Anda di halaman 1dari 12

METODE & PROSEDUR ANALISIS LIMBAH B3

Konsep minimasi limbah yang telah diterapkan tetap menghasilkan limbah yang
membutuhkan pengolahan lebih lanjut agar tingkat bahaya tersebut bisa dihilangkan
dan dikurangi.
Secara kimia
Fisis
Biologi
Termal

MATERI MATA KULIAH

REKAYASA LIMBAH B3
Pertemuan 8 14

Pengolahan Secara Kimia


Memanfaatkan reaksi kimia untuk mentransformasi limbah berbahaya menjadi tidak
berbahaya.
Solubilitas
Netralisasi
Presipitasi
Koagulasi dan Flokulasi
Oksidasi dan Reduksi
Pengurangan warna
Sistem Stabilisasi
Solubilitas
Limbah B3 berupa materi organik dan anorganik.
Mengandung elemen kimia serta konfigurasi struktural yang beragam.
Air sebagai solven (pelarut) universal akan melarutkan substansi tersebut,
bisa saja kelarutannya terbatas.
Garam natrium, kalium & amonium larut sebagai asam asam mineral.
Materi halogen anorganik (kecuali fluorida) larut dalam air.
Karbonat, hidroksida dan fosfat sedikit larut.
Alkohol sangat larut, tetapi materi organik aromatik petroleum based
rantai panjang sedikit larut dalam air.
Netralisasi
Netralisasi limbah asam dengan alkali
Asam + Basa Garam + Air

Limbah Asam dinetralisir dengan kapur Ca(OH), Causatik Soda NaOH,


atau soda abu NaCO. Dengan kontainer teraduk dan pengaturan pH.
Limbah Alkali dinetralisir dengan asam mineral kuat, ex: HSO atau HCl.
Dengan kontainer teraduk dan pengaturan pH.

Presipitasi
Digunakan untuk limbah cair yang mengadung logam berat.
Konsentrasi logam berat berbahaya logam harus disingkirkan
pengendapan.
Logam mengendap dengan pH tertentu tergantung dari ion-ionnya u/
menghasilkan garam yang tak larut.
Netralisasi limbah asam akan menyebabkan pengendapan dari logam
lumpur (melalui klarifikasi atau filtrasi).

Koagulasi dan Flokulasi


Def: penambahan & pengadukan cepat untuk menetralisir muatan dan
membentuk partikel limbah koloid sehingga menjadi lebih besar &
mengendap.
Proses pengendapan logam berat dapat dipercepat dengan penambahan kimia
yang larut dalam air. Atau penambahan polimer sehingga terjadi koagulasi
dan flokulasi.
Al2(SO4)3, FeCl3, Fe(SO4)3.
Penambahan polimer menjadi lebih efektif (Pembesaran partikel koloid).
Dilakukan dengan proses pengadukan lambat dengan pengontrolan pH.
Oksidasi dan Reduksi
Digunakan untuk merubah pencemaran toksin menjadi substansi yang tidak
berbahaya.
Oksidasi Reaksi kimia dengan penambahan valensi & kehilangan
elektron.
Reduksi reaksi kimia dengan pengurangan valensi & penambahan
elektron.
Reaksi Redoks
Contoh
Pengurangan toksisitas Cr+6
Cr+6 direduksi menjadi khrom trivalen Cr+3
2CrO3 + 3H2SO3 Cr2(SO4)3 + 3 H2
Cr2(SO4)3 + 3Ca(OH)2 2Cr(OH)3 + 3CaSO4

Komponen :
1. Zona Inlet
2. Zona Pengendapan
Detention time : Volume /Debit
Ex : V=20m3
Q: 50 l/detik
3. Zona Lumpur
4. Zona Outlet

Pengolahan limbah sianida dengan chlorinasi dalam suasan alkali


Sianida dioksidasi dengan sianat yang lebih tidak toksik, kemudian dirubah
menjadi CO2 dan nitrogen.
NaCN + Cl2 +2NaOH NaCNO +2 NaCl +H2O
2NaCNO + 3Cl2 + 4NaOH 2 CO2 + N2 +6NaCl + H2O
Dapat pula menggunakan hipoklorit, peroksida atau ozon.

Pengurangan warna
Limbah cair mengandung warna yang sulit diurai.
Warna bukan parameter B3.
Pemunculan limbah tersebut berpengaruh terhadap warna.
Modifikasi di hulu jika warna dapat teridentifikasi.
Penyisihan warna adsorpsi karbon aktif.
Stabilisasi
Bertujuan membatasi/mengurangi terlepasnya komponen berbahaya dengan
mengurangi kelarutannya atau luas area terpapar/ detoksifikasi dari
kontaminan itu sendiri.
Cara yang cukup terkenal Solidifikasi
Limbah yang sudah di solidifikasi tetap membutuhkan sarana untuk
pembuangannya (landfill).
Pertimbangan stabilisasi/solidifikasi produk dapat digunakan kembali
(pertimbangan ekonomi & lingkungan).
Metode :
Stabilisasi dan solidifikasi anorganik.
Stabilisasi dan solidifikasi organik

Berasal dari tangki timbun minyak mentah (tank bottom sediments).


Prinsipnya DAF (Dissolved Air Flotation).
Stabilisasi & solidifikasi lumpur berminyak dengan aspal.
Memanfaatkan bahan secara mikro yang menyelubungi zat limbah.
Prosesnya encapsulasi mikro.
Solidifikasi dilakukan dengan membuat komposisi optimum (job mix
formula) dari perbandingan lumpur, aspal & agregat.

Cara:
Pencampuran aspal dan lumpur .
Dipanaskan pada suhu 110-140C selama 30 mnt.
Dicampurkan agregat (laterit) dan dilakukan pemadatan sebanyak 75 x pada
kedua sisi (75x2).
Bahan yg jadi dilakukan pengujian Marshall untuk mengetahui sifat alir
densitas dan ruang kosong.
HAKEKATNYA : Solidifikasi dirancang untuk mendapatkan job mix
formula untuk pembuatan jalan di suatu daerah tertentu.

PENGOLAHAN DAN ANALISIS LIMBAH B3 SECARA FISIK

Macam
Stabilisasi dan solidifikasi anorganik
- Bahan yang digunakan bisa semen atau pozolanik.
- Semen Bisa ditambahkan sedikit abu terbang (fly ash), sodium silikat,
bentonit, atau bahan aditif lainnya.
- Pozolanik Bisa ditambahkan bahan silikat & alumunium silikat.
- Mekanisme a/ pemadatan secara fisika.
Stabilisasi dan solidifikasi organik
- Bahan yg digunakan termoplastik/polimer organik.
- Menghambat mobilisasi dari senyawa yang dimaksud.
- Ex. Urea Formaldehida.
Contoh
Solidifikasi lumpur berminyak (hasil kegiatan industri minyak dan gas bumi
bag. Hulu dan Hilir).

Pengolahan secara fisis


Screening
Sedimentasi/klarifikasi
Sentrifugasi/Dewatering
Flotasi
Sorpsi
Evaporasi/Destilasi
Screening
Tahapan awal pengolahan limbah
Untuk menyingkirkan padatan yang besar (dengan cara melewatkan cairan
limbah pada screen).
Bagian padatan yang halus masih membutuhkan pengolahan lanjutan.
Bar Racks/Bar Screen

Digunakan untuk memisahkan padatan B3 yang terbawa air limbah, agar


tidak mengganggu proses lanjut. Berupa susunan besi yang dipasang pada
saluran influent limbah.
Grit Chamber
Bila
Air
Limbah
Banyak
mengandung
Materi
Pasir
yang terkontaminasi B3. Berupa unit bangunan terbuat dari beton
pemisahan dilakukan dengan prinsip gravitasi.
Kontrol Kecepatan
Model ini disebut Grit Chamber tipe Horisontal Flow. Unit dirancang
menggunakan pendekatan sedimentasi I (dengan memanfaatkan) berat
sendiri. Perancangan menggunakan pendekatan hukum Stokes. Kecepatan
horisontal dirancang dengan 0,3 m/det. Detensi waktu biasanya dirancang
dengan memperhitungkan kecepatan pengendapan.
Merancang Grit Chamber
Diperhitungkan Waktu yang dibutuhkan untuk mengendapkan partikel
diskrit
Kedalaman Grit Chamber biasanya ditentukan 0,5 1 meter.
Diameter Grit diperoleh dari hasil pengukuran/pengayakan
Penjelasan
Berat jenis air pada
= 18oC 998,599 Kg/m3, dan diambil asumsi 1000
Nilai Viscositas air
= 0,001053 PaS
Kecepatan pengendapan sesuai Sir Gabriel Stokes

Sedimentasi/Klarifikasi
Sedimentasi penyingkiran padatan tersuspensi dari cairannya secara
gravitasi.
Kecepatan aliran dipertahankan sampai waktu retensi dalam bak sedimentasi
cukup untuk mengendapkan padatan secara gravitasi.

Dipengaruhi : bentuk, ukuran, densitas padatan/cairan.


Klarifikasi bertujuan menghasilkan cairan jernih.
sering digunakan untuk menghasilkan sedimentasi secara gravitasi yang
lebih cepat.
Tube / plate settler.

Sentrifugasi/Dewatering
Unit operasi yang diterapkan untuk mengurangi air dalam lumpur.
Alasan :
- Biaya angkut jadi lebih rendah.
- Lebih mudah untuk dikelola
- Dapat digunakan sebagai bahan bakar incinerator.
- Lumpur tidak bau dan tidak mudah membusuk.
- Umumnya dipakai sebagai penimbun tanah pada TPA dengan sistem
sanitary landfill.
Filter Press
Lumpur yang dihasilkan sangat padat.
Cairan hasil proses pemerasan sangat jernih.
Pengambilan lumpur sangat baik.
Apabila lumpur akan diinsenerasi maka air perlu dihilangkan sebanyak
mungkin kurangi Bahan Bakar.
Flotation
Kebalikan dari proses pengendapan
Menyisihkan padatan tersuspensi dan minyak dari air buangan serta
pemisahan dan pengumpulan lumpur.
Flok lumpur/padatan/butiran minyak akan diapungkan oleh gelembung
ditangkap skimmer dikirim ke tempat penampungan minyak.
Jenis Flotasi
Flotasi alamiah (Natural Flotation)
Perbedaan berat jenis secara alamiah cukup untuk dilakukan pemisahan
Minyak.
Flotasi dibantu (aided flotation)

Penambahan sesuatu dari luar untuk mempercepat pemisahan partikel.


Karena berat jenis partikel lebih besar daripada cairan.ex: pemisahan lemak
yang terdispersi dalam cairan.
Evaporasi/Destilasi
Cairan dengan tekanan uap lebih tinggi akan menguap lebih dahulu.
Temperatur didih dari sebuah cairan akan tercapai bila tekanan uapnya sama
dengan atmosfer.
Adanya garam-garam & komponen lain dalam cairan akan menurunkan
tekanan uap dan menaikkan titik didihnya.
Dengan terevaporasinya cairannya, maka larutan tersisa akan lebih pekat.

PENYIMPANAN LIMBAH B3

Penyimpanan limbah B3 harus dilakukan jika limbah B3 tersebut belum


dapat diolah dengan segera.
Untuk mencegah terlepasnya limbah B3 ke lingkungan sehingga potensi
bahaya terhadap manusia dan lingkungan dapat dihindarkan.
Sebelum dilakukan penyimpanan limbah B3 harus terlebih dahulu dikemas.

Persyaratan Pengemasan
Penghasil, untuk disimpan sementara di dalam lokasi penghasil;
Penghasil, untuk disimpan sementara di luar lokasi penghasil tetapi tidak
sebagai pengumpul;
Pengumpul, untuk disimpan sebelum dikirim ke pengolah;
Pengolah, sebelum dilakukan pengolahan dan atau penimbunan.
Kemasan untuk limbah B3 harus dalam kondisi baik, tidak rusak, dan bebas
dari pengkaratan serta kebocoran.
Bentuk, ukuran dan bahan kemasan limbah B3 disesuaikan dengan
karakteristik Limbah B3 yang akan dikemasnya dengan mempertimbangkan
segi keamanan dan kemudahan dalam penanganannya.
Kemasan dapat terbuat dari bahan plastik (HDPE, PP atau PVC) atau bahan
logam (teflon, baja karbon, SS304, SS316 atau SS440) dengan syarat bahan

kemasan yang dipergunakan tersebut tidak bereaksi dengan limbah B3 yang


disimpannya.
Prinsip Pengemasan Limbah B3
Limbah-limbah B3 yang tidak saling cocok, atau limbah dan bahan yang
tidak saling cocok tidak boleh disimpan secara bersama-sama dalam satu
kemasan;
Untuk mencegah resiko timbulnya bahaya selama penyimpanan, maka
jumlah pengisian limbah dalam kemasan harus mempertimbangkan
kemungkinan terjadinya pengembangan volume limbah, pembentukan gas
atau terjadinya kenaikan tekanan.
Jika kemasan yang berisi limbah B3 sudah dalam kondisi yang tidak layak
(misalnya terjadi pengkaratan, atau terjadi kerusakan permanen) atau jika
mulai bocor, maka limbah B3 tersebut harus dipindahkan ke dalam kemasan
lain yang memenuhi syarat sebagai kemasan bagi limbah B3.
Terhadap kemasan yang telah berisi limbah harus diberi penandaan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku dan disimpan dengan memenuhi ketentuan
tentang tata cara dan persyaratan bagi penyimpanan limbah B3.
Terhadap kemasan wajib dilakukan pemeriksaan oleh penanggung jawab
pengelolaan limbah B3 fasilitas (penghasil, pengumpul atau pengolah) untuk
memastikan tidak terjadinya kerusakan atau kebocoran pada kemasan akibat
korosi atau faktor lain.
Kegiatan pengemasan, penyimpanan dan pengumpulan harus dilaporkan
sebagai bagian dari kegiatan pengelolaan limbah B3.
1) Kemasan (drum, tong atau bak kontainer)yang digunakan harus:
Dalam kondisi baik, tidak bocor, berkarat atau rusak;
Terbuat dari bahan yang cocok dengan karakteristik limbah B3 yang
akan disimpan;
Mampu mengamankan limbah yang disimpan di dalamnya;
Memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan saat
dilakukan pemindahan atau pengangkutan
2) Kemasan yang digunakan untuk pengemasan limbah dapat berupa drum/tong
dengan volume 50 liter, 100 liter atau 200 liter, atau dapat pula berupa bak
kontainer berpenutup dengan kapasitas 2 M, 4 M atau 8 M

3) Limbah B3 yang disimpan dalam satu kemasan adalah limbah yang sama,
atau dapat pula disimpan bersama-sama dengan limbah lain yang memiliki
karakteristik yang sama, atau dengan limbah lain yang karakteristiknya
saling cocok;
4) Untuk mempermudah pengisian limbah ke dalam kemasan, serta agar lebih
aman, limbah B3 dapat terlebih dahulu dikemas dalam kantong kemasan
yang tahan terhadap sifat limbah sebelum kemudian dikemas dalam kemasan
(butir 2)
5) Pengisian limbah B3 dalam satu kemasan harus dengan mempertimbangkan
karakteristik dan jenis limbah, pengaruh pemuaian limbah, pembentukan gas
dan kenaikan tekanan selama penyimpanan.
Untuk limbah B3 cair harus dipertimbangkan ruangan untuk
pengembangan volume dan pembentukan gas;
Untuk limbah B3 yang bereaksi sendiri sebaiknya tidak menyisakan
ruang kosong dalam kemasan;
Untuk limbah B3 yang mudah meledak kemasan dirancang tahan akan
kenaikan tekanan dari dalam dan dari luar kemasan.
6) Kemasan yang telah diisi atau terisi penuh dengan limbah B3 harus:
ditandai dengan simbol dan label yang sesuai dengan ketentuan
mengenai penandaan pada kemasan limbah B3;
selalu dalam keadaan tertutup rapat dan hanya dapat dibuka jika akan
dilakukan penambahan atau pengambilan limbah dari dalamnya.
disimpan di tempat yang memenuhi persyaratan untuk penyimpanan
limbah B3 serta mematuhi tata cara penyimpanannya.

7) Terhadap drum/tong atau bak kontainer yang telah berisi limbah B3 dan
disimpan ditempat penyimpanan harus dilakukan pemeriksaan kondisi
kemasan sekurang-kurangnya 1 (satu) minggu satu kali.
apabila diketahui ada kemasan yang mengalami kerusakan (karat atau
bocor), maka isi limbah B3 tersebut harus segera dipindahkan ke dalam
drum/tong yang baru.
apabila terdapat ceceran atau bocoran limbah, maka tumpahan limbah
tersebut harus segera diangkat dan dibersihkan, kemudian disimpan
dalam kemasan limbah B3 terpisah.
8) Kemasan bekas mengemas limbah B3 dapat digunakan kembali untuk
mengemas limbah B3 dengan karakteristik:
sama dengan limbah B3 sebelumnya, atau
saling cocok dengan limbah B3 yang dikemas sebelumnya. Jika akan
digunakan untuk mengemas limbah B3 yang tidak saling cocok, maka
kemasan tersebut harus dicuci bersih terlebih dahulu sebelum dapat
digunakan sebagai kemasan limbah B3.
9) Kemasan yang telah dikosongkan apabila akan digunakan kembali untuk
mengemas limbah B3 lain dengan karakteristik yang sama, harus disimpan
ditempat penyimpanan limbah B3. Jika akan digunakan untuk menyimpan
limbah B3 dengan karakteristik yang tidak saling sesuai dengan sebelumnya,
maka kemasan tersebut harus dicuci bersih terlebih dahulu dan disimpan
dengan memasang label KOSONG sesuai dengan ketentuan penandaan
kemasan Limbah B3.
10) 10) Kemasan yang telah rusak (bocor atau berkarat) dan kemasan yang tidak
digunakan kembali sebagai kemasan limbah B3 harus diperlakukan sebagai
limbah B3.
Penyimpanan Kemasan Limbah B3
1) Penyimpanan kemasan harus dibuat dengan sistem blok. Setiap blok terdiri
atas 2 (dua) x 2 (dua) kemasan, sehingga dapat dilakukan pemeriksaan
menyeluruh terhadap setiap kemasan sehingga jika terdapat kerusakan
kecelakaan dapat segera ditangani.
2) Lebar gang antar blok harus memenuhi persyaratan peruntukannya. Lebar
gang untuk lalu lintas manusia minimal 60 cm dan lebar gang untuk lalu

lintas kendaraan pengangkut (forklift) disesuaikan dengan kelayakan


pengoperasiannya.

3) Penumpukan kemasan limbah B3 harus mempertimbangkan kestabilan


tumpukan kemasan. Jika kemasan berupa drum logam (isi 200 liter), maka
tumpukan maksimum adalah 3 (tiga) lapis dengan tiap lapis dialasi palet
(setiap palet mengalasi 4 drum). Jika tumpukan lebih dan 3 (tiga) lapis atau
kemasan terbuat dari plastik, maka harus dipergunakan rak.
4) Jarak tumpukan kemasan tertinggi dan jarak blok kemasan terluar terhadap
atap dan dinding bangunan penyimpanan tidak boleh kurang dari 1 (satu)
meter.
5) Kemasan-kemasan berisi limbah B3 yang tidak saling cocok harus disimpan
secara terpisah, tidak dalam satu blok, dan tidak dalam bagian penyimpanan
yang sama. Penempatan kemasan harus dengan syarat bahwa tidak ada
kemungkinan bagi limbah-limbah yang tersebut jika terguling/tumpah akan
tercampur/masuk ke dalam bak penampungan bagian penyimpanan lain.

b.
c.
d.
e.

PENGANGKUTAN LIMBAH B3

Pengelolaan Limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi pengurangan,


penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan,
dan/atau penimbunan.
Pengangkut Limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan
Pengangkutan Limbah B3.

(1) Pengangkutan Limbah B3 wajib dilakukan dengan menggunakan alat angkut


yang tertutup untuk Limbah B3 kategori 1.
(2) Pengangkutan Limbah B3 dapat dilakukan dengan menggunakan alat angkut
yang terbuka untuk Limbah B3 kategori 2.
(3) Ketentuan mengenai spesifikasi dan rincian penggunaan alat angkut diatur
dalam Peraturan Menteri.
(1) Pengangkutan Limbah B3 wajib memiliki:
a. rekomendasi Pengangkutan Limbah B3; dan
b. izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengangkutan Limbah B3.
(2) Rekomendasi Pengangkutan Limbah B3 menjadi dasar diterbitkannya izin
Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengangkutan Limbah B3.
(3) Untuk memperoleh rekomendasi Pengangkutan Limbah B3 harus
mengajukan permohonan secara tertulis kepada Menteri dan dilengkapi
dengan persyaratan yang meliputi:
a. identitas pemohon;
b. akta pendirian badan usaha;
c. bukti kepemilikan atas dana Penanggulangan Pencemaran Lingkungan
Hidup dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup dan dana penjaminan
Pemulihan Fungsi Lingkungan Hidup;
d. bukti kepemilikan alat angkut;
e. dokumen Pengangkutan Limbah B3; dan
f. kontrak kerjasama antara Penghasil Limbah B3 dengan Pengumpul
Limbah B3, Pemanfaat Limbah B3, Pengolah Limbah B3, dan/atau
Penimbun Limbah B3 yang telah memiliki izin.
(4) Dokumen Pengangkutan Limbah B3 paling sedikit memuat:
a. jenis dan jumlah alat angkut;

(1)

(2)
(3)

(4)

(1)

(2)

(3)

sumber, nama, dan karakteristik Limbah B3 yang diangkut;


prosedur penanganan Limbah B3 pada kondisi darurat;
peralatan untuk penanganan Limbah B3; dan
prosedur bongkar muat Limbah B3.

Menteri setelah menerima permohonan rekomendasi sebagaimana


dimaksud,memberikan pernyataan tertulis mengenai kelengkapan
administrasi paling lama 2 (dua) hari kerja sejak permohonan diterima.
Setelah permohonan dinyatakan lengkap, Menteri melakukan verifikasi
paling lama 45 (empat puluh lima) hari kerja.
Dalam hal hasil verifikasi menunjukkan:
a. permohonan rekomendasi memenuhi persyaratan, Menteri
menerbitkan rekomendasi Pengangkutan Limbah B3 paling lama 7
(tujuh) hari kerja sejak hasil verifikasi diketahui; atau
b. permohonan rekomendasi tidak memenuhi persyaratan, Menteri
menolak rekomendasi Pengangkutan Limbah B3 disertai dengan
alasan penolakan.
Rekomendasi paling sedikit memuat:
a. kode manifes Pengangkutan Limbah B3;
b. nama dan karakteristik Limbah B3 yang diangkut; dan
c. masa berlaku rekomendasi.

Setelah mendapat rekomendasi dari Menteri, Pengangkut Limbah B3 wajib


mengajukan permohonan izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan
Pengangkutan Limbah B3.
Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengangkutan Limbah B3
diterbitkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang perhubungan.
Persyaratan dan tata cara permohonan dan penerbitan izin Pengelolaan
Limbah B3 untuk kegiatan Pengangkutan Limbah B3 dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(1) Pengangkut Limbah B3 yang telah memperoleh izin Pengelolaan Limbah B3


untuk kegiatan Pengangkutan Limbah B3 wajib:
a. melakukan Pengangkutan Limbah B3 sesuai dengan rekomendasi
Pengangkutan Limbah B3 dan izin Pengelolaan Limbah B3 untuk
kegiatan Pengangkutan Limbah B3;
b. menyampaikan manifes Pengangkutan Limbah B3 kepada Menteri; dan
c. melaporkan pelaksanaan Pengangkutan Limbah B3.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud paling sedikit memuat:
a. nama, sumber, karakteristik, dan jumlah Limbah B3 yang diangkut;
b. jumlah dan jenis alat angkut Limbah B3;
c. tujuan akhir pengangkutan Limbah B3; dan
d. bukti penyerahan Limbah B3.
(3) Laporan sebagaimana dimaksud disampaikan kepada Menteri dan
ditembuskan kepada menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang perhubungan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan.

Persiapkan dokumen yang diperlukan selama melakukan kegiatan


pengangkutan limbah B3, yang masih berlaku dan sah
a. Kartu Identitas Pengemudi pada kendaraan.
b. SIM yang sesuai dengan jenis kendaraan.
c. Buku Uji Berkala/Kartu Uji.
d. STNK.
e. Surat Izin Penyelenggaraan Pengangkutan Barang Berbahaya dari Direktorat
Jenderal Perhubungan Darat.
f. Surat Rekomendasi dari KLH.
g. Dokumen Manifest.
h. Surat Jalan/Surat DO jika diperlukan
Peralatan tanggap darurat yang harus ada di kendaraan
1. Alat Pemadam Api Ringan.
2. Segitiga Pengaman.
3. Kerucut Pengaman/Traffic Cone.
4. Sekop.
5. Pasir/Serbuk Gergaji.
6. Wadah Penyimpanan Tumpahan.

7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Dongkrak.
Kunci-kunci.
Ganjal Roda.
Pita pembatas.
Rambu Portable.
Sekring Cadangan.
Kotak Obat lengkap.

Pengemudi pengangkut limbah B3 wajib memahami sifat dan karakteristik limbah


B3, agar dapat mengetahui risiko dari limbah B3 yang diangkutnya. Dengan
demikian, pengemudi dapat melakukan penanganan atau tindakan sesuai dengan tata
aturan akan sifat dan karakteristik limbah B3 tersebut, baik pada saat mengangkut
maupun pada saat terjadi kecelakaan.
Pengenalan atau pengidentifikasian terhadap sifat dan karakteristik limbah B3 sangat
perlu dipahami sebelum terlibat langsung dalam penanganan limbah B3. Informasi
tentang sifat dan karakteristik limbah B3 pada SDS (Safety Data Sheet) jika
merupakan bahan B3 kadaluarsa, simbol dan label pada kemasan dan atau informasi
dari petugas di tempat penghasil limbah B3.

Yang harus diperhatikan selama di perjalanan


1.
2.
3.
4.
5.

Parkirkan kendaraan di tempat yang teduh.


Upayakan tidak terlalu dekat dengan lokasi pemukiman.
Upayakan tidak terlalu dekat dengan FASOS & FASUM.
Awasi kendaraan selama perjalanan maupun istirahat.
Jaga tingkat stabilitas kendaraan saat melaju di jalan, hal ini untuk
menghindari gesekan atau goncangan yang mengakibatkan limbah B3
tersebut dapat meledak.
6. Dilarang merokok selama melakukan pengangkutan limbah B3.
7. Penggunaan APD hanya pada saat penanganan limbah B3.

Penyebab Kebakaran pada Kendaraan


Kebakaran kendaraan dapat disebabkan oleh beberapaf aktor, baik yang terkait faktor
teknis kendaraan,

faktor manusia maupun faktor muatan limbah B3 yang diangkut.


1. Kecelakaan lalu lintas, yang mengakibatkan terbakarnya bahan bakar dan
muatan yang bersifat mudah terbakar.
2. Ban gundul atau gesekan antara ban ganda.
3. Sistem listrik/elektrik, hubungan pendek akibat rusaknya isolator, atau
hubungan antara kawat yang longgar.
4. Longgarnya penghubung bahan bakar dan kinerjasistem pembakaran bahan
bakar yang kurang bagus.
5. Sifat muatan limbah B3 yang mudah terbakar, reaktif, penyegelan yang
kurang tepat atau berlebihan, atau kurangnya ventilasi udara dalam kargo
muatan.
6. Kelalaian manusia (misalnya: merokok dalam radius kurang dari 8 meter
dari muatan).
Penanggulangan kebakaran pada kendaraan pengangkut limbah B3
Mengetahui cara mengatasi kebakaran itu penting, jika tidak mengetahui apa
yang harus dilakukan dapat membuat kebakaran menjadi semakin parah.
Ketahuilah bagaimana prosedur menggunakan APAR.
Prosedur :
1. Keluar dari jalur parkir ke tempat terbuka, gedung pohon, semak atau
benda lain yg mdh terbakar.
2. Beritahu pelayanan darurat tentang masalah tsbt.
3. Bila terjadi kebakaran pada mesin, matikan mesin secepatnya. Jangan
membuka kap kendaraan (membuka = memberikan oksigen dan
menyebabkan api semakin besar).
4. Padamkan dengan APAR.
Cara memadamkan api dengan APAR
Berdirilah sejauh mungkin dari api.
Cabut pin APAR.
Semprotkan 1 kali ke atas, untuk mengetahui arah angin.
Beradalah searah dengan arah angin.
Bidiklah pada sumber atau dasar kebakaran, bukan ke arah api dengan teknik
sapuan.

Lanjutkan hingga apapun yang terbakar menjadi dingin. Tidak ada asp atau
api bukan berarti kebakaran telah terpadamkan atau tidak bisa mulai lagi.

Penanganan Darurat Tumpahan Limbah B3


Kriteria tumpahan limbah B3 yang dapat dikategorikan menimbulkan kondisi darurat
adalah sebagai berikut:
Jumlah tumpahan yang sangat besar (> 50 liter).
Sifat/karakteristik bahan beracun dan berbahaya.
Dampak terhadap kesehatan dan lingkungan.
Dampak susulan yang berbahaya akibat tumpahan.
Jangka waktu dampak.
Pada saat menghadapi kondisi darurat karena tumpahan limbah B3,
pengemudi melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
Melakukan identifikasi lokasi dan dampak tumpahan, apabila dampak
tumpahan cukup luas, hubungi tim tanggap darurat. Apabila dampak
tumpahan dapat ditangani langsung, segera lakukan langkah-langkah
penanganan langsung dengan peralatan yang tersedia.
Mengisolasi area dengan memasang pita pembatas, rambu portable, segitiga
pengaman atau kerucut lalu lintas (traffic cone).
Mempersiapkan semua peralatan untuk penanggulangan kebocoran, seperti
serbuk gergaji, pasir, atau absorbent/ bahan penyerap khusus.
Mencari sumber tumpahan atau kebocoran dan segera melakukan
penanggulangannya secepat mungkin.
Mengumpulkan tumpahan sebanyak mungkin untuk mencegah mengalirnya
tumpahan ke parit atau sungai, terutama pada waktu hujan.
Menyimpan bahan penyerap yang telah terkontaminasi ke dalam drum yang
disegel/ seal atau tangki, lalu memindahkannya ke tempat penyimpanan yang
sesuai di bawah arahan pengawas.
Jenis dan Kondisi Kemasan Limbah B3
Kemasan untuk limbah B3 harus dalam kondisi baik, tidak rusak, dan bebas
dari pengkaratan serta kebocoran. Pengemasan limbah B3 disarankan
menggunakan drum besi yang dilengkapi palet . Setiap palet berisi 4 drum
besi atau plastik ukuran 200 liter.

Drum yang dimaksud adalah drum dengan tutup kecil atau tutup besar.
Pastikan drum yang berisi limbah B3 tertutup rapat serta terikat kuat dalam 1
palet. Hal ini untuk memudahkan pemuatan dan pembongkaran muatan.
Jenis kemasan lain yang sering digunakan adalah kemasan jumbo bag.
Pastikan jumbo bag yang digunakan masih dalam kondisi laik pakai, tidak
ada sobekan, dan lapisan dalamnya masih utuh.

Kapasitas daya angkut kendaraan pengangkut limbah B3 yang dikemudikan


Dalam melakukan pengiriman limbah B3, jenis, tipe, dan kapasitas
kendaraan harus sesuai dengan sifat, jenis limbah, serta jenis kemasan yang
akan digunakan.
Pengemasan Limbah B3
Dalam hal ini pengemudi harus memastikan bahwa limbah B3 yang diangkut
telah memenuhi persyaratan kapasitas daya angkut kendaraan.
Dengan mempertimbangkan keselamatan maka aktivitas muat, pengiriman
dan bongkar limbah B3 dilakukan secara tertutup. Kendaraan dengan boks
tertutup dan tangki untuk curah menjadi pilihan untuk melakukan
pengangkutan limbah B3.
Pemeriksaaan Kemasan Limbah B3
Dalam pemeriksaan ini pengemudi memastikan bahwa kemasan, jenis dan
jumlah kemasan limbah B3 telah sesuai dengan dokumen manifest yang ada.
Pengemudi harus memastikan kondisi fisik kemasan harus tidak bocor dan
tertutup rapat.
Simbol dan label limbah B3 telah terpasang pada setiap kemasan.
Mintalah informasi bagaimana penanganan limbah B3 tersebut jika terjadi
keadaan darurat, seperti sifat limbah dan cara penanganannya.
Dilarang menempatkan jenis limbah tertentu yang tidak diperbolehkan
diangkut bersamaan dalam satu kendaraan.

PEMBAKARAN (INSENERASI)
Limbah B3 kebanyakan terdiri dari carbon, hidrogen dan oksigen dapat juga
mengandung halogen, sulfur, nitrogen dan logam berat.
Bila molekul limbah dapat dihancurkan dan ubah menjadi CO 2, air, dan
senyawa organik, tingkat senyawa organik akan berkurang.
Insenerasi mengurangi volume dan masa limbah hingga sekitar 90%
(volume) dan 75% (berat)
Prinsip Pembakaran pada Incinerator
Dua chamber yang desain terdiri dari:
Primary Chamber untuk pembakaran limbah padat
Secondary Chamber untuk menghancurkan gas/polutan mudah yang
dihasilkan dari pembakaran pada primary chamber.
Air Pollutant Concerns
Partikel-partikel
HCL, gas asam
Logam beracun
Senyawa organik (Dioxin Furan)
CO
Primary Chamber
Menggunakan 3 sistem hidroulik untuk mendorong limbah medis, didorong
perlahan untuk proses pembakaran
Gas yang dihasilkan pada PC yang tidak terbakar sempurna akan di bakar
pada SC.
Secondary Chamber
Gas yang dihasilkan di PC akan di campur dengan oksigen dan di bakar
sempurna pada temperatur 1100oC di dalam SC.
Waktu yang diperlukan pada SC untuk membakar gas adalah 2 detik
Gas buangan pada 1100oC akan melalui heat exchanger dan adiabatic gas
quench, yang berfungsi menurunkan temperatur.

Burners
Incinerator dilengkapi dengan PC ignition burner dan SC dual fuel
burners
PC burners memicu pembakaran limbah
SC burners menjaga temperatur yang diinginkan untuk terjadi reaksi
pada gas.
Parameter seperti O2, CO dan CO2 akan di monitoring untuk mencapai
pembakaran yang efisien
Heat Exchanger
Downpass HE diperlukan untuk memanaskan udara pada
combustion air
Ceramic tubed HE : untuk menyediakan udara panas yang
digunakan untuk memanaskan cerobong/stack
Terbuat dari keramik khusus yang tahan temperatur tinggi dan
bersifat getas sehingga pemanasan awal diperlukan.
Cooling Tower
Berfungsi untuk menurunkan temperatur
Gas panas akan di atomize dengan air
Nozzle digunakan untuk membuat atomize air dan udara bertekanan
sehingga terjadi penguapan
Rotary Contactor
Lime and carbon di reaksikan dengan gas
Hydrated lime and activated carbon akan di injeksikan kedalam
rotary contractor
Partikel yang halus akan terhisap aliran udara sementara partikel
yang besar akan dihancurkan oleh ball mill
Lime and carbon menetralisir bau, racun, asam
Kelebihan
Menghancurkan berbagai senyawa organik dengan sempurna
Memerlukan lahan yang relatif kecil

Kekurangan
Operator harus yang sudah terlatih
Biaya investasi lebih tinggi
Potensi emisi pencemaran udara ke atmosfir lebih besar bila perencanaan
tidak sesuai dengan kebutuhan operasional.
Dioksi atau Polychorinated dibenzo-p-diokcin / PCDD dan Furan atau
Polychorinated dibenzofuran / PCDF, dikategorikan kedalam partikel yang
menimbulkan pengaruh yang cukup signifikan bagi lingkungan, keduanya terbentuk
sebagai produk sampingan dari sejumlah industri dan proses pembakaran.

PENIMBUNAN LIMBAH B3

Anda mungkin juga menyukai