang listrik dengan jarak diatur sedemikian dengan jalur lalu-lintas (jarak lampu
penerangan jalan tiap 20 m dan jarak lampu pedestrian tiap titik titik 10 m).
Penempatan jaringan direncanakan mengikuti jaringan jalan yang ada, dan ditanam di
bawah tanah, dengan pembagian klasifikasi dalam jaringan primer, sekunder dan
tersier.
7.7. Telepon
Untuk memenuhi kebutuhan telepon, jaringan yang melalui kawasan perencanaan agar
ditingkatkan baik jumlah maupun penyebarannya
Sambungan telepon didasarkan pada standar yang berlaku. Penyediaan sambungan telepon
melalui jaringan PT. TELKOM. Jaringan kabel telepon menggunakan jaringan kabel yang
ditanam dalam tanah mengikuti rute sisi jalan guna mencapai pelanggan.
Jaringan tanpa kabel yaitu telepon tetap tanpa kabel (fixed wireless) atau juga disebut telepon
seluler, menggunakan satu menara pemancar / BTS (Base Transceiver System) yang bisa
mencakup area seluas 30 Km
Tabel Rencana Penanganan Telepon
No
Pekerjaan
Jenis
Type
Ukuran
Ket
Memakai Jaringan
kabel
dibawah
Disesuaikan dengan
standar Telkom
IV-4
Laporan Perencanaan
tanah
2
Memakai jaringan
tanpa kabel (fixed
wireless)
Telepon
selular
CDMA
Disesuaikan operator
telepon yang masuk
IV-5
Laporan Perencanaan
Bab V
Kriteria Perencanaan
5.1.
Perencanaan Jalan
Jalan yang dimaksudkan dalam perencanaan ini adalah Jalan desa yaitu jalan yang dapat
dikategorikan sebagai jalan dengan fungsi lokal di daerah pedesaan. Artinya sebagai
penghubung antar desa atau ke lokasi pemasaran, sebagai penghubung antar hunian/
perumahan, juga sebagai penghubung desa ke pusat kegiatan yang lebih tinggi tingkatnya
(kecamatan).
Jalan Desa dibangun atau ditingkatkan untuk membangkitkan manfaat-manfaat untuk
masyarakat yang lebih tinggi tingkatnya seperti yang di bawah ini :
Mempermudah pengiriman hasil produksi ke pasar, baik yang di desa maupun yang
diluar dan,
Untuk pembuatan jalan desa dilakukan dengan meningkatkan jalan lama yang sudah ada.
Hal ini untuk menghindari banyaknya volume pekerjaan dan kesulitan pembebasan tanah.
Akan tetapi kadang-kadang tidak dapat dihindarkan untuk membuat jalan baru atau
peningkatan jalan setapak.
Yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jalan baru antara lain :
V- 1
5.1.1.
Laporan Perencanaan
V- 2
5.1.2.
5.1.2.1.
Laporan Perencanaan
5.1.2.2.
Umur Rencana (UR) adalah jumlah waktu dalam tahun dihitung sejak jalan tersebut
mulai dibuka sampai saat diperlukan perbaikan berat atau dianggap perlu untuk di beri
lapis permukaan yang baru.
5.1.2.3.
Indeks Permukaan (IP) adalah suatu angka yang dipergunakan untuk menyatakan
kerataan/kehalusan serta kekokohan permukaan jalan yang bertalian dengan tingkat
pelayanan bagi lalu lintas yang lewat.
5.1.2.4.
Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR) adalah jumlah rata-rata lalu lintas kendaraan
bermotor beroda 4 atau lebih yang dicatat selama 24 jam sehari untuk kedua jurusan.
5.1.2.5.
Angka Ekivalen (E) dari suatu beban sumbu kendaraan adalah angka yang menyatakan
perbandingan tingkat kerusakan yamg ditimbulkan oleh suatu lintasan beban sumbu
tunggal kendaraan terhadap tingkat kerusakaan yang ditimbulkan oleh suatu lintasan
beban standar sumbu tunggal seberat 8,16 ton (18.000 lb).
5.1.2.6.
Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) adalah jumlah lintasan ekivalen harian rata-rata dari
sumbu tunggal seberat 8,16 ton (18.000 lb) pada jalur yang diduga terjadi pada
permulaan umur rencana.
5.1.2.7.
Lintas Ekivalen Akhir (LEA) adalah jumlah lintas ekivalen harian rata-rata dari sumbu
tunggal seberat 8,16 ton (18.000 lb) pada jalur rencana yamg diduga terjadi pada akhir
umur rencana.
5.1.2.8.
Lintas Ekivalen Tengah (LET) adalah jumlah lintas ekivalen harian rata-rata dari sumbu
tunggal seberat 8,16 ton (18.000 lb) pada jalur rencana pada pertengahan umur rencana.
5.1.2.9.
Lintas Ekivalen Rencana (LER) adalah suatu besaran yang dipakai dalam penetapan
tebal perkerasan untuk menyatakan jumlah lintas ekivalen sumbu tunggal seberat 8,16
ton (18.000 lb) pada jalur rencana.
5.1.2.10. Tanah Dasar adalah permukaan tanah semula atau permukaan galian atau permukaan
tanah timbunan, yang dipadatkan dan merupakan permukaan dasar untuk perletakan
bagian-bagian perkerasan lainnya.
5.1.2.11. Lapis Pondasi Bawah adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis pondasi dan
tanah dasar.
5.1.2.12. Lapis Pondasi adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis permukaan dengan
lapis pondasi bawah (atau dengan tanah dasar bila tidak menggunakan lapis pondasi
bawah).
V- 3
Laporan Perencanaan
V- 4
Laporan Perencanaan
terdiri dari campuran agregat dan aspal dengan perbandingan tertentu dicampur dan
dipadatkan pada temperatur tertentu.
5.1.2.26. Lapis Tipis Aspal Beton (LATASTON) adalah lapis penutup yang terdiridari campuran
antara agregat bergradasi timpang, filler dan aspal keras dengan perbandingan tertentu
yang dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panaspada suhu tertentu. Tebal padat
antara 25 sampai 30 mm.
5.1.2.27. Lapis Tipis Aspal Pasir (LATASIR) adalah lapis penutup yang terdiri dari campuran
pasir dan aspal keras dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada
suhu tertentu.
5.1.2.28. Aspal Makadam adalah lapis perkerasan yang terdiri dari agregat pokok dan/atau agregat
pengunci bergradasi terbuka atau seragam yamg dicampur dengan aspal cair, diperam
dan dipadatkan secara dingin.
5.1.3.
Batas-Batas Penggunaan
Penentuan tebal perkerasan dengan cara yang akan diuraikan hanya berlaku untuk
konstruksi perkerasan yang menggunakan material berbutir (granular material, batu pecah)
dan tidak berlaku untuk konstruksi yang menggunakan batu-batu besar (cara Telford atau
Pak laag)
Cara-cara perhitungan jalan, selain yang diuraikan disini dapat juga digunakan, asal saja
dapat dipertanggung jawabkan berdasarkan hasil test oleh seorang ahli.
5.1.4.
Penggunaan
Petunjuk perencanaan ini dapat digunakan untuk :
-
Khusus untuk penentuan tebal perkuatan perkerasan jalan lama, penggunaan nomogram 1
sampai dengan 9 (lampiran 1) hanya dapat dipergunakan untuk cara Analisa Lendutan
dibahas dalam Manual Pemeriksaan Perkerasan Jalan dengan Alat Benkelman Beam
No.01/mn/b/1983.
Perkuatan perkerasan lama harus terlebih dahulu dilakukan untuk meneliti dan mempelajari
hasil-hasil laboratorium. Penilaian ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab perencana
sesuai dengan kondisi setempat dan pengalamannya.
V- 5
5.1.5.
Laporan Perencanaan
Perkerasan Jalan
Bagian Perkerasan Jalan umumnya meliputi : Lapis Pondasi Bawah (Sub Base Course),
Lapis Pondasi (Base Course) dan Lapis Permukaan (Surface Course).
la p is p e rm u k a an
D1
la p is p o n d a si
D2
la p is p o n d a si b aw a h
D3
V- 6
Laporan Perencanaan
V- 7
Laporan Perencanaan
Pemilihan bahan untuk lapis permukaan harus dipertimbangkan ketahanan kegunaan, umur
rencana serta pentahapan konstruksi, agar dicapai menfaat yang sebesar-besarnya dari
biaya yang dikeluarkan.
5.1.6.
Parameter Perencanaan
5.1.6.1.
Jumlah Jalur ( n )
L < 5,50 m
1 jalur
2 jalur
3 jalur
4 jalur
5 jalur
6 jalur
Koefisien distribusi kendaraan ( C ) untuk kendaraan ringan dan berat yang lewat
pada jalur rencana ditentukan menurut daftar dibawah ini :
Tabel 5.1.2. Koefisien Distribusi
Kendaraan Ringan *)
Jumlah Jalur
1 arah
2 arah
1 arah
2 arah
1 jalur
1,00
1,00
1,00
1,00
2 jalur
0,60
0,50
0,70
0,50
3 jalur
0,40
0,40
0,50
0,475
4 jalur
0,30
0,45
5 jalur
0,25
0,425
6 jalur
0,20
0,40
*)
berat total < 5 ton, misalnya : mobil penumpang, pick up, mobil hantaran.
**)
berat total 5 ton, misalnya : bus, truk, traktor, semi trailler, trailler.
V- 8
5.1.6.2.
Laporan Perencanaan
tunggal dalam kg
8160
ganda dalam kg
Angka ekivalen sumbu tunggal = 0,086
8160
Angka Ekivalen
Lb
Sumbu
Sumbu
Tunggal
Ganda
1000
2205
0,0002
2000
4409
0,0036
0,0003
3000
6614
0,0183
0,0016
4000
8818
0,0577
0,0050
5000
11023
0,1410
0,0121
6000
13228
0, 2923
0,0251
7000
15432
0, 5415
0,0466
8000
17637
0,9238
0,0794
8160
18000
1,0000
0,0860
9000
19841
1,4798
0,1273
10000
22046
2,2555
0,1940
11000
24251
3,3022
0,2840
12000
26455
4,6770
0,4022
13000
28660
6,4419
0,5540
14000
30864
8,6647
0,7542
15000
33069
11,4148
0,9820
16000
35276
14,7815
1,2712
V- 9
5.1.6.3.
Laporan Perencanaan
LEP = LHR j x C j x E j
j =1
LEA = LHR j (1 + i )
UR
j =1
xC j x E j
LEP + LEA
LET =
LER = LET x FP
Faktor Penyesuaian (FP) tersebut diatas ditentukan dengan rumus :
FP =
5.1.7.
UR
10
V - 10
Laporan Perencanaan
V - 11
Laporan Perencanaan
persyaratan
penggunaan
disesuaikan
dengan
Peraturan
Pelaksanaan
Pembangunan Jalan Raya edisi terakhir, maka pengaruh keadaan lapangan yang
menyangkut permeabilitas tanah dan perlengkapan drainase dapat dianggap sama. Dengan
demikian dalam penentuan tebal perkerasan ini, Faktor Regional hanya dipengaruhi oleh
bentuk alignemen (kelandaian dan tikungan), persentase kendaraan berat dan yang berhenti
serta iklim (curah hujan) sebagai berikut :
Tabel 5.1.4. Faktor Regional (FR)
Kelandaian I
( < 65% )
% kendaraan berat
30%
Kelandaian II
( 6 10 % )
% kendaraan berat
30%
> 30%
Kelandaian III
( > 10 % )
% kendaraan berat
30%
> 30%
Iklim I
0,5
1,0 1,5
1,0
1,5 2,0
1,5
2,0 2,5
< 900 mm/th
Iklim II
1,5
2,0 2,5
2,0
2,5 3,0
2,5
3,0 3,5
> 900 mm/th
Catatan : Pada bagian-bagian jalan tertentu, seperti persimpangan, pemberhentian
atau tikungan tajam (jari-jari 30 m) FR ditambah dengan 0,5. Pada daerah rawarawa FR ditambah dengan 1,0.
5.1.7.2. Indeks Permukaan (IP).
Indeks Permukaan ini menyatakan nilai daripada kerataan/kehalusan serta kekokohan
permukaan yang bertalian dengan tingkat pelayanan bagi lalulintas yang lewat. Adapun
beberapa nilai IP beserta artinya adalah seperti yang tersebut dibawah ini :
IP = 1,0 : adalah menyatakan permukaan jalan dalam keadaan rusak berat sehingga
Sangat menggangu lalu lintas kendaraan.
IP = 1,5 : adalah tingkat pelayanan terendah yg masih mungkin (jalan tidak terputus).
IP = 2,0 : adalah tingkat pelayanan rendah bagi jalan yang masih mantap.
IP = 2,5 : adalah menyatakan permukaa jalan masih cukup stabil dan baik.
V - 12
Laporan Perencanaan
Dalam menentukan indeks permukaan atau IP pada akhir umur rencana perlu
dipertimbangkan factor-faktor klasifikasi fungsional jalan dan jumlah lintas ekivalen
rencana (LER), menurut data dibawah ini :
Tabel 5.1.5. Indeks Permukaan Pada Akhir, Umur Rencana (IP)
LER = Lintas
Ekivalen
Rencana*)
< 10
10 100
100 1000
>1000
Klasifikasi Jalan
Lokal
Kolektor
Arteri
Tol
1,0 1,5
1,5
1,5 2,0
-
1,5
1,5 2,0
2,0
2,0 2,5
1,5 2,0
2,0
2,0 2,5
2,5
2,5
*) LER dalam satuan angka ekivalen 8,16 ton beban sumbu tunggal.
Catatan : Pada proyek-proyek penunjang jalan, JAPAT/Jalan Murah atau jalan darurat
maka IP dapat diambil 1,0
Dalam menentukan indeks permukaan pada awal umur rencana (IPo) perlu diperhatikan
jenis lapis permukaan jalan (kerataan/kehalusan serta kekokohan) pada awal umur rencana
menurut daftar dibawah ini :
Tabel 5.1.6. Indeks Permukaan Pada Awal Umur Rencana (IPo)
Jenis Lapis Perkerasan
IPo
LASTON
4
3,9 3,5
3,9 3,5
3,4 3,0
3,9 3,5
3,4 3,0
3,9 3,5
3,4 3,0
3,4 3,0
2,9 2,5
2,9 2,5
2,9 2,5
2,9 2,5
2,4
2,4
LASBUTAG
HRA
BURDA
BURTU
LAPEN
LATASBUM
BURAS
LATASIR
JALAN TANAH
KERIKIL
Roughness *)
(mm/km)
1000
> 1000
2000
> 2000
2000
> 2000
< 2000
< 2000
3000
> 3000
*) Alat pengukur Roughness yang dipakai adalah roughometer NAASRA, yang dipasang
pada kendaraan standar Datsun 1500 stasiun wagon, dengan kecepatan kendaraan 32
km/jam.
V - 13
Laporan Perencanaan
Gerakan sumbu belakang dalam arah vertikal dipindahkan pada alat roughometer melalui
kabel yang dipasang ditengah-tengah sumbu belakang kendaraan, yang selanjutnya
dipindahakan kepada counter melalui Flexible drive.
Setiap putaran counter adalah sama dengan 15,2 mm gerakan vertikal antara sumbu
belakang dan body kendaraan.
Alat pengukur Roughness tipe lain dapat digunakan dengan mengkalibrasikan hasil yang
diperoleh terhadap roughometer NAASRA.
5.1.7.3. Koefisien Kekuatan Relatif ( a )
Koefisien Kekuatan Relatif (a) masing-masing bahan dan kegunaannya sebagai lapis
permukaan, pondasi, pondasi bawah, ditentukan secara korelasi sesuai nilai Marshall Test
(untukbahan dengan aspal), kuat tekan (untuk bahan yang distabilisasi dengan semen atau
kapur), atau CBR (untuk bahan lapis pondasi bawah).
Jika alat Marshall Test tidak tersedia, maka kekuatan (stabilisasi) bahan beraspal bias
diukur dengan cara lain seperti Hveem Test, Hubbard Field dan Smith Triaxial.
Tabel 5.1.7. Koefisien Kekuatan Relatif (a)
Koefisie Kekuatan Relatif
a1
a2
a3
Kt
CBR
(kg)
(kg/cm)
(%)
Jenis Bahan
0,40
744
0,35
590
0,32
454
0,30
340
0,35
744
0,31
590
0,28
454
0,26
340
0,30
340
HRA
0,26
340
Aspal Macadam
0,25
Lapen (mekanis)
0,020
Lapen (manual)
Laston
Lasbutag
V - 14
Laporan Perencanaan
0,28
590
0,26
454
0,24
340
0,23
Lapen (mekanis)
0,19
Lapen (manual)
0,15
22
0,13
18
0,15
22
0,13
18
0,14
100
0,13
80
0,12
60
0,13
70
Sirtu/pitrun (kelas A)
0,12
50
Sirtu/pitrun (kelas B)
0,11
30
Sirtu/pitrun (kelas C)
0,10
20
Tanah/lempung
Laston Atas
kepasiran
Catatan :
Kuat tekan stabilisasi tanah dengan semen; diperiksa pada hari ke 7. Kuat
tekan stabilisasi tanah dengan kapur diperiksa pada hari ke 21.
V - 15
Laporan Perencanaan
Tebal
Bahan
Minimum (cm)
< 3,00
3,00 6,70
6,71 7,49
7,5
7,50 9 99
7,5
Lasbutag
10,00
Laston
2. Lapis Pondasi :
ITP
Tebal
Bahan
Minimum (cm)
< 3,00
15
3,00 7,49
20*)
7,50 9,99
10
Laston Atas
20
10 12,14
15
20
12,25
25
V - 16
5.1.8.
Laporan Perencanaan
Pelapisan Tambahan.
Untuk perhitungan pelapisan tambahan (overlay), kondisi perkerasan jalan lama (existing
pavement) dinilai sesuai daftar dibawah ini :
Tabel 5.1.9. Nilai Kondisi Perkerasan Jalan
1. Lapis Permukaan :
Umumnya tidak retak, hanya sedikit deformasi pada
jalur roda
Terlihat retak halus, sedikit deformasi pada jalur roda
Namun masih tetap stabil...
Retak sedang, beberapa deformasi pada jalur roda,
Pada dasarnya masih menunjukkan kestabilan..
Retak banyak, demikian juga deformasi pada jalur roda,
Menunjukkan gejala ketidak stabilan...
90 - 100 %
70 - 90 %
50 - 70 %
30 - 50 %
2. Lapis Pondasi :
a. Pondasi Aspal beton atau Penetrasi Macadam
Umumnya tidak retak, hanya sedikit deformasi pada
jalur roda .
Terlihat retak halus, sedikit deformasi pada jalur roda
Namun masih tetap stabil.
Retak sedang, beberapa deformasi pada jalur roda,
Pada dasarnya masih menunjukkan kestabilan
Retak banyak, demikian juga deformasi pada jalur roda,
Menunjukkan gejala ketidak stabilan...
b. Stabilisasi Tanah dengan Semen atau Kapur :
Indek Plastisitas (Plasticity Index = PI) 10 ..
c. Pondasi Macadam atau Batu Pecah :
Indek Plastisitas (Plasticity Index = PI) 6
80 100 %
90 100 %
70 100 %
5.1.9.
90 - 100 %
70 - 90 %
50 - 70 %
30 - 50 %
70 - 100 %
Konstruksi Bertahap.
Konstruksi bertahap digunakan pada keadaan tertentu, antara lain :
1. Keterbatasan biaya untuk pembuatan tebal perkerasan sesuai rencana (misalnya : 20
tahun). Perkerasan dapat direncanakan dalam dua tahap, misalnya tahap pertama untuk
5 tahun, dan tahap berikutnya untuk 15 tahun.
2. Kesulitan dalam memperkirakan perkembangan lalu lintas untuk jangka panjang
(misalnya : 20 sampai 25 tahun). Dengan adanya pentahapan, perkiraan lalu lintas
diharapkan tidak jauh meleset.
V - 17
Laporan Perencanaan
3. Kerusakan setempat (weak spot) selama tahap pertama dapat diperbaiki dan
direncanakan sesuai data lalu lintas yang ada.
5.1.10. Pertimbangan Drainase
Air adalah musuh jalan yang paling kuat. Jalan menjadi jelek jika badan jalan tidak cepat
kering sehabis hujan. Jalan menjadi terputus apabila air dibiarkan merintangi permukaan
jalan. Jalan menjadi rusak apabila air dibiarkan mengalir ditengah jalan. Jalan menjadi
bergelombang apabila pondasi jalan tidak kering.
Perbaikan masalah di atas cukup mahal dan sulit, tetapi masalah seperti ini dapat dihindari
apabila masalah drainase dipertimbangkan pada waktu pra survey. Di tempat tertentu, tidak
akan ada masalah drainase. Ditempat lain, jalan hamper pasti mengalami masalah berat.
Pertimbangan yang paling sederhana adalah sebagai berikut :
Jalan yang dapat mengikuti punggung bukit tidak akan
mengalami drainase, karena air tidak perlu melintang
jalan.
Jalan yang dibuat pada lereng bukit, terpaksa
harus ada galian dan timbunan tanah, selokan
pinggir
jalan,
talud,
gorong-gorong
dan
V - 18
Laporan Perencanaan
B U K IT
1 0 M e te r
Jari jari tikungan minimal 10 meter. Tikungan tajam dibuat dengan pelebaran perkerasan
dan kemiringan melintang miring ke dalam.
5.1.12. Tempat Persimpangan
Perkerasan yang hanya selebar tiga meter kurang lebar untuk dua kendaraan saling
melewati, maka harus disediakan tempat sebuah kendaraan dapat menunggu kendaraan
berjalan dari lain arah. Setiap tempat ini harus kelihatan dari tempat yang sebelumnya.
B U K IT
D a p a t d ilih a t
Tem pat 2
D a p a t d ilih a t
Tem pat 1
3 ,0 0 m
JA LA N
1 ,5 0
m in im a l
3
6
V - 19
Laporan Perencanaan
7
100
Panjang tidak dibatasi
Untuk meningkatkan penggunaan jalan serta keselamatan, pilih trase jalan supaya
tanjakkan tidak terlalu curam. Jika jalan menanjak terus, tanjakan maksimal dibatasi 7
%.
Pada bagian pendek, tanjakkan dibatasi 20 %. Setelah 150 meter, harus disediakan
bagian datar atau bagian menurun.
Apabila trase jalan belum memenuhi persyaratan ini, seharusnya dipindahkan supaya
trasenya lebih ringan.
20
100
Panjang maksimal 150 meter
V - 20
Laporan Perencanaan
P e rke ra sa n d ip e rle b a r p ad a
tiku n g a n , m e n ja d i 4 + m e ter
SALU R
AN DAR
I ATAS
AWAH
SALURAN KE B
T iku n g a n d ib u a t p a d a b ag ia n d ata r
u n tu k m e m p e rm u d a h p e rja la n a n
b a g i ya n g n a ik a ta u tu ru n
D a ta r
Pembangunan air dari saluran pinggir jalan supaya air tidak melintangi jalan dan
mengganggu kendaraan :
Saluran dari atas diteruskan lurus ke depan dan airnya dibuang jauh dari jalan.
Saluran pada jalan bagian bawah dimulai di luar bagian datar (sesudah tikungan).
U k u ra n M in im a l
4 ,0 0
3 ,0 0
0 ,5 0
1
K e m irin g a n 4 -5 %
S a lu ra n P in g g ir
Perkerasan dengan lebar 3 meter adalah perkerasan standar pada proyek ini. Tetapi dapat
dibuat perkerasan yang lebih sempit (2,50 m) jika kebutuhan tersebut hanya untuk
melewatkan kendaraan-kendaraan kecil, sedangkan kebutuhan panjang jalannya lebih
diutamakan.
V - 21
Laporan Perencanaan
Jika situasi mengijinkan, jalan dibuat dengan ukuran lebih besar daripada ukuran minimal.
Perkerasan dipasang selebar 4,00 meter untuk memudahkan arus lalu lintas dua arah. Bahu
jalan dibuat selebar 1,00 meter kiri kanan jalan, maka lebar badan jalan menjadi 6,00
meter.
Permukaan jalan dan bahu dibuat miring ke saluran pingir jalan. Di daerah yang relatif
datar, dibentuk seperti punggung sapi (lebih tinggi 6-8 cm di tengah; jika punggung sapi
kelihatan dengan mata telanjang berarti sudah cukup miring untuk drainase). Pada
tikungan, jalan dibuat miring ke dalam demi kenyamanan dan keselamatan. Pada jurang,
permukaan dibuat miring ke arah bukit dan saluran, demi keselamatan dan drainase.
Ukuran saluran dan perlindungan saluran akan dibahas pada Sub bab 5.3. Ukuran minimal
adalah 50 (dalam) x 30 (lebar dasar) dengan bentuk trapezium atau persegi panjang.
Saluran tidak diperlukan apabila terdapat kemiringan asli lebih dari 1% yang membawa air
ke arah luar dari jalan.
Disarankan kemiringan tebing 1:1 karena semakin landai tanah semakin stabil dan tanaman
tidak dapat tumbuh dengan baik pada tebing yang hampir vertikal. Tebing gundul perlu
dilindungi dengan salah satu cara efektif dan efesien, antara lain : pembuatan teras, saluran
diversi, penanaman rumput atau perdu, lapisan batu kosong, pemasangan batu, dan
bronjong kawat.
5.1.16. Bentuk Badan Jalan di Daerah Curam
Konstruksi jalan di daerah perbukitan perlu perhatian khusus untuk menjamin stabilitas,
untuk mengurangi longsor dan erosi, dan demi keselamatan.
1
1,5
4 m eter
m aksim al
1
2
4,00
1,50 m eter
m aksim al
1
2
V - 22
Laporan Perencanaan
0,50
1,50
Tanah+pasir
Batu kunci
0,015 minimal
Rumput
Kemiringan 4-5%
Pasir
0,05
minimal
As Jalan
V - 23
Laporan Perencanaan
Tanah asli di bawah permukaan (pondasi) dipadatkan oleh mesin gilas, stemper, atau
timbres dengan kemiringan yang direncanakan untuk permukaan.
Lapisan paling bawah adalah lapisan pasir yang menjadi alas batu, untuk memudahkan
pemasangan batu permukaan dengan rata dan rapi.
Batu harus dipasang dan ditanam dengan teliti supaya permukaan rata dan rapi. Batu harus
berdiri tegak lurus dengan as jalan (melintang), ujung yang lebih runcing ke atas (kalau
runcing kebawah, batu yang dibebani akan tembus lapisan pasir dasar ).Disisipkan batu
kecil sebagai pengunci pada permukaan.
Lapisan paling atas terdiri dari campuran pasir dengan tanah yang terpilih. Tanah liat tidak
boleh dipergunakan. Pasir laut tidak boleh digunakan sebagai pasir urug. Sebagai alternatif,
lapisan atas dapat dibuat dari sirtu atau krosok dengan tebalnya 2 cm.
Sebagai langkah terakhir, dipadatkan dengan mesin gilas roda besi sambil permukaan
disempurnakan.
Khusus untuk tikungan tajam, permukan dibuat miring ke dalam, dengan kemiringan
maksimal 10 %. Hal ini untuk membuat tingkat pelayanan jalan selalu sama baik di jalan
lurus maupun di tikungan. Perkerasan diperlebar 50 cm pada bagian dalam tikungan.
5.1.18. Bahu Jalan
Bahu jalan berfungsi sebagai pelindung permukaan jalan dan sebagai perantara aliran air
hujan yang ada dipermukaan jalan menuju saluran pinggir dengan lancar. Bahu jalan juga
berfungsi sebagai tempat pemberhentian sementara bagian kendaraan. Bahu jalan tidak
boleh dilupakan dalam pelaksanaan jalan desa.
Adapun persyaratan teknis untuk bahu jalan adalah sebagai berikut :
Bahu jalan dibuat di sebelah kiri dan sebelah kanan sepanjang jalan, dengan lebar
minimal 50 cm.
Bahu harus dibuat dengan kemiringan sedikit lebih miring dari pada kemiringan
permukaan jalan, biasanya 6 8 % (sama dengan turun 3-4 cm persetiap 50 cm lari),
demi kelancaran pembuangan air hujan.
Bahan untuk bahu sebaiknya terdiri dari tanah yang dapat ditembusi air, sehingga
pondasi jalan dapat dikeringkan melalui proses rembesan.
V - 24
Laporan Perencanaan
Tanah pada bahu harus dipadatkan (lihat penjelasannya dalam sub bab pemadatan
tanah)
Ada baiknya kalau rumput ditanam disebelah luar bahu, dimulai sekitar 20 cm dari
pinggir. Rumput tersebut akan membantu stabilisasi pinggir jalan, tetapi harus
dipangkas secara rutin supaya tidak terlalu tinggi.
Penanaman perdu atau pohon diharapkan diluar bahu (dan saluran, bila ada). Tanaman
tersebut akan membantu stabilitas timbunan baru, tetapi tidak boleh terlalu dekat
dengan jalan.
V - 25
Laporan Perencanaan
membentuk teras dan jenis tanah dapat dibentuk dengan stabil. Teras dibuat sejajar
dengan kontur ( hampir datar, dengan kemiringan maksimal 2 % ). Setiap 10 meter lari,
air diterjunkan dari saluran teras ke bawah, dan penerjunan harus diperkuat seperti
bangunan terjun yamg lain. Teras dibuat dengan lebar minimal 50 cm dan tinggi
maksimal 1,00 meter.
3. Talud pasangan batu relative kuat, tetapi relatif mahal. Pasangan batu harus diberikan
suling untuk membuang air tanah dari belakang tembok. Ujung suling haruis diberi
saringan kecil dari ijuk. Pasangan batu harus dibuat dengan pondasi yang tidak akan
bergerak, karena pasangan batu tidak fleksibel sama sekali. Ukuran bawah pasangan
batu harus disesuaikan dengan Standar Bina Marga, maka perlu nasehat teknis.
SALURAN DRAINASE
IJUK
SULING
JA LAN
V - 26
Laporan Perencanaan
4. Bronjong adalah cara yang kuat dan cukup fleksibel, tetapi relative mahal. Supaya
posisi bronjong stabil dan tidak lari, pancangan diberikan pada tingkat bronjong yang
paling bawah, dengan jarak setiap 1-1,5 m dan ukuran pancangan 12-15 cm.
Dipancang sampai lapisan tanah atau batu yang keras.
Bronjong dibuat lapis demi lapis dan disambung, tetapi setiap lapis (baris) harus
dibuat datar ( sama tingginya ).
Bronjong digunakan untuk menahan timbunan baru atau melindungi tebing dari arus
air. Ukuran bronjong harus sesuai dengan Standar Bina Marga, maka perlu nasehat
teknis.
V - 27
Laporan Perencanaan
Pada keadaan biasa, setiap saluran harus berukuran 50 cm (dalam) x 30 cm (lebar dasar)
seperti yang diatas, dengan bentuk trapezium (lebar atas 50 cm). Saluran dibuat lebih besar
apabila diperkirakan debit air yang harus dibuang sangat besar.
Saluran dibuat sejajar dengan jalan, dan dasar saluran harus dibuat dengan kemiringan
sangat rendah untuk mengendalikan kecepatan aliran. Kecepatan tinggi menyebabkan erosi
tanah, maka perlu terjunan atau pasangan apabila kecepatan aliran air terlalu cepat. Tidak
benar jika dasar saluran datar, karena air tidak akan mengalir sama sekali. Ketinggian dasar
saluran harus lebih rendah daripada lapisan pasir yang ada di bawah batu perkerasan, demi
kelancaran proses perembesan dan pengeringan.
Saluran yang peka erosi perlu dilindungi. Perlindungan terdiri dari penguatan talud dan
dasar saluran serta pemberian bangunan drop struktur. Tujuan perlindungan saluran adalah
untuk mengurangi erosi tanah pada saluran supaya saluran tetap berfungsi dan jalan tidak
terkikis. Jenis perlindungan terdiri dari rumput (gebalan), turab, batu kosong, atau
pasangan. Bronjong dapat digunakan terutama pada tikungan di tanah yang sangat peka
erosi.
Jenis perlindungan dipilih setelah dipertimbangkan :
1. Kemiringan saluran dan kecepatan air
2. jenis tanah (harus yang peka erosi)
3. perubahan arah pengaliran pada belokan
4. debit air
5.1.22. Gorong-Gorong
Gorong-gorong adalah jenis bangunan yang berfungsi untuk mengalirkan air yang harus
melewati di bawah permukaan jalan.
Gorong-gorong diperlukan jika :
o
V - 28
Laporan Perencanaan
Kapasitas saluran pinggir kurang mengalirkan volume air yang diperkirakan, dan
air harus melewati jalan untuk dibuang.
JALAN
Di daerah perbukitan, setiap tempat terendah pada profil jalan. Kebutuhan ini dapat
dilihat pada gambar di bawah ini:
Gorong gorong
J AL A N
Garis Aliran
Badan Jalan
V - 29
Laporan Perencanaan
2. Plat beton yang dibuat dengan pondasi dari pasangan batu dan lantai dari beton
bertulang, berukuran sisi layak di mana buis beton tidak ditanam cukup dalam.
3. Boog duiker, yang dibuat dari batu belah dan berukuran 40 s.d 60 cm.
4. Gorong-gorong kayu, dengan dimensi lebar minimal 0,60 m, lebar maksimal 1,00
m, dan tinggi minimal 0,60 m (untuk pemeliharaan).
Gorong-gorong buis beton, boog duiker, atau kayu harus ditanam supaya ada lapisan tanah
diatasnya minimal 30 cm atau setengah ukuran garis tengahnya, seperti gambar di bawah
ini :
ARUS LALU LINTAS
BUIS BETON
Keterangan gambar :
-
Jarak antara buis beton dan batu minimal setengah ukuran buis beton
Lapisan tanah yang dipadatkan lapis demi lapis. Tanah ini tidak boleh mengandung
batu.
V - 30
Laporan Perencanaan
a. Luas lahan yang dapat dikeringkan gorong-gorong buis beton dan plat beton
diperkirakan sebagai berikut :
Luas lahan yang dapat dikeringkan di daerah pegunungan (kemiringan di atas 12 %) :
Buis beton :
40 cm - 0,5 ha
50
- 1,0
50
- 1,5
80
- 3,5
100
- 7,5
Plat beton :
60 X 60 cm - 2,5 ha
60 X 75 cm - 3,0 ha
75 X 75 cm - 4,5 ha
75 X 100 cm - 6,5 ha
100 X 100 cm - 7,5 ha
Plat beton :
60 X 60 cm - 6 ha
60 X 75 cm - 8 ha
75 X 75 cm - 11 ha
75 X 100 cm - 16 ha
100 X 100 cm - 23 ha
Luas lahan yang dapat dikeringkan di daerah datar (kemiringan dibawah 5 %):
Buis beton :
40 cm - 5,0 ha
50
- 9,5
60
- 15
80
- 33
100
- 60
Plat beton :
60 X 60 cm - 21 ha
60 X 75 cm - 28 ha
75 X 75 cm - 38 ha
75 X 100 cm - 56 ha
100 X 100 cm - 82 ha
b. Luas lahan yang dapat dikeringkan gorong-gorong boog duiker dan kayu
diperkirakan sebagai berikut :
Luas lahan yang dapat dikeringkan di daerah pegunungan (kemiringan diatas 12 %):
Boog duiker
40 cm - 0,5 ha
50 cm - 2,0 ha
60 cm - 3,5 ha
60
60
75
75
Kayu
X 60 cm - 2,5 ha
X 75 cm - 3,0 ha
X 75 cm - 4,5 ha
X 100 cm - 6,5 ha
V - 31
Laporan Perencanaan
60
60
75
75
Kayu
X 60 cm - 6 ha
X 75 cm - 8 ha
X 75 cm - 11 ha
X 100 cm - 16 ha
Luas lahan yang dapat dikeringkan di daerah datar (kemiringan dibawah 5 %):
Boog duiker
40 cm - 7,0 ha
50
- 20
60
- 32
60
60
75
75
Kayu
X 60 cm - 21 ha
X 75 cm - 28 ha
X 75 cm - 38 ha
X 100 cm - 56 ha
V - 32
Laporan Perencanaan
3. Memperbaiki tanah yang ada, barangkali dengan perlakuan mekanis (pemadatan) atau
perlakuan stabilisasi.
Ternyata dengan menambah sedikit bahan tertentu pada tanah asli, sifat tanah tersebut
dapat diperbaiki. Perlakuan tersebut sudah lama dipakai, dengan nama stabilisasi. Teknik
stabilisasi dengan semen atau kapur (hidrasi) dapat digunakan bila dinilai alternative
tersebut merupakan yang terbaik. Hal ini dapat dipertimbangkan terutama untuk lokasi
yang tidak mempunyai bahan yang layak untuk subgrade.
Tiap jenis tanah dapat diperbaiki dengan bahan tambahan seperti semen, kapur, bahan
kimia (polymer) atau bitumen, dan masing-masing mempunyai zona efesiensi yang
berbeda :
PASIR
KASAR
PASIR
HALUS
LANAU
KASAR
LANAU
HALUS
LEMPUNG LEMPUNG
KASAR
HALUS
KAPUR
SEMEN
BITUMEN
POLYMER
Stabilisasi tidak berlaku untuk tanah dengan kadar organik tinggi. Untuk menentukan
jumlah semen atau kapur yang dibutuhkan untuk memperbaiki struktur tanah, perlu
diadakan ujian tanah di laboratorium. Kadar air di lapangan juga harus dikendalikan
dengan ketat, berdasarkan kadar air optimal menurut hasil loboratorium. Hasil stabilisasi
ditutup plastik untuk menjaga tingkat kelembaban dan ditutup untuk lalu lintas selama satu
minggu.
Untuk mendapatkan peningkatan struktur yang baik, hasil stabilisasi harus segera
dipadatkan dengan mesin. Batas waktu adalah 2 jam untuk semen, 1 hari untuk kapur
(tetapi lebih baik 6 jam). Tebal lapisan stabilisasi adalah antara 15 s.d. 25 cm.
5.1.25. Pembangunan Jalan di Daerah Rawa
Jalan sulit dibangun secara padat karya di daerah rawa, tetapi terdapat beberapa teknologi
yang dapat diterapkan untuk jalan setapak dan jalan lokal. Terdapat pula tempat yang
memerlukan teknologi pembangunan jalan di daerah tanah lembek untuk bagian pendek,
misalnya hanya 100 meter dari jalan 2.500 meter.
V - 33
Laporan Perencanaan
Standar teknis untuk pembangunan jalan dan jembatan di daerah rawa dari dua buku
manual, yaitu manual pembangunan jalan dari Integrated Swamp Development Project
dan buku Teknologi Tepat Guna untuk Pembukaan Lahan Rawa di Kalimantan Tengah,
hasil produksi Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum.
Cara membangun jalan di daerah rawa biasanya menyangkut penggantian material dengan
volume yang cukup besar, kemudian dipasang perlakuan untuk meningkatkan daya tahan
tanah dasar.
Untuk rawa harus dibatasi pilihan teknologi, karena sebagian dari teknologi yang diusulkan
terlalu mahal untuk diterapkan dengan biaya porsi padat karya sangat minimal. Misalnya,
penggunaan Geotextile yang sangat baik untuk daerah rawa ternyata terlalu mahal dan
relative sulit dicari.
Teknologi yang dianjurkan termasuk penggantian dari lapisan atas agar tanah yang sangat
lembek diganti dengan yang lebih baik sebagai subbase. Kemudian dipasang matras galar
kayu, terucuk kayu, terucuk dengan papan atas (jamur kayu), atau yang lain, dengan
memperhatikan ketinggian air minimum agar kayu selalu dalam keadaan terendam.
Kemudian untuk lapisan atas dan perkerasan dibuat seperti biasa, dengan memperhatikan
ketinggian air maksimum agar base tidak terkena air tanah.
Timbunan di daerah rawa boleh terdiri atas timbunan tanah biasa atau timbunan terpilih.
Timbunan biasa tidak termasuk tanah lempung dengan plastisasi tinggi, tidak termasuk
bahan organic, dan mempunyai CBR di atas 6%. Tanah terpilih CBR di atas 10% dan PI di
atas 6%, dan dapat dipadatkan dengan baik.
Pekerjaan jalan di daerah rawa ini juga termasuk kegiatan drainase sementara di tempat
kerja, serta pembuatan saluran diversi. Teknologi lain yang dapat dimanfaatkan yaitu Tiang
Turap Kayu, atau Stabilisasi dengan terucuk.
V - 34
5.2.
Laporan Perencanaan
Drainase
5.2.1.
5.2.1.1.
Maksud
Tata cara perhitungan ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam
merencanakan struktur drainase permukaan jalan. Adapun yang dimaksud dengan
saluran drainase disini adalah :
a.
b.
Kedua jenis saluran tersebut merupakan satu sistim pembuangan yang saling terkait.
5.2.1.2.
Tujuan
Tujuan tata cara ini adalah untuk mendapatkan keseragaman dalam cara merencanakan
drainase permukaan jalan yang sesuai dengan persyaratan teknis.
5.2.2.
Ruang Lingkup
Tata cara ini meliputi persyaratan-persyaratan, kemiringan melintang perkerasan dan
bahu jalan serta dimensi, kemiringan, jenis bahan, tipe saluran samping jalan dan goronggorong.
5.2.3.
Pengertian
Yang dimaksud dengan :
1) Drainase permukaan adalah sistim drainase yang berkaitan dengan pengendalian
air permukaan;
2) Intensitas hujan ( I ) adalah besarnya curah hujan maksimum yamg akan
diperhitungkan dalam desain drainase;
3) Waktu konsentrasi ( Tc ) adalah waktu yang diperlukan oleh butiran air untuk
bergerak dari titik terjauh pada daerah pengaliran sampai ke titik pembuangan;
4) Debit ( Q ) adalah volume air yang mengalir melewati suatu penampang melintang
saluran atau jalur air persatuan waktu;
V - 35
Laporan Perencanaan
Pesyaratan-persyaratan
Hal yang disyaratkan dalam perencanaan sistem drainase, adalah sebagai berikut :
1) Perencanaan drainase harus sedemikian rupa sehingga fungsi fasilitas drainase
sebagai penampung, pembagi dan pembuang air dapat sepenuhnya berdaya guna;
2) Pemilihan dimensi dari fasilitas drainase harus mempertimbangkan faktor ekonomi
dan faktor keamanan;
3) Perencanaan drainase harus mempertimbangkan pula segi kemudahan dan nilai
ekonomis terhadap pemeliharaan sistem drainase tersebut;
4) Sebagai bagian sistem drainase yang lebih besar atau sungai-sungai pengumpul
drainase;
5) Perencanaan drainase ini tidak termasuk untuk sistem drainase areal, tetapi harus
diperhatikan dalam perencanaan terutama untuk air keluar.
5.2.5.
Ketentuan-Ketentuan
5.2.5.1.
Umum
Sistem drainase permukaan jalan terdiri dari : kemiringan melintang perkerasan dan bahu
jalan, saluran samping, gorong-gorong dan saluran penangkap (lihat gambar).
Saluran Penangkap
Perkerasan Jalan
Bahu Jalan
ib%
i%
i%
Bahu Jalan
ib%
Gorong - gorong
V - 36
5.2.5.2.
Laporan Perencanaan
Yang diizinkan
(m/detik)
Pasir Halus
0.45
Lempung kepasiran
0.50
Lanau aluvial
0.60
Kerikil halus
0.75
Lempung kokoh
0.75
Lempung padat
1.10
Kerikil kasar
1.20
Batu-batu besar
1.50
Pasangan batu
1.50
Beton
1.50
Beton bertulang
1.50
Jenis material
Tanah Asli
Kerikil
Pasangan
V - 37
Laporan Perencanaan
3) Pematah arus untuk mengurangi kecepatan aliran diperlukan bagi saluran samping
jalan yang panjang dan mempunyai kemiringan cukup besar, ( lihat gambar pematah
arus ).
i%
6%
6%
7%
9%
10 %
L(m)
16 m
10 m
8m
7m
6m
4) Tipe dan jenis bahan saluran samping didasarkan kondisi tanah dasar, kedudukan
muka air tanah dan kecepatan abrasi air
5) Penampang minimum saluran samping 0.5 m2.
5.2.6.
Pipa kanal air utama yang berfungsi untuk mengalirkan air dari bagian hulu
ke bagian hilir secara langsung.
V - 38
Laporan Perencanaan
Tembok kepala yang menopang ujung dan lereng jalan ; tembok penahan
yang dipasang bersudut dengan tembok kepala, untuk menahan bahu dan
kemiringan jalan.
Apron ( dasar ) dibuat pada tempat masuk untuk mencegah terjadinya erosi
dan dapat berfungsi sebagai dinding penyekat lumpur ; bentuk goronggorong tergantung pada tempat yang ada dan tingginya timbunan.
Tembok Kepala
0.5 - 2 %
A pron ( dasar )
Bak penampung
: 25 tahun
- Jalan arteri
: 10 tahun
- Jalan lokal
: 5 tahun
V - 39
No
Tipe gorong-gorong
Laporan Perencanaan
Potongan melintang
Material yang
dipakai
Metal gelombang,
beton
bertulang
Metal gelombang
Gorong gorong
3
Beton bertulang
5.2.7.
V - 40
Laporan Perencanaan
SX
(YT Yn ) )
Sn
90%. X T
4
Keterangan :
XT =
SX =
standart deviasi
YT =
Yn =
Sn =
T (thn)
Yt
0.3665
1.4999
10
2.2502
25
3.1985
50
3.9019
100
4.6001
V - 41
Laporan Perencanaan
Yn
Yn
Yn
Yn
10
0.4592
33
0.5388
56
0.5508
79
0.5567
11
0.4996
34
0.5396
57
0.5511
80
0.5569
12
0.5053
35
0.5402
58
0.5518
81
0.5570
13
0.5070
36
0.5410
59
0.5518
82
0.5572
14
0.5100
37
0.5418
60
0.5521
83
0.5574
15
0.5128
38
0.5424
61
0.5524
84
0.5576
16
0.5157
39
0.5430
62
0.5527
85
0.5578
17
0.5181
40
0.5436
63
0.5530
86
0.5580
18
0.5202
41
0.5442
64
0.5533
87
0.5581
19
0.5220
42
0.5448
65
0.5535
88
0.5583
20
0.5236
43
0.5453
66
0.5538
89
0.5585
21
0.5252
44
0.5458
67
0.5540
90
0.5586
22
0.5268
45
0.5463
68
0.5543
91
0.5587
23
0.5283
46
0.5468
69
0.5545
92
0.5589
24
0.5296
47
0.5473
70
0.5548
93
0.5591
25
0.5309
48
0.5477
71
0.5550
94
0.5592
26
0.5320
49
0.5481
72
0.5552
95
0.5593
27
0.5332
50
0.5485
73
0.5555
96
0.5595
28
0.5343
51
0.5489
74
0.5557
97
0.5596
29
0.5353
52
0.5493
75
0.5559
98
0.5598
30
0.5362
53
0.5497
76
0.5561
99
0.5599
31
0.5371
54
0.5501
77
0.5563
100
0.5600
32
0.5380
55
0.5504
78
0.5565
V - 42
Laporan Perencanaan
Tabel 5.2.6. Hubungan Deviasi Standar (Sn) dengan Jumlah Data (n)
Sn
Sn
Sn
Sn
10
0.9496
33
1.1226
56
1.1696
79
1.1930
11
0.9676
34
1.1255
57
1.1708
80
1.1938
12
0.9933
35
1.1285
58
1.1721
81
1.1945
13
0.9971
36
1.1313
59
1.1734
82
1.1953
14
1.0095
37
1.1339
60
1.1747
83
1.1959
15
1.0206
38
1.1363
61
1.1759
84
1.1967
16
1.0316
39
1.1388
62
1.1770
85
1.1973
17
1.0411
40
1.1413
63
1.1782
86
1.1980
18
1.0493
41
1.1436
64
1.1793
87
1.1987
19
1.0565
42
1.1458
65
1.1803
88
1.1994
20
1.0628
43
1.1480
66
1.1814
89
1.2001
21
1.0696
44
1.1499
67
1.1824
90
1.2007
22
1.0754
45
1.1519
68
1.1834
91
1.2013
23
1.0811
46
1.1538
69
1.1844
92
1.2020
24
1.0864
47
1.1557
70
1.1854
93
1.2026
25
1.0915
48
1.1574
71
1.1863
94
1.2032
26
1.1961
49
1.1590
72
1.1873
95
1.2038
27
1.1004
50
1.1607
73
1.1881
96
1.2044
28
1.1047
51
1.1623
74
1.1890
97
1.2049
29
1.1086
52
1.1638
75
1.1898
98
1.2055
30
1.1124
53
1.1658
76
1.1906
99
1.2060
31
1.1159
54
1.1667
77
1.1915
100
1.2065
32
1.1193
55
1.1681
78
1.1923
e) Kurva basis.
Kurva Basis digunakan untuk menentukan kurva lamanya intensitas hujan, yang
dapat diturunkan dari kurva basis ( lengkung intensitas standart ) seperti contoh
pada gambar 5.2.5a. dan gambar 5.2.5b.
V - 43
Laporan Perencanaan
190
180
170
160
150
140
120
110
100
90
80
70
60
50
40
30
10
20
30
40
50
60
70
80
90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240
KURVA BASIS
190
180
170
160
150
140
120
110
100
90
I rencana
80
Lengkung basis
70
60
50
40
30
10
20
30
40
50
60
70
80
90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240
KURVA BASIS
V - 44
Laporan Perencanaan
t1 + t2
t1
( 2 / 3 x 3.28 x Lo.
t2
L
60V
nd 0,167
)
s
Keterangan :
TC
t1
t1
LO
= panjang saluran ( m )
nd
nd
0.013
0.020
0.10
0.20
0.40
6. Hutan gundul
0.60
0.80
2) Luas daerah pengaliran batas batasnya tergantung dari daerah pembebasan dan
derah sekelilingnya ditetapkan seperti pada gambar berikut.
V - 45
Laporan Perencanaan
CL
L1( m)
L2( m)
L3( m)
Keterangan :
L
L2
ditetapkan dari tepi perkerasan yang ada sampai tepi bahu jalan
L3
tergantung dari keadaan daerah setempat dan panjang maksimum 100 meter
Koefisien
Pengaliran ( C )*
0.70 - 0.95
0.40 - 0.70
0.40
0.10
0.70
0.60
0.70
0.60
0.60
0.40
0.40
0.20
0.45
0.70
0.75
0.65
0.20
0.85
0.75
0.95
0.70
0.90
0.60
0.60
0.40
0.60
0.80
0.90
Keterangan :
*)
Untuk daerah datar diambil nilai C yang terkecil dan untuk daerah lereng
diambil nilai C yang besar.
Bila daerah pengaliran terdiri dari beberapa tipe kondisi permukaan yang mempunyai
nilai C yang berbeda, harga C rata rata ditentukan dengan persamaan:
V - 46
C =
Laporan Perencanaan
Keterangan :
C1 ,C2 , C3 =
A1 ,A2 , A3 =
1
xC.I . A Keterangan :
3.6
Q =
C =
koefisien pengaliran
A =
m3/det
Dengan :
Qrt
Qab
V - 47
Qp = f x Qrt
Laporan Perencanaan
m3/det
Dengan :
Qp
Bahwa berdasarkan perhitungan dan pengalaman ternyata debit air kotor hasil
buangan dari rumah tangga nilainya relatif kecil dibandingkan dengan debit air yang
dihasilkan dari air hujan. Sehingga dalam perencanaan saluran drainase ini debit air
dari rumah tangga diabaikan.
5.2.8.
1
m
Ae
= (b + m.h) h
= b + 2h
R=
Ae
P
(1 + m 2 )
Kemiringan Talud
0.00 - 0.75
1 : 1
0.75 - 15
1 : 1.5
15 - 80
1 : 2
V - 48
Laporan Perencanaan
Keterangan :
b
= lebar saluran ( m )
Ae = b h
R=
Ae
P
P = b + 2h
Keterangan :
b
= lebar saluran ( m )
Ad =
Q
V
keterangan :
Ad
= Luas penampang ( m2 )
V - 49
Laporan Perencanaan
0.5h
w
h
1
m
b
5.2.10.
V=
( ) (i )
1
R
n
V .n
i = 2 / 3
R
2/3
1/ 2
V - 50
Laporan Perencanaan
Keterangan :
5.2.11.
= Keliling basah ( m )
Kemiringan Tanah
Kemiringan tanah di tempat dibuatnya fasilitas saluran gorong-gorong ditentukan dari
hasil pengukuran di lapangan, dihitung dengan rumus :
i%
t1 ( m )
t2 ( m )
L(m)
sta 1
i=
t1 t2
L
x 100%
Keterangan :
t1
t2
V - 51
5.3.
Laporan Perencanaan
untuk
Ruang Lingkup
Standar ini memuat tentang ketentuan yang berlaku dalam pemasangan pipa distribusi,
pemasangan alat ukur dan peralatan pelengkap yang digunakan pada pemasangan pipa.
5.3.2.
Pengertian
Yang Dimaksud dengan :
1. Pekerjaan galian adalah pekerjaan yang meliputi semua pemindahan bahan-bahan
dari dalam tanah, ataupun yang dijumpai termasuk rintangan alam yang terdapat dalam
pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan tersebut.
2. Pekerjaan pengurugan adalah pekerjaan perbaikan lapisan tanah galian yang
didapatkan setelah selesai pekerjaan pemasangan pipa.
3. Bahan pilihan adalah merupakan tanah hasil penggalian yang tidak mengandung
batuan atau bahan padat lainnya yang berukuran lebih besar dari 5 mm, mempunyai
gradasi yang baik dan tidak mengandung bahan organic seperti rumput, akar tanaman
atau bagian tumbuh-tumbuhan lainnya yang bersifat mengembang.
4. Pipa baja adalah pipa yang terbuat dari bahan baja.
5. Pipa PVC adalah pipa yang terbuat dari bahan polyvinyl chloride.
6. Pipa DCIP adalah pipa yang terbuat dari ductile cast iron.
7. Pipa GSP adalah pipa yang terbuat dari besi galvanis.
8. Pekerjaan Perbaikan adalah pekerjaan perbaikan kembali sarana yang dirusak ketika
dilakukan pekerjaan galian menjadi keadaan semula.
9. Jalan aspal adalah jalan yang lapisan atasnya adalah kerikil yang dipadatkan.
10. Jalan gravel adalah jalan yang lapisan atasnya adalah kerikil yang dipadatkan.
11. Jalan beton adalah jalan yang lapisan permukaan jalannya terbuat dari beton.
V - 52
Laporan Perencanaan
12. Trotoar adalah lokasi disisi jalan raya yang diperuntukkan bagi pejalan kaki.
13. Pengangkatan adalah pekerjaan pemindahan pipa dari lokasi penumpukan ke dalam
kendaraan pengangkut, maupun dari kendaraan pengangkut ke lokasi pemasangan
pipa.
14. Sambungan push-on adalah proses penyambungan pipa pada pipa dengan tekanan air
yang tinggi.
15. Test radiographic adalah tes yang dilakukan terhadap pipa yang penyambungannya
dengan pengelasan.
16. Defleksi adalah besar sudut pembelokan yang diizinkan pada pipa.
17. Sambungan mechanical joint adalah proses penyambungan pipa pada pipa yang tidak
mendapatkan tekanan tinggi.
18. Testing pekerjaan pipa adalah uji coba yang dilakukan pada pipa, setelah pipa yang
terpasang.
19. Pekerjaan penggelontoran adalah pekerjaan pembersihan pipa yang telah dipasang.
20. Pipa existing adalah pipa yang telah terpasang dan telah digunakan untuk distribusi air
minum.
21. Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampur pasir, kerikil, air dan semen
Portland atau bahan penguat hidrolis lain yang sejenis, dengan atau tanpa bahan
tambahan lainnya.
22. Bahan tambahan adalah bahan lain yang ditambahkan ke dalam pembuatan beton,
selain semen, pasir, kerikil dan air yang tidak memberi pengaruh yang kurang baik
pada beton.
23. Pengujian beton adalah proses yang dilakukan terhadap beton untuk mengetahui
kekuatan karakteristik beton.
24. Bekisting adalah cetakan beton.
25. Lantai kerja adalah lantai yang terbuat dari beton dan terletak paling bawah dari
lapisan struktur pondasi.
26. Pengelasan adalah merupakan proses penyambungan pipa dengan dilakukan
pemanasan dan penambahan bahan penyambungan.
5.3.3.
Ketentuan-ketentuan
5.3.3.1.
Fungsi
Standar ini berfungsi sebagai acuan dalam pelaksanaan dan pengawasan
pekerjaan pemasangan pipa distribusi, alat ukur dan peralatan perlengkapan yang
digunakan dalam pemasangan pipa air minum.
V - 53
5.3.3.2.
Laporan Perencanaan
5.3.3.3.
Pekerjaan Galian
Galian untuk jalur pipa harus merupakan galian terbuka dengan lebar galian
sedemikian rupa agar pipa dapat diletakkan dan dapat disambung dengan baik,
lebar galian yang dianjurkan dapat dilihat pada Tabel 5.3.1 :
Tabel 5.3.1. Lebar Galian Yang Dianjurkan
Diameter W = Lebar Galian
(mm)
(mm)
80
680
100
700
150
750
200
800
250
850
300
900
350
950
400
1050
450
1100
600
1200
700
1300
800
1400
900
1500
1000
1600
1200
1800
1400
2000
1500
2100
1600
2200
2000
2600
Minimum kedalaman pipa yang dianjurkan adalah :
1200 mm untuk pipa yang tertanam di sisi jalan dan di bawah permukaan
jalan;
V - 54
5.3.3.4.
Laporan Perencanaan
Pekerjaan Pengurugan.
1. Tambahan yang diperlukan adalah :
Bahan pilihan;
Pasir alam yang tersusun dari butiran halus sampai kasar, tidak
menggumpal, bebas dari kotoran, sampah, abu dan bahan-bahan organik
serta tidak boleh mengandung tanah liat dan lempung lebih dari 5% berat
seluruhnya dan tidak boleh ada butir-butir yang lebih besar dari 2 mm;
Kerikil alam mulai dari yang berbutiran halus sampai yang berbutiran
kasar dengan ukuran tidak lebih dari 3 cm, mempunyai kekerasan yang
cukup dan bergradasi kompak untuk memperoleh kepadatan yang cukup.
Pipa baja :
Ketebalan pengurugan kurang dari 20 cm dan dipadatkan dengan
kepadatan kering maksimum 95 persen.
Pipa-pipa PVC :
Pengurugan pada kedalaman 30 cm di atas puncak pipa PVC.
Pipa Baja :
Dari kedalaman 10 cm di atas pipa sampai permukaan dengan ketebalan
tidak melebihi 20 cm.
Pipa PVC
Diuruk dengan kedalamn 30 cm di atas pipa sampai ke permukaan;
V - 55
Laporan Perencanaan
b. Jalan gravel
Perbaikannya adalah 100 mm subgrade dan 100 mm bahan gravel
dengan gradasi lebih besar dari 10 dipadatkan sampai 95 persen
modified proctor;
c. Jalan beton
6. Trotoar beton
V - 56
Laporan Perencanaan
Penyambungan pipa PVC tidak boleh dipanaskan dan tidak boleh di cor
di dalam dinding beton;
c. Pipa DCIP, GIP dan steele
Standar ulir
(kg/m)
6
9
12
18
33
50
58
70
Batang las tidak boleh menyerap air dan rata-rata kelembaban tidak
boleh lebih dari 2,5 persen untuk iliminated rod dan 0,5 persen untuk
flow hydrogenious rod;
Mesin las harus dari jenis AC arc welding machine atau DC arc
welding machine.
5. Pemotongan ujung pipa untuk jembatan pipa harus dibuat miring dan
kemiringan ujung pipa tersebut harus dipotong dengan sudut 30 derajat
diukur dari garis yang sejajar dengan sumbu pipa dengan toleransi 50 100
dengan lebar permukaannya lebih luring 1/16 inch 1/32 inch;
6. Perlindungan terhadap karat sambungan flens, kopling dan flens adaptor
diluar bak kontriol dengan menggunakan pita, mastic pasta tanpa harus
dipanaskan;
7. Pada proses penyambungan pada pipa, besarnya defleksi yang diperbolehkan
dapat dilihat pada tabel berikut.
8. Sambungan dengan angkur tidak diperbolehkan ada defleksi;
V - 57
Laporan Perencanaan
Push on joint
Mechanical Joint
sudut
sudut
defleksi
defleksi
yang
(mm)
diijinkan
5m
80
5o 00
35
100
5o 00
35
150
5o 00
200
5o 00
250
300
4 00
o
4 00
o
yang
9m
diijinkan
5m
9m
5o 00
35
44
52
5o 00
35
44
52
44
52
5o 00
44
52
44
52
5o 00
35
-
41
41
44
52
44
52
52
5 00
5 00
350
4 00
41
4 50
51
400
3o 30
37
4o 10
44
450
3o 30
31
3o 50
40
500
3o 30
31
3o 20
35
600
3o 30
31
47
2o 50
30
45
700
2o 30
26
39
2o 30
800
900
2 30
o
2 30
o
26
21
39
31
25
39
23
34
21
31
2 10
2 00
1000
2 00
21
31
1 50
19
29
1100
2o 00
21
31
1o 40
17
24
1200
2o 00
21
31
1o 30
16
21
1400
2o 00
21
31
1o 20
14
10
1500
2o 00
21
31
1o 10
12
24
1600
2o 00
21
31
1o 30
1800
2000
2 00
o
2 00
17
17
21
21
16
13
16
13
16
1 30
1 30
2100
1 30
10
13
2200
1o 30
10
13
2400
1o 30
10
2600
1o 30
10
V - 58
Laporan Perencanaan
80 - 300
250 - 350
400
3 30
450 - 600
700 - 900
2 30
1000 - 2000
80 300
350
4 - 50
400
4 - 10
450
3 - 50
500
3-2
600
2 - 30
700
2 - 30
800
2 - 10
900
2 - 10
1000
1 - 50
1100
1 - 40
1200
1 - 30
1400
1 - 20
1500
1 - 10
1600 - 2600
1 - 30
V - 59
5.3.4.
Laporan Perencanaan
Jumlah
Kebocoran
(l / jam)
2.55
3.04
3.80
4.56
6.08
7.60
75
100
125
150
200
250
5.3.5.
Diameter
(mm)
Jumlah
Kebocoran
(l/jam)
9.12
10.64
12.16
13.68
15.20
18.24
300
350
400
450
500
600
5.3.6.
No
1.
Lapisan
Pertama
Bahan
Meni besi
2.
Kedua
Cat dasar
3.
Ketiga
Ketebalan
Min dalam keadaan
kering = 50 mikron
Dalam keadaan kering
= 50 mikron
Dalam keadaan kering
= 25 mikron
V - 60
Laporan Perencanaan
2. Lapisan pelindung bagian dalam adalah cement mortar lining dan diberi semprotan
furnace cement ;
3. Sleeving yang terbuat dari bahan polyethylene yang berbentuk lembaran film yang
berwarna hitam.
5.3.7.
Trust block
1. Trust block diberikan pada semua percabangan pipa, bend, reducer dan tee, serta harus
diletakkan sedemikian rupa untuk memudahkan pemindahannya;
2. Bahan harus dari beton kelas D = 200 kg / cm2 diletakkan pada tanah dengan pondasi
agregat stabil minimum 20 cm.
5.3.8.
Pipa driving
1. Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah pekerjaan driving sleeve dari beton
bertulang, concrete dan diikuti dengan pemasukan pipa
2. Dalam bagian atas pipa sleeve yang di pancang minimal 200 m;
3. Pada permukaan dasar ruang yang menembus di pasang pondasi bantuan dengan
ketebalan 15 cm pada seluruh permukaannya;
4. Pada pondasi batuan diberi lantai kerja dengan mutu beton kelas E dan ketebalan 15
cm;
Untuk lebih jelasnya pipa driving dengan metode pipa jacking dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 5.3.8.
Spesifikasi Lebar Jacking Pit dan Lubang Penerima
Diameter Nominal
(DN mm)
700
800
900
1000
1100
1200
1350
1500
1600
1800
2000
2200
2400
2600
A1
8.00
8.00
8.00
8.00
8.00
8.00
8.00
8.00
8.00
8.00
8.00
8.00
8.00
8.00
Ukuran lubang
(meter)
A2
3.00
3.00
3.00
3.00
3.00
3.50
3.50
3.50
3.50
4.00
4.00
4.00
4.00
4.00
B
3.00
3.00
3.00
3.00
3.10
3.20
3.40
3.50
3.60
3.80
4.00
4.20
4.40
4.60
V - 61
Laporan Perencanaan
5. Untuk pipa tembus dengan diameter 800 mm atau lebih dengan bahan dari pipa baja,
pipa tembus digunakan sebagai selubung untuk pipa jalur utama
6. Rongga-rongga yang terbentuk antara pipa selubung dengan pipa yang dimasukkan
kedalamannya harus di isi dengan beton tumpuk kelas E dengan menggunakan pompa
beton.
5.3.9.
Jembatan pipa
Batas kontruksi jembatan pipa adalah kedua ujung sambungan flexible.
1. Konstruksi bangunan bawah :
a. Pembuatan lantai kerja dengan beton K-100;
b. Tanah yang tidak sesuai untuk lapisan pondasi harus diganti;
c. Untuk pondasi pancang harus disiapkan ke dalam bangunan bawah sedalam 10 cm;
2. Perpipaan:
Cincin pendukung harus terbuat dari besi baja dengan baja tahan karat;
3. Pengelasan:
Pengelasan harus diuji test radiographic;
V - 62
Laporan Perencanaan
Uraian
20
25
30
40
Panjang (L)
170
190
260
260
300
Lebar
90.0
90.0
105
105
130
85.0
85.0
100
100
115
80.0
80.0
95.0
95.0
125
26.5
33.2
41.9
47.8
59.6
V - 63
Laporan Perencanaan
3. Washout
a. Harus dipasang pada semua titik rendah atau ujung pipa.
b. Tidak boleh dihubungkan kesuatu roil atau saluran benam yang menyebabkan
aliran kembali ke system distribusi;
4. Bend
Digunakan untuk perubahan arah vertical dan horizontal yang mendadak dan tidak
dapat dihindari;
5. Penutup ujung pipa;
a. Harus menggunakan fitting yang sesuai dengan jenis pipa yang digunakan misal :
Pipa DCIP, menggunakan balank flange untuk flange socket, untuk rubbering
joint atau bind flange dengan konstruksi penguat sementara;
Pipa PVC menggunakan cap flange socket, untuk rubbering joint atau blind
flange dengan konstruksi penguat sementara;
b. Jika pekerjaan tidak diteruskan harus bersih konstruksi penguat yang permanent
atau trust block dengan adukan 1 : 2 : 3
c. Material yang digunakan, harus bersih dan bebas dari minyak, oli, ter, aspal atau
bahan minyak pelumas lainnya;
d. jika air masuk ke dalam parit galian, sebelum pemasangan pipa dilanjutkan maka
tutup kedua ujung pipa jangan dibuka sebelum parit galian dipompa sampai kering;
6. Bak Katup
1. Konstruksi dari beton bertulang;
2. Dinding luar di cat dengan aspal cair;
3. Untuk dibawah trotoar, tutup manhole harus terbuat dari beton pra cetak;
4. Pemutar katup harus dapat dioperasikan melalui satr pot yang dicor dalam beton;
5. Untuk lokasi dibawah jalan digunakan tutup manhole dari ductile cast iron;
6. Tutup manhole harus dapat menahan beban test di atas 40 ton;
7. Tutup manhole harus dipasang dengan menggunakan baut dan mur stainless;
8. Jika tutup manhole tidak dari bahan ductile cast iron, maka dapat digunakan bahan
pengganti berupa beton bertulang pra cetak dengan mutu beton K-500;
7. Surface box
Body harus dari cast iron dan dapat menahan beban test 40 ton;
V - 64
Laporan Perencanaan
Lebar bersih 1 m
Kedalaman 1 rn
c. Bak pelepas tekanan harus dilengkapi dengan pipa penguras, pipa masuk, pipa
keluar dan pipa peluap.
d. Konstruksi dari bak pelepas tekanan ini adalah sebagaimana yang diperlihatkan
pada gambar.
V - 65
Laporan Perencanaan
2. Valve
Valve berfungsi menghentikan aliran dan mengatur aliran. Valve harus ditempatkan
pada tempat-tempat tertentu sehingga jika ada kebocoran pipa, tidak semua sistim
terganggu tetapi dengan menutup satu atau beberapa valve, daerah yang terganggu
akibat kebocoran tersebut dapat diperkecil.
Jika terdapat perbedaan ketinggian yang cukup besar antara jalur-jalur pipa/perbedaan
sisa tekanan yang cukup besar, valve perlu ditempatkan pada persimpangan jalur pipa
tersebut.
3. Air Release Valve.
Air release valve berfungsi untuk mengeluarkan udara yang terperangkap dalam pipa
sehingga aliran air tidak terganggu. Air release valve harus ditempatkan pada tempattempat tertinggi dari jalur pipa.
Pada jaringan distribusi, tidak perlu digunakan air release valve karena kran umum
sudah berfungsi sebagai air release valve setiap saat kran dibuka.
4. Wash out.
Wash out berfungsi untuk mengeluarkan kotoran-kotoran endapan yang ada di dalam
pipa. Pada umumuya endapan akan terkumpul pada tempat-tempat terendah dan jalurjalur pipa sehingga wash out harus ditempatkan pada tempat-tempat terendah dari jalur
pipa.
5. Reservoir (Bak Penampung)
a. Bak penampung berfungsi sebagai penampung / penyimpanan air untuk mengatasi
problem naik turunnya kebutuhan air dan kecilnya sumber, juga dapat
memperbaiki mutu air melalui pengendapan. Bak ini dapat pula berfungsi sebagai
pelepas tekanan.
b. Semua sudut dinding harus dibuat lengkung untuk memudahkan pembersihan.
c. Pipa keluar harus dipasang kira-k.ira 5 - 20 cm diatas bak.
d. Pipa lubang peluap harus dipasang sedikit lebih tinggi dari pada pipa masukan.
Pipa peluap sekaligus bisa berfungsi sebagai lubang hawa.
e. Pipa peluap harus berdiameter cukup besar untuk melayani aliran maksimum yang
sudah diperhitungkan.
f.
Pipa peluap dan pipa keluaran ke jaringan distribusi harus memakai saringan.
g. Pada bak penampung harus ada lubang (manhole) yang besarnya cukup untuk
dilewati orang masuk ke dalam bak.
V - 66
Laporan Perencanaan
V - 67
Laporan Perencanaan
nomor. Gambar skema distribusi menggambarkan seluruh jaringan pipa dengan semua
node, elevasi node, panjang pipa dan kran umum yang akan dipasang dalam daerah
tersebut. Untuk lebih memepercepat perhitungan maka dapat menggunakan program
Epanet.
11. Menghitung kecepatan aliran dalarn pipa.
V = Q/A
Dimana:
V = Kecepatan aliran dalam pipa.
Q = Debit air yang mengalir
A = Luas penampang pipa
12. Hitung kehilangan tekanan per 1000 m (hf/1000) dengan menggunakan rumus Hazen
William atau tabel Hazen William.
Q = 0,282 x C x D2,63x S0,54
Dimana :
Q = debit dalam m/s
C = koefesien kekasaran pipa ( 130 )
D = diameter pipa dalam m.
S = slope
13. Detail Sambungan
Dalam membuat detail sambungan antara jalur-jalur pipa diperlukan accessories /
perlengkapan pipa. Jenis dan ukuran accesories yang disediakan dapat dilihat dalam
lampiran. Standard sambungan dan kebutuhan accesories untuk bronkaptering, pelepas
tekanan, dan taping untuk kran umum.
14. Jembatan Pipa
a. Merupakan bagian dari pipa distribusi yang menyeberang sungai/saluran atau
sejenis, di atas permukaan tanah/sungai.
b. Pipa yang digunakan untuk jembatan pipa disarankan menggunakan pipa L
c. Jika diijinkan oleh instansi yang berwenang, jembatan pipa ditempatkan pada
jembatan yang ada dengan ketentuan mengikuti peraturan yang dikeluarkan oleh
instansi tersebut.
V - 68
5.4.
5.4.1.
Umum
Laporan Perencanaan
Air limbah yang berasal dari rumah tangga harus diolah atau dialirkan ke tempat
pengolahan agar tidak menimbulkan pencemaran yang membahayakan kehidupan manusia
dan lingkungan permukiman. Untuk itu harus ditangani dengan benar dan tuntas.
Air limbah yang dibuang sembarangan akan mengakibatkan :
Untuk menanggulangi air limbah diperlukan kesadaran tinggi dari masyarakat tentang arti
kebersihan dan kesehatan sehingga diperlukan sarana dan prasarana yang memadai, yang
tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah tetapi menjadi kewajiban bersama oleh
masyarakat.
Untuk menangani pembuangan air limbah terdapat beberapa sistem yaitu :
Sistim Sanitasi pembuangan setempat, yang biasa dikerjakan sendiri oleh masyarakat,
yaitu dengan membuat cubluk atau tangki septic di halaman rumah sesuai dengan
persayarat teknis yang berlaku.
Sistem Sanitasi pembuangan terpusat yaitu dengan membangun jaringan saluran air
limbah yang akan mengalirkan limbahnya ke suatu tempat pengolahan.
Sedangkan dengan kondisi dan master plan desa, maka untuk penanganan sarana sanitasi
yaitu dengan system
Bangunan atas dan bangunan bawah yaitu untuk bangunan atas berupa jamban dan
bangunan bawah berupa septic tank beserta bidang resapan.
5.4.2.
Kriteria Teknis
V - 69
Laporan Perencanaan
c. Jamban harus mudah dicapai dengan aman dan mudah bila hari hujan atau malam
hari.
d. Dapat dibangun dekat sumur gali (sumber air) dengan memperhatikan jarak
bangunan bawah terhadap sumur (10-15) meter.
2. Penyediaan Air Bersih
a. Sumber Air
Sumber air yang akan dipergunakan untuk keperluan jamban keluarga (JAGA)
atau jamban sekolah (JAMLAH) diambil dari sumber air yang dipergunakan untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga (mandi, cuci, masak)
b. Kuantitas Air
Kuantitas air bersih yang dibutuhkan sekurang-kurangnya 10 l/org/hr yang akan
digunakan untuk membilas
c. Kualitas Air
Kualitas air bersih yang dipergunakan disarankan memenuhi persyaratan air
minum /air bersih.
3. Bahan Bangunan
a. Kriteria Bahan Bangunan
i. Kemudahan penyediaan
ii. Kemudahan pelaksanaan
iii. Kekuatan dan keandalan konstruksi
iv. Dapat diterima oleh masyarakat pemakai.
b. Persyaratan Bahan Bangunan
Bahan bangunan yang digunakan harus memenuhi persyaratan seperti tercantum
dalam buku SK SNI.
4. Teknis
a. Standard Bangunan Atas (Rumah Jamban)
Rumah jamban dapat dibuat dari beberapa bentuk sesuai jenis bahan yang dapat di
pakai, untuk itu secara umum rumah jamban di bagi 3 kategori, yaitu:
1) Sederhana, yaitu dibuat dari bahan yang sangat sederhana dan paling murah,
alang - alang, daun pohon kelapa, gedeg dan lain - lain.
2) Semi permanent, yang dibuat dari bahan bambu (gedeg) untuk dinding atau
kayu dan atap dari seng gelombang.
3) Permanen, yaitu dibuat dari pasangan bata dengan atap seng gelombang.
V - 70
Laporan Perencanaan
V - 71
Laporan Perencanaan
Pastikan permukaan pelat jongkok rata dengan lantai jamban. Pulas lantai
dengan papan atau sikat sehingga permukaan agar kasar.
3) Menyiapkan Kusen
i. Buatlah kusen dengan ukuran 65 cm 70 cm (lebar) dan 1,80 cm
(tinggi).
ii. Pasang kusen (harus tegak lurus) dengan memasang penyokong pada
sisi-sisinya.
iii. Pasang angker pada kusen sehingga pertemuan dengan dinding menjadi
kokoh.
4) Mendirikan Dinding
i. Dinding Bawah
ii. Pasang tiang-tiang penyongkong agar pasangan bata tetap tegak lurus.
a. Pasanglah lapisan pertama, mulai dari sudut-sudut dan berakhir di
tengah-tengah.
b. Tancap batang pengukur di sudut pertemuan bata, rentangkan tali
pengikat datar pada setiap pemasangan lapisan bata.
c. Pasang dinding bata
d. Plesterlah dengan adukan semen : pasir = 1 : 2 setebal 0,5 cm
dengan rata bagian-bagian :
V - 72
Laporan Perencanaan
5) Membuat Bak
i.
ii. Lantai bak harus cukup miring ke arah lubang penguras bak.
6) Memasang Atap
i. Bahan yang dapat digunakan : seng gelombang, atap plastik, daun kelapa,
daun bambu, ijuk
ii. Atap sebaiknya menurun 20 cm (atau lebih) melebihi dinding untuk
mencegah air hujan masuk melalui lubang angin.
iii. Atap genting.
a. Menggunakan gording 6/10, dengan, jarak antara gording 1,5 2 m.
b. Di atas gording dipasang kaso 5/7, jarak antara kaso 40 cm
c. Di atas kaso dipasang reng 2/3, jarak antara 25 cm dipaku dengan kuat
d. Setelah selesai genting dapat dipasang dengan rapi dan baik agar tidak
terdapat celah-celah atau bocoran
iv. Atap plastik atau seng gelombang tidak membutuhkan reng.
7) Menyelesaikan Dinding
i.
Dinding Dalam
Dinding terbuat dari batako atau batu bata
a. Plester dinding dengan adukan semen : pasir = 1 : 4 setebal 0,5 cm
b. Ratakan permukaan sampai rata dan halus
c. Bila sudah kering labur dengan cat tembok atau kapur
ii
Dinding Luar
Pengerjaannya sama dengan dinding dalam
8) Menyelesaikan Pintu
i.
ii. Rangka pintu dapat dibuat dari kayu dan dilapisi seng atau alumunium.
9) Membenahi Sekitar Jamban
i.
V - 73
Laporan Perencanaan
Dasar
Bangunan
*
*
*
*
*
*
Penutup
*
*
*
Pipa Penyaluran
Air Limbah
*
*
*
*
V - 74
Laporan Perencanaan
V - 75
Laporan Perencanaan
1. Diameter minimum 15 cm untuk pipa yang terbuat dari tanah liat atau beton
dan minimal 10 cm untuk pipa PVC.
2. Kemiringan minimum 2% - 3%
3. Di setiap belokan melebihi 45o dan perubahan kemiringan 22,5o harus
dipasang Clean Out untuk pembersihan pipa/pengontrol.
b. Drainase (system pengeringan)
Perlengkapan drainase dimaksudkan untuk menyalurkan air hujan atau air bekas
siraman yang tersisa kesaluran pengeringan umum (parit jalan) diameter minimal
10 cm
5.4.2.3. Kriteria Perencanaan
1. Standard dan Kriteria Teknis Bangunan Atas (Rumah Jamban)
Dapat dilihat pada tata cara pembuatan bangunan atas.
Type Rumah Jamban.
Type jamban ditentukan oleh luas lantai yang akan dibangun:
Type A
Type B
Type C
Pondasi
Luas Dinding
Luas Atap
(m2)
(m2)
(m2)
(m2)
1,20
3,4
7,2
2,8
1,30
3,6
9,0
3,1
2,00
5,2
16,6
4,1
Type
Tinggi tangki septik adalah tinggi air dalam tangki ditambah dengan ruang
bebas sebesar (0,2 - 0,4 m).
V - 76
Laporan Perencanaan
Pipa penyalur air limbah dari bangunan atas maupun pipa peresapan
mempunyai diameter minimum 7,5 cm untuk pipa PVC dan 15 cm untuk pipa
tanah liat dengan kemiringan minimum (2-3%)
Dasar tangki dapat dibuat horizontal atau dengan kemiringan tertentu untuk
kemudahan pengurasan Lumpur
Tutup tangki septik terbuat dari beton dengan kedalaman maksimum terbenam
dalam tanah 0,40 m untuk memudahkan inspeksi
Ukuran
(meter)
Lebar
0,6
0,7
0,8
1,0
1,0
1,0
1,0
Panjang
1,2
1,4
1,5
1,8
2,0
2,0
2,2
Dalam
0,8
1,2
1,2
1,2
1,2
1,4
1,4
15
20
25
6
11-17
22-28
33
39
4
7-11
14-18
21
25
3
6-9
12-15
18
21
2
4-6
8-10
12
14
V - 77
5.5.
Perencanaan Persampahan
5.5.1.
Pewadahan sampah
Laporan Perencanaan
Pewadahan sampah secara lebih spesifik dapat diartikan sebagai penanganan sampah pada
sumber sebelum pengumpulan, termasuk di dalamnya adalah pemisahan, penyimpanan dan
pemrosesan. Element ini dapat memiliki efek yang signifikan terhadap karakteristik
sampah, keseluruhan sistem serta kesehatan dan perilaku masyarakat.
Skenario yang ditawarkan merupakan solusi yang dapat mengakomodasi berbagai
permasalahan yang timbul.
a. Material wadah sampah
Wadah sampah yang baik adalah wadah sampah yang memiliki kapasitas yang
cukup, tahan lama (durable), seragam, dan mudah dalam proses pengumpulannya.
o
Wadah yang terbuat dari plastik atau fiber yang berpenutup (volume 0.3-0.5 m3)
merupakan opsi yang terbaik. Selain ringan bahan tersebut juga relatif tahan
terhadap perubahan cuaca.
Kombinasi stainless steel sebagai outer casing dan fiber atau plastik sebagai
inner casing yang dapat diangkat untuk pengumpulan. Kombinasi ini secara
estetis baik, tahan, dan mudah dalam proses pengumpulan namun memiliki
konsekuensi mahal dalam pembuatannya.
Gambar 5.5.1. Bin atau tempat sampah yang terbuat dari plastik
V - 78
Laporan Perencanaan
V - 79
Laporan Perencanaan
Jenis Peralatan
sudah - kantong plastik/kertas volume sesuai yang
ada
- Bin plastik/tong volume 40-60 liter, dengan
tutup.
Pasar
- Bin/tong sampah, volume 50-60 liter yang
dipasang secara permanen
- Bin plastik, volume 120-240 liter ada
tutupnya dan memakai roda.
- Gerobak sampah, volume 1 m3
- Container dari arm roll volume 6-10 m3.
- Bak sampah isi variable.
Pertokoan
- Kantong plastik, volume bervariasi
- Bin plastik/tong, volume 50-60 liter.
- Bin plastik, volume 120-240 liter dengan
roda.
Perkantoran / hotel
- Container volume 1 m3 beroda.
- Container besar volume 6-10 m3.
Tempat umum, jalan dan taman
- Bin plastik/tong volume 50-60 liter, yang
dipasang secara permanen.
- Bin plastik, volume 120-140 liter dengan
roda.
yang
5.5.2.
Pengumpulan sampah.
Pengumpulan sampah merupakan proses pengambilan sampah dari sumber sampah untuk
di bawa ke Tempat Penampungan Sementara (TPS).
Alternatif proses pengumpulan sampah yang bisa di lakukan adalah:
a. Individual Tak Langsung
Proses pengumpulan merupakan tanggung jawab dari masyarakat sekitar dengan alat
pengumpul berupa becak sampah ataupun truk sampah yang mengumpulkan sampah
dari rumah penduduk untuk di bawa ke TPS. Pada sistem ini keberadaan TPS yang
diletakkan di lingkungan perumahan masih dibutuhkan.
b. Individual Langsung
Proses pengumpulan dimana produsen sampah mengumpulkan sampah di rumah
masing-masing untuk dikumpulkan oleh armada pengumpul menuju TPS terpusat atau
langsung menuju TPA. Dalam sistem ini kebutuhan TPS yang diletakkan di sekitar
lingkungan perumahan sudah tidak diperlukan. Armada pengumpul yang bisa
digunakan adalah truk sampah mengingat luasnya wilayah pelayanan.
V - 80
Laporan Perencanaan
Pewadahan tidak permanen : produsen sampah menyiapkan wadah sampah pada jam
pengumpulan dan menyimpannya kembali setelah sampah dikumpulkan oleh armada
pengumpul.
Pemindahan sampah.
Pemindahan sampah merupakan proses penempatan sampah sementara dari sumber
sampah pada tempat pembuangan sementara (TPS) sebelum dibawa menuju TPS terpusat
ataupun TPA. TPS ini menampung sampah yang berasal dari perumahan.
V - 81
Laporan Perencanaan
V - 82
Laporan Perencanaan
Sumber
sampah
Armada
pengangkut
TPS
TPS
terpusat/TPA
Jenis peralatan
Vol
1
2
3
4
5
6
7
8
5.5.4.
Wadah individual
- kantong plastik
- bin/tong
Wadah komunal
Gerobak sampah/sejenisnya
Container armroll truk
Transfer depo
Tipe I
Tipe II
Tipe III
Truk kecil (truk mini)
Truk sampah 3.5 ton
Armroll truk
Kapasitas Peralatan
KK
10 - 40 liter
40 liter
0,5 - 1,0 m3
1 m3
6 m3
8 m3
10 m3
(>200 m2)
(60 - 200 m2)
(10 - 20 m2)
2 m3
7-10 m3
6 m3
8 m3
10 m3
1
1
40 - 50
140
825
1.100
1.375
s/d 500
1000
Jiwa
6
6
240 - 300
800
4.950
6.600
8250
s/d 3000
10.000
Umur
teknis
(tahun)
Sekali
2-3
1-2
2-3
2-3
20
20
20
5
5
5
5
5
V - 83
Laporan Perencanaan
V - 84
5.6.
5.6.1.
Umum
Laporan Perencanaan
Perencanaan listrik disini mengacu pada Peraturan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL
2000), dengan Standar Nasional Indonesia (SNI 04-0225-2000) dari Badan Standarisasi
Nasional. Namun tetap mengikuti Sistem jaringan yang sudah ada di Propinsi Nangroe
Aceh Darussalam yang di keluarkan oleh PLN wilayah Propinsi Nangroe Aceh
Darussalam.
5.6.2.
2.2.2.
2.2.3.
2.2.4.
Instalasi hanya terdiri atas satu sirkit yang dilengkapi dengan gawai
proteksi arus lebih maksimum 10 A.
V - 85
2.2.5.
Laporan Perencanaan
PHB yang digunakan harus dari jenis tertutup dengan kotak dari bahan
yang tidak mudah terbakar. PHB dipasang pada dinding tembok atau
papan.
2.3. Penghantar
2.3.1.
2.3.2.
3. Titik beban
3.1. Jumlah titik beban maksimum sembilan buah, termasuk kotak kontak sejumlah
maksimum tiga buah.
3.2. Kotak kontak yang digunakan harus dari jenis yang dilengkapi kontak proyeksi,
dan dipasang setinggi minimum 1,25 m dari lantai.
3.3. Pembumian untuk instalasi rumah sederhana dilaksanakan dengan memasang
elektrode bumi yang dihubungkan dengan terminal pembumian pengamanan
pada PHB secara langsung atau melalui meter KWh.
4. Sambungan Rumah Desa (SRD)
4.1. Ketentuan ini berlaku bagi sambungan rumah untuk instalasi sebagaimana
dimaksud dalam Instalasi Rumah sederhana di desa.
4.2. SRD terdiri dari kabel instalasi berinti dua dengan penampang setiap intinya
minimum 4 mm2 Cu atau yang setaraf.
4.3. Selain yang tersebut di atas, SRD dapat menggunakan dua penghantar yang
terdiri atas satu penghantar fase berisolasi dengan penampang minimum 4 mm2
Cu, atau yang setaraf, dan satu penghantar netral atau penghantar proteksi yang
mempunyai KHA sekurang-kurangnya sama dengan penghantar fasenya.
4.4. Bahan isolasi untuk SRD harus tahan cuaca dan sinar matahari daerah tropis.
4.4.1.
4.4.2.
V - 86
4.4.3.
Laporan Perencanaan
SRD harus dilengkapi dengan pengaman lebur atau MCB dengan nilai
nominal maksimum 10 A dan bila diperlukan sebuah meter KWh yang
dipasang di bagian luar rumah.
5.6.3.
Persyaratan Dasar
1. Proteksi untuk keselamatan
Persyaratan dalam hal ini dimaksudkan untuk menjamin keselamatan manusia, dan
ternak, juga keamanan harta benda dari biaya dan kerusakan yang bisa ditimbulkan
oleh penggunaan instalasi listrik secara wajar.
CATATAN : Pada instalasi listrik terdapat dua jenis resiko utama, yaitu :
a) Arus kejut listrik
b) Suhu berlebihan yang sangat mungkin mengakibatkan kebakaran, luka bakar atau
efek cedera lain.
2. Proteksi dari kejut listrik
3.1. Proteksi dari sentuh langsung
Manusia dan ternak harus dihindarkan/diselamatkan dari bahaya yang bisa
timbul karena sentuhan dengan bagian aktif instalasi (sentuh langsung) dengan
salah satu cara dibawah ini :
a) Mencegah mengalirnya arus melalui badan manusia atau ternak.
b) Membatasi arus yang mengalir melalui badan sampai suatu nilai yang lebih
kecil dari arus kejut.
3.2. Proteksi sentuh tak langsung
Manusia dan ternak harus dihindarkan/diselamatkan dari bahaya yang bisa
timbul karena sentuhan dengan bagian konduktif terbuka dalam keadaan
gangguan (sentuh tak langsung) dengan salah satu cara dibawah ini :
a)
b)
Membatasi arus gangguan yang mengalir melalui badan sampai suatu nilai
yang lebih kecil dari arus kejut.
c)
Pemutusan suplai secara otomatis dalam waktu yang ditentukan pada saat
terjadi gangguan yang sangat mungkin mengakibatkan mengalirnya arus
V - 87
Laporan Perencanaan
V - 88
Laporan Perencanaan
Perlengkapan listrik
3.1.1.
3.1.2.
3.1.3.
3.2.
Instalasi listrik
3.2.1.
Instalasi yang baru dipasang atau mengalami perubahan harus dipaksa dan
diuji dulu sesuai dengan ketentuan mengenai :
a) Resistansi isolasi;
b) Pengujian sistem proteksi;
c) Pemeriksaan dan pengujian instalasi listrik.
3.2.2.
5.6.4.
Perancangan
5.6.4.1. Umum
Dalam merancang instalasi listrik, faktor-faktor dalam perencanaan ini harus
diperhatikan untuk menjamin :
V - 89
Laporan Perencanaan
a)
b)
Informasi yang disyaratkan sebagai dasar perancangan disebut dalam ayat di atas,
sedangkan persyaratan lainnya harus dipenuhi.
5.6.4.2.
Karakteristik suplai
1. Macam arus : arus bolak-balik (a.b.) dan/atau arus searah (a.s.).
2. Macam dan jumlah pengantar :
a) Untuk a.b. : pengantar fase, pengantar netral dan pengantar proteksi,
b) Untuk a.s. : pengantar yang setara dengan pengantar untuk a.b.
3. Nilai dan toleransi dari tegangan, frekuensi, arus maksimum yang dibolehkan, dan
arus hubungan pendek prospektif.
4. Tindakan proteksi yang melekat pada suplai, misalnya netral atau kawat tengah yang
dibumikan.
5. Persyaratan khusus dari perusahaan suplai listrik.
5.6.4.3.
5.6.4.4.
a)
b)
c)
d)
Kondisi khusus;
e)
Suplai darurat
Dalam hal yang dibutuhkan suplai darurat perlu memperhatikan :
a) Sumber suplai (karakteristik, macam)
b) Sirkit yang disuplai oleh sumber darurat.
5.6.4.5.
Kondisi lingkungan
Dalam menetapkan kondisi lingkungan penggunaan perlengkapan instalasi, perlu
diperhitungkan beberapa faktor dan parameter lingkungan terkait, dan dipilih tingkat
keparahan akibat parameter lingkungan tersebut. Faktor dan parameter lingkungan
tersebut, antara lain :
V - 90
a) Kondisi iklim
Laporan Perencanaan
5.6.5.1
Umum
1. Pada pemasangan kabel tanah harus diperhatikan konstruksi dan karakteristik kabel
yang bersangkutan seperti yang tercantum pada tabel 7.1-5 dan 7.1-6 (pada buku
Standar Nasional Indonesia, SNI 04-0225-2000).
2. Pemasangan kabel di dalam tanah harus dilakukan dengan cara sedemikian rupa,
sehingga kabel itu cukup terlindung terhadap kerusakan mekanis dan kimiawi yang
mungkin timbul di tempat kabel tanah tersebut dipasang.
Letak kabel tanah tersebut harus ditandai dengan patok tanda kabel yang kuat, jelas
dan tidak mudah hilang.
Catatan
V - 91
Laporan Perencanaan
4. Kabel tanah harus diletakkan di dalam pasir atau tanah halus, bebas dari batu batuan,
di atas galian tanah yang stabil, kuat, rata dan bebas dari batu-batuan dengan
ketentuan tebal lapisan pasir atau tanah halus tersebut tidak kurang dari 5 cm di
sekeliling kabel tanah tersebut.
Catatan : sebagai tambahan perlindungan, maka di atas urugan pasir dapat dipasang
beton, batu, atau bata pelindung.
5. Pada umumnya kabel tanah untuk tegangan yang lebih tinggi harus dipasang
dibawah kabel tanah untuk tegangan yang lebih rendah, kabel tanah listrik arus kuat
dibawah kabel tanah telekomunikasi.
6. Pada persilangan antara bekas kabel tanah, haruslah diambil salah satu tindakan
proteksi seperti diuraikan dalam butir a) dan b) dibawah ini, kecuali jika salah satu
dari berkas kabel tanah yang bersilang itu terletak dalam saluran pasangan batu,
beton, atau bahan semacam itu yang mempunyai tebal dinding sekurang-kurangnya 6
cm.
a) Di atas berkas kabel tanah yang terletak di bawah harus dipasang tutup
pelindung dari lempengan, atau pipa belah dari beton atau sekurang-kurangnya
dari bahan tahan api yang sederajat. Tutup pelindung ini pada kedua ujungnya
harus menjorok keluar sekurang-kurangnya 0.5 m dari berkas kabel yang terletak
diatas, diukur dari kabel sisi luar, sedangkan tutup pelindung ini harus sekurangkurangnya 5 cm lebih lebar dari berkas kabel yang terletak dibawah.
b) Di atas berkas kabel tanah yang terletak diatas, dipasang pipa belah dari beton
atau dari bahan lain yang cukup kuat, tahan lama dan tahan api. Pipa belah ini
harus dipasang menjorok keluar sekurang-kurangnya 0.5 dari berkas yang
terletak dibawah, diukur dari kabel sisi luar.
5.6.5.2
Persilangan dan pendekatan kabel tanah dengan kabel tanah instalasi telekomunikasi.
1. Pada tempat persilangan dengan kabel tanah telekomunikasi, kabel tanah dilindungi
pada bagian atasnya dengan pipa belah, plat atau pipa dari bahan bangunan yang
tidak mudah terbakar. Kabel tanah tegangan menengah ataupun tegangan rendah
harus dipasang di bawah kabel tanah telekomunikasi.
2. Jika kabel tanah menyilang diatas kabel tanah telekomunikasi dengan jarak lebih
kecil dari 0.3 m untuk kabel tanah tegangan rendah dan 0.5 m untuk kabel tanah
V - 92
Laporan Perencanaan
tegangan menengah, maka perlu tambahan perlindungan pada sisi kabel tanah yang
menghadap kabel telekomunikasi dengan memasang plat atau pipa dari bahan
bangunan yang tidak dapat terbakar. Perlindungan menjorok keluar paling sedikit 0.5
m dari kedua sisi persilangan itu.
3. Kabel tanah telekomunikasi dan kabel tanah yang dipasang sejajar, harus dipasang
dengan jarak sejauh mungkin, misalnya dengan menempatkannya pada sisi-sisi jalan
yang berlainan. Kabel tanah yang letaknya berdekatan dengan kabel tanah
telekomunikasi dengan jarak kurang dari 0.3 m untuk kabel tanah tegangan rendah
dan kurang dari 0.5 m untuk kabel-kabel tanah tegangan menengah, harus
diselubungi sepanjang pendekatan tersebut dengan pipa belah, plat atau pipa yang
terbuat dari bahan bangunan yang tidak dapat terbakar dan diberi tanda khusus.
4. Pelindung kabel tersebut pada 7.15.2.1, 7.15.2.2 dan 7.15.2.3 (pada buku Standar
Nasional Indonesia, SNI 04-0225-2000), baik pada kabel tanah, arus kuat maupun
pada kabel tanah telekomunikasi, harus menjorok keluar paling sedikit 0.5 m dari
kedua ujung tempat persilangan pada pendekatan itu.
5. Kabel tanah di dalam tanah harus dipasang pada jarak paling sedikit 0.3 m dari
bagian instalasi telekomunikasi yang terletak dalam tanah, bila jarak tersebut sama
atau lebih dari 0.3 m, akan tetapi lebih kecil dari 0.8 m, maka kabel tanah itu harus
dilindungi dengan pipa belah, plat atau pipa, yang menjorok
keluar sepanjang
minimal 0.5 m dari kedua ujung tempat persilangan dan pendekatan itu.
6. Kalau kabel tanah arus kuat di dalam tanah berada diantara bagian-bagian tiang,
angker, atau bagian penunjang yang terletak didalam tanah dari instalasi
telekomunikasi, maka kabel tanah itu harus dilindungi dengan pipa belah, plat atau
pipa. Kestabilan tiang tidak boleh terganggu olehnya.
7. Kabel tanah telekomunikasi yang diletakkan di dalam jalur kabel dianggap telah
terlindung.
5.6.5.3
Persilangan dan pendekatan kabel tanah dengan jalan kereta api dan jalan raya.
1. Kabel tanah lazimnya tidak boleh mendekati rel kereta dalam jarak 2 m diukur secara
proyeksi mendatar, kecuali pada persilangan.
V - 93
Laporan Perencanaan
2. Kabel tanah yang dipasang berdekatan atau menyilang dengan jarak lebih kecil dari
0.3 m dari kabel instalasi listrik Perusahaan Kereta Api atau Perusahaan lain harus
diletakkan dalam jalur kabel atau pipa yang terdiri dari bahan bangunan yang tidak
dapat terbakar atau pipa PVC. Pelindung tersebut harus menjorok keluar paling
sedikit 0.5 m pada kedua ujung tempat pendekatan atau persilangan tersebut.
3. Kabel tanah dalam tanah harus mempunyai jarak minimum 0.3 m akan tetapi lebih
kecil dari 0.8 m, kabel tanah itu harus dilindungi dengan pipa, plat atau pipa, yang
panjangnya keluar paling sedikit 0.5 m pada kedua ujung tempat pendekatan.
4. Pada persilangan dengan jalan kendaraan bermotor yang dikeraskan dan jalan kereta
rel, kabel tanah harus dipasang didalam pipa atau selubung baja atau bahan yang
cukup kuat, tahan lama dan tahan api. Panjang dan garis tengah dalam dari pipa atau
selubung ini, harus dipilih sehingga kabel tanah itu dapat dikeluarkan tanpa
membongkar jalan tersebut.
5. Pipa pelindung atau jalur kabel harus menjorok keluar, paling sedikit 0.5 m dari
kedua sisi rel terluar atau tepi pinggir dari jalan kendaraan bermotor.
6. Di bawah pekarangan dan bangunan dari perusahaan kereta api atau perusahaan lain
yang dipakai untuk tempat bekerja, pemasangan semua kabel tanah harus memenuhi
persyaratan yang sama dengan untuk dibawah rel.
5.6.5.4
Persilangan dan pendekatan kabel tanah dengan saluran air dan bangunan pengairan.
1. Pada persilangan dengan saluran air, kabel tanah harus diletakkan paling sedikit 1 m
dibawah dasar saluran air yang direncanakan, dan harus ditanam dalam lapisan pasir.
2. Pada persilangan dengan saluran air laut, kabel tanah harus diletakkan sedapat
mungkin 2 m dibawah dasar saluran air laut yang direncanakan.
3. Pada persilangan kabel tanah harus diletakkan paling sesikit 0.3 m di bawah atau di
atas kabel listrik pengairan dan kabel tanah itu harus dilindungi dengan pipa yang
terbuat dari bahan bangunan yang tidak dapat terbakar, perlindungan tersebut harus
menjorok keluar paling sedikit 0.5 m dari sisi kabel yang disilangnya.
V - 94
Laporan Perencanaan
4. Kabel tanah yang dipasang berdekatan dengan kabel listrik pengairan dengan jarak
lebih kecil dari 0.3 m harus diletakkan dalam jalur atau pipa dari bahan yang tidak
dapat terbakar.
5. Kabel tanah tidak boleh terletak lebih dekat dari 0.3 m dari bagian bangunan
pengairan yang terletak didalam tanah. Bila jarak tersebut sama atau lebih dari 0.3 m
akan tetapi kurang dari 0.8 m, maka kabel tanah tersebut harus dilindungi dengan
pipa belah, plat atau pipa yang panjangnya menjorok keluar paling sedikit 0.5 m dari
kedua tempat pendekatan.
6. Kabel tanah di bawah bangunan pengairan harus mempunyai perisai dan harus
ditutupi dengan pipa belah atau plat, kecuali hal itu tidak dibenarkan dengan alasan
elektris. Kabel tanah yang tidak mempunyai perisai mekanis harus dimasukkan
kedalam pipa atau jalur kabel.
7. Di bawah jalan pengairan kabel tanah harus ditanam sedalam paling sedikit 0.8 m.
8. Letak dari kabel tanah yang dipasang melintas di bawah saluran air harus ditandai
pada kedua tepinya sehingga dapat dilihat oleh pengemudi kapal.
5.6.5.5
5.6.5.6
V - 95
5.7.
Laporan Perencanaan
V - 96
5.8.
Laporan Perencanaan
Penanaman pohon di sepanjang jaringan jalan utama desa dan jalan lingkungan
b.
Penanaman pohon di kavling rumah dan kavling fasilitas umum dan sosial desa.
Pemilihan jenis vegetasi yang direncanakan sebagai ruan hijau kawasan antara lain
memenuhi kriteria :
5.8.1.
a.
Mudah tumbuh
b.
c.
d.
Korelasi tapak dan bangunan dinilai melalui substansi perancangan Ruang Kawasan,
Ruang Hijau dan Biru Kawasan, Tata Guna Ruang/Space Use, GSB, KDB dan KLB dan
Ketinggian Bangunan, TSM dan Parkir kawasan. Berdasarkan kegiatan analisis dibawah
ini menghasilkan suatu kesimpulan bahwa diperlukan redesain pada Ruang Hijau dan
Biru Kawasan.
5.8.2.
Ruang Kawasan.
Urban space yang berupa ruang terbuka dan jalan setapak yang dimanfaatkan untuk
mewadahi suatu pergerakan dan pemberhentian (duduk-duduk/istirahat) bagi
pedestrian dari bangunan satu ke bangunan yang lain perlu dirancang ulang dengan
mempertimbangkan faktor-faktor :
1. Antrophometrik pejalan kaki pada saat berjalan (kemampuan jarak tempuh, resting
point, pola street furniture di daerah resting point)
2. Kenyamanan lingkungan (material jalan pedestrian, penerangan alam dan buatan,
pohon sebagai pengarah, peneduh dan estetis, tata bangunan dan tata lingkungan
sekeliling pergerakannya, habitat, penyediaan street furniture)
V - 97
Laporan Perencanaan
3. Keamanan lingkungan (penerangan alami & buatan cukup, tata hijau tidak terlalu
rimbun, relling pada ketinggian tertentu atau pada jembatan)
5.8.3.
V - 98
Laporan Perencanaan
Bab VI
Analisa Perhitungan
6.1.
6.1.1.
: CBR.
b. Lalu-lintas
: Sifat-sifatnya.
d. Ketentuan-ketentuan lain
6.1.2.
Standart Perencanaan.
Perencanaan jalan Desa ini mengacu pada Pedoman perhitungan tebal perkerasan lentur
pada SKBI No. 2.3.26.1987 dan SK Menteri Pekerjaan Umum No. 378/KPTS/1987 tentang
Pengesahan 33 Standar Konstruksi Bangunan Indonesia, serta SNI No. 1732-1989-F, yaitu
tentang penggunaan nomogram sebagai berikut :
a. Nomogram yang ada dibuat berdasarkan analisa lalu lintas 10 tahun.
Untuk keadaan lalu lintas (umur rencana) tidak selama 10 tahun; nomogram tersebut
masih dapat digunakan dengan menggunakan faktor penyesuaian (FP).
FP =
UR
10
b. Cara Indonesia/Bina Marga ini hanya berlaku untuk material berbutir kasar (granular
material) dan tidak berlaku untuk batu-batu besar (telford).
Hal ini disebabkan karena cara Bina Marga ini didasari oleh teori yang menganggap
bahwa bahan perkerasan harus elastis isotropis (sifat sama untuk segala arah).
Dan juga mensyaratkan adanya pemeliharaan perkerasan yang terus menerus
(kontinyu).
c. Besaran-besaran yang dipergunakan.
-
Daya Dukung Tanah (DDT) : yaitu sekedar bilangan skala untuk menyatakan daya
dukung tanah dasar dan mempunyai korelasi khusus terhadap CBR, Group Index,
Kuat Tekan atau besaran lain yamg menyatakan kekuatan tanah dasar.
VI -1
Laporan Perencanaan
Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR) : adalah jumlah kendaraan yang lewat pada
jalan yang direncanakan perhari rata-rata untuk dua jurusan/arah.
Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) : Jumlah lintasan kendaraan rata-rata pada tahun
permulaan pada jalur rencana dengan satuan as tunggal 8,16 ton (18.000 lbs = 18
kips) atau (18 Kips Single Axle Road).
Lintas Ekivalen Akhit (LEA) : Jumlah lintasan kendaraan rata-rata pada tahun
akhir dan masa pelayanan pada jalur rencana dengan as tunggal 8,16 ton.
Lintas Ekivalen Tengah (LET) : Jumlah lintasan kendaraan rata-rata selama masa
pelayanan pada jalur rencana dengan satuan as tunggal 8,16 ton.
Jalur Rencana : adalah suatu jalur dari jalan yang paling banyak (padat) dilewati
kendaraan.
Pada jalan dua jalur biasanya salah satu jalur; sedang pada jalan berjalur banyak
terpisah (multi lane divided) adalah pada jalur terluar.
Faktor Regional (FR) : Faktor koreksi sebagai akibat adanya perbedaan antara
kondisi lapangan yang dihadapi dengan kondisi AASHO Road Test yang antara
lain dapat meliputi : iklim, curah hujan, kondisi alignment/topografi, lalu lintas,
fasilitas drainase dan lain sebagainya.
IPo dan IPt : IPo adalah nilai IP pada awal tahun permulaan, sedangkan IPt adalah
IP pada akhir masa pelayanan. Pemilihan harga IPo dan IPt tergantung pada jenis
perkerasan dan klas jalan.
Pemilihan IPt menunjukkan tingkat kerusakan yang diijinkan/direncanakan pada
akhir masa pelayanan.
Faktor penyesuaian (FP) : adalah faktor koreksi sehubungan rencana yang kita
perhitungkan tidak sama dengan 10 tahun.
FP =
-
UR
10
Angka Ekivalen Beban (AE) : adalah besaran yang menyatakan jumlah lintasan as
tunggal 8,16 ton atau 18.000 lbs yang menyebabkan derajat kerusakan yang sama
dengan beban as yang mempunyai AE tersebut, bilamana lewat (lintasan) satu kali.
PT. WASTU WIDYAWAN
Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232
Telp. (024) 8442614
Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh
Telp. (0651) 23808
VI -2
Laporan Perencanaan
Rumus AE :
4
BebanSumbuTunggal
As tunggal : AEtg =
8
.
160
kg
BebanSumbu Tunggal
As Tandem : AEtg =
8 .160 kg
x 0 .086
atau bagian dari kendaraan yang lewat dari jalur rencana dari keseluruhan
kendaraan yang lewat pada jalan yang dimaksud.
-
Indeks Tebal Perkerasan (ITP) : adalah besaran yang menyatakan nilai konstruksi
perkerasan yang besarnya tergantung pada tebal masing-masing lapisan serta
kekuatan relative dari lapisan-lapisan tersebut.
Rumus ITP :
Penggunaan Nomogram.
a. Hitung ADT masing-masing jenis kendaraan untuk tahun ke 0 dan untuk tahun ke n (n
= umur rencana).
ADTt =
ADTo + ADTn
2
VI -3
Laporan Perencanaan
FP =
f.
UR
10
g. Cari daya dukung tanah dasar (DDT) melalui grafik yang tersedia.
h. Pilih nomogram yang sesuai ( kombinasi IPo dan IPt ).
Jalan kelas tinggi IPo dan IPt perlu tinggi pula.
Jalan kelas sedang IPo dan IPt perlu sedang pula.
Jalan kelas rendah IPo dan IPt perlu rendah pula.
i.
j.
Dengan data DDT dan LER melalui nomogram yang sudah dipilih akan diperoleh ITP.
Melalui tabel yang tersedia tentukan jenis tiap lapisan perkerasan serta tebal minimum
dari masing-masing lapisan.
rencana
Pelaksanaan
ITP = a1 D1 + a 2 D2 + a3 D3
a1,a2,a3
D1,D2,D3
Angka 1, 2 dan3 : masing-masing untuk lapis permukaan, lapis pondasi dan lapis pondasi
bawah.
6.1.4.2. Metode Konstruksi Bertahap.
Metode perencanaan konstruksi bertahap didasarkan atas konsep sisa umur. Perkerasan
berikutnya direncanakan sebelum perkerasan pertama mencapai keseluruhan masa
fatique.
PT. WASTU WIDYAWAN
Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232
Telp. (024) 8442614
Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh
Telp. (0651) 23808
VI -4
Laporan Perencanaan
Untuk itu tahap kedua diterapkan bila jumlah kerusakan (cumulative Damage) pada tahap
pertama sudah mencapai k.1.60%. Dengan demikian sisa umur tahap pertama tinggal
k.1. 40%.
Untuk menetapkan ketentuan diatas maka perlu dipilih waktu tahap pertama antara 25% 50% dari waktu keseluruhan. Misalnya : UR = 20 tahun, maka tahapI antara 5 10 tahun
dan tahap II 5 10 tahun.
Perumusan konsep sisa umur ini dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Jika pada akhir tahap I tidak ada sisa umur (sudah mencapai fatique, misalnya timbul
retak), maka tebal perkerasan tahap I didapat dengan memasukkan lalu lintas sebesar
LER1.
b. Jika pada akhir tahap II diinginkan adanya sisa umur k.1.40% maka perkerasan tahap I
perlu ditebalkan dengan memasukkan lalu lintas sebesar x LER1
c. Dengan anggapan sisa umur linear dengan sisa lalu lintas, maka :
X LER1
(tahap I plus)
LER1
+ 40% x LER1
(tahap I)
(sisa tahap I)
Diperoleh y = 2,5.
d. Jika pada akhir tahap I tidak ada sisa umur maka tebal perkerasan tahap II didapat
dengan memasukkan lalu lintas sebesar LER2.
e. Tebal perkerasan tahap I + II didapat dengan memasukkan lalu lintas sebesar y LER2.
Karena 60% y LER2 sudah dipakai pada tahap I maka:
Y LER2
VI -5
6.1.5.
Laporan Perencanaan
Start
` Beban lalu lintas
Benklement
Beam Test
Parameter Perencanaan
CBR
Geometrik
Inventory
Analisa Data
Lapangan
Menentukan
Unique Section
Tebal Perkerasan
Selesai
VI -6
6.1.6.
Laporan Perencanaan
Tabel 1
Jumlah jalur
E = angka ekivalensi
Diketahui :
- Konfigurasi beban
sumbu
- Sumbu tunggal / ganda
Fe = Faktor
Ekivalensi
C = koefisien
distribusi kend.
LEP = Lintas
Ekivalen
N
LHR
J =1
xC j xE j
LEA = Lintas
Ekivalen Akhir UR
LEA =
J =1
n = umur
rencana (tahun)
LHR J (1 + i ) UR xC j xE
LEA = Lintas
Ekivalen Tengah UR
FP = faktor
penyesuaian
II
Tabel 2
Tabel 3
LEP =
i = pertumbuhan
lalu lintas (%)
I (kend./hari)
LET =
LEP + LEA
2
LER= LETxFP
n
FP =
10
Tabel 4
IPo = Indeks
Permukaan awal
Grafis
DDT
CBR
Tabel 5
FR = faktor
regional
VI -7
Laporan Perencanaan
a1 ; a2 ; a 3
D2&D3
D1
No
Desain
Yes
selesai
VI -8
6.1.7.
Laporan Perencanaan
VI -9
Laporan Perencanaan
6.2.
6.2.1.
Tahapan Perhitungan
XT = X +
Sx
(YT Yn )(mm)
Sn
90%. Xt
( mm/jam )
4
I=
t1
= ( 2/3. 3,28 . L0 .
t2
nd
s
) 0,167
L
60V
VI -10
Tc
t1
Laporan Perencanaan
t2
C =
1
.C . I . A ( m 3 / detik )
3,6
2)
Q
( m2 )
V
VI -11
3)
Laporan Perencanaan
Hitung luas penampang basah yang paling ekonomis yang dapat menampung debit
yang dapat menampung debit maksimum, disesuaikan dengan bentuk selokan/goronggorong.
4)
5)
0.5 d ( m ).
w =
6)
Hitung kemiringan tanah pada lokasi yang akan dibuat saluran dengan rumus :
i
= (
V .n
)2
R2 / 3
Periksa kemiringan tanah pada lokasi yang akan dibuat saluran dengan rumus :
i
t1 t2
x 100 %
L
VI -12
6.2.2.
Laporan Perencanaan
Table . 5
Tetapkan Banjir
Rencana 5 Th
Tentukan Panjang
Daerah Pengaliran
Table . 6
Table . 7
Panjang
Daerah
Pengaliran
L.1 L.2 L.3
Tentukan
Xrt, Sx
dg Rumus Statistik
Rumus Gumbel
Sx
XT=x+
YT - Yn
Sn
Y
t
Y
n
Jenis bahan
Permukaan Daerah
Aliran
S
n
A1; A2; A3
C1; C2; C3
A = A1; A2; A3
XT
Kurva
basis
I=
90% XT
Waktu
Konsentrasi ( T C )
A1.C1+A2.C2+A3.C
R=
A
I
Rencana
Q=
1
3,6
C.I.A
VI -13
Laporan Perencanaan
Fd = Q / V
Rumus Penampang
Ekonomis
Luas Penampang
Ekonomis (Fe)
F d = Fe
Tinggi = h
Lebar = b
W = (0,5 d)
R=F/P
( i ) Lapangan
Rumus manning
i = (V . n / R2/3 )2
( i ) perhitungan
( i ) lap. = ( i ) perh.
( i ) lap ( i ) perh.
Tabel 4.
( i ) lap. = ( i ) perh.
Selokan dengan
pematah arus
Kemiringan Selokan
tanpa pematah arus
VI -14
6.2.3.
Laporan Perencanaan
2.
3.
4.
6.2.4.
5.
6.
Data hasil perhitungan intensitas hujan digambar dalam kurva basis (Gambar 6.2.1)
7.
8.
9.
10.
Plesteran 1 pc : 4 ps
Hasil perhitungan volume pekerjaan untuk masing-masing ruas jalan dapat dilihat pada
Laporan Rencana Anggaran Biaya (RAB).
VI -15
6.3.
Laporan Perencanaan
Faktorharimaksimum : 1,1.
1.
c.
Lebar bersih 1 m
Kedalaman 1 rn
Bak pelepas tekanan harus dilengkapi dengan pipa penguras, pipa masuk pipa keluar
dan pipa peluap.
d. Konstruksi dari bak pelepas tekanan ini adalah sebagaimana yang diperlihatkan pada
gambar.
2.
Valve
Valve berfungsi menghentikan aliran dan mengatur aliran. Valve harus ditempatkan pada
tempat-tempat tertentu sehingga, jika ada kebocoran pipa, tidak semua sistim terganggu
PT. WASTU WIDYAWAN
Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232
Telp. (024) 8442614
Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh
Telp. (0651) 23808
VI -16
Laporan Perencanaan
tetapi dengan menutup satu atau beberapa valve, daerah yang terganggu akibat kebocoran
tersebut dapat diperkecil.
Jika terdapat perbedaan ketinggian yang cukup besar antara jalur-jalur pipa/perbedaan sisa
tekanan yang cukup besar, valve perlu ditempatkan pada persimpangan jalur pipa tersebut.
3.
4.
Wash out.
Wash out berfungsi untuk mengeluarkan kotoran-kotoran endapan yang ada didalam pipa.
Pada umumuya endapan akan terkumpul pada tempat-tcmpat terendah dan jalur-jalur pipa
sehingga wash out harus ditempatkan pada tempat-tempat terendah dari jalur pipa.
5.
b.
c.
d.
Pipa lubang peluap harus dipasang sedikit lebih tinggi dari pada pipa masukan. Pipa
peluap sekaligus bisa berfungsi sebagai lubang hawa.
e.
Pipa peluap harus berdiameter cukup besar untuk melayani aliran maksimum yang
sudah diperhitungkan.
f.
Pipa peluap dan pipa keluaran ke jaringan distribusi harus memakai saringan.
g.
Pada bak penampung harus ada lubang (manhole) yang besarnya cukup untuk
dilewati orang masuk ke dalam bak.
h.
Atap/plafon bak penampung harus mempunyai kemiringan yang cukup sehingga air
hujan tidak tergenang di atasnya.
6.
Sambungan Rurnah.
Pelayanan dengan cara ini hanya mungkin dilakukan apabila debit air dapat mencukupi
kebutuhan seluruh penduduk yang dilayani, serta tingkat penghasilan masyarakat yang
sudah cukup tinggi bagi pembayaran reslribusi sambungan rumah. Dalam merencanakan
penggunaan sambungan langsung sebagai sistim pelayanan hal utama yang perlu
PT. WASTU WIDYAWAN
Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232
Telp. (024) 8442614
Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh
Telp. (0651) 23808
VI -17
Laporan Perencanaan
8.
9.
10.
11.
VI -18
Laporan Perencanaan
Hitung kehilangan tekanan per 1000 m (hf/1000) dengan menenggunakan rumus Hazen
William atau tabel Hazen William.
Rumus Hazen William:
Q = 0,282 x C x D 2,63 x S 0,54
Dimana :
Q = debit dalam m/s
S = koefesien kekasaran pipa ( 130 )
D = diameter pipa dalam m.
S = slope
13.
Detail Sambungan
Dalam membuat detail sambungan antara jalur-jalur pipa diperlukan accessories /
perlengkapan pipa. Jenis dan ukuran accesories yang disediakan dapat dilihat dalam
lampiran. Standard sambungan dan kebutuhan acccsories untuk bronkaptering, pelepas
tekanan, dan taping untuk kran umum.
14.
Jembatan Pipa
a.
6.3.1.
b.
c.
Jika diijinkan oleh instansi yang berwenang, jembatan pipa ditempatkan pada
jembatan yang ada dengan ketentuan
VI -19
Laporan Perencanaan
Tabel 6.3.1
KEBUTUHAN AIR BERSIH
NO
PDDK
.
ZONA
(%)
2005
2006
2007
201
4
201
5
2016
10
11
12
13
14
15
ZONA I
282
2.00
287
293
299
305
311
317
324
330
337
343
350
ZONA II
344
2.00
351
358
365
373
380
388
395
403
411
420
428
Total
626
639
651
664
678
691
705
719
733
748
763
778
6.3.2.
1. Pipa PVC
-
2. Assesories
Jumlah assesories yang dibutuhkan antara lain seperti pada table berikut.
VI -20
Laporan Perencanaan
Tabel 6.3.2
Jumlah Assesories yang dibutuhkan Desa Gampong Baro/Aceh Jaya
No
Assesories
Bahan/Material
Jumlah
Satuan
Tee
PVC
27
Bh
Reducer
PVC
11
Bh
Gate Valve
Bronze
11
Bh
Water Meter
Bronze
98
Bh
Water Moor
PVC
11
Bh
Double Nipple
PVC
11
Bh
Elbow
PVC
Bh
DESCRIPTION
Popolation and Service Coverage
UNIT
2006
2016
person
639
651
664
678
691
705
719
733
748
763
778
person
575
586
598
610
622
634
647
660
673
687
701
90.00
90.00
90.00
90.00
90.00
90.00
90.00
90.00
90.00
90.00
90.00
70.00
70.00
70.00
70.00
70.00
70.00
70.00
70.00
70.00
70.00
70.00
30.00
30.00
30.00
30.00
30.00
30.00
30.00
30.00
30.00
30.00
30.00
person
402
410
419
427
435
444
453
462
471
481
490
person
172
176
179
183
187
190
194
198
202
206
210
B.
Service connection
C.
Person/con.
Person/con.
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
D.
Number of Connection
Domestik
PT. WASTU WIDYAWAN
Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232
Telp. (024) 8442614
Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh
Telp. (0651) 23808
VI -21
Connection
80
82
84
85
87
89
91
92
94
96
98
Connection
a. Governmental office
Connection
11
13
15
17
19
21
Connection
11
13
15
17
19
21
c. Religious facilities
Connection
10
12
14
16
18
20
22
Connection
11
13
15
17
19
21
89
99
108
118
128
138
147
157
167
177
187
Total Connection
E.
Water Consumption
Service by connection
ltr/p/day
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
ltr/p/day
25
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
a. Governmental office
ltr/Con/day
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
ltr/Con/day
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
c. Religious Centre
ltr/Con/day
1,500
1,500
1,500
1,500
1,500
1,500
1,500
1,500
1,500
1,500
1,500
d. Others
ltr/Con/day
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
Non Domestic
F.
Water Demand
Domestic demand
3
G.
Laporan Perencanaan
36.5
38.1
38.9
39.6
40.4
41.2
42.1
42.9
43.8
44.6
45.5
m3/day
32.2
32.8
33.5
34.2
34.8
35.5
36.2
37.0
37.7
38.5
39.2
m3/day
4.3
5.3
5.4
5.5
5.6
5.7
5.8
5.9
6.1
6.2
6.3
6.0
15.0
24.0
33.0
42.0
51.0
60.0
69.0
78.0
87.0
96.0
a. Governmental office
m3/day
1.0
3.0
5.0
7.0
9.0
11.0
13.0
15.0
17.0
19.0
21.0
m3/day
1.0
3.0
5.0
7.0
9.0
11.0
13.0
15.0
17.0
19.0
21.0
c. Religious
m3/day
3.0
6.0
9.0
12.0
15.0
18.0
21.0
24.0
27.0
30.0
33.0
Non Domestic
d. Others
m3/day
1.0
3.0
5.0
7.0
9.0
11.0
13.0
15.0
17.0
19.0
21.0
m3/day
42.5
53.1
62.9
72.6
82.4
92.2
102.1
111.9
121.8
131.6
141.5
Water Losses
Production processeing
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
20.00
20.00
21.00
21.00
22.00
22.00
23.00
23.00
24.00
24.00
25.00
H.
Production, distribution
m3/day
53.1
66.4
79.6
91.9
105.7
118.3
132.6
145.3
160.2
173.2
188.7
Net production
m3/day
53.7
67.0
80.4
92.9
106.8
119.5
133.9
146.8
161.8
175.0
190.6
m3/day
1.15
1.15
1.15
1.15
1.15
1.15
1.15
1.15
1.15
1.15
1.15
m3/day
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
m3/day
61.1
76.3
91.5
105.7
121.5
136.0
152.4
167.1
184.3
199.2
217.0
m3/hour
3.8
4.8
5.7
6.6
7.6
8.5
9.5
10.4
11.5
12.4
13.6
Production duration
hour
24.0
24.0
24.0
24.0
24.0
24.0
24.0
24.0
24.0
24.0
24.0
m3/day
61.1
76.3
91.5
105.7
121.5
136.0
152.4
167.1
184.3
199.2
217.0
ltr/sec
0.7
0.9
1.1
1.2
1.4
1.6
1.8
1.9
2.1
2.3
2.51
VI -22
6.4.
Laporan Perencanaan
6.4.1.
Jamban Umum
Direncanakan untuk 1 (satu) jamban umum digunakan untuk 5 KK atau 25 jiwa. Lokasi pembuatan
jamban umum direncanakan menyesuaikan dengan penempatan kran umum.
6.4.1.1.
Bangunan Atas
-
Pondasi
Pondasi rumah jamban adalah pondasi pasangan batu pecah atau batu karang dengan
ketentuan sebagai berikut :
Batu pecah harus keras, bersih dan tidak ada tanda-tanda pelapukan.
Batu karang harus keras, tidak terdapat tanda-tanda pelapukan, berwarna kuning putih
atau kuning muda, tidak berwarna hitam atau abu-abu.
Ukuran pondasi sesuai dengan gambar, perekat yang digunakan adalah perekat dengan
campuran 1 semen : 4 pasir.
Pasir yang digunakan harus bersih, berbutir tajam dan keras, sebelum pondasi dipasang,
pada dasar lubang galian diberi lapisan batu kosong setebal 10 cm.
Dinding
Dinding jamban adalah pasangan batu merah dengan tebal 0.5 bata. Bata merah yang
digunakan harus berkualitas baik, keras, berwarna merah tua, dengan ukuran standar.
Dinding diplester setebal 1,5 cm, kemudian sebelum dicat dinding harus diplamir terlebih
dahulu.
VI -23
Laporan Perencanaan
Dinding diperkuat oleh sloof, kolom dan ring balok, seperti pada gambar dengan ukuran 12
cm x 12 cm dan campuran beton 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil atau batu pecah.
Pembesian adalah besi beton berdiameter 8 mm untuk tulangan pokok dan diameter 6 mm
untuk sengkang dengan jarak 16 cm.
-
Lantai Jamban
Lantai jamban berupa beton tumbuk tanpa pembesian dengan campuran 1 semen : 2 pasir : 3
kerikil, setebal 5 cm.
Pada bagian tertentu dari lantai, diperlukan urugan pasir yang dapat untuk mencapai
ketinggian yang diinginkan. Lantai beton tumbuk harus diplester dengan campuran 1 semen :
2 pasir dengan ketebalan rata-rata 1,5 cm dengan kemiringan 2% ke arah drain.
Atap
Atap jamban adalah atap seng gelombang BJLS 27 yang berkualitas baik. Rangka atap kayu
Kamper atau yang sederajat dengan semua permukaan diserut halus dan bertumpu pada ring
balk serta diperkuat dengan angker besi beton 10 mm.
Rangka atap setelah terpasang, harus dilapisi meni kayu sampai merata, kemudian dicat
dengan cat minyak.
Pada salah satu sisi atap dipasang talang, yang terbuat dari seng plat BJLS 27 sehingga
pada saat hujan airnya dapat dialirkan ke reservoir agar dapat dipergunakan untuk keperluan
jamban dan talang tersebut ditahan oleh kait-kait penahan talang dari besi plat dengan ukuran
2 cm, tebal 2 mm yang dipasang pada setiap jarak 50 cm.
Pintu Kayu.
Kusen pintu terbuat dari kayu kamper yang diserut halus dan berukuran sesuai gambar serta
harus di meni dan dicat dengan cat minyak yang berkualitas baik.
Rangka pintu di bagian luar dilapisi triplek dengan ketebalan 3 mm dan bagian dalam dilapisi
dengan seng plat BJLS 27.
Pintu dicat dengan cat minyak berkualitas baik, setiap pintu papan bagian dalam dipasang
kunci selot dan dibagian luar dipasang kunci gembok.
Jendela
Jendela terbuat dari kayu kamper yang diserut halus dengan ukuran sesuai gambar, serta
dimeni dan dicat minyak berkualitas.
VI -24
Laporan Perencanaan
Closet
Closet yang digunakan adalah closet jongkok leher angsa berkualitas baik dan dihubungkan
ke tangki septic oleh pipa PVC dia. 100 mm class D.
Closet dipasang di atas pasangan bata ( seperti pada gambar ) dengan campuran perekat 1
semen : 2 pasir dan diplester setebal 1,5 cm dibagian dalam dengan campuran 1 semen : 2
pasir.
6.4.1.2.
Bangunan Bawah
Dasar tangki septic adalah beton tumbuk dengan campuran 1semen : 2 pasir : 3 batu pecah.
Dindingnya terbuat dari pasangan batu merah, dengan tebal setengah bata dan dengan campuran
1 semen : 4 pasir. Dinding dan dasar tangki septic bagian dalam diplester setebal 1.5 cm dengan
campuran 1 semen : 2 pasir.
Tutup tangki septic terbuat dari beton bertulang dengan campuran 1 semen : 2pasir : 3 batu
pecah, dengan tulangan besi beton diameter 10 mm yang dipasang setiap 15 cm.
Tangki septic dilengkapi juga dengan pipa inlet dan pipa outlet PVC clas D diameter 100 mm dan
pipa T diameter 100 mm pada bagian dalam dan juga dilengkapi dengan pipa hawa (udar) dengan
jenis pipa PVC, dengan diameter 0.75. Setelah pengecoran, beton dikeringkan dan ditutup
dengan bejas sak semen selama 7 hari dan disiram pada siang hari, jangan dibiarkan terlalu
kering.
Ukuran septic tank yang direncanakan sebagai berikut :
6.4.1.3.
Panjang
= 2,0 m
Lebar
= 1,0 m
Tinggi
= 1,2 m
Bidang Resapan
-
Untuk lebih jelas gambaran jamban umum, dapat dilihat dalam Album Gambar.
VI -25
6.5.
Laporan Perencanaan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Setelah kita mendapatkan data jumlah penduduk yang akan terlayani dan jumlah timbulan
sampah yang dihasilkan dari jumlah penduduk yang akan terlayani, maka kita dapat
mengetahui berapa jumlah timbulan sampah yang dihasilkan. Analisa di atas tersebut
merupakan bahan pertimbangan kita untuk memilih volume tempat pewadahan dan alat
pengangkutan sampah yang sesuai dengan jumlah timbulan yang di dapat.
Beberapa standard tempat pewadahan yang biasanya di pakai antara lain :
No
1
2
3
4
5
6
7
Jenis wadah
Kantong
Bin
Bin
Bin
Kontainer
Kontainer
Bin
Kapasitas
( liter )
10 40
40
120
240
1000
500
30 40
VI -26
Laporan Perencanaan
:
:
:
:
Uraian
626 jiwa
2.0% (asumsi)
5 tahun
100%
Satuan
2006
2007
Tahun Perencanaan
2008
2009
2010
2011
1 Jumlah penduduk
jiwa
639
651
664
678
691
jiwa
639
651
664
678
691
3 Timbulan sampah :
pemukiman =
1.19
759.84
775.04
790.54
806.35
822.47
pasar =
0.37
236.25
240.98
245.80
250.71
255.73
komersial =
0.2
127.70
130.26
132.86
135.52
138.23
perkantoran =
0.1 liter /
63.85
65.13
66.43
67.76
69.12
fasilitas umum =
0.2 orang /
127.70
130.26
132.86
135.52
138.23
jalan =
0.1
63.85
65.13
66.43
67.76
69.12
saluran =
0.3
191.56
195.39
199.29
203.28
207.35
kawasan industri =
0.1
63.85
65.13
66.43
67.76
69.12
lain - lain =
0.1
63.85
65.13
66.43
67.76
69.12
1698.46
1732.43
1767.08
1802.42
1838.47
hari
Total timbulan
Kebutuhan akan wadah dan alat pengangkutan
4 Tong / Bin
5 Gerobak
120 liter
buah
15
16
16
1 m3
buah
buah
2.25 m3
Catatan :
1. Kebutuhan akan wadah dan alat pengangkutan sampah ( tong, gerobak dan kontainer) pada
tahun 2008 dan 2010 tidak ada, karena pertimbangan umur pemakaian maksimal dari
barang tersebut pada tahun-tahun sebelumnya.(lihat tabel 5.5.2 jenis peralatan)
2. Kebutuhan akan gerobak dilebihkan dengan alasan adanya rotasi pemakaiannya.
VI -27
6.6.
Laporan Perencanaan
Perumahan besar
: 1.300 watt
Perumahan sedang
900 watt
Perumahan kecil
450 watt
c. Jaringan kabel listrik menggunakan jaringan kabel bawah tanah mengikuti rute sisi
jalan guna mencapai pelanggan.
d. Pemasangan lampu jalan.
e. Penanganan kebutuhan beban Listrik pada kawasan
PT. WASTU WIDYAWAN
Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232
Telp. (024) 8442614
Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh
Telp. (0651) 23808
VI -28
Laporan Perencanaan
Daya listrik yang digunakan bersumber dari Perusahaan Listrik Negara (PLN). Sedangkan
jeringan dan lampu penerangan direncanakan sebagai berikut :
Kondisi jaringan direncanakan sedemikian rupa supaya teratur dan aman terutama di
pemukiman padat,
Lampu penerangan jalan ditempatkan pada beberapa ruas jalan, dimana ditempatkan
untuk tiang listrik dengan jarak diatur sedemikian dengan jalur lalu-lintas (jarak lampu
penerangan jalan tiap 20 m dan jarak lampu pedestrian tiap titik titik 10 m)
Penempatan jaringan direncanakan mengikuti jaringan jalan yang ada, dan ditanam di
bawah tanah, dengan pembagian klasifikasi dalam jaringan primer, sekunder, dan
tersier.
6.7.
Sambungan telepon didasarkan pada standar yang berlaku. Penyediaan sambungan telepon
melalui jaringan dari PT. TELKOM.
Tabel Standar Kebutuhan Fasilitas Telekomunikasi
No
1
Prasarana Telekomunikasi
Perdagangan dengan jasa, fasum, fasos,
Standar
17 SST/100 Penduduk
Wartel
Kios Phone
Telepon Umum
Coin
1000 penduduk
Kartu
1000 penduduk
VI -29
Laporan Perencanaan
VI -30
6.8.
Laporan Perencanaan
VI -31
Laporan Perencanaan
6.8.
6.8.1.
KARAKTER
TANAMAN
NAMA
LOKAL
NAMA LATIN
Cemara
Casuarinaceae
laut
Durian
KARAKTER
KHUSUS
Mangga
Jambu Air
Eugenia
Aquea
Asem Jawa
KARAKTER
AKSEN
RUMPUT
Kelapa
Rumput
Gajah
Polytrias Amara
WARNA
LOKASI
TINGGI TANAMAN
DAUN
Hijau
BUNGA
Ungu
BUAH
Coklat
TANAM
23m
DEWASA
8 20 m
Hijau
Putih
Hijau,
Coklat &
Kuning
23m
8 - 12 m
Hijau
Putih
Hijau
1-2m
6 - 10 m
Hijau
Putih
Putih,
Merah &
Hijau
1-2m
6 - 10 m
Hijau
Jingga
Coklat
2m
10 15 m
Kuning Hijau
Kuning
Kuning,
Hijau
12m
8 15 m
Hijau
VI - 31
KARAKTER
TANAMAN
Laporan Perencanaan
NAMA
LOKAL
NAMA LATIN
Cemara
Casuarinaceae
TAJUK DIAMETER
TANAM
1-2 m
DEWASA
56m
Durian
1-2 m
56m
Mangga
12m
56m
12m
56m
Asem Jawa
2m
58 m
Kelapa
0, 5 2 m
34m
laut
KARAKTER
KHUSUS
Jambu Air
KARAKTER
AKSEN
RUMPUT
Rumput
Gajah
Eugenia
Aquea
Polytrias Amara
UKURAN
LUBANG
TANAM
50 x 50 x 100
cm
50 x 50 x 100
cm
50 x 50 x 100
cm
50 x 50 x 100
cm
50 x 50 x 100
cm
50 x 50 x 100
cm
-
JARAK
TANAM
FUNGSI TANAMAN
DIAMETER BATANG
TANAM
10 20 cm
DEWASA
40 50 cm
7 - 10 cm
30 - 40 cm
35m
7 - 10 cm
30 40 cm
5m
7 - 10 cm
30 40 cm
5 - 10 m
20 cm
25 35 cm
5m
Pengarah, Peneduh,
Produktif
Sebagai ground cover
15 20 cm
30 40 cm
5-8m
8m
Diatur rapat
sesuai bentuk
tempat, diatur
sesuai desain
VI - 32
6.8.2.
Laporan Perencanaan
Rencana Lansekap
VI - 33
Laporan Perencanaan
Bab VII
Penutup
7.1.
Kesimpulan
1. Setelah dilakukan perencanaan maka diperoleh besarnya biaya konstruksi untuk
masing-masing jenis pekerjaan infrastruktur. Perhitungan Biaya (Engineer Estimate)
ini mengacu pada harga satuan bahan dan upah yang dikeluarkan oleh Bappeda
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tahun 2006. Selanjutnya dibuat analisa harga
satuan untuk setiap item pekerjaan yang akan dilaksanakan. Secara lengkap
perhitungan Biaya dapat dilihat pada Laporan Rencana Anggaran Biaya.
2. Pelaksanaan pekerjaan masing-masing infrastruktur dapat dilaksanakan secara bertahap
disesuaikan dengan kebutuhan dan teknis di lapangan.
7.2.
Saran
1. Untuk mendapatkan mutu bangunan sesuai dengan yang direncanakan, kontraktor
harus cermat dalam membaca gambar dan pemilihan material.
2. Untuk infrastruktur jalan sistim pelaksanaan timbunan dipadatkan lapis demi lapis
dengan ketebalan maksimal 20 cm menggunakan alat pemadat.
3. Untuk jalan di daerah rawa sebelum ditimbun dilakukan pembersihan terhadap kotoran
yang ada pada dasar tanah.
4. Pekerjaan pembentukan jalan di daerah rawa dilakukan sampai lapis pondasi atas
(Agregat A), sambil menunggu proses konsolidasi selama 3 bulan.
5. Bahwa pada saat perencanaan dilakukan berdasarkan data eksisting, tetapi sebelum
pelaksanaan kemungkinan telah dilaksanakan pekerjaan infrastrukturnya oleh
berbagai pihak atau atas inisiatif warga masyarakat. Untuk mengantisipasi ini
Kontraktor dan Konsultan Supervisi harus mengadakan setting ulang terutama atas
elevasi jalan atau drainase agar mendapatkan hasil yang optimal. Ketidaksamaan
kondisi di lapangan dengan gambar rencana perlu disikapi sebagai sesuatu yang tetap
harus dilaksanakan. Sehingga harus segera diambil keputusan, mengingat program ini
sangat mendesak dan dinantikan oleh masyarakat desa.
VII - 1
Laporan Perencanaan
DAFTAR PUSTAKA
1. Jalan
- Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa
Komponen, SKBI 2.3.26. 1987, UDC : 625.73 (02), Departemen Pekerjaan Umum.
- Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya, No.13 /1970, Direktorat Jenderal Bina
Marga, Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik.
- Spesifikasi dan Standard Jembatan Pelat Beton untuk Jembatan Jalan Raya, No.02/1969,
Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik.
2. Struktur
- Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971, NI 2, Direktorat Jenderal Cipta Karya,
Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik.
- Perhitungan Lentur dengan cara n, UDC : 624.012.45:620.178, Direktorat Jenderal
Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik.
- Vademekum Lengkap Teknik Sipil, Imam Subarkah Ir, Idea Dharma, 1984.
3. Drainase
- Perencanaan dan Pelaksanaan Drainase, Modul P.6.4., Pusat Pendidikan dan Pelatihan,
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Ir. Enus Yunus, April 2000.
- Hidrologi untuk Perencanaan Bangunan Air, Imam Subarkah, Ir, 1980
- Hidrologi Terapan, Sri Harto Dipl.H Ir, 1983
4. Air Bersih
- Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Lingkungan Proyek Pemasangan Pipa Air Baku
Pejompongan, Laporan Akhir, April 1996, PT. Nusuno Karya Consultant.
5. Persampahan
- Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbunan dan Komposisi sampah
perkotaan, SK SNI M-36-1991 03, Departemen Pekerjaan Umum.
- Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan, SK SNI T-13-1990-F, Departemen
Pekerjaan Umum.
- Spesifikasi Timbulan Sampah Untuk Kota Kecil dan Kota Sedang di Indonesia, SK SNI
S-04-1993-03, Departemen Pekerjaan Umum.
6. Listrik
- Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000), SNI 04-0225-2000.
7. Lain-lain
-
Penetapan Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam,
SK Gubernur Provinsi NAD
Nomor : 050.205/414/2005, Tahun 2006, Biro
Perlengkapan Sekretariat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Penyesuaian Standar Barang dan Harga Satuan Barang Kebutuhan Pemerintah Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam, SK Gubernur Provinsi NAD Nomor : 050/023/2006, Biro
Perlengkapan Sekretariat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
PT. WASTUWIDYAWAN
Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232
Telp. (024) 8442614
Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh
Telp (0651) 23808
Laporan Perencanaan
Penyesuaian Standar Barang dan Harga Satuan Barang Kebutuhan Pemerintah Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam, SK Gubernur Provinsi NAD Nomor : 050/024/2006, Biro
Perlengkapan Sekretariat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Rencana dan Estimate Real Cost, Bachtiar Ibrahim H, Bumi Aksara, 1978.
Dasar Penyusunan Anggaran Biaya Bangunan, J.A.Mukomoko Ir, Kurnia Esa, 1977
PT. WASTUWIDYAWAN
Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232
Telp. (024) 8442614
Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh
Telp (0651) 23808