Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hak dan kewajiban merupakan suatu hal yang terikat satu sama lain, sehingga
dalam praktik harus dijalankan dengan seimbang . Hak merupakan segala sesuatu
yang pantas dan mutlak untuk didapatkan oleh individu sebagai anggota warga
negara sejak masih berada dalam kandungan, sedangkan kewajiban merupakan
suatu keharusan / kewajiban bagi individu dalam melaksanakan peran sebagai
anggota warga negara guna mendapat pengakuan akan hak yang sesuai dengan
pelaksanaan kewajiban tersebut . Jika hak dan kewajiban tidak berjalan secara
seimbang dalam praktik kehidupan , maka akan terjadi suatu ketimpangan yang
akan menimbulkan gejolak masyarakat dalam pelaksanaan kehidupan individu baik
dalam kehidupan bermasyarakat , berbangsa , maupun bernegara .
Dewasa ini sering terlihat ketimpangan antara hak dan kewajiban , terutama dalam
bidang lapangan pekerjaan dan tingkat kehidupan yang layak bagi setiap warga
negara . Lapangan pekerjaan dan tingkat kehidupan yang layak merupakan hal
yang perlu diperhatikan . Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 menjelaskan bahwa Tiap - tiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan . Secara garis besar dapat dijelaskan bahwa pekerjaan dan tingkat
kehidupan yang layak merupakan hak untuk setiap warga negara sebagai salah
satu tanda adanya perikemanusiaan . Lapangan pekerjaan merupakan sarana yang
dibutuhkan guna menghasilkan pendapatan yang akan digunakan dalam
pemenuhan kehidupan yang layak . Penghidupan yang layak diartikan sebagai
kemampuan dalam melakukan pemenuhan kebutuhan dasar , seperti : pangan ,
sandang , dan papan .
Pada era globalisasi ini sering terlihat tingginya angka akan tuntutan hak tanpa
diimbangi dengan kewajiban .
B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah pada makalah dtitujukan untuk merumuskan permasalahan yang


akan dibahas pada pembahasan dalam makalah. Adapun rumusan masalah yang
akan dibahas dalam makalah, sebagai berikut :

Pengertian Hak, Kewajiban, dan Warga Negara


Siapakah yang berhak menjadi warga Negara Indonesia
Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

C. TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan dalam makalah ditujukan untuk mencari tujuan dari dibahasnya
pembahasan atas rumusan masalah dalam makalah . Adapun tujuan penulisan
makalah, sebagai berikut :

1.

Memahami pengertian akan hak dan kewajiban warga negara.

2.
Memahami siapa siapa saja yang memiliki hak menjadi warga negara
Indonesia.
3.
Mengetahui tentang apa saja yang menjadi Hak dan Kewajiban sebagai warga
Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN HAK , KEWAJIBAN DAN WARGA NEGARA

Hak adalah segala sesuatu yang pantas dan mutlak untuk didapatkan oleh individu
sebagai anggota warga negara sejak masih berada dalam kandungan . Hak pada
umumnya didapat dengan cara diperjuangkan melalui pertanggungjawaban atas
kewajiban .
Contoh Hak Warga Negara Indonesia :
Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan hukum.
Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.
Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata hukum dan di dalam
pemerintahan.

Setiap warga negara bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan agama dan
kepercayaan masing-masing yang dipercayai.
Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran.
Setiap warga negara berhak mempertahankan wilayah negara kesatuan Indonesia
atau NKRI dari serangan musuh.
Setiap warga negara memiliki hak sama dalam kemerdekaan berserikat, berkumpul
mengeluarkan pendapat secara lisan dan tulisan sesuai undang-undang yang
berlaku.

Kewajiban adalah segala sesuatu yang dianggap sebagai suatu keharusan /


kewajiban untuk dilaksanakan oleh individu sebagai anggota warga negara guna
mendapatkan hak yang pantas untuk didapat . Kewajiban pada umumnya
mengarah pada suatu keharusan / kewajiban bagi individu dalam melaksanakan
peran sebagai anggota warga negara guna mendapat pengakuan akan hak yang
sesuai dengan pelaksanaan kewajiban tersebut.

Contoh Kewajiban Warga Negara Indonesia :


Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk berperan serta dalam membela,
mempertahankan kedaulatan negara indonesia dari serangan musuh.
Setiap warga negara wajib membayar pajak dan retribusi yang telah ditetapkan
oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah (pemda).
Setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi dasar negara, hukum
dan pemerintahan tanpa terkecuali, serta dijalankan dengan sebaik-baiknya.
Setiap warga negara berkewajiban taat, tunduk dan patuh terhadap segala hukum
yang berlaku di wilayah negara Indonesia.
Setiap warga negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk membangun
bangsa agar bangsa kita bisa berkembang dan maju ke arah yang lebih baik

Kewajiban warga negara berdasarkan UUD 1945 :


Membayar pajak.
Membela pertahanan dan keamanan.
Menghormati hak asasi.
Menjunjung hukum dan pemerintahan.
Ikut serta membela negara.
Tunduk pada pembatasan yang ditetapkan oleh UU.

Wajib mengikuti pendidikan dasar.

Berikut adalah isi dari pasal yang menyatakan HAK dan KEWAJIBAN warga Negara
dalam UUD 1945 :

v Pasal 26 ayat 1 yang menjadi warga Negara adalah orang-orang bangsa


Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang
sebagai warga Negara pada ayat 2, syarat syarat mengenai kewarganegaraan
ditetapkan dgn undang-undang.

v Pasal 27 ayat 1 bahwa segala warga Negara bersamaan kedudukan nya didalam
hukum dan pemerintahan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan
tidak ada kecualinya. Pada ayat 2 disebutkan bahwa tiap-tiap warga Negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

v Pasal 28 disebutkan bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul,


mengeluarkan pikiran dgn lisan dan sebagainya ditetapkan dgn undang-undang.

v Pasal 30 ayat 1 bahwa hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam
pembelaan negara dan ayat 2 mengatakan pengaturan lebih lanjut diatur dengan
UU.

Warga Negara adalah penduduk yang sepenuhnya dapat diatur oleh Pemerintah
Negara tersebut dan mengakui Pemerintahnya sendiri. Adapun pengertian
penduduk menurut Kansil adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat
tertentu yang ditetapkan oleh peraturan negara yang bersangkutan, diperkenankan
mempunyai tempat tinggal pokok (domisili) dalam wilayah negara itu.
Pengertian warga negara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) adalah
sebuah penduduk sebuah negara atau bangsa berdasarkan keturunan, tempat
kelahiran, dan sebagainya, yang mempunyai kewajiban dan hak penuh sebagai
seorang warga dari negara itu. Sedangkan menurut Dr. A.S. Hikam (2000), adalah
anggota dari sebuah komunitas yang membentuk itu sendiri.
Beberapa pengertian tentang warganegara juga diatur oleh UUD 1945, pasal 26
menyatakan : warga negara adalah bangsa Indonesia asli dan bangsa lain yang
disahkan undang-undang sebagai warga negara.

Pasal 1 UU No. 22/1958, dan UU Np. 12/2006 tentang Kewarganegaraan Republik


Indonesia, menekankan kepada peraturan yang menyatakan bahwa warga negara
RI adalah orang yang berdasarkan perundang-undangan dan atau perjanjianperjanjian dan atau peraturan yang berlaku sejak Proklamasi 17 Agustus 1945
sudah menjadi warga negara RI.
Warga negara dari suatu negara merupakan pendukung dan penanggung jawab
kemajuan dan kemunduran suatu negara. Oleh karena itu, seseorang yang menjadi
anggota atau warga suatu negara haruslah ditentukan oleh UU yang dibuat oleh
negara tersebut. Sebelum negara menentukan siapa yang menjadi warga negara,
maka negara harus mengakui bahwa setiap orang berhak memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya
serta berhak kembali sebagaimana diatur pasal 28 E ayat (1) UUD 1945.
Pernyataan ini berarti bahwa orang-orang yang tinggal dalam wilayah negara dapat
diklasifikasikian menjadi :
a.
Warga negara Indonesia, adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan
orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga
negara.
b.
Penduduk, yaitu orang-orang asing yang tinggal dalam negara bersifat
sementara sesuai dengan visa (surat ijin untuk memasuki suatu negara dan tinggal
sementara yang diberikan oleh pejabat suatu negara yang dituju) yang diberikan
negara melalui kantor imigrasi.

Adapun untuk menentukan siapa-siapa yang menjadi warga negara, digunakan 2


kriterium.
1. Kriterium kelahiran
Berdasarkan kriterium ini, masih dibedakan lagi menjadi 2, yaitu:
Kriterium kelahiran menurut asas keibubapaan atau disebut pula Ius Sanguinis. Di
dalam asas ini, seseorang memperoleh kewarganegaraan suatu negara berdasarkan
asas kewarganegaraan orang tuanya, di manapun ia dilahirkan.
Kriterium kelahiran menurut asas tempat kelahiran atau Ius Soli. Di dalam asas ini,
seseorang memperoleh kewarganeraannya berdasarkan negara tempat di mana dia
dilahirkan, meskipun orang tuanya bukan warga negara dari negara tersebut.

Kedua prinsip kewarganegaraan ini digunakan secara bersama dengan


mengutamakan salah satu, tetapi tanpa meniadakan yang satu. Konflik antara Ius
Soli dan Ius Sanguinis akan menyebabkan terjadinya kewarganegaraan rangkap (bipatride) atau tidak mempunya kewarganegaraan sama sekali (a-patride).

Berhubungan dengan itu, maka untuk menentukan kewarga negaraan seseorang


digunakan 2 stelsel kewarganegaraan (di samping kedua asas di atas), yaitu stelsel
aktif dan stelsel pasif.
Pelaksanaan kedua stelselo ini kita bedakan dalam:
Hak Opsi, ialah hak untuk memiliki kewarganegaraan (pelaksanaan stelsel aktif);
Hak Reputasi, ialah hak untuk menolak kewarganegaraan (pelaksana stelsel
pasif).

2. Naturalisasi atau pewarganegaraan, adalah suatu proses hukum yang


menyebabkan seseorang dengan syarat-syarat tertentu mempunyai kewarganeraan
negara lain

B. HAK DAN KEWAJIBAN NEGARA/ PEMERINTAH

Hak dan kewajiban negara adalah menggambarkan apa yang seharusnya diterima
dan dilakukan oleh negara atau pemerintah dalam melindungi dan menjamin
kelangsungan kehidupan negara serta terwujudnya cita-cita dan tujuan nasional
sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945.

A. Hak negara atau pemerintah adalah meliputi :


1.

Menciptakan peraturan dan UU untuk ketertiban dan keamanan.

2.
Melakukan monopoli sumber daya yang menguasai hajat hidup orang
banyak.
3.

Memaksa warga negara taat akan hukum yang berlaku.

B. Kewajiban negara berdasarkan UUD 1945 :


Melindungi wilayah dan warga negara.
Memajukan kesejahteraan umum.
Mencerdaskan kehidupan bangsa.
Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan
sosial.

Menjamin kemerdekaan penduduk memeluk agama.


Membiayai pendidikan dasar.
Menyelenggarakan sistem pendidikan nasional.
Memprioritaskan anggaran pendidikan minimal 20 % dari anggaran belanja negara
dan belanja daerah.
Memajukan pendidikan dan kebudayaan.
Mengembangkan sistem jaminan sosial.
Menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kebudayaan nasional.
Menguasai cabang-cabang produksi penting bagi negara dan menguasai hidup
orang banyak.
Menguasai bumi, air, dan kekayaan alam demi kemakmuran rakyat.
Memelihara fakir miskin.
Mengembangkan sistem jaminan sosial.
Menyediakan fasilitas layanan kesehatan dan publik yang layak.

C. PASAL 27 AYAT 2 UUD 1945 DAN HUBUNGAN DENGAN WARGA NEGARA

Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 berbunyi Tiap - tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan . Pasal tersebut
menjelaskan bahwa setiap individu sebagai anggota warga negara berhak untuk
mendapatkan pekerjaan serta kehidupan yang layak dalam kehidupan
bermasyarakat , berbangsa , dan bernegara .
Lapangan pekerjaan merupakan sarana yang dibutuhkan guna menghasilkan
pendapatan yang akan digunakan dalam pemenuhan kehidupan yang layak .
Penghidupan yang layak diartikan sebagai kemampuan dalam melakukan
pemenuhan kebutuhan dasar , seperti : pangan , sandang , dan papan .
Pada era globalisasi ini sering terlihat tingginya angka akan tuntutan hak tanpa
diimbangi dengan kewajiban . Disisi lain , masih terdapat pula hak yang kian tak
bersambut dengan kewajiban yang telah dilakukan . Kedua hal tersebut merupakan
pemicu terjadinya ketimpangan antara hak untuk mendapatkan pekerjaan dan
penghidupan yang layak dengan kewajiban yang tak kunjung dilaksanakan .
Tingginya angka akan tuntutan hak tanpa diimbangi dengan kewajiban , pada
umumnya disebabkan oleh adanya sifat malas dan kurangnya kemampuan dalam

suatu bidang pekerjaan . Sifat malas tersebut dapat menghambat individu sebagai
tenaga kerja untuk menjadi lebih produktif dan inovatif yang menyebabkan
tertundanya penghidupan yang layak , sedangkan kurangnya kemampuan memicu
pola pikir individu menjadi pesimistis yang menyebabkan individu tidak dapat
bergerak kearah tingkat kehidupan yang lebih layak .
Hak yang tak kunjung bersambut atas pelaksanaan kewajiban yang telah
dilakukan , pada umumnya disebabkan oleh kurangnya perhatian baik dari pihak
pemerintah maupun swasta atas upah yang tidak sesuai dengan pelaksanaan
kewajiban yang telah dilakukan .
Hal tersebut , dapat memicu gejolak masyarakat atas terjadinya ketimpangan akan
hak dengan kewajiban . Gejolak masyarakat timbul akibat adanya rasa
ketidakpuasan terhadap ketimpangan tersebut yang menyebabkan timbulnya
berbagai demo hingga mogok kerja . Fenomena tersebut merupakan hal yang
seharusnya tidak perlu dijumpai dalam kehidupan kewarganegaraan .

D. PELAKSANAAN PASAL 27 AYAT 2 UUD 1945

Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 Tiap - tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan . Bunyi ayat pasal tersebut secara
teori telah dijelaskan dalam UUD 1945 , namun secara praktik belum dapat
dikatakan bahwa pelaksanaan akan pasal tersebut telah dilaksanakan dengan baik .
Hal tersebut dapat dilihat dari tingginya tingkat pengangguran dan warga negara
dengan tingkat kehidupan yang kurang layak . Pengangguran dapat disebabkan
oleh berbagai macam hal , terutama tingkat pendidikan dan kemampuan . Hal
tersebut merupakan pemicu terbesar dari tingginya tingkat pengangguran .
Tingginya angka tingkat pengangguran menyebabkan terjadinya ketidakefisienan
terhadap kegiatan produksi yang mengakibatkan semakin jauhnya tingkat
kehidupan yang layak bagi warga negara .

BAB III
CONTOH KASUS

Contoh kasus hak dan kewajiban warga negara :


Perlindungan Hukum
Sudahkah kita mendapatkan Perlindungan Hukum dengan baik?

Kita sebagai warga negara berhak mendapatkan Perlindungan Hukum tetapi


kenyataannya masih banyak dari kita yang belum mendapatkan perlindungan
hukum dengan baik.
Contoh Kasus belakangan yang marak terjadi yaitu BEGAL!!!
Dimana pemerintah (dalam hal ini di wakilkan oleh APARAT KEAMANAN) lebih
banyak bertindak setelah adanya kejadian bukan sebelumnya kejadian.

Membayar Pajak dan Menaati Hukum Lalu Lintas


Sudahkah kita Membayar Pajak dan Menaati Hukum Lalu Lintas?
Kewajiban kita sebagai warga negara yaitu Membayar pajak (Pajak bumi&bangunan,
pajak kenderaan, pajak bea&cukai, dll ), menaati UU, menaati perpu, hukum lalu
lintas, mengikuti wajib militer bila negara dalam keadaan darurat, dll
Salah satu yg paling umum disekitar kita aja, lalu-lintas di jalanan.
Jika anda menggunakan kendaraan bermotor di jalan raya (jelas sudah bayar pajak
kendaraan), tapi sudahkah mentaati peraturan dan sopan-santun berlalu-lintas?
Kenyataannya masih banyak di antara kita yang belum menaati peraturan tersebut.
Semua akan terealisasi jika kita sebagai warga negara memiliki kesadaran masingmasing, dengan di dukung oleh infrastruktur jalan agar warganegara bisa mengerti
tujuan membayar pajak pada dasarnya dari kita oleh kita dan untuk kita.

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hak merupakan segala sesuatu yang pantas dan mutlak untuk didapatkan oleh
individu sebagai anggota warga negara sejak masih berada didalam kandungan ,
sedangkan kewajiban merupakan suatu keharusan / kewajiban bagi individu dalam
melaksanakan peran sebagai anggota warga negara guna mendapat pengakuan
akan hak yang sesuai dengan pelaksanaan kewajiban tersebut . Hak dan kewajiban
merupakan suatu hal yang terikat satu sama lain , sehingga dalam praktik harus
dijalankan dengan seimbang .

Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 berbunyi Tiap - tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan . Pasal tersebut
menjelaskan bahwa setiap individu sebagai anggota warga negara berhak untuk
mendapatkan pekerjaan serta kehidupan yang layak dalam kehidupan
bermasyarakat , berbangsa , dan bernegara . Lapangan pekerjaan merupakan
sarana yang dibutuhkan guna menghasilkan pendapatan yang akan digunakan
dalam pemenuhan kehidupan yang layak . Penghidupan yang layak diartikan
sebagai kemampuan dalam melakukan pemenuhan kebutuhan dasar , seperti :
pangan , sandang , dan papan .

B. SARAN

Hak dan kewajiban merupakan suatu instrumen yang saling terkait , sehingga
pelaksanaan hal tersebut harus dilakukan secara seimbang agar tidak terjadi
ketimpangan yang akan menyebabkan timbulnya gejolak masyarakat yang tidak
diinginkan .

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Hak dan kewajiban merupakan suatu hal yang terikat satu sama lain, sehingga
dalam praktik harus dijalankan dengan seimbang. Hak merupakan segala sesuatu
yang pantas dan mutlak untuk didapatkan oleh individu sebagai anggota warga
negara sejak masih berada dalam kandungan, sedangkan kewajiban merupakan
suatu keharusan/kewajiban bagi individu dalam melaksanakan peran sebagai
anggota warga negara guna mendapat pengakuan akan hak yang sesuai dengan
pelaksanaan kewajiban tersebut. Jika hak dan kewajiban tidak berjalan secara
seimbang dalam praktik kehidupan, maka akan terjadi suatu permasalahan yang
akan menimbulkan gejolak masyarakat dalam pelaksanaan kehidupan individu baik
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara.
Dalam hal ini sering terlihat permasalahan antara hak dan kewajiban, terutama
dalam bidang lapangan pekerjaan dan tingkat kehidupan yang layak bagi setiap
warga negara. Lapangan pekerjaan dan tingkat kehidupan yang layak merupakan
hal yang perlu diperhatikan. Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 menjelaskan bahwa Tiaptiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan . Secara garis besar dapat dijelaskan bahwa pekerjaan dan tingkat
kehidupan yang layak merupakan hak untuk setiap warga negara sebagai salah
satu tanda adanya perikemanusiaan . Lapangan pekerjaan merupakan sarana yang

dibutuhkan guna menghasilkan pendapatan yang akan digunakan dalam


pemenuhan kehidupan yang layak. Penghidupan yang layak dapat diartikan sebagai
kemampuan dalam melakukan pemenuhan kebutuhan dasar, seperti sandang,
pangan, dan papan.

1.2

Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ditujukan untuk meluruskan permasalahan yang


akan dibahas pada pembahasan dalam makalah. Adapun rumusan masalah yang
akan dibahas dalam makalah , sebagai berikut :
a. Apa itu hak, kewajiban dan warga negara ?
b.

Apakah hak dan kewajiban kita sebagai warga negara Indonesia ?

c.

Bagaimana bunyi hak dan kewajiban menurut UUD 1945 ?

d. Bunyi Pasal 27 Ayat 2 UUD 1945 dan hubungan dengan warga negara ?
e. Bagaimana pelaksanaan Pasal 27 Ayat 2 UUD 1945 ?

1.3

Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dalam makalah ditujukan untuk mencari tujuan dari dibahasnya
pembahasan atas rumusan masalah dalam makalah . Ada pun tujuan penulisan
makalah , sebagai berikut :
a. Memahami pengertian akan hak, kewajiban dan warga negara.
b. Memahami hak dan kewajiban menjadi warga negara Indonesia.
c. Mengetahui tentang hak dan kewajiban warga negara menurut UUD 1945
d. Memahami Pasal 27 Ayat 2 UUD 1945 dan hubungan dengan warga negara
e. Pelaksanaan Pasal 27 Ayat 2 UUD 1945

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Pengertian Hak, Kewajiban dan Warga Negara

Hak adalah segala sesuatu yang pantas dan mutlak untuk didapatkan oleh individu
sebagai anggota warga negara sejak masih berada dalam kandungan . Hak pada
umumnya didapat dengan cara diperjuangkan melalui pertanggungjawaban atas
kewajiban. Hak warga negara yang tercantum dalam UUD 1945 meliputi hak hidup,
hak memperoleh pendidikan, hak untuk melanjutkan keturunan, dan masih banyak
lagi.
Contoh Hak Warga Negara Indonesia ;
a. Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan hukum.
b.

Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.

c.
Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata hukum dan di
dalam
pemerintahan.
d.
dan

Setiap warga negara bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan agama
kepercayaan masing-masing yang dipercayai.

e.

Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran.

f.
Setiap warga negara berhak mempertahankan wilayah negara kesatuan
Indonesia atau NKRI dari serangan musuh.
g.
Setiap warga negara memiliki hak sama dalam kemerdekaan berserikat,
berkumpul
mengeluarkan pendapat secara lisan dan tulisan sesuai undang-undang yang
berlaku.

Kewajiban adalah segala sesuatu yang dianggap sebagai suatu keharusan untuk
dilaksanakan oleh individu sebagai anggota warga negara guna mendapatkan hak
yang pantas untuk didapat dengan kata lain memberikan atau melakukan apa yang
harus kita lakukan demi kemajuan bangsa ke arah yang lebih baik.
Contoh Kewajiban Warga Negara Indonesia ;
a. Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk berperan serta dalam membela,
mempertahankan kedaulatan negara indonesia dari serangan musuh.
b. Setiap warga negara wajib membayar pajak dan retribusi yang telah ditetapkan
oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah (pemda).
c. Setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi dasar negara,
hukum dan pemerintahan tanpa terkecuali, serta dijalankan dengan sebaik-baiknya.

d. Setiap warga negara berkewajiban taat, tunduk dan patuh terhadap segala
hukum yang berlaku di wilayah negara Indonesia.
e. Setiap warga negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk membangun
bangsa agar bangsa kita bisa berkembang dan maju ke arah yang lebih baik.

Warga Negara adalah penduduk yang sepenuhnya dapat diatur oleh Pemerintah
Negara tersebut dan mengakui Pemerintahnya sendiri.
Pengertian Warga Negara menurut beberapa tokoh:
Kansil adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan
oleh peraturan negara yang bersangkutan, diperkenankan mempunyai tempat
tinggal pokok (domisili) dalam wilayah negara tersebut.
Pengertian warga negara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) adalah
sebuah penduduk sebuah negara atau bangsa berdasarkan keturunan, tempat
kelahiran, dan sebagainya, yang mempunyai kewajiban dan hak penuh sebagai
seorang warga dari negara itu.
Sedangkan menurut Dr. A.S. Hikam (2000), adalah anggota dari sebuah komunitas
yang membentuk itu sendiri.
Beberapa pengertian tentang warganegara juga diatur oleh UUD 1945, pasal 26
menyatakan : warga negara adalah bangsa Indonesia asli dan bangsa lain yang
disahkan undang-undang sebagai warga negara. Sedangkan di dalam pasal 26
ayat 2 berbunyi, Syarat-syarat mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan
undang-undang.
Pasal 1 UU No. 22/1958, dan UU Np. 12/2006 tentang Kewarganegaraan Republik
Indonesia, menekankan kepada peraturan yang menyatakan bahwa warga negara
RI adalah orang yang berdasarkan perundang-undangan dan atau perjanjianperjanjian dan atau peraturan yang berlaku sejak Proklamasi 17 Agustus 1945
sudah menjadi warga negara RI.
Warga negara dari suatu negara merupakan pendukung dan penanggung jawab
kemajuan dan kemunduran suatu negara. Oleh karena itu, seseorang yang menjadi
anggota atau warga suatu negara haruslah ditentukan oleh UU yang dibuat oleh
negara tersebut. Sebelum negara menentukan siapa yang menjadi warga negara,
maka negara harus mengakui bahwa setiap orang berhak memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya
serta berhak kembali sebagaimana diatur pasal 28 E ayat (1) UUD 1945. Pernyataan
ini berarti bahwa orang-orang yang tinggal dalam wilayah negara dapat
diklasifikasikian menjadi :
a. Warga negara Indonesia, adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orangorang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
b. Penduduk, yaitu orang-orang asing yang tinggal dalam negara bersifat
sementara sesuai dengan visa (surat ijin untuk memasuki suatu negara dan tinggal

sementara yang diberikan oleh pejabat suatu negara yang dituju) yang diberikan
negara melalui kantor imigrasi.

Adapun untuk menentukan siapa-siapa yang menjadi warga negara, digunakan 2


kriterium.
1.

Kriterium kelahiran

Berdasarkan kriterium ini, masih dibedakan lagi menjadi 2, yaitu:


a. Kriterium kelahiran menurut asas keibubapaan atau disebut pula Ius Sanguinis.
Di dalam asas ini, seseorang memperoleh kewarganegaraan suatu negara
berdasarkan asas kewarganegaraan orang tuanya, di manapun ia dilahirkan.
b. Kriterium kelahiran menurut asas tempat kelahiran atau Ius Soli. Di dalam asas
ini, seseorang memperoleh kewarganeraannya berdasarkan negara tempat di mana
dia dilahirkan, meskipun orang tuanya bukan warga negara dari negara tersebut.

Kedua prinsip kewarganegaraan ini digunakan secara bersama dengan


mengutamakan salah satu, tetapi tanpa meniadakan yang satu. Konflik antara Ius
Soli dan Ius Sanguinis akan menyebabkan terjadinya kewarganegaraan rangkap (bipatride) atau tidak mempunya kewarganegaraan sama sekali (a-patride).
Berhubungan dengan itu, maka untuk menentukan kewarga negaraan seseorang
digunakan 2 stelsel kewarganegaraan (di samping kedua asas di atas), yaitu stelsel
aktif dan stelsel pasif.
Pelaksanaan kedua stelselo ini kita bedakan dalam:
a.
Hak Opsi, ialah hak untuk memiliki kewarganegaraan (pelaksanaan stelsel
aktif);
b.
Hak Reputasi, ialah hak untuk menolak kewarganegaraan (pelaksana stelsel
pasif).

2. Naturalisasi atau pewarganegaraan, adalah suatu proses hukum yang


menyebabkan seseorang dengan syarat-syarat tertentu mempunyai hak
kewarganeraan negara lain

2.2

Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia

Hak dan kewajiban memiliki hubungan yang cukup erat dan tidak dapat dipisahkan.
Segala akibat yang ditimbulkan dari adanya hak tentunya ada kewajiban, Untuk itu

dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, antara hak dan kewajiban dapat


dijalankan dengan imbang, karena kalau tidak dijalankan dengan imbang maka
akan menimbulkan pertentangan.
Hak kita sebagai warga negara yaitu mendapatkan sesuatu yang sama dari negara
tanpa membeda-bedakanya dengan warga negara lainnya. Sedangkan kewajiban
kita sebagai warga negara Indonesia yaitu memberikan atau melakukan apa yang
harus kita lakukan demi kemajuan bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik dan
rela berkorban demi tumpah darah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.3

Hak dan Kewajiban Warga Negara Menurut UUD 1945

Hak dan kewajiban negara adalah menggambarkan apa yang seharusnya diterima
dan dilakukan oleh negara atau pemerintah dalam melindungi dan menjamin
kelangsungan kehidupan negara serta terwujudnya cita-cita dan tujuan nasional
sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Hak dan kewajiban manusia
sebagai warga negara tercantum dalam Undang-Udang dasar 1945 mulai dari pasal
27 sampai dengan pasal 34 sebagai berikut :
2.3.1

Hak warga negara Indonesia

Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan (pasal 27 ayat 2).
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dalam
kehidupannya (pasal 28A).
Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah (pasal 28B ayat 1).
Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (pasal 28B ayat 2).
Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya,
berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi
kesejahteraan umat manusia (pasal 28C ayat 1).
Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dengan memperjuangkan haknya
secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya (pasal 28C
ayat 2).
Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum
yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum (pasal 28D ayat 1).
Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil
dan layak dalam hubungan kerja (pasal 28D ayat 2)
Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan (pasal 28D ayat 3).

Setiap orang berhak atas status kewarganegaraannya (pasal 28D ayat 4).
Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran
dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya. (pasal 28E ayat 2).
Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pendapat (pasal 28E ayat 3).
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi
dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia (Pasal 28F)
Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat,
dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan
perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu
yang merupakan hak asasi (Pasal 28G ayat 1).
Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari
negara lain (Pasal 28G ayat 2).
Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan (Pasal 28H ayat 1).
Setiap orang berhak memperoleh kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan
keadilan (Pasal 28H ayat 2).
Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan
dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat (Pasal 28H ayat 3).
Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak
boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun (Pasal 28H ayat 4).
Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa
pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat
diskriminatif itu (Pasal 28I ayat 2).
Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (pasal 28J ayat 1).
Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara
(pasal 30 ayat 1).
Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran (pasal 31 ayat 1).
2.3.2

Kewajiban warga negara Indonesia

Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan


dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya
(Pasal 27 ayat 1).

Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Pasal 28J ayat 1).
Di dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata
untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain
dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilainilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis
(pasal 28J ayat 2).
Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara
(pasal 30 ayat 1).

2.4

Pasal 27 Ayat 2 UUD 1945 dan Hubungan dengan Warga Negara

Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 berbunyi Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pasal tersebut menjelaskan bahwa
setiap individu sebagai anggota warga negara berhak untuk mendapatkan
pekerjaan serta kehidupan yang layak dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
Lapangan pekerjaan merupakan sarana yang dibutuhkan guna menghasilkan
pendapatan yang akan digunakan dalam pemenuhan kehidupan yang layak.
Penghidupan yang layak diartikan sebagai kemampuan dalam melakukan
pemenuhan kebutuhan dasar, seperti sandang, pangan dan papan.
Pada era globalisasi ini sering terlihat tingginya angka akan tuntutan hak tanpa
diimbangi dengan kewajiban. Disisi lain, masih terdapat pula hak yang kian tak
bersambut dengan kewajiban yang telah dilakukan. Kedua hal tersebut merupakan
pemicu terjadinya ketimpangan antara hak untuk mendapatkan pekerjaan dan
penghidupan yang layak dengan kewajiban yang tak kunjung dilaksanakan.
Tingginya angka akan tuntutan hak tanpa diimbangi dengan kewajiban, pada
umumnya disebabkan oleh adanya sifat malas dan kurangnya kemampuan dalam
suatu bidang pekerjaan. Sifat malas tersebut dapat menghambat individu sebagai
tenaga kerja untuk menjadi lebih produktif dan inovatif yang menyebabkan
tertundanya penghidupan yang layak, sedangkan kurangnya kemampuan memicu
pola pikir individu menjadi pesimis yang menyebabkan individu tidak dapat
bergerak kearah tingkat kehidupan yang lebih layak
Hak yang tak kunjung bersambut atas pelaksanaan kewajiban yang telah dilakukan,
pada umumnya disebabkan oleh kurangnya perhatian baik dari pihak pemerintah
maupun swasta atas upah yang tidak sesuai dengan pelaksanaan kewajiban yang
telah dilakukan.
Hal tersebut dapat memicu gejolak masyarakat atas terjadinya ketimpangan akan
hak dengan kewajiban. Gejolak masyarakat timbul akibat adanya rasa
ketidakpuasan terhadap ketimpangan tersebut yang menyebabkan timbulnya

berbagai demo hingga mogok kerja. Fenomena tersebut merupakan hal yang
seharusnya tidak perlu dijumpai dalam kehidupan kewarganegaraan .

2.5

Pelaksanaan Pasal 27 Ayat 2 UUD 1945

Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Bunyi ayat pasal tersebut secara teori
telah dijelaskan dalam UUD 1945, namun secara praktik belum dapat dikatakan
bahwa pelaksanaan akan pasal tersebut telah dilaksanakan dengan baik. Hal
tersebut dapat dilihat dari tingginya tingkat pengangguran dan warga negara
dengan tingkat kehidupan yang kurang layak. Pengangguran dapat disebabkan oleh
berbagai macam hal, terutama tingkat pendidikan dan kemampuan. Hal tersebut
merupakan pemicu terbesar dari tingginya tingkat pengangguran. Tingginya angka
tingkat pengangguran menyebabkan terjadinya ketidakefisienan terhadap kegiatan
produksi yang mengakibatkan semakin jauhnya tingkat kehidupan yang layak bagi
warga negara.
Disisi lain, tingkat kehidupan yang kurang layak dapat disebabkan oleh sifat malas
dari warga negara tersebut yang tidak ingin mencoba merubah tingkat
kehidupannya ke arah yang lebih baik dari sebelumnya. Pada umumnya, warga
negara demikian terfokus untuk menunggu uluran tangan dari individu lain maupun
pemerintah, tanpa melakukan suatu usaha sebagai kewajiban untuk memenuhi hak
penghidupan yang layak.

BAB III
PENUTUP

3.1

Kesimpulan

Hak merupakan segala sesuatu yang pantas dan mutlak untuk didapatkan oleh
individu sebagai anggota warga negara sejak masih berada didalam kandungan,
sedangkan kewajiban merupakan suatu keharusan/kewajiban bagi individu dalam
melaksanakan peran sebagai anggota warga negara guna mendapat pengakuan
akan hak yang sesuai dengan pelaksanaan kewajiban tersebut. Hak dan kewajiban
merupakan suatu hal yang terikat satu sama lain, sehingga dalam praktik harus
dijalankan dengan seimbang.

Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 berbunyi Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pasal tersebut menjelaskan bahwa
setiap individu sebagai anggota warga negara berhak untuk mendapatkan
pekerjaan serta kehidupan yang layak dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Lapangan pekerjaan merupakan sarana yang dibutuhkan guna
menghasilkan pendapatan yang akan digunakan dalam pemenuhan kehidupan yang
layak. Penghidupan yang layak diartikan sebagai kemampuan dalam melakukan
pemenuhan kebutuhan dasar, seperti sandang, pangan dan papan.

3.2

Saran

Hak dan kewajiban merupakan suatu instrumen yang saling terkait, sehingga
pelaksanaan hal tersebut harus dilakukan secara seimbang agar tidak terjadi
permasalahan yang akan menyebabkan timbulnya gejolak masyarakat yang tidak
diinginkan .

Hubungan Antara Hak dan Kewajiban


Ada filsuf yang berpendapat bahwa selalu ada hubungan timbal
balik antara hak dak kewajiban. Pandangan yang disebut "teori
korelasi" itu terutama dianut oleh pengikut utilitarianisme. Menurut
mereka, setiap kewajiban seseorang berkaitan dengan hak orang
lain, dan begitu pula sebaliknya untuk memenuhi hak tersebut.
Meeka berpendapat bahwa kita baru dapat berbicara tentang hak
dalam arti sesungguhnya, jika ada korelasi itu. hak yang tidak ada
kewajiban yang sesuai dengannya tidak pantas disebut hak
1. Dipandang dari Segi Kewajiban
Kepada teori korelasi ini perlu diakui bahwa memang sering terdapat
hubungan timbal balik antara hak dan kewajiban, tapi tidak bisa
dikatakan bahwa hubungan itu mutlak dan tanpa pengecualian.
Tidak selalu kewajiban satu orang sepadan dengan hak orang lain.
Malahan dalam konteks legal pun tidak serlalu ada hak yang sesuai
dengannya.
2. Dipandang dari Segi Hak
Dari segi lain, apakah setiap hak menimbulkan kewajiban pada
orang lain? Jika kita mendekati masalah hubungan hak-kewajiban
dari sudut hak, maka harus dikatakan juga bahwa korelasi hak
dengan kewajiban paling jelas dalam kasus hak-hak khusus. dari
kenyataan yang ada, beberapa filsuf menarik kesimpulan bahwa
hak-hak sosial hanya merumuskan cita-cita atau ideal yang berlaku

dalam masyarakat dan tidak merupakan hak dalam arti yang


sesungguhnya.
3. Kewajiban terhadap Diri Sendiri
Pertanyaan lain lagi menyangkut hak dan kewajiban terhadap diri
kita sendiri. Kiranya sudah jelas bahwa kita tidak mempunyai hak
terhadap diri kita sendiri. Pengertian "hak" selalu mengandung
hubungan dengan orang lain, entah orang tertentu entah
masyarakat luas pada umumnya. Ada cukup banyak filsuf yang
mengatakan bahwa dalam kewajiban juga selalu terlibat dua pihak.
Para filsuf yang menerima kewajiban kerap kali secara implisit
mengandaikan suatu dimensi religius.
Teori tentang Hak dan Individualisme
Keberatan yang tidak jarang dikemukakan terhadap teori tentang
hak adalah bahwa teori itu mengandung suatu individualisme yang
merugikan solidaritas dalam masyarakat. Menggarisbawahi hak
berarti menempatkan individu di atas masyarakat. Tekanan pada
hak adalah kontraproduktif untuk kehidupan sosial dan dinilai sama
dengan memberi angin kepada individualisme. Padahal, manusia itu
selalu anggota masyarakat dan tidak bisa dilepaskan dari akar-akar
sosialnya. Baru dalam lingkungan masyarakat, manusia menjadi
manusia dalam arti sepenuhnya. Tentu saja, dalam kritik ini tampak
dengan jelas pertentangan antara sosialisme dan liberalisme.
Tidak bisa disangkal bahwa hak-hak manusia mempunyai ciri-ciri
individual. Hal itu disebabkan karena hak-hak itu didasarkan atas
harkat individu sebagai manusia. Perlu diakui juga bahwa pemikiran
tentang hak-hak manusia baru bisa muncul di zaman modern, ketika
kebebasan individual manusia diterima dan dengan itu juga
persamaan semua manusia. Kaitan historis ini tidak bisa disangkal.
Dan karena itu bisa saja terjadi bahwa dalam arti tertentu
masyarakat kadang-kadang harus kalah terhadap hak hak individual
itu.
Mengakui hak-hak manusia tidak sama dengan menolak masyarakat
atau mengganti masyarakat itu dengan suatu kumpulan individuindividu tanpa hubungan satu sama lain. Yang ditolak dengan
menerima hak-hak manusia adalah totaliterisme, artinya,
pandangan bahwa negara mempunyai kuasa absolut terhadap para
warganya. Hak-hak manusia menjamin agar negara tidak sampai
menggilas individu-individu. Oleh karena adanya hak-hak ini negara

pun harus tunduk kepada norma-norma etis.


Hak atas milik tidak merupakan hak manusia yang paling dasariah
dan prototype bagi semua hak lain. Hak atas milik barangkali
merupakan hak dimana paling jelas melekat suatu hipotek sosial.
Kita tidak bebas berbuat apa saja dengan harta benda yang kita
miliki. Jika ada orang yang hidup berfoya-foya dan main judi besarbesaran sedangkan banyak orang disekitarnya menderita
kemiskinan, kita mudah akan menyetujui bahwa orang itu
bertingkah laku tidak bermoral.
Siapa yang Memiliki Hak?
Akhirnya perlu ditekankan bahwa hak-hak tidak mengasingkan
manusia dari kehidupan sosial, tetapi sebaliknya merupakan syarat
untuk membentuk kehidupan sosial yang sungguh-sungguh
manusiawi, terutama karena adanya hak mendirikan organisasi dan
menjadi anggota suatu organisasi atau perkumpulan. Hak-hak
manusia tidak melepaskan orang dari sosialitasnya, tapi sebaliknya
menciptakan beraneka macam kemungkinan bahwa seseorang
menjalin hubungan dengan orang lain dan dengan demikian justru
memperkuat sosialitas.
Contoh pertama:
permasalahan tentang boleh tidaknya obortus provocatus
Contoh kedua:
peranan masalah hak dalam diskusi tentang tanggung jawab noral
atas lingkungan hidup
Contoh ketiga:
hak binatang
Kewajiban tidak selalu perlu dikaitkan dengan hak, bisa juga
kewajiban dikaitkan dengan tanggung jawab, karena tanggung
jawab pula merupakan kerangka acuan untuk membahas kewajiban.
Kalau begitu, pengertian "tanggung jawab" mengandung juga
pengertian "kewajiban", terlepas dari referensi pada hak

Berbicara mengenai hubungan antara negara dengan warga negaranya secara tidak langsung kita telah menyinggung
bagaimana hubungan hak dan kewajiban diantara keduanya. Pembahasan review kita minggu ini akan memfokuskan
tentang pengertian hak dan kewajiban secara umun, dan penjelasan lebih jauh mengenai hubungan hak dan kewajiban
diantara negara dan warga negara. Di akhir review akan dijelaskan juga mengenai pelaksanaan hak dan kewajiban negara
dan warga negara di negara Pancasila. Pembahasan ini dirasa penting karena hak dan kewajiban merupakan suatu hal
yang sangat sensitif, perbedaan penafsiran diantara keduanya dapat pula mengakibatkan perbedaan dalam prakteknya.

Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang sangat esensial utamanya di dalam kehidupan manusia sebagi
makhluk Tuhan maupun manusia sebagai makhluk sosial. Di dalam modul pendidikan kewarganegaraan hak secara umum
didefinisikan sebagai sebagai hak-hak dasar yang dibawa manusia sejak lahir sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha
Kuasa. Dijelaskan pula pengertian tersebut sangatlah riskan mengalami penafsiran ganda oleh beberapa orang. Hal ini di
contohkan dalam modul kewarganegaraan bahwa penafsiran ganda ini terjadi di Belanda, Belanda menafsirkan bahwa hak
asassi barulah dimiliki manusia sejak manusia dilahirkan sehingga di belanda sendiri melegalkan adanya aborsi janin
dengan beralasan Si ibu memiliki hak untuk memilih hamil atau tidak. Jika demikian sangat ironis jika hak asassi hanya
ditafsirkan dimiliki oleh manusia yang bernyawa, bagaimana hak yang dimiliki oleh calon manusia (janin), lalu apakah janin
tidak memiliki hak untuk dilahirkan ke dunia dan menjadi seorang manusia?
Definisi hak asasi manusia yang lebih sempurna dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun
1999 Pasal 1 yang menyebutkan bahwa Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum dan Pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia. Secara langsung definisi ini menjelaskan bahwa hak asasi telah dimiliki oleh
setiap makhluk Tuhan, karnanya bukan hanya manusia yang telah dilahirkan ke bumi yang memiliki hak ini melaikan juga
janin, karena keduanya merupakan makhluk Tuhan. Sangatlah penting bagi setiap individu untuk memahami pengertian hak
asasi secara utuh dan bukan hanya dari satu sisi saja, karena menurut penulis hal ini sangatlah unrgent.
Adapun kewajiban asasi yang di jelaskan di dalam modul kewarganegaraan adalah kewajiban dasar yang harus dijalankan
oleh seseorang dalam kaitannya dengan kepentingan dirinya sendiri, alam semesta, masyarakat, bangsa, negara maupun
kedudukannya sebagai makhluk Tuhan. Hal yang sangat signifikan di sini adalah bagaimana kita menjalankan kewajiban
kita seoptimal mungkin tanpa berfikir hak yang belum kita dapatkan. Lantas manakah yang harus kita dahulukan hak atau
kewajiban? Menurut analisa penulis sebaiknya kita lebih mendahulukan kewajiban dibandingkan hak, mengapa demikian?
Dikarenakan secara implisit kewajiban asasi telah mengandung kepentingan diri kita sendiri yang tidak lain dan tidak bukan
adalah hak asasi kita.
Setelah penjelasan mengenai definisi umum hak dan kewajiban, sekarang pembahasan kita akan beranjak pada hubungan
hak dan kewajiban antara negara dan warga negara menurut UUD 1945. Sebelumnnya menurut Bakir Manan (2001) dalam
modul kewaganegaraan, sejarah perkembangan hak asasi manusia di Indonesia dibagi menjadi dua periode yaitu periode
pra kemerdekaan dan periode pasca kemerdekaan 1. Menyambung penjelasan mengenai kewajiban negara terhadap warga
negara seperti yang tertulis dalam tabel modul kewarganegaraan 2, dapat disimpulkan bahwa negara hadir untuk memenuhi
hak dasar warga negara sebagai manusia yaitu pemberian kebebasan dan perlindungan bagi setiap individu. Pelaksanaan
setiap kewajiban negara kepada warga negara secara tidak langsung terpenuhinya hak hak warga negara. Lantas hak
seperti apakah yang dimiliki oleh negara? Dijelaskan dalam modul kewarganegaraan bahwasannya secara implisit hak
negara telah ada dalam penjabaran hak dan kewajiaban negara kepada warga negara. Di jelaskan pula dalam modul
kewarganegaraan mengenai pemeuhan hak negara seperti berikut, meminjam teori keadilan Aristoteles, maka ada keadilan
yang distilahkannya sebagai keadilan legalis, yaitu keharusan warga negara untuk taat kepada negara, keharusan taat
itulah yang menjadi hak negara. Sehingga baik secara eksplisit maupun implisit undang undang yang berlaku di Indonesia
telah mengatur hak dan kewajiban negara dan warga negara

1.

Penjabaran lebih lanjut mengenai pemisahan periode sejarah HAM di Indonesia dapat di temukan dalam modul kuliah

kewarganegaraan bab IV halaman 53-54.


2.

Modul kuliah kewarganegaraan bab IV halaman 55 60.

Pembicaran mengenai pelaksanaan hak dan kewajiban negara dan warga negara di negara Pancasila haruslah di
pahami secara tepat dan menyeluruh. Untuk itu, dalam modul kewarganegaraan telah dijabarkan tiga poin penting
mengenai hal tersebut. Diantaranaya (1) Warga negara Indonesia sebagai warga Pancasila diharuskan paham betul
mengenai pengertian, sejarah, konsep, prinsip dan nilai-nilai yang terkandung di dalam pancasila..(2) dibutuhkannya
pedoman pelaksanan.(3) perlunya lembaga yang bertugas mengawal pelaksanaan Pancasila 3. Dengan adanya ketiga hal
ini nanatinya diharapkan akan tercipta suatu keadilan di dalam hak dan kewajiban negara dan warga negara dalam konteks
negara Pancasila.

Menurut Prof. Dr. Notonagoro:


Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima
atau dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain manapun
juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya..
Hak dan Kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan tetapi
terjadi pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang. Bahwa setiap
warga negara memiliki hak dan kewajiban untuk mendapatkan penghidupan yang
layak, tetapi pada kenyataannya banyak warga negara yang belum merasakan
kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya. Semua itu terjadi karena pemerintah
dan para pejabat tinggi lebih banyak mendahulukan hak daripada kewajiban.
Padahal menjadi seorang pejabat itu tidak cukup hanya memiliki pangkat akan
tetapi mereka berkewajiban untuk memikirkan diri sendiri. Jika keadaannya seperti
ini, maka tidak ada keseimbangan antara hak dan kewajiban. Jika keseimbangan itu
tidak ada akan terjadi kesenjangan sosial yang berkepanjangan.
Untuk mencapai keseimbangan antara hak dan kewajiban, yaitu dengan cara
mengetahui posisi diri kita sendiri. Sebagai seorang warga negara harus tahu hak
dan kewajibannya. Seorang pejabat atau pemerintah pun harus tahu akan hak dan
kewajibannya. Seperti yang sudah tercantum dalam hukum dan aturan-aturan yang
berlaku. Jika hak dan kewajiban seimbang dan terpenuhi, maka kehidupan
masyarakat akan aman sejahtera. Hak dan kewajiban di Indonesia ini tidak akan
pernah seimbang. Apabila masyarakat tidak bergerak untuk merubahnya. Karena
para pejabat tidak akan pernah merubahnya, walaupun rakyat banyak menderita
karena hal ini. Mereka lebih memikirkan bagaimana mendapatkan materi daripada
memikirkan rakyat, sampai saat ini masih banyak rakyat yang belum mendapatkan
haknya. Oleh karena itu, kita sebagai warga negara yang berdemokrasi harus
bangun dari mimpi kita yang buruk ini dan merubahnya untuk mendapatkan hakhak dan tak lupa melaksanakan kewajiban kita sebagai rakyat Indonesia.
Sebagaimana telah ditetapkan dalam UUD 1945 pada pasal 28, yang menetapkan
bahwa hak warga negara dan penduduk untuk berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan lisan maupun tulisan, dan sebagainya, syarat-syarat
akan diatur dalam undang-undang. Pasal ini mencerminkan bahwa negara Indonesia
bersifat demokrasi. Pada para pejabat dan pemerintah untuk bersiap-siap hidup
setara dengan kita. Harus menjunjung bangsa Indonesia ini kepada kehidupan yang
lebih baik dan maju. Yaitu dengan menjalankan hak-hak dan kewajiban dengan

seimbang. Dengan memperhatikan rakyat-rakyat kecil yang selama ini kurang


mendapat kepedulian dan tidak mendapatkan hak-haknya.

Anda mungkin juga menyukai