PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Bahan dasar semen adalah batu kapur, tanah liat, pasir besi dan pasir
silica. Bahan-bahan ini ditambang dengan menggunakan alat-alat berat
kemudian di hancurkan dan dikirim ke bin storage. Material kemudian
digiling menggunakan raw mill sampai kehalusan yang diinginkan. Campuran
bahan baku yang sudah tercampur rata diumpankan ke pre-heater, yang
merupakan alat penukar panas yang terdiri dari serangkaian siklon ketika
terjadi perpindahan panas antara umpan campuran bahan baku dengan gas
panas dari kiln yang berlawanan arah. Kalsinasi parsial terjadi pada pre
heater ini dan berlanjut dalam kiln, ketika bahan baku berubah menjadi agak
cair dengan sifat seperti semen. Pada kiln yang bersuhu 1350-1400 C, bahan
berubah menjadi bongkahan padat berukuran kecil yang dikenal dengan
sebutan klinker, kemudian dialirkan ke pendingin klinker, tempat udara
pendingin akan menurunkan suhu klinker hingga mencapai 100 C. Dari silo
klinker, klinker dipindahkan ke penampung klinker dengan dilewatkan
timbangan pengumpan, yang akan mengatur perbandingan aliran bahan
terhadap bahan-bahan aditif. Pada tahap ini, ditambahkan gipsum ke klinker
dan diumpankan ke mesin penggiling akhir. Campuran klinker dan gipsum
untuk semen OPC, atau campuran klinker, gipsum dan trass untuk semen
jenis PPC.Campuran bahan dihancurkan dalam sistem tertutup dalam
PSD (Particle Size Dimension). Dari kurva tromp kita dapat menganalisis by
pass separator, ketajaman separator.
I.2 Tujuan
Evaluasi Kinerja Separator Pada Finish Mill 3 Menggunakan Metode
Kurva Tromp
I.3 Batasan Masalah
Analisis yang digunakan umpan masuk, reject dan produk yang keluar
pada separator finish mill 3 didapatkan pada data fisik pabrik pada tanggal 25
September 2015.
I.4 Tinjauan Pustaka
I.4.1 Separator
Alat pemisah (separator) yang digunakan dalam unit proses
penggilingan semen berdasarkan prinsip pemisahan dengan udara. Partikel
dengan berbagai ukuran dimasukkan ke dalam zona pemisahan dimana gaya
sentrifugal akibat sistem yang berputar dan gaya hambat dari aliran udara
bertumbukan sehingga menghasilkan gaya resultansi yang menyebabkan
partikel terpisah menuju aliran kasar dan halus. Tiap partikel akan menerima
tiga gaya yaitu gaya sentrifugal, gaya gravitasi, dan gaya hambat (drag
force).Gaya terbesar yang akan memisahkan partikel tersebut dengan partikel
lain yang berbeda ukuran dan kecepatannya.
Separator secara garis besar dikelompokkan dalam 2 jenis yaitu static
separator dan dinamik separator. Statik separator memiliki karakteristik utama
3
yaitu tidak ada bagian yang berputar untuk melakukan pemisahan seperti
cyclone.
a. Statik Separator
Gleb (2004)
Gleb (2004)
description
Unit
Data
Feed materian
Quantity
t/h
537
t/h
215
Product
Quantity
Spesific
(blaine)
cm2/g
3200
Overall Diameter
Mm
3480 x 2000
Speed (max/min)
Rpm
147/65
Separator Rotor
Liners
surface
Type
Ceramic
Thicknes
Mm
Gleb (2004)
bagiam cone atas.Material yang masuk akan terpisahkan karena adanya fan
yang menghisap, tetapi didalam rotor separator terdapat dua kisi yang mana
satu kisi tetap dan kisi yang lain bergerak dengan digerkan oleh rotor. Partikel
yang halus akan menembus kisi kisi tersebut sedangkan partikel yang kasar
karena gaya grafitasi akan turun kebagian dasar separator yang berbentuk
cone untuk direject masuk kedalam finish mill lagi untuk dikecilkan ukuranya
sedangkan partikel yang lolos, partikel yang lolos bisa terpisahkan karena
adanya aliran udara yang masuk kedalam separator melalui saluran udara
primary dan sekunder. Separator memengang pernan penting dalam kehalusan
produk semen maka dari itu semakin halus dan banyak semen yang dihasilkan
maka effesiensi dari separotor tersebut juga makin tinggi. Variabel yang
mempengaruhi kinerja kerja separator adalah:
1. Kecepatan rotor
Apabila kecepatan rotor dinaikan maka gaya sentrifugal akan naik,
sehingga partikel yang halus saja yang bisa melewati kisi-kisi separator.
2. Kecepatan aliran udara
Apabila kecepatan aliran udara dinaikan maka kontak produk
dengan kisi akan semakin besar sehingga partikel yang berukuran besar
akan lebih terbawa masuk sehingga kualitas produk dihasilkan akan
turun.
Dalam mengevaluasi kinerja separator bisa menggunakan metode
kurva tromp. Dari kurva tromp kida dapat menganalisis by pass separator,
ketajaman separator.
7
1.6
Tromp Curve
Dalam mengevaluasi separator digunakan metode tromp curve of
separator. Dimana tromp curve itu menunjukan berapa banyak material
dalam tiap ukuran fraksi yang masuk kedalam bahan. Dari perhitungan
tromp curve bisa didapatkan parameter untuk mengevaluasi kerja separator
yaitu:
Perfect separation
Excellent separation
Good Separation
Fair separation
Poor separation
Jenis separator
: 1.0
: 1.0 sampai 1.5
: 1,5 sampai 1,8
: 1.8 sampai 2.1
: > 2.1
: konvensional separator > 2
3. Imperfection (i)
Imperfection menunjukan
seberapa
baik
proses
separasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi Semen
Semen diartikan sebagai bahan perekat yang mempunyai sifat yang
mampu mengikat bahan-bahan padat menjadi satu kesatuan yang kompak
dan kuat.Semen terdiri dari senyawa C3S, C2S,
10
Copper Slag
Copper Slag merupakan pembawa oksida besi sehingga digunakan
sebagai pengganti pasir besi. Digunakan karena mempunyai kandungan
besi yang tinggisehingga menyebabkan material ini mempunyai densitas
yang tinggi dan juga berat jenis yang lebih tinggi dibandingkan pasir alam.
Material ini mempunyai sifat fisik yang sangat keras dan porositas
optimum.
b
Gypsum
Gypsum memiliki rumus molekul CaSO4.2H2O dan berfungsi sebagai
12
Cara penambangan hampir sama dengan batu kapur, hanya saja tidak
menggunakan drilling dan blasting. Penambangan akan terus dilakukan
sampai ketinggian tanah tidak kurang dari 0 meter dari permukaan air
laut.Tanah liat diambil dari desa Tobo, Sugihan, Temandang, Sembungrejo
dan Pongpongan. Jarak quary ke plant site sekitar 3 4 km ke arah timur laut.
2.3.2 Proses Pengolahan Bahan (unit Raw mill)
Pemindahan material mix pile menggunakan reclaimer dan belt
conveyor menuju bin masing-masing untuk proses penggilingan di raw mill.
Bahan mentah semen berupa batu kapur, tanah liat, pasir silica dan pasir besi
(coper slag) digiling dan dikeringkan dengan mesin roller mill. Keempat
keluar dari binnya masing-masing dan sebelum masuk ke belt conveyor
ditimbang dahulu dengan weight feeder. Pada belt conveyor dilengkapi alat
detector logam untuk menyensor logam yang terikut masuk, selanjutnya
dalam 5 detik gate akan menutup aliran material ke roller mill sehingga
material yang mengandung logam akan di reject dan dibuang melalui down
pipe. Apabila logam ikut masuk kedalam roller mill, maka blade blade
didalam roller mill yang berfungsi sebagai penghancur partikel akan
bertubrukan dengan logam, hal ini dapat mengakibatkan rusaknya blade
roller mill sekaligus material tidak tereduksi secara sempurna.
Untuk Pengeringan material yang digiling dalam raw material system,
digunakan sisa udara panas dari Preheater yang temperaturnya 349 C dan
dari cooler dengan temperatur 252 C. Bila raw milltidak beroperasi, maka
gas panas dari preheater dan klinker cooler yang mencapai 350 C di by pass
13
58
lewat conditioning tower untuk dikondisikan sampai suhu 150 C dengan cara
dispray water dengan water spraysebelum masuk ke elektrostatik precipitator
agar tidak terjadi ledakan. Temperature maksimum gas pada electrostatic
precipitator 86 C sampai 350 C.
2.3.3
14
berasal dari proses pendinginan pada clinker cooler, yang akhirnya keluar
menuju pre heater ILC dengan temperature 794C.
Material yang bersuhu 160C dari kiln feed bin masuk kedalam pre
heater ILC. Perjalanan material dimulai dari Stage I melalui Rotary Feeder
yang berfungsi mencegah udara masuk bersamaan dengan material. Material
bercampur dengan udara panas dari Kiln pada stage I (Double Cyclone).
Pada Stage I digunakan double cyclone dengan ukuran yang lebih kecil
karena diharapkan material dapat jatuh terpisahkan seluruhnya oleh gas dan
tidak ada yang terbuang bersamaan dengan gas melalui Dumper yang
tertarik oleh Fan. Material jatuh ke bawah menuju down pipe dan tertarik
oleh fan masuk ke Stage II dengan temperature material 377C. Material
dari Stage II jatuh ke bawah melalui down pipe dan tertarik oleh Fan menuju
ke Stage III dengan temperature 576C. Setelah dari Stage III, material jatuh
melalui down pipemenuju ke Calsiner ILC dengan suhu 749 C. Pada
calsiner ILC material mendapatkan pemanasan yang lebih tinggi yaitu
844C sehingga proses calsinasi terjadi sampai 65 %. Kemudian material
menuju stage IV dengan suhu 855C karena tarikan udara dari fan. Dan bila
menggunakan dua string (ILC dan SLC) maka gate akan mengarahkan
material untuk masuk ke kalsiner SLC dengan temperatur 862C, dengan
demikian material ILC akan bercampur dengan material yang masuk ke
SLC. Didalam Calsiner SLC ini terjadi kalsinasi hingga 91 %. Setelah dari
calsiner SLC, karena tarikan fan, material menuju ke stage IV SLC, dengan
temperatur 880C.
15
Proses
Reaksi kimia
300-500
500-600
600-800
Peruraian karbonat
800-900
Pembentukan C2S
H2O (l)
H2O (g)
Al2O3.2SiO2.2H2O
Al2O3.2SiO2
+2 H2O (g)
CaCO3
CaO + CO2
MgCO3
MgO + CO2
2CaO + SiO2
2CaO.SiO2
16
17
Clinker Cooler dengan suhu sekitar 800 900C. Clinker yang keluar dari Kiln
dengan suhu sekitar 1200 1250C akan mengalami pendinginan lebih lanjut
di dalam Clinker Cooler. Sebagai media pendingin digunakan udara luar yang
dihembuskan oleh 18 buah Fan.
Pada rotary kiln dibagi menjadi 4 zone, yaitu :
1. Zone kalsinasi
2. Zone Transisi
Reaksi
Kalsinasi lanjutan :
CaCO3
CaO + CO2
900 - 1000 C
Awal Pembentukan Dicalsium Silikat ( C2S )
2CaO + SiO2
2CaO.SiO2
Awal pembentukan Tricalsium Alumina ( C3A )
3CaO + Al2O3
3CaO.Al2O3
1000 1250 C
Awal pembentukan Tetracalsium Alumina Ferrit ( C4AF )
4CaO + Al2O3 + Fe2O3
4CaO.Al2O3.Fe2O3
Awal pembentukan Tricalsium Silika ( C3S )
1250 1450 C
2CaO + CaO.SiO2
2.3.4
3CaO.SiO2
dengan Belt Conveyor klinker tersebut masuk ke Ball Mill. Sedangkan pada
18
bahan pembantu, Gypsum dan Trass (PPC) atau Batu kapur (OPC) setelah
mengalami penimbangan di Weight Feeder melalui Belt Conveyor dan Bucket
Elevator masuk ke dalam Ball Mill bercampur dengan klinker untuk digiling.
Didalam Ball Mill terdapat dua kompartemen yang dipisahkan oleh
diafragma. Pada kompartemen I (lifting linier), campuran semen mengalami
penggilingan awal menjadi partikel yang berukuran 70 mesh. Setelah dari
kompartemen I, campuran semen masuk ke dalam kompartemen II
(classifying linier) melewati diafragma. Di dalam kompartemen II terdapat
bola bola penggiling yang berukuran lebih kecil daripada bola bola pada
kompartemen I, di sini campuran semen di giling kembali menjadi partikel
yang berukuran diameter 90 mikron (325 mesh) atau 3.200 100 blaine.
Untuk mengendalikan temperature canmpuran semen didalam Ball Mill
(115C), maka dilakukan Water Spray didalam Ball Mill.
Untuk menarik campuran semen didalam Ball Mill dari kompartemen
I melewati diafragma ke kompartemen II dan akhirnya keluar Ball Mill,
digunakan Fan karena pada Ball Mill tidak terdapat derajat kemiringan. Antara
Fan dan Ball Mill dilengkapi dengan Bag Filter untuk menangkap campuran
semen halus yang lolos karena tarikan Fan. Pada periode waktu tertentu
campuran semen yang tertangkap pada Bag Filter dijatuhkan dengan
menggunakan udara bertekanan dari kompresor (Jet Pulse), lalu menggunakan
Air Slide di transportasikan menuju ke silo untuk di tampung.
Campuran semen halus yang berukuran 325 mesh dari Ball Mill
melalui Air Slide dan Bucket Elevator masuk ke dalam Separator.
Dari
19
Separator semen dipisahkan antara yang halus dan yang kasar, yang kasar
melalui Air Slide di giling kembali di Ball Mill, sedangkan yang halus di tarik
oleh Fan masuk ke Cyclone untuk dipisahkan antara gas dan semen dari
Separator. Semen masuk ke Silo dengan menggunakan Air Slide untuk di
tampung, sedangkan gas keluar dan sebagian gas di recycle kembali menuju ke
Separator. Semen yang lolos karena tarikan Fan di tangkap oleh Bag Filter, lalu
dengan menggunakan Air Slide semen tersebut masuk ke Silo untuk di
tampung, sedangkan udara keluar melalui Fan.
2.3.5
yang
telah
disimpan
dalam
silo
dibawa
dengan
20
21
BAB III
METODOLOGI
III.1 Pengambilan Data
Material umpan separator yang berasal dari hasil keluaran separator
diambil saat proses sedang berjalan. Partikel yang halus akan menembus
kisi kisi tersebut sedangkan partikel yang kasar karena gaya grafitasi akan
turun kebagian dasar separator yang berbentuk cone untuk direject masuk
kedalam finish mill lagi untuk dikecilkan ukuranya sedangkan partikel yang
22
lolos, partikel yang lolos bisa terpisahkan karena adanya aliran udara yang
masuk kedalam separator diambil juga dan di analisis menggunakan PSD.
Feed
(Dimensi on
Parti cl e)
Produk
(Dimens ion
Part icle)
Rej ect
(Di mension
Parti cl e)
(f)
(p)
(r)
Sampel yang telah dianalisis menggunakan PSD maka diperoleh hasil untuk
fraksi feed(f), fraksi produk(p) dan fraksi reject(r) sebagai berikut :
Tabel 4. Data besaran dan ukuran partikel pada separator mill 6
Dimensio
Separator
n
MikronM
0,75
1,75
2,25
2,75
3,25
3,75
4,5
Dimension
ffeed(f)
16,55
19,89
25,20
27,39
31,21
38,89
45,07
fpruduk(p)
20,14
24,16
30,67
33,38
38,15
47,84
55,77
freject (r)
5,08
5,94
7,22
7,74
8,64
10,55
12,17
MikronM
47,5
52,5
57,5
67,5
82,5
95
112,5
ffeed(f)
84,78
88,60
91,17
93,34
94,44
94,68
94,91
Separator
fpruduk(p)
97,93
99,44
99,99
100,00
100,00
100,00
100,00
23
freject (r)
50,26
61,39
70,26
78,36
82,55
83,47
84,35
6
7,5
9
12,5
17,5
22,5
27,5
32,5
40
50,29
54,82
58,79
65,48
68,31
70,84
73,12
78,65
82,69
62,53
68,35
73,34
81,28
84,38
87,01
89,23
93,99
96,77
13,68
15,25
16,98
21,12
23,50
26,05
28,72
37,04
45,18
137,5
165
190
202,5
207,5
212,5
217,5
222,5
237,5
95,14
95,35
95,55
96,44
95
95
95
96
96
100,00
100,00
100,00
100,00
100
100
100
100
100
.
III.2
20,145,08
16,555,08
c = 1,31
Maka di dapatkan hasil calculation factor pada tabel 5.
3.2.2
20,14 ( 16,555,08 )
x
16,5 (20,145,08)
=5,08
85,18
85,98
86,73
89,99
84
85
86
87
90
Calculation
Efesiensi
(mikron)
Factor
%
0,75
1,31
1,75
1,31
2,25
1,30
2,75
1,30
3,25
1,31
3,75
1,32
4,5
1,33
6
1,33
7,5
1,34
9
1,35
12,5
1,36
17,5
1,36
22,5
1,36
27,5
1,36
32,5
1,37
40
1,38
92,68
92,99
93,32
93,41
93,49
93,49
93,37
93,18
92,91
92,54
91,53
90,92
90,25
89,54
87,31
85,08
Dimension
Calculatio
Efesiens
(mikron)
Factor
%
47,5
1,38
83,64
52,5
1,40
80,26
57,5
1,42
77,14
67,5
1,45
74,14
82,5
1,47
72,13
95
1,47
71,63
112,5
1,48
71,12
137,5
1,49
70,60
165
1,50
70,09
190
1,50
69,57
202,5
1,55
66,83
207,5
1,48
71,12
212,5
1,49
70,60
217,5
1,50
70,09
222,5
1,50
69,57
237,5
1,55
66,83
25
3.2.3
Menghitung Tromp
Tromp setiap dimension dapat menggunakan rumus :
( Vr x r )
T=
( Vr x r )+(Vf x p )
Menghitung
(Bhatty, 2004)
f :
f =f 2f 1
f =19,8916,55
f =3,34
Maka didapatkan
Menghitung
p= p 2 p 1
p=24,1620,14
p=4,02
Maka didaptkan
Menghitung
r=r 2r 1
r=5,945,08
26
r=0,86
Maka didaptkan
Dimensio
(mikron)
0,75
1,75
2,25
2,75
3,25
3,75
4,50
6,00
7,50
9,00
12,50
17,50
22,50
27,50
32,50
40,00
16,55
3,33
5,31
2,19
3,82
7,68
6,18
5,23
4,52
3,98
6,69
2,83
2,54
2,28
5,53
4,04
20,14
4,02
6,50
2,72
4,76
9,69
7,93
6,76
5,81
5,00
7,93
3,10
2,63
2,22
4,76
2,78
5,08
0,86
1,28
0,52
0,91
1,90
1,62
1,51
1,57
1,73
4,14
2,38
2,55
2,67
8,32
8,14
(mikron)
47,50
52,50
57,50
67,50
82,50
95,00
112,50
137,50
165,00
190,00
202,50
207,50
212,50
217,50
222,50
237,50
f
2,09
3,82
2,57
2,17
1,10
0,24
0,23
0,22
0,21
0,20
0,89
-1,53
0,22
0,21
0,20
0,89
p
1,16
1,51
0,55
0,01
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
r
5,09
11,13
8,86
8,11
4,19
0,92
0,88
0,83
0,79
0,75
3,26
-5,64
0,83
0,79
0,75
3,26
27
Menghitung Va :
Va=
1
Ca
Ca=
C
n
Ca=
45,02
32
Ca=1,406
Va=
1
1,406
Va=0,71
Menghitung Vr :
Vr=1Va
Vr=10,71
Vr=0,29
T=
( 0,29 x 16,55 )
( 0,29 x 16,55 )+(0,71 x 20,14)
T =9,31
Maka didapatkan tromp setiap dimensi pada tabel 7.
28
Dimension
Tromp
(mikron)
0,75
1,75
2,25
2,75
3,25
3,75
4,5
6
7,5
9
12,5
17,5
22,5
27,5
32,5
40
9,31
7,97
7,42
7,17
7,19
7,39
7,68
8,35
9,88
12,37
17,50
23,80
28,29
32,79
41,56
54,35
Tromp
(mikron)
47,5
52,5
57,5
67,5
82,5
95
112,5
137,5
165
190
202,5
207,5
212,5
217,5
222,5
237,5
64,09
75,03
86,76
99,66
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
Dari data perhitungan yang telah didapat, maka dapat dibuat tromp curve.
29
100
Tromp %
50
0
0
Tromp
50 100 150 200 250
Dimension
mikronM
D 75
D 25
k=
52,5
30
k =1,75
3.2.5
Menghitung Imperfection
D 75D25
i=
2 x D50
i=
52,530
2 x 50
i= 0,32
BAB IV
30
Tromp
(%)
9,31
7,97
7,42
7,17
7,19
7,39
7,68
8,35
9,88
12,37
17,50
23,80
28,29
32,79
41,56
54,35
Effesiensi
(%)
Dimension
(mikron)
Tromp
(%)
Effesiensi
(%)
92,68
92,99
93,32
93,41
93,49
93,49
93,37
93,18
92,91
92,54
91,53
90,92
90,25
89,54
87,31
85,08
47,5
52,5
57,5
67,5
82,5
95
112,5
137,5
165
190
202,5
207,5
212,5
217,5
222,5
237,5
64,09
75,03
86,76
99,66
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
83,64
80,26
77,14
74,14
72,13
71,63
71,12
70,60
70,09
69,57
66,83
71,12
70,60
70,09
69,57
66,83
Dari hasil pada tabel 8 maka dapat buat grafik sebagai berikut :
31
100
Tromp %
50
Tromp
0
0
Effesiensi
Dimension
mikronM
reject.
Imperfection yang didapat dari perhitungan sebesar 0,32.
Imperfection
menunjukan
seberapa
baik
proses
separasi
32
BAB V
KESIMPULAN
V.1
Kesimpulan
33
DAFTAR PUSTAKA
Bhatty, J., Miller, F., and Kosmatka, S. (2004). Innovations in portland cement
34
35