Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini merupakan penelitian studi penggunaan obat furosemid
pada pasien asites akibat penyakit sirosis hepatis menggunakan data sekunder
rekam medik di RS Moh. Hoesin Palembang. Penelitian dilakukan pada bulan
November Desember 2014. Dengan jumlah populasi penderita sirosis
hepatis yang melakukan rawat inap pada 1 Juli 2013 30 Juni 2014 di RS
Moh. Hoesin Palembang sebanyak 159 orang, dan setelah disesuaikan dengan
kriteria inklusi, maka didapatkan jumlah sampel sebanyak 45 orang.
4.1 Karakteristik Subyek Penelitian
4.1.1 Usia
Dari data yang diperoleh di RS Moh. Hoesin Palembang,
didapatkan bahwa jumlah penderita sirosis hepatis dengan komplikasi
asites menurut kelompok umur sebagai berikut: usia kurang dari 18 tahun
sebanyak 3 orang (6.7%), usia 18-39 tahun sebanyak 5 orang (11.1%), usia
40-59 tahun sebanyak 27 orang (60%), dan usia lebih dari sama dengan 60
tahun sebanyak 10 orang (22.2%).
Tabel 6. Distribusi penderita asites akibat sirosis hepatis berdasarkan usia
Usia
<18 tahun
18 39 tahun
40 59 tahun
>60 tahun
Total

n
3
5
27
10
45

%
6.7
11.1
60.0
22.2
100%

Banyaknya kelompok usia 40-59 tahun yang terkena asites akibat


sirosis hepatis berkaitan dengan adanya riwayat mengonsumsi alkohol
dalam jangka waktu yang lama serta menunjukkan adanya riwayat infeksi

32

33

hepatitis yang kronis. Di Amerika Serikat dan beberapa Negara barat,


konsumsi alkohol yang berlebihan dalam jangka waktu panjang
merupakan satu-satunya penyebab penyakit hati yang penting. (Serag,
2001)
4.1.2 Jenis Kelamin
Dari penelitian ini, didapatkan bahwa jumlah penderita sirosis
hepatis dengan komplikasi asites berjenis kelamin laki-laki sebanyak 27
orang (60%), dan penderita berjenis kelamin perempuan sebanyak 18
orang (40%).
Tabel 7. Distribusi penderita asites akibat sirosis hepatis berdasarkan jenis
kelamin
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total

N
27
18
45

%
60.0
40.0
100%

Berdasarkan data diatas, diketahui bahwa penderita asites akibat sirosis


hepatis lebih banyak terjadi pada jenis kelamin laki-laki. Hal ini
disebabkan karena diantara data tersebut, kebanyakan laki-laki penderita
sirosi hepatis memiliki riwayat mengonsumsi alcohol, dan sirosis
alkoholik atau sirosis Laennec merupakan sirosis yang paling sering
terjadi, yaitu sekitar 75% atau lebih dari seluruh kasus sirosis hepatis.
(Price& Wilson, 2005)

4.1.3 Kadar Albumin


Pada hasil pemeriksaan kadar Albumin pada pasien sirosis hepatis
dengan komplikasi asites yang dilakukan pada saat masuk rumah sakit,
didapatkan pasien dengan kadar albumin rendah (<3.4 g/dL) sebanyak 43
orang (95.6%), normal (3.4-4.9 g/dL) sebanyak 2 orang (4.4%), dan tinggi
(>5.0 g/dL) sebanyak 0 orang.

34

Tabel 8. Distribusi penderita Asites akibat Sirosis Hepatis berdasarkan


kadar Albumin
Albumin (g/dL)
< 3.4
3.4-4.9
>5.0
Total

n
43
2
0
45

%
95.6
4.4
0
100%

Kebanyakan pasien asites akibat sirosis hepatis memiliki kadar


albumin yang rendah. Rendahnya kadar albumin ini disebabkan oleh
turunnya sintesis albumin akibat sel hati yang rusak pada sirosis hepatis,
sehingga terjadi transudasi cairan dari ruang intravascular ke ruang
interstitial, inilah yang menyebabkan terjadinya asites. (Price& Wilson,
2005)

.2 Pola Penggunaan Furosemid pada Pasien Asites akibat Sirosis


.2.1

Hepatis
Frekuensi Pemberian Furosemid
Dari 45 sampel penelitian yang diteliti di RSMH, didapatkan data
frekuensi pemberian furosemid per hari sebagai berikut: 1 kali sebanyak
37 orang (82.2%), 2 kali sebanyak 7 orang (15,6%), dan 3 kali sebanyak 1
orang (2.2%).

Tabel 9. Pola frekuensi pemberian furosemid pada pasien asites akibat


sirosis hepatis
Frekuensi (per hari)
1 kali
2 kali
3 kali
Total

n
37
7
1
45

%
82.2
15.6
2.2
100%

Frekuensi pemberian obat yang paling tepat adalah 1 kali sehari


pada pagi hari, agar efek diuresisnya tidak akan terlalu mengganggu

35

aktivitas sehari-hari. Pada hasil, didapati bahwa pemberian furosemid


dengan dosis 1 kali sehari sebanyak 82.2% dari seluruh sampel
4.2.2 Dosis Pemberian Furosemid
Dari 45 sampel penelitian yang diteliti di RSMH, didapatkan data
dosis pemberian furosemid sebagai berikut: 10 mg sebanyak 1 orang
(2.2%), 20 mg sebanyak 35 orang (77.8%), dan 40 mg sebanyak 9 orang
(20%).
Tabel 10. Pola dosis pemberian furosemid pada pasien asites akibat
sirosis hepatis
Dosis Furosemid
10 mg
20 mg
40 mg
Total

n
1
35
9
45

%
2.2
77.8
20
100%

Dosis pemberian obat yang paling tepat yaitu dimulai dengan dosis
awal 40 mg/hari hingga dosis maksimal 160 mg/hari. (Biecker, 2011;
EASL, 2010; Ganiswara, et al., 2007; Madan& Mehta, 2011) Dosis paling
tepat yang diberikan per pemberiannya yaitu 40 mg secara oral dan 20 mg
secara intravena. Pada penelitian ini, 77.8% pasien menerima dosis 20 mg
dan 20% pasien menerima dosis 40 mg per pemberian.
.2.3Cara Pemberian Furosemid
Dari 45 sampel yang diteliti, ada 2 cara pemberian furosemid pada
pasien asites akibat sirosis hepatis, yaitu secara intravena sebanyak 36
orang (80%), dan oral sebanyak 9 orang (20%).
Tabel 11. Pola cara pemberian obat furosemid kepada pasien asites
akibat sirosis hepatis
Cara Pemberian Obat
Intravena
Oral
Total

n
36
9
45

%
80
20
100%

36

Pada kasus asites akibat sirosis hepatis, karena dibutuhkan efek


kerja yang cepat, cara pemberian yang paling tepat adalah intravena, yang
dalam penelitian ini dilakukan pada 80% sampel.

.2.4Interaksi Obat
Terdapat 42 obat yang digunakan bersamaan dengan furosemid,
dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 12. Pola interaksi obat pada pasien asites akibat sirosis hepatis
Nama Obat
Spironolakton
Ceftriaxon
Vitamin K
Asam Transeksenamat
Propanolol
Lactulac
Kanamisin
Curcuma
Omeprazole

n
42
14
17
4
32
28
13
3
20

%
93.3
31.1
37.8
8.9
71.1
62.2
28.9
6.7
44.4

37

Veramisin
GG
Gastrofer
Ca. Glukonas
Sukralfat
KCl
Growee
Urdafalk
Ambroxol
Vitamin B19
Methylprednisolone
Captopril
Rifampicin
Isoniazid
Pyrazinamid
Etambutol
CaCo3
Livercare
Kalnex
Carpiaton
Lantus
Parasetamol
Aldacton
Aspilet
Ciprofloxacin
Asam Folat
Vitamin B12
Asam Mefenamat
Allopurinol
Domperidon
Amoxicilin
Ranitidin
Simvastatin

1
1
2
2
13
3
2
2
2
1
1
2
1
1
1
1
3
1
1
1
1
1
1
1
2
4
1
1
1
1
1
1
1

2.2
2.2
4.4
4.4
28.9
6.7
4.4
4.4
4.4
2.2
2.2
4.4
2.2
2.2
2.2
2.2
6.7
2.2
2.2
2.2
2.2
2.2
2.2
2.2
4.4
8.9
2.2
2.2
2.2
2.2
2.2
2.2
2.2

Dari keseluruhan obat yang dikombinasikan dengan furosemid pada


penelitian, didapatkan 3 sampel yang menggunakan obat dengan interaksi
sinergis (6.6%), 5 sampel yang menggunakan obat dengan interaksi
antagonis (22.2%), dan 27 sampel yang menggunakan obat dengan
interaksi potensiasi (60%).
4.2.4.1 Interaksi Sinergis
Dari obat-obat yang digunakan

sebagai

kombinasi

furosemid dalam penelitian, didapatkan 2 obat yang memiliki

38

interaksi sinergis dengan furosemid, yaitu methylprednisolone yang


diberikan pada 1 orang (2.2%), dan captopril yang diberikan
kepada 2 orang (4.4%).
Tabel 13. Pola interaksi sinergis obat lain dan furosemid pada pasien
asites akibat sirosis hepatis
Nama Obat
Methylprednisolone
Captopril

n
1
2

%
2.2
4.4

Methylprednisolone dan Captopril yang digunakan oleh


6.6% sampel merupakan obat yang dapat meningkatkan efek
furosemid jika digunakan sebagai kombinasi dari furosemid itu
sendiri.
4.2.4.2 Interaksi Antagonis
Obat yang memiliki interaksi antagonis dengan furosemid
dalam penelitian ini ada 4, yaitu Ca. Glukonas yang diberikan pada
2 orang (4.4%), CaCO3 yang diberikan pada 3 orang (6.7%), Asam
Folat yang diberikan pada 4 orang (8.9%), dan Asam Mefenamat
yang diberikan pada 1 orang (2.2%).
Tabel 14. Pola interaksi antagonis obat lain dan furosemid pada pasien
asites akibat sirosis hepatis
Nama Obat
Ca. Glukonas
CaCO3
Asam Folat
Asam Mefenamat

n
2
3
4
1

%
4.4
6.7
8.9
2.2

Ca. Glukonas, CaCO3, dan Asam Folat yang digunakan


oleh 20% sampel akan terhambat efeknya jika dikombinasikan
dengan furosemid. Sementara itu, Asam Mefenamat yang
digunakan oleh 2.2% sampel akan menghambat kerja furosemid,
jika digunakan sebagai kombinasi bersama dengan furosemid.
4.2.4.3 Interaksi Potensiasi

39

Ada 2 obat yang memiliki interaksi potensiasi dengan


furosemid pada penelitian ini, yaitu ceftriaxon yang diberikan
kepada 14 orang (31.1%), dan kanamisin yang diberikan pada 13
orang (28.9%).
Tabel 15 Pola interaksi potensiasi obat lain dan furosemid pada pasien
asites akibat sirosis hepatis
Nama Obat
Ceftriaxon
Kanamisin

n
14
13

%
31.1
28.9

Jika dikombinasikan dengan furosemid, maka efek toksik


pada ginjal oleh Ceftriaxon dan Kanamisin yang digunakan oleh
60% sampel akan meningkat, sehingga berpotensi merusak fungsi
ginjal.

Anda mungkin juga menyukai