Anda di halaman 1dari 40

MALNUTRISI PADA ANAK

DAN PENANGANANNYA
Endang Dewi Lestari
Sub Bag Nutrisi dan Penyakit
Metabolik
Ilmu Kesehatan Anak
FK UNS-RSUD Dr. Moewardi

DEFINISI
adanya

bengkak (odim) pada kedua kaki, atau


tampak sangat kurus (berat badan menurut
TB < 70% atau <-3 SD baku median WHONCHS), atau
manifestasi klinis dari gizi buruk (marasmus,
kwashiorkor, marasmus-kwashiorkor)

Marasmus
Etiologi:
intake
penyakit

metabolik
kelainan kongenital
infeksi kronik
dsb

Patofisiologi marasmus
Jumlah

energi dalam tubuh kurang


Penggunaan cadangan protein sebagai
sumber energi sehingga terjadi penghancuran
jaringan, tetapi juga terjadi sintesis glukosa
dan metabolit lain sehingga asam amino
masih ada.

Gejala klinis
marasmus
Kurus kering, rewel cengeng,
penakut,
apatik, napsu makan hilang, BB turun
Jaringan subkutan hilang, turgor jelek, kulit
keriput
Lemak pipi hilang: wajah orang tua
UUB cekung, tulang pipi dan dagu menonjol,
mata lebih besar dan cekung
Perut buncit atau cekung dg gamb usus
Atropi otot: hipotoni
Suhu tubuh sub normal, madi lambat,
metabilisme basal menurun

Penyakit penyerta
marasmus
Enteritis
Infestasi

cacing

TBC
Defisiensi

vitamin A

Kwashiorkor
Etiologi:
Intake
Diare

kronik
Malabsorbsi protein
Hilangnya protein melalui
air kemih
Infeksi menahun
Luka bakar
Penyakit hati

Patofisiologi kwashiorkor
Terjadi

defisiensi protein murni


Tidak terjadi katabolisme jaringan berlebih oleh
karena persediaan energi cukup
Terjadi gangguan metabolik dan perubahan sel
sehingga terjadi odim dan perlemakan hati

Gejala klinis
kwashiorkor
Sembab, letargis, cengeng, mudah
terangsang, pd thp lanjut>apatik, sopor, koma
Pertumbuhan terhambat, BB turun tak
mencolok
Odim
Jaringan otot mengecil, tonus menurun
Anoreksi dan diare
Rambut: pirang, berstruktut kasar, mdh
dicabut
Bulu mata tampak lebih panjang
Kulit kering, bersisik, garis-garis kulit
Mudah terjangkit infeksi

Penyakit penyerta
kwashiorkor
Defisiensi

vitamin dan mineral: defisiensi


vitamin A, riboflavin, anemia def. Besi, anemia
megaloblastik

Masalah pada penderita gizi


buruk
terjadinya

hipoglikemia,
hipotermia,
menderita infeksi berat,
gangguan elektrolit berat.

Diagnosis
Gambaran diagnostik kunci
Berat badan menurut panjang (tinggi) badan
<70% baku median WHO-NCHS atau 3 SD
(marasmus)
Odim kedua kaki (kwashiorkor atau marasmus
kwashiorkor)

Anamnesis

Intake makanan cairan akhir-akhir ini


Makanan biasanya (sebelum menderita sakit)
Pemberian ASI
Lama dan frekuensi diare dan muntah
Jenis diare (cair/diare berdarah)
Hilangnya nafsu makan
Lingkungan keluarga
Batuk kronis
Kontak dengan penderita tuberkulosis
Kontak dengan penderita campak

Pemeriksaan fisik

Tanda dehidrasi maupun syok


Telapak tangan apakah pucat
Tanda defisiensi vitamin A pada mata:
Konjungtiva dan kornea yang kering, Bitots spot.

Ulkus kornea
Keratomalasia

Panas atau hipotermia


Lokal infeksi meliputi: faringitis, otitis media, infeksi
kulit atau pneumonia.

Pemeriksaan fisik (lanjutan)

Ulkus di mulut
Perubahan kulit pada kwashiorkor:
Hipo atau hiperpigmentasi
Deskuamasi
Ulserasi (tersebar pada tungkai dan lengan, paha,
genital, dan belakang telinga)
Lesi eksudatif (menyerupai luka bakar yang parah), sering
disertai infeksi sekunder, termasuk kandidiasis

ASUHAN KEPERAWATAN
Perawat yang bertugas harus terlatih.
Di rumah sakit, penderita harus terpisah dari
bangsal infeksi dan ditempatkan pada area yang
hangat dan mudah diawasi.
gunakan
air hangat, dan secepat mungkin
permukaan tubuhnya dikeringkan.
Mengatur pemberian makan yang benar dan sesuai
intruksi dokter, siang/ malam hari.
Memantau intake dan berat badanPerlu komunikasi
dengan petugas kesehatan di unit rawat jalan.

Penanganan Gizi Buruk


No

TINDAKAN
PELAYANAN

STABILISASI
Hari 1-2

Hari 3-7

TRANSISI

REHABILITASI

Minggu 2

Minggu 3-7

Hipoglikemia

Hipotermia

Dehidrasi

Elektrolit

Infeksi

Mulai
Makan

Tumbuh kejar

Mikronutrien

Stimulasi

10

Tindak lanjut

Pemb

Tanpa Fe

Dg Fe

1. Hipoglikemia
Diagnosis
Hipoglikemia: glukosa darah < 3 mmol/l (<54 mg/dl).
jika tidak dpt dilakukan pemrksan glukosa darah,
asumsikan bhw semua anak dengan gizi buruk
menderita hipoglkemia.
Penanganan
Beri 50 ml 10% glukosa/air gula (1 sendok takar/sendok
teh 5 cc gula pasir dalam 3 sendok makan air)
peroral/ pipa nasogastrik, diikuti dengan makanan.

1. Hipoglikemia
Pemantauan
Jika glukosa darah rendah, ulangi pengukuran
dalam 30 menit.
Jika glukosa darah <54 mg/dl atau anak
mengantuk ulangi pemberian 10% glukosa atau
air gula.
Jika keadaan memburuk, ulangi pengukuran
dextrostix dan beri penanganan yang sesuai.
Pencegahan
Beri makan setiap 2 jam.

2. Hipotermia
Diagnosis
Jika temperatur aksiler < 35C, atau tidak tercatat,
dapat diasumsikan hipotermia. Jika temperatur yang
dapat membaca suhu rendah ada, ambil temperatur
anal
(<
35,5C)
untuk
mengkonfirmasikan
hipotermia.
Penanganan
Beri makan secepatnya.
Yakinkan bahwa anak dalam keadaan hangat.

2. Hipotermia
Pemantauan
Ambil suhu rektal anak tersebut setiap 2 jam
sampai suhu lebih dari 36,5C.
Pastikan bahwa anak selalu tertutup setiap
saat. Tutup kepalanya dengan yang hangat
untuk mengurangi pengurangan suhu di
kepala.
Periksa adanya hipoglycaemia.

2. Hipotermia
Pencegahan
Beri anak makanan setiap 2 jam.
Tempatkan pada kasur yang hangat, dan tutupi
anak dengan selimut.
Gantilah kain/baju/selimut yang menyelimuti anak
yang basah untuk menjaga anak tetap kering.
Jangan membiarkan anak dalam tempat yang
dingin.
Biarkan
anak tidur dengan ibunya untuk
memberikan kehangatan.

3. Dehidrasi
Penanganan
Jangan memakai jalur IV untuk rehidrasi, kecuali jika
syok.
Berikan ReSoMal, secara oral atau dengan pipa
nasogastrik.
Bila masih diperlukan cairan rehidrasi pada 6 jam
atau 10 jam setelah evaluasi, berikan F75.
Mulai berikan makanan dengan F75.

3. Dehidrasi
Pemantauan
Pantau tiap jam dalam waktu 2 jam pertama,
kemudian tiap jam dalam 6-12 jam berikutnya.
Amati tanda-tanda overhidrasi. Amati:
Respirasi
Nadi
Frekwensi buang air kencing
Frekwensi buang air besar dan muntah

3. Dehidrasi

Pencegahan
Pada
prinsipnya sama seperti pecegahan
dehidrasi pada penderita anak dengan gizi baik,
tetapi cairan yang digunakan adalah ReSoMal.
Jika anak masih menetek, lanjutkan menetek
Berikan makan dengan F-75
Berikan
ReSoMal
diantara
makan
untuk
menggantikan cairan yang hilang tiap buang air
besar. Berikan 50-100 ml setiap kali buang air
besar.

4. Keseimbangan Elektrolit
Semua anak dengan gizi buruk mengalami defisiensi
kalium dan magnesium yang memerlukan waktu
sekitar 2 minggu atau lebih untuk mengkoreksinya.
Jangan mengobati odim dengan diuretik. Kurangi
kelebihan natrium pada tubuh anak meskipun
natrium plasma anak mungkin rendah.
Pemberian natrium yang berlebihan pada anak
dengan gizi buruk dapat mengancam jiwanya.

4. Keseimbangan Elektrolit
Pengobatan
Berikan kalium (3-4 mmol/kg BB tiap hari)
Berikan magnesium (0,4-0,6mmol/kg BB/hr)
Ketika rehidrasi, berikan cairan rendah natrium
(ReSoMal)
Makanan yang diberikan rendah garam atau kalau
perlu tanpa garam
Kalium
dan
Magnesium
tambahan
dapat
dicampurkan pada makanannya.

5. Infeksi
Penanganan
Antibiotik spektrum luas
Berikan imunisasi campak (anak > 6 bulan dan belum mendapat
imunisasi sebelumnya)
Pilihan antibiotik spektrum luas

berikan kotrimoksazol selama 5 hari


Bila dg komplikasi, berikan Ampisilin, lanjut secara oral dengan amoksilin
selama 5 hari
Dan Gentamisin selama 7 hari
Bila anak belum membaik selama 48 jam, tambahkan kloramfenikol
selama 5 hari

5. Infeksi
Pemantauan
Bila anak menderita anoreksia setelah pengobatan
antibiotik, lanjutkan pemberian antibiotik sampai
10 hari penuh. Bila anak masih menderita
anoreksia, nilai kembali keadaan anak secara
menyeluruh, meliputi kemungkinan infeksi lain,
keadaan resisten obat, dan apakah vitamin serta
mineral telah diberikan dengan benar.

6. Defisiensi Mikronutrien
Semua anak dengan gizi buruk menderita
defisiensi vitamin dan mineral.
Penanganan
Berikan (sampai paling sedikit 2 minggu):

Suplemen multivitamin
Asam folat (5 mg pada hari 1, kemudian 1mg/hari)
Seng (2 mg Zn/kg BB/hari)
Kuper (0,3 mg Cu/kg BB/hari)
berikan sulfat ferrous (3 mg Fe/kg BB/hari)
Berikan vitamin A secara oral.

7. Pemberian Makan
Penanganan
Pemberian makan dimulai segera setelah anak
masuk bangsal.
sedikit-sedikit tapi sering, rendah osmolalitasnya dan
rendah laktosa
Makanan oral atau nasogastrik
100 kkal/kg/hari, Protein: 1-1,5 g/kg BB/hari
Cairan: 130 ml/kg BB/hari (100 ml/kg BB/hari bila
anak mempunyai odim berat)

7. Pemberian Makan

Berikan jadwal banyaknya pemberian formula (F75).


ASI dilanjutkan (kalau menetek)
Bila intake makanan anak tidak mencapai 80 kkal/kg
BB/hari, berikan sisa kekurangannya melalui pipa
nasogastrik.
Pemberian
jangan
melebihi
100
kkal/kg/hari pada fase inisial ini.
Pemantauan
Jumlah makanan
Muntahan
Frekwensi dan konsistensi buang air besar
Timbang Berat Badan tiap hari

8. Tumbuh Kejar
Penanganan
Pada periode transisi, dianjurkan untuk merubah secara
perlahan dari formula awal ke formula lanjutan (F75 ke
F100/modifikasi).
naikkan 10 ml setiap kali, sampai tercapai jumlah 30
ml/kg BB/kali (=200 ml/kg BB/hari).
Setelah periode transisi dilampaui, beri:
Makanan dg jumlah tidak terbatas dan sering
Energi: 150-220 kkal/kg BB/hari
Protein 4-6 g/kgBB/hari
Selain formula/makanan, ASI teruskan.

8. Tumbuh Kejar
Pemantauan
Hindari penyebab gagal jantung. Pantau tanda awal
nadi dan napas cepat
Bila frekwensi nadi dan napas meningkat

Kemudian, perlahan naikkan sebagai berikut:

Kurangi volume makan menjadi 100 ml/kgday dalam 24 jam


115 ml/kgBB/hari untuk 24 jam berikutnya
130 ml/kgBB/hari untuk 48 jam berikutnya

Kemudian, tingkatkan tiap kali makan 10 ml

8. Tumbuh Kejar
Nilai kemajuan. Setelah fase transisi, kemajuan
dinilai dengan melihat peningkatan berat badan.
Timbang berat badan tiap pagi.
Hitung dan catat peningkatan BB tiap 3 hari sebagai
g/kg/hari.
Jika peningkatan berat badan adalah:

Kurang (<50g/kgBB/minggu). Cek apakah asupan makanan


mencapai target atau apakah infeksi telah dapat diatasi.
Baik (> 50g/minggu), lanjutkan pemberian makan.

9. Stimulasi sensorik dan


dukungan emosional
Pada penderita gizi buruk terjadi keterlambatan
perkembangan mental dan perilaku, karenanya
berikan:
Kasih sayang
Lingkungan yang ceria
Terapi bermain terstruktur
Aktifitas fisik segera setelah sembuh
- Keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan,
bermain, dsb)

10. Tindak Lanjut di Rumah


BB telah membaik bila: mencapai 90% berat badan
menurut panjang (ekivalen 1 SD)
Pemberian makan dan stimulasi sensorik dilanjutkan di
rumah.
Mintalah orang tua untuk datang kontrol (minggu 1, 2
dan 4), kemudian setiap bulan dalam 6 bulan dan
pastikan bahwa anak telah mendapat:
Imunisasi booster
Vitamin A tiap 6 bulan

10. Tindak Lanjut di Rumah


Perawatan dirumah pada anak yang belum pulih,
lakukan pada keadaan berikut:
Keadaan Anak

Anak berumur 12 bulan atau lebih


Sudah mendapat pengobatan antibiotik dengan lengkap
Napsu makan baik
Menunjukan peningkatan berat badan
Odim sudah menghilang (jika sebelumnya ada)
Telah mendapatkan kalium, magnesium, mineral dan
vitamin selama 2 minggu (atau jika memungkinkan bias
dilanjutkan di rumah)

10. Tindak Lanjut di Rumah

Ibu atau pengasuh anak

Tidak bekerja diluar rumah


Sudah dilatih cara memberikan makan (jenis,
jumlah dan frekwensi)
Mempunyai sumber keuangan untuk memberi
makan anak
Termotivasi untuk mengikuti nasihat yang diberikan

Petugas kesehatan lokal

Telah dilatih untuk memberikan perawatan dirumah

10. Tindak Lanjut di Rumah


mendapatkan makan tinggi kalori dan tinggi
protein sesering mungkin, paling sedikit 5 kali
sehari, dengan jumlah kalori 150 kkal/kg BB
dan protein 4 g/kg BB.
Pemberian
suplemen
elektrolit
dan
mikronutrien perlu dilanjutkan.
Bila dalam 2 minggu, berat badan anak tidak
meningkat, anak harus dirujuk kembali ke
rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai