Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN TETAP BIOKIMIA II

Lipid
Nama

: Mety Tiany

NIM

:06101181320011

Kelompok

:1

Anggota

:1. Diah Permata Sari


2. Lusiana Setiawati
3. Mety Triany
4. Nurul Mawaddah
5. Reni Marzela
6. Reni Octavia Banjarnahor
7. Wildan Tikto Rewaldy

Dosen Pembimbing

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016

I.

Nomor Percobaan

: I (Satu)

II.

Tanggal Percobaan : 22 Januari 2016

III.

Nama Percobaan

: Lipid

IV.

Tujuan Percobaan

: untuk menganalisis kelarutan lemak.

V.

Dasar Teori
Lipid adalah kelompok senyawa organic yang besar dan beragam. Umumnya tidak

larut dalam air namun larut dalam pelarut organic yang bersifat non polar seperti eter,
kloroform dan aseton dan benzene. Lipid biasanya mengacu pada pengelompokan yang
meliputi asam lemak, lilin, eikosanoid, monogliserida, digliserida, trigliserida, fosfolipid,
sphingolipids, sterol, terpen, prenols, vitamin yang larut dalam lemak lemak (seperti vitamin
A, D, E dan K) dan lain-lain.
Fungsi biologis utama lipid meliputi peran sentral mereka dalam penyimpanan energi,
sebagai komponen struktural membran sel, dan sebagai molecules pemberi sinyal.Lipids
sinyal penting dan dapat didefinisikan secara luas sebagai molekul kecil hidrofobik atau
amphipathic yang berasal seluruhnya atau sebagian oleh kondensasi berbasis carbanion dari
thioesters dan atau karbokation berbasis kondensasi unit isoprena.
Lipid dalam bentuk lemak dan minyak merupakan zat makanan yang penting untuk
menjaga kesehatan tubuh manusia, selain itu juga merupakan sumber energi yang lebih
efektif dibandingkan karbohidrat dan protein, dimana 1 gram lipid dapat menghasilkan 9
kkal sedangkan untuk karbohidrat dan protein masing-masing hanya 4 kkal/gram.
Lemak dan minyak terdapat pada hampir semua bahan pangan dengan kandungan
yang berbeda-beda. Lemak hewani mengandung banyak sterol yang disebut kolesterol,
sedangkan lemak nabati mengandung fitosterol dan lebih banyak mengandung asam lemak
tidak jenuh (berbentuk cair). Lemak hewani ada yang berbentuk padat (lemak susu, lemak
babi, lemak sapi). Lemak nabati yang berbentuk cair dibedakan atas 3 golongan yakni (1)
drying oil yang membentuk lapisan keras bila mengering di udara, contohnya minyak
cat/pernis, (2) semi drying oil, contohnya minyak jagung, minyak biji kapas, dan (3) non
drying oil contohnya minyak kelapa.

Asam lemak adalah asam organic yang terdapat sebagai ester trigliserida atau lemak,
baik yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Asam ini adalah asam karboksilat yang
mempunyai rantai karbon panjang. ( Poedjiadi : 2005)

Asam lemak yang terdiri atas rantai karbon yang mengikat semua hydrogen yang dapat
diikatnya diamakan asam lemak jenuh. Asam lemak yang mengandung satu atau lebih ikatan
rangkap dimana sebetulnya dapat diikat tambhaan atom hydrogen dinamakan lemak tidak
jenuh. Asam lemak tidak jenuh tunggal mengandung dua atau lebih ikatan rangkap.
Asam lemak adalah asam lemah, jika larut dalam air molekul asam lemak akan
terionisasi sebagian dan melepaskan ion H+. Dalam hal ini pH larutan bergantung pada
konstanta keasaman dan derajat ionisasi masing-masing asam lemak. Asam lemak dapat
bereaksi dengan basa, membentuk garam.
Garam natium atau kalium yang dihasilkan oleh asam lemak dapat larut dalam air dan
dikenal sebagai sabun. Molekul sabun terdiri atas rantai hidrokarbon dengan gugus COOpada ujungnya. Bagian hidrokarbon bersifat hidrofobik artinya tidak suka air atau tidak
mudah larut dalam air, sedangkan gugus COO- bersifat hidrofilik yang dapat larut dalam air.
Asam lemak yang digunakan pada sabun pada umumnya adalah asam palmitat atau
stearat. Minyak adalah ester asam lemak tidak jenuh dengan gliserol. Melalui proses
hidrogenasi dengan bantuan katalis Pt atau Ni, asam lemak tidak jenuh diubah menjadi asam
lemak jenuh, dan melalui proses penyabunan dengan basa NaOH atau KOH akan terbentuk
sabun dan gliserol

Dari dua bagian di atas, maka molekul sabun tidak sepenuhnya larut dalam air tetapi
membentuk misel. Sebagai bahan pembersih kotoran, sabun dapat mengemulsikan lemak
(fungsi emulgator). Bagian hidrofobik molekul sabun akan masuk ke dalam lemak,
sedangkan ujung yang bermuatan negatif ada dibagian luar. Dengan adanya gaya tolak antara
muatan listrik negatif, maka kotoran akan terpecah menjadi partikel kecil dan membentuk
emulsi, dengan demikian kotoran dapat terlepas dari kain dll.

VI.

Alat dan Bahan


Alat
:
1. Rak tabung reaksi
2. Tabung reaksi
3. Pipet tetes
4. Gelas kimia
Bahan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Minyak goreng
Bensin
Mentega
Aquadest
Eter
NaOH 1 N
Alkohol 96%

VII. Prosedur Percobaan


Kelarutan Lemak
1. Menyiapkan 5 tabung reaksi yang bersih dan kering. Berturut-turut mengisi
dengan: air , bensin, eter,alkohol , dan NaOH 1 N sebanyak 1 ml.
2. Menambahkan pada setiap tabung 1 ml tetes minyak goreng.
3. Mengocok sampai homogen, lalu membiarkan beberapa saat
4. Mengamati sifat kelarutannya.
5. Mencatat dan memfoto hasilnya
6. Ulangi percobaan diatas dengan memakai mentega
Penyabunan Lemak
1. 5 gram minyak

goreng dimasukkan ke dalam beaker glass kemudian

ditambhkan NaOH 1N sedikit demi sedikit sambil dipanaskan pada suhu


70C sebanyak 5x0,142 gram =1,71 gram ( yang terdapat dalma sekitar 42 ml
1 N NaOH) pemanaasan dilanjutkan sampai terbentuk sabun. Ke dalam
larutan sabun yang telah terbentuk ditambhkan HCl 1N kemudian amati apa
yang terjadi.
2. Ke dalam campuran yang telah ditambahkan HCl ditambahkan bensin atau
alcohol 96% dan amati apa yang terjadi
VIII. Hasil Pengamatan
Kelarutan Lemak

Minyak Goreng
Tabung

Pereaksi

Hasil Pengamatan

Keterangan

1 ml Air

Tidak Larut

Polar

II

1 ml Bensin

Larut

Non Polar

III

1 ml Eter

Larut

Non Polar

IV

1 ml NaOH

Tidak Larut

Polar

1 ml Alkohol

Larut Sebagian

Semi Polar

Tabung

Pereaksi

Hasil Pengamatan

Keterangan

1 ml Air

Tidak Larut

Polar

II

1 ml Bensin

Larut

Non Polar

III

1 ml Eter

Larut

Non Polar

IV

1 ml NaOH

Tidak Larut

Polar

1 ml Alkohol

Larut Sebagian

Semi Polar

Mentega

Penyabunan Lemak
Tabung
1

IX.

NaOH
42 ml

Pemanasan
30 Menit

HCl
5 ml

Hasil
+ Bensin

Tidak Larut

+ Metano

Larut dan terdapat Gelembung

Reaksi Kimia

Minyak

Kelarutan Minyak dalam NaOH :


(C17H33COO)3C3H5 + 3NaOH 3C17H33COONa + C3H8O3

Kelarutan Minyak dalam Bensin :


(C17H33COO)3C3H5 + C8H18 3C17H33COOC8H18 + C2H5

Kelarutan Minyak dalam Air :


(C17H33COO)3C3H5 + H2O (C17H33COO)3C3H5 + H2O

X.

Pembahasan

Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan mengenai lipid. Percobaan ini
bertujuan untuk menganalisis kelarutan lemak, mengetahui sifat-sifat asam lemak melalui
reaksi penyabunan.

Pada percobaan pertama yakkni mengenai kelarutan lemak, kami menggunakan


minyak dan mentega sebagai sumber lipid. Kami menguji kelarutan minyak dan mentega di
dalam larutan etanol 96%, eter, NaOH 1 N, akuades dan bensin.
Berdasarkan hasil pengamatan, terlihat bahwa minyak tidak larut dalam akuades,
larutan NaOH 1N dan alcohol 96% larut sebagian akan tetapi larut dalam eter dan bensin.
Pada kelarutan mentega hanya larut dalam bensin dan eter sedangkan dalam air dan NaOH
tidak larut dan alkohol larut sebagian. Hal ini dikarenakan lemak mempunyai gugus non polar
yang besar sehingga lemak bersifat nonpolar. Berdasarkan konsep like dissolves like,
lemak yang bersifat non polar hanya dapat larut dalam pelarut organic non polar seperti
kloroform, eter, bensin, aseton. dll. Dan tidak larut dalam pelarut polar seperti akuades, etanol
dan larutan NaOH. Sama halnya dengan kelarutan minyak, mentega juga hanya dapat larut
pada pelarut non polar eter dan bensin dan tidak larut dalam pelarut polar etanol, air dan
larutan NaOH. Tetapi pada percobaan kelarutan terdapat kesalahan pada sampel yang
mungkin keadaan sampel sudah tidak baik sehingga hasil praktikum ada yang tidak sesuai
dengan teori.
Pada percobaan yang kedua yakni mengenai reaksi penyabunan. Minyak adalah ester
asam lemak tidak jenuh dengan gliserol. Pada percobaan ini, melakukan percobaan dengan
memanaskan minyak pada suhu 70oC lalu di tambahkan dengan larutan NaOH tetes demi
tetes sampai terbentuk buih/busa. Berdasarkan pengamatan, terbentuk buih/busa di dalam
beker glass. Campuran ini dinamakan trace.Reaksi penyabunan yang menghasilkan garam
natrium yang biasa disebut sabun dan hasil samping yaitu gliserol. Setelah itu ditambahkan
larutan HCl. HCl ini berguna untuk memperjelas batas antara minyak dan NaOH dimana
minyak berada di bagian atas sedangkan NaOH berada di bagian bawah. Setelah terbentuk
lapisan lalu larutan tersebut dibagi dua, larutan pada tabung pertama dicampurkan dengan
bensin hasil didapat bahwa bensin tidak larut dalam larutan tersebut. Pada tabung kedua
dicampurkan dengan alkohol hasil didapat bahwa alkohol larut didalam larutan tersebut dan
terdapat gelembung.

XI.

Kesimpulan

Lipid dapat dihidrolisis dengan suatu basa alkali dan akan menghasilkan suatu garam
natrium atau kalium yang disebut sabun.

Lipid merupakan molekul yang bersifat non polar sehingga hanya dapat larut dalam
pelarut organic non polar seperti eter, bensin, dll. dan tidak dapat larut dalam pelarut
polar seperti air, larutan NaOH.

Pada saat reaksi penyabunan, terbentuk campuran yang disebut trace yang merupakan
campuran antara minyak dan NaOH yang terlihat memisah.

Reaksi penyabunan merupakan reaksi antara asam lemah dan basa alkali yang
menghasilkan garam yang disebut sabun dan hasil samping gliserol.

XII.

Daftar Pustaka

Angesti,

Riski.

2014.

Laporan

Praktikum

Uji

Lipid

(online)

http://angestiriski.blogspot.co.id/2014/11/laporan-praktikum-biokimia-ujilipid.html. diakses pada tanggal 27 Januari 2016


Lehninger, 1982. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : Erlangga
Pudjiadi, Anna, 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : UI
Wirahadikusumah, Muhammad. 1997. Biokimia Protein, Enzim, dan Asam Nukleat.
Bandung : ITB

LAMPIRAN

Kelarutan Minyak Goreng

Kelarutan Mentega

Pemanasan Proses Penyabunan

Proses Penyabunan

Anda mungkin juga menyukai